PENETAPAN KADAR TEMBAGA (Cu) PADA AIR RESERVOIR PDAM TIRTANADI INSTALASI PENGOLAHAN AIR DELI TUA
SECARA SPEKTROFOTOMETRI
TUGAS AKHIR
OLEH:
DESSY SENJA AYU SIREGAR 082410069
PROGRAM DIPLOMA III ANALIS FARMASI DAN MAKANAN FAKULTAS FARMASI
LEMBAR PENGESAHAN
PENETAPAN KADAR TEMBAGA(Cu) PADA AIR RESERVOIR PDAM TIRTANADI DELI TUA
SECARA SPEKTROFOTOMETRI
TUGAS AKHIR
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Ahli Madya Pada Program Diploma III Analis Farmasi dan Makanan
Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara
Oleh:
DESSY SENJA AYU SIREGAR 082410069
Medan, Mei 2011 Disetujui Oleh: Dosen Pembimbing
Prof. Dr. Hakim Bangun, Apt. NIP 195201171980031002
Disahkan Oleh:
Dekan Fakultas Farmasi USU
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahakan rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat
menyelesaikan tugas akhir yang berjudul PENETAPAN KADAR TEMBAGA
(Cu) PADA AIR RESERVOIR PDAM TIRTANADI INSTALASI DELI TUA SECARA SPEKTROFOTOMETRI sebagai salah satu syarat memperoleh
gelar Ahli Madya pada Program Diploma III Analis Farmasi dan Makanan di
Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara.
Dalam menyelesaikan tugas akhir ini ternyata tidaklah semudah yang
dibayangkan. Namun, berkat dorongan, semangat, serta dukungan dari berbagai
pihak merupakan kekuatan yang sangat besar hingga terselesaikannya Tugas
Akhir ini.
Teramat khusus penulis mengucapkan terimakasih yang
sebesar-besarnya kepada yang tercinta Ayahanda Eddy Sofyan Siregar dan Ibunda
Yusniartaty yang selalu memberikan kasih sayang yang tak terhingga serta
dukungan moril maupun materil kepada penulis agar terus menggapai cita-cita
yang diharapkan. Serta abang penulis Teddy Yo Hendra Siregar yang memberi
semangat dan perhatiannya selama ini.
1. Bapak Prof. Dr. Sumadio Hadisaputra, Apt., selaku Dekan Fakultas
Farmasi Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Prof. Dr. Jansen Silalahi, M.App.Sc., Apt., selaku koordinator
Program Diploma-III Analis Farmasi dan Makanan Fakultas Farmasi
Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Prof. Dr. Hakim Bangun, Apt., selaku dosen pembimbing yang
telah meluangkan waktunya untuk membimbing dan memberikan
pengarahan dalam menyelesaikan tugas akhir ini.
4. Bapak dan Ibu dosen serta staf Pengajar Fakultas Farmasi Universitas
Sumatera Utara.
5. Ibu Lely, selaku Kepala Bagian Umum dan Personalia di Instalasi PDAM
Tirtanadi Deli Tua.
6. Ibu Bunga Intan Damanik, selaku Analis laboratorium di Instalasi PDAM
Tirtanadi Deli Tua yang telah membimbing penulis saat PKL di PDAM
Tirtanadi.
7. Seluruh staf dan pegawai Laboratorium PDAM Tirtanadi Instalasi Deli
Tua.
8. Sahabat-sahabat seperjuangan penulis Syamsiah Nasution, Khotimah
Siregar, dan Yessy Andhasari, yang selalu bersama selama ini. Susah
senang kita lalui bersama sampai akhir. Sahabat selamanya.
9. Semua teman-teman satu kost ku “kost 448” . terimah kasih buat motivasi,
10.For special thanks to: Ganda Sitompul yang telah mengisi hidupku dan
menemaniku baik suka maupun duka, dukungan, do’a, perhatian, kasih
sayang, dan cintanya yang telah diberikan sehingga penulis dapat
menyelesaikan Tugas akhir ini.
11.Seluruh teman-teman angkatan 2008 yang tidak dapat penulis sebutkan
satu persatu, namun tidak mengurangi keberadaan mereka. Tetap semangat
teman-teman.
Penulis menyadari bahwa Tugas Akhir ini masih jauh dari
kesempurnaan. Hal ini mengingat keterbatasan waktu dan kemampuan menulis
dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini. Oleh karena itu penulis sangat
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan
Tugas Akhir ini.
Akhir kata penulis berharap semoga Tugas Akhir ini dapat bermanfaat
bagi penulis dan semua pihak yang memerlukannya, serta InsyaAllah do’a restu
dan budi baik semua pihak mendapat balasan yang setimpal dari Allah SWT.
