PENENTUAN KADAR Mn (Mangan) PADA AIR BAKU DAN
AIR RESERVOIR SECARA SPEKTROFOTOMETRI DI PDAM
TIRTANADI MEDAN
KARYA ILMIAH
ATMI NANDRA SEMBIRING
092401090
DEPARTEMEN KIMIA
PROGRAM DIPLOMA-III KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PENENTUAN KADAR Mn (Mangan) PADA AIR BAKU DAN
AIR RESERVOIR SECARA SPEKTROFOTOMETRI DI PDAM
TIRTANADI MEDAN
KARYA ILMIAH
Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Ahli Madya
Disusun Oleh:
092401090
ATMI NANDRA SEMBIRING
DEPARTEMEN KIMIA
PROGRAM DIPLOMA-III KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PERSETUJUAN
Judul : PENENTUAN KADAR Mn (Mangan) PADA AIR BAKU DAN AIR RESERVOIR SECARA SPEKTROFOTOMETRI DI PDAM
TIRTANADI MEDAN
Kategori : TUGAS AKHIR
Nama : ATMI NANDRA SEMBIRING
Nomor Induk Mahasiswa : 092401090 Program Studi : D-III KIMIA
Departemen : KIMIA
Fakultas : MATEMATIKA DAN ILMU
PENGETAHUAN DASAR UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Diluluskan di Medan, Juni 2012
Diketahui/Disetujui Oleh :
Ketua Bidang Studi D-III KIMIA F-MIPA USU Dosen Pembimbing,
(Dra. Emma Zaidar, M.Si) (
NIP : 195512181987012001 NIP. 195310271980032003
Dr. Yugia Muis, M.S)
Ketua Departemen Kimia F-MIPA USU
( Dr. Rumondang Bulan, M.S NIP. 19540830198032001
PERNYATAAN
PENENTUAN KADAR Mn (Mangan) PADA AIR BAKU DAN AIR RESERVOIR SECARA SPEKTROFOTOMETRI DI PDAM TIRTANADI
MEDAN
KARYA ILMIAH
Saya mengakui bahwa tugas akhir ini adalah hasil kerja saya sendiri,kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.
Medan, Mei 2012
092401090
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT, yang telah melimpahkan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Progran studi Kimia Analis di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara.
Dengan kerendahan hati penulis terutama mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada orang tua Rahim Sembiring dan Rusmaliati Lubis yang telah memberikan bantuan materil, moril, dorongan, dukungan dan doa yang telah mereka berikan selama ini kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini. Terima kasih juga rasa cinta dan kasih sayang yang tulus yang selalu menyertai selama ini dalam setiap langkah dan keadaan membuat tegar berdiri hingga kini.
Dalam menulis karya ilmiah ini penulis banyak melibatkan pihak – pihak untuk memberikan saran yang baik, maka sewajarnya penulis mengucapkan terima kasih kepada :
- Ibu DR. Rumondang Bulan MS. Selaku Ketua Departemen Kimia FMIPA USU - Ibu Dra. Emma Zaidar Nst, M.Si. Selaku Ketua Program Studi D3 Kimia
- DR.Yugia Muis, MS. Selaku Dosen Pembimbing yang memberikan arahan dan motivasi kepada penulis
- Karyawan daan Karyawati PDAM Tirtanadi yang telah membimbing dan meluangkan pikirannya kepada kami selama PKL dan saat hendak menyusun karya ilmiah ini
- Bapak – Ibu staf pengajar,serta pegawai Departemen Kimia FMIPA USU. - Seluruh rekan mahasiswa Kimia Analis Angkatan 2009 (terutama Mai
Fransiska Barutu, Tatiana, Liesa Siahaan, Sri Maria, Juga teman- teman PKL) Terima kasih atas semua masukkannya hingga selesainya karya ilmiah ini.
- Serta semua pihak yang tidak sempat tertulis disini satu- persatu yang juga telah benyak membantu dan mendukung penulis dalam menyelesaikan karya ilmiah ini. Semoga Allah SWT akan membalasnya.
Akhir kata, semoga karya imiah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak dan bagi penulis khusunya.
Medan , Mei 2012
ABSTRAK
DETERMINATION OF Mn (MANGANESE) CONCENTRATION AT THE RAW WATER AND RESERVOIR WATER AS SPECTROPHOTOMETER
METHODS IN PDAM TIRTANADI OF MEDAN
ABSTRACT
DAFTAR ISI
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4
2.1 Air 4
2.2 Karakteristik Air 4
2.3 Parameter Kualitas Air 5
2.3.1 Parameter Fisika 5
2.3.2.Parameter Kimia 12
2.4 Proses Pengolahan Air 16
2.5 Kualitas Air 17
2.5.1 Kualitas Air Sungai 17
2.5.2 Kualitas Air Baku P.A.M 18
2.6 Logam Mangan dalam Air 19
2.7 Dampak Mangan (Mn) Dalam Kehidupan 20
2.8 Spektrofotometer 22
2.8.1 Cara Kerja Spektrofotometer 24
2.8.2 Hukum Yang Mendasari Spektroskopi 24
BAB III METODE PERCOBAAN 27
3.1 Alat dan Bahan 27
3.1.1 Alat 27
3.1.2 Bahan 27
3.2 Prosedur 27
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 29
4.1 Data Hasil Analisa 29
4.1.1 Data Hasil Analisa Air Baku 29
4.1.2 Data Hasil Analisa Air Reservoir 29
4.2 Pembahasan 30
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 32
5.1 Kesimpulan 32
5.2 Saran 33
ABSTRAK
DETERMINATION OF Mn (MANGANESE) CONCENTRATION AT THE RAW WATER AND RESERVOIR WATER AS SPECTROPHOTOMETER
METHODS IN PDAM TIRTANADI OF MEDAN
ABSTRACT
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang
Air merupakan sumber daya alam yang diperlukan untuk hajat hidup orang
banyak, bahkan oleh semua makhluk hidup. Oleh karena itu, sumber daya air harus
dilindungi agar dapat dimanfaatkan dengan baik oleh manusia serta makhluk hidup
lain. pemanfaatan air untuk berbagai kepentingan harus dilakukan secara bijaksana.
Dengan memperhitungkan kepentingan generasi sekarang maupun generasi
mendatang. Aspek Penghematan dan pelestarian sumber daya air harus ditanamkan
pada segenap pengguna air.
Saat ini, masalah utama yang dihadapi oleh sumber daya air meliputi kualitas
air yang tidak mampu memenuhi kebutuhan yang terus meningkat dan kualitas air
untuk keperluan domestik yang semakin menurun. Kegiatan industri, domestik dan
kegiatan lain berdampak negatif terhadap sumber daya air, antara lain meyebabkan
penurunan kualitas air. Kondisi ini dapat menimbulkan gangguan, kerusakan, dan
bahaya bagi semua makhluk hidup yang bergantung pada sumber daya air. Oleh
karena itu, diperlukan pengelolaan dan perlindungan sumber daya air secara seksama.
