PENETAPAN KADAR LOGAM ALUMINIUM DAN TEMBAGA DALAM AIR RESERVOIR PDAM TIRTANADI MEDAN SECARA
SPEKTROFOTOMETRI SINAR TAMPAK
TUGAS AKHIR
Oleh:
ADRIAN KHAIRUDDIN SIREGAR NIM 072410049
PROGRAM DIPLOMA III ANALIS FARMASI DAN MAKANAN FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis haturkan kehadirat Allah SWT Yang Maha Agung yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan kemudahan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan Tugas Akhir yang berjudul “Penetapan Kadar Aluminium dan Tembaga pada Sampel Air Reservoir PDAM Tirtanadi Medan Secara Spekrofotometri Sinar Tampak” sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar ahli madya pada program Diploma III Analis Farmasi dan Makanan di Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara.
Penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada ayahanda Partomuan Siregar dan ibunda tercinta Hotma Sari Harahap yang telah yang selalu bersabar dalam memberikan dorongan, nasihat, serta do’a kepada penulis. Dan kepada kakak tersayang Erika Khairani Siregar yang telah memberi semangat agar penulis tidak pernah berhenti untuk menempuh cita-cita yang diharapkan.
Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan orang lain maka penulis tidak akan dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang tulus kepada semua pihak yang telah membantu penyelesaian Tugas Akhir ini, kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi.
3. Bapak Prof. Dr. Jansen Silalahi, M.App.Sc, Apt., selaku Koordinator Program Diploma III Analis Farmasi dan Makanan.
4. Bapak Subandi selaku kepala bagian Laboratorium beserta staf PDAM Tirtanadi Medan yang telah membimbing penulis saat PKL di PDAM Tirtanadi.
5. Dosen-dosen Farmasi beserta stafnya yang telah banyak membimbing dan membantu penulis selama perkuliahan di Diploma III Analis Farmasi dan Makanan.
6. Sahabat-sahabatku angkatan 2007 Diploma III Analis Farmasi dan Makanan.
Sebagai manusia dengan keterbatasan kemampuan dan pengetahuan, penulis menyadari bahwa dalam penulisan Tugas Akhir ini masih terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang dapat membangun dari semua pihak guna kesempurnaan Tugas Akhir ini.
Akhir kata penulis berharap semoga Tugas Akhir ini dapat bermanfaat dan menambah pengetahuan bagi kita semua.
Medan, Juni 2010 Penulis,
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ………. ………… iii
DAFTAR ISI ……….. v
BAB I PENDAHULUAN ……….. 1
1.1 Latar Belakang ……….…. 1
1.2 Tujuan dan Manfaat ……….… 2
1.2.1 Tujuan ... 2
1.2.2. Manfaat ... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ………... 3
2.1 Air ……….…... 3
2.2 Sumber-sumber Air ………... 4
2.2.1 Air Laut ………... 4
2.2.2 Air Atmosfir ………... 5
2.2.3 Air Permukaan ………...…… 5
2.2.3.1 Air Sungai ………..…… 5
2.2.3.2 Air Danau ………...… 6
2.2.4 Air Tanah ………... 6
2.2.4.1 Air Tanah Dangkal ……….... 7
2.2.4.2 Air Tanah Dalam ………... 7
2.2.4.3 Mata Air ……….... 7
2.3 Peranan Air dalam Tubuh ... 8
2.5 Pengolahan Air di PDAM Tirtanadi Medan ………..……… 10
2.6 Syarat-syarat Air Minum ………..…… 15
2.7 Standar Kualitas Air Minum ………..….. 15
2.8 Logam Aluminium ………..…. 17
2.9 Logam Tembaga ………..… 18
2.10 Teori Spektrofotometri ……….. 19
BAB III METODOLOGI ... 20
3.1 Penentuan Kadar Aluminium ... 20
3.1.1 Peralatan ... 20
3.1.2 Bahan ... 20
3.1.3 Prosedur Pengujian ... 20
3.2 Penentuan Kadar Tembaga ... 21
3.2.1 Peralatan ... 21
3.2.2 Bahan ………..…….. 21
3.2.3 Prosedur Pengujian ………..……. 21
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ………..…… 23
4.1 Hasil ... 23
4.2 Pembahasan ... 24
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 26
5.1 Kesimpulan ... 26
5.2 Saran ... 26
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
Dalam proses kehidupan makhluk hidup, air merupakan suatu kebutuhan yang tidak terlepas dari kehidupan sehari-hari manusia. Tidak akan ada kehidupan jika di bumi ini tidak ada air. Air yang bersih sangat dibutuhkan oleh manusia untuk meningkatkan derajat kesehatan, karena air merupakan salah satu sumber penularan penyakit (Sitepoe, 1997).