Medan, Mei 2011
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI ... iv
BAB I : PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Tujuan dan manfaat ... 3
1.2.1 Tujuan ... 3
1.2.2 Manfaat ... 3
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA ... 4
2.1 Air ... 4
2.2 Sumber-sumber Air ... 5
2.2.1 Air Laut... 5
2.2.2 Air Atmosfir ... 6
2.2.3 Air Permukaan ... 6
2.2.3.1 Air Sungai ... 6
2.2.3.2 Air Danau ... 7
2.2.4 Air Tanah ... 7
2.2.4.1 Air Tanah Dangkal ... 7
2.2.4.2 Air Tanah Dalam ... 8
2.2.4.3 Mata Air ... 8
2.3 Peranan Air Dalam Tubuh ... 8
2.4 Deskripsi Pengolahan Air di PDAM Tirtanadi Medan ... 9
2.5 Syarat-syarat Air Minum ... 13
2.6 Logam Tembaga ... 15
2.6.2 Kegunaan Tembaga...17
2.6.2.1 Cu (Tembaga) bagi Manusia... ... 17
2.6.2.2 Cu (Tembaga) dalam bidang industri ... 17
2.6.3 Efek Toksik Tembaga ... 18
2.7 Teori Umum Spektrofotometri ... 21
BAB III : METODOLOGI ... 23
3.1 Alat dan Bahan ... 23
3.1.1 Alat-alat ... 23
3.1.2 Bahan-bahan ... 23
3.2 Prosedur Pengujian ... 23
BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN ... 25
4.1 Hasil ... 25
4.2 Pembahasan... 25
BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN ... 27
5.1 Kesimpulan ... 27
5.2 Saran ... 27
DAFTAR PUSTAKA ... 29
BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Air adalah salah satu di antara pembawa penyakit yang berasal dari
tinja untuk sampai kepada menyebabkan pembawa bibit panyakit, maka
pengolahan air baik berasal dari sumber, jaringan transmisi atau distribusi
adalah mutlak diperlukan untuk mencegah terjadinya kontak antara
kotoran sebagai sumber penyakit dangan air yang sangat di
parlukan.(Sutrisno, 2004)
Kesulitan untuk mendapatkan air bersih merupakan salah satu
masalah yang perlu mendapat perhatian yang seksama karena dengan
penyediaan air bersih, maka penyebaran penyakit dapat dikurangi
seminimal mungkin. Pencemaran air banyak dikarenakan oleh kegiatan
manusia, seperti limbah industri dan limbah kegiatan rumah tangga.
Masuknya logam yang membuat air tercemar bisa berasal dari buangan
limbah industri tersebut yang dapat menyebabkan tingginya kadar logam
seperti Fe, Mn, Zn, Cr, Ni, dan Cu sehingga dapat menimbulkan masalah
yang cukup serius pada air. Secara umum dapat disebut bahwa potensi air
permukaan di Indonesia ditentukan oleh beberapa faktor antara lain
kondisi daerah aliran sungai (DAS) dan ragam fisik sumber daya air, luas
tentu saja aspek pengolahan sumber daya air itu sendiri oleh manusia
(Darmono, 2001)
Peningkatan kuantitas air adalah merupakan syarat kedua seteleh
kualitas, karena semakin maju tingkat hidup seseorang, maka akan
semakin tinggi pula tingkat kebutuhan air dari masyarakat tersebut. Untuk
keperluan minum maka dibutuhkan air rata-rata 5 liter/hari, sedangkan
secara keseluruhan kebutuhan akan air suatu rumah tangga untuk
masyarakat Indonesia diperkirakan sebesar 60 liter/hari (Sutrisno, 2004).
Air yangdigunakan untuk air minum harus tidak berwarna, jernih,
tidak berbau, dan tadak berasa.air yang digunakan untuk rumah tangga
harus tidak bersifat korosif dan tidak meninggalkan noda pada pakaian
serta tidak meninggalkan endapan diseluruh jaringan distribusinya. Maka
pada air reservoir yang akan didistribusikan ke rumah-rumah. Pada Tugas
Akhir ini akan dibahas tentang penetapan kadar tembaga pada sampel air
reservoir dengan metode spektrofotometri di PDAM Tirtanadi Instalasi
1.2 Tujuan dan Manfaat 1.2.1 Tujuan
Untuk mengetahui kadar tembaga yang terkandung dalam sampel
air reservoir di laboratorium PDAM Tirtanadi Instalasi Deli Tua Medan
secara spektrofotometri sinar tampak.
1.2.2 Manfaat
Dapat mengetahui kadar tembaga yang terkandung dalam air
reservoir, apakah memenuhi persyaratan permenkes atau tidak,dan kita
juga dapat mengetahui kualitas air tersebut dan hasil yang diperoleh dapat
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Air
Air merupakan suatu sarana utama untuk meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat, karena air merupakan salah satu media dari
berbagai macam penularan, terutama penyakit perut. Peningkatan kualitas
air minum dengan jalan mengadakan pengelolaan terhadap air yang akan
diperlukan sebagai air minum dengan mutlak diperlukan turutama apabila
air tersebut berasal dari air permukaan (Sutrisno ,2004)
Umumnya air mengandung bermacam-macam kotoran dalam jumlah
yang berbeda-beda tergantung pada sumbernya,hal ani disebabkan karena
air suatu zat pelarut yang baik. Secara umum kagunaan air dalam tubuh
dan kehidupan manusia adalah untuk proses metabolisme, mengangkut
zat-zat makanan dalam tubuh, mengatur keseimbangan suhu tubuh dan
menjaga jangan sampai tubuh kekeringan oleh kandungan air. Oleh karena
itu penyediaan air bersih merupakan salah satu tuntutan umum bagi
manusia untuk kelangsungan hidupnya, dan factor penentu dalam
kesehatan dan kesejahteraan manusia (Effendi, 2003)
1. Pembuangan limbah industri,sisa insektisida, dan pembuangan sampah
damestik, misalnya sisa detergen menccemari air. Buangan industri seprti Pb,
Hg, Zn, dan CO, dapat terakumulasi dan bersifat racun.
2. Sampah organic yang dibusukkan oleh bakteri menyebabkan O2 di air
berkurang sehingga mengganggu aktivitas kehidupan organism air.
3. Fosfat hasil pembusukan bersama NO3 dan pupuk pertanian terakumulasi dan
menyebebkan eutrofikasi yaitu penimbunan mineral yang menyebabkan
pertumbuhan yang cepat pada alga.