Peningkatan kualitas air minum dengan jalan mengadakan pengelolaan
terhadap air yang akan diperlukan sebagai air minum dengan mutlak diperlukan
terutama apabila air tersebut berasal dari air permukaan. Pengolahan yang dimaksud
bisa dimulai dari yang sangat sederhana sampai yang pada pengolahan yang
mahir/lengkap, sesuai dengan tingkat kekotoran dari sumber asal air tersebut. Semakin
kotor semakin berat pengolahan yang dibutuhkan, dan semakin banyak ragam zat
pencemar akan semakin banyak pula teknik-teknik yang diperlukan untuk mengolah
sehari-hari maka pengolahan air adalah menjadi pertimbangan yang utama untuk
menentukan apakah sumber tersebut bisa dipakai untuk persediaan atau tidak.
Peningkatan kuantitas air adalah merupakan syarat kedua setelah kualitas,
karena semakin maju tingkat hidup seseorang, maka akan semakin tinggi pula tingkat
kebutuhan air dari masyarakat tersebut. Untuk keperluan air minum maka dibutuhkan
air rata-rata sebanyak 5 liter/hari, sedangkan secara keseluruhan kebutuhan akan air
suatu rumah tangga untuk masyarakat Indonesia diperkirakan sebesar 60 liter/hari.
Jadi untuk Negara-Negara yang sudah maju kebutuhan akan air pasti lebih besar dari
kebutuhan untuk negara-negara yang sedang berkembang.
Dalam peraturan Menteri Kesehatan R.I. No.01/Birkhukmas/I/1975 tercantum
26 macam unsur standar. Beberapa diantara unsur-unsur tersebut tidak dikehendaki
kehadirannya pada air minum, oleh karena merupakan zat kimia yang bersifat racun,
dapat merusak perpipaan. Adapun tinjauan secara terinci terhadap setiap unsur yang
tercantum dalam standar persyaratan kualitas air disini akan memberikan gambaran
tentang sifat pengaruh unsur tersebut dan akibat yang ditimbulkan apabila konsentrasi
adanya unsur tersebut dalam air melebihi standar yang ditetapkan.
1.2 Permasalahan
Dari latar belakang diatas permasalahan yang timbul adalah berapakah kadar
Mn pada air baku dan reservoir apakah sudah memenuhi kualitas air minum atau
tidak.
1.3 Tujuan Penulisan
- Untuk mengetahui bagaimana cara menganalisa kadar Mn (mangan) pada
- Untuk mengetahui kadar Mn (mangan) yang terkandung pada air baku dan
air reservoir sesuai dengan standar yang telah ditentukan.
1.4. Manfaat Penulisan
- Untuk mengetahui bagaimana proses pengolahan air dari air baku menjadi air
reservoir, sehingga dapat diketahui logam – logam yang terkandung dan dapat
mengetahui apakah air tersebut layak dikonsumsi atau tidak
- Dapat menambah wawasan dari penulis mengenai penerapan ilmu Kimia
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Air
Air merupakan suatu sarana utama untuk meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat, karena air merupakan salah satu media dari berbagai macam penularan,
terutama penyakit perut adalah penyakit yang paling banyak terjadi di Indonesia.
Air menutupi sekitar 70 % permukaan bumi, dengan jumlah sekitar 1.368 juta
km3. Air terdapat dalam berbagai bentuk, misalnya uap air, es, cairan,dan salju. Air
tawar terutama terdapat di sungai, danau, air tanah (ground water), dan gunung es
(glacier). Semua badan air didaratan dihubungkan dengan laut dan atmosfer melalui
siklus hidrologi yang berlangsung secara kontinu.
2.2. Karakteristik Air
Air memiliki karakteristik yang khas yang tidak dimiliki senyawa lain.
Karakter terebut adalah sebagai berikut:
1. Pada kisaran suhu yang sesuai bagi kehidupan, yakni 0oC – 100oC, air
berwujud cair. Suhu 0oC merupaka titik beku ( freezing point) dan
suhu100oC merupakan titik didih (boiling point) air. Tanpa sifat tersebut,
air yang didapat didalam jaringan tubuh makhluk hidup maupun air yang
terdapat dilaut, sungai, danau, dan badan air yang lain yang berada dalam
bentuk gas atau padatan, sehingga tidak akan terdapat kehidupan dimuka
bumi ini, karena sekitar 60% - 90% bagian sel makhluk hidup adalah air
2. Perubahan suhu air berlangsung lambat sehingga air memiliki sifat sebagai
penyimpan panas yang sangat baik. Sifat ini memungkinkan air tidak
menjadi panas ataupun dingin seketika. Perubahan suhu air yang lambat
suhu yang mendadak dan memelihara suhu bumi agar sesuai bagi makhluk
hidup. Sifat ini juga menyebabkan air sangat baik digunakan sebagai
pendingin mesin.
3. Air merupakan panas yang tinggi dalam proses penguapan. Penguapan
(evaporasi) adalah suatu perubahan air menjadi uap air. Proses ini
memerlukan energi panas dalam jumlah yang besar. Sebaliknya, proses
perubahan air menjadi cairan ( kondensasi) melepaskan energi yang besar
4. Air merupakan pelarut yang baik. Air mampu melarutkan berbagai jenis
senyawa kimia. Air hujan mengandung senyawa kimia dalam jumlah yang
sangat sedikit, sedangkan air laut dapat mengandung senyawa kimia
hingga 35.000 mg/liter.
5. Air memiliki tegangan permukaan yang tinggi. Suatu cairan dikatakan
memiliki tegangan permukaan yang tinggi jika tekanan antar molekul
cairan tersebut tinggi. Tegangan permukaan yang tinggi menyebabkan air
memiliki sifat membasahi suatu bahan secara baik ( higher wetting ability)
6. Air merupakan satu – satunya senyawa yang merenggang ketika membeku.
Pada saat membeku, air merengggang sehingga es memiliki densitas
(massa/volume) yang lebih rendah dari air.
2.3. Parameter Kualitas Air 2.3.1. Parameter fisika
Dalam standar persyaratan fisis air minum tampak ada lima unsur persyaratan
meliputi : suhu, warna ,bau, rasa dan kekeruhan.
Temperatur dari air akan mempengaruhi penerimaan (acceptance)
masyarakat akan air tersebut dan dapat mempengaruhi pula reaksi kimia dalam
pengelolaan, terutama apabila temperatur tersebut sangat tinggi. Temperatur
yang diinginkan adalah 50oF – 60oF atau 10o C – 15oC, kedalamaan pipa–pipa
saluran air, dan jenis dari sumber-sumber air akan mempengaruhi temperatur
ini. Disamping itu, temperatur pada air mempengaruhi secara langsung
toksisitas banyak bahan kimia pencemar, pertumbuhan mikroorganisme dan
virus.
Secara umum, kelarutan bahan-bahan padat dalam air akan meningkat,
meskipun ada beberapa pengecualian. Pengaruh temperatur pada kelarutan
terutama tergantung pada efek panas secara keseluruhan pada larutan tersebut.
Kalau panas larutan itu adalah endothermis, maka larutan meningkat dengan
meningkatnya temperatur. Kalau panas dari larutan exothermis, kelarutan akan
menurun dengan naiknya temperatur, dan apabila perubahan panasnya kecil,
kelarutan sangat kecil dipengaruhi oleh perubahan temperatur.
