• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penentuan Kadar Amoniak Pada Air Reservoir di PDAM Tirtanadi Instalasi Pengolahan Air Limau Manis Secara Spektrofotometri

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Penentuan Kadar Amoniak Pada Air Reservoir di PDAM Tirtanadi Instalasi Pengolahan Air Limau Manis Secara Spektrofotometri"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Air

Air merupakan suatu sarana utama untuk meningkatkan derajat kesehatan

masyarakat, karena air merupakan salah satu media dari berbagai macam

penularan, terutama penyakit perut. Air adalah salah satu di antara pembawa

penyakit yang berasal dari tinja untuk sampai kepada manusia. Peningkatan

kualitas air minum dengan jalan mengadakan pengelolaan terhadap air yang akan

diperlukan sebagai air minum dengan mutlak diperlukan terutama apabila air

tersebut berasal dari air permukaan (Sutrisno, 2006).

Aspek penghematan dan pelestarian sumber daya air harus ditanamkan

pada segenap pengguna air. Saat ini, masalah utama yang dihadapi oleh sumber

daya air meliputi kuantitas air yang sudah tidak mampu memenuhi kebutuhan

yang terus meningkat dan kualitas air untuk keperluan domestik yang semakin

menurun. Oleh karena itu, diperlukan pengelolaan dan perlindungan sumber daya

air secara seksama (Effendi, 2003).

Syarat - Syarat Air Minum, dari segi kualitas :

a. Syarat Fisik

Adapun syarat fisik dari air adalah air tak boleh berwarna, air tak boleh berasa, air

tak boleh berbau, suhu air hendaknya dibawah ± 25 ̊C, dan air harus jernih

(2)

b. Syarat Kimia

Air minum yang baik ialah air yang tidak tercemar secara berlebihan oleh zat - zat

kimia ataupun mineral, terutama oleh zat - zat ataupun mineral yang berbahaya

bagi kesehatan. Selanjutnya diharapkan pula zat ataupun bahan kimia yang

terdapat di dalam air minum, tidak sampai menimbulkan kerusakan pada tempat

penyimpanan air, sebaliknya zat ataupun bahan kimia dan atau mineral yang

dibutuhkan oleh tubuh, hendaknya harus terdapat dalam kadar yang sewajarnya

dalam sumber air minum tersebut (Azwar, 1996).

c. Syarat Bakteriologik

Air minum tidak boleh mengandung bakteri - bakteri penyakit (patogen) sama

sekali dan tidak mengandung bakteri - bakteri golongan Coli melebihi batas -

batas yang ditentukannya yaitu 1 Coli / 100 ml air. Air yang mengandung

golongan Coli dianggap telah berkontaminasi (berhubungan) dengan kotoran

manusia (Sutrisno, 2006).

2.2. Sumber Air

Air yang diperuntukkan bagi konsumsi manusia harus berasal dari sumber yang

bersih dan aman. Batasan - batasan sumber air yang bersih dan aman tersebut

antara lain :

a. Bebas dari kontaminasi kuman atau bibit penyakit.

b. Bebas dari substansi kimia yang berbahaya dan beracun.

c. Tidak berasa dan tidak berbau.

(3)

e. Memenuhi standar minimal yang ditentukan oleh WHO atau Departemen

Kesehatan RI.

Air dinyatakan tercemar bila mengandung bibit penyakit, parasit, bahan -

bahan kimia yang berbahaya dan sampah atau limbah industri. Air yang berada di-

permukaan bumi ini dapat berasal dari berbagai sumber. Berdasarkan letak

sumbernya, air dapat dibagi menjadi air hujan, air permukaan dan air tanah

(Chandra, 2007).

2.2.1. Air Hujan

Air hujan merupakan sumber utama air bumi. Walau pada saat presipitasi

merupakan air yang paling bersih, air tersebut cenderung mengalami pencemaran

ketika berada di atmosfer. Pencemaran yang berlangsung di atmosfer itu dapat

disebabkan oleh debu, mikroorganisme dan gas misalnya karbondioksida,

nitrogen dan amoniak (Chandra, 2007).

Untuk menjadikan air hujan sebagai sumber air minum, hendaknya pada

waktu menampung air hujan jangan dilakukan saat awal hujan turun, karena

mengandung banyak kotoran. Selain itu hujan mempunyai sifat agresif terutama

pada pipa - pipa penyalur maupun bak - bak reservoir, karena dapat mempercepat

terjadinya korosi (perkaratan) dan air hujan juga mempunyai sifat lunak, sehingga

menyebabkan pemborosan terhadap pemakaian sabun (Sutrisno, 2006).