Bila terjadi pencemaran di air, maka terjadi akumulasi zat pencemar pada
tubuh organism air (Pratiwi, 2000)
2.2 sumber-sumber air
Menurut Sutrisno (2004), sumber-sumber air meliputi:
1. Air laut
2. Air atmosfir
3. Air permukaan
4. Air tanah
2.2.1 Air Laut
Air laut merupakan bagian terbesar dari muka bumi,mempunyai sifat
asin, karena mengandung garam Nacl, dan memiliki kadar garam Nacl
2.2.2 Air Atmosfer
Air hujan dapat dipergunakan sebagai air irigasi pada sawah, dapat
pula dipergunakan sebagai air rumah tangga dengan cara menempung air
hujan dan dipergunakan saat kekurangan air (Sitepoe, 1997).
Air hujan mempunyai sifat agresif terutama terhadap pipa-pipa
penyalur maupun bak-bak reservoir, sehingga akan mempercepat
terjadinya korosi,. Air hujan juga mempunyai sifat lunak, sehingga akan
boros terhadap pemakaian sabun (Sutrisno, 2004)
2.2.3 Air Permukaan
Adalah air hujan yang mengalir dipermukaan bumi. Pada umumnya
air permukaan akan dapat pengotoran selama pengaliran, misalnya oleh
limpur, batang-batang kayu, daun-daun, kotoran industri kota dan
sebagainya.Beberapa pengotoran ini, untuk masimg-masing air permukaan
berbeda-beda tergantung pada daerah pengaliran air permukaan ini. Jenis
pengotorannya adalah merupakan kotoran fisik, kimia, dan bakteri
(Sutrisno, 2004).
Air permukaan ada 2 macam yakni:
Dalam panggunaannya sebagai air minum, haruslah mengalami suatu
pengolahan yang sempurna, mengingat bahwa air sungai ini pada
umumnya mempunyai derajat pengotoran yang tinggi sekali (Sutrisno,
2004).
2.2.3.2 Air Danau
Kebanyakan air danau ini berwarna yang disebabkan oleh adanya
zat-zat organis yang telah mambusuk, misalnya asam humus yang larut
dalam air yang menyebabkan warna kuning coklat (Sutrisno, 2004).
2.2.4 Air Tanah
Menurut Sutrisno (2004),air tanah terdiri atas:
1. Air tanah dangkal
2. Air tanah dalam
3. Mata air
2.2.4.1 Air Tanah Dangkal
Air tanah dangkal tarjadi karena daya proses paresapan air dari
permukaan tanah. Lumpur akan tertahan, demikian pula dengan sebagian
baktari, sehingga air tanah akan terjadi tetapi lebih banyak mengandung
mempunyai unsur-unsur kimia tertentu untuk masing-masing lapisan
tanah (Sutrisno, 2004).
2.2.4.2 Air Tanah Dalam
Pada umumnya lebih baik dari air dangkal, karena penyaringan lebih
sempurna dan bebas dari bakteri.susunan unsur-unsur kimia tergantung
pada lapis-lapis tanah yang dilalui (Sutrisno, 2004)
2.2.4.3 Mata Air
Adalah air tanah yang keluar dengan sendirinya kepermukaan
tanah. Mata air yang berasal dari dalam tanah, hampir tidak terpengaruh
oleh musim dan kualitasnya sama dengan keadaan air dalam (Sutrisno,
2004).
2.3 Peranan Air Dalam Tubuh
Untuk kelangsungan hidupnya, tubuh manusia membutuhkan air
yang jumlahnya antara lain tergantung berat badan. Kegunaan air bagi
tubuh manusia antara lain untuk:proses pencernaan, metabolism,
mengangkut zat-zat makanan dalam tubuh, mengatur keseimbangan suhu
2.4 Deskripsi Unit- Unit Tempat Pengolahan Air di PDAM Tirtana di Medan
Deskripsi unit-unit tempat pengolahan air di PDAM Tirtanadi Medan
meliputi:
1. Bendungan
Sumber air baku adalah air permukaan Sungai Deli yang diambil
melalui bangunan bendungan dengan panjang 25 m (sesuai lebar sungai)
dengan tinggi ± 4 m dimana pada sisi kiri bendungan dibuat sekat
(channel) berupa saluran penyadap yang lebarnya 2 m dilengkapi dangan
pintu pengatur ketinggian air masuk ke intake.
2. Intake
Bangunan ini adalah saluran bercabang dua dilengkapi dangan bar
screen (saringan halus) yang berfungsi untuk mencegah masuknya
kotoran-kotoran yang terbawa arus sungai. Masing-masing saluran
dilengkapi dengan pintu (sluice gate) pengatur ketinggian air dan
penggerak elektromotor.
Pemeriksaan maupun pembersihan saringan dilakukan secara periodik
untuk menjaga kestabilan jumlah air masuk .
Bangunan RWT (bak pengendap) dibangun setelah intake yang
terdiri dari 2 unit (4 sel). Setiap unitnya berdimensi 23,3 m x 20 m, tinggi
5 m, dilengkapi dengan 2 buah inlet gate,2 buah outlet gate dan pintu
bilas 2 buah berfungsi sebagai tempat pengendapan lumpur,pasir dan
yang lain-lain yang bersifat sedimen.
4. Raw Water Pump (RWP)
RWP (pompa air baku) berfungsi untuk memompa air dari RWT ke
splitter box tempat pembubuhan koagulan berupa alum, dengan dosis
normal rata-rata 20-25 gr/m3 air dan pendistribusian air ke masing-masing
clearator yang terdiri dari 5 unit pompa air baku, kapasitas setiap pompa
375 l/det dengan total head 15 meter memakai electromotor.
