• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penentuan Bilangan Penyabunan dalam Crude Palm Stearin (CPS) dan Refined Bleached Deodorized Palm Stearin (RBDPS) di PT. Palmcoco Laboratories

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Penentuan Bilangan Penyabunan dalam Crude Palm Stearin (CPS) dan Refined Bleached Deodorized Palm Stearin (RBDPS) di PT. Palmcoco Laboratories"

Copied!
42
0
0

Teks penuh

(1)

PENENTUAN BILANGAN PENYABUNAN DALAM CRUDE

PALM STEARIN (CPS) DAN REFINED BLEACHED

DEODORIZED PALM STEARIN (RBDPS)DI

PT.PALMCOCO LABORATORIES

KARYA ILMIAH

SUTRISNO MARSIUS

092401036

PROGRAM DIPLOMA – 3 KIMIA

DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

PENENTUAN BILANGAN PENYABUNAN DALAM CRUDE PALM STEARIN (CPS)DAN REFINED BLEACHED

DEODORIZED PALM STEARIN (RBDPS)DI PT. PALMCOCO LABORATORIES

KARYA ILMIAH

Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat mencapai gelar ahli madya

SUTRISNO MARSIUS 092401036

PROGRAM DIPLOMA – 3 KIMIA DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

PERSETUJUAN

Judul : PENENTUAN BILANGAN PENYABUNAN DALAM

CRUDE PALM STEARIN (CPS)DAN REFINED BLEACHED DEODORIZED PALM STEARIN (RBDPS) DI PT. PALMCOCO LABORATORIES

Kategori : KARYA ILMIAH

Nama : SUTRISNO MARSIUS

NIM : 092401036

Program Studi : DIPLOMA – 3 KIMIA

Departemen : KIMIA

Fakultas : MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

(FMIPA) UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Disetujui di : Medan, Juni 2012

Diketahui / Disetujui Oleh :

Ketua Program Studi D-3 Kimia Dosen Pembimbing

Dra. Emma Zaidar Nst, M. Si Cut Fatimah Zuhra, S.Si, M.Si NIP:19551218 198701 2001 NIP:19740405 199903 2001

Ketua Departemen Kimia FMIPA USU

(4)

PERNYATAAN

PENENTUAN BILANGAN PENYABUNAN DALAM CRUDE PALM STEARIN (CPS)DAN REFINED BLEACHED

DEODORIZED PALM STEARIN (RBDPS) DI PT. PALMCOCO LABORATORIES

KARYA ILMIAH

Saya mengaku bahwa Karya Ilmiah ini adalah hasil kerja saya sendiri. Kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.

Medan, Juni 2012

(5)

PENGHARGAAN

Puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Ilmiah ini sebagai salah satu persyaratan untuk mencapai gelar Ahli Madya bidang Kimia Analis Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara. Karya Ilmiah ini berjudul“ Penentuan Bilangan Penyabunan Dalam Crude Palm Stearin (CPS)danRefined Bleached Deodorized Palm Stearin (RBDPS)di PT. Palmcoco Laboratories“.

Dalam penyusunan karya ilmiah ini penulis banyak memperoleh bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak DR. Sutarman. M.Sc selaku Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu DR. Rumondang Bulan, MS selaku ketua Departemen Kimia Fakultas

Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Cut Fatimah Zuhra, S.Si, M.Si selaku Dosen pembimbing yang banyak

memberikan pengarahan dan bimbingan kepada penulis dalam penulisan Karya Ilmiah ini.

4. Bapak Zul Alkab, B.Sc yang telah memberikan waktu dan bimbingan kepada

penulis dalam penulisan Karya Ilmiah ini.

5. Bapak/Ibu Dosen serta Pegawai Program Studi Diploma III Kimia Fakultas

Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara yang telah mendidik penulis dalam penulisan Karya Ilmiah ini.

6. Seluruh staf dan karyawan selaku pembimbing lapangan di PT. PALMCOCO

LABORATORIES.

7. Teristimewa Kepada Ibunda tercinta R. Sinambela, abang dan kakak penulis yang telah memberikan banyak dukungan baik moral maupun material kepada penulis dalam penulisan Karya Ilmiah ini.

