• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2017

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2017"

Copied!
105
0
0

Teks penuh

(1)

Serdang Bedagai)

SKRIPSI

OLEH :

TIO BELLA AUDINA SITORUS 130304009

AGRIBISNIS

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

Serdang Bedagai)

SKRIPSI

OLEH :

TIO BELLA AUDINA SITORUS 130304009

AGRIBISNIS

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Dapat Memperoleh Gelar Sarjana di Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian,

Universitas Sumatera Utara

Disetujui Oleh : Komisi Pembimbing

Ketua Komisi Pembimbing Anggota Komisi Pembimbing

(Dr. Ir. H. Hasman Hasyim, M.Si) (Siti Khadijah N, S.P, M.Si) NIP. 195411111981031001 NIP. 1973101119999032002

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(3)

JUDUL SKRIPSI

:

STRATEGI PENGEMBANGAN BUDIDAYA UDANG VANNAME (Litopenaeus vannamei) (STUDI KASUS: DESA BOGAK BESAR, KECAMATAN TELUK MENGKUDU, KABUPATEN SERDANG BEDAGAI)

NAMA : TIO BELLA AUDINA SITORUS

NIM : 130304009

PROGRAM STUDI : AGRIBISNIS

Disetujui Oleh Komisi Pembimbing

Ketua Komisi Pembimbing Anggota Komisi Pembimbing

(Dr. Ir. H. Hasman Hasyim, M.Si) (Siti Khadijah N, S.P, M.Si) NIP. 195411111981031001 NIP. 1973101119999032002

Mengetahui

Ketua Departemen Agribisnis

(Dr. Ir. Satia Negara Lubis, M.Ec) NIP: 196302041997031001

Tanggal Lulus : 21 Agustus 2017

(4)

HALAMAN PENGESAHAN

Telah Dipertahankan Di Depan Dewan Penguji Departemen Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara dan Diterima Untuk Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian

Pada Tanggal : 21 Agustus 2017

Panitia Penguji Skripsi :

Ketua : (Dr. Ir. H. Hasman Hasyim, M.Si) NIP. 195411111981031001

Anggota : 1) (Siti Khadijah N, S.P., M.Si) NIP. 1973101119999032002 2) (Dr. Ir. Tavi Supriana, MS)

NIP. 196411021989032001

3) (Dr. Ir. Rahmanta Ginting, M.Si) NIP. 196309281998031001

Mengesahkan Departemen Agribisnis Fakultas Pertanian USU

(Dr. Ir. Satia Negara Lubis, M.Ec) NIP.196302041997031001

(5)

ABSTRAK

Tio Bella Audina Sitorus (130304009) dengan judul skripsi Strategi Pengembangan Budidaya Udang Vanname (Litopenaeus vannamei). Studi Kasus Desa Bogak Besar Kecamatan Teluk Mengkudu Kabupaten Serdang Bedagai.

Penelitian ini dibimbing oleh Dr. Ir. H. Hasman Hasyim, M.Si., selaku ketua komisi pembimbing dan Siti Khadijah N, S.P, M.Si., selaku anggota komisi pembimbing.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi pengembangan budidaya udang vanname dan menganalisis strategi pengembangan budidaya udang vanname di daerah penelitian.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif, SWOT dan korelasi sederhana Pearson. Responden untuk petani yang melakukan budidaya udang vanname dengan menggunakan metode sensus yaitu sebanyak 3 orang.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) terdapat 11 (sebelas) faktor- faktor internal dalam pengembangan budidaya udang vanname di Desa Bogak Besar, (2) terdapat 9 (sembilan) faktor-faktor eksternal dalam pengembangan budidaya udang vanname di Desa Bogak Besar, (3) strategi yang harus diterapkan dalam kondisi ini adalah pada kuadran I yaitu mendukung kebijakan pertumbuhan yang agresif (Growth Oriented Strategy), (4) terdapat hubungan yang signifikan antara karakteristik sosial ekonomi petani biaya produksi terhadap pendapatan petani budidaya udang vanname sedangkan antara karakteristik sosial ekonomi petani umur, pendidikan, jumlah tanggungan, lamanya berusahatani dan luas tambak tidak terdapat hubungan yang signifikan terhadap pendapatan petani budidaya udang vanname, (5) petani sampel mengalami hambatan dalam budidaya udang vanname dan dapat diatasi secara swadaya oleh petani udang vanname tambak.

Kata Kunci: Strategi Pengembangan, Analisis SWOT, Karakteristik Sosial Ekonomi, Pendapatan

(6)

ABSTRACT

Tio Bella Audina Sitorus (130304009) entitled Development Strategy for Vanname Shrimp (Litopenaeus vannamei) Cultivation. A Case Study at Bogak Besar Village, Teluk Mengkudu Subdistrict, Serdang Bedagai Regency, this research was supervised by Dr. Ir. H. Hasman Hasyim, M.Si., as the Head of Supervisory Committee and Siti Khadijah N, S.P., M.Si., as a member of the Supervisory Committee.

The objective of the research was to discover the internal and external factors that influenced the development of vanname shrimp cultivation and to analyze the development strategy for the cultivation in the research area.

The research employed descriptive analysis method, SWOT analysis and Pearson simple correlational method. There were 3 farmers running vanname shrimp cultivation taken as the research respondents by using census method.

The results showed that (1) there were 11 (eleven) internal factors in the development of vanname shrimp cultivation at Bogak Besar Village, (2) there were 9 (nine) external factors in the development of vanname shrimp cultivation at Bogak Besar Village, (3) the strategy that had to be applied in such condition was in Quadrant 1 i.e supporting Growth Oriented Strategy, (4) there was a significant correlation among social economic characteristics of the farmers and production cost with the farmers’ income; while the social economic chracteristics of farmers, age, education, number of dependant, time of cultivation and pond area are not significantly correlated with the income of vanname shrimp cultivation farmers, and (5) the respondents encountered some obstacles in the vanname shrimp cultivation and it was overcome independently by the farmers themselves.

Keywords: Development Strategy, SWOT Analysis, Social Economic Characteristic, Income

(7)

RIWAYAT HIDUP

Tio Bella Audina Sitorus lahir di Pematang Siantar 03 Agustus 1995, anak kedua dari tiga bersaudara, dari Ayahanda Hulman Sitorus dan Ibunda Elfrida Dumaria Pandiangan, BBA.

Pendidikan formal yang ditempuh penulis adalah sebagai berikut:

1. Tahun 2000 masuk Taman Kanak-Kanak di TK Pambudi Medan dan lulus tahun 2001.

2. Tahun 2001 masuk Sekolah Dasar di SD Santo Antonius VI Medan dan lulus pada tahun 2007.

3. Tahun 2007 masuk Sekolah Menengah Pertama di SMP Santa Maria Medan dan lulus pada tahun 2010.

4. Tahun 2010 masuk Sekolah Menengah Atas di SMA Santo Thomas 1 Medan dan lulus pada tahun 2013.

5. Tahun 2013 diterima di Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara melalui jalur SNMPTN Undangan.

Kegiatan yang pernah diikuti penulis sebagai berikut:

1. Anggota Departemen Ikatan Mahasiswa Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara (IMASEP FP USU) periode 2014-2016.

2. Bendahara Public Relations Division Paguyuban Karya Salemba Empat USU 2015/2016.

3. Panitia Pengabdian Masyarakat Ikatan Mahasiswa Sosial Ekonomi Pertanian (IMASEP) di Pancur Batu pada 26 September 2015.

4. Sekretaris II dalam Panitia HUT IMASEP ke 35.

5. Sekretaris Umum Komunitas Receh Indonesia Region Medan.

6. Peserta Beasiswa Indofood Sukses Makmur Tbk Batch 8.

7. Panitia Acara Lomba Rumah Pintar Indofood Regional Sumatera tahun 2016.

8. Sekretaris Umum Paguyuban Karya Salemba Empat USU 2016/2017

(8)

9. Bulan Juli-Agustus 2016 melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Desa Bogak Besar, Kcamatan Teluk Mengkudu, Kabupaten Serdang Bedagai.

10. Bulan Maret-Mei 2017 melaksanakan penelitian di Desa Bogak Besar, Kecamatan Teluk Mengkudu, Kabupaten Serdang Bedagai.

