• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.2 Metode Penentuan Subjek Penelitian

3.5.2 Batas Operasional

Sampel penelitian sebanyak 32 sampel.

Waktu penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari tahun 2018.

4.1. Letak dan Geografis

Kelurahan Pematang Pasir adalah salah satu Kelurahan dari 5 Kelurahan di Kecamatan Teluk Nibung , dengan Luas Wilayah ± 40,2 Ha dengan jumlah penduduk 9.321 jiwa dan jumlah Kepala Keluarga 2.382 KK dari Tujuh (VII) lingkungan. Kelurahan Pematang Pasir berlokasi di Jalan Kirab Remaja Lingkungan VII Kecamatan Teluk Nibung Kotamadya Tanjung Balai. Secara administratif Kelurahan Pematang Pasir memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut:

- Sebelah Utara : Berbatasan dengan Kelurahan Sei Merbau - Sebelah Selatan : Berbatasan dengan Kelurahan Perjuangan - Sebelah Timur : Berbatasan dengan Kabupaten Asahan

- Sebelah Barat : Berbatasan dengan Kelurahan Kapias Pulau Buaya

4.2. Keadaan Penduduk

Jumlah penduduk Kelurahan Pematang Pasir pada tahun 2017 tercatat berjumlah 9.321 jiwa dan jumlah Kepala Keluarga 2.382 KK yang terdiri dari 4.817 jiwa laki-laki dan 4.504 jiwa perempuan. Berikut adalah data penduduk menurut kelompok umur disajikan pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1 Data Penduduk Kelurahan Pematang Pasir, Kecamatan Teluk Nibung, Kotamadya Tanjung Balai Menurut Umur Tahun 2017

No. Usia (Tahun) Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

1. 0–1 116 1,24

2. 1–4 450 4,82

3. 5–6 341 3,65

4. 7–12 1.229 13,18

5. 13–15 673 7,22

6. 16–18 477 5,11

7. 19–25 1.311 14,06

8. 26–35 1.560 16,73

9. 36–45 1.279 13,72

10. 46–50 269 2,88

11. 51–60 562 6,02

12. 61–75 339 3,63

13. 75 ≥ 504 5,40

Jumlah 9.321 100

Sumber: Kantor Lurah Pematang Pasir, 2017

Berdasarkaan Tabel 4.1 dapat diketahui bahwa jumlah usia produktif penduduk Kelurahan Pematang Pasir berada pada kisaran umur yaitu 16 – 18 tahun, 19 – 25 tahun, 26 – 35 tahun, 36 – 45 tahun, 46 – 50 dan 51 – 60 tahun atau sebesar 58,2 %. Sedangkan kisaran umur lainnya bukan merupakan usia produktif atau sebesar 41,48 %. Maka jumlah penduduk dengan usia produktif lebih dominan dibanding penduduk bukan usia produktif. Sedangkan dari sisi keagamaan, diketahui bahwa penduduk Kelurahan Pematang Pasir menganut 4 agama yaitu agama Islam, Kristen, Khatolik, dan Budha.

Berdasarkan data yang diperoleh dari Kantor Lurah Pematang Pasir, Kecamatan Teluk Nibung, Kotamadya Tanjung Balai tercatat jumlah penduduk

Kecamatan Teluk Nibung, Kotamadya Tanjung Balai. Berikut adalah data penduduk berdasarkan tngkat pendidikan disajikan pada Tabel 4.2.

Tabel 4.2 Jumlah Penduduk Kelurahan Pematang Pasir, Kecamatan Teluk Nibung, Kotamadya Tanjung Balai Berdasarkan Tingkat Pendidikan Tahun 2017

No. Pendidikan Jumlah (Jiwa)