2.2.2. Air Permukaan

Air permukaan meliputi badan - badan air semacam sungai, danau, telaga, waduk,

(4)

kepermukaan bumi. Air hujan tersebut kemudian akan mengalami pencemaran

baik oleh tanah, sampah maupun lainnya (Chandra, 2007).

Pada umumnya air permukaan ini akan mendapatkan pengotoran selama

pengalirannya, misalnya oleh lumpur, batang - batang kayu, daun - daun, kotoran

industri kota dan sebagainya. Air permukaan ada 2 macam, yaitu :

a. Air Sungai

Dalam penggunaannya sebagai air minum, haruslah mengalami suatu

pengolahan yang sempurna, mengingat bahwa air sungai ini pada umunya

mempunyai derajat pengotoran yang tinggi sekali. debit yang tersedia untuk

memenuhi kebutuhan air minum pada umumnya dapat mencukupi.

b. Air Rawa / Danau

Kebanyakan air rawa ini berwarna yang disebabkan oleh adanya zat - zat

organis yang telah membusuk. Dengan adanya pembusukan kadar zat organis

tinggi, maka umumnya kadar Fe dan Mn akan tinggi pula dan juga kelarutan O2

kurang sekali (anaerob), maka unsur - unsur Fe dan Mn ini akan larut. Jadi untuk

pengambilan air sebaiknya pada kedalaman tertentu ditengah - tengah agar

endapan - endapan Fe dan Mn tak terbawa (Sutrisno, 2006).

2.2.3. Air Tanah

Air tanah berasal dari air hujan yang jatuh kepermukaan bumi yang kemudian

mengalami penyerapan dalam tanah dan mengalami proses filtrasi secara alamiah.

Proses - proses yang telah dialami air hujan tersebut, didalam perjalanan ke bawah

tanah, membuat air tanah menjadi lebih baik dan lebih murni dibandingkan air

(5)

Air tanah memiliki kelebihan dibandingkan sumber air lainnya. Pertama,

air tanah biasanya bebas dari kuman penyakit dan tidak perlu mengalami proses

penjernihan. Persediaan air tanah juga cukup tersedia sepanjang tahun, saat musim

kemarau sekali pun. Sementara itu, air tanah juga memiliki beberapa kerugian dan

kelemahan dibanding sumber air lainnya. Air tanah mengandung zat - zat mineral

dalam konsentrasi yang tinggi. Konsentrasi yang tinggi dan zat - zat mineral

semacam magnesium, kalsium, dan logam berat seperti besi dapat menyebabkan

kesadahan air. Selain itu, untuk mengisap dan mengalirkan air keatas permukaan,

diperlukan pompa (Chandra, 2007).

Peraturan Pemerintah No. 20 tahun 1990 mengelompokkan kualitas air

menjadi beberapa golongan menurut peruntukannya. Adapun penggolongan air

menurut peruntukannya adalah sebagai berikut :

1) Golongan A, yaitu air yang dapat digunakan sebagai air minum secara

langsung tanpa pengolahan terlebih dahulu.

2) Golongan B, yaitu golongan air yang dapat diguanakan sebagai air baku pada

air minum.

3) Golongan C, yaitu air yang dapat diguanakan untuk keperluan perikanan dan

peternakan.

4) Golongan D, yaitu air yang dapat digunakan untuk keperluan pertanian, usaha

di perkotaan, industri, dan pembangkit listrik tenaga air (Effendi, 2003).

2.3. Parameter Kualitas Air

Kualitas air secara umum menunjukkan mutu atau kondisi air yang dihubungkan

(6)

diinginkan akan tergantung pada proses kegiatan itu sendiri, sebagai contoh:

kualitas air untuk kebutuhan air minum akan berbeda dengan kualitas air untuk

kebutuhan industri. Secara umum kualitas air berhubungan dengan kandungan

bahan terlarut didalamnya. Tingkat kandungan dari bahan tersebut akan

menentukan kelayakannya.

Parameter kualitas air dapat dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu :

1. Parameter kualitas fisika

2. Parameter kualitas kimia

2.3.1 Parameter Fisika

Parameter - parameter fisika yang biasa digunakan untuk menentukan kualitas air

meliputi suhu, kecerahan dan kekeruhan, warna, konduktivitas, padatan total,

padatan terlarut, dan padatan tersuspensi.

a. Suhu

Suhu suatu badan air dipengaruhi oleh musim, lintang, ketinggian dari permukaan

laut, waktu dalam hari, sirkulasi udara, penutupan awan, dan aliran serta

kedalaman badan air. Suhu juga sangat berperan dalam mengendalikan kondisi

ekosistem perairan (Effendi, 2003).

Peningkatan suhu perairan sebesar 10 ̊C menyebabkan terjadinya

peningkatan konsumsi oksigen oleh organisme akuatik sekitar 2 - 3 kali lipat.