(9)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang merupakan salah satu syarat untuk mendapat gelar sarjana di Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara. Skripsi ini berjudul

“Strategi Pengembangan Budidaya Udang Vanname (Litopenaeus vannamei) (Studi Kasus: Desa Bogak Besar Kecamatan Teluk Mengkudu Kabupaten Serdang Bedagai).

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam menyelesaikan skripsi ini tidak akan berhasil tanpa bimbingan, dukungan, motivasi, pengarahan, serta kritikan yang membangun. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Dr. Ir. H. Hasman Hasyim, M.Si., selaku ketua komisi pembimbing skripsi yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan dan arahan serta saran sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

2. Ibu Siti Khadijah N., SP., M.Si., selaku anggota komisi pembimbing skripsi yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan dan arahan serta saran sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

3. Bapak Dr. Ir. Satia Negara Lubis, M.Ec., selaku Ketua Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara serta Bapak Ir. M. Jufri, M.Si., selaku Sekretaris Program Studi Agribisnis

Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

4. Kedua orang tua tercinta Ayahanda Hulman Sitorus dan Ibunda Elfrida Dumaria Pandiangan, BBA, abang Immanuel Ferryanda Sitorus, Amd., dan adik saya Fabriane Naomi Sitorus, yang telah memberikan dukungan doa, motivasi, cinta kasih dan dukungan moril maupun materil sehingga penulis dapat menyelesaikan pendidikan di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

(10)

5. Seluruh keluarga besar Opung Marudut yang telah memberikan doa, arahan, cinta kasih dan semangat yang membangun sehingga penulis dapat menyelesaikan studi ini.

6. Bapak Syahrum, S.PdI sebagai kepala Desa Bogak Besar, Kecamatan Teluk Mengkudu, Kabupaten Serdang Bedagai, Bapak Ahmad Rifai selaku Sekretaris Desa Bogak Besar, Kecamatan Teluk Mengkudu Kabupaten Serdang Bedagai, Bapak Sufian Kepala Gapoktan Desa Bogak Besar, dan seluruh perangkat Desa Bogak Besar yang telah banyak membantu penulis selama melakukan penelitian.

7. Bapak dan Ibu dosen tercinta beserta seluruh staff/pegawai di Program Studi Agribisnis yang telah banyak memberi ilmu pengetahuan, bimbingan serta arahan yang membangun kepada penulis selama masa pendidikan di Fakultas Pertanian.

8. David Ricardo Pardosi yang telah memberikan dukungan motivasi, doa, kasih sayang, waktu dan masukan yang berharga sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini pada waktu yang tepat.

9. Yayasan Karya Salemba Empat beserta Ayahanda dan Ibunda Donatur yang telah memberikan beasiswa kepada penulis selama 3 (tiga) tahun untuk membantu biaya perkuliahan dan skripsi.

10. Paguyuban Karya Salemba Empat USU yang telah menjadi rumah kedua bagi penulis, terkhusus kepada Kak Merlin, Taufik, Wiwid, Maya, Jimi, Desi, Idin, Tahi, Rudy, Mori, Suci, Putra Devid, Hafid, Frida, Tania, Riana, Della dan seluruh keluarga Paguyuban yang telah memberikan dukungan yang luar biasa hingga penulis menyelesaikan studi ini.

11. Teman-teman seperjuangan stambuk 2013 Program Studi Agribisnis terkhusus Novita, Ruth, Polis, Adit, Dicky, Yoga, Albert, Dwi Utari, Koko, Gebi, Putri, Epin, Reigana, Doli, Ayu, Annur, Ivan, Bang Goster, Kak Rany, Ipah, Dewanti, Endah, Febrinae dan seluruh teman-teman yang tidak dapat penulis sebutkan satu persati, yang selalu memotivasi dan memberikan semangat kepada penulis.

12. Sahabat-sahabat terkasih dokter Ica, Yesi, Eny, Ruthita, dan Yemima yang selalu memberi semangat yang luar biasa kepada penulis.

(11)

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pihak yang bersangkutan.

Medan, Agustus 2017

Penulis

(12)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

RIWAYAT HIDUP ... iii

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL... x

DAFTAR GAMBAR ... x

ii DAFTAR LAMPIRAN ... xiii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 4

1.3 Tujuan Penelitian ... 5

1.4 Manfaat Penelitian ... 6

1.5 Keaslian Penelitian ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka ... 7

2.2 Landasan Teori ... 14

2.3 Penelitian Terdahulu ... 22

2.4 Kerangka Pemikiran ... 26

2.5 Hipotesis Penelitian ... 28

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian ... 30

3.2 Metode Penentuan Sampel ... 30

3.3 Metode Pengumpulan Data ... 30

3.4 Metode Analisis Data ... 31

3.5 Defenisi dan Batasan Operasional ... 32

(13)

BAB IV DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN

4.1. Deskripsi Daerah Penelitian ... 34

4.1.1 Kondisi Geografis dan Luas Wilayah ... 34

4.1.2 Sejarah dan Dinamika Perkembangan Desa ... 36

4.1.3 Pola Penggunaan Lahan Desa ... 37

4.1.4 Sarana dan Prasarana ... 38

4.2. Karakteristik Responden ... 39

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Hasil Uji Hipotesis 1: Ada Faktor-Faktor Internal yang Dapat Mempengaruhi Pengembangan Budidaya Udang Vanname ... 43

5.2. Hasil Uji Hipotesis 2: Ada Faktor-Faktor Eksternal Yang Dapat Mempengaruhi Pengembangan Budidaya Udang Vanname ... 49

5.3. Hasil Uji Hipotesis 3: Ada Strategi Pengembangan Budidaya Udang Vanname ... 52

5.4. Hasil Uji Hipotesis 4: Ada Hubungan yang Nyata Antara Karakteristik Sosial Ekonomi Petani Udang Vanname Terhadap Pendapatan ... 62

5.5. Hasil Uji Hipotesis 5. Ada Hambatan-Hambatan dan Upaya Mengatasi Hambatan dalam Budidaya Udang Vanname ... 67

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan ... 70

6.2. Saran ... 71 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

(14)

DAFTAR TABEL

Tabel Keterangan Hal

1.1 Jumlah Produksi Perikanan Budidaya Udang Tambak

Menurut Jenis Ikan dan Kabupaten/Kota Tahun 2016 9 Produksi Budidaya Air Payau Menurut Kecamatan di

Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2016 2.1 Matriks Analisis SWOT

2.2 Penelitian Terdahulu

4.1 Batas Wilayah Desa Bogak Besar 34

4.2 Jumlah Penduduk 35

4.3 Usia Produktif 35

4.4 Pendidikan Penduduk 35

4.5 Mata Pencaharian Penduduk 36

4.6 Pola Penggunaan Lahan Desa 37

4.7 Sarana dan Prasarana Desa Bogak Besar Tahun 2015 38 4.8 Karakteristik Petani Sampel di Desa Bogak Besar Tahun

2017 39

4.9 Umur Petani Sampel di Desa Bogak Besar 40

4.10 Tingkat Pendidikan Petani Sampel di Desa Bogak Besar 40 4.11 Jumlah Tanggungan Keluarga Petani Sampel di Desa Bogak

Besar 41

4.12 Lamanya Berusahatani Petani Sampel di Desa Bogak Besar 41 4.13 Luas Tambak Petani Sampel di Desa Bogak Besar 42 4.14 Total Rata-rata Biaya Produksi Budidaya Udang Vanname

Per Hektar Per Musim Panen 42

5.1 Biaya Produksi Petani Sampel di Desa Bogak Besar 44 5.2 Tingkat Pendidikan Petani Sampel di Desa Bogak Besar 45 5.3 Tenaga Kerja dan Total Biaya Tenaga Kerja Petani Sampel

di Desa Bogak Besar 46

5.4 Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Ancaman Budidaya

Udang Vanname 52

(15)

5.5 Matriks Evaluasi Faktor Strategi Internal (IFAS) 53 5.6 Matriks Evaluasi Faktor Strategi Eksternal (EFAS) 53 5.7

Penggabungan Matriks Evaluasi Faktor-Faktor Strategi Internal dan Eksternal Pengembangan Budidaya Udang Vanname