Tidak semua standar persyaratan kualitas air minum mencantumkan
suhu sebagai salah satu unsur standar. Meskipun demikian, uraian tersebut di
atas dapat memberikan gambaran alasan mengapa suhu dimasukkan sebagai
salah satu unsur standar persyaratan, yakni dapat disimpulkan untuk:
- Menjaga penerimaan masyarakat terhadap air minum yang dibutuhkannya.
- Menjaga derajat toksisitas dan kelarutan bahan-bahan pollutant yang
mungkin terdapat dalam air, serendah mungkin.
- Menjaga adanya temperatur air yang sedapat mungkin tidak
Penyimpangan terhadap standar suhu ini, yakni apabila suhu air minum
lebih tinggi dari udara, jelas akan mengakibatkan tidak tercapainya
maksud-maksud tersebut diatas, yakni akan menurunkan penerimaan
masyarakat, menigkatkan toksisitas dan kelarutan bahan – bahan pollutant,
dan dapat menimbulkan suhu bagi kehidupan mikroorganisme dan virus
tertentu.
2. Warna
Banyak air dari permukaan khususnya yang berasal dari daerah rawa – rawa,
seringkali berwarna sehingga tidak dapat diterima oleh masyarakat baik untuk
keperluan rumah tangga maupun untuk keperluan industri, tanpa dilakukannya
pengolahan untuk menghilangkan warna tersebut.
Bahan – bahan yang menimbulkan warna tersebut dihasilkan dari kontak
antara air dengan reruntuhan organis seperti daun, duri pohon jarum dan kayu yang
semuanya dan semuanya dalam berbagai tingkat – tingkat pembusukan ( de
composition)
Air yang mengandung bahan – bahan pewarna alamiah yang berasal dari rawa
dan hutan, dianggap tidak mempunyai sifat–sifat yang membahayakan atau toksis.
Meskipun demikian, adanya bahan–bahan tersebut memberikan warna
kuning-kecoklatan pada air, yang menjadikan air tersebut tidak disukai oleh sebagian dari
konsumen air.
Intensitas warna dalam air ini diukur dengan satuan unit warna standar, yang
dihasilkan 1 mg/liter platina ( sebagai K2 Pt Cl6). Standar yang ditetapkan oleh U.S.
Public Health Service untuk intensitas warna dalam air minum adalah 20 unit dengan
internasional dari WHO maupun standar nasional dari Indonesia yang besarnya 5-50
unit.
Hal yang dapat disimpulkan tentang unsur warna sebagai salah satu standar
kualitas air-minum adalah bahwa, unsur tersebut dicantumkan dalam standar
persyaratan. Hal ini mengingat bahwa:
a. Air yang berwarna dalam tingkatan tertentu akan mengurangi segi estetika,
dan tidak diterima oleh masyarakat.
b. Tidak diterimanya air minum yang berasal dari penyediaan air untuk
minum, akan menimbulkan kekhawatiran bahwa masyarakat akan mencari
sumber air lainnya yang mungkin kurang safe.
c. Dengan ditetapkannya standar warna sebagai salah satu persyaratan
kualitas, diharapkan bahwa semua air minum yang akan diberikan kepada
masyarakat akan dapat langsung diterima oleh masyarakat.
3. Bau dan Rasa
Seperti halnya warna, adanya bau dan rasa pada air minum akan
mengurangi penerimaan masyarakat terhadap air tersebut. Bau dan rasa
biasanya terjadi bersama–sama dan biasanya disebabkan oleh adanya bahan –
bahan organik yang membusuk, tipe- tipe tertentu organisme mikroskopik,
serta persenyawaan kimia seperti phenol. Bahan – bahan yang menyebabkan
bau dan rasa ini berasal dari berbagai sumber. Intensitas bau dan rasa dapat
menigkat, bila terhadap air dilakukan khorinasi. Karena pengukuran rasa dan
bau itu tergantung pada rekasi individual, maka hasil yang dilaporkan adalah
tidak mutlak. Intensitas bau dilaporkan sebagai berbanding terbalik dengan
Standar persyaratan air minum yang menyangkut bau dan rasa ini baik
ditetapkan oleh WHO maupun U.S. Public Health Service menyatakan bahwa
air minum tidak boleh terdapat bau dan rasa yang tidak diinginkan.
Efek kesehatan yang dapat ditimbulkan oleh adanya bau dan rasa dalam air ini
adalah:
a. Serupa dengan warna, dengan air minum yang berbau dan berasa
ini, masyarakat akan mencari sumber- sumber air lain yang
kemungkinan besar bahkan tida “safe”
b. Ketidak sempurnaan usaha menghilangkan bau dan rasa pada
pengolahan yang dilakukan, dapat menimbulkan kekhawatiran
bahwa air yang terolah secara tidak sempurna itu masih
mengandung bahan-bahan kimia yang bersifat toksis.
4. Kekeruhan
Air dikatakan keruh, apabila air tersebut mengandung begitu banyak
partikel bahan yang tersuspensi sehingga memberikan warna/rupa yang
berlumpur dan kotor. Bahan–bahan yang menyebabkan kekeruhan ini meliputi,
tanah liat, lumpur, bahan–bahan organik yeng tersebar secara baik dan partikel
– partikel kecil yang tersuspensi lainnya. Nilai numerik yang menunjukkan
kekeruhan didasarkan pada turut-campurnya bahan–bahan tersuspensi pada
jalannya sinar melalui sampel.
Nilai ini secara tidak langsung menunjukkan banyaknya bahan
tersuspensi, tetapi ia menunjukkan kemungkinan penerimaan konsumen
terhadap air tersebut. Kekeruhan tidak merupakan sifat dari air yang
memuaskan untuk penggunaan rumah tangga, usaha penghilangan secara
hampir sempurna bahan – bahan menyebabkan kekeruhan adalah penting.
Standar yang ditetapkan U.S. Public Health Service mengenai
kekeruhan ini adalah batas maksimal 10 ppm dengan skala silikat, tetapi dalam
praktek angka standar ini umumnya tidak memuaskan. Kebanyakan banguna
pengolahan air yang modern menghasilkan air dengan kekeruhan 1 ppm atau
kurang. Menurut Clair N Sawyer, dkk : dikatakan bahwa kekeruhan pada air
merupakan satu hal yang harus dipertimbangkan dalam penyediaan air bagi
umum, mengingat bahwa kekeruhan tersebut akan mengurangi segi esthetika,
menyulitkan dalam usaha penyaringan, dan akan mengurangi efektivitas usaha
desinfeksi.
Dari tinjauan tentang standar kualitas fisis ini, secara umum dapat
dilihat bahwa :
a. Penyimpangan terhadap standar yang telah ditetapkan akan
mengurangi penerimaan masyarakat terhadap air tersebut, yang
selanjutnya akan mendorong masyarakat untuk mencari sumber air
lain yang kemungkinan tidak “ safe “.
b. Terdapatnya suhu, intensitas bau, rasa dan kekeruhan yang
melebihi standar yang ditetapkan, dapat menimbulkan
kekhawatiran terkandungnya bahan – bahan kimia yang dapat
mengakibatkan efek toksis terhadap manusia. (Sutrisno, C.T. 1996)
5. Konduktivitas
Konduktivitas ( Daya Hantar Listrik/DHL) adalah gambaran numerik
dari kemampuan air meneruskan aliran listrik. Oleh karena itu, semakin
DHL. Asam, basa, dan garam merupakan penghantar listrik ( konduktor) yang
baik, sedangkan bahan organik, misalnya sukrosa dan benzena yang tidak
dapat mengalami disosiasi, merupakan penghantar listrik yang jelek.