Namun, peningkatan suhu ini disertai dengan penurunan kadar oksigen terlarut

sehingga keberadaan oksigen sering kali tidak mampu memenuhi kebutuhan

oksigen bagi organisme akuatik untuk melakukan proses metabolisme dan

(7)

b. Kecerahan dan Kekeruhan

Kecerahan air tegantung pada warna kekeruhan. Kecerahan merupakan ukuran

transparansi perairan, yang ditentukan secara visual. Nilai kecerahan dinyatakan

dalam satuan meter. Nilai ini sangat dipengaruhi oleh keadaan cuaca, waktu

pengukuran, dan padatan tersuspensi, serta ketelitian orang yang melakukan

pengukuran. pengukuran kecerahan sebaiknya dilakukan pada saat cuaca cerah.

Kekeruhan menggambarkan sifat optik air yang ditentukan berdasarkan

banyaknya cahaya yang diserap dan dipancarkan oleh bahan - bahan yang terdapat

di dalam air. Kekeruhan disebabkan oleh adanya bahan organik dan anorganik

yang tersuspensi dan terlarut (misalnya lumpur dan pasir halus). Kekeruhan

dinyatakan dalam satuan unit turbiditas, yang setara dengan 1 mg/l SiO2 (Effendi,

2003).

c. Warna

Warna perairan biasanya dikelompokkan menjadi dua, yaitu warna sesungguhnya

(true color) dan warna tampak (apparent color). Warna sesungguhnya adalah

warna yang hanya disebabkan oleh bahan - bahan kimia terlarut, dimana bahan -

bahan tersuspensi yang dapat menyebabkan kekeruhan dipisahkan terlebih dahulu.

Warna tampak adalah warna yang tidak hanya disebabkan oleh bahan terlarut,

tetapi juga oleh bahan tersuspensi.Warna perairan ditimbulkan oleh adanya bahan

organik dan bahan anorganik, karena keberadaan plankton, humus dan ion - ion

logam ( misalnya besi dan mangan), serta bahan - bahan lainnya (Effendi, 2003).

d. Konduktivitas

Konduktivitas ( Daya Hantar Listrik) adalah gambaran numerik dari kemampuan

(8)

garam terlarut yang dapat terionisasi, semakin tinggi pula nilai daya hantar listrik

(Effendi, 2003).

e. Padatan Total, terlarut, dan tersuspensi

Padatan total adalah bahan yang tersisa setelah air sampel mengalami evaporasi

dan pengeringan pada suhu tertentu. Padatan ysng terdapat di perairan

diklasifikasikan berdasarkan ukuran diameter partikel, seperti yang ditunjukkan

dalam tabel berikut :

Tabel 2.1. Klasifikasi Padatan di Perairan

Klasifikasi Padatan Ukuran Diameter (µm)

Ukuran Diameter (mm)

1. Padatan terlarut < 10-3 < 10-6

2. Koloid 10-3 - 1 10-6 - 10-3

3. Padatan tersuspensi > 1 > 10-3

Padatan Tersuspensi Total (Total Suspended Solid atau TSS) adalah

bahan-bahan tersuspensi (diameter > 1µm) yang tertahan pada saringan millipore

dengan diameter pori 0,45µm. TSS terdiri atas lumpur dan pasir halus serta

jasad-jasad renik, yang terutama disebabkan oleh kikisan tanah atau erosi tanah yang

terbawa ke badan air.

Padatan Terlarut Total (Total Dissolved Solid) adalah bahan - bahan

terlarut (diameter < 10 - 6 mm) dan koloid ( diameter 10 - 6 mm - 10 - 3 mm)

yang berupa senyawa - senyawa kimia dan bahan - bahan lain, yang tidak

(9)

2.4.2 Parameter Kimia

Untuk mengetahui apakah suatu perairan tercemar atau tidak, diperlukan

serangkaian tahap pengujian untuk menentukan tingkat pencemaran tersebut.

Beberapa parameter kimia yang umumnya harus di ketahui, yaitu sebagai berikut :

a. Derajat Keasaman (pH)

pH merupakan istilah yang digunakan untuk menyatakan intensitas keadaan asam

atau basa suatu larutan. Dalam penyediaan air, pH merupakan suatu faktor yang

harus dipertimbangkan mengingat bahwa derajat keasaman dari air akan sangat

mempengaruhi aktivitas pengolahan yang akan dilakukan, misalnya dalam

melakukan koagulasi kimiawi, desinfeksi, pelunakan air dan dalam pencegahan

korosi (Sutrisno, 2006).

b. Oksigen Terlarut

Atmosfer bumi mengandung oksigen sekitar 210 mg/l. Oksigen merupakan salah

satu gas yang terlarut dalam perairan. Kadar oksigen yang terlarut di perairan

alami bervariasi tergantung pada suhu, salinitas, turbulensi air dan tekanan

atmosfer. Semakin besar suhu dan ketinggian serta semakin kecil tekanan

atmosfer, kadar oksigen terlarut semakin kecil (Effendi, 2003).