54

5.8 Matriks SWOT 57

5.9 Korelasi Umur terhadap Pendapatan 61

5.10 Korelasi Pendidikan terhadap Pendapatan 62 5.11 Korelasi Lamanya Berusahatani terhadap Pendapatan 63 5.12 Korelasi Jumlah Tanggungan terhadap Pendapatan 64 5.13 Korelasi Luas Tambak terhadap Pendapatan 65 5.14 Korelasi Biaya Produksi terhadap Pendapatan 66

(16)

DAFTAR GAMBAR

Keterangan Hal

2.1 Peta Desa Bogak Besar 9

2.2 Skema Kerangka Pemikiran Strategi Pengembangan Budidaya

Udang Vanname 14

5.1 Matriks Posisi Strategi Pengembanngan Budidaya Udang

Vanname 55

(17)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Judul

1 Karakteristik Sosial Ekonomi Petani Sampel Budidaya Udang Vanname

2 Parameter Penilaian Faktor Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Ancaman

3 Penentuan Faktor Internal dan Eksternal Budidaya Udang Vanname 4 Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Ancaman Budidaya Udang

Vanname

5 Matriks Evaluasi Faktor Strategi Internal (IFAS) 6 Matriks Evaluasi Faktor Strategi Eksternal (EFAS)

7 Penggabungan Matriks Evaluasi Faktor Strategi Budidaya Udang Vanname

8 Total Biaya Tenaga Kerja Budidaya Udang Vanname di Desa Bogak Besar

9 Biaya Obat-Obatan Budidaya Udang Vanname di Desa Bogak Besar

10 Total Biaya Penyusutan Budidaya Udang Vanname di Desa Bogak Besar

11 Total Biaya Produksi Budidaya Udang Vanname di Desa Bogak Besar

12 Parameter Penilaian SWOT Budidaya Udang Vanname

(18)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, dengan panjang pantai 81.000 km dan memiliki 17.508 buah pulau serta dua pertiga dari luar wilayahnya berupa laut. Indonesia memiliki potensi perikanan yang besar. Potensi ikan lestarinya paling tidak ada sekitar 6,17 juta ton per tahun, terdiri atas 4,07 juta ton di perairan nusantara yang hanya 38 persennya dimanfaatkan dan 2,1 juta ton per tahun berada di perairan Zona Ekonomi Ekskluif (ZEE). Potensi ini pemanfaatannya juga baru 20 persen (Dahuri, 2001).

Sektor kelautan dan perikanan merupakan salah satu sektor ekonomi yang memiliki peranan dalam pembangunan ekonomi nasional, khususnya dalam penyediaan bahan pangan protein, perolehan devisa, dan penyediaan lapangan kerja. Pada saat krisis ekonomi, peranan sektor pertanian semakin signifikan, terutama dalam hal mendatangkan devisa. Akan tetapi ironisnya, sektor perikanan selama ini belum mendapat perhatian yanng serius dari pemerintah dan kalangan pengusaha, padahal bila sektor perikanan dikelola secara serius akan memberikan kontribusi yang lebih besar terhadap pembangunan ekonomi nasional serta dapat mengentaskan kemiskinan masyarakat Indonesia terutama masyarakat nelayan dan petani ikan (Mulyadi, 2005).

Secara spesifik potensi perikanan Indonesia tergolong besar dan sangat beragam, yaitu terdiri atas berbagai jenis ikan karang, udang,moluska, penyu, rumput laut dan potensi budidaya baik budidaya tambak maupun budidaya laut.

(19)

Sementara itu, potensi udang terdiri dari 83 jenis udang penaeidae yang menyebar di seluruh perairan pantai Indonesia, baru beberapa jenis saja yang dimanfaatkan terutama yang bernilai ekonomi penting. Jenis-jenis udang Penaeidae yang memberikan kontribusi yang nyata pada perikanan Indonesia dan bernilai ekonomis tinggi tediri dari udang jerbung dan udang windu dari genus Penaeus, serta udang dogal dari genus Metapenaeus (Mulyadi, 2005).

Budidaya udang di Indonesia mengalami kejayaan pada tahun 1994, produksi udang windu budidaya mencapai 250.000 ton/tahun. Produksi tersebut menempatkan posisi produsen udang winduterbesar didunia. Namun dengan cepat produksi udang windu mengalami penurunan dan menuju pada titik kehancuran karena merebaknya penyakit white spot syndrome virus (WSSV) (Kordi, 2010).

Sektor perikanan di Indonesia komoditas udang lebih besar di bandingkan komoditas lain, walaupun produksinya lebih sedikit dibandingkan ikan tangkap.

Misalnya, pada tahun 2003, produksi sektor perikanan dan kelautan sebesar 474.000 ton dengan perincian ikan tangkap 292.000 ton dan budidaya tambak (terutama udang) 182.000 ton. Volume ekspor perikanan tahun 2003 sebesar 32.223 ton atau senilai US$ 96.267 juta. Dari angka 32.223 ton tersebut, volume ekspor udang hanya mencapai 8.027 ton (sekitaran 25%), tetapi nilai ekspornya yang paling banyak (Haliman dan Dian, 2008).

Sejak tahun 2002, udang vanname (Litopenaeus vanname) mulai menggantikan posisi udang windu. Udang vanname sangat cepat diterima masyarakat karena memiliki beberapa keunggulan, yaitu (1) Tumbuh cepat, toleran terhadap suhu air, oksigen terlarut dan salinitas yang relatif rendah;

(2) Mampu memanfaatkan seluruh kolam air; (3) Tahan terhadap penyakit dan

(20)

tingkat produktivitas yang tinggi; (4) Kebutuhan kandungan protein yang relatif rendah; dan (5) Tersedia teknologi produksi induk atau benih bebas penyakit (specific pathogen free = SPF) dan tahan penyakit (specific pathogen resistant = SPR) (Buwono, 1993). Ada terdapat 3 sistem budidaya udang di Indonesia yaitu:

sistem tradisional, sistem semi-intensif, dan sistem intensif. Sistem budidaya udang di Indonesia berkembang dengan cepat dari sistem tradisional menjadi tambak semi-intensif, dan intensif. Budidaya udang sistem tradisional masih mendominasi tambak-tambak rakyat di Indonesia. Sistem ini memang sangat sederhana, sehingga pengelolaannya tidak rumit namun hasilnya sangat rendah, antara 50-500 kg/ha/musim tanam (Kordi, 2010).

Tabel 1.1. Jumlah Produksi Perikanan Budidaya Udang Tambak Menurut Jenis Ikan dan Kabupaten/ Kota Tahun 2016

No Kabupaten/Kota Jenis Ikan (Ton)

Udang Windu Udang Vanname Udang Putih

1. Kota Medan 1,567.7 22.1 -

2. Kab. Binjai - - -

3. Kab. Langkat 8,706.4 1,981.9 -

4. Kab. Deli Serdang 712.3 2,383.5 -

5. Kab. Serdang Bedagai 386.0 6,021.0 -

6. KotaTebing Tinggi - - -

Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sumatera Utara, 2016

Tabel 1.1. menunjukkan bahwa di Kabupaten Serdang Bedagai merupakan daerah yang memproduksi udang vanname tertinggi. Produksi budidaya udang vanname pada tahun 2016 menghasilkan sebanyak 6.021 ton per tahun.

(21)

Tabel 1.2. Produksi Budidaya Air Payau Menurut Kecamatan di Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2016

No Kabupaten/Kota

Produksi Per Komoditi (Ton) Udang

Windu

Udang Vanname

Rumput Laut

Kerapu Kakap

01. Kotarih - - - - -

02. Silinda - - - - -

03. Bintang Bayu - - - - -

04. Dolok Masihul - - - - -

05. Serbajadi - - - - -

06. Sipispis - - - - -

07. Dolok Merawan - - - - -

08. Tebing Tinggi - - - - -

09. Tebing Syahbandar

- - - - -

10. Bandar Khalifah 53 67 - 14 12

11. Tanjung Beringin 15 20 - - -

12. Sei Rampah - - - - -

13. Sei Bamban - - - - -

14. Teluk Mengkudu 220 3.005 31 31 26

15. Perbaungan 50 110 18 10 11

16. Pegajahan - - - - -

17. Pantai Cermin 148 1 605 29 57 17

Sumber: Serdang Bedagai Dalam Angka, 2016

Tabel 1.2. memperlihatkan bahwa Kabupaten Serdang Bedagai khususnya Kecamatan Teluk Mengkudu menurut Badan Pusat Statistik Tahun 2016 merupakan sentra produksi udang vanname tertinggi sebesar 3.005 ton per tahun.