Kesulitan untuk mendapatkan air bersih merupakan salah satu masalah yang perlu mendapat perhatian yang seksama karena dengan penyediaan air bersih, maka penyebaran penyakit dapat dikurangi seminimal mungkin. Supaya air yang masuk ke dalam tubuh manusia tidak menjadi pembawa bibit penyakit (Sitepoe, 1997).
Pencemaran air banyak dikarenakan oleh kegiatan manusia, seperti limbah industri dan limbah kegiatan rumah tangga. Masuknya logam yang dapat membuat air tercemar seperti Fe, Mn, Zn, Cu, Ni, dan Co dapat menimbulkan masalah yang cukup serius pada air (Effendy, 2003).
Tugas Akhir ini akan dibahas tentang penetapan kadar aluminium dan tembaga pada air reservoir di PDAM Tirtanadi.
1.2 Tujuan dan Manfaat 1.2.1 Tujuan
Untuk mengetahui kadar aluminium (Al) dan tembaga (Cu) yang terkandung pada sampel air reservoir apakah memenuhi persyaratan yang diizinkan oleh Mentri Kesehatan RI Nomor 907/MENKES/SK/VII/2002 untuk kualitas air minum.
1.2.2 Manfaat
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Air
Air adalah suatu sarana utama dalam kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya. Hampir semua kegiatan yang dilakukan manusia membutuhkan air. Air digunakan sebagai air minum, untuk menyiapkan makanan, membersihkan diri (mandi), membersihkan peralatan rumah tangga, sebagai irigasi, dan pembangkit tenaga listrik (Sitepoe, 1997).
Berbagai sumber air yang dipergunakan untuk keperluan hidup dan kehidupan dapat tercemar oleh berbagai sumber pencemaran. Limbah dari makhluk hidup, seperti manusia, hewan dan tumbuh–tumbuhan dapat menjadi penyumbang pencemaran air. Limbah industri juga mencemarkan air yang dipergunakan untuk keperluan hidup (Sitepoe, 1997).
Pengelolaan sumber daya air sangat penting, agar dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan dengan tingkat mutu yang diinginkan. Salah satu pengelolaan yang dilakukan adalah pemantauan dan interpretasi data kualitas air, mencakup kualitas fisika, kimia, dan biologi (Effendy, 2003).
2.2 Sumber–Sumber Air
Menurut Sutrisno (1991), sumber-sumber air meliputi: 1. Air laut
2. Air atmosfir 3. Air permukaan 4. Air tanah 2.2.1 Air Laut
Air laut merupakan bagian terbesar dari muka bumi, sebagai terminal dari sungai, dan memiliki kadar garam yang tinggi dibandingkan dengan air daratan. Selain itu makhluk hidup juga sangat bergantung pada air (Sitepoe, 1997).
Air laut mempunyai sifat asin, karena mengandung garam NaCl. Kadar garam NaCl dalam air laut 3%. Dengan keadaan ini, maka air laut tidak memenuhi syarat untuk air minum (Sutrisno, 1991).
2.2.2 Air Atmosfer
Air hujan dalam keadaan murni sangat bersih, tetapi karena adanya pengotoran yang disebabkan oleh asap industri dan debu, sehingga air hujan dapat bersifat korosif atau karat (Riyadi, 1984).
hujan juga mempunyai sifat lunak, sehingga akan boros terhadap pemakaian sabun (Sutrisno, 1991).
2.2.3 Air permukaan
Adalah air hujan yang mengalir di permukaan bumi. Pada umumnya air permukaan akan dapat pengotoran selama pengalirannya, misalnya oleh lumpur, batang-batang kayu, daun-daun, kotoran industri kota dan sebagainya (Sutrisno, 1990).
Beberapa pengotoran ini, untuk masing–masing air permukaan berbeda-beda, tergantung pada daerah pengaliran air permukaan ini. Jenis pengotorannya adalah merupakan kotoran fisik, kimia, dan bakteri (Sutrisno, 1991).
Air permukaan ada 2 macam yakni: 2.2.3.1 Air sungai
Air sungai merupakan aliran yang bersal dari mata air yang kadang-kadang bercampur dengan limbah manusia, hewan dan tumbuh-tumbuhan, termasuk campuran dari air hujan (Sitepoe, 1997).