c. Alkalinitas

Alkalinitas adalah gambaran kapasitas air untuk menetralkan asam atau dikenal

dengan sebutan acid netralizing capacity. Alkalinitas juga diartikan sebagai

kapasitas penyangga (buffer capacity) terhadap perubahan pH perairan. Penyusun

alkalinitas perairan adalah anion bikarbonat (HCO3-), karbonat (CO32-), hidroksida

(10)

dan amonia (NH3) juga memberikan konstribusi terhadap alkalinitas. Namun

pembentuk alkalinitas yang utama adalah bikarbonat, karbonat dan hidroksida.

Nilai alkalinitas perairan alami tidak pernah melebihi 500 mg/l CaCO3.

Perairan dengan nilai alkalinitas yang terlalu tinggi tidak terlalu disukai oleh

organisme akuatik karena biasanya diikuti dengan nilai kesadahan yang tinggi

atau kadar garam natrium yang tinggi. Nilai alkalinitas berkaitan erat dengan

korosivitas logam dan dapat menimbulkan permasalahan kesehatan pada manusia,

terutama yang berhubungan dengan iritasi pada sistem pernapasan (gastro

intestinal). Jika di didihkan dengan waktu yang lama, perairan dengan nilai

alkalinitas yang tinggi akan menghasilakan deposit dan menimbulkan bau yang

kurang sedap (Effendi, 2003).

Nilai alkalinitas yang baik berkisar anatara 30 - 500 mg/l CaCO3. Nilai

alkalinitas diperairan berkisar anatara 5 hingga ratusan mg/l CaCO3. Nilai

alkalinitas pada perairan alami adalah 40 mg/l CaCO3. Perairan dengan nilai

alkalinitas > 40 mg/l CaCO3 disebut perairan sadah (hard water), sedangkan

perairan dengan nilai alkalinitas < 40 mg/l CaCO3 disebut perairan lunak (soft

water). Untuk kepentingan pengolahan air, sebaiknya nilai alkalinitas tidak terlalu

bervariasi (Effendi, 2003).

d. Kesadahan

Kesadahan (hardness) adalah gambaran kation logam divalen (valensi dua).

Kation - kation ini dapat bereaksi dengansabun membentuk endapan maupun

dengan anion - anion yang terdapat didalam air membentuk endapan atau karat

pada peralatan logam. Pada perairan tawas, kation divalen yang paling berlimpah

(11)

oleh jumlah kalsium dan magnesium. kalsium dan magnesium berikatan dengan

anion penyusun alkalinitas, yaitu bikarbonat dan karbonat.

Air permukaan biasanya memiliki nilai kesadahan yang lebih kecil

daripada air tanah. Perairan dengan nilai kesadahan kurang dari 120 mg/l CaCO3

dan lebih dari 500 mg/l CaCO3 dianggap kurang baik bagi peruntukan domestik,

pertanian dan industri. Namun, air sadah lebih disukai oleh organisme dari pada

air lunak (Effendi, 2003).

e. Bahan Organik

Semua bahan organik mengandung karbon (C) berkombinasi dengan satu atau

lebih elemen lainnya. Bahan organik berasal dari tiga sumber utama sebagai

berikut :

1) Alam, misalnya fiber, minyak nabati dan hewani, lemak hewani, alkaloid,

selulosa, kanji, gula dan sebagainya.

2) Sintesis, yang meliputi semua bhan organik yang diproses oleh manusia.

3) Fermentasi, misalnya alkohol, aseton, gliserol, antibiotika dan asam yang

semuanya diperoleh melalui aktivitas mikroorganisme (Effendi, 2003).

f. Amonia (NH3)

Amonia dan garam -garamnya bersifat larut dalam air. Amonia banyak digunakan

dalam proses produksi urea, industri bahan kimia (asam nitrat, amonium fosfat,

amonium nitrat dan amonium sulfat) serta industri bubur kertas dan kertas.

Sumber amonia diperairan adalah pemecahan nitrogen organik (protein

dan urea) dan nitrogen anorganik yang terdapat dalam tanah dan air, yang berasal

dari dekomposisi bahan organik (tumbuhan dan biota akuatik yang telah mati)

(12)

Tinja dari biota akuatik yang merupakan limbah aktivitas metabolisme

juga banyak mengeluarkan amonia. Sumber amonia yang lain adalah reduksi gas

nitrogen yang berasal dari proses difusi udara atmosfer, limbah industri, dan

domestik. amonia yang terdapat dalam mineral masuk kebadan air melalui erosi

tanah (Effendi, 2003).

g. Besi

Keberadaan besi pada kerak bumi menempati posisi keempat terbesar. Besi

ditemukan dalam bentuk kation ferro (Fe2+) dan ferri (Fe3+). Pada perairan alami

dengan pH sekitar 7 dan kadar oksigen terlarut yang cukup, ion ferro yang bersifat

mudah larut dioksidasi menjadi ion ferri (Effendi, 2003).