6. Padatan Total, Terlarut, dan Tersuspensi
Padatan total ( residu ) adalah bahan yang tersisa setelah air sampel
mengalami evaporasi dan pengeringan pada suhu tertentu. Residu dianggap
sebagai kandungan total bahan terlarut dan tersuspensi dalam air. Selama
penentuan residu ini, sebagian besar bikarbonat yang merupakan anion utama
di perairan telah mengalami transformasi menjadi karbondioksida, sehingga
karbondioksida dan gas-gas lain yang menghilang pada saat pemanasan tidak
tidak tercakup dalam nilai padatan total.
Padatan tersuspensi total ( Total Suspended Solid atau TSS) adalah
bahan–bahan tersuspensi ( diameter > 1µm) yang tertahan pada saringan
millipore dengan diamatere pori 0,45 µ m. TSS terdiri atas lumpur dan pasir
halus serta jasad – jasad renik, yang terutama disebabkan oleh kikisan tanah
atau yang terbawa kebadan air.
Padatan terlarut total ( Total Dissolved Solid atau TDS ) adalah bahan – bahan
terlarut ( diameter < 10-6mm) dan koloid ( diameter 10-6 – 10-3 mm ) yang
berupa senyawa – senyawa kimia dan bahan – bahan lain, yang tidak tersaring
pada kertas saring berdiameter 0,45µ mm. TDS biasanya disebabkan oleh
bahan anorganik yang berupa ion – ion yang biasa ditemukan diperairan.
2.3.2.Parameter kimia
Pada dasarnya, asiditas ( keasaman) tidak sama dengan pH. Asiditas
melibatkan dua komponen, yaitu jumlah asam, baik asam kuat maupun asam lemah (
misalnya asam karbonat dan asam asetat), dan konsentrasi ion hidrogen.
Mackereth et al berpendapat bahwa pH juga berkaitan erat dengan
karbondioksida dan alkalinitas. Pada pH <5, alkalinitas dapat mencapai nol. Semakin
tinggi pH, semakin tinggi pula nilai alkalinitas dan semakin rendah kadar
karbondioksida bebas. Larutan yang bersifat asam ( pH rendah ) bersifat korosif.
pH juga mempengaruhi toksisitas suatu senyawa kimia. Senyawa amonium
yang dapat terionisasi banyak ditentukan pada perairan yang memiliki pH rendah.
Amonium bersifat toksik (innocuous). Namun, pada suasana alkalis ( pH tinggi) lebih
banyak ditemukan amonia yang terionisasi ( uniozined) dan bersifat toksik.
Sebagian besar biota akuatik sensitif terhadap perubahan pH dan menyukai
nilai pH 7–8. Nilai pH sangat mempengaruhi proses biokomiawi perairan, misalnya
proses nitrifikasi akan berakhir jika pH rendah.
2. Alkalinitas
Alkalinitas adalah gambaran kapasitas air untuk menetralkan asam, atau
dikenal dengan sebutan acid-netralizing capacity ( ANC ) atau kuantitas anion
didalam air yang dapat menetralkan kation hidrogen. Alkalinitas juga diartikan
sebagai kapasitas penyangga ( buffer capacity) terhadap prubahan pH diperairan.
Penyusun alkalinitas perairan adalah anion bikarbonat,karbonat, dan hidroksida, borat,
silika, fosfat, sulfida dan amonia. Juga memberikan konstribusi terhadap alkalinitas.
Namun pembentuk alkalinitas yang utama adalah bikarbonat, karbonat, dan
hidroksida. Di antara ketiga ion tersebut, bikarbonat paling banyak terdapat pada
Pada awalnya, alkalinitas adalah gambaran pelapukan batuan yang terdapat
pada sistem drainase. Alkalinitas dihasilkan dari karbondioksida dan air yang dapat
melarutkan sedimen batuan karbonat menjadi bikarbonat.
Satuan alkalinitas dinyatakan dengan mg/liter kalsium karbonat (CaCO3) atau
milli ekuivalen/liter. Selain bergantung pada pH, alkalinitas juga dipengaruhi oleh
komposisi mineral, suhu, kekuatan ion. Pada air mendidih, alkalinitas hanya terdiri
atas karbonat dan hidroksida. Karbondioksida tidak larut dalam air panas ( mendidih ),
namun terbawa bersama uap air sehingga nilai pH air mendidih dapat mencapai 11.
Nilai alkalinitas perairan alami tidak pernah melebihi 500 mg/ liter CaCO3.
Perairan dengan nilai alkalinitas yang terlalu tinggi tidak terlalu disukai oleh
organisme akuatik karena biasanya diikuti dengan nilai kesadahan yang tinggi atau
kadar natrium yang tinggi. Nilai alkalinitas berkaitan erat dengan korosivitas logam
dan dapat menimbulkan permasalah kesehatan pada manusia, terutama yang
berhubungan dengan iritasi pada sistem pencernaan ( gastro intestinal). Jika didihkan
dengan waktu yang lama, perairan dengan nilai alkalinitas yang tinggi akan
menghasilkan deposit dan menimbulkan bau yang kurang sedap.
3. Kesadahan
Kesadahan ( hardness ) adalah gambaran kation logam divalen (valensi dua).
Kation-kation ini dapat bereaksi dengan sabun ( soap ) membentuk endapan (
presipitsi) maupun dengan anion–anion yang terdapat di dalam air membentuk
endapan atau karat pada peralatan logam.
Pada perairan tawar, kation divalen yang paling berlimpah adalah kalsium dan
magnesium, sehingga kesadahan pada dasarnya ditentukan oleh jumlah kalsium dan
magnesium. Kalsium dan magnesium berikatan dengan anion penyusun alkalinitas,
Kesadahan pada awalnya ditentukan dengan titrasi menggunakan sabun
standar yang dapat bereaksi dengan ion penyusun kesadahan. Dalam
perkembangannya, kesadahan ditentukan dengan titrasi menggunakan EDTA (
ethylene diamine tetra aceticacid ) atau senyawa lain yang bereaksi dengan kalsium
dan magnesium.
Kesadahan perairan berasal dari kontak air dengan tanah dan bebatuan. Air
hujan sebenarnya tidak memiliki kemampuan untuk melarutkan ion – ion penyusun
kesadahan yang banyak terikat di dalam tanah dan batuan kapur ( limestone ),
meskipun memiliki kadar karbondioksida yang relatif tinggi. Larutan ion – ion yang
dapat meningkatkan nilai kesadahan tersebut lebih banyak di sebabkan oleh aktivitas
bakteri yang banyak mengeluarkan karbon dioksida.