5. Clearator
Bangunan clearator (proses penjernihan air) terdiri dari 4 unit,
dengan kapasitas masing-masing 350 l/det yang bervolume 1.700 m3
berfungsi sebagai tempat proses pemisahan antara flok-flok yang bersifat
sediman dengan air bersih hasil olahan (effsluent) melalui pembentukan
dan pengendapan flok-flok yang mengandung agitator pengaduk lambat.
Endapan flok-flok ini dibuang sesuai dengan tingkat ketebalannya secara
Clearator ini terbuat dari beton berbentuk bulat dengan lantai
kerucut yang dilengkapi dengan sekat-sekat pemisah untuk proses-proses
sebagai berikut:
- Primary Reaction Zone
- Secondary Reaction Zone
- Return Reaction Zone
- Clarification Reaction Zone
- Concentrator
6. Filter
Dari clearator air dialirkan ke filter untuk menyaring turbidity
(kekeruhan) beberapa flok-flok halus dan kotoran lain yang lolos dari
clearator milalui pelekatan pada media filter yang berjumlah 24 unit jenis
saringan pasir cepat masing-masing menggunakan motor AC nominal
daya 5 KVA.
Dimensi masing-masing filter ini adalah 5 m, panjang 8,25 m,
tinggi 6,25 m, tinggi permukaan air maksimum 5,05 m, serta tebal media
filter 114 cm, dengan lapisan sebagai berikut:
- Pasir kwarsa, 0,45-1,20 mm, dengan ketebalan 61 cm.
- Pasir kwarsa, 1,80-2,00 mm, dengan ketebalan 15 cm.
- Krikil halus, 4,75-6,30 mm, dengan ketebalan 8 cm.
- Krikil sedang, 6,30-10,00 mm, dengan ketebalan 7,5 cm.
- Krikil kasar, 20,00-40,00 mm, dengan ketebalan 15 cm.
Dalam jangka waktu tertentu filter ini harus dibersihkan dari
endapan yang mengganggu penyaringan menggunakan electromotor.
7. Reservoir
Reservoir ini adalah berupa bangunan beton berdimensi panjang 50 m,
lebar 40 m, tinggi 7 m, berfungsi untuk menampung air bersih / air olahan
setelah melewati media filter dengan kapasitas ± 12.000 m3 dan kemudian
didistribusikan ke pelanggan melalui reservoir-reservoir distribusi
diberbagai cabang. Air bersih yang mengalir dari filter ke reservoir
dibubuhi chlor (post chlorination) dan untuk netralisasi dibutuhkan larutan
kapur jenuh atau soda ash.
8. Finish Water Pump(FWP)
FWP (pompa distribusi air bersih) berfungsi untuk mendistribusikan
air bersih dari reservoir utama di instalasi ke reservoir-reservoir distribusi
di cabang melalui pipa transmisi 1.000 mm dan 800 mm. FWP terdiri dari
5 unit pompa dengan kapasitas masing-masing 375l/det total head 55 m
menggunakan motor AC.
9. Sludge Lagoon
Daur ulang adalah cara paling tepat dan aman dalam mengatasi dan
lagoon. Lagoon ini berfungsi sebagai media penampung air buangan bekas
pencucian sistem pengolah dan kemudian air tersebut disalurkan kembali
ke RWT untuk diproses kembali.
2.5 Syarat-syarat Air Minum
Menurut Sutrisno (2004), air minum harus memenuhi:
a. Syarat fisik:
-Air tak boleh berwarna
-Air tak boleh berasa
-Air tak boleh berbau
-Suhu air hendaknya di bawwah sela udara (sejuk ± 25º C)
-Air haru jernih.
b. Syarat kimia:
Air minum tidak boleh mengandung racun, zat-zat mineral atau
zat-zat kimia tertentu dalam jumlah melampaui batas yang telah
ditentukan.
c. Syarat bakteriologik:
Air minum tidak boleh mengandung bakteri-bakteri penyakit
(patogen) sama sekali dan tidak boleh mengandung bakteri-bakteri
golongan coli melebihi batas-batas yang telah ditentukannya yaitu 1
Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.82 tahun
2001 klasifikasi mutu air dibedakan menjadi empat kelas yaitu:
1. Kelas satu
Air yang diperuntukanya dapat digunakan untuk air baku air
minum atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air
yang sama dengan kegunaan tersebut.
2. Kelas dua
Air yang diperuntukannya dapat digunakan untuk
prasarana/sarana rekreasi air, pembudidayaan ikan air tawar,
peternakan, air untuk mengairi pertanaman, dan atau
peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama
dengan kegunaan tersebut.
3. Kelas tiga
Air yang diperuntukannya dapat digunakan untuk
pembudidayaan ikan air tawar, peternakan air untuk mengairi
pertanaman, dan peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu
air yang sama dengan kegunaan tersebut.
4. Kelas empat
Air yang peruntukanya dapat dipergunakan untuk mengairi
pertanaman dan peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu
2.6 Logam Tembaga
Kaprum atau tembaga (Cu) memiliki sistem kristal kubik, yang
secara fisik berwarna kuning dan apabila dilihat menggunakan mikroskop
akan berwarna pink kecoklatan sampai keabuan. Cu termasuk golongan
logam, barwarna merah serta mudah berubah bentuk (Wahyu Widowati,
2006).