Kadar besi pada perairan yang mendapat cukup aerasi atau aerob hampir

tidak pernah lebih dari 0,3 mg/l. Kadar besi pada perairan alami berkisar antara

0,05 - 0,2 mg/l. Pada air tanah dalam dengan kadar oksigen yang rendah, kadar

besi dapat mencapai 10 - 100 mg/l, sedangkan pada perairan laut sekitar 0,01

mg/l. Air hujan mengandung besi sekitar 0,05 mg/l. Kadar besi > 1,0 mg/l

dianggap membahayakan kehidupan organisme akuatik. Air yang diperuntukkan

bagi air minum sebaiknya memiliki kadar besi kurang dari 0,3 mg/l dan perairan

yang diperuntukkan bagi keperluan pertanian sebaiknya memiliki kadar besi tidak

lebih dari 20 mg/l (Effendi, 2003).

h. Mangan

Kadar mangan pada perairan alami sekitar 0,2 mg/l atau kurang. kadar yang lebih

besar dapat terjadi pada air tanah dalam dan pada danau yang dalam. Perairan

(13)

mangan sekitar 0,002 mg/l. Kadar mangan pada perairan tawar sangat bervariasi,

antara 0,002 mg/l hingga lebih dari 4,0 mg/l (Effendi, 2003).

Pada air minum, kadar mangan maksimum 0,05 mg/l. perairan yang

diperuntukkan bagi irigasi pertanian untuk tanah yang bersifat asam sebaiknya

memiliki kadar mangan sekitar 0,2 mg/l, sedangkan tanah yang bersifat netral dan

alkalis sekitar 10 mg/l (Effendi, 2003).

i. Aluminium

Aluminium merupakan unsur yang tidak berbahaya. Perairan alami biasanya

memiliki kandungan aluminium kurang dari 1,0 mg/l. Perairan asam (acidic)

memiliki kadar aluminium yang tinggi. Untuk memelihara organisme akuatik

kadar aluminium sebaiknya tidak lebih dari 0,005 mg/l bagi perairan dengan pH <

6,5 dan tidak lebih dari 0,1 mg/l bagi perairan dengan pH > 6,5 (Effendi, 2003).

Kadar aluminium pada air laut biasanya sekitar 0,01 mg/l. Perairan bagi

keperluan pertanian sebaiknya memiliki kadar aluminium sekitar 5,0 mg/l. Kadar

Aluminium untuk keperluan air minum sekitar 0,2 mg/l. Bagi kepentingan

industri, misalnya pembangkit listrik tenaga uap, kadar aluminium perairan yang

dianggap baik tidak lebih dari 0,1 mg/l (Effendi, 2003).

j. Fluorida

Perairan alami biasanya memiliki kadar fluorida kurang dari 0,2 mg/l. Pada air

tanah dalam, kadar fluorida mencapai 10 mg/l, pada perairan laut sekitar 1,3 mg/l

sedangkan pada brine mencapai 600 mg/l. Perairan yang diperuntukkan bagi air

minum sebaiknya memiliki kadar fluorida 0,7 - 1,2 mg/l. Untuk kepentingan

(14)

k. CO2 Agresif

CO2 yang terkandung dalam air berasal dari udara dan dari hasil dekomposisi zat

organik. Permukaan air biasanya mengandung CO2 bebas kurang dari 10 mg/l.

CO2 agresif dalam air dapat ditentukan dengan cara grafis dan analitis.

Penyimpangan terhadap standar konsentrasi maksimal CO2 agresif dalam air, akan

menyebabkan terjadinya korosifitas pada pipa - pipa logam (Sutrisno, 2006).

2.4. Proses Pengolahan Air

Yang dimaksud dengan pengolahan adalah usaha - usaha teknis yang dilakukan

untuk mengubah sifat - sifat suatu zat. Hal ini penting artinya bagi air minum

karena dengan adanya pengolahan ini maka akan didapatkan suatu air minum

yang memenuhi standar air minum yang telah ditentukan (Sutrisno, 1996).

Proses pengolahan air untuk kepentingan umum terlihat sebagai berikut :

1. Air sungai dialirkan atau dipompa. Tempat pengambilan air disebut intake.

Air diendapkan pada parit - parit lebar dan panjang.

2. Setelah diendapkan beberapa waktu, kemudian air dialirkan ke instalasi

penyaringan (melalui pengukuran debit air).