Perairan dengan nilai kesadahan yang tinggi pada umumnya merupakan
perairan yang berada diwilayah yang memiliki lapisan tanah pucuk ( top soil ) tebal
dan batuan kapur. Perairan lunak berada pada wilayah dengan lapisan tanah atas tipis
dan batuan kapur relatif sedikit bahkan tidak ada.
4. Bahan Organik
Semua bahan organik mengandung karbon (C) berkombinasi dengan satu atau lebih
elemen lainnya. Bahan organik berasal dari tiga sumber utama sebagai berikut :
1. Alam, misalnya fiber, minyak nabati dan hewani, lemak hewani, alkaloid,
selulosa, kanji, gula, dan sebagainya.
2. Sintesis, yang meliputi semua bahan organik yang diperoses oleh manusia.
3. Fermentesi, misalnya alkohol, aseton, gliserol, antibiotika, dan asam yang
semuanya diperoleh oleh aktifitas mikroorganisme.
Karakteristik bahan organik yang membedakannya dari bahan anorganik
1. Mudah terbakar
2. Memiliki titik beku dan titik didih rendah
3. Biasanya lebih sukar larut dalam air
4. Bersifat isomerisme, beberapa jenis bahan organik memiliki rumus
molekul yang sama.
5. Reaksi dengan senyawa lain berlangsung lambat karena bukan terjadi
dalam bentuk ion, melainkan dalam bentuk molekul.
6. Berat molekul biasanya sangat tinggi, dapat lebih dari 1.000.
7. Sebagian besar dapat berperan sebagai sumber makanan bagi bakteri.
Penentuan masing – masing bahan organik cukup sulit karena sangat
kompleks. Oleh karena itu, ditentukan kandungan total bahan organik atau
TOC ( Total Organic Carbon ). Karbon yang merupakan penyusun utama
bahan organik, merupakan elemen/unsur yang berlimpah pada semua
makhluk hidup. Senyawa karbon adalah sumber energi bagi semua
organisme. Keberadaan karbon anorganik dalam bentuk CO2, HCO3-, dan
CO32- mengatur aktivitas biologi diperairan.
Selain dengan pengukuran TOC, indikasi keberadaan bahan organik dapat
diukur dengan parameter lain, misalnya kebutuhan oksigen biokimiawi
atau BOD ( Biochemical Oxygen Demand) dan kebutuhan oksigen
kimiawi atau COD ( Chemical Oxygen Demand ). Nilai COD biasanya
lebih besar daripada BOD, meskipun tidak selalu demikian.
5. Oksigen Terlarut
Atmosfer bumi mengandung oksigen sekitar 210 ml /liter. Oksigen
merupakan salah satu gas yang terlarut dalam perairan. Kadar oksigen yang
air, dan tekanan atmosfer. Semakin besar suhu dan ketinggian serta semakin
kecil atmosfer, kadar oksigen terlarut semakin kecil.
Semakin tinggi suatu tempat dari permukaan laut, tekanan atmosfer
semakin rendah. Setiap peningkatan ketinggian suatu tempat sebesar 100 m
diikuti dengan penurunan tekanan hingga 8 mm Hg- 9 mm Hg. Pada kolom
air, setiap peningkatan kedalaman sebesar 10 m disertai dengan peningkatan
tekanan sebesar 1 atmosfer.
Kadar oksigen terlarut juga berfluktuasi secara harian ( diurnal ) dan
musiman tergantung pada pencampuran ( mixing) dan pergerakan massa air,
aktivitas fotosintesis, respirasi, dan limbah yang masuk kebadan air.
2.4. Proses Pengolahan Air
Yang dimakasud dengan pengolahan adalah usaha – usaha teknis yang
dilakukan untuk mengubah sifat–sifat suatu zat. Hal ini penting artinya bagi air
minum, karena dengan adanya pengolahan ini, maka akan didapatkan suatu air minum
yang memenuhi standar air minum yang telah ditentukan.
Proses pengolahan air ini pada lazimnya dikenal dengan dua cara, yakni :
- Pengolahan lengkap atau Complete treatment process, yaitu air kan
mengalami pengolahan lengkap, baik physics, kimiawi, bakteorologik.
Pada pengolahan cara ini biasanya dilakukan terhadap air sungai yang
kotor/keruh.
- Pengolahan sebagian atau partial Treatment Process, misalnya diadakan
pengolahan kimiawi dan/atau pengolahan bakteriologik saja.
Pengolahan ini pada lazimnya dilakukan untuk: Mata air bersih dan air dari
sumur yang dangkal/dalam.
2.5.1. Kualitas Air Sungai
Hampir setiap hari sungai di seluruh dunia menerima sejumlah besar aliran
sedimen baik secara alamiah, buangan industri, buangan limbah rumah tangga, aliran
air permukaan, daerah urban dan pertanian. Karena aliran air tersebut, kebanyakan
sungai dapat berubah normal kembali dari pencemaran karena arus air dapat
mempercepat proses degradasi limbah yang memerlukan oksigen selama sungai
tersebut tidak meluap karena banjir. Degradasi dan non degradasi pada arus sungai
yang lambat tidak dapat menghilangkan polusi limbah oleh proses penjernihan
alamiah tersebut.
Kedalaman dan lebar kurva konsentrasi oksigen dan waktu serta jarak sungai
dapat kembali normal tergantung pada volume air sungai, laju aliran air, suhu, pH, dan
volume degradasi limbah yang masuk. Sungai yang mengalir lambat akan dengan
mudah meluap bersama limbah yang memerlukan oksigen. Hal serupa dapat terjadi
juga pada sungai berair deras, arusnya mengalir lambat dan volume airnya menurun
pada musim kemarau.
Suatu kota sebaiknya menggunakan air pada aliran air bagian bawah ( hilir )
daripada aliran atas (hulu), sehingga hal tersebut dapat meningkatkan kualitas air
sungai. Setiap kota harus melakukan pengolahan limbahnya sebelum air limbah
dibuang kesungai.
Untuk mencegah terjadinya pencemaran air sungai, diperlukan suatu hukum
atau aturan dalam mengontrol kualitas air sungai, Di Amerika mulai tahun 1970-an,
aturan tersebut diberlakukan. Ternyata hasilnya dapat meningkatkan jumlah dan
kualitas sarana penanganan air limbah. Peraturan juga diberlakukan terhadap industri
Sejak tahun 1972, usaha tersebut membuahkan hasil dengan menentukan garis
batas untuk mencegah kenaikan kadar polusi pada hampir semua air sungai dan aliran
air terhadap agen penyebab penyakit dan kebutuhan oksigen. Dari survei yang
dilakukan pada tahun 1985, ketentuan tersebut dipatuhi sepenuhnya oleh sekitar 73 %
dari aliran sungai yang diperiksa, terurama untuk keperluan memancing dan
berekreasi.