Hal ini mendorong penulis untuk menganalisis strategi yang tepat untuk dapat meningkatkan produksi udang tambak di daerah penelitian.

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian dari latar belakang, dapat dirumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut:

(22)

1. Apakah ada faktor-faktor internal yang mempengaruhi perkembangan budidaya udang vanname di daerah penelitian ?

2. Apakah ada faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi budidaya udang vanname di daerah penelitian ?

3. Bagaimana strategi pengembangan budidaya udang vannamedi daerah penelitian ?

4. Apakah ada hubungan karakteristik sosial ekonomi seperti umur, pendidikan, jumlah tanggungan, lamanya berusahatani, luas tambak dan biaya produksi terhadap pendapatan budidaya udang vanname ?

5. Apakah ada hambatan dalam budidaya tersebut dan bagaimana mengatasi hambatan tersebut?

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahmui faktor-faktor internal yang mempengaruhi perkembangan budidaya udang vanname di daerah penelitian.

2. Untuk mengetahui faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi perkembangan budidaya udang vanname di daerah penelitian.

3. Untuk menganalisis strategi pengembangan budidaya udang vannamedidaerah penelitian.

4. Untuk menganalisis adanya hubungan karakteristik sosial ekonomi seperti umur, pendidikan, jumlah tanggungan, lamanya berusahatani, luas tambak dan biaya produksi terhadap pendapatan budidaya udang vanname.

(23)

5. Untuk mengetahui hambatan dalam budidaya tersebut dan bagaimana mengatasi hambatan tersebut.

1.4. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dikemudian hari digunakan sebagai:

1. Sebagai bahan informasi bagi petani udang tambak di Desa Bogak Besar khususnya dan petani udang tambak di Indonesia pada umumnya terkait dengan strategi pengembangan budidaya udang vanname tambak.

2. Sebagai bahan masukan dan pertimbangan kepada pemerintah dalam menyusun kebijakan yang terkait dengan pengembangan budidaya udang vanname tambak.

3. Sebagi bahan referensi dan studi bagi pihak-pihak yang ingin memperdalam bidang strategi pengembangan.

1.5. Keaslian Penelitian

1. Model penelitian: dalam penelitian ini menggunakan korelasi Pearson dengan alat bantu SPSS 17.0

2. Variabel penelitian: Penelitian ini menggunakan enam (6) variabel bebas karakteristik sosial ekonomi, yaitu:umur, pendidikan, jumlah tanggungan, lamanya berusahatani, luas tambak dan biaya produksi dan satu (1) variabel terikat yaitu pendapatan.

3. Jumlah sampel (n): penelitian ini menggunakan sampel sebesar 5 petani, dimana populasinya merupakan seluruh petani udang vanname tambak.

4. Waktu penelitian: penelitian ini dilakukan pada bulan Maret s/d Mei 2017.

5. Lokasi penelitian: penelitian ini dilakuan di Desa Bogak Besar, Kecamatan Teluk Mengkudu, Kabupaten Serdang Bedagai

(24)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Budidaya Udang Vanname

Menurut sistematika secara taksonomi udang ini dibagi dalam:

Kingdom : Animalia Subkingdom : Metazoa Filum : Arthropoda Subfilum : Crustacea Kelas : Malacostraca Subkelas : Eumalacostraca Superord : Eucarida

Ordo : Decapoda

Subordo : Dendrobrachiata Famili : Penaeidae Genus : Litopenaeus

Spesies : Litopenaeus vannamei

Udang Vanname dalam dunia perdagangan internasioanal memiliki beberapa nama, seperti whiteleg shrimp (Inggris), crevette pattes blances (Perancis), dan camaron patiblanco (Spanyol). Ada sekitar 343 spesies udang yang potensial untuk dikembangkan secara komersil. Dari jumlah itu, setidaknya ada 110 spesies yang termasuk ke dalam genus penaeid. Salah satu spesies dari genus litopenaeus tersebut yaitu litopenaeus vannamei.

(25)

2.1.1 Sistem Pengelolaan Budidaya Udang

Budidaya udang di tambak ialah kegiatan usaha pemeliharaan atau pembesaran udang mulai dari ukuran benih (benur) sampai menjadi ukuran yang layak dikonsumsi. Secara alami, benih udang masuk ke dalam tambak bersama air pasang yang mengairi tambak. Produksi udang yang diperoleh tidak menentu karena hanya bergantung dari banyak dan sedikit benih udang yang ada secara alamiah di laut di sekitar pertambakan.

Memang ternyata banyak segi dalam teknik budidaya udang yang dapat diperbaiki atau diinovasi. Benih udang dapat dipilih yang lekas tumbuh dan jenisnya banyak digemari (berekonomis penting). Kesuburan tambak bisa ditingkatkan dengan cara pemupukan dan pengelolaan air yang lebih besar sehingga daya dukung untuk memelihara udang lebih baik. Pengendalian hama lebih diintensifkan. Konstruksi petakan tambak, konstruksi tanggul dan saluran pengairannya diperbaiki sehingga kualitas air tambak dapat dikendalikan secara lebih baik dan cocok untuk kehidupan udang yang hendak dipeliharanya. Sistem budidaya udang di tambak yang berkembang sekarang dikenal ada tiga tingkatan menurut kategori penerapan teknologi, yaitu tingkat budidaya sederhana (tradisional, ekstensif), tingkat budidaya madya (semi intensif), dan tingkat budidaya maju (intensif) (Suyanto dan Takarina, 2009).

2.1.2 Pembiayaan Budidaya Udang

Dalam meningkatkan produksi pada budidaya udang untuk memenuhi syarat gizi diperlukan pakan buatan. Pakan buatan ialah pakan yang diramu dari berbagai macam bahan. Pakan harus mengandung nutrisi yang lengkap dan seimbang bagi kebutuhan ikan atau udang. Karena nutrisi merupakan salah satu

(26)

aspek yang sangat penting, jika makanan yang diberikan pada ikan mempunyai nilai nutrisi yang cukup tinggi, maka tidak saja memberikan kehidupan pada ikan tetapi juga akan mempercepat pertumbuhan. Seperti halnya hewan lainnya, udang juga memerlukan nutrisi tertentu dalam jumlah tertentu pula untuk pertumbuhan, pemeliharaan tubuh dan pertahanan diri terhadap penyakit. Nutrisi ini meliputi protein, lemak, karbohidrat, vitamin dan mineral.

Benih udang atau benur (benih urang) dapat berasal dari hasil tangkapan di alam atau dari hasil pembenihan di balai benih. Benih udang vanname, karena merupakan udang introduksi, sepenuhnya berasal dari pembenihan di balai benih atau hatchri (hatchery). Bahkan untuk memproduksi benih udang vanname, induknya sebagian besar masih diimpor dari Amerika (Kordi, 2010).

Penebaran benur dilakukan pada pagi atau sore hari setelah cuaca tidak panas lagi, hal ini dilakukan untuk mencegah kematian benur yang tinggi. Untuk mencegah agar jangan sampai terjadi kematian yang tinggi, maka diadakan adaptasi atau aklimatisasi terhadap suhu dan salinitas perairan tambak. Cara untuk melakukan aklimatisasi benur yaitu penambahan air pengangkut benih dengan air tambak secara bertahap sedikit demi sedikit, karena suhu dan salinitas dapat menyebabkan kegagalan di saat penebaran. Cara mengadaptasi benur adalah mula-mula air pengangkut yang berisi benur dicampur dengan air tambak sebanyak 1/5-nya, selang waktu 2 – 3 jam kemudian ditambahi lagi 1/5-nya, begitu seterusnya sampai suhu dan salinitas air tersebut sesuai kondisi air tambak.