Dalam penggunaannya sebagai air minum, haruslah mengalami suatu pengolahan yang sempurna, mengingat bahwa air sungai ini pada umumnya mempunyai derajat pengotoran yang tinggi sekali. (Sutrisno, 1991).
2.2.3.2 Air danau
Kesemuanya ini sangat mempengaruhi kualitas air tersebut. Kualitas air di danau juga terpengaruh oleh cuaca, dan tergantung kedalamannya (Slamet, 1994).
Dengan adanya pembusukan kadar zat organis tinggi, maka umumnya kadar Fe dan Mn akan tinggi pula dan dalam keadaan kelarutan O2 kurang sekali (anaerob), maka unsur-unsur Fe dan Mn akan larut. Pada permukaan air akan tumbuh algae (lumut) karena adanya sinar matahari dan O2 (Effendy, 2003).
Jadi untuk pengambilan air, sebaiknya pada kedalaman tertentu di tengah-tengah agar endapan-endapan Fe dan Mn tak terbawa, demikian pula dengan lumut yang ada di permukaan air (Sutrisno, 1991).
2.2.4 Air Tanah
Menurut Sutrisno (1991), air tanah terbagi atas: 1. Air tanah dangkal
2. Air tanah dalam 3. Mata air
2.2.4.1 Air tanah dangkal
Air tanah dangkal terjadi karena daya proses peresapan air dari permukaan tanah. Lumpur akan tertahan, demikian pula dengan sebagian bakteri, sehingga air tanah akan jernih tetapi lebih banyak mengandung zat kimia (garam-garam yang terlarut) karena melalui lapisan tanah yang mempunyai unsur-unsur kimia tertentu untuk masing- masing lapisan tanah (Sutrisno, 1991).
banyak zat yang terlarut ataupun tersuspensi di dalamnya selama perjalanannya menuju ke laut (Slamet,1994).
2.2.4.2 Air tanah dalam
Air tanah dalam pada umumnya tergolong bersih dilihat dari segi mikrobiologi, karena sewaktu proses pengaliran ia mengalami penyaringan alamiah dan dengan demikian kebanyakan mikroba sudah tidak lagi terdapat di dalamnya. Namun, kadar kimia air tanah dalam tergantung dari cara atau pengaliran air tersebut. Pada proses ini, mineral-mineral yang dilaluinya dapat larut dan terbawa, sehingga mengubah kualitas air tersebut (Slamet, 1994).
2.2.4.3 Mata air
Adalah air tanah yang keluar dengan sendirinya ke permukaan tanah. Mata air yang berasal dari tanah dalam, hampir tidak berpengaruh oleh musim dan kualitasnya sama dengan keadaan air tanah dalam (Sutrisno, 1991). 2.3 Peranan Air dalam Tubuh
Menurut Almatsier (2004), air mempunyai berbagai fungsi dalam proses vital tubuh, yaitu:
1. Sebagai pelarut dan alat angkut
2. Sebagai katalisator
Air berperan sebagai katalisator dalam berbagai reaksi biologik dalam sel, termasuk di dalam saluran cerna.
3. Sebagai pelumas
Air sebagai bagian jaringan tubuh diperlukan untuk pertumbuhan. 4. Sebagai pengatur suhu
Karena kemampuan air untuk menyalurkan panas, air memegang peranan dalam mendistribusikan panas di dalam tubuh. Sebagian panas yang dihasilkan dari metabolisme energi diperlukan untuk mempertahankan suhu tubuh pada 37oC. Suhu ini paling cocok untuk bekerjanya enzim-enzim di dalam tubuh (Almatsier, 2004).
2.4 Pengolahan Air Minum
Menurut Sutrisno (1991), pengolahan air minum prosesnya dilakukan pada beberapa unit bangunan, sebagai berikut:
1. Bangunan penangkap air
Bangunan penangkap air ini merupakan suatu bangunan untuk menangkap/mengumpulkan air dari suatu sumber asal air, untuk dapat dimanfaatkan.
2. Bangunan pengendap pertama
Bangunan pengendap pertama dalam pengolahan ini berfungsi untuk mengendapkan partikel-partikel padat dari air sungai.
