Kotamadya Tanjung Balai)
SKRIPSI
OLEH :
PUTRI MAYAWI HASIBUAN 140304006
AGRIBISNIS
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2018
ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN IKAN ASIN GULAMAH BATU (Pseudocienna amovensis)
(Kasus: Kelurahan Pematang Pasir, Kecamatan Teluk Nibung, Kotamadya Tanjung Balai)
SKRIPSI
OLEH :
PUTRI MAYAWI HASIBUAN 140304006
AGRIBISNIS
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian,
Universitas Sumatera Utara
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PUTRI MAYAWI HASIBUAN (140304006/AGRIBISNIS) dengan judul ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN IKAN ASIN GULAMAH BATU (Pseudocienna amovensis) (Kasus: Kelurahan Pematang Pasir, Kecamatan Teluk Nibung, Kotamadya Tanjung Balai). Peneliti dibimbing oleh Bapak Dr. Ir. H. Hasman Hasyim, MSi sebagai ketua komisi pembimbing dan Ibu Emalisa, S.P, M.Si sebagai anggota komisi pembimbing.
Tujuan penelitian ini adalah untuk menjelaskan apakah usaha pengolahan Ikan Asin Gulamah Batu layak untuk tetap diusahakan di daerah penelitian; dan untuk menganalisis apakah terdapat pengaruh karakteristik sosial ekonomi pengusaha terhadap pendapatan usaha pengolahan Ikan Asin Gulamah Batu di daerah penelitian. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan rumus kelayakan yaitu R/C, BEP, UMK dan metode analisis linier berganda alat bantu SPSS 16. Hasil penelitian menunjukkan bahwa usaha pengolahan Ikan Asin Gulamah Batu di daerah penelitian layak untuk tetap diusahakan karena nilai R/C lebih besar dari satu, jumlah produksi lebih besar dari BEP Produksi, harga jual lebih besar dari BEP Harga, pendapatan per bulan usaha pengolahan Ikan Asin Gulamah Batu lebih besar dari UMK Kotamadya Tanjung Balai; secara serempak umur, lama pendidikan, jumlah tanggungan, lama berusaha, luas tempat usaha, dan penggunaan modal berpengaruh nyata terhadap pendapatan usaha pengolahan Ikan Asin Gulamah Batu, tetapi secara parsial hanya penggunaan modal yang berpengaruh nyata terhadap pendapatan usaha pengolahan Ikan Asin Gulamah Batu.
Kata Kunci : Produksi, Harga, Kelayakan, Pengaruh, Pendapatan
PUTRI MAYAWI HASIBUAN (140304006/AGRIBUSINESS) with the thesis tittle is FEASIBILITY ANALYSIS OF SALT PROCESSING BUSINESS OF GULAMAH BATU (Pseudocienna amovensis) (Studies: Pematang Pasir Village, Teluk Nibung District, Tanjung Balai Municipality). Guided by Bapak Dr. Ir. H. Hasman Hasyim, MSi a chairman of the supervising commission and Ibu Emalisa, S.P, M.Si as a member of the supervising commission. The purpose of this study is to explain whether the salted fish processing business of Gulamah Batu is feasible to be kept in the research area; and to analyze whether there is an the influence of socio-economic characteristics of the entrepreneurs on the income of processing business of Salted Fish of Gulamah Batu in the research area. The method of analysis used in this research is by using the formula of feasibility of R/C, BEP, UMK and multiple linear analysis method of SPSS 16 tool. The results showed that the processing business of Salted Gulamah Batu Fish in the study area is feasible to keep it cultivated because the R/C value is greater than one, greater production than BEP Production, the selling price is greater than BEP Price, monthly income of salted fish processing Gulamah Batu is bigger than UMK of Tanjung Balai Municipality; simultaneously age, length of education, number of dependents, length of business, area of business, and capital use have a significant effect to processing income of salted fish of Gulamah Batu but partially only the use of capital that significantly affects the income of processing business of Salted Fish Gulamah Batu.
Keywords: Production, Price, Feasibility, Influence, Income
Penulis memiliki nama lengkap Putri Mayawi Hasibuan, lahir di Binjai pada tanggal 10 September 1996. Penulis merupakan anak ke empat dari lima bersaudara yang merupakan putri dari Bapak Ismail Hasibuan dan Ibu Masdinar.
Pendidikan formal yang pernah di tempuh adalah sebagai berikut :
1. Tahun 2002 masuk Sekolah Dasar dan lulus tahun 2008 dar SD Negeri 024764 Binjai
2. Tahun 2008 masuk Sekolah Menengah Pertama dan lulus tahun 2011 dari SMP Swasta Teladan Binjai
3. Tahun 2011 masuk Sekolah Menengah Atas dan lulus tahun 2014 dari SMA Negeri 2 Binjai
4. Tahun 2014 diterima di Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara
5. Pada bulan Juli – Agustus 2017 melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Desa Mesjid Lama, Kecamatan Talawi, Kabupaten Batu Bara, Provinsi Sumatera Utara
6. Pada bulan Februari 2018 melakukan penelitian skripsi di Kelurahan Pematang Pasir, Kecamatan Teluk Nibung, Kotamadya Tanjung Balai, Provinsi Sumatera Utara
7. Anggota Forum Silaturrahmi Mahasiswa Muslim Sosial Ekonomi Pertanian (FSMMSEP) Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara
8. Anggota BKM Al – Mukhlisin ,Fakutas Pertanian, Univeristas Sumatera Utara
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Judul Skripsi ini adalah ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN IKAN ASIN GULAMAH BATU (Pseudocienna amovensis) (Kasus: Kelurahan Pematang Pasir, Kecamatan Teluk Nibung, Kotamadya Tanjung Balai).
Selesainya skripsi ini juga tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak.
Sebagai bentuk rasa syukur, penulis ingin menyampaikan terima kasih dan penghargaan kepada:
1. Bapak Dr. Ir. H. Hasman Hasyim, MSi selaku Ketua Komisi Pembimbing yang telah banyak memberikan waktu untuk membimbing, memotivasi, dan membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini
2. Ibu Emalisa, S.P, M.Si selaku Anggota Komisi Pembimbing yang telah banyak memberikan waktu untuk membimbing, memotivasi, dan membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini
3. Ibu Ir. Iskandarini, MM, Ph.D selaku Dosen Penguji yang telah banyak memberikan masukan dan saran sehingga skripsi penulis menjadi lebih baik 4. Bapak Ir. M, Jufri, M.Si selaku Dosen Penguji yang telah banyak memberikan
masukan dan saran sehingga skripsi penulis menjadi lebih baik
5. Bapak Dr. Ir. Satia Negara Lubis, M.Ec selaku Ketua Program Studi Agribisnis, Fakutas Pertanian, Universitas Sumatera Utara
8. Seluruh instansi dan responden yang terkait yang telah banyak membantu penulis dalam mengumpulkan data dalam penulisan skripsi ini
9. Kedua orang tua tercinta, Ismail Hasibuan dan Masdinar serta abang dan adik tersayang, Afri Hasibuan, Anda Hasibuan, Esendra Hasibuan, dan Ismi Dara Hasibuan yang selalu mendoakan, memberikan kasih sayang, motivasi serta dukungan baik moril maupun materil sehingga penulis dapat menyelesaikan studi ini pada waktu yang tepat
10. Sahabat tersayang Halaqoh Cinta, Siti Khoimah, Siti Rahmah Simatupang, Vinny Miari Irania, Dwi Delviyanthi, Saffitri Surya Lestari dan Ayu Ranti Ningsih, yang telah mendoakan, memberikan kasih sayang, semangat dan motivasi. Serta sahabat-sahabat terbaik penulis, Tuti Lestari Sitepu, Rika Ramadhani, Putri Asri Wahyu Sari, Rifa Aisy Pertiwi, Muhammad Dwi Hafiz, Nur Hasna Parinduri, Ridha Dwi Sartika, Elfira Rahmadani dan seluruh teman seperjuangan Agribisnis 2014 yang telah memberikan semangat, dan motivasi sehingga penulis dapat menyelesaikan studi ini pada waktu yang tepat
Penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari sempurna, sehingga penulis menerima saran dan kritik yang bersifat membangun untuk penyempurnaan skripsi ini. Penulis juga berharap semoga skripsi ini dapat berguna bagi pembaca dan pihak-pihak yang membutuhkan. Akhir kata penulis ucapkan terima kasih.