3. Air diendapkan di bak pertama.

4. Kemudian air dialirkan melalui tempat pembubuhan obat kimia berupa zat

koagulan, biasanya merupakan aluminium sulfat (tawas) Al2(SO4)3 dan larutan

kapur CaCO3 yang tujuannya untuk membentuk endapan.

5. Agar zat koagulan ini dapat bercampur dengan sempurna maka ada dua

cara yang ditempuh, yaitu menerjunkan air dan mengalirkan air melalui parit

(15)

6. Bila air telah bercampur dengan baik, maka timbul kepingan yang lebih

besar. Selanjutnya untuk memberikan kesempatan pengendapan, air

dialirkan kedalam bak pengendapan yang kedua yang disebut dortmund

tank atau ascelerator. Dalam bak ini terjadi pemisahan antara kotoran dengan

air yang sudah bersih.

7. Air yang sudah nampak bersih ini dialirkan melalui saringan pasir yang

disebut rapid sand filter. Meskipun air ini sudah tampak bersih tetapi masih

terdapat kemungkinan mengandung bakteri.

8. Untuk membunuh bakteri tersebut, air kemudian dialirkan ke sebuah

chlironator, di sini dibubuhi zat chlor dengan syarat sisa chlor ialah 0,1 -

0,2 ppm.

9. Air yang sudah bersih ini, selanjutnya ditampung dalam bak penampung

air bersih untuk kemudian siap didistribusikan kepada para konsumen

(Azwar, 1996).

2.5. Amoniak

Amoniak dan garam - garamnya bersifat mudah larut dalam air. Ion amonium

adalah bentuk transisi dari amoniak. Amoniak banyak digunakan dalam proses

produksi urea, industri bahan kimia (asam nitrat, amonium, fosfat, amonium

nitrat, dan amonium nitrat), serta industri bubur kertas dan kertas. Sumber

amoniak diperairan adalah pemecahan nitrogen organik (protein dan urea) dan

nitrogen anorganik yang terdapat di dalam tanah dan air, yang berasal dari

(16)

mikroba dan jamur. Proses ini dikenal dengan istilah amonifikasi, ditunjukkan

dalam persamaan reaksi :

N organik + O2 NH3-N + O2 NO2-N + O2 NO3-N

amonifikasi nitrifikasi

Gambar 2.1. Proses Amonifikasi dan Nitrifikasi

Reduksi nitrat (denitrifikasi) oleh aktivitas mikroba pada kondisi anaerob

yang merupakan proses yang biasa terjadi pada pengolahan limbah, juga

menghasilkan gas amoniak dan gas - gas lain, misalnya N2O, NO2, NO3, dan N2.

NH3 (gas)

NO3- NO2- (amoniak)

(nitrat) (nitrit) N2 (gas)

N2O (gas) (Dinitrogen oksida)

Gambar 2.2. Proses Dinitrifikasi

Tinja dari biota akuatik yang merupakan limbah aktivitas metabolisme

juga banyak mengeluarkan amoniak. Sumber amoniak yang lain adalah reduksi

gas nitrogen yang berasal dari proses difusi udara atmosfer, limbah industri, dan

domestik. Amoniak yang terdapat dalam mineral masuk ke badan air melalui erosi

tanah. Di perairan alami, pada suhu dan tekanan normal amoniak berada dalam

bentuk gas dan membentuk kesetimbangan dengan gas ammonium.

Kesetimbangan antara gas amoniak dan gas ammonium ditunjukkan dalam

persamaan reaksi :

NH3 + H2O NH4+ + OH-

(17)

Selain terdapat dalam bentuk gas, amonia membentuk kompleks dengan beberapa

ion logam. Amoniak juga dapat terserap ke dalam bahan - bahan tersuspensi dan

koloid sehingga mengendap di dasar perairan.

Kadar amoniak pada perairan alami biasanya kurang dari 0,1 mg/l. Kadar

amoniak yang tinggi dapat merupakan indikasi adanya pencemaran bahan organik

yang berasal dari limbah domestik, industri dan limpasan pupuk pertanian. Kadar

amoniak yang tinggi juga dapat ditemukan pada dasar danau yang mengalami

kondisi tanpa oksigen (Effendi, 2003).

Terdapat amoniak dalam air erat hubungannya dengan siklus pada N di

alam ini. Dengan melihat siklus tersebut dapat diketahui bahwa amonia dapat

terbentuk dari :

a. Dekomposisi bahan - bahan organik yang mengandung N, baik yang berasal

dari hewan oleh bakteri.

b. Hydrolisa urea yang terdapat pada urine hewan.

c. Dekomposisi bahan - bahan organik dari tumbuh - tumbuhan yang mati

oleh bakteri.

d. Dari N2 atmosfir, melalui pengubahan menjadi N2O5 oleh loncatan listrik

di udara menjadi HNO3 karena persatuannya dengan air, dan selanjutnya

jatuh di tanah oleh hujan. Dengan melalui pembentukannya menjadi protein

organik yang terjadi selanjutnya, dan oleh dekomposisi bakteri akhirnya akan

terbentuk amoniak.