Koagulant adalah bahan kimia yang dibutuhkan pada air untuk membantu proses pengendapan partikel-partikel kecil yang tak dapat mengendapkan dengan sendirinya, Bahan/zat kimia yang dipergunakan sebagai koagulant adalah
Aluminium sulfat, biasanya disebut sebagai tawas. Bahan ini paling ekonomis
(murah) dan mudah didapat pada pasaran serta mudah disimpan. 3. Bangunan pengaduk cepat
Unit ini untuk meratakan bahan/zat kimia (koagulant) yang ditambahkan agar dapat bercampur dengan air secara baik, sempurna dan cepat.
5. Bangunan pembentuk flok
Unit ini berfungsi untuk membentuk partikel padat yang lebih besar supaya dapat diendapkan dari hasil reaksi partikel kecil (koloidal) dengan bahan/zat koagulant yang kita bubuhkan, sebagai contoh tawas dengan bantuan alat agitator pengaduk lambat.
6. Bangunan pengendap kedua
Unit ini berfungsi mengendapkan flok yang terbentuk pada unit bak pembentuk flok yang telah dilengkapi sekat-sekat pemisah.
7. Filter (saringan)
8. Reservoir
Air yang telah melalui filter sudah dapat digunakan sebagai air minum. Air tersebut telah bersih dan bebas dari bekteri dan ditampung pada bak reservoir untuk diteruskan kepada konsumen.
9. Pemompaan
Berfungsi untuk mengalirkan air kepada konsumen. 2.5 Pengolahan Air di PDAM Tirtanadi Medan
Pengolahan air di PDAM Tirtanadi Medan kegiatannya dilakukan di beberapa unit bangunan sebagai berikut:
1. Bendungan
Sumber air baku adalah air permukaan Sungai Deli yang diambil melalui bangunan bendungan dengan panjang 25 m (sesuai lebar sungai) dan tinggi ± 4 m dimana pada sisi kiri bendungan dibuat sekat (channel) berupa saluran penyadap yang lebarnya 2 m dilengkapi dengan pintu pengatur ketinggian air masuk ke intake.
2. Intake
3. Raw Water Tank (RWT)
Bangunan RWT (bak pengendap) dibangun setelah intake yang terdiri dari 2 unit (4 sel). Setiap unitnya berdimensi 23,3 m x 20 m,tinggi 5 m, dilengkapi dengan 2 buah inlet gate, 2 buah outlet gate dan pintu bilas 2 buah yang berfungsi sebagai tempat pengendapan Lumpur, pasir, dan lain-lain yang bersifat sedimen.
4. Raw water pump (RWP)
RWP (pompa air baku) berfungsi untuk memompa air dari RWT ke splitter box tempat pembubuhan koagulan alum, dengan dosis normal rata-rata 20-25 gr/m3 air dan pendistribusian air ke masing-masing clearator yang terdiri dari 5 unit pompa air baku, kapasitas setiap pompa 375 L/det dengan total head 15 meter memakai electromotor.
5. Clearator
Bangunan clearator (proses penjernihan air) terdiri dari 4 unit, dengan kapasitas masing-masing 350 L/det yang bervolume 1.700 m3 berfungsi sebagai tempat proses pemisahan antara flok-flok yang bersifat sedimen dengan air bersih hasil olahan (effluent) melalui pembentukan dan pengendapan flok-flok yang menggunakan agitator pengaduk lambat. Endapan flok-flok ini dibuang sesuai dengan tingkat ketebalannya secara otomatis.
Clearator ini terbuat dari beton berbentuk bulat dengan lantai kerucut yang
dilengkapi dengan sekat-sekat pemisah untuk proses-proses sebagai berikut:
a) Primary Reaction Zone
b) Secondary Reaction Zone
d) Clarification Reaction Zone
e) Concentrator
6. Filter
Dari clearator air dialirkan ke filter untuk menyaring turbidity (kekeruhan) beberapa flok-flok halus dan kotoran lain yang lolos dari clearator melalui pelekatan pada media filter yang berjumlah 24 unit jenis saringan pasir cepat masing-masing menggunakan motor AC nominal daya 5 KVA.
Dimensi masing-masing filter ini adalah 5 m, panjang 8,25 m, tinggi 6,25 m, tinggi permukaan air maksimum 5,05 m, serta tebal media filter 114 cm, dengan lapisan sebagai berikut:
a. Pasir kwarsa, 0,45-1.20 mm, dengan ketebalan 61 cm. b. Pasir kwarsa, 1.80-2.00 mm, dengan ketebalan 15 cm. c. Kerikil halus, 4,75-6,30 mm, dengan ketebalan 8 cm. d. Kerikil sedang, 6,30-10,00 mm, dengan ketebalan 7,5 cm. e. Kerikil sedang, 10,00-20,00 mm, dengan ketebalan 7,5 cm. f. Kerikil kasar, 20,00-40,00 mm, dengan ketebalan 15 cm.