Unsur tembaga di alam, dapat ditemukan dalam bentuk logam bebas,
akan tetapi lebih banyak ditemukan dalam bentuk persenyawaan atau
sebagai senyawa padat dalam bentuk mineral. Dalam badan perairan laut,
tembagaga dapat ditemukan dalam bentuk persenyawwaan ion seperti
CuCO3+, CuOH+ dan lain sebagainya (Haryando Polar, 2008).
Tembaga (Cu) bisa masuk ke lingkungan melalui jalur alamiah
dan non alamiah. Pada jalur alamiah, logam mengalami siklus perputaran
dari kerak bumi ke lapisan tanah, ke dalam mahluk hidup, ke dalam kolom
air, mengendap, dan akhirnya kembali lagi ke dalam kkerak bumi. Unsur
Cu bersumber dari pristiwa pengikisan (erosi) batuan mineral, debu-debu,
dan partikulat Cu dalam lapisan udara yang dibawa turun air hujan. Jalur
nonalamiah dalam unsur Cu masuk kedalam tatanan lingkungan akibat
aktivitas manusia, antara lain berasal dari buangan industri yang
menggunakan bahan baku Cu, industi galangan kapal, industri pengolahan
2.6.1 Metabolisme Cu dalam Tubuh
Penyerapan Cu ke dalam darah dapat terjadi pada kondisi asam yang
terdapat dalam lambung. Pada saat proses penyerapan bahan makanan
yang telah diolah pada lambung oleh darah, Cu yang ada turut terserap
oleh darah. Dalam darah, Cu terdapat dalam bentuk ionisasi, yaitu Cu+ dan
Cu++. Apabila jumlah Cu dalam kedua bentuk itu terserap terserap barada
dalam jumlah normal (berada dalam titik keseimbangan dengan kebutuhan
tubuh), maka sekitar 93% dari serum-Cu berada dalam seruloplasma dan
7% lainnya berada dalam fraksi-fraksi albumin dan asam amino. Serum
Cu-albumin ditransfortasikan ke dalam jaringan-jaringan tubuh. Cu juga
berikatan dengan SDM (sel darah merah) sebagai eritrocuprein, yaitu
sekitar 60% SDM-Cu, sedangkan sisanya merupakan fraksi-frsksi yang
labil. Darah selanjutnya akan membawa Cu ke dalam hati. Hati merupakan
tempat penyimpanan Cu yang paling basar yang diterima dari fraksi serum
Cu-albumin dari hati. Cu dikirim kedalam kandung empedu. Cu
dikeluarkan kembali ke usus, untuk selanjutnya dibuang melalui feces
2.6.2 Kegunaan Tembaga
2.6.2.1 Cu (Tembaga) bagi manusia
Logam Cu dibutuhkan manusia sebagai kompleks Cu-protein yang
mempunyai fungsi tertentu dalam pembentukan hemoglobin, kolagen,
pembuluh darah dan myelin otak. Disamping itu Cu juga terlibat dalam
proses pembentukan energi untuk metabolisme serta dalam aktivitas
tirosin, namum demikian, maski sangat dibutuhkan, logam Cu akan
berbalik menjadi bahan racun untuk manusia bila masuk dalam jumlah
berlebihan (Haryando Polar, 2008).
Tembaga merupakan satu unsur yang penting dan berguna untuk
metabolisme. Dalam jumlah kecil Cu diperlukan untuk pembentukan
sel-sel darah merah (Sutrisno, 2004).
2.6.2.2 Cu (Tembaga) dalam bidang industri
Menurut Wahyu Widowati (2006), Cu memiliki banyak manfaat
dalam bidang industri, antara lain:
1. Sebagai bahan biosida untuk mengendalikan penyakit pada
tanaman yang di sebabkan oleh bakteri, fungi, dan serangga.
2. Bahan pembuatan pipa atau tangki air yang dapat memberikan
manfaat besar karena Cu tidak bersifat korosi, mudah dibentuk
dan mudah dipasangkan pada berbagai jenis instrumen karena
Legionella, yang dapat mempertahankan kualitas air selama air
di simpan pada tangki air.
3. Bahan pembuatan peralatan dapur seperti panic; Cu sebagai
peralatan dapur memberikan manfaat bisa mengurangi
pertumbuhan bakteri Eschericia Coli,kemungkinan Cu dapat
meracuni makanan sangat kecil.
2.6.3 Efek Toksik Tembaga
Dalam jumlah besar tembaga (Cu) dapat menyebabkan rasa yang tidak
enak di lidah, selain dapat menyebabkan kerusakan pada hati (Sutrisno,
2004).
Menurut Haryando Polar (2008), Sesuai dengan sifatnya sebagai
logam berat beracun, Cu dapat mengakibatkan keracunan secara akut dan
kronis.
a. Keracunan Akut
Gejala-gejala yang dapat di deteksi sebagai akibat keracunan akut
tersebut adalah adanya rasa logam pada pernafasan penderita dan adanya
rasa terbakar pada epigastrum dan muntah yang terjadi secara
berulang-ulang, dan gejala tersebut berlanjut terjadinya pendarahan pada jalur
Pada manusia, keracunan Cu secara kronis dapat di lihat dengan
timbulnya penyakit Wilson dan Kinsky. Gajala dari penyakit Wilson ini
adalah terjadi hepatic cirrhosis, kerusakan pada otak dan demyelinasi,
serta terjadi penurunan kerja ginjal dan pengendapan Cu dalam kornea
mata. Penyakit Kinsky dapat diketahui dengan terbentuknya rembut yang
kaku dan berwarna kemerahan pada penderita.