Medan, Mei 2018
Penulis
ABSTRAK ... i
RIWAYAT HIDUP ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL...vii
DAFTAR GAMBAR ... ix
DAFTAR LAMPIRAN ... x
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Identifikasi Masalah ... 4
1.3 Tujuan Penelitian ... 4
1.4 Kegunaan Penelitian ... 5
1.5 Keaslian Penelitian... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ikan Gulamah Batu ... 7
2.2 Kandungan Vitamin dan Manfaat Ikan Gulamah Batu ... 8
2.3 Ikan Asin Gulamah Batu ... 8
2.4 Pengolahan Ikan Asin Dengan Cara Penggaraman ... 9
2.5 Prospek Ikan Asin ... 11
2.6 Landasan Teori ... 12
2.6.1 Produksi ... 12
2.6.2 Biaya ... 12
2.6.3 Pendapatan ... 13
2.6.4 Analisis Kelayakan ... 13
2.6.5 Metode Perhitungan Analisis Kelayakan ... 14
2.6.6 Karakteristik Sosial Ekonomi ... 15
2.7 Penelitian Terdahulu ... 18
2.8 Kerangka Pemikiran... 20
2.9 Hipotesis Penelitian ... 23
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian ... 24
3.2 Metode Penentuan Subjek Penelitian... 24
3.5.2 Batas Operasional ... 33
BAB IV DESKRIPSI WILAYAH PENELITIAN 4.1 Letak dan Geografis ... 34
4.2 Keadaan Penduduk... 34
4.3 Sarana dan Prasarana ... 37
4.4 Karakteristik Sampel ... 38
4.4.1 Umur Pengusaha Ikan Asin ... 38
4.4.2 Pendidikan Pengusaha Ikan Asin ... 39
4.4.3 Jumlah Tanggungan Pengusaha Ikan Asin ... 40
4.4.4 Lama Berusaha Pengusaha Ikan Asin ... 41
4.4.5 Luas Tempat Usaha Pengusaha Ikan Asin ... 42
4.5 Proses Pengolahan Ikan Asin Gulamah Batu... 42
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Kelayakan Usaha Pengolahan Ikan Asin Gulamah Batu ... 47
5.2 Pengaruh Karakteristik Sosial Ekonomi Pengusaha Terhadap Pendapatan ... 50
BAB VI PENUTUP 6.1 Kesimpulan ... 57
6.2 Saran ... 58
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
No. Tabel Judul Halaman 1.1 Produksi Perikanan menurut Asal Tangkapan Kota
Tanjung Balai (Ton) Tahun 2016
2
2.7 Penelitian Terdahulu 18
3.1 Jumlah Pengusaha Ikan Asin di Kecamatan Teluk Nibung, Kotamadya Tanjung Balai, 2017
24 4.1 Data Penduduk Kelurahan Pematang Pasir, Kecamatan
Teluk Nibung, Kotamadya Tanjung Balai Menurut Umur Tahun 2017
35
4.2 Jumlah Penduduk Kelurahan Pematang Pasir, Kecamatan Teluk Nibung, Kotamadya Tanjung Balai Berdasarkan Tingkat Pendidikan Tahun 2017
36
4.3 Distribusi Penduduk Kelurahan Pematang Pasir, Kecamatan Teluk Nibung, Kotamadya Tanjung Balai Menurut Mata Pencaharian Tahun 2017
37
4.4 Sarana dan Prasarana Penduduk Kelurahan Pematang Pasir, Kecamatan Teluk Nibung, Kotamadya Tanjung Balai Tahun 2017
38
4.5 Umur Pengusaha Ikan Asin di Kelurahan Pematang Pasir, Kecamatan Teluk Nibung. Kotamadya Tanjung Balai Tahun 2018
39
4.6 Lama Pendidikan Pengusaha Ikan Asin di Kelurahan Pematang Pasir, Kecamatan Teluk Nibung. Kotamadya Tanjung Balai Tahun 2018
40
4.7 Jumlah Tanggungan Pengusaha Ikan Asin di Kelurahan Pematang Pasir, Kecamatan Teluk Nibung.
Kotamadya Tanjung Balai Tahun 2018
40
4.8 Lama Berusaha Pengusaha Ikan Asin di Kelurahan Pematang Pasir, Kecamatan Teluk Nibung. Kotamadya Tanjung Balai Tahun 2018
41
4.9 Luas Tempat Usaha Pengusaha Ikan Asin di Kelurahan Pematang Pasir, Kecamatan Teluk Nibung. Kotamadya Tanjung Balai Tahun 2018
42
5.1 Proses Pengolahan Ikan Asin Gulamah Batu Jenis Bulat di Daerah Penelitian
43
6.1
Rata-Rata Pendapatan Pengusaha Ikan Asin Gulamah Batu di Kelurahan Pematang Pasir, Kecamatan Teluk Nibung, Kotamadya Tanjung Balai Tahun 2018
50
5.2 Hasil Uji Kolmogrov Smirnov Karakteristik Sosial Ekonomi Pengusaha Ikan Asin Gulamah Batu
51 5.3 Hasil Uji Multikolinieritas Karakteristik Sosial
Ekonomi Pengusaha Ikan Asin Gulamah Batu
53 5.4 Hasil Koefisien Determnasi Karakteristik Sosial 54
EkonomiPengusaha Ikan Asin Gulamah Batu
5.6 Hasil Uji t-Statistik Karakteristik Sosial EkonomiPengusaha Ikan Asin Gulamah Batu
56
No.
Gambar Judul Halaman
2.1 Skema Kerangka Pemikiran Analisis Kelayakan Usaha Pengolahan Ikan Asin Gulamah Batu (Pseudocienna amovensis)
22
5.1 Hasil Uji Heteroskedastisitas Dengan Scatterplots Karakteristik Sosial Ekonomi Pengusaha Ikan Asin Gulamah Batu
52
Lampiran Judul
1. Data Karakteristik Sosial Ekonomi Sampel
2a. Biaya Bahan Baku Utama dan Bahan Baku Tambahan 2b. Biaya Lain-Lain
2c. Biaya Tenaga Kerja 3. Total Biaya Variabel
4a. Biaya Tetap (Penyusutan Gayung dan Ember) 4b. Biaya Tetap (Penyusutan Selang dan Bilah) 4c. Biaya Tetap (Penyusutan Timbangan dan Delta) 4d. Biaya Tetap (Penyusutan Fiber)
4e. Biaya Tetap (Penyusutan Kendaraan)
4f. Total Biaya Tetap (Penyusutan Peralatan dan Kendaraan) 4g Biaya PBB
5. Total Biaya Tetap 6. Biaya Total 7. Nilai Konversi 8. Total Pendapatan 9. Analisis R/C
10. Analisis BEP Produksi dan BEP Harga
11. Koefisien Determinasi (R2) dan Uji F (Uji Pengaruh Secara Serempak)
12. Uji t (Uji Pengaruh Variabel Secara Parsial), Multikolinieritas dan Uji Kolmogorov-Smirnov
13. Uji Heteroskedastisitas
1.1. Latar Belakang
Ikan merupakan bahan makanan yang mengandung protein yang berkualitas tinggi. Protein dalam kandungan ikan tersusun atas asam amino esensial yang diperlukan oleh tubuh sebagai sumber energi, membantu pertumbuhan dan pemeliharaan tubuh, memperkuat daya tahan tubuh, dan memperlancar proses fisiologi dalam tubuh. Dibanding dengan produk hewani lainnya, ikan memiliki beberapa kelebihan seperti memiliki kandungan protein yang cukup tinggi yaitu 20%, daging ikan mudah dicerna oleh tubuh, daging ikan mengandung asam-asam lemak tak jenuh dengan kadar kolestrol yang rendah, dan daging ikan sejumlah mineral seperti K, Cl, P, S, Mg, Ca, Fe, Ma, Zn, Cu, vitamin A dan D.
Seiring meningkatnya produksi dalam sektor perikanan, maka permintaan untuk ikan segar semakin meningkat. Sehingga ikan-ikan yang sudah ditangkap akan ditangani sebaik mungkin agar tetap segar hingga sampai ke tangan konsumen, tetapi tidak sedikit pula ikan yang salah dalam penanganannya sehingga mengalami penurunan kualitas. Sehingga harga jual semakin rendah dan nelayan tidak mendapatkan keuntungan yang seharusnya didapatkan. Hal ini disebabkan karena ikan mengandung air yang cukup tinggi sehingga cepat rusak dan mengalami pembusukan (Sari, 2011).
Menurut Adawyah (2008) secara umum kerusakan atau pembusukan ikan dan hasil olahannya dapat digolongkan pada: 1) Kerusakan biologi, 2) Kerusakan
pembusukan dilakukan berbagai cara salah satunya adalah melalui proses penggaraman. Selama proses penggaraman berlangsung terjadi penetrasi garam kedalam tubuh ikan dan keluarnya cairan dari tubuh ikan karena adanya perbedaan konsentrasi. Cairan tersebut dengan cepat akan melarutkan kristal garam atau pengenceran larutan garam. Bersamaan dengan keluarnya cairan dari tubuh ikan, partikel garam pun masuk kedalam tubuh ikan. Ikan yang diolah dengan proses penggaraman ini dinamakan ikan asin.
Menurut Handajani dalam Sari (2011) ikan asin memiliki kandungan protein yang lebih tinggi dibandingkan ikan segar. Kandungan protein ikan segar per 100 gram sebesar 17 % sedangkan kandungan protein ikan asin per 100 gram sebesar 42 %. Kandungan lemak ikan asin sebesar 1,50 % lebih rendah daripada ikan segar yaitu sebesar 4,50 %. Hal ini menjadikan ikan asin lebih menguntungkan dalam hal kesehatan.
Kotamadya Tanjung Balai seperti yang kita ketahui merupakan daerah pesisir yang kaya akan hasil lautnya. Kegiatan ekonomi yang menonjol di Kotamadya Tanjung Balai adalah perdagangan perikanan. Produksi perikanan menurut asal tangkapan Kota Tanjung Balai dapat dilihat pada Tabel 1.1.
Tabel 1.1 Produksi Perikanan menurut Asal Tangkapan Kota Tanjung Balai (Ton) Tahun 2016
Produksi Perikanan
Produksi Perikanan menurut Asal Tangkapan di Kota Tanjung Balai (Ton)
2011 2012 2013 2014 2015 2016
Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun Darat (Budidaya) 54,10 43,94 34,30 48,86 105,37 183,56 Darat (Perairan
Umum) 34,86 35,38 33,28 0 2,82 17,23
Laut 35.381 36.629 31.106 32.849,14 33.019,30 33.873
Jumlah 35.469,96 36.708,04 31.174 32.898 33.127,49 34.074 Sumber: Data BPS tahun 2016
Dari Tabel 1.1 di atas dapat dilihat bahwa produksi perikanan khususnya hasil tangkapan laut di Kotamadya Tanjung Balai memiliki produksi yang berfluktuasi, tetapi pada tahun 2013-2016 kembali mengalami peningkatan, dimana pada tahun 2016 produksi sebesar 33.873 ton.
Kotamadya Tanjung Balai juga memiliki berbagai makanan khas yang banyak diminati seperti kerang daguk (kerang batu), kerang bulu, ikan asin, ikan teri medan (teri putih), udang asin (udang pukul), belacan dan lain sebagainya. Dan Kelurahan Pematang Pasir merupakan salah satu sentra produksi produk olahan ikan asin.
Salah satu jenis ikan yang diolah menjadi ikan asin oleh pengusaha ikan asin di Kelurahan Pematang Pasir adalah Ikan Gulamah Batu yang memiliki nama latin (Pseudocienna amovensis). Hal ini dikarenakan Ikan Gulamah Batu memiliki harga lebih murah dibandingkan jenis ikan lainnya, tetapi memiliki rasa yang kurang enak/hambar. Maka dari itu pengusaha ikan asin kebanyakan mengolah Ikan Gulamah Batu menjadi olahan ikan asin, selain untuk mengawetkan ikan agar lebih tahan lama hasil olahan Ikan Asin Gulamah Batu juga memiliki nilai ekonomis yang lebih tinggi.
Analisis kelayakan (feasibility analysis) adalah proses menentukan apakah suatu ide bisnis yang baru dapat bertahan menjadi sebuah usaha yang sukses. Tujuannya adalah untuk menentukan apakah ide bisnis tersebut layak diwujudkan atau tidak.
Jika ide bisnis tersebut tergolong layak, maka langkah berikutnya adalah menyusun rencana bisnis yang solid (unggul) untuk mengeksploitasi ide tersebut (Hery, 2017).
Usaha Pengolahan ikan asin di Kelurahan Pematang Pasir Kecamatan Teluk Nibung Kotamadya Tanjung Balai sudah cukup lama diusahakan oleh pengusaha ikan asin, tetapi belum pernah diketahui apakah usaha tersebut dikategorikan layak untuk diusahakan dengan mempertimbangkan biaya produksi yang telah dikeluarkan dengan penerimaan dari usaha pengolahan Ikan Asin Gulamah Batu.
Maka dari itu penulis tertarik untuk mengetahui analisis kelayakan dari usaha tersebut agar pengusaha Ikan Asin Gulamah Batu dapat mempertimbangkan usaha yang telah mereka lakukan selama ini.
1.2. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:
Apakah usaha pengolahan Ikan Asin Gulamah Batu layak untuk tetap diusahakan di daerah penelitian?
Apakah terdapat pengaruh karakteristik sosial ekonomi (umur, lama pendidikan, jumlah tanggungan, lama berusaha, luas tempat usaha, dan penggunaan modal) pengusaha terhadap pendapatan usaha pengolahan Ikan Asin Gulamah Batu di daerah penelitian?
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan dilaksanakannya penelitian ini adalah sebagai berikut:
Untuk menjelaskan apakah usaha pengolahan Ikan Asin Gulamah Batu layak untuk tetap diusahakan di daerah penelitian.
Untuk menganalisis apakah terdapat pengaruh karakteristik sosial ekonomi (umur, lama pendidikan, jumlah tanggungan, lama berusaha, luas tempat usaha, dan
penggunaan modal) pengusaha terhadap pendapatan usaha pengolahan Ikan Asin Gulamah Batu di daerah penelitian?
1.4. Kegunaan Penelitian
Kegunaan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
Sebagai informasi bagi pihak-pihak yang melakukan pengolahan dan pemasaran ikan asin.
Sebagai informasi dan referensi bagi pihak-pihak yang membutuhkan baik akademik maupun non akademik.
Sebagai informasi dan referensi bagi pemerintah dan instansi yang terkait.
1.5. Keaslian Penelitian
Metode Penelitian : Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini yang pertama yaitu menggunakan metode analisis kelayakan yaitu dengan menggunakan rumus R/C, BEP dan dengan membandingkan pendapatan usaha pengolahan Ikan Asin Gulamah Batu per bulan dengan UMK yang ada di daerah penelitian, untuk menganalisis apakah Ikan Asin Gulamah Batu layak diusahakan Kelurahan Pematang Pasir. Dan yang kedua menggunakan analisis regresi linear berganda untuk mengetahui pengaruh antara karakteristik sosial ekonomi (umur, lama pendidikan, jumlah tanggungan, lama berusaha, luas tempat usaha dan penggunaan modal) terhadap pendapatan usaha pengolahan Ikan Asin Gulamah Batu per bulan.
2. Jumlah Sampel : Populasi penelitian ini adalah pengusaha ikan asin di Kelurahan Pematang Pasir, Kecamatan Teluk Nibung, Kotamadya Tanjung Balai. Sampel penelitian ini sebanyak 32 pengusaha ikan asin dengan Metode Sensus.
3. Waktu Penelitian : Penelitian dilakukan pada bulan Februari tahun 2018.
4. Lokasi Penelitian : Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Pematang Pasir, Kecamatan Teluk Nibung, Kotamadya Tanjung Balai.
2.1. Ikan Gulamah Batu
Menurut Sumaryanto, dkk dalam Satria, dkk (2016) Ikan Gulamah merupakan ikan demersal, pada klasifikasinya termasuk dalam famili Scienidae, genus Psuedocienia. Ikan ini memiliki daerah penyebaran cukup luas, yaitu perairan laut Jawa, Selat Malaka, Sulawesi Selatan, sepanjang pantai Kalimantan dan perairan Arafuru. Ikan Gulamah umumnya dipasarkan dalam keadaan segar atau diolah secara tradisional dengan penggaraman dan pengeringan. Ikan ini memiliki nilai ekonomis yang tidak terlalu tinggi sehingga dapat memenuhi kriteria utama dalam penyediaan bahan baku.
Menurut Hendrik (2010), klasifikasi Ikan Gulamah Batu adalah sebagai berikut:
Ordo : percomorphi Famili : scevinidae Genus : pseudocienna
Spesies : Pseudocienna amovensis
Menurut Weber et el dalam Sari (2011) ciri Ikan Gulamah adalah bermulut lebar, gigi-gigi besar dan kecil pada rahangnya. Gigi besar pada bagian ujung rahang atas, tanpa gigi taring. Memiliki gelembung udara. Bentuknya lonjong atau lebih mirip wortel dan dilengkapi dengan tonjolan seperti akar pohon yang berjumlah 22-29. Panjang urat sisi dapat mencapai 3 cm namun pada umumnya 25-30 cm.
Sirip punggung berjari-jari keras 10, diikuti dengan 1 jari-jari keras yang bersambung dengan 25-28 jari-jari lemah. Sirip dubur berjari-jari keras 2 dan 7
Warna dasar yang dimiliki ikan ini adalah putih keabuan dengan adanya sirip-sirip yang bergelombang. Terdapat di bagian atas badan suatu bentuk kuning pucat memanjang di atas garis rusuk. Total hitam pada pangkal sirip dada juga pada penutup insang. Sirip-sirip sebagian kuning sebagian gelap dan ukuran dapat mencapai 38 cm dan umumnya 25-30 cm.
2.2. Kandungan Vitamin dan Manfaat Ikan Gulamah Batu
Menurut Hendrik (2010) Ikan Gulamah Batu kaya dengan vitamin A sebesar 0,01 IUyang baik untuk kesehatan mata. Vitamin B sebesar 0,05 mg di dalam ikan ini juga dapat mencegah pembengkakan kaki. Belum lagi vitamin C sebesar 0,01 mg juga melimpah yang amat baik untuk imunitas dan kesehatan kulit.
2.3. Ikan Asin Gulamah Batu
Salah satu produk olahan ikan yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia adalah ikan asin. Selain harganya yang lebih terjangkau, ikan asin juga mudah diperoleh. Ikan asin juga memiliki kandungan protein yang lebih tinggi dibandingkan ikan segar. Kandungan protein ikan segar per 100 gram sebesar 17 % sedangkan kandungan protein ikan asin per 100 gram sebesar 42
%. Kandungan lemak ikan asin sebesar 1,50 % lebih rendah daripada ikan segar yaitu sebesar 4,50 %. Hal ini menjadikan ikan asin lebih menguntungkan dalam hal kesehatan (Sari, 2011).
Ikan asin diproses dari ikan laut untuk diawetkan secara tradisional.
Pengawetan ikan secara tradisional bertujuan untuk mengurangi kadar air dalam tubuh ikan, sehingga tidak memberikan kesempatan bagi bakteri untuk berkembang biak. Hasil awetan yang bermutu tinggi dapat diperoleh dengan perlakuan yang baik selama proses pengawetan seperti menjaga kebersihan
bahan dan alat yang digunakan, menggunakan ikan yang masih segar, serta garam yang bersih. Ada bermacam-macam pengawetan ikan, antara lain dengan cara penggaraman, pengeringan, pemindangan, pengasapan, peragian, dan pendinginan ikan.
2.4. Pengolahan Ikan Asin Dengan Cara Penggaraman
Seperti kita ketahui ikan merupakan bahan pangan yang mudah rusak (membusuk). Hanya dalam waktu sekitar 8 jam sejak ikan ditangkap dan didaratkan sudah akan timbul proses perubahan yang mengarah pada kerusakan.
Karena itu agar ikan dan hasil perikanan lainnya dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin, perlu dijaga kondisinya. Pengolahan merupakan salah satu cara untuk mempertahankan ikan dari proses pembusukan, sehingga mampu disimpan lama sampai tiba waktunya untuk dijadikan sebagai bahan konsumsi (Adawyah, 2008).
Penggaraman merupakan proses pengawetan yang banyak dilakukan di berbagai negara, termasuk Indonesia. Proses tersebut menggunakan garam sebagai media pengawet, baik yang berbentuk kristal maupun larutan. Selama proses penggaraman, terjadi penetrasi garam kedalam tubuh ikan dan keluarnya cairan dari tubuh ikan karena perbedaan konsentrasi. Proses itu mengakibatkan pengentalan cairan tubuh yang masih tersisa dan penggumpalan protein (denaturasi) serta pengerutan sel-sel tubuh ikan sehingga sifat dagingnya berubah (Adawyah, 2008).
Pengawetan ikan yang dilakukan dengan cara penggaraman sebenarnya terdiri dari dua proses, yaitu proses penggaraman dan proses pengeringan. Ikan yang mengalami proses penggaraman akan menjadi awet karena garam dapat
menghambat atau membunuh bakteri penyebab pembusukan pada ikan tersebut (Afrianto dan Liviawaty, 1989).
Menurut Adawyah (2008) metode penggaraman ikan dapat dikelompokkan menjadi 3 (tiga), yaitu penggaraman kering, penggaraman basah, dan penggaraman campuran.
1. Penggaraman Kering (Dry Salting)
Metode penggaraman kering menggunakan kristal garam yang dicampurkan dengan ikan. Pada umumnya, ikan-ikan yang besar dibuang isi perutnya terlebih dahulu dan bila perlu dibelah agar dagingnya menjadi tipis sehingga lebih mudah untuk ditembus oleh garam. Pada proses penggaraman, ikan ditempatkan di dalam wadah yang kedap air, misalnya bak dari kayu atau dari bata disemen. Ikan disusun selapis demi selapis didalam wadah, diselingi dengan lapisan garam.
Jumlah garam yang dipakai umumnya 10-35% dari berat ikan.
2. Penggaraman Basah (Wet Salting)
Penggaraman basah menggunakan larutan garam 30-50% (setiap 100 liter larutan garam berisi 30-50 kg garam). Ikan dimasukkan kedalam larutan itu dan diberi pemberat agar semua ikan terendam dalam jangka waktu tertentu tergantung pada:
a) Ukuran dan tebal ikan.
b) Derajat keasinan yang diinginkan.
3. Penggaraman Campuran (Kench Salting)
Penggaraman Kench pada dasarnya adalah penggaraman kering, tetapi tidak menggunakan bak. Ikan dicampur dengan kristal garam seperti pada penggaraman kering diatas geladak kapal. Larutan garam yang terbentuk dibiarkan mengalir dan
terbuang. Cara tersebut tidak memerlukan bak, tetapi memerlukan lebih banyak garam untuk mengimbangi larutan garam yang mengalir dan terbuang. Proses penggaraman Kench lebih lambat. Oleh karena itu, pada udara yang panas seperti di Indonesia penggaraman Kench kurang cocok karena pembusukan dapat terjadi selama penggaraman.
2.5. Prospek Ikan Asin
Adanya perbedaan tingkat pengetahuan yang terjadi dikalangan nelayan maupun petani ikan mengenai proses penggaraman menyebabkan mutu ikan asin yang dihasilkan mempunyai kualitas berlainan. Meskipun memiliki nilai gizi yang tinggi, ikan asin sering dianggap sebagai makanan masyarakat golongan lemah.
Tetapi, saat ini ikan asin telah diterima oleh masyarakat golongan ekonomi menengah keatas. Bahkan produk-produk ikan asin tertentu dapat dikategorikan sebagai makanan mewah.
Prospek pemasaran ikan asin cukup menggembirakan, baik dalam maupun di luar negeri. Saat ini Arab Saudi dan Belanda telah berusaha mengimpor ikan asin dari Indonesia. Namun kesempatan ini belum dapat dipenuhi seluruhnya, karena produksi ikan asin negara kita masih rendah. Permintaan Arab Saudi akan ikan asin sebesar 4.200 ton/tahun telah berhasil dipenuhi, tetapi permintaan Belanda belum dapat dipenuhi. Oleh karena itu kita perlu meningkatkan kuantitas dan kualitas produk penggaraman (Afrianto dan Liviawaty, 1989).
2.6. Landasan Teori 2.6.1 Produksi
Produksi adalah suatu kegiatan yang mengubah input menjadi output. Kegiatan tersebut dalam ekonomi biasanya dinyatakan dalam fungsi produksi. Fungsi
produksi menunjukkan jumlah maksimum output yang dapat dihasilkan dari pemakaian sejumlah input dengan menggunakan teknologi tertentu (Sugiarto, 2007).
Produksi adalah transformasi atau pengubahan faktor produksi menjadi barang produksi atau suatu proses dimana masukan (input) diubah menjadi output. Dalam kegiatan produksi mengubah input menjadi output, perusahaan tidak hanya menentukan input apa saja yang diperlukan, tetapi juga harus mempertimbangkan harga dan input tersebut yang merupakan biaya produksi dan output (Sardjono, 2017).
2.6.2 Biaya
Biaya adalah pengorbanan sumber daya produksi untuk mencapai suatu sasaran/tujuan tertentu yang diukur dengan satuan nilai uang yang telah atau mungkin terjadi serta memberikan manfaat untuk masa yang akan datang (Sugiono, 2015).
Biaya adalah pengorbanan sumber ekonomis, yang di ukur dalam satuan uang, yang terjadi atau yang kemungkinan akan terjadi untuk mencapai tujuan tertentu.
Dalam arti sempit diartikan sebagai pengorbanan sumber ekonomi untuk memperoleh aktiva yang di sebut dengan istilah harga pokok, atau dalam pengertian lain biaya merupakan bagian dari harga pokok yang dikorbankan di dalam suatu usaha untuk memperoleh penghasilan (Bagus, 2009).
2.6.3 Pendapatan
Pendapatan merupakan penghasilan yang timbul dari aktivitas perusahaan yang biasa dan dikenal dengan sebutan yang berbeda seperti penjualan, penjualan jasa (fees), bunga, dividen, royalti, dan sewa. Pendapatan merupakan hal yang sangat
penting, karena pendapatan itu yang menjadi objek atas kegiatan perusahaan.
Pengertian pendapatan bermacam-macam, tergantung dari segi mana kita melihat pengertiannya (Bagus, 2009).
Pendapatan usaha merupakan penghasilan yang diperoleh dari aktivitas usaha pokok (utama) perusahaan. Misalnya aktivitas usaha pokok perusahaan dagang adalah pembelian dan penjualan barang dagangan. Penghasilan yang berhubungan langsung dengan kegiatan yang utama dilakukan perusahaan dagang adalah “hasil penjualan barang dagangan”. Dengan demikian penghasilan usaha perusahaan dagang adalah hasil penjualan barang dagangan, biasa disingkat dengan istilah
“penjualan” (sales). Sementara penghasilan usaha perusahaan yang bergerak di bidang jasa adalah “hasil penjualan jasa” (Shatu, 2016).
2.6.4 Analisis Kelayakan
Analisis kelayakan (feasibility analysis) adalah proses menentukan apakah suatu ide bisnis yang baru dapat bertahan menjadi sebuah usaha yang sukses. Tujuannya adalah untuk menentukan apakah ide bisnis tersebut layak diwujudkan atau tidak.
Jika ide bisnis tersebut tergolong layak, maka langkah berikutnya adalah menyusun rencana bisnis yang solid (unggul) untuk mengeksploitasi ide tersebut (Hery, 2017).
2.6.5 Metode Perhitungan Analisis Kelayakan 1. R/C Ratio (Return Cost Ratio)
Analisis R/C Ratio singkatan dari Return Cost Ratio atau dikenal sebagai perbandingan antara penerimaan dan biaya. R/C merupakan alat analisis yang digunakan untuk mengukur biaya dari suatu produksi, dimana jika nilai R/C
Ratio > 1 maka proyek atau usaha tersebut layak dilaksanakan, dan jika R/C Ratio < 1 maka usaha atau proyek tersebut tidak layak untuk dilaksanakan (Soekartawi, 2002).
2. BEP (Break Even Point)
Break Even Point (BEP) yang merupakan alat analisis yang digunakan untuk mengetahui batas nilai produksi atau volume produksi suatu usaha mencapai titik impas yaitu tidak rugi dan tidak untung Break Even Point (BEP) yang akan digunakan yaitu Break Even Point (BEP) Harga dan Break Even Point (BEP) Produksi (Soekartawi, 2002).
3. Upah Minimum Kota (UMK)
Menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor 7 Tahun 2013, terdapat beberapa definisi terkait Upah Minimum, yaitu :
Upah Minimum yaitu upah bulanan terendah yang terdiri atas upah pokok termasuk tunjangan tetap yang ditetapkan oleh gubernur sebagai jaring pengaman.
Pengertian UMK adalah Upah Minimum Kota/Kabupaten yaitu upah minimum yang berlaku di sebuah wilayah Kota/Kabupaten.
Pengertian UMP adalah Upah Minimum Provinsi yaitu upah minimum yang berlaku untuk seluruh wilayah Kota/Kabupaten di satu provinsi.
Pengertian UMR adalah Upah minimum Regional, namun istilah ini sudah tidak digunakan lagi sejak adanya peraturan menteri yang baru, sehingga istilah upah minimum yang digunakan adalah UMK dan UMP saja. Untuk nilai besaran UMK dan UMP dapat dengan mudah kita cek
melalui internet, karena biasanya ditetapkan melalui sebuah peraturan gubernur dan peraturan daerah (Perda).
2.6.6 Karakteristik Sosial Ekonomi 1. Umur
Umur petani adalah salah satu faktor yang berkaitan erat dengan kemampuan kerja dalam melaksanakan kegiatan usahatani, umur dapat dijadikan sebagai tolak ukur dalam melihat aktivitas seseorang dalam bekerja dimana dengan kondisi umur yang masih produktif maka kemungkinan besar seseorang dapat bekerja dengan baik dan maksimal (Hasyim, 2006).
2. Lama Pendidikan
Pendidikan dinilai sebagai sarana meningkatkan pengetahuan tentang teknologi pertanian yang baru, karena pendidikan merupakan sarana belajar dimana selanjutnya diperkirakan akan menanamkan pengertian sikap yang menguntungkan menuju praktek pertanian yang modern (Hasyim, 2006).
Banyaknya atau lamanya sekolah/pendidikan yang diterima seseorang akan berpengaruh terhadap kecakapannya dalam pekerjaan tertentu. Sudah tentu kecakapan tersebut akan mengakibatkan kemampuan yang lebih besar dalam menghasilkan pendapatan bagi rumah tangga (Hasyim, 2006).
3. Jumlah Tanggungan
Menurut Hasyim (2006) jumlah tanggungan keluarga adalah salah satu faktor yang perlu diperhatikan dalam menentukan pendapatan untuk memenuhi kebutuhannya. Banyaknya jumlah tanggungan keluarga, akan mendorong petani
untuk melakukan banyak kegiatan/aktivitas terutama dalam upaya mencari dan menambah pendapatan keluarga.
Jumlah tanggungan keluarga semakin banyak (anggota keluarga) akan semakin meningkat pula beban hidup yang harus dipenuhi. Jumlah anggota keluarga akan mempengaruhi keputusan petani dalam berusahatani. Keluarga yang memiliki sebidang lahan tetap saja jumlahnya semakin sempit dengan bertambahnya anggota keluarga sementara kebutuhan akan produksi terutama pangan semakin bertambah (Daniel, 2002).
4. Lama Berusaha
Lamanya berusahatani, petani yang sudah lebih lama bertani akan lebih mudah menerapkan inovasi dari pada petani pemula. Hal ini dikarenakan pengalaman lebih banyak sehingga sudah dapat membuat perbandingan dalam mengambil keputusan (Hasyim, 2006).
Menurut Hasyim (2006) menyatakan lamanya berusahatani untuk setiap orang berbeda-beda, oleh karena itu lamanya berusahatani dapat dijadikan bahan pertimbangan agar tidak melakukan kesalahan yang sama sehingga dapat melakukan hal-hal yang baik untuk waktu-waktu berikutnya. Petani yang sudah lama bertani akan lebih mudah menerapkan anjuran penyuluh daripada petani pemula, hal ini dikarenakan pengalaman yang lebih banyak sehingga sudah dapat membuat perbandingan dalam mengambil keputusan.
5. Luas Tempat Usaha
Luas Ruang Tempat Usaha adalah jumlah luas keseluruhan tempat usaha yang dinyatakan dalam ukuran m² (meter persegi). Luas tempat usaha merupakan salah satu faktor yang perlu diperhatikan dalam penentuan pendapatan. Semakin luas
dari suatu tempat usaha, memungkinkan semakin besar pula produksi dari suatu produk yang berdampak pada pendapatan.
Petani yang mempunyai luas lahan yang lebih luas akan lebih mudah menerapkan inovasi dibandingkan dengan petani berlahan sempit. Hal ini dikarenakan keefektifan dan efisiensi dalam penggunaan sarana produksi. Besarnya luasan usahatani menggambarkan tingkat kesejahteraan masyarakat petani, dengan semakin luasnya lahan sehingga semakin tinggi produksi dan pendapatan yang diterima (Soekartawi, 2002).
6. Penggunaan Modal
Modal adalah syarat mutlak berlangungnya suatu usaha, demikian pula dengan usahatani. Menurut Vink, benda-benda (termasuk tanah) yang dapat mendatangkan pendapatan dianggap sebagai modal. Namun, tidak demikian halnya dengan Koens yang menganggap bahwa hanya uang tunai saja yang dianggap sebagai modal usahatani (Suratiyah, 2015).
Dalam arti ekonomi perusahaan, modal adalah barang ekonomi yang dapat dipergunakan untuk memproduksi kembali atau modal adalah barang ekonomi yang dapat dipergunakan untuk mempertahankan atau meningkatkan pendapatan (Suratiyah, 2015).
2.3. Penelitian Terdahulu Tabel 2. Penelitian Terdahulu
No Nama Judul
Penelitian
Identifikasi Masalah
Metode
Analisis Hasil
1. Ade Lihu Sihombing (2017)
Analisis Kelayakan Usaha Lemang di Kota Tebing Tinggi
1. Bagaimana ketersediaan input yaitu alat operasional, bahan baku, tenaga kerja dan modal untuk usaha lemang.
2. Apakah usaha lemang layak
dikembangkan di daerah penelitian?
Dengan menggunak an metode perhitungan BEP, R/C Ratio dan Analisis Sensitivitas
Usaha lemang di Kota Tebing Tinggi layak untuk diusahakan dan juga usaha lemang memiliki sensitivitas mencapai 18-23%
apabila biaya naik dan masih dikatakan layak.
2. Albert
Ifolala Zebua (2017)
Analisis Kelayakan Usaha Ternak Kambing (Studi: Desa Pengajahan, Kec.
Pengajahan, Kab. Serdang Bedagai)
1. Bagaimana ketersediaan modal usaha ternak kambing sebanyak 10 ekor di daerah penelitian?
2. Bagaimana kelayakan usaha ternak kambing sebanyak 10 ekor di daerah penelitian?
3. Apakah ada pengaruh karakteristik sosial ekonomi terhadap pendapatan usaha ternak kambing?
Dengan menggunak an metode perhitungan R/C, BEP, ROI, dan metode analiis linear berganda dengan alat bantu SPSS 16.
Ketersediaan modal dengan rincian dari segi jumlah dan waktu cukup teredia ketika dibutuhkan.
Usaha ternak kambing layak dilakukan karena indikator-indikator kelayakan sudah terpenuhi.
Karakteristik sosial ekonomi peternak secara parsial menunjukkan umur dan pendidikan tidak berpengaruh nyata terhadap pendapatan usaha ternak,
sedangkan jumlah tanggungan, lama berusaha dan luas kandang berpengaruh nyata terhadap pendapatan usaha ternak.
Lanjutan Tabel 2. Penelitian Terdahulu 3. Dewanti
Budi Utami (2017)
Analisis Kelayakan Finansial Budidaya Bibit Ikan Lele (Clarias gariepinus) (Studi Kasus:
Desa Wonorejo, Kec. Pematang Bandar , Kab.
Simalungun)
1. Apakah usaha bibit ikan lele secara finansial layak untuk diusahakan dan dikembangkan?
2. Bagaimana pengaruh
karateristik sosial ekonomi terhadap pendapatan?
Analisis kelayakan dan regresi linear berganda
Sistem budidaya bibit ikan lele menunjukkan bahwa usahatani layak
dikembangkan dengan
pendapatan terbilang besar karena diatas UMK secara parial karakteristik sosial ekonomi (pendidikan, lamanya budidaya, jumlah
tanggungan, dan luas kolam) berpengaruh nyata terhadap pendapatan petani
sedangkan umur tidak
berpengaruh nyata terhadap pendapatan petani.
Sedangkan secara serempak seluruh variabel bebas
berpengaruh nyata terhadap pendapatan petani budidaya bibit ikan lele.
Lanjutan Tabel 2. Penelitian Terdahulu 4. Tohar
Mahadji Nainggolan (2015)
Analisis Kelayakan Finansial Usahatani Kepiting (Scilla Serrata)
1. Berapa besar biaya dari setiap komponen pendukung
produksi usahatani kepiting didaerah penelitian?
2. Berapa pendapatan usahatani kepiting di daerah
penelitian?
3. Apakah
usahatani kepiting layak diusahakan secara financial di daerah penelitian?
Dengan menggunakan metode perhitungan BEP, R/C Ratio
Usahatani kepiting di daerah penelitian adalah usaha yang
menguntungkan, dan secara finansial layak untuk
diusahakan dan dikembangkan
5. Zalwa Nahla Lubis (2016)
Analisis Kelayakan Pengolahan Susu Kedelai Di Kota Medan
1. Bagaimana ketersediaan input untuk usaha pengolahan susu kedelai di daerah penelitian ? 2. Berapa besar pendapatan usaha pengolahan susu kedelai di daerah penelitian ? 3. Apakah usaha pengolahan susu kedelai layak untuk dikembangkan di daerah penelitian ?
Dengan menggunakan metode perhitungan BEP, R/C Ratio
Usaha
pengolahan susu kedelai layak untuk
diusahakan di daerah
penelitian.
2.8. Kerangka Pemikiran
Usaha pengolahan ikan asin merupakan usaha yang dilakukan oleh pengusaha ikan asin. Pengusaha ikan asin membutuhkan biaya produksi dalam proses pengolahan ikan asin. Penerimaan merupakan hasil perkalian produksi ikan asin dengan harga jual ikan asin. Pendapatan yang diperoleh pengusaha ikan asin
merupakan jumlah penerimaan dari hasil penjualan ikan asin dikurang dengan biaya produksi.
Pendapatan juga dapat dipengaruhi oleh karakteristik sosial ekonomi. Adapun karakteristik sosial ekonomi tersebut antara lain umur, lama pendidikan, jumlah tanggungan, lama berusaha, luas tempat usaha dan penggunaan modal. Setelah diketahui jumlah dari pendapatan usaha pengolahan ikan asin, akan dilakukan analisis kelayakan yang bertujuan untuk mengetahui kelayakan usaha pengolahan ikan asin. Adapun kriteria kelayakan yang dipakai dalam penelitian ini antara lain R/C Ratio, Break Even Point (BEP) Produksi dan BEP Harga, serta UMK.
Bila kriteria kelayakan tersebut terpenuhi maka dapat dikatakan usaha tersebut layak untuk tetap dilaksanakan. Jika usaha dikatakan layak artinya usaha tersebut memberikan keuntungan atau manfaat, namun bila dikatakan tidak layak artinya usaha tersebut tidak memberikan keuntungan atau manfaat sehingga pengusaha pengolaha ikan asin dapat melakukan tindakan penyesuaian (adjustment) karena usaha yang dilakukan menyimpang dari tujuan semula.
Pengusaha Ikan Asin
Faktor Sosial Ekonomi: Biaya Produksi Umur
Lama Pendidikan
Jumlah Tanggungan Proses Pengolahan Ikan Asin Lama Berusaha
5. Luas Tempat Usaha
6. Penggunaan Modal Produksi Ikan Asin
Harga Jual
Penerimaan
Pendapatan
Analisis Kelayakan:
R/C Ratio
BEP Produksi dan BEP Harga UMK
Layak Tidak Layak
Keterangan:
: Menyatakan adanya hubungan
Gambar 2.1. Skema Kerangka Pemikiran Analisis Kelayakan Usaha
Pengolahan Ikan Asin Gulamah Batu (Pseudocienna amovensis)
2.9. Hipotesis Penelitian
Sesuai dengan identifikasi masalah, maka disusun hipotesis penelitian sebagai berikut:
1. Usaha pengolahan Ikan Asin Gulamah Batu layak untuk tetap diusahakan di daerah penelitian.
2. Terdapat pengaruh karakteristik sosial ekonomi (umur, lama pendidikan, jumlah tanggungan, lama berusaha, luas tempat usaha, dan penggunaan modal) pengusaha terhadap pendapatan usaha pengolahan Ikan Asin Gulamah Batu di daerah penelitian.
3.1. Metode Penentuan Daerah Penelitian
Daerah penelitian ditentukan secara purposive, artinya daerah penelitian ditentukan berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tertentu disesuaikan dengan tujuan penelitian yang merupakan sentra produksi ikan asin tertinggi di Kelurahan Pematang Pasir, Kecamatan Teluk Nibung, Kotamadya Tanjung Balai dengan jumlah pengusaha sebanyak 32 pengusaha ikan asin seperti dapat dilihat pada Tabel 3.1.
Tabel 3.1. Jumlah Pengusaha Ikan Asin di Kecamatan Teluk Nibung, Kotamadya Tanjung Balai, 2017
No Kelurahan Jumlah Pengusaha Keterangan
1. Pematang Pasir 32 Aktif
2. Perjuangan 2 Aktif
3. Sei Merbau 1 Aktif
4. Beting Kuala Kapias 2 Aktif
TOTAL 37 Aktif
Sumber: Kecamatan Teluk Nibung, 2017
Dari Tabel 3.1. dapat diketahui bahwa Kelurahan Pematang Pasir merupakan sentra produksi ikan asin dengan jumlah pengusaha ikan asin terbanyak, yaitu mencapai 32 pengusaha di Kecamatan Teluk Nibung.
3.2. Metode Penentuan Subjek Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah pengusaha ikan asin yang ada di Kelurahan Pematang Pasir. Penelitian ini dilakukan secara sensus, artinya seluruh populasi dijadikan subjek penelitian. Besar sampel adalah 32 pengusaha ikan asin.
3.3. Metode Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari wawancara langsung dengan pengusaha ikan asin melalui survei dan daftar kuesioner yang telah dipersiapkan terlebih dahulu, sedangkan data sekunder diperoleh dari instansi atau lembaga terkait dengan substansi penelitian, seperti Kantor Lurah Pematang Pasir, Kantor Camat Teluk Nibung, Dinas Perikanan Kotamadya Tanjung Balai dan Badan Pusat Statistik (BPS) Kotamadya Tanjung Balai.
3.4. Metode Analisis Data
Untuk membuktikan hipotesis 1, yaitu usaha pengolahan Ikan Asin Gulamah Batu layak untuk tetap dilaksanakan di daerah penelitian, maka dihitung dengan beberapa kriteria uji kelayaka yaitu Return Cost Ratio (R/C Ratio), Break Even Point (BEP) yang terbagi atas BEP Produksi dan BEP Harga serta UMK.
1. R/C Ratio
Menurut Soekartawi (2002) untuk menghitung penerimaan, dapat digunakan rumus sebagai berikut:
TR = Y. Py
Keterangan:
TR = Total Revenue (Total Penerimaan) (Rp)
Y = Yield (Jumlah Produksi) (Kg)
Py = Price Yield (Harga Produk) (Rp)
Setelah mengetahui jumlah penerimaan, maka dapat dihitung jumlah pendapatan yang dapat dilakukan dengan rumus sebagai berikut:
Pd = TR – TC
Keterangan:
Pd = Pendapatan
TR = Total Revenue (Total Penerimaan) (Rp)
TC = Total Cost (Total Biaya) (Rp)
Setelah itu dapat dihitung jumlah R/C Ratio yang dirumuskan sebagai berikut:
R/C Ratio =
Keterangan:
R = Revenue (Penerimaan) (Rp) C = Cost (Biaya) (Rp)
Kriteria Penilaian :
Jika R/C > 1 maka usaha pengolahan Ikan Asin Gulamah Batu layak untuk tetap dilaksanakan.
Jika R/C < 1 maka usaha pengolahan Ikan Asin Gulamah Batu tidak layak untuk tetap dilaksanakan.
Jika R/C = 1 maka usaha pengolahan Ikan Asin Gulamah Batu dalam keadaan impas.
2. Break Even Point (BEP)
Menurut Soekartawi (2002) Break Even Point (BEP) yaitu titik pulang pokok dimana Total Revenue sama dengan Total Cost. Dapat dirumuskan sebagai berikut:
BEP Produksi =
BEP Harga =
Dengan kriteria uji:
a. BEP Produksi < Produksi yang dihasilkan, maka usaha pengolahan Ikan Asin Gulamah Batu layak untuk tetap dilaksanakan.
b. BEP Produksi = Produksi yang dihasilkan, maka usaha pengolahan Ikan Asin Gulamah Batu mencapai titik impas, artinya tidak untung dan tidak rugi.
c. BEP Produksi > Produksi yang dihasilkan, maka usaha pengolahan Ikan Asin Gulamah Batu tidak layak untuk tetap dilaksanakan.
d. BEP Harga < Harga jual produk, maka usaha pengolahan Ikan Asin Gulamah Batu layak untuk tetap dilaksanakan.
e. BEP Harga = Harga jual produk, maka usaha pengolahan Ikan Asin Gulamah Batu mencapai titik impas, artinya tidak untung dan tidak rugi.
f. BEP Harga
>
Harga jual produk, maka usaha pengolahan Ikan Asin Gulamah Batu tidak layak untuk tetap dilaksanakan.3. UMK
Yaitu dengan membandingkan pendapatan usaha pengolahan Ikan Asin Gulamah Batu per bulan dengan Upah Minimum Kota (UMK) di daerah penelitian, dapat diketahui apabila:
Pendapatan > UMK, maka usaha pengolahan Ikan Asin Gulamah Batu layak untuk tetap dilaksanakan
Pendapatan < UMK, maka usaha pengolahan Ikan Asin Gulamah Batu tidak layak untuk dilaksanakan
Untuk membuktikan hipotesis 2, yaitu Ada pengaruh karakteristik sosial ekonomi (umur, lama pendidikan, jumlah tanggungan, lama berusaha, luas tempat usaha, dan penggunaan modal) pengusaha terhadap pendapatan usaha pengolahan Ikan Asin Gulamah Batu di daerah penelitian, dapat digunakan uji regresi linear berganda (menggunakan metode Ordinary Least Square/OLS dengan alat bantu SPSS). Secara matematis dapat ditulis sebagai berikut:
Pengujian pengaruh karakteristik sosial ekonomi terhadap pendapatan usaha pengolahan Ikan Asin Gulamah Batu
Y = + + + + + +
Dimana:
Y = Pendapatan usaha pengolahan Ikan Asin Gulamah Batu = Konstanta
... = Koefisien Regresi = Umur (Tahun)
= Lama Pendidikan (Tahun)
= Jumlah Tanggungan (Orang) = Lama Berusaha (Tahun) = Luas Tempat Usaha (m2) = Penggunaan Modal (Rp)
Analisis Kesesuaian Model (Test of Goodness of Fit) Koefisien Determinasi (R²)
Digunakan untuk mengukur seberapa jauh kemampuan variabel bebas dalam menerangkan variasi variabel terikat. Koefisien Determinasi (R²) bertujuan untuk mengetahui kekuatan variabel-variabel bebas dalam menjelaskan variabel terikat.
Uji F
Metode Regresi Linier mengasumsikan bahwa pengaruh variabel bebas (X) terhadap variabel terikat (Y) adalah linier. Untuk menguji pengaruh variabel bebas (X) terhadap variabel terikat (Y), maka dilakukan uji statistik F. Uji kelinieran pengaruh variabel pada dasarnya menunjukkan apakah variabel bebas yang dimasukkan dalam model berpengaruh linier terhadap variabel terikatnya (Supriana, 2015).
Uji F dilakukan dengan membandingkan nilai signifikansi dengan taraf nyata yang digunakan dengan ketentuan:
Ho diterima dan H1 ditolak jika nilai signifikansi > α (0,05).
H0 ditolak dan H1 diterima jika nilai signifikansi < α (0,05).
Hipotesis:
H0: Faktor secara serempak tidak berpengaruh signifikan terhadap pendapatan usaha pengolahan Ikan Asin Gulamah Batu.
H1: Faktor secara serempak berpengaruh signifikan terhadap pendapatan usaha pengolahan Ikan Asin Gulamah Batu.
Uji t
Uji statistik t digunakan untuk menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel bebas (X) secara parsial (individu) dalam menerangkan variasi variabel terikat (Y). Uji t dilakukan dengan membandingkan nilai signifikansi dengan taraf nyata yang digunakan dengan ketentuan (Supriana, 2015).:
Ho diterima dan H1 ditolak jika nilai signifikansi > α (0,05).
H0 ditolak dan H1 diterima jika nilai signifikansi < α (0,05).
Hipotesis:
H0: Faktor secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap pendapatan usaha pengolahan Ikan Asin Gulamah Batu.
H1: Faktor secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap kontribusi pendapatan usaha pengolahan Ikan Asin Gulamah Batu.
Uji Asumsi Klasik Uji Normalitas
Uji normalitas adalah uji yang digunakan untuk mengetahui apakah data berdistribusi normal. Uji normalitas dapat dilakukan dengan Normal P-Plot of Regression Standarized Residual, grafik histogram dari residualnya dan uji Kolmogorov Smirnov.
Persyaratan dari uji normalitas data adalah:
Jika output Grafik Histogram menunjukkan pola distribusi normal maka mengindikasikan model regresi melalui asumsi normalitas.
Jika Normal P-Plot menunjukkan penyebaran data (titik-titik) di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal maka di indikasikan model regresi memenuhi asumsi normalitas.
Kriteria pengujian menggunakan Uji Kolmogorov Smirnov dengan melihat nilai signifikan pada Kolmorov Smirnov Test, yaitu:
Jika sig >0,05 maka data berdistribusi normal.
Jika sig <0,05 maka data tidak berdistribusi normal.
Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk melihat apakah di dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain dalam model regresi. Jika varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap maka disebut homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas.
Model regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas dapat diketahui dengan melihat penyebaran data pada grafik scatterplot.
Jika penyebaran data pada scatterplot membentuk pola tertentu yang teratur seperti bergelombang, melebar kemudian menyempit maka mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas.
Jika penyebaran data pada scatterplot tidak terdapat pola tertentu yang jelas, titik- titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y maka mengindikasikan tidak terjadi heteroskedastisitas.
Uji Multikolinearitas
Salah satu dari asumsi model regresi linier klasik adalah bahwa tidak terdapat multikolinearitas antara variabel bebas yang dimasukkan ke dalam model. Uji
asumsi multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah ditemukan adanya korelasi atau hubungan antar variabel bebas dalam model regresi. Korelasi di antara variabel bebas seharusnya tidak terjadi dalam model regresi yang baik.
Untuk mendeteksi ada tidak adanya multikolinearitas dengan melihat Tolarance dan VIF sebagai berikut (Supriana, 2015):
Tolerance >0,1dan VIF < 10 , Tidak terjadi multikolinearitas.
Tolerance <0,1dan VIF > 10 , Multikolinearitas.
3.5. Definisi dan Batasan Operasional
Untuk menghindari kesalahpahaman dalam memahami penelitian ini maka perlu dibuat definisi dan batasan operasional sebagai berikut:
3.5.1 Definisi
Proses pengolahan ikan asin adalah proses pengolahan ikan segar menjadi Ikan Asin Gulamah Batu.
Produksi ikan asin adalah semua hasil olahan Ikan Asin Gulamah Batu baik untuk dijual maupun untuk dikonsumsi sendiri (Kg/Bulan).
Harga jual adalah besarnya nilai penjualan yang diterima oleh pengusaha Ikan Asin Gulamah Batu (Rp/Kg).
Penerimaan adalah jumlah produksi Ikan Asin Gulamah Batu dikalikan dengan harga jual ikan asin di tingkat pengusaha ikan asin (Rp/Bulan).
Biaya produksi adalah jumlah biaya yang harus dikeluarkan selama masa produksi hingga menghasilkan produk ikan asin (Rp/Bulan).
Pendapatan usaha pengolahan ikan asin adalah selisih antara penerimaan dengan total biaya produksi (Rp/Bulan).
Karakteristik sosial ekonomi antara lain umur, lama pendidikan, jumlah tanggungan keluarga, lama berusaha, luas tempat usaha dan biaya produksi.
Analisis kelayakan usaha adalah untuk menganalisis usaha pengolahan Ikan Asin Gulamah Batu layak atau tidak layak diusahakan di daerah penelitian.
9. Analisis R/C Ratio adalah perbandingan antara total penerimaan dengan total biaya.
10. Analisis Break Even Point (BEP) adalah alat analisis untuk menghitung batas produksi dan batas harga dari usaha pengolahan Ikan Asin Gulamah Batu apakah mencapai titik impas yaitu tidak rugi dan tidak untung.
11. UMK adalah Upah Minimum Kota/Kabupaten yaitu upah minimum yang ditetapkan pemerintah di wilayah Kotamadya Tanjung Balai.
12. Layak adalah usaha pengolahan Ikan Asin Gulamah Batu tersebut memberikan keuntungan/manfaat.
13. Tidak layak adalah usaha pengolahan ikan asin Gulamah Batu tersebut tidak memberikan keuntungan/manfaat.
3.5.2 Batas Operasional
Sampel penelitian sebanyak 32 sampel.
Waktu penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari tahun 2018.
4.1. Letak dan Geografis
Kelurahan Pematang Pasir adalah salah satu Kelurahan dari 5 Kelurahan di Kecamatan Teluk Nibung , dengan Luas Wilayah ± 40,2 Ha dengan jumlah penduduk 9.321 jiwa dan jumlah Kepala Keluarga 2.382 KK dari Tujuh (VII) lingkungan. Kelurahan Pematang Pasir berlokasi di Jalan Kirab Remaja Lingkungan VII Kecamatan Teluk Nibung Kotamadya Tanjung Balai. Secara administratif Kelurahan Pematang Pasir memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut:
- Sebelah Utara : Berbatasan dengan Kelurahan Sei Merbau - Sebelah Selatan : Berbatasan dengan Kelurahan Perjuangan - Sebelah Timur : Berbatasan dengan Kabupaten Asahan
- Sebelah Barat : Berbatasan dengan Kelurahan Kapias Pulau Buaya
4.2. Keadaan Penduduk
Jumlah penduduk Kelurahan Pematang Pasir pada tahun 2017 tercatat berjumlah 9.321 jiwa dan jumlah Kepala Keluarga 2.382 KK yang terdiri dari 4.817 jiwa laki-laki dan 4.504 jiwa perempuan. Berikut adalah data penduduk menurut kelompok umur disajikan pada Tabel 4.1.
Tabel 4.1 Data Penduduk Kelurahan Pematang Pasir, Kecamatan Teluk Nibung, Kotamadya Tanjung Balai Menurut Umur Tahun 2017
No. Usia (Tahun) Jumlah (Jiwa) Persentase (%)
1. 0–1 116 1,24
2. 1–4 450 4,82
3. 5–6 341 3,65
4. 7–12 1.229 13,18
5. 13–15 673 7,22
6. 16–18 477 5,11
7. 19–25 1.311 14,06
8. 26–35 1.560 16,73
9. 36–45 1.279 13,72
10. 46–50 269 2,88
11. 51–60 562 6,02
12. 61–75 339 3,63
13. 75 ≥ 504 5,40
Jumlah 9.321 100
Sumber: Kantor Lurah Pematang Pasir, 2017
Berdasarkaan Tabel 4.1 dapat diketahui bahwa jumlah usia produktif penduduk Kelurahan Pematang Pasir berada pada kisaran umur yaitu 16 – 18 tahun, 19 – 25 tahun, 26 – 35 tahun, 36 – 45 tahun, 46 – 50 dan 51 – 60 tahun atau sebesar 58,2 %. Sedangkan kisaran umur lainnya bukan merupakan usia produktif atau sebesar 41,48 %. Maka jumlah penduduk dengan usia produktif lebih dominan dibanding penduduk bukan usia produktif. Sedangkan dari sisi keagamaan, diketahui bahwa penduduk Kelurahan Pematang Pasir menganut 4 agama yaitu agama Islam, Kristen, Khatolik, dan Budha.
Berdasarkan data yang diperoleh dari Kantor Lurah Pematang Pasir, Kecamatan Teluk Nibung, Kotamadya Tanjung Balai tercatat jumlah penduduk
Kecamatan Teluk Nibung, Kotamadya Tanjung Balai. Berikut adalah data penduduk berdasarkan tngkat pendidikan disajikan pada Tabel 4.2.
Tabel 4.2 Jumlah Penduduk Kelurahan Pematang Pasir, Kecamatan Teluk Nibung, Kotamadya Tanjung Balai Berdasarkan Tingkat Pendidikan Tahun 2017
No. Pendidikan Jumlah (Jiwa)
1. Tidak/Belum Sekolah 1.834
2. Belum Tamat SD/Sederajat 1.275
3. Tamat SD/Sederajat 2.607
4. SLTP/Sederajat 1.804
5. SLTA/Sederajat 1.605
6. Diploma I/II 40
7. Akademi/Diploma III/S. Muda 50
8. Diploma III/Strata I 106
Jumlah 9.321
Sumber: Kantor Lurah Pematang Pasir, 2017
Berdasarkan Tabel 4.2 dapat diketahui bahwa pendidikan penduduk Kelurahan Pematang Pasir, Kecamatan Teluk Nibung, Kotamadya Tanjung Balai tingkat Tidak/Belum Sekolah adalah 1.834 jiwa, tingkat Belum Tamat SD/Sederajat adalah 1.275, tingkat Tamat SD/Sederajat adalah 2.607, tingkat SLTP/Sederajat adalah 1.804, tingkat SLTA/Sederajat adalah 1.605, tingkat Diploma I/II adalah 40, tingkat Akademi/Diploma III/S. Muda adalah 50, dan tingkat Diploma III/Strata I adalah 106. Dan dapat diketahui bahwa mayoritas tingkat pendidikan penduduk Kelurahan Pematang Pasir, Kecamatan Teluk Nibung, Kotamadya Tanjung Balai adalah tingkat Tamat SD/Sederajat.
Penduduk Kelurahan Pematang Pasir memiliki mata pencaharian yang beragam. Mata pencaharian penduduk Kelurahan Pematang Pasir dominan adalah
wiraswasta. Pada Tabel 4.3 ini disajikan penduduk menurut pekerjaan di Kelurahan Pematang Pasir.
Tabel 4.3 Distribusi Penduduk Kelurahan Pematang Pasir, Kecamatan Teluk Nibung, Kotamadya Tanjung Balai Menurut Mata Pencaharian Tahun 2017
No. Uraian Jumlah (Jiwa)
1. Pegawai Negeri Sipil 95
2. Tentara Nasional Indonesia 3
3. Kepolisian RI 3
4. Pedangang 27
5. Petani/Pekebun 27
6. Nelayan/Perikanan 354
7. Buruh Nelayan/Perikanan 432
8. Transportasi 20
9. Wiraswasta 1.670
10. Lain-lain 6.690
Jumlah 9.321
Sumber: Kantor Lurah Pematang Pasir, 2017
Berdasarkan Tabel 4.3 diketahui bahwa mata pencaharian penduduk Kelurahan Pematang Pasir dominan berprofesi sebagai wiraswasta sebanyak 1.670 jiwa, dengan jumlah laki-laki sebanyak 1.333 jiwa dan perempuan sebanyak 337 jiwa. Dan urutan kedua mata pencaharian terbanyak berprofesi sebagai buruh nelayan/perikanan sebanyak 432 jiwa, dengan jumlah laki-laki sebanyak 431 jiwa dan perempuan sebanyak 1 jiwa.
4.3. Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana sangat mempengaruhi perkembangan dan kemajuan masyarakat. Semakin baik sarana dan prasarana akan mempercepat laju
setempat. Keadaan sarana dan prasarana dari penduduk Kelurahan Pematang Pasir disajikan pada Tabel 4.4 berikut ini :
Tabel 4.4 Sarana dan Prasarana Penduduk Kelurahan Pematang Pasir, Kecamatan Teluk Nibung, Kotamadya Tanjung Balai Tahun 2017
Sarana dan Prasarana Jumlah (Unit)
Kantor Kepala Desa 1
PAUD 8
TK/SD ¼
SLTP 2
SLTA 2
Kursus-Kursus 2
Apotek 2
Posyandu 7
Puskesmas 1
Puskesmas Pembantu 1
Dokter praktek 2
Mesjid 2
Musholla 3
Langgar 2
Jumlah 40
Sumber: Kantor Lurah Pematang Pasir, 2017 4.4. Karakteristik Sampel
Adapun karakteristik pengusaha ikan asin di Kelurahan Pematang Pasir, Kecamatan Teluk Nibung. Kotamadya Tanjung Balai adalah umur, lama pendidikan, jumlah tanggungan keluarga, lama berusaha dan luas tempat usaha.
4.4.1 Umur Pengusaha Ikan Asin
Adapun umur pengusaha ikan asin di Kelurahan Pematang Pasir, Kecamatan Teluk Nibung. Kotamadya Tanjung Balai adalah sebagai berikut :
Tabel 4.5 Umur Pengusaha Ikan Asin di Kelurahan Pematang Pasir, Kecamatan Teluk Nibung. Kotamadya Tanjung Balai Tahun 2018
Dari Tabel 4.5 dapat dilihat bahwa jumlah usia produktif pengusaha ikan asin berada pada kelompok umur yaitu 40-45 tahun, 46-50 tahun, 51-55 tahun, dan 56- 60 tahun atau sebesar 97 %. Sedangkan jumlah bukan usia produktif pada kelompok umur >65 tahun atau sebesar 3%. Artinya hampir seluruh pengusaha ikan asin di daerah penelitian berada pada usia produktif yang masih berpotensi dalam mengoptimalkan usahanya.
4.4.2 Lama Pendidikan Pengusaha Ikan Asin
Pendidikan adalah lamanya proses belajar pada tingkatan tertentu yang ditempuh oleh pengusaha sampel di bangku sekolah. Pendidikan yang ditempuh pengusaha sampel yaitu dari 6 sampai 12 tahun. Berikut Tabel 4.6. lama pendidikan pengusaha sampel di Kelurahan Pematang Pasir, Kecamatan Teluk Nibung, Kotamadya Tanjung Balai.
No. Kelompok
Umur (Tahun) Jumlah (Jiwa) Persentase (%)
1. 40-45 9 28
2. 46-50 8 25
3. 51-55 6 19
4. 56-60 8 25
5. >65 1 3
Jumlah 32 100
Sumber: Lampiran 1
Tabel 4.6 Lama Pendidikan Pengusaha Ikan Asin di Kelurahan Pematang Pasir, Kecamatan Teluk Nibung. Kotamadya Tanjung Balai Tahun 2018
No. Lama Pendidikan (Tahun)
Jumlah (Jiwa)
Persentase (%)
1. 6 24 75
2. 9 7 22
3. 12 1 3
Jumlah 32 100
Sumber: Lampiran 1
Dari Tabel 4.6 dapat dilihat bahwa jumlah lama pendidikan 6 tahun sebanyak 24 jiwa dengan persentase sebesar 75% merupakan jumlah paling dominan dibandingkan lama pendidikan lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar pengusaha ikan asin memiliki pendidikan yang rendah.
4.4.3 Jumlah Tanggungan Pengusaha Ikan Asin
Klarifikasi jumlah tanggungan keluarga pengusaha sampel di Kelurahan Pematang Pasir, Kecamatan Teluk Nibung, Kotamadya Tanjung Balai dapat dilihat pada Tabel 4.7.
Tabel 4.7 Jumlah Tanggungan Pengusaha Ikan Asin di Kelurahan Pematang Pasir, Kecamatan Teluk Nibung. Kotamadya Tanjung Balai Tahun 2018
No. Kelompok Jumlah
Tanggungan (Orang) Jumlah (Jiwa) Persentase (%)
1. 0-2 17 53
2. 3-4 15 47
Jumlah 32 100
Sumber: Lampiran 1
Dari Tabel 4.7 dapat dilihat bahwa kelompok jumlah tanggungan 0–2 orang sebanyak 17 jiwa dengan persentase sebesar 53 % merupakan jumlah yang