Tetapi masih banyak yang dikerjakan untuk peningkatan kualitas air, terutama
sungai yang mengalir dipedesaan dan pertanian. Kontaminasi oleh nitrat, fosfat,
pestisida dan bahan kimia toksik lainnya ternyata masih meningkat pada kebanyakan
air sungai sejak tahun 1972 dan mencemari air minum serta menyebabkan banyak
ikan yang mati. Hal ini disebabkan mulai meningkatnya aktivitas pemupukan
pertanian, sehingga meningkatkan produksi tanaman yang dipacu oleh meningkatnya
kebutuhan akibat peningkatan jumlah penduduk. ( Darmono, 2001)
2.5.2. Kualitas Air Baku P.A.M
Di negara–negara berkembang kebutuhan air minum tidak banyak
dimungkinkan dari sistem perpipaan, tetapi banyak menggunakan air permukaan
secara langsung tanpa treatment.
Karena peledakan penduduk yang memungkinkan secara luas tersebar dan
terkontaminasinya air permukaan dengan berbagai kotoran, maka pengendalian
terhadap penggunaan air dari sumber harus diperketat.
Penggunaan sumber air minum bagi P.A.M. di kota-kota besar masih
menggantungkan dari sungai-sungai yang telah dicemari sepanjang berkilo-kilo meter
sehingga treatment yang sempurna telah ditemukan secara mutlak. Lebih – lebih bila
disekitar sungai terdapat daerah industri yang membuang bahan buangan logam atau
pencemaran total ( gross pollution) merupakan problema di mana treatment harus
dilakukan secara modern dan intensif. (Ryadi slamet Dr. 1984).
2.6. Logam Mangan dalam Air
Mangan (Mn) adalah kation logam yang memiliki karakteristik kimia serupa
besi. Mangan berada dalam bentuk manganous (Mn2+) dan manganik (Mn4+). Didalam
tanah, Mn4+ berada dalam bentuk senyawa mangan dioksida. Pada perairan dengan
kondisi anaerob akibat dekomposisi bahan organik dengan kadar tinggi, Mn4+ pada
senyawa mangan dioksida mengalami reduksi menjadi Mn2+ yang bersifat larut.Mn2+
berikatan dengan nitrat,sulfat,dan klorida,dan larut dalam air. Mangan dan besi valensi
dua hanya terdapat pada perairan yang memiliki kondisi anaerob. Jika perairan
kembali mendapat cukup aerasi,Mn2+ mengalami reoksidasi membentuk Mn4+ yang
selanjutnya mengalami presipitasi dan mengendap di dasar perairan.
Kadar mangan pada kerak bumi sekitar 950 mg/kg. Sumber alami mangan
adalah pyrolusite (MnO2),rhodocrosite (MnCO3),manganite (Mn2O3 .
H2O),hausmanite (Mn3O4),biotite mica dan amphibole. Mangan merupakan salah satu
logam yang biasa digunakan dalam industri baja,baterai,gelas,keramik,cat,dan bahan
celupan.
Kadar mangan pada perairan alami sekitar 0,2 mg/liter atau kurang. Kadar
yang lebih besar dapat terjadi pada air tanah dalam dan pada danau yang dalam.
Perairan asam dapat mengandung mangan sekitar 10-150 mg/liter. Perairan laut
mengandung mangan sekitar 0,002 mg/liter.Kadar mangan pada perairan tawar sangat
bervariasi,antara 0,002 mg/liter hingga lebih dari 4,0 mg/liter. Pada air minum ,kadar
mangan maksimum 0,05 mg/liter. Perairan yag diperuntukkan bagi irigasi pertanian
untuk tanah yang bersifat asam sebaliknya memiliki kadar mangan sekitar 0,2
Mangan merupakan nutrien renik yang esensial bagi tumbuhan dan
hewan.Logam ini berperan dalam pertumbuhan dan merupakan salah satu komponen
penting pada sistem enzim. Defenisi mangan dapat mengakibatkan mengakibatkan
pertumbuhan terhambat,serta sistem saraf dan proses reproduksi terganggu. Pada
tumbuhan,mangan merupakan unsur esensial dalam peroses metabolisme.
Meskipun tidak bersifat toksik,mangan dapat mengendalikan kadar unsur
toksik di perairan,misalnya logam berat. Jika dibiarkan diudara terbuka dan mendapat
cukup oksigen,air dengan kadar mangan (Mn2+) tinggi ( lebih dari 0,01 mg/liter) akan
membentuk koloid karena terjadinya proses oksidasi Mn2+ menjadi Mn4+.Koloid ini
mengalami presipitasi membentuk warna coklat gelap sehingga air menjadi
keruh.(Effendi,H.2003).
2.7. Dampak Mangan ( Mn ) Dalam Kehidupan
Endapan MnO2 akan memberikan noda – noda pada bahan/ benda-benda yang
berwarna putih. Adanya unsur ini dapat menimbulkan bau dan rasa pada minuman. Di
samping itu, konsentrasi 0,05 mg/l unsur ini merupakan akhir batas dari usaha
penghilangan dari kebanyakan air yang dapat dicapai. Kemungkinan unsur ini
merupakan nutrient yang penting dengan kebutuhan perhari 10 mg yang dapat
diperoleh dari makanan. Unsur ini bersifat toksik pada pernapasan.
Konsentrasi Mn yang lebih besar dari 0,5 mg/l, dapat menyebabkan rasa yang
aneh pada minuman dan meninggalkan warna coklat-coklatan pada pakaian cucian,
dan dapat juga menyebabkan kerusakan pada hati.
Konsentrasi standar maksimum yang ditetapkan Dep.Kes.R.I. untuk Mn ini
maksimal yang dianjurkan, sedang 0,5 mg/l adalah merupakan batas konsentrasi
maksimal yang diperbolehkan.( Sutrisno,1991)
Mangan adalah salah satu logam yang lebih berlimpah di kerak bumi dan
biasanya terjadi bersama-sama dengan besi. Konsentrasi mangan terlarut dalam air
tanah dan permukaan yang miskin oksigen dapat mencapai beberapa miligram per
litre.on paparan oksigen, mangan dapat dari oksida tidak larut yang dapat
mengakibatkan deposit yang tidak diinginkan dan masalah warna dalam sistem
distribusi. asupan harian mangan dari makanan oleh orang dewasa adalah antara 2 dan
9 mg.
Bukti neurotoksisitas mangan telah terlihat di penambang setelah kontak yang
terlalu lama debu yang mengandung mangan. tidak ada bukti yang meyakinkan
tentang toksisitas pada manusia dikaitkan dengan konsumsi mangan dalam air minum,
tetapi hanya studi terbatas yang tersedia
Meskipun tidak ada studi tunggal cocok untuk digunakan dalam menghitung
nilai pedoman, bobot bukti dari asupan harian aktual dan studi pada hewan
laboratorium diberikan mangan dalam air minum di mana efek racun neurotoksik dan
diamati mendukung pandangan bahwa pedoman kesehatan sementara berbasis nilai
0,5 mg / liter harus memadai untuk melindungi kesehatan masyarakat. (Geneva.
1993)
2.8. Spektrofotometer
Spektofotometer sesuai dengan namanya adalah alat yang terdiri dari
spektrometer dan fotometer. Spektrometer menghasilkan sinar dari spektrum
dengan panjang gelombang tertentu dan fotometer adalah alat pengukur intensitas
untuk mengukur energi secara relatif jika energi tersebut ditransmisikan,
direfleksikan atau diemisikan sebagai fungsi dari panjang gelombang. Kelebihan
spektrofotometer dibandingkan fotometer adalah panjang gelombang dari sinar
putih dapat lebih terseleksi dan ini diperoleh dengan alat pengurai seperti prisma,
grating ataupun celah optis. Pada fotometer filter, sinar dengan panjang
gelombang yang diinginkan diperoleh dengan berbagai filter dari berbagai warna
yang mempunyai spesifikasi yang melewatkan trayek panjang gelombang tertentu.