Menurut Darmono (2001), bentuk toksisitas kronik Cu ini ada tiga
bentuk yaitu sebagai berikat.
a. Toksisitas kronik sederhana
Sumber utama kelebihan Cu pada pakan berasal dari rumput atau
hijauan pakan ternak yang telah disemprot fungisida, atau pakan formula
berbentuk mineral mix, atau air minum yang telah diberi obat untuk
membunuh algae atau hama siput.
b. Toksisitas kronik hepatogenus
Beberapa jenis pakan hijauan mengandung racun alkaloid yang
menyebabkan meningkatnya afinitas dan peningkatan penyimpanan Cu
dalam hati. Kombinasi antara tanaman hepatotoksik dan Cu dapat merusak
sel hati dan menimbulkan gejala keracunan.
c. Toksisitas kronik phytogenus
Keracunan kronis bentuk ini terjadi pada hewan yang merumput di
mg Cu/kg berat kering), tetapi kandungan sulfatnya berlebihan dan atau
kurang kandungan molybdenum (Mo).
Menurut Wahyu Widowati (2006), Cu dapat mengakibatkan toksisitas
kronis dan toksisitas akut:
a. Toksisitas kronis
Paparan Cu dalam waktu lama bisa minimbulkan gejala seperti:
1. Iritasi pada hidung, tenggorokan, mulut dan mata
2. Menyebabkan sakit kepala, sakit lambung, kehilangan keseimbangan,
muntah dan diare. Paparan Cu dosis besar dapat menyebabkan
kerusakan hati, ginjal, bahkan menyebabkan kematian. Cu juga dapat
menimbulkan alergi pada kulit. Paparan Cu berulang bisa
menyebabkan penebalan pada kulit serta menimbulkan warna
kehijauan pada kulit dan rambut sehingga menyebabkan iritasi hidung.
3. Keracunan Cu bisa menimbulkan kerusakan otak, demielinasi,
penurunan fungsi ginjal, dan pengendapan Cu dalam kornea mata.
Keracunan kronis Cu pada manusia dapat menimbulkan penyakit
Wilson’s dan Kinsky. Gejala penyakit Wilson’s antara lain berupa
kerusakan pada otak, penurunan kerja ginjal, serta pengendapan Cu
dalam kornea mata. Gejala penyakit Kinsky, antara lain berupa rambut
kaku, dan berwarna kemerahan. Penyakit Wilson’s disebabkan oleh
b. Toksisitas akut
Gejala klinis pada keracunan akut Cu, antara lain kolik abdomen,
muntah, gastroenteritis diikuti diare, feses, dan muntahan yang berwarna
hijau-kebiruan. Gejala lain adalah shock barat, suhu tubuh turun secara
drastis, dan denyut jantung yang meningkat. Penderita akan mengalami
kolaps dan kematian setelah 24 jam semenjak munculnya gejala-gejala
tersebut.gejala keracunan akut Cu antara lain muntahan berwarna
hijau-kebiruan,hipotensi, melena, koma, dan penyakit kuning.
2.7 Teori Umum Spektrofotometri
Spektrofotometri adalah pengukuran absorbsi energy cahaya oleh
suatu molekul pada suatu panjang gelombang tertentu untuk tujuan analisa
kualitatif dan kuantitatif. Spektrofotometri sinar tampak mempumyai
panjang gelombang 400-750 nm dan spektrofotometri uv mempunyai
panjang gelombang 200-400 nm. Radiasi elektromagnetik, yang mana
sinar ultraviolet dan sinar tampak merupakan salah satunya, dapat
dianggap sebagai energi yang merambat dalam bentuk gelombang.
panjang gelombang merupakan jarak linier dari satu titik pada satu
gelombang ke titik yang bersebelahan pada gelombang yang berdekatan
Spektroskopi UV-Vis biasanya digunakan untuk molekul dan ion
anorganik atau kompleks di dalam larutan. Spektrum UV-Vis mempunyai
bentuk yang lebar dan hanya sedikit informasi tentang struktur yang bisa
di dapatkan dari spektrum ini. Tetapi spektrum ini berguna untuk
pengukuran seccara kuantitatif. Konsentrasi dari analit di dalam larutan
bisa di tentukan dengan mengukur absorban pada panjang gelombang
tertentu dengan menggunakan hukum Lambert-Beer (Dachriyanus, 2004).
Pada Analisis Tembaga (Cu) dalam air reservoir PDAM Tirtanadi
Instalasi Deli Tua digunakan reagen Cu Ver 1 Powder Pillow yang
berisikan Bicinchonic acid, Dipotassium, Sodium ascorbate, Sodium
phosfat, Dibasic, Potassium phosfat, Monobasic. Diantara isi tersebut
hanya Bicinchonic acid yang bereaksi sehingga membentuk kompleks
berwarna kuning yang diukur pada panjang gelombang 592 nm
menghasilkan reaksi:
BAB III
METODOLOGI
3.1 Alat dan Bahan 3.1.1 Alat-alat
- Spektrofotometer uv-visibel
- Kuvet
- Pipet volum 10 ml
3.1.2 Bahan-bahan
- Cu ver 1 powder pillow
- aqudes
3.2 Prosedur Pengujian
Penentuan kadar tembaga dalam sampel air reservoir di PDAM
Tirtanadi dengan alat spektrofotometri
- pastikan analis telah memakai sarung tangan dan
masker
- Tekan “STORED PROGRAMS” dan “135” untuk
analisa tembaga
- Persiapan sampel, isi 10 ml sampel ke dalam botol
sampel
- Tambah satu bungkus Cu ver 1 powder pillow kedalam
- Tekan “Timer” > Ok (tunggu selama 2 menit)
- Persiapan blanko, setelah waktu habis, tuangkan 10 ml
sampel ke dalam botol sampel ke-2
- Tekan “Zero” layar akan menunjukkan 0,000 mg//l Cu
- Masukkan sampel ke dalam tutup sel dan tutup
- Tekan “Read” catat hasil analisa tembaga yang
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1Hasil
Hasil pemeriksaan kadar tembaga pada sampel air reservoir sungai
deli tua di Laboratorium PDAM Tirtanadi Medan pada tanggal 9 Februari
[image:32.595.84.566.352.485.2]2011 dapat dilihat pada Tabel 4.1.