(18)

Dari siklus nitrogen tersebut jelas pula bahwa NH4+ bisa terdapat dalam air

melalui tanah maupun langsung terjadi pada air, apabila proses dekomposisi oleh

bakteri ataupun hydrolisa terjadi dalam air (Sutrisno, 2006).

Amoniak merupakan suatu zat yang menimbulkan bau yang sangat tajam

dan menusuk hidung. Jadi kehadiran bahan ini dalam air minum adalah

menyangkut perubahan fisik dari pada air tersebut yang akan mempenharuhi

penerimaan masyarakat. Standar kualitas air minum dari Dep. Kes. R.I. tidak

memperbolehkan amoniak terdapat pada air minum (Sutrisno, 2006).

2.6. Air Reservoir

Reservoir merupakan bangunan beton berdimensi panjang 50 m, lebar 40 m,

tinggi 3,5 m berfungsi untuk menampung air minum / air olahan setelah melewati

media filter dengan kapasitas 12.000 m3 dan kemudian didistribusikan ke

pelanggan melalui reservoir - reservoir distribusi diberbagai cabang. Air yang

mengalir dari filter ke reservoir dibubuhi chlor (post chlorination)

(http://repository.usu.ac.id/bitstream/12345678/20807/4/Chapter%20II.pdf).

Setelah melalui banyak proses pengolahan, pada proses filter air yang

nampak bersih dialirkan melalui saringan pasir lalu untuk membunuh bakterinya

dialirkan ke sebuah chlironator yaitu pembubuhan zat chlor dan air yang sudah

bersih siap untuk didistribusikan. Sebelum didistribusikan air masuk ke dalam

reservoir. Reservoir ini berfungsi sebagai tempat penampungan sementara air

bersih sebelum didistribusikan melalui pipa-pipa secara grafitasi. Karena

kebanyakan distribusi menggunakan grafitasi, maka reservoir ini biasanya

(19)

distribusi. Biasanya terletak diatas bukit atau gunung. Gabungan dari unit-unit

pengolahan air ini disebut IPA (Instalasi Pengolahan Air). Untuk menghemat

biaya pembangunan, biasanya Intake (Sumber pengambilan air), WTP (penyalur

air baku dari pompa intake sampai ke presedimentation), dan Reservoir dibangun

dalam satu kawasan dengan ketinggian yang cukup tinggi, sehingga tidak

diperlukan pompa dengan kapasitas pompa dorong yang besar untuk menyalurkan

air dari WTP ke reservoir. Setelah dari reservoir air bersih siap untuk

didistribusikan melalui pipa-pipa dengan berbagai ukuran ke tiap daerah distribusi

(http://pengolahanair-oke..com/2013/03/instalasi-pengolahan-air bersih.html).

2.7. Spektrofotometer

Spektrofotometri UV - Vis adalah anggota analisis spektroskopik yang memakai

sumber radiasi elektromagnetik ultra violet dekat (190 - 380 nm) dan sinar tampak

(380 - 780 nm) dengan memakai instrumen spektrofotmeter. Radiasi ultra violet

jauh (100 - 190 nm) tidak dipakai, sebab pada daerah radiasi tersebut di absorpsi

oleh udara. Ada kalanya spektrofotometer UV -Vis yang beredar diperdagangkan

memberikan rentang pengukuran panjang gelombang 190 - 1100 nm.

Hal ini perlu diperhatikan lebih seksama sebab di atas panjang gelombang

780 nm merupakan daerah radiasi infra merah. Oleh sebab itu pengukuran di atas

panjang gelombang 780 nm harus dipakai dengan kualitas sensitif terhadap radiasi

infra merah. Spektrofotometri UV - Vis melibatkan energi elektronik yang cukup

besar pada molekul yang dianalisis, sehingga spektrofotometri UV- Vis lebih

(20)

Pada umumnya konfigurasi dasar setiap spektrofotometer UV - Vis

berupa susunan peralatan optik yang terkontruksi sebagai berikut :

Gambar 2.4.Bagan Alat Spektrofotometer

Keterangan :

SR : Sumber Radiasi

M : Monokromator

SK : Sampel Kompartemen

D : Detektor

A : Amplifier atau penguat

VS : Visual display atau meter

Setiap bagian peralatan optik dari spektrofotometer UV - Vis

memegang fungsi dan peranan tersendiri yang saling terkait fungsi dan

peranannya. Setiap fungsi dan peranan tiap bagian dituntut ketelitian dan

ketepatan yang optimal, sehingga akan diperoleh hasil pengukuran yang tinggi

tingkat ketelitian dan ketepatannya.