Pada fotometer filter, tidak mungkin diperoleh panjang gelombang yang
benar-benar monokromatis, melainkan suatu trayek panjang gelombang 30-40 nm.
Sedangkan pada spektrofotometer, panjang gelombang yang benar-benar terseleksi
dapat diperoleh dengan bantuan alat pengurai cahaya seperti prisma. Suatu
spektrofotometer tersusun dari sumber spektrum tampak yang kontinu,
monokromator,sel pengabsobrpsi untuk larutan sampel atau blanko dan suatu alat
untuk mengukur perbedaan absopsi antara sampel dan blanko ataupun
pembanding.
Bagian – bagian yang terdapat pada spektrofotometer adalah :
1. Sumber
Sumber yang biasa digunakan untuk spektroskopi absopsi adalah lampu
wolfram. Arus cahaya tergantung pada tegangan lampu i = K Vn,i = arus
cahaya, V = tegangan, n = eksponen ( 3-4 pada lampu wolfram),variasi
tegangan dapat diterima 0,2 % pada suatu sumber DC,misalnya baterai. Lampu
hidrogen atau lampu deuterium digunakan untuk sumber pada daerah UV.
Kebaikan lampu wolfram adalah energi radiasi yang dibebaskan tidak
bervariasi pada berbagai panjang gelombang. Untuk memperoleh tegangan
akan mendapatkan energi yang bervariasi. Untuk mengompensasi hal ini maka
dilakukan pengukuran transmitan larutan sampel selalu disertai larutan
pembanding.
2. Monokromator
Digunakan untuk memperoleh sumber, sinar monokromatis. Alatnya dapat
berupa prisma ataupun grating. Untuk mengarahkan sinar monokromatis yang
diinginkan dari hasil penguraian ini dapat digunakan celah. Jika celah
posisinya tetap,maka prisma atau gratingnya yang dirotasikan untuk mendapatkan λ yang diinginkan.
3. Sel absorpsi
Pada pengukuran didaerah tampak kuvet kaca atau kuvet kaca corex dapat
digunakan, tetapi untuk pengukuran pada daerah UV kita harus menggunakan
sel kuarsa karena gelas tidak tembus cahaya pada daerah ini. Umumnya tebal
kuvetnya adalah 10 mm, tetapi yang lebih kecil ataupun yang lebih besar dapat
digunakan. Sel yang biasa digunakan berbentuk persegi, tetapi bentuk silinder
dapat juga digunakan. Kita harus menggunakan kuvet yang bertuup untuk
pelarut organik. Sel yang baik adalah kuarsa atau gelas hasil leburan serta
seragam keseluruhannya.
4. Detektor
Peranan detektor penerima adalah memberikan respon terhadap cahaya pada
berbagai panjang gelombang. Pada spektrofotometer, tabung pengganda
elektron yang digunakan prinsip kerjanya telah diuraikan.
Ditempatkan larutan pembanding, misalnya blanko dalam sel pertama sedangkan
larutan yang akan dianalisis pada sel kedua. Kemudian pilih fotosel yang cocok
200nm-650nm ( 650 nm 1100 nm) agar daerah yang diperlukan dapat terliputi.
Dengan ruang fotosel dalam keadaan tertutup “ nol “ galvanometer dengan
menggunakan tombol dark-current. Pilih h yang diinginkan, buka fotosel dan lewatkan
berkas cahaya pada blanko dan “ nol” galvanometer didapat dengan memutar tombol
sensitivitas. Dengan menggunakan tombol trnsmintasi, kemudian atur besarnya pada
100%. Dilewatkan berkas cahaya pada larutan sampel yanga akan dianalisis. Skala
absorbansi menunjukkan absorbansi larutan sampel.
2.8.2. Hukum Yang Mendasari Spektroskopi
Jika satu berkas sinar melewati suatu medium homogen,sebagian dari cahaya datang
(Po) diabsorbsi sebanyak (Pa) sebagian dapat diabaikan dipantulkan ( Pr ),sedangkan
sisanya ditransmisikan ( Pt) dengan efek intensitas murni sebesar :
Po = Pa + Pt + Pr
Di mana Po : intensitas radiasi yang masuk,
Pa : intensitas cahaya yang diabsopsi
Pr : intensitas cahaya yang dipantulkan
Pt : intensitas cahaya yang ditransmisikan.
Tetapi pada prakteknya,nilai Pr adalah kecil sekali ( ~ 4 %); sehingga untuk tujuan
praktis
Po = Pa + Pt
Lambert dan Beer dan juga Bouger menunjukkan hubungan berikut :
T = = 10 –abc
log (T) = log( = -abc
a = tetapan absorpsitivitas T = transmitasi
log = log = abc = A
A = absorbansi, - log (T) i,e.A = abc
( = T-1 is opasitas ( tidak tembus cahaya)
A= abc
a = absorpsivitas ( yakni tetap)
Hukum di atas dapat ditinjau sebagai berikut :
a) Jika suatu berkas radiasi monokromatik yang sejajar jatuh pada medium
pengabsopsi pada sudut tegak lurus setiap lapisan yang sangat kecilnya akan
menurunkan intensitas berkas.
b) Jika suatu cahaya monokromatis mengenai suatu medium yang transparan, laju
pengurangan intensitas dengan ketebalan medium sebanding dengan intensitas
cahaya.
c) Intensitas berkas sinar monokromatis berkurang secara eksponensial bila
BAB III
METODE PERCOBAAN
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1. Alat-alat yang digunakan dalam percobaan - Spektrophotometer DR 5000
- Kuvet 10 ml
- Pipet volume 1 ml dan 25 ml
- Gelas ukur 25 ml
3.1.2. Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan - Ascorbic Acid Powder
- Larutan Alkaline Cyanide
- Larutan Indikator PAN 0,1 % (1-(2-pyridil azo)-2-naftol ( PAN)
- Air Demin
- Asam nitrat
- Natrium Hidroksida
- Kalsium Hipoklorit
- Larutan standard Mangan voluette 10 mg/l Mn2+
- Larutan standard Mangan 0,5 mg/l
3.2. Prosedur Percobaan
- Dipastikan analis telah memakai masker dan sarung tangan
- Sebelum melakukan pengujian, dibilas seluruh peralatan yang akan digunakan
dengan larutan asam nitrat 1:1.
- Dibilas kembali dengan air demin. Larutan alkaline sianida mengandung
reaktif (DOOI). Pastikan larutan sianida disimpan dalam larutan kaustik
dengan pH>11 untuk menghindari terlepasnya gas hidrogen sianida.perhatikan
petunjuk MSDS yang ada untuk petunjuk penanganan yang aman.
- Ditekan power pada alat spektrophotometer DR 5000, pilih nomor program
290 dan layar akan menunjukkan 290 manganese,LR PAN.