Table 4.1 Hasil pemeriksaan sampel Air Reservoir di Laboratorium
PDAM Tirtanadi Deli Tua
No Tanggal Pemeriksaan
Kadar Tembaga yang Diperoleh (mg/L)
Syarat maximum (mg/L)
Air Baku Air
Reservoir Air Baku
Air Reservoir
1 09 Februari 2011 0,05 0,04 0,02 2
4.2 Pembahasan
Kadar tembaga yang di peroleh dari pengujian air reservoir tersebut
pada tanggal 09 Februari 2011 adalah 0,04 mg/l, dan menurut
PERMENKES RI No.492/MENKES/PER/2010 tanggal 19 April 2010,
kada maksimum yang di perbolehkan untuk air minum adalah 2 mg/l,
dengan demikian, dapat diartikan bahwa kadar tembaga dari air reservoir
memenihi syarat untuk digunakan sebagai air minum karena kadar yang di
Kadar tembaga yang diperoleh dari air reservoir sudah memenuhi
syarat dikarenakan air reservoir telah melewati proses pengolahan air dari
mulai proses pengendapan, Proses penjernihan, proses desinfeksi dan telah
di saring pada filter yang kemudian ditempatkan pada bak penyimpanan
air bersih, sehingga kadar yang di peroleh dapat memenuhi syarat.
Air baku adalah air yang tidak mengalami proses pengolahan air. Jika
air baku ini tidak mengalami proses pengolahan air pasti kadar tembaga
yang diperolah akan sangat tinggi yang apabila dikonsumsi akan
menimbulkan toksik dalam tubuh. Dapat kita lihat kadar tembaga yang
diperoleh dari pengujian air baku pada tanggal 9 Februari 2011 adalah
0,05 mg/l. Jadi kita dapat melihat perbandingan kadar tembaga yang
terkandung dalam air baku dan air reservoir yang sudah memenuhi syarat
dikarenakan air baku yang belum mengalami pengolahan lebih basar
kadarnya dibandingkan dengan air reservoir yang telah melewati proses
pengolahan air dari mulai proses pengendapan, proses penjernihan, proses
desinfeksi, dan telah disaring pada filter yang kemudian ditempatkan pada
bak penyimpanan air bersih.
Konsentrasi batas dari unsur ini dapat menimbulkan rasa pada air
bervariasi antara 1-5 mg/l. konsentrasi 1 mg/l merupakan batas konsentrasi
tertinggi untuk mencegah timbulnya rasa yang tidak menyenangkan
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
- Dari hasil pemeriksaan yang telah dilakukan menunjukkan bahwa
kandungan Tembaga pada air reservoir Sungai Deli tidak melebihi
dari persyaratan PERMENKES RI No.492/MENKES/PER/2010
Tanggal 19 April 2010,dimana kadar maksimum yang
diperbolehkan adalah 2 mg/l , dengan demikian dapat diartikan
bahwa kadar Tembaga pada air reservoir memenuhi syarat sebagai
air minum.
- Air reservoir Sungai Deli layak untuk dikonsumsi karena hasilnya
memenuhi persyaratan sesuai dengan PERMENKES RI
No.492/MENKES/PER/2010.
5.2 Saran
- Diharapkan kepada pihak PDAM Tirtanadi Instalasi Pengolahan
Air Deli Tua agar tetap menjaga kualitas air yang didistribusikan
kepada setiap konsumen dan meningkatkan kualitas air yang
diproduksi.
- Diharapkan kepada pihak PDAM Tirtanadi Instalasi pengolahan
- Diharapkan agar masyarakat senantiasa untuk menjaga kelestarian
DAFTAR PUSTAKA
Dachriyanus. (2004). Analis Struktur Senyawa Organik Secara Spektroskopi.
Padang : Penerbit Andalas University Press. Halaman 1.s
Darmono. (2001). Logam Dalam Sistem Biologi Mahluk Hidup. Jakarta: Penerbit
Universitas Indonesia. Halaman 153.
Effendi, H. (2003). Telaah Kualitas Air. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
Halaman 25.
Palar, Haryando. (2008). Pencemaran dan Toksikologi Logam Berat. Jakarta:
penerbit Rineka Cipta. Halaman 61, 62, 65, 71 dan 72.
Pratiwi,sD.A. (2000). Buku Penuntun Biologi. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Halaman 200
Rohman, Abdul. (2007). Kimia Farmasi Analis. Yogyakarta: Penerbit Pustaka
Pelajar. Halaman 220, 222.
Sitepoe, M. (1997). Air untuk Kehidupan. Jakarta: Penerbit PT Gramedia
Widiasarana Indonesia. Halaman 145.
Sutrisno, C. (2004). Teknologi Penyediaan Air Bersih. Cetakan kelima. Jakarta:
penerbit Rineka Cipta. Halaman 2, 13, 38.