Menurut Kordi (2010), salinitas adalah konsentrasi seluruh larutan garam yang diperoleh dalam air laut.

(27)

2.1.3 Karakteristik Sosial Ekonomi Petani

Karakteristik sosial ekonomi petani yang dapat mempengaruhi sikap petani terhadap pengembangan budidaya udang vanname di Desa Bogak Besar, Kecamatan Teluk Mengkudu, Kabupaten Serdang Bedagai yang diteliti yaitu : umur, pendidikan, jumlah tanggungan, lamanya berusahatani, luas tambak dan biaya produksi.

a. Umur

Petani yang memiliki umur yang semakin tua (> 50 tahun) biasanya semakin lamban dalam mengadopsi ilmu baru atau inovasi baru yang dijelaskan penyuluh dan cenderung hanya melakukan kegiatan-kegiatan yang sudah biasa diterapkan oleh masyarakat setempat. Umur seseorang menentukan prestasi kerja atau kinerja orang tersebut. Semakin berat pekerjaan secara fisik maka semakin tua tenaga kerja akan semakin turun pula prestasinya. Namun, dalam hal tanggung jawab semakin tua umur tenaga kerja tidak akan berpengaruh karena justru semakin berpengalaman (Suratiyah, 2009).

b. Pendidikan

Pendidikan merupakan sarana belajar yang menanamkan pengertian sikap yang menguntungkan menuju penggunaan praktek-praktek pertanian yang lebih modern. Mereka yang berpendidikan tinggi akan lebih cepat menerapkan teknologi dan melaksanakan proses adopsi (Soekartawi, 1988).

Pendidikan merupakan sarana belajar, yang menanamkan pengertian sikap yang menguntungkan menuju pembangunan praktek pertanian yang lebih modern.

Mereka yang berpendidikan tinggi adalah yang relatif lebih cepat dalam

(28)

melaksanakan adopsi. Begitu pula sebaliknya mereka yang berpendidikan rendah, agak sulit melaksanakan adopsi inovasi dengan cepat (Lubis, 2000).

Menurut Ahmadi (2003) menyatakan bahwa keberhasilan pembangunan sangat ditentukan oleh berbagai faktor seperti: kualitas sumber daya manusia, tersedianya sumber daya alam yang memadai, adanya birokrasi pemerintahan yang kuat dan efisien dan sebagainya. Namun demikian, tidak dapat disangkal bahwa kualitas sumber daya manusia merupakan faktor yang sangat menentukan dalam proses pembangunan. Hal ini karena manusia bukan semata-mata menjadi obyek pembangunan, tetapi sekaligus juga merupakan subyek pembangunan.

c. Jumlah Tanggungan

Jumlah tanggungan merupakan beban yang harus dipikul atau ditanggung oleh petani dalam keluarga. Maksud dari jumlah tanggungan disini adalah berapa banyak beban tanggungan petani dalam satuan jiwa. Banyaknya jumlah tanggungan keluarga akan mendorong petani untuk melakukan banyak aktivitas terutama dalam mencari dan menambah pendapatan keluarganya. Jumlah tanggungan keluarga semakin banyak (anggota keluarga) akan semakin meningkat pula beban hidup yang harus dipenuhi. Jumlah anggota keluarga akan mempengaruhi keputusan petani dalam berusahatani. Keluarga yang memiliki sebidang lahan tetap saja jumlahnya semakin sempit dengan bertambahnya anggota keluarga, sementara kebutuhan akan produksi terutama pangan semakin bertambah (Daniel, 2002).

d. Lamanya Berusahatani

Menurut Soekartawi (1988), petani yang sudah lebih lama bertani akan lebih mudah menerapkan inovasi dari pada petani pemula. Hal ini dikarenakan

(29)

pengalaman yang lebih banyak dapat membuat perbandingan dalam mengambil keputusan.

e. Luas Tambak

Benih udang dimasukkan ke dalam tambak bersamaan dengan pengisian air tambak. Jadi benih tersebut benar-benar dijebak dan dibiarkan dalam waktu tertentu kemudian ditangkap/dipanen. Karena itu, tambak berisi puluhan atau bahkan ratusan spesies udang dan ikan laut. Padat penebaran pada tambak tradisional ditingkatkan hingga mencapai 15 ekor/m2 dengan persiapan tambak yang baik, meliputi pengeringan, pembajakan, pemupukan dan pengapuran.

Udang dapat diberi pakan tambahan secukupnya selama 3 – 4 hari sekali. Hasil panen dapat mencapai 800 – 900 kg/Ha/musim (Kordi, 2010).

Tambak ekstensif atau tradisional dibangun di lahan pasang surut, yang umumnya berupa rawa-rawa bakau atau rawa-rawa pasang surut bersemak dan rerumputan. Bentuk dan ukuran luas tambak tidak teratur. Luas tambak antara 3 – 10 Ha per petak tambak (Prahasta dan Hasanawi, 2009). Tambak intensif dibuat dengan ukuran antara 0,2 – 0,5 Ha per petakan tambak, untuk memudahkan pengelolaan air dan pengawasannya. Budidaya secara intensif menerapkan padat penebaran tinggi dan pengelolaan optimal. Padat penebaran udang windu antara 30 – 50 ekor/m2 dan udang vanname antara 40 – 100 ekor/m2. Pemberian pakan dilakukan 4 – 6 kali sehari. Hasil panen yang diharapkan adalah 4 – 8 ton/Ha/musim untuk udang windu dan 6 – 10 ton/Ha/musim untuk udang vanname (Kordi, 2010).

Salah satu faktor penentu keberhasilan budidaya udang adalah pemilihan lokasi. Lahan budidaya selanjutnya akan berpengaruh terhadap tata letak dan

(30)

konstruksi kolam yang akan dibuat. Lokasi untuk mendirikan lahan budidaya udang ditentukan setelah dilakukan studi dan analisis terhadap data atau informasi tentang topografi tanah, pengairan, ekosistem (hubungan antara flora dan fauna), dan iklim. Usaha budidaya yang ditunjang dengan data tersebut memungkinkan dibuat desain dan rekayasa perkolaman yang mengarah ke pola pengelolaan budidaya udang yang baik. Lokasi tambak budidaya udang vaname yang dipilih mempunyai persyaratan antara lain:

1) Lahan mendapatkan air pasang surut air laut. Tinggi pasang surut yang ideal adalah 1,5 - 2,5 meter. Pada lokasi yang pasang surutnya rendah di bawah 1 meter, maka pengelolaan air menggunakan pompa.

2) Tersedianya air tawar. Pada musim kemarau salinitas dapat naik terus apalagi jika budidaya udang dilakukan secara intensif dengan sistem tertutup sehingga air tawar diperlukan untuk menurunkan salinitas.

3) Lokasi yang cocok untuk budidaya udang pada pantai dengan tanah yang mempunyai tanah bertekstur liat atau liat berpasir.

4) Lokasi ideal terdapat jalur hijau (green belt) yang ditumbuhi hutan mangrove/bakau dengan panjang minimal 100 m dari garis pantai.

5) Keadaan sosial ekonomi mendukung untuk kegiatan budidaya udang, seperti:

keamanan kondusif, asset jalan cukup baik, lokasi mudah mendapatkan sarana produksi seperti pakan, kapur, obat obatan dan lain-lain.

Petani udang tambak yang memiliki lahan tambak yang luas akan lebih mudah menerapkan inovasi dari pada petani berlahan sempit. Hal ini dikarenakan keefisienan penggunaan sarana produksi.

(31)

f. Biaya Produksi

Biaya produksi dalam usahatani dapat berupa uang tunai, upah kerja untuk biaya persiapan dan penggarapan tanah, biaya pembelian pupuk, biaya bibit, herbisida dan sebagainya (Mubyarto, 1995).

Menurut Daniel (2002), menyatakan bahwa biaya produksi adalah sebagai kompensasi yang diterima pemilik faktor-faktor produksi, atau biaya yang dikeluarkan oleh petani dalam proses produksi, baik secara tunai maupun tidak tunai. Biaya tetap adalah jenis biaya yang besar kecilnya tidak tergantung pada besar kecilnya produksi, misalnya sewa yang berupa uang, sedangkan biaya variabel adalah biaya yang besar kecilnya berhubungan dengan besarnya produksi, misalnya bibit, pupuk, obat-obatan dan sebagainya.