- Diubah Multi-cell Adapter dengan holder persegi kuvet untuk ukuran 10 ml.
- Dituang 10 ml air demin kedalam kuvet pertama ( sebagai blanko).
- Dtuang 10 ml air sampel kedalam kuvet kedua ( sebagai sampel)
- Ditambahkan 1 kandungan Ascorbic Acid Powder Pillow kedalam
masing-masing kuvet.Tutup dan aduk searah jarum jam untuk melarutkan reagent
tersebut.
- Ditambahkan 12 tetes larutan Alkaline-Cyanide Reagent kedalam masing-
masing kuvet .kocok merata searah jarum jam.Akan terbentuk larutan
berwarna keruh.kekeruhan ini akan hilang dalam langkah pengujian
selanjutnya,
- Ditambahkan 12 tetes larutan indikator PAN 0,1 % kedalam masing-masing
kuvet.kocok secara bolak-balik.Jika memang kandungan Mangan dalam
sampel ada,maka akan terbentuk warna orange.
- Ditekan tombol TIMER > OK.Waktu reaksi akan berjalan selama 2 menit.
- Ditekan tombol ZERO. Layar akan menapilkan 0.000 mg/l.Mn.
- Dipersiapkan kuvet sampel dan masukkan kedalam dudukan kuvet.Hasil
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Data Hasil Analisa
4.1.1. Data Hasil Analisa Air Baku
No Tanggal Analisa Hasil Pembacaan Hasil
Rata-rata
4.1.2. Data Hasil Analisa Air Reservoir
No Tanggal Analisa Hasil Pembacaan Hasil
4.2.Pembahasan
Dari data yang diperoleh dapat di lihat bahwa konsentrasi mangan pada air baku
dan air reservoir menunjukkan perbandingan yang cukup bervariasi. Dari tanggal 30
Januari sampai tanggal 3 Februari data yang diperoleh sangat berbeda, pada air baku
diperoleh data sebagai berikut. Pada tanggal 30 Januari data yang didapat yaitu,
0,045, pada tanggal 31 Januari; 0,056, tanggal 1 Februari; 0,000, tanggal 2 Februari;
0,174, tanggal 3 Februari; 0,081. Sedangkan pada air reservoir didapat data sebagai
berikut, pada tanggal 30 Januari; 0,008, tanggal 31 Januari; 0,017, tanggal 1 Februari;
0,005, tanggal 2 Februari; 0,017, tanggal 3 Februari; 0,004.
Dari data diatas diperoleh perbandingan yang sangat berbeda pada air baku dan
pada air reservoir. Dimana pada air yang telah diolah ( reservoir ) mengalami
penurunan. Hal ini disebabkan karena air baku telah mengalami proses–proses
pengolahan seperti penambahan Cl2 untuk mengoksidasi Fe dan Mn, pembubuhan dan
penambahan bahan kimia seperti tawas, dapat juga dilakukan cara pengendapan dan
penyaringan atau filtrasi. Sehingga dapat mengurangi kadar mangan yang terkandung
pada air tersebut.
Tingginya kadar mangan pada air sumur dimungkinkan karena adanya gas-gas
yang biasa terlarut dalam air yang dapat menyebabkan korosif, yaitu O2,CO2, dan
H2O. Konsentrasi mangan yang lebih dari 0,5 mg/L akan berpengaruh kurang baik
terhadap kesehatan dan lingkungan. Logam mangan bersifat toksik terhadap alat
pernapasan dan dapat menyebabkan bau pada minuman, bila konsentrasinya lebih dari
0,5 mg/L akan menimbulkan noda – noda kecoklatan pada pakaian konsentrasi
mangan yang lebih besar dari 0,5 mg/L akan menyebabkan rasa aneh pada minuman
Berdasarkan standar dari Permenkes No.410/Menkes/Per/IX/1990, tentang
syarat – syarat dan pengawasan kualitas air minum disebutkan bahwa kadar maksimal
mangan dalam air minum adalah sebesar 0,1 mg/L sedangkan pada air bersih
maksimal 0,5 mg/L, jadi dari data diatas sampel air yang diperoleh layak untuk
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Setelah dilakukan analisa pada air baku dan air reservoir di PDAM
Tirtanadi Medan diperoleh kadar mangan sebagai berikut:
a. Air baku ( sebelum diolah )
- Tanggal 30 Januari 2012 : 0,045
- Tanggal 31 Januari 2012 : 0,056
- Tanggal 1 Februari 2012 : 0,000
- Tanggal 2 Februari 2012 : 0,174
- Tanggal 3 Februari 2012 : 0,081
b. Air reservoir ( setelah proses )
- Tanggal 3 Januari 2012 : 0,008
- Tanggal 31 Januari 2012 : 0,017
- Tanggal 1 Februari 2012 : 0,005
- Tanggal 2 Februari 2012 : 0,017
- Tanggal 3 Februari 2012 : 0,004
Dengan demikian air produk hasil olahan PDAM Tirtanadi Medan
memenuhi standar yang telah ditentukan yaitu bahwa kaadar maksimal
mangan daalaam air minum adalah 0,1 mg/L, sedangkan pada air bersih
maksimal 0,5 mg/L. Dan dari data yang diperoleh tidak melebihi standar
5.2 Saran
- Sebaiknya perlu juga dilakukan penyelidikan atau penentuan pada analisa
tersebut dilakukan pada kondisi waktu yang berbeda ( misalnya siang atau
malam hari )
- Analis sebaiknya tidak hanya menguasai prosedur pengerjaan saja, tetapi juga
hendaknya menguasai pemakaian alat-alat atau instrumentasi dan juga
DAFTAR PUSTAKA
Darmono, 1995,”Logam Dalam Sistem Biologi Makhluk Hidup”, Penerbit UI- Press, Jakarta.
Hefni Effendi, 2003,”Telaah Kualitas Air”, Penerbit Kanisius, Yogyakarta. Khopkar S.M., 1990,”Konsep Dasar Kimia Analitik”, UI-Press, Jakarta. Slamet Ryyadi SKM., 1984,”Pencemaran Air”, Karya Anda, Surabaya
Sutrisno, C.T., 1996,”Teknologi Penyediaan Air Bersih”, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta
LAMPIRAN
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.82 Tanggal 14 (Baku Mutu Kelas 1Desember 2001 Tentang Standar Kualitas Air Baku
No Parameter Satuan Kadar Maksimum
yang diperbolehkan
6. Residu Tersuspensi mg/L 50 Conductivity meter
B.Kimia
mg/L 0,5 Spektrofotometer
4. Besi (Fe) mg/L 0,3 Spektrofotometer
14. Sianida (CN) mg/L 0,02 Spektrofotometer
15. Sulfat (SO4) mg/L 400 Spektrofotometer
16. Sulfida (S) mg/L 0,002
17. Tembaga (Cu) mg/L 0,02 Spektrofotometer
18. Total Padatan
23 Kadnium (Cd) mg/L 0,01 Spektrofotometer
24 Timbal (Pb) mg/L 0,03 Spektrofotometer
1 Total Coliform Jlh/100ml 1000 SNI 06-4158-1996