Dalam jangka waktu tertentu filter ini harus dibersihkan dari endapan yang mengganggu penyaringan menggunakan elektromotor.
7. Reservoir
dari filter ke reservoir dibubuhi chlor (post chlorination) dan untuk netralisasi dibutuhkan larutan kapur jenuh atau soda ash.
8. Finish Water Pump (FWP)
FWP (pompa distribusi air bersih) berfungsi untuk mendistribusikan air bersih dari reservoir utama di instalasi ke reservoir-reservoir distribusi di cabang melalui pipa transmisi ∆1.000 mm dan ∆800 mm. FWP terdiri dari 5 unit pompa dengan kapasitas masing-masing 375 L/det total head 55 m menggunakan motor AC.
Selain pengolahan dilakukan juga pemeriksaan dan pengawasan yang dilakukan pada unit-unit bangunan berikut:
1. Slude Lagoon
Daur ulang adalah cara paling tepat dan aman dalam mengatasi dan meningkatkan kualitas lingkungan. Prinsip ini telah mendorong perusahaan untuk membangun sarana pengolahan limbah berupa slude lagoon. Lagoon ini berfungsi sebagai media penampung air buangan bekas pencucian sistem pengolah dan kemudian air tersebut disalurkan kembali ke RWT untuk diproses kembali.
2. Monitoring System (SCADA)
3. Laboratorium
Laboratorium mempunyai peranan yang penting di dalam penunjang mutu produksi air minum yang dihasilkan. Laboratorium akan menganalisa mutu dan menjaga serta mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan terhadap kulitas air baku maupun air hasil olahan selama proses. Pemeriksaan kualitas air dilakukan didalam periode waktu tertentu. Beberapa indikator maupun parameter dalam pemriksaan tetap mempedomani Peraturan Menteri Kesehatan RI No.907/MENKES/SK/VII/2002, yang meliputi aspek kimiawi, fisika, dan bakteriologi. Secara umum hasil pemeriksaan terhadap air hasil olahan berada dalam kualitas air minum.
2.6 Syarat-syarat Air Minum
Menurut Gabriel (2001), air siap minum/air minum ialah air yang sudah terpenuhi syarat fisik, kimia, bakteriologi serta level kontaminasi maksimum (LKM) (Maximum Contaminant Level) (Gabriel, 2001).
Level kontaminasi maksimum meliputi sejumlah zat kimia, kekeruhan dan bakteri coliform yang diperkenankan dalam batas-batas aman. Lebih jelas lagi, bahwa air siap minum/air minum yang berkualitas harus terpenuhi syarat sebagai berikut:
− Harus jernih, transparan dan tidak berwarna
− Tidak dicemari bahan organik maupun bahan anorganik − Tidak berbau, tidak berasa, kesan enak bila diminum
− Mengandung mineral yang cukup sesuai dengan standard
2.7 Standar Kualitas Air Minum
Standar kualitas air minum menurut Menteri Kesehatan RI Nomor 907/MENKES/SK/VII/2002 adalah:
1. Bakteriologis
Parameter Satuan Kadar maksimum yang diperbolehkan Total Bakteri Coliform Jumlah per 100
ml sampel
0
2. Kimiawi
2.1 Bahan kimia Anorganik yang memiliki pengaruh langsung pada kesehatan Parameter Satuan Kadar maksimum yang diperbolehkan
Antimon (mg/liter) 0,005
Air Raksa (mg/liter) 0.001
Arsenic (mg/liter) 0,01
Barium (mg/liter) 0,7
Boron (mg/liter) 0,3
Kadmium (mg/liter) 0,003
Kromium (mg/liter) 0,05
Tembaga (mg/liter) 2
Sianida (mg/liter) 0,07
Flourida (mg/liter) 1,5
Timbal (mg/liter) 0,01
Molybdenum (mg/liter) 0,07
Nikel (mg/liter) 0,02
Nitrat (mg/liter) 50
Nitrit (mg/liter) 3
Selenium (mg/liter) 0,01
2.2 Bahan Kimia Anorganik yang kemungkinan dapat menimbulkan keluhan pada konsumen
Parameter Satuan Kadar maksimum yang diperbolehkan
Ammonia (mg/liter) 1,5
Aluminium (mg/liter) 0,2
Klorida (mg/liter) 250
Tembaga (mg/liter) 1
Hidrogen Sulfida (mg/liter) 0,05
Besi (mg/liter) 0,3
Mangan (mg/liter) 0,1
pH (mg/liter) 6,5-8,5
Sodium (mg/liter) 200
Sulfat (mg/liter) 250
Total zat padat terlarut (mg/liter) 1000
Seng (mg/liter) 3
3. Fisik
Parameter Satuan Kadar maksimum yang diperbolehkan
Keterangan
Warna TCU 15
Rasa dan Bau - - Tidak berbau dan berasa
Temperatur oC Suhu udara ± 3oC
Kekeruhan NTU 5
Sumber: DepKes RI 2.8 Logam Aluminium
Aluminium merupakan unsur terbanyak ketiga dalam kerak bumi. Kebanyakan aluminium yang dibawa air terdapat sebagai partikel-partikel mineral mikroskopik yang tersuspensi. Di perairan biasanya terserap ke dalam sedimen atau mengalami presipitasi. Aluminium dan bentuk oksida aluminium bersifat tidak larut (Achmad, 2004).