8. Teman-teman semasa PKL yang telah memberikan dukungan kepada penulis. 9. Sahabat-sahabat saya Echohadi Simbolon, Grignard N Silalahi dan Daniel

Tambayang telah membantu penulis dalam banyak hal.

10.Teman-teman Mahasiswa Diploma III FMIPA USU khususnya angkata 2009. Pada penulisan Karya Ilmiah ini penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan-kekurangan serta kesalahan, maka dengan segala kerendahan hati penulis memohon maaf serta mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan Karya Ilmiah ini.

(6)

ABSTRAK

Telah dilakukan Penentuan Bilangan Penyabunan dengan metode titrasi terhadap beberapa Crude Palm Stearindan Refined Bleached Deodorized Palm Stearindari beberapa daerah. Dari hasil analisa diperoleh Bilangan Penyabunan dalam Crude Palm Stearin untuk : Daerah Jakarta 195,15 mg KOH / g ; Belawan 205,14 mg KOH

/ g ; Dumai 199,34 mg KOH / g. Dan dalam Refined Bleached Deodorized Plm

(7)

DETERMINATION OF SAPONIFICATION VALUE IN CRUDE PALM STEARIN (CPS) AND REFINED BLEACHED

DEODORIZED PALM STEARIN (RBDPS) IN PT. PALMCOCO LABORATORIES

ABSTRACT

(8)

DAFTAR ISI

1.1.Latar Belakang 1

1.2.Permasalahan 3

1.3.Tujuan 4

1.4.Manfaat 4

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kelapa Sawit 5

2.1.1. Sejarah Kelapa Sawit 5

2.1.2. Varietas dan Bagian Tanaman Kelapa Sawit 6

2.1.3. Pengolahan Buah Kelapa Sawit 8

2.2. Minyak Kelapa Sawit 10

2.2.1. Komposisi minyak Kelapa Sawit 10

2.2.2. Pemurnian Minyak sawit 11

2.2.3. Pemanfaatan Minyak sawit 13

2.3. Crude Palm Stearin dan RBD Palm Stearin 14

2.4. Penentuan Bilangan Penyabunan 16

2.5. Standart Mutu 17

BAB 3. METODOLOGI PERCOBAAN

3.1. Alat dan Bahan 19

3.1.1. Alat-alat 19

3.1.2. Bahan-bahan 20

3.2. Persiapan Analisa 20

3.2.1. Penyediaan Sampel 20

3.2.2. Pembuatan Larutan Pereaksi 21

3.2.2.1. Prosedur Pembuatan Larutan KOH Alkohol 0,5 N 21 3.2.2.2. Prosedur Pembuatan Larutan H2C2O4 0,1 N 21

3.2.2.3. Prosedur Pembuatan Indikator Phenolfthalein 1% 21

3.2.2.4. Prosedur Pembuatan KOH 0,0798 N 22

3.2.2.5. Prosedur Standarisasi KOH 0,0798 N 22

3.2.2.6. Prosedur Pembuatan Larutan HCl 5 N dari HCl(p) 37% 22

3.2.2.7. Prosedur Pembuatan Larutan HCl 0,4580 N dari

HCl 5 N 23

(9)

3.3. Proses Analisa 24

3.3.1. Penentuan Bilangan Penyabunan 24

3.3.1.1. Perlakuan Untuk Larutan Blanko 24

3.3.1.2. Perlakuan Untuk Sampel 24

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1.DataAnalisa 25

4.2. Perhitungan 26

4.3. Pembahasan 27

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan 29

5.2. Saran 29

(10)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Komposisi asam lemak minyak kelapa sawit dan minyak inti

Kelapa sawit 10

Tabel 2.2. Spesifikasi Crude Palm Stearin 18

Tabel 2.3. Spesifikasi RBD Palm Stearin 18

Tabel 4.1. Data Analisis Bilangan Penyabunan dalam CPS 25

(11)

ABSTRAK

Telah dilakukan Penentuan Bilangan Penyabunan dengan metode titrasi