Hubungan biaya dengan pendapatan dapat diperhitungkan untuk seluruh usahatani sebagai satu unit selama periode tertentu, misalnya pada musim tanam.

Dalam hal ini semua biaya semua produksi dijumlahkan kemudian di bandingkan dengan pendapatan diperoleh (Hadisaputro, 1985).

2.2. Landasan Teori

2.2.1 Pengertian Analisis SWOT

Menurut Rangkuti (1997), analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi budidaya. Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (Strengths), dan peluang (Opportunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (Weaknesses) dan ancaman (Threats). Proses pengambilan keputusan strategis selalu berkaitan dengan pengembangan misi, tujuan, strategi, dan kebijakan budidaya. Dengan demikian perencanaan strategis (strategic planner)

(32)

harus menganalisis faktor-faktor strategis budidaya (kekuatan, peluang, kelemahan, dan ancaman) dalam kondisi yang ada saat ini. Hal ini disebut dengan Analisis Situasi. Model yang paling populer untuk analisis situasi adalah Analisis SWOT.

Penelitian menunjukan bahwa kinerja budidaya dapat ditentukan oleh kombinasi faktor eksternal dan internal. Kedua faktor tersebut harus dipertimbangkan dalam analisis SWOT. SWOT adalah singkatan dari lingkungan internal:Strengths dan Weaknesess, serta lingkungan eksternal: Opportunities dan Threats yang dihadapi dunia bisnis. Analisis SWOT membandingkan antarafaktor

eksternal peluang (Opportunities) dan ancaman (Threats) dengan faktor internal kekuatan (Strengths) dan kelemahan (Weaknesess). Adapun proses penyusunan rencana strategis dimulai dengan tiga tahap yaitu:

1. Tahap pengumpulan data, 2. Tahap analisis, dan

3. Tahap pengambilan keputusan.

Tahap pengumpulan data ini pada dasarnya tidak hanya sekedar kegiatan pengumpulan data, tetapi juga suatu kegiatan pengklasifikasian dan pra analisis.

Data dibedakan menjadi dua yaitu data eksternal dan data internal yang diperoleh dari dalam dan luar usahatani, model yang dapat digunakan dalam tahap ini yaitu:

1. Matriks faktor strategi internal, 2. Matriks faktor strategi eksternal, dan 3. Matriks posisi

Sebelum melakukan analisis, maka diperlukan tahap pengumpulan data yang tediri atas tiga model yaitu:

(33)

1. Matriks Faktor Strategi Internal

Kekuatan dan kelemahan internal adalah segala kegiatan dalam kendali organisasi yang bisa dilakukan dengan sangat baik atau buruk. Kekuatan dan kelemahan tersebut ada dalam kegiatan manajemen, pemasaran, keuangan/akutansi, produksi/operasi, penelitian dan pengembangan, serta sistem informasi manajemen di setiap budidaya. Setiap organisasi berusaha menerapkan strategi yang menonjolkan kekuatan internal dan berusaha menghapus kelemahan internal (David, 2004).

Lingkungan internal terdiri dari variabel-variabel (kekuatan dan kelemahan) yang ada di dalam organisasi tetapi biasanya tidak dalam pengendalian jangka pendek dari manajemen puncak. Variabel-variabel tersebut merupakan bentuk suasana dimana pekerjaan dilakukan. Variabel-variabel itu

meliputi struktur, budaya, dan sumber daya organisasi (Wheelen dan Hunger, 2003).

Tujuan akhir dilakukannya analisis internal adalah terumuskannya faktor- faktor strategis kekuatan dan kelemahan. Faktor-faktor internal yang perlu dianalisis adalah manajemen internal, bauran pemasaran, produksi, keuangan, penelitian dan pengembangan (Harisudin, 2009).

Sebelum membuat matriks faktor strategi internal, kita perlu mengetahui terlebih dahulu cara-cara penentuan dalam membuat tabel Internal Factors Analysis Summary (IFAS):

a. Susunlah dalam kolom 1 faktor-faktor internal (kekuatan dan kelemahan).

b. Beri rating masing-masing faktor dalam kolom 2 sesuai besar kecilnya pengaruh yang ada pada faktor strategi internal, mulai dari nilai 4 (sangat baik),

(34)

nilai 3 (baik), nilai 2 (cukup baik) dan nilai 1 (tidak baik) terhadap kekuatan dan nilai “rating” terhadap kelemahan bernilai negatifnya.

c. Beri bobot untuk setiap faktor dari 0 sampai 100 pada kolom bobot (kolom 3).

Bobot ditentukan secara subjektif, berdasarkan pengaruh faktor-faktor tersebut terhadap posisi strategis budidaya.

d. Kalikan rating pada kolom 2 dengan bobot pada kolom 3, untuk memperoleh scoringdalam kolom 4.

e. Jumlahkan scoring (pada kolom 4), untuk memperoleh total skor pembobotan bagibudidaya yang bersangkutan. Nilai total menunjukkan bagaimana budidaya tertentu bereaksi terhadap faktor-faktor strategi internalnya.

Hasil identifikasi faktor kunci internal yang merupakan kekuatan dan kelemahan, pembobotan dan rating dipindahkan ke tabel Matriks Faktor Strategi Internal (IFAS) untuk dijumlahkan dan kemudian diperbandingkan antara total skor kekuatan dan kelemahan.

2. Matriks FaktorStrategi Eksternal

Lingkungan eksternal terdiri dari variabel-variabel (kesempatan dan ancaman) yang berada diluar organisasi dan tidak secara khusus ada dalam pengendalian jangka pendek dari menajemen puncak. Variabel-variabel tersebut membentuk keadaan dalam organisasi dimana organisasi ini hidup. Lingkungan eksternal memiliki dua bagian yaitu lingkungan kerja dan lingkungan sosial (Wheelen dan Hunger, 2003).

Peluang dan ancaman eksternal merujuk pada peristiwa dan tren perekonomian, sosial dan budaya, politik dan pemerintahan, konsumen dan pemasok, tingkat teknologi dan persaingan yang dapat menguntungkan atau

(35)

merugikan suatu organisasi secara berarti di masa depan. Peluang dan ancaman sebagian besar di luar kendali suatu organisasi. Budidaya harus merumuskan strategi untuk memanfaatkan peluang-peluang eksternaluntuk menghindari atau mengurangi dampak ancaman eksternal (David, 2004).

Analisis lingkungan eksternal adalah suatu proses yang digunakan perencanaan strategis untuk memantau sektor lingkungan dalam menentukan peluang dan ancaman budidaya sampai kepala pangkalnya. Kemudian memastikan pengaruh eksternal dapat disalurkan melalui arah yang positif dan dapat memberikan kontribusi optimal kepada budidaya (Harisudin,2009).

Sebelum membuat matriks faktor strategi eksternal, kita perlu mengetahui terlebihdahulu cara penentuan dalam membuat tabel External Factors Analysis Summary (EFAS) sebagai berikut:

a. Susunlah dalam kolom 1 faktor-faktor eksternalnya (peluang dan ancaman).

b. Beri ratingdalam masing-masing faktor dalam kolom 2 sesuai besar kecilnya pengaruh yang ada pada faktor strategi eksternal, mulai dari nilai 4 (sangat baik), nilai 3 (baik), nilai 2 (tidak baik) dan nilai 1 (sangat tidak baik) terhadap peluang dan nilai “rating” terhadap ancaman bernilai negatif.

c. Beri bobot untuk setiap faktor dari 0 sampai 100 pada kolom bobot (kolom 3).

Bobot ditentukan secara subjektif, berdasarkan pengaruh faktor-faktor tersebut terhadap posisi strategis budidaya.

d. Kalikan ratingpada kolom 2 dengan pada kolom 3, untuk memperoleh skoring dalam kolom 4.

(36)

e. Jumlahkan scoring (pada kolom 4), untuk memperoleh total skor pembobotan bagi budidaya yang bersangkutan. Nilai total ini menunjukkan bagaimana budidaya tertentu bereaksi terhadap faktor-faktor strategi eksternalnya.