Wahyu, widowati. (2006). Efek Toksik Logam. Yogyakarta: Penerbit ANDI.
LAMPIRAN I
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 492 / Menkes / Per / IV / 2010 Tanggal 19
April 2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum.
I. PARAMETER WAJIB
No Jenis Parameter Satuan Kadar Maksimum yang
di perbolehkan
1 Parameter yang berhubungan langsung dengan kesehatan
a. Parameter Mikrobiologi
1 ) E. Coli Jumlah per 100 ml sampel 0
2 ) Total Bakteri Koliform Jumlah per 100 ml sampel 0
b. Kimia an – organik
1 ) Arsen mg / l 0,01
2 ) Flourida mg / l 1,5
3 ) Total Kromium mg / l 0,05
4 ) Kadmium mg / l 0,003
5 ) Nitrit, ( sebagai NO2- ) mg / l 3
6 ) Nitrat, ( sebagai NO3- ) mg / l 50
7 ) Sianida mg / l 0,07
8 ) Selenium mg / l 0,1
2 Parameter yang tidak langsung berhubungan dengan kesehatan a. Parameter Fisik
1 ) Bau Tidak berbau
2 ) Warna TCU 15
3 ) Total Zat Padat Terlarut ( TDS ) mg / l 500
4 ) Kekeruhan NTU 5
5 ) Rasa Tidak berasa
6 ) Suhu 0C Suhu udara ± 3
b. Parameter Kimiawi
1 ) Aluminium mg / l 0,2
2 ) Besi mg / l 0,3
3 ) Kesadahan mg / l 500
4 ) Khlorida mg / l 250
5 ) Mangan mg / l 0,4
6 ) Ph 6,5 – 8,5
7 ) Seng mg / l 3
8 ) Sulfat mg / l 250
10 ) Amonia mg / l 1,5
II. PARAMETER TAMBAHAN
No Jenis Parameter Satuan Kadar Maksimum yang
di perbolehkan
1 KIMIAWI
a. Bahan Anorganik mg / l
Air Raksa mg / l 0,001
Antimon mg / l 0,02
Barium mg / l 0,7
Boron mg / l 0,5
Molybdenum mg / l 0,07
Nikel mg / l 0,07
Sodium mg / l 200
Timbal mg / l 0,01
Uranium mg / l 0,015
b. Bahan Organik
Zat Organik ( KMnO4 ) mg / l 10
Deterjen mg / l 0,05
Chlorinated alkanes
Carbon tetrachloride mg / l 0,004
Dichloromethane mg / l 0,02
1,2-Dichloroethane mg / l 0,05
Chlorinated ethenes
1,2-Dichloroethene mg / l 0,05
Trichloroethene mg / l 0,02
Tetrachloroethene mg / l 0,04
Aromatic hydrocarbons
Benzene mg / l 0,01
Toluene mg / 0,7
Xylenes mg / l 0,5
Ethylbenzenes mg / l 0,3
Styrene mg / l 0,02
Chlorinated benzenes
Di ( 2 – ethylhexyl ) phthalate mg / l 0,008
Acrylamide mg / l 0,0005
Epichlorohydrin mg / l 0,0004
Hexachlorobutadiene mg / l 0,0006
Ethylenediaminetetraacetic acid ( EDTA )
mg / l 0,6
Nitrilotriacetic acid ( NTA ) mg / l 0,2
c. Pestisida
Alachlor mg / l 0,02
Aldicarb mg / l 0,01
Aldrin dan dieldrin mg / l 0,0003
Atrazine mg / l 0,002
Carbofuran mg / l 0,007
Chlordane mg / l 0,0002
Chlortoluran mg / l 0,03
DDT mg / l 0,001
1,2-Dibromo-3-chloropropane ( DBCP ) mg / l 0,001
2,4 Dichloropenoxyacetic acid ( 2,4-D ) mg / l 0,03
1,2-Dichloropropane mg / l 0,04
Isoproturon mg / l 0,009
Lindane mg / l 0,002
MCPA mg / l 0,002
Methoxychlor mg / l 0,02
Metolachlor mg / l 0,01
Molinate mg / l 0,006
Pendimethalin mg / l 0,02
Pentachlorophenol ( PCP ) mg / l 0,009
Permethrin mg / l 0,3
Simazine mg / l 0,002
Trifluralin mg / l 0,02
Chlorophenoxy herbicides selain 2,4-D dan MCPA
2,4-DB mg / l 0,090
Dichlorprop mg / l 0,10
Fenoprop mg / l 0,009
Mecoprop mg / l 0,001
2,4,5-Trichlorophenoxyacetic acid mg / l 0,009
d. Desinfektan dan Hasil Sampingannya Desinfektan
Chlorine mg / l 5
Hasil Sampingan
Chlorate mg / l 0,7
Chlorite mg / l 0,7
Chlorophenols
2,4,6-Trichlorophenol ( 2,4,6-TCP ) mg / l 0,2
Bromoform mg / l 0,1
Dibromochloromethane ( DBCM ) mg / l 0,1
Bromodichloromethane ( BDCM ) mg / l 0,06
Chloroform mg / l 0,3
Chlorinated acetic acid
Dichloroacetic acid mg / l 0,05
Trichloroacetic acid mg / l 0,02
Chloral hydrate
Halogenated acetonitrilies
Dichloroacetonitrile mg / l 0,02
Dibromoacetonitrile mg / l 0,07
Cyanogen Chloride ( sebagai CN ) mg / l 0,07
2. RADIOAKTIFITAS
Gross alpha activity Bq / l 0,1