Aluminium merupakan unsur yang tidak berbahaya. Perairan alami biasanya memiliki kandungan aluminium kurang dari 1,0 mg/liter. Perairan asm memiliki kadar aluminium yang lebih tinggi. Kadar aluminium untuk keperluan air minum sekitar 0,2 mg/liter. Begitu juga menurut peratuan Menkes dimana kadar maksimum aluminium dalam air minum adalah 0,2 mg/liter (Effendy, 2003). Pada nilai pH dari 4,0 jenis aluminium yg terlarut adalah Al(H2O)3+ dan ion hydrogen pada nilai pH lebih besar dari 4,0.
Dalam kisaran pH 4,5 – 6,5 terjadi polimerisasi yang akhirnya berhenti dengan pembentukan partikel-partikel padat dari Al2O3. 3H2O (Achmad, 2004).
Aluminium bersifat amfoter dan pada perairan alami dengan pH diatas kurang lebih 10 terbentuk ion aluminat yang larut Al (OH)4-. Ion fluorida membentuk kompleks yang sangat kuat dengan aluminium dan dengan adanya da seperti AlF2+ mungkin akan terbentuk dalam air. Kelebihan aluminium pada batas yang telah ditetapkan dapat menyebabkan gangguan kesehatan seperti gangguan suara,kejang-kejang pada otot serta dapat mengubah rasa dan bau pada air minum. Sehingga hal tersebut dapat menurunkan kualitas pada air minum (Achmad, 2004).
2.9 Logam tembaga
Tembaga merupakan logam berat yang dijumpai pada perairan alami dan merupakan unsur yang essensial bagi tumbuhan dan hewan. Garam-garam tembaga divalen, misalnya tembaga klorida, tembaga sulfat, dan tembaga nitrat sangat mudah larut dalam air, sedangkan tembaga karbonat, tembaga hidroksida, dan tembaga sulfida bersifat tidak mudah larut dalam air. Apabila masuk ke dalam perairan alami yang alkalis, ion tembaga akan mengalami presipitasi dan mengendap sebagai tembaga hidroksida dan tembaga karbonat (Effendy, 2003).
perairan laut, kadar tembaga berkisar antara 0,001 - 0,025 mg/liter (Effendi, 2003).
Kekurangan atau defisiensi tembaga dapat mengakibatkan anemia atau kekurangan darah. Namun, kadar tembaga yang berlebihan dapat mengakibatkan air menjadi berasa jika diminum dan dapat mengakibatkankerusakan pada hati. Kadar tembaga yang tinggi juga dapat mengakibatkan korosi pada besi dan aluminium (Effendy, 2003).
Tembaga merupakan satu unsur yang penting dan berguna untuk metabolisme. Konsentrasi batas dari unsur ini dapat menimbulkan rasa pada air bervariasi antara 1 – 5 mg/liter. Konsentasi 1 mg/liter merupakan konsentrasi tertinggi untuk mencegah timbulnya rasa yang tidak menyenangkan. Dalam jumlah kecil Cu diperlukan untuk pembentukan sel-sel darah merah , namun dalam jumlah besar dapat menyebabkan rasa yang tidak enak di lidah, selain dapat menyebabkan kerusakan hati. Konsentrasi standar maksimum yang ditetapkan oleh DepKes RI untuk Cu ini adalah sebesar 0,05 mg/L untuk batas minimum yang dianjurkan, dan sebesar 1,5 mg/L sebagai batas maksimal yang diperbolehkan (Sutrisno, 1991).