Menurut Rangkuti (1997), untuk menentukan bobot masing-masing faktor tersebut jumlahnya tidak boleh melebihi 50 pada kolom 3 dengan rumus sebagai berikut:

3. Matriks Posisi

Hasil analisis pada tabel matrik faktor strategi internal dan faktor eksternal dipetakan pada matrik posisi dengan cara sebagai berikut:

a. Sumbu horizontal (X) menunjukkan kekuatan dan kelemahan, sedangkan sumbu vertikal (Y) menunjukkan peluang dan ancaman.

b. Posisi budidaya ditentukan dengan hasil sebagai berikut:

1. Jika peluang lebih besar daripada ancaman maka nilai Y> 0 dan sebaliknya kalau ancaman lebih besar daripada peluang maka nilainya Y< 0.

2. Jika kekuatan lebih besar daripada kelemahan maka nilai X> 0 dan sebaliknya kalau kelemahan lebih besar daripada kekuatan maka nilainya X< 0.

(37)

Gambar 2.1 Analisis SWOT

Kuadran I: Ini merupakan situasi yang sangat menguntungkan. Budidaya tersebut memiliki peluang dan kekuatan sehingga dapat memanfaatkan peluang yang ada.

Strategi yang harus diterapkan dalam kondisi ini adalah mendukung kebijakan pertumbuhan yang agresif (growth oriented strate).

Kuadran II: Meskipun menghadapi berbagai ancaman, budidayaini masih memiliki kekuatan dari segi internal. Strategi yangharus diterapkan adalah menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang jangka panjang dengan cara strategi diversifikasi (produk/pasar).

Kuadran III:Budidaya menghadapi peluang pasar yang sangat besar, tetapi dilain pihak, ia menghadapi beberapa kendala/kelemahan internal. Fokus strategi

Kuadran I Mendukung Strategi

Agresif Kuadran III

Mendukung Strategi Turn-Around

Kuadran II Mendukung Strategi

Diversifikasi Kuadran IV

Mendukung Strategi Defensif

Kekuatan Internal (Strengths) Kelemahan Internal

(Weakness)

Berbagai Peluang (Opportunities)

Berbagai Ancaman (Threatness)

▪ 0

(38)

budidaya ini adalah meminimalkan masalah-masalah internal budidaya sehingga dapat merebut peluang pasar yang lebih baik.

Kuadran IV: Ini merupakan situasi yang sangat tidak menguntungkan, budidaya tersebut mengalami berbagai ancaman dan kelemahan internal (Rangkuti, 1997).

Matriks SWOT dapat menghasilkan empat set kemungkinan alternatif strategis yaitu:

1. Strategi SO, yaitu strategi ini dibuat berdasarkan jalan pikiran budidaya, yaitu dengan memanfaatkan seluruh kekuatan untuk merebut dan memanfaatkan peluang sebesar-besarnya.

2. Strategi ST, yaitu strategi ini adalah strategi dalam menggunakan kekuatan yang dimiliki budidaya untuk mengatasi ancaman.

3. Strategi WO, yaitu strategi ini diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan cara meminimalkan kelemahan yang ada.

4. Strategi WT, yaitu strategi ini didasarkan pada kegiatan meminimalkan kelemahan yang ada serta menghindari ancaman.

Tabel 2.1. Matriks Analisis SWOT IFAS

Kekuatan (Strengths) Kelemahan (Weakness) EFAS

Peluang (Opportunities)

Strategi S-O

Ciptakan strategi yang

menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang.

Strategi W-O

Ciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan untuk memanfaatkan peluang.

Ancaman (Threats) Strategi S-T

Ciptakan strategi yang

menggunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman.

Strategi W-T

Ciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan dan menghindari ancaman.

Sumber: Rangkuti, 2009

(39)

Keterangan:

Strengths (S) : Tentukan 5 – 10 faktor kekuatan internal.

Weakness (W) : Tentukan 5 – 10 faktor kelemahan internal.

Opportunities (O) : Tentukan 5 – 10 faktor peluang eksternal.

Threats (T) : Tentukan 5 – 10 faktor ancaman eksternal.

2.3. Penelitian Terdahulu Tabel 2.2. Penelitian Terdahulu

N o.

Nama Peneliti

Judul Penelitian

Perumusan Masalah

Variabel Pengamatan

Metode Analisis

Kesimpulan 1. Arnol

Sitompul (2014).

Strategi Pengembang- an

Agroindustri Salak (Kasus:

Desa Parsalakan, Kec. Angkola Barat, Kab.Tapanuli Selatan)

1. Faktor- faktor apa saja yang menjadi kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman dalam mengembang- kan

agroindustri salak di daerah penelitian.

2. Bagaimana strategi pengembang- an

agroindustri salak di daerah penelitian.

-Karakteristik Sampel -Faktor Internal yang

mempengaruhi pengembangan agroindustri salak -Faktor eksternal yang

mempengaruhi pengembangan agroindustri salak

Metode analisis yang diguna- kan metode deskriptif dan metode SWOT.

1. Kekuatan agroindustri salak dalam agroindustri salak di daerah penelitian adalah ketersediaan bahan baku yang melimpah, ketersediaan tenaga kerja yang banyak, variasi jenis produk banyak.

2. Strategi pengembang -an

agroindustri salak di daerah penelitian berada pada daerah kuadran I.

2. Boiman Gultom (2014)

Strategi Pengembang- an Usahatani Kopi Samosir

1. Apa faktor- faktor internal (kekuatan dan kelemahan) dan faktor- faktor eksternal (peluang dan ancaman)

-Faktor Internal yang

mempengaruhi pengembangan usahatani kopi.

-Faktor eksternal yang

mempengaruhi pengembangan

Metode analisis yang diguna- kan adalah metode analisis SWOT.

1. Ada 6 faktor-faktor internal dalam pengembang an agribisnis kopi Samosir yaitu

(40)

Arabika di daerah penelitian.

2. Apa formulasi strategi dalam pengembang- an usahatani kopi Arabika di daerah penelitian.

bibit kopi, ketersediaan tenaga kerja, ketersediaan lahan, ketersediaan modal usahatani, penguasaan teknologi, bantuan pemerintah.

Ada 4 faktor-faktor eksternal dalam pengembang -an

agribisnis kopi Samosir yaitu tersedianya informasi pasar, harga kopi yang stabil, keterbatasan penyuluhan, sarana dan prasarana.

2. Alternatif strategi yang diformulasi dalam rangka pengembang an usahatani kopi Arabika di daerah penelitian adalah strategi defensif (Defensive strategic) 3. Dian

Wahyudi (2015)

Strategi Pengembang- an Usaha Jamur Tiram (Studi Pada Usaha Budidaya Jamur Tiram Bapak Koko Tanjung Slamet,

1. Bagaimana cara

merumuskan strategi pengembang- an budidaya jamur tiram putih Bapak Koko.

2. Apa alternatif

-Faktor Internal yang

mempengaruhi pengembangan Usaha Jamur Tiram.

-Faktor eksternal yang

mempengaruhi Usaha Jamur Tiram.

Metode penelitia n yang digunaka n dalam penelitia n ini adalah metode deskriptif dan

1. Faktor eksternal yang menjadi peluang utama adalah peningkatan permintaan jamur.

Faktor

Lanjutan Tabel 2.2. Penelitian Terdahulu

(41)

Sunggal pengembang- an usaha budidaya yang mampu diterapkan pada budidaya jamur tiram putih Bapak Koko.

SWOT. menjadi kekuatan utama adalah mampu memproduk- si dan menjual jamur tiram mentah yang segar, 2. Pilihan strategi yang dapat digunakan oleh perusahaan adalah melakukan pengembang an pasar, penetrasi pasar, pengembang an produk dan

pengembang an teknologi.