a. Sumber Radiasi

Beberapa macam sumber radiasi yang dipakai pada spektrofotometer UV - Vis

adalah lampu deuterium, lampu tungsten dan lampu merkuri. Sumber radiasi

deuterium dapat dipakai pada daerah panjang gelombang 190 nm sampai 380 nm

(daerah ultra violet dekat), karena pada rentangan panjang gelombang tersebut

sumber radiasi deuterium memberikan spektrum energi radiasi yang lurus. Umur

sumber radiasi deuterium sekitar 500 jam pemakaian.

(21)

Sumber radiasi tungstein merupakan campuran dari filamen tungstein

dan gas iodin (halogen), oleh sebab itu disebut sebagai sumber radiasi "tungstein -

iodin". Sumber radiasi tungstein-iodin ini dipakai pada spektrofotometer UV - Vis

sebagai radiasi pada daerah pengukuran sinar tampak dengan rentangan panjang

gelombang 380 - 900 nm, karena pada daerah tersebut sumber radiasi

tungstein-iodin memberikan energi radiasi sebagai garis lengkung. Umur tungstein-tungstein-iodin

sekitar 1000 jam pemakaian.

Sumber radiasi merkuri adalah suatu sumber radiasi mengandung uap

merkuri bertekanan rendah dan biasanya sumber radiasi merkuri ini dipakai untuk

mengecek atau kalibrasi panjang gelombang pada spektrofotometer UV - Vis pada

daerah ultra violet khususnya disekitar panjang gelombang 365 nm dan sekaligus

mengecek resolusi dari monokromator.

b. Monokromator

Monokromator berfungsi untuk mendapatkan radiasi monokromator dan sumber

radiasi yang memancarkan radiasi polikromatis. Monokromator pada

spektrofotometer UV - Vis biasanya terdiri dari susunan : celah masuk - filter -

prisma - kisi - celah keluar.

c. Sel atau kuvet

Sel atau kuvet merupakan wadah sampel yang akan dianalisis. Ditinjau dari

pemakaiannya kuvet ada dua macam yaitu kuvet yang permanen terbuat dari

bahan gelas atau silika atau kuvet disposible untuk satu kali pemakaian yang

(22)

d. Detektor

Detektor merupakan salah satu bagian spektrofotometer UV - Vis yang penting.

Oleh sebab itu kualitas detektor akan menentukan kualitas spektrofotometer UV

-Vis. Fungsi detektor di dalam spektrofotometer adalah mengubah sinyal radiasi

yang diterima menjadi sinyal eletronik.

e. Amplifier atau penguat

Amplifier dalam spektrofotometer adalah untuk menguatkan sinyal yang

dikeluarkan oleh detektor.

f. Visual display atau meter

Dalam visual spektrofotometer visual display untuk mencatat sinyal yang

diberikan oleh amplifier.

Dilihat dari sistem optik spektrofotometer dapat digolongkan dalam tiga

macam yaitu :

1. Sistem optik radiasi berkas tunggal (single beam)

2. Sistem optik radiasi berkas ganda (double beam)

Gambar

Gambar 2.2. Proses Dinitrifikasi
Gambar 2.4.Bagan Alat Spektrofotometer

Referensi

Dokumen terkait

Dengan kegiatan membaca teks, siswa mampu mengolah informasi menjadi bentuk pertanyaan tentang manfaat bendungan dalam bahasa Indonesia lisan dan tulisan menggunakan kosakata

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan hasil belajar biologi aspek kognitif siswa kelas VIIC SMP Ta’mirul Islam Surakarta tahun pelajaran 2011/2012 pada

a). Fungsi internal audit adalah menyelidiki dan menilai pengendalian intren dan efisiensi pelaksanaan fungsi berbagai unit organisasi. Dengan demikian fungsi internal audit

KB PAUD JATENG KOTA SEMARANG TAHUN AJARAN 2015 / 2016.. Nama Lembaga

Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 11 ayat (1) Peraturan Bupati Bantul Nomor 50 Tahun 2014 tentang Pedoman Pelaksanaan Program Pemberdayaan Masyarakat

Pada interval 3 jam -15 menit sebelum olahraga, air putih dapat menjadi pilihan, namun jika latihan/pertandingan olahraga akan berjalan dengan intensitas tinggi

Led terdiri dari delapan buah yang disusun dengan secara common katoda, di mana led tersebut berfungsi sebagai indicator cahaya yang mengindikasikan pintu tersebut dalam keadaan

Hendro Gunawan, MA Pembina Utama Muda