2.10 Teori Spektrofotometri
fotometer. Keuntungan utama metode spektrofotmetri adalah bahwa metode ini memberikan cara sederhana untuk menetapkan kuantitas zat yang sangat kecil (Bassett. J, 1994).
Keuntungan utama pemilihan metode spektrofotometri bahwa metode ini memberikan metode sangat sederhana untuk menetapkan kuantitas zat yang sangat kecil (Anonim, 1979).
Spektrofotometri menyiratkan pengukuran jauhnya penyerapan energi cahaya oleh suatu sistem kimia itu sebagai suatu fungsi dari panjang gelombang radiasi, demikian pula pengukuran penyerapan yang menyendiri pada suatu panjang gelombang tertentu (Underwood, 1986).
BAB III METODOLOGI
3.1 Peralatan
Spektrofotometer DR2800, kuvet, beaker glass 500 ml, pipet volume 25 dan 10 ml, botol semprot, stopwatch.
3.2 Bahan
Ascorbic acid powder pillow, Alu Ver 3 powder pillow, Bleaching 3 powder pillow, Cu Ver 1 powder pillow.
3.3 Prosedur Pengujian
Penentuan kadar aluminium dalam sampel air reservoir dengan alat spektrofotometri diukur pada panjang gelombang 550 nm, sedangkan untuk tembaga diukur pada panjang gelombang 343,7 nm.
3.3.1 Prosedur Pengujian Aluminium
kemudian layar kan menunjukkan 0,000 mg/L Al. Masukkan kuvet sampel ke tempat sel dan tutup. Tekan “Read”,catat hasil analisa yang ditunjukkan pada layar
3.3.2 Prosedur Pengujian Tembaga
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Penetapan kadar aluminium
Penetapan kadar aluminium dalam air reservoir secara spektrofotometri yang diukur pada panjang gelombang 550 nm.
4.1.1 Hasil
[image:28.595.109.509.416.559.2]Hasil pemeriksaan kadar aluminium pada sampel air reservoir di laboratorium PDAM Tirtanadi Deli tua pada Tabel 4.1.
Tabel 4.1 Hasil pemeriksaan kadar aluminium pada sampel air reservoir dan air baku.
No Sampel Tanggal
pemeriksaan
Kadar aluminium yang
diperoleh pada air reservoir
(mg/L)
Kadar aluminium yang diperoleh
pada air baku (mg/L) 1 Air reservoir 1 15 Januari 2010 0,065 0,064 2 Air reservoir 2 20 Januari 2010 0,062 0,060 3 Air reservoir 3 25 Januari 2010 0,077 0,069 4 Air reservoir 4 03 Februari 2010 0,078 0,064 5 Air reservoir 5 08 Februari 2010 0,063 0,060
4.1.2 Pembahasan
yang diperoleh lebih besar pada sampel air reservoir karena adanya penambahan tawas pada proses pengolahan air.
Menurut Keputusan Menteri No.907/Menkes/SK/VII/2002 tanggal 29 Juli 2002, kadar maksimum aluminium yang diperbolehkan untuk air minum adalah 0,2 mg/liter. Dengan demikian dapat diartikan bahwa kadar aluminium dari air reservoir memenuhi syarat untuk digunakan sebagai air minum dan air bersih, karena kadar yang diperoleh tidak melebihi dari batas kadar maksimum yang diperbolehkan.
Perbedaan kadar aluminium yang kita peroleh satu sama lain dapat dikarenakan oleh berbedanya waktu pemeriksaan sampel dan cara pengambilan sampel pada bak reservoir.
Kelebihan aluminium pada batas yang telah ditetapkan dapat menyebabkan gangguan kesehatan seperti gangguan suara,kejang-kejang pada otot serta dapat mengubah rasa dan bau pada air minum. Sehingga hal tersebut dapat menurunkan kualitas pada air minum (Darmono, 1995).
4.2 Penetapan kadar tembaga
Penetapan kadar tembaga dalam air reservoir secara spektrofotometri yang diukur pada panjang gelombang 343,7 nm.