4. Meilinda Adisty (2011).

Karakteristik Sosial Ekonomi Petani Padi dan

Hubungannya dengan Pendapatan di desa Pasar Miring, Kecamatan Pagar Merbau, Kabupaten Deli Serdang

1. Bagaimana tingkat pendapatan petani padi di daerah penelitian?

2. Bagaimana hubungan karakteristik sosial ekonomi petani padi terhadap pendapatan- nya di daerah penelitian ?

-Variabel yang mempengaruhi:

umur, tingkat pendidikan, pengalaman bertani, frekuensi petani mengikuti penyuluhan, freku ensi petani mengikuti kegiatan kelompok tani, penggunaan teknologi, jumlah tanggungan, penggunaan tenaga kerja, dan jumlah produksi

Metode peneliti- an yang diguna- kan adalah dengan menggun akan metode korelasi sederha- na.

1. Rata-rata tingkat pendapatan petani padi di desa Pasar Miring ini adalah Rp 7.137.544/

Ha/Musim Tanam.

2. Hasil analisis karakteristik sosial ekonomi diperoleh:

a. Tidak ada hubungan yang signifikan antara umur, tingkat pendidikan, frekuensi petani mengikuti penyuluhan, dan

Lanjutan Tabel 2.2. Penelitian Terdahulu

(42)

tenaga kerja terhadap pendapatan dikarenakan th ≤ tα Ho diterima.

b. Ada hubungan yang signifikan antara pengalaman bertani, frekuensi petani mengikuti kegiatan kelompok tani, penggunaan teknologi, jumlah tanggungan , dan jumlah produksi terhadap pendapatan dikarenakan th >tα Ho ditolak.

5. Rizki Utami (2014).

Analisis Faktor-Faktor yang

Mempengaruh -i Produksi Tambak Udang Sistem Alam dan Sistem Intensif (Studi Kasus:

Kecamatan Secanggang, Kabupaten Langkat)

1. Apakah ada perbedaan biaya produksi pada usaha budidaya tambak udang sistem alam dan sistem intensif.

2. Bagaimana pengaruh luas lahan, pakan, padat penebaran, dan

penggunaan tenaga kerja terhadap produksi tambak udang pada sistem alam dan sistem intensif.

Variabel yang mempengaruhi produksi tambak udang (kg/musim panen)

X1 = luas lahan (ha)

X2 = pakan (kg/ha) X3 = padat penebaran (ekor/luas lahan) X4 = curahan tenaga kerja (HOK/ha).

Peneliti- an ini menggun akan analisis uji beda rata-rata (Indepen dent Sample T Test) dan analisis regresi dengan metode taksiran OLS (Ordina- ry Least Square).

1. Ada perbedaan biaya produksi pada usaha budidaya tambak udang sistem alam dan sistem intensif.

2. Luas lahan, pakan, padat tebar dan penggunaan tenaga kerja secara serempak berpengaruh nyata terhadap jumlah produksi tambak udang sistem

Lanjutan Tabel 2.2. Penelitian Terdahulu

(43)

26

2.4. Kerangka Pemikiran

Udang merupakan komoditas primadona di sub sektor perikanan yang dapat meningkatkan devisa negara melalui ekspor perikanan. Permintaan akan udang sangat tinggi di masyarakat Indonesia karena udang memiliki banyak mengandung protein dan vitamin yang bagus untuk kesehatan tubuh. Permintaan akan udang bukan hanya dari dalam negeri melainkan dari luar negeri sehingga Indonesia menjadi pengirim udang terbesar di dunia karena terdapat banyak usaha budidaya udang di Indonesia.

Budidaya udang vanname merupakan salah satu kegiatan budidaya pertanian yang cukup menguntungkan. Keuntungan dari usaha budidaya udang vanname ini dapat diperoleh secara maksimal apabila udang yang di budidayakan mencapai pertumbuhan normal dan hasil yang maksimal. Permintaan udang jenis ini sangat besar baik pasar lokal maupun internasional, karena memiliki keunggulan nilai gizi yang sangat tinggi serta memiliki nilai ekonomi yang cukup tinggi menyebabkan pesatnya budidaya udang vanname di berbagai daerah.

Penentuan alternatif strategi dalam pengembangan budidaya dengan menggunakan analisis SWOT, dimana dalam analisis SWOT dapat diidentifikasi dengan menggunakan faktor internal yaitu kekuatan (strengths) dan kelemahan (weakness) dan faktor eksternal, yaitu peluang (opportunity) dan ancaman (threats) dilakukan untuk menilai hal-hal yang menjadi kekuatan dan kelemahan budidaya udang vanname tambak di daerah penelitian.

Penentuan strategi juga tidak luput dari pengaruh adanya karakteristik sosial ekonomi petani budidaya udang vanname. Adapun karakteristik sosial ekonomi tersebut adalah umur, pendidikan, jumlah tanggungan, lamanya

(44)

berusahatani, luas tambak dan biaya produksi terhadap pendapatan budidaya udang vanname.

Setelah dilakukan analisis faktor internal dan eksternal dengan menggunakan SWOT, berdasarkan hasil skoring dan pembobotan serta dibuat dalam matriks posisi dan matriks SWOT, maka kita dapat menentukan strategi pengembangan apa yang sesuai dan bisa diterapkan untuk mengembangkan budidaya udang vanname tambakdi daerah penelitian. Setelah alternatif strategi ada dan disesuaikan dengan kondisi industri yang ada maka strategi pengembangan industri dapat diterapkan.

(45)

Secara skematis kerangka pemikiran dapat dilihat pada Gambar 2.2.

di bawah ini:

Gambar 2.2. Skema Kerangka Pemikiran Strategi Pengembangan Budidaya Udang Vanname

2.5. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan identifikasi masalah maka dapat dikemukakan hipotesis sebagai berikut:

1. Ada faktor-faktor internal yang dapat mempengaruhi pengembangan budidaya udang vanname.

2. Ada faktor-faktor eksternal yang dapat mempengaruhi pengembangan budidaya udang vanname.

Petani Budidaya Udang Vanname

Faktor Eksternal Faktor Internal

Kekuatan (Strengths)

Kelemahan (Weakness)

Peluang (Opportunity

)

Ancaman (Threatness)

Strategi Pengembangan Budidaya Udang Vanname

Keterangan:

: menyatakan pengaruh : menyatakan hubungan

Karakteristik Sosial Ekonomi:

-umur, -pendidikan,

-jumlah tanggungan, -lamanya berusahatani, -luas tambak,dan -biaya produksi

Pendapatan Petani

(46)

3. Ada beberapa strategi pengembangan budidaya udang vanname di daerah penelitian.

4. Terdapat hubunngan karakteristik sosial ekonomi seperti umur, pendidikan, jumlah tanggungan, lamanya berusahatani, luas tambak dan biaya produksi terhadap pendapatan budidaya udang vanname di daerah penelitian.

5. Ada masalah dan upaya mengatasi masalah budidaya udang vanname di daerah penelitian.

Referensi

Dokumen terkait

Hasil analisis data diperoleh hasil sebagai berikut : Faktor Faktor variabel yang mempengaruhi secara signifikan terhadap keputusan petani dalam melakukan

Hubungan antara efektivitas penggunaan alsintan (Hand Tractor, Mesin Pompa Air, dan Sprayer Electric yang dikelola UPJA Namora di Desa Kota Datar dan UPJA Berkat Rukun di

Hubungan antara kedua variabel, yaitu antara harga dengan jumlah barang yang di minta atas suatu barang dapat dilihat melalui kurva permintaan.Kurva permintaan adalah suatu kurva

Hasil penelitian menunjukkan bahwa usaha pengolahan Ikan Asin Gulamah Batu di daerah penelitian layak untuk tetap diusahakan karena nilai R/C lebih besar dari

ANDRI SURYADI PRASETYA (140304034), dengan judul “ANALISIS WILLINGNESS TO PAY TERHADAP PEMBELIAN NASI GORENG PADA MAHASISWA STRATA 1 PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

Tampak jelas sekali kalau Pandan Wangi terkejut mendengar jawaban Rangga barusan Sungguh tidak sempat terpikir kalau Pendekar Rajawali Sakti baru saja bertarung melawan

Dari pasal tersebut memberikan peluang bagi pemerintah daerah untuk melakukan inovasi dalam rangka pelaksanaan kewenangan daerah yang diatur dalam Undang-Undang, Termasuk dalam

Hasil pengukuran kelelahan kerja pada pekerja di area kantor bawah atau kantor tambang dibandingkan dengan Lientje, (2011) mendapatkan kategori tingkat kelelahan