1. Tidak/Belum Sekolah 1.834

2. Belum Tamat SD/Sederajat 1.275

3. Tamat SD/Sederajat 2.607

4. SLTP/Sederajat 1.804

5. SLTA/Sederajat 1.605

6. Diploma I/II 40

7. Akademi/Diploma III/S. Muda 50

8. Diploma III/Strata I 106

Jumlah 9.321

Sumber: Kantor Lurah Pematang Pasir, 2017

Berdasarkan Tabel 4.2 dapat diketahui bahwa pendidikan penduduk Kelurahan Pematang Pasir, Kecamatan Teluk Nibung, Kotamadya Tanjung Balai tingkat Tidak/Belum Sekolah adalah 1.834 jiwa, tingkat Belum Tamat SD/Sederajat adalah 1.275, tingkat Tamat SD/Sederajat adalah 2.607, tingkat SLTP/Sederajat adalah 1.804, tingkat SLTA/Sederajat adalah 1.605, tingkat Diploma I/II adalah 40, tingkat Akademi/Diploma III/S. Muda adalah 50, dan tingkat Diploma III/Strata I adalah 106. Dan dapat diketahui bahwa mayoritas tingkat pendidikan penduduk Kelurahan Pematang Pasir, Kecamatan Teluk Nibung, Kotamadya Tanjung Balai adalah tingkat Tamat SD/Sederajat.

Penduduk Kelurahan Pematang Pasir memiliki mata pencaharian yang beragam. Mata pencaharian penduduk Kelurahan Pematang Pasir dominan adalah

wiraswasta. Pada Tabel 4.3 ini disajikan penduduk menurut pekerjaan di Kelurahan Pematang Pasir.

Tabel 4.3 Distribusi Penduduk Kelurahan Pematang Pasir, Kecamatan Teluk Nibung, Kotamadya Tanjung Balai Menurut Mata Pencaharian Tahun 2017

No. Uraian Jumlah (Jiwa)

1. Pegawai Negeri Sipil 95

2. Tentara Nasional Indonesia 3

3. Kepolisian RI 3

4. Pedangang 27

5. Petani/Pekebun 27

6. Nelayan/Perikanan 354

7. Buruh Nelayan/Perikanan 432

8. Transportasi 20

9. Wiraswasta 1.670

10. Lain-lain 6.690

Jumlah 9.321

Sumber: Kantor Lurah Pematang Pasir, 2017

Berdasarkan Tabel 4.3 diketahui bahwa mata pencaharian penduduk Kelurahan Pematang Pasir dominan berprofesi sebagai wiraswasta sebanyak 1.670 jiwa, dengan jumlah laki-laki sebanyak 1.333 jiwa dan perempuan sebanyak 337 jiwa. Dan urutan kedua mata pencaharian terbanyak berprofesi sebagai buruh nelayan/perikanan sebanyak 432 jiwa, dengan jumlah laki-laki sebanyak 431 jiwa dan perempuan sebanyak 1 jiwa.

4.3. Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana sangat mempengaruhi perkembangan dan kemajuan masyarakat. Semakin baik sarana dan prasarana akan mempercepat laju

setempat. Keadaan sarana dan prasarana dari penduduk Kelurahan Pematang Pasir disajikan pada Tabel 4.4 berikut ini :

Tabel 4.4 Sarana dan Prasarana Penduduk Kelurahan Pematang Pasir, Kecamatan Teluk Nibung, Kotamadya Tanjung Balai Tahun 2017

Sarana dan Prasarana Jumlah (Unit)

Kantor Kepala Desa 1

Sumber: Kantor Lurah Pematang Pasir, 2017 4.4. Karakteristik Sampel

Adapun karakteristik pengusaha ikan asin di Kelurahan Pematang Pasir, Kecamatan Teluk Nibung. Kotamadya Tanjung Balai adalah umur, lama pendidikan, jumlah tanggungan keluarga, lama berusaha dan luas tempat usaha.

4.4.1 Umur Pengusaha Ikan Asin

Adapun umur pengusaha ikan asin di Kelurahan Pematang Pasir, Kecamatan Teluk Nibung. Kotamadya Tanjung Balai adalah sebagai berikut :

Tabel 4.5 Umur Pengusaha Ikan Asin di Kelurahan Pematang Pasir, Kecamatan Teluk Nibung. Kotamadya Tanjung Balai Tahun 2018

Dari Tabel 4.5 dapat dilihat bahwa jumlah usia produktif pengusaha ikan asin berada pada kelompok umur yaitu 40-45 tahun, 46-50 tahun, 51-55 tahun, dan 56-60 tahun atau sebesar 97 %. Sedangkan jumlah bukan usia produktif pada kelompok umur >65 tahun atau sebesar 3%. Artinya hampir seluruh pengusaha ikan asin di daerah penelitian berada pada usia produktif yang masih berpotensi dalam mengoptimalkan usahanya.

4.4.2 Lama Pendidikan Pengusaha Ikan Asin

Pendidikan adalah lamanya proses belajar pada tingkatan tertentu yang ditempuh oleh pengusaha sampel di bangku sekolah. Pendidikan yang ditempuh pengusaha sampel yaitu dari 6 sampai 12 tahun. Berikut Tabel 4.6. lama pendidikan pengusaha sampel di Kelurahan Pematang Pasir, Kecamatan Teluk Nibung, Kotamadya Tanjung Balai.

No. Kelompok

Umur (Tahun) Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

1. 40-45 9 28

2. 46-50 8 25

3. 51-55 6 19

4. 56-60 8 25

5. >65 1 3

Jumlah 32 100

Sumber: Lampiran 1

Tabel 4.6 Lama Pendidikan Pengusaha Ikan Asin di Kelurahan Pematang sebanyak 24 jiwa dengan persentase sebesar 75% merupakan jumlah paling dominan dibandingkan lama pendidikan lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar pengusaha ikan asin memiliki pendidikan yang rendah.

4.4.3 Jumlah Tanggungan Pengusaha Ikan Asin

Klarifikasi jumlah tanggungan keluarga pengusaha sampel di Kelurahan Pematang Pasir, Kecamatan Teluk Nibung, Kotamadya Tanjung Balai dapat dilihat pada Tabel 4.7.

Tabel 4.7 Jumlah Tanggungan Pengusaha Ikan Asin di Kelurahan Pematang Pasir, Kecamatan Teluk Nibung. Kotamadya Tanjung Balai Tahun 2018

No. Kelompok Jumlah

Tanggungan (Orang) Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

1. 0-2 17 53

2. 3-4 15 47

Jumlah 32 100

Sumber: Lampiran 1

Dari Tabel 4.7 dapat dilihat bahwa kelompok jumlah tanggungan 0–2 orang sebanyak 17 jiwa dengan persentase sebesar 53 % merupakan jumlah yang

paling dominan. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar pengusaha ikan asin memiliki jumlah tanggungan yang dapat dikategorikan sedikit.

4.4.4 Lama Berusaha Pengusaha Ikan Asin

Lama berusaha adalah lama waktu pengusaha sampel menekuni usaha ikan asin yang dinyatakan dalam tahun. Lama berusaha pengusaha di Kelurahan Pematang Pasir, Kecamatan Teluk Nibung, Kotamadya Tanjung Balai dapat dilihat pada Tabel 4.8.

Tabel 4.8 Lama Berusaha Pengusaha Ikan Asin di Kelurahan Pematang Pasir, Kecamatan Teluk Nibung. Kotamadya Tanjung Balai Tahun 2018

No. Kelompok Lama Berusaha (Tahun)

Jumlah (Jiwa)

Persentase (%)

1. 3-7 13 41

2. 8-12 15 47

3. 13-17 1 3

4. 18-22 3 9

Jumlah 32 100

Sumber: Lampiran 1

Pada Tabel 4.8 dapat dilihat bahwa kelompok lama berusaha ikan asin 8–

12 tahun sebanyak 15 jiwa dengan persentase sebesar 47 % merupakan jumlah yang paling dominan dibandingkan jumlah lama berusaha lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar pengusaha ikan asin sudah cukup lama dalam mengusahakan ikan asin.

4.4.5 Luas Tempat Usaha Pengusaha Ikan Asin

Luas tempat usaha pada usaha pengolahan ikan asin dalam satuan m². Luas tempat usaha pengolahan ikan asin di Kelurahan Pematang Pasir, Kecamatan Teluk Nibung, Kotamadya Tanjung Balai dapat dilihat pada Tabel 4.9.

Tabel 4.9 Luas Tempat Usaha Pengusaha Ikan Asin di Kelurahan Pematang Pasir, Kecamatan Teluk Nibung. Kotamadya Tanjung Balai Tahun 2018

No. Kelompok Luas Tempat Usaha (m²)

Jumlah

(Jiwa) Persentase (%)

1. 600 -1.500 14 44

2. 1.600 -2.500 16 50

3 ≥ 2.600 2 6

Jumlah 32 100

Sumber: Lampiran 1

Pada Tabel 4.9 dapat dilihat bahwa kelompok luas tempat usaha pengolahan ikan asin 1.600 – 2.500 m² sebanyak 16 jiwa dengan persentase 50 % merupakan jumlah yang paling dominan di bandingkan dengan kriteria luas tempat usaha lainnya.

4.5. Proses Pengolahan Ikan Asin Gulamah Batu

Ikan asin adalah bahan makanan yang terbuat dari daging ikan yang diawetkan dengan menambahkan banyak garam. Dengan metode pengawetan ini, daging ikan yang biasanya membusuk dalam waktu singkat dapat disimpan di suhu kamar untuk jangka waktu berbulan-bulan, walaupun biasanya harus ditutup rapat. Tahapan paling penting dalam proses pembuatan ikan asin adalah penggaraman. Kegiatan ini membutuhkan ketelitian dalam pengukuran bahan baku. Tahap penjemuran merupakan kegiatan yang bersifat depending, artinya

kegiatan ini tidak dapat dikontrol produsen, dan sinar matahari merupakan satu-satunya faktor eksternal yang mempengaruhi proses pembuatan ikan asin.

Untuk jenis ikan gulamah batu di daerah penelitian hanya membutuhkan 5 proses untuk dapat dijadikan Ikan Asin Gulamah Batu jenis bulat, yang terdiri

Pada Tabel 4.10 dibawah ini disajikan alur tahapan pengolahan ikan Asin Gulamah Batu

Tabel 4.10 Proses Pengolahan Ikan Asin Gulamah Batu di Kelurahan Pematang Pasir, Kecamatan Teluk Nibung, Kotamadya Tanjung Balai

No Proses Pengolahan Keterangan

1. Perendaman/penggaraman

Setelah dilakukan pembelian bahan baku ikan segar, proses pertama yang dilakukan dalam proses pembuatan Ikan Asin Gulamah

Batu jenis bulat adalah

perendaman/penggaraman. Ikan yang telah dibeli tidak dicuci atau dibelah terlebih dahulu melainkan langsung di rendam dengan garam didalam sebuah wadah bernama delta. Jumlah garam yang digunakan disesuaikan dengan jumlah ikan segar yang tersedia. Dengan perhitungan untuk 1000 kg ikan segar digunakan ±8

karung (400 kg) garam.

2. Dimalamkan

Ikan yang sudah direndam dengan garam didalam delta kemudian ditutup dengan sebuah penutup yang dibuat dari kayu dan diatasnya ditimpa lagi dengan batu serta kemudian dimalamkan. Untuk ikan gulamah batu jenis bulat, dimalamkan ±3 malam.

3. Pencucian

Ikan yang telah dimalamkan selama ±3 malam, kemudian dicuci. Air yang digunakan untuk mencuci ikan sebagian besar berasal dari air sungai dan sumur bor.

4. Penjemuran

Kemudian dijemur diatas sebuah wadah, yang di daerah penelitian disebut dengan

“bilah” yang terbuat dari kayu dan dilapisi oleh kawat jaring, dalam cara penjemuran untuk ikan asin gulamah jenis bulat ini tidak dilakukan secara teratur seperti halnya ikan asin jenis belah yang harus disusun secara rapi. Untuk jenis bulat hanya dilakukan

dengan cara disebar diatas bilah. Dalam satu bilah biasanya bisa menampung 6-8 kg ikan.

Apabila cuaca baik maka penjemuran dapat dilakukan ½ hari. Setelah dijemur dan kering biasanya bobot ikan akan berkurang hingga 30% dari bobot ketika masih dalam bentuk segar.

5. Pengemasan

Ikan yang sudah kering kemudian diangkat dan dikemas dengan kardus, satu buah kardus biasanya dapat memuat 35-40 kg ikan asin. Ikan yang telah dikemas kemudian diantar ke toko grosir langganan yang ada dikota. Satu pengusaha Ikan Asin

grosir langganan.

5.1. Hasil Uji Hipotesis 1. Usaha Pengolahan Ikan Asin Gulamah Batu Layak Untuk Tetap Diusahakan di Daerah Penelitian

1. Return Cost Ratio (R/C Ratio)

Merupakan perbandingan antara total penerimaan dan total biaya. Berdasarkan besar penerimaan yang diterima oleh pengusaha ikan asin pada akhir periode produksi, maka dapat dilihat kelayakan usaha pengolahan Ikan Asin Gulamah Batu secara ekonomi. Nilai R/C Ratio usaha pengolahan Ikan Asin Gulamah Batu di daerah penelitian dapat dihitung secara matematika sebagai berikut:

R/C Ratio =

=

= 1,19

Pada usaha pengolahan Ikan Asin Gulamah Batu diperoleh rata-rata nilai R/C sebesar 1,19. Dapat diketahui bahwa setiap Rp 1.000 biaya yang dikeluarkan pengusaha dalam usaha pengolahan ikan asin gulamah batu maka akan memberikan penerimaan sebesar Rp 1.190. Berdasarkan kriteria kelayakan usaha dengan perhitungan R/C > 1 maka usaha pengolahan Ikan Asin Gulamah Batu dikatakan layak untuk tetap diusahakan.

2. Break Even Point (BEP)

Merupakan keadaan dimana suatu usaha dalam melakukan usaha tidak untung dan tidak rugi, impas antara biaya yang dikeluarkan perusahaan dengan pendapatan yang diterima perusahaan.

a. BEP Produksi

BEP produksi dapat dihitung dengan membandingkan total biaya dengan harga jual pengusaha Ikan Asin Gulamah Batu, yaitu sebagai berikut:

BEP Produksi =

BEP Produksi =

=

6.518 Kg

Hasil penelitian menunjukkan bahwa BEP produksi usaha pengolahan Ikan Asin Gulamah Batu di daerah penelitian rata-rata sebesar 6.518 Kg per bulan.

Sedangkan produksi Ikan Asin Gulamah Batu yang dihasilkan di daerah penelitian sebesar 7.809 Kg atau lebih besar dari BEP produksi, maka dapat disimpulkan bahwa usaha pengolahan Ikan Asin Gulamah Batu di daerah penelitian layak untuk tetap diusahakan.

b. BEP Harga

Selain dengan menghitung BEP produksi, analisis kelayakan usaha pengolahan Ikan Asin Gulamah Batu juga dapat dianalisis melalui perbandingan antara harga jual Ikan Asin Gulama Batu dengan BEP harga. BEP harga dapat diperoleh dengan menggunakan perhitungan perbandingkan total biaya dengan total produksi, yaitu sebagai berikut:

BEP Harga =

BEP Harga =

= Rp 12.938/Kg

Hasil penelitian menunjukkan bahwa BEP harga Ikan Asin Gulamah Batu di daerah penelitian rata-rata sebesar Rp 12.938/Kg. Sedangkan harga Ikan Asin Gulamah Batu di daerah penelitian Rp 15.500/Kg atau lebih besar dari BEP harga, maka dapat disimpulkan bahwa usaha pengolahan Ikan Asin Gulamah Batu di daerah penelitian layak untuk tetap diusahakan.

3. UMK

Upah Minimum yaitu upah bulanan terendah yang terdiri atas upah pokok termasuk tunjangan tetap yang ditetapkan oleh gubernur sebagai jaring pengaman.

Upah Minimum Kota/Kabupaten yaitu upah minimum yang berlaku di sebuah wilayah Kota/Kabupaten. Dengan membandingkan pendapatan pengusaha Ikan Asin Gulamah Batu per bulan di daerah penelitian dengan UMK yang berlaku di daerah penelitian dapat dijadikan salah satu indikator kelayakan dari usaha tersebut. Berikut merupakan tabel rata-rata pendapat pengusaha Ikan Asin Gulamah Batu di daerah penelitian, yang dapat dilihat pada Tabel 5.1.

Tabel 5.1 Rata-Rata Pendapatan Per Bulan Pengusaha Ikan Asin Gulamah

a. Biaya Variabel (Rp) 99.783.344

b. Biaya Tetap (Rp) 1.252.143

c. Total Biaya 101.035.487

2. Penerimaan

a. Jumlah Produksi (Kg) 7.809

b. Harga Jual (Rp/Kg) 15.500

c. Total Penerimaan 120.815.625

3. Pendapatan (2-1) 19.780.139

Sumber: Lampiran 3, 5, 6, dan 8

Tabel 5.1 menunjukkan bahwa pendapatan rata-rata pengusaha Ikan Asin Gulamah Batu adalah sebesar Rp 19.780.139/bulan, sedangkan UMK yang berlaku di daerah penelitian yaitu di Kotamadya Tanjung Balai pada tahun 2018 adalah sebesar Rp 2.407.733, ini artinya bahwa pendapatan pengusaha Ikan Asin Gulamah Batu jauh lebih tinggi dari UMK di daerah penelitian. Maka dapat disimpulkan usaha Ikan Asin Gulamah Batu di daerah penelitian layak untuk tetap diusahakan.

Regresi Linear berganda adalah model regresi yang digunakan untuk menganalisis pengaruh antara beberapa variabel bebas terhadap satu variabel terikat. Dalam hal ini karakteristik sosial ekonomi yang dimasukkan ke dalam model hanya variabel yang bersifat kuantitatif yaitu umur, lama pendidikan, jumlah tanggungan keluarga, lama berusaha, luas tempat usaha dan biaya produksi.

Data yang digunakan dalam analisis ini adalah data primer. Variabel bebas dalam penelitian ini terdiri dari umur , lama pendidikan

,

jumlah tanggungan

,

lama berusaha , luas tempat usaha , dan penggunaan

modal

.

Variabel-variabel tersebut diuji untuk mengetahui pengaruhnya terhadap pendapatan usaha pengolahan Ikan Asin Gulamah Batu (variabel terikat).

Sebelum dilakukannya pengujian dengan menggunakan SPSS, harus diketahui jika data yang digunakan dalam penelitian ini sebaiknya tidak boleh menyimpang dari asumsi BLUE ( Best, Linier, Unbiased, dan Estiator). Untuk menguji hal tersebut, maka digunakan Uji Asumsi Klasik yang terdiri dari Uji Normalitas, Heteroskedastisitas, dan Multikolinearitas.

5.4.1 Uji Asumsi Klasik (Ordinary Least Square) 1. Uji Normalitas

Tabel 5.2. Hasil Uji Kolmogrov Smirnov Karakteristik Sosial Ekonomi Pengusaha Ikan Asin Gulamah Batu

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 32

Normal Parametersa Mean .0000000

Std. Deviation 3.06503230E6 Most Extreme

Differences

Absolute .093

Positive .093

Negative -.081

Kolmogorov-Smirnov Z .526

Asymp. Sig. (2-tailed) .945

Sumber : Data Hasil Output SPSS

Tabel 5.2. menunjukkan bahwa nilai Kolmogrov Smirnov yang terdapat pada tabel diatas adalah 0,945 > 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa H0 diterima H1 ditolak, yang berarti distribusi sampel tidak berbeda nyata dengan distribusi normal atau sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal dan model regresi memenuhi asumsi normalitas sehingga dapat diproses dengan uji selanjutnya.

2. Uji Heteroskedastisitas

Gambar 5.1. Hasil Uji Heteroskedastisitas dengan Scatterplots Karakteristik Sosial Ekonomi Pengusaha Ikan Asin Gulamah Batu

Gambar 2. menunjukkan bahwa berdasarkan output Scatterplots di atas diketahui bahwa:

Titik-titik data menyebar di atas dan di bawah atau di sekitar angka 0.

Titik-titik tidak mengumpul hanya di atas atau di bawah saja.

Penyebaran titik-titik data tidak membentuk pola bergelombang melebar kemudian menyempit dan melebar kembali.

Penyebaran titik-titik data tidak berpola.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas, tetapi merupakan homoskedastisitas hingga model regresi yang baik dan ideal dapat terpenuhi.

3. Uji Multikolinearitas

Tabel 5.3. Hasil Uji Multikolinearitas Karakteristik Sosial Ekonomi Pengusaha Ikan Asin Gulamah Batu

Tabel 5.3. menunjukkan bahwa masing variabel bebas (umur, lama pendidikan, jumlah tanggungan, lama berusaha, luas tempat usaha, dan penggunaan modal) memiliki nilai tolerence > 0,1 dan VIF < 10. Maka dapat disimpulkan bahwa model regresi linear pada penelitian ini bebas dari gejala multikolineritas.

Setelah dilakukan pengujian Uji Asumsi Klasik, maka diketahui bahwa data tidak menyimpang dari asumsi BLUE (Best, Linier, Unbiased, dan Estiator) sehingga dapat diteruskan dengan Uji Kesesuaian Model (Test of Goodness of

5.4.2 Uji Kesesuaian Model (Test Goodness of Ft)

Setelah diuji menggunakan SPSS diketahui bahwa pengaruh variabel bebas (umur, lama pendidikan, jumlah tanggungan, lama berusaha, luas tempat usaha dan penggunaan modal) terhadap variabel terikat (pendapatan).

1. Koefisien Determinasi (R²)

Koefisiean Determinasi R² menunjukkan presentase variasi seluruh variabel terikat yang dapat dijelaskan oleh perubahan variabel bebas. Koefisien ini merupakan suatu ukuran untuk mengukur seberapa jauh kemampuan variabel bebas dalam menerangkan variasi variabel terikat.

Tabel 5.4. Hasil Koefisien Determnasi Karakteristik Sosial Ekonomi Pengusaha Ikan Asin Gulamah Batu

Model Summaryb Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

1 .952a .907 .885 3.41308E6

Sumber : Data Hasil Output SPSS

Tabel 5.4. menunjukkan bahwa nilai koefisien determinasi R² (R Square) yang diperoleh adalah 0,907. Hal ini menunjukkan bahwa 90,7%

variasi variabel terikat (jumlah pendapatan pengusaha) dapat dijelaskan oleh variabel bebas umur, lama pendidikan, jumlah tanggungan, lama berusaha, luas tempat usaha dan penggunaan modal. Sedangkan sisanya 9,3% dipengaruhi oleh variabel bebas lain yang belum dimasukkan ke dalam model.

2. Uji Serempak (Uji F-Statistik)

Uji F adalah uji secara serempak (simultan) signifikansi pengaruh perubahan variabel independen terhadap variabel dependen. Artinya parameter

dan secara bersamaan diuji apakah memiliki signifikansi atau tidak.

Tabel 5.5. Hasil Uji F-Statistik Karakteristik Sosial Ekonomi Pengusaha Ikan Asin Gulamah Batu

ANOVAb Model

Sum of

Squares Df Mean Square F Sig.

1 Regression 2.844E15 6 4.739E14 40.684 .000a Residual 2.912E14 25 1.165E13

Total 3.135E15 31

Sumber : Data Hasil Output SPSS

Tabel 5.5. menunjukkan bahwa tingkat signifikansi F sebesar 0,000 (< α 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa H0 ditolak H1 diterima yang berarti variabel bebas (umur, lama pendidikan, jumlah tanggungan, lama berusaha, luas tempat usaha dan penggunaan modal) secara serempak berpengaruh nyata terhadap variabel terikat (pendapatan pengusaha Ikan Asin Gulamah Batu).

3. Uji Parsial (Uji t-Statistik)

Uji t adalah uji yang digunakan untuk mengetahui apakah variabel bebas secara parsial berpengaruh nyata atau tidak terhadap variabel terikat dapat dilihat pada Tabel 5.6.

Tabel 5.6. Hasil Uji t-Statistik Karakteristik Sosial EkonomiPengusaha Ikan

Tanggungan -138891.586 712780.669 -.016 -.195 .847 Lama Berusaha -212315.633 194567.312 -.100 -1.091 .286 Luas Tempat

Usaha 707.677 530.432 .115 1.334 .194

Penggunaan

Modal .175 .014 .934 12.935 .000

Sumber : Data Hasil Output SPSS

Berdasarkan Tabel 5.6 diperoleh persamaan sebagai berikut:

Y = 1.022.000 + 21.144,399 + 119.508,147 - 138.891,586 212.315,633 + 707,677 + 0,175

Hasil estimasi menunjukkan bahwa secara parsial hanya penggunaan modal yang berpengaruh nyata terhadap pendapatan, sedangkan umur, lama pendidikan, jumlah tanggungan, lama berusaha dan luas tempat usaha tidak berpengaruh nyata terhadap pendapatan.

Nilai signifikansi sebesar 0,000 (< 0,05). Angka 0,175 menunjukkan besarnya koefisien regresi . Nilai koefisien regresi bertanda positif sebesar 0,175. Hal ini menunjukkan bahwa setiap adanya penambahan biaya produksi Rp 1.000 maka akan terjadi penambahan pendapatan sebesar Rp 175.

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

Usaha pengolahan Ikan Asin Gulamah Batu layak untuk tetap diusahakan karena indikator-indikator kelayakan telah terpenuhi.

Secara serempak, umur, lama pendidikan, lama berusaha, jumlah tanggungan, lama berusaha, luas tempat usaha dan penggunaan modal berpengaruh nyata terhadap pendapatan usaha pengolahan Ikan Asin Gulamah Batu. Dan secara parsial, hanya penggunaan modal yang berpengaruh nyata terhadap pendapatan usaha pengolahan Ikan Asin Gulamah Batu di daerah penelitian. Sedangkan umur, lama pendidikan, jumlah tanggungan, lama berusaha dan luas tempat usaha secara parsial tidak berpengaruh nyata terhadap pendapatan usaha Pengolahan Ikan Asin Gulamah Batu di daerah penelitian.

6.2. Saran

Berdasarkan hasil penelitian, saran yang diberikan sebagai berikut:

1. Kepada Pengusaha Ikan Asin Gulamah Batu

Diharapkan untuk meningkatkan penggunaan modal agar dapat terus meningkatkan pendapatan.

2. Kepada Pemerintah

Diharapkan dapat memberikan bantuan dana untuk meningkatkan modal produksi.

3. Saran Untuk Peneliti Selanjutnya

Diharapkan kepada peneliti selanjutnya dapat meneliti mengenai Studi Kelayakan dan Prospek Ikan Asin Gulamah Batu sehingga dapat diketahui hingga kapan usaha tersebut untuk tetap layak diusahakan dan bagaimana prospek Ikan Asin Gulamah Batu kedepannya.

DAFTAR PUSTAKA

Adawyah, R. 2008. Pengolahan dan Pengawetan Ikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Afrianto dan Liviawaty. 1989. Pengawetan dan Pengolahan Ikan.

Yogyakarta: Kanisius.

Daniel, M. 2002. Pengantar Ekonomi Pertanian. Jakarta: Bumi Aksara.

Hasyim, H. 2006. Agribisnis Padi Sawah Dalam Upaya Meningkatkan Pendapatan Petani. Medan: USU Press.

Hendrik. 2010. Analisis Usaha Pengolahan Ikan Asin di Kecamatan Pandan Kabupaten Tapanuli Tengah Sumatera Utara. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Pekanbaru: Universitas Riau.

Hery.2017. Melakukan Analisis Kelayakan dan Menyusun. Rencana Bisnis yang Unggul. Jakarta: PT. Grasindo.

Ibrahim, H.M. Yacob. 2009. Studi Kelayakan Bisnis. Rineka Cipta. Jakarta.

Lubis, Z. N. 2016. Analisis. Kelayakan Pengolahan Susu Kedelai di Kota Medan.

Fakultas Pertanian. Medan: Universitas Sumatera Utara.

Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor 7 Tahun 2013. 2013. Pengertian dan Perbedaan Antara UMK, UMR, dan UMP. Diakses dari

Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor 7 Tahun 2013. 2013. Pengertian dan Perbedaan Antara UMK, UMR, dan UMP. Diakses dari

Dokumen terkait