4.2.1 Hasil
Tabel 4.2 Hasil pemeriksaan kadar tembaga pada sampel air reservoir dan air baku
No Sampel Tanggal
pemeriksaan
Kadar tembaga yang diperoleh
pada air reservoir (mg/L)
Kadar tembaga yang diperoleh pada air baku
(mg/L) 1 Air reservoir 1 20 Januari 2010 0,05 0,03 2 Air reservoir 2 08 Februari 2010 0,02 0,03
4.2.2 Pembahasan
Kadar tembaga yang diperoleh dari hasil pemeriksaan pada sampel air reservoir adalah 0,05 mg/l dan 0,02 mg/l. Sedangkan kadar tembaga yang diperoleh dari hasil pemeriksaan pada sampel air baku adalah 0,03 mg/l dan 0,03 mg/l. Ini menyatakan adanya perbedaan kadar tembaga yang diperoleh pada air yang telah diolah.
Menurut Keputusan Menteri No.907/Menkes/SK/VII/2002 tanggal 29 Juli 2002, kadar maksimum tembaga yang diperbolehkan untuk air minum adalah 1 mg/liter. Dengan demikian dapat diartikan bahwa kadar tembaga dari air reservoir memenuhi syarat untuk digunakan sebagai air minum dan air bersih, karena kadar yang diperoleh tidak melebihi dari batas kadar maksimum yang diperbolehkan.
Perbedaan kadar tembaga yang kita peroleh satu sama lain dapat dikarenakanoleh berbedanya waktu pemeriksaan sampel dan cara pengambilan sampel pada bak reservoir.
BAB V
Kesimpulan dan Saran
5.1 Kesimpulan
− Hasil pemeriksaan kadar aluminium pada sampel air reservoir di PDAM
Tirtanadi Medan adalah sebesar 0,065 mg/l, 0,062 mg/l, 0,077 mg/l, 0,078 mg/l dan 0,043 mg/l. Yang semuanya masih dibawah dari batas kadar maksimum aluminium yatiu 0,2 mg/l.
− Hasil pemeriksaan kadar tembaga pada sampel air reservoir di PDAM
Tirtanadi Medan adalah sebesar 0,05 mg/l dan 0,02 mg/l. Yang semuanya masih dibawah dari batas kadar maksimum tembaga yaitu 1mg/l.
− Air reservoir dari IPA PDAM Tirtanadi Deli Tua layak untuk dikonsumsi
sebagai air minum. 5.2 Saran
− Diharapkan kepada pihak PDAM Tirtanadi Medan agar tetap menjaga
kualitas air yang didistribusikan pada setiap konsumen dan meningkatkan kualitas air yang diproduksi.
− Diharapkan kepada pihak PDAM Tirtanadi Medan agar pelayanan kepada
masyarakat atau konsumen lebih ditingkatkan.
− Diharapkan agar masyarakat senantiasa untuk menjaga kelestarian dan
kebersihan sumber-sumber air di lingkungan sekitar.
DAFTAR PUSTAKA
Achmad, R. (2004). Kimia Lingkungan. Yogyakarta: Andi. Hal. 54, 68.
Almatsier, S. (2004). Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Edisi IV. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Hal. 25, 45-46.
Bassett, J. (1994). Buku Ajar Vogel Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik. Jakarta: Buku Kedokteran EGC. Hal. 809-810.
Darmono. (1995). Logam dalam Sistem Biologi Makhluk Hidup. Jakarta: Universitas Indonesia. Hal. 81, 97, 104.
Effendy, H. (2003). Telaah Kualitas Air. Yogyakarta: Kanisius. Hal. 15, 43-45, 67-69.
Gabriel, J. (2001). Fisika Lingkungan. Jakarta: Hipokrates. Hal. 125, 152.
Sitepoe, M. (1997). Air untuk Kehidupan. Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia. Hal. 25, 57, 101.
Slamet, J. (1994). Kesehatan Lingkungan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Hal. 25, 46-47, 95, 102.
Sutrisno, C. (1991). Teknologi Penyediaan Air Bersih. Edisi II. Jakarta: Rineka Cipta. Hal. 35, 78, 81.
Underwood, L. (1986). Analisis Kimia Kuantitatif. Edisi V. Jakarta: Erlangga. Hal. 104.
Vogel. (1990). Analisis Anorganik Makro dan Semimikro. Edisi V. Jakarta: Kalman Media Pustaka. Hal. 45, 89.
Winarno, F. (1992). Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Hal. 67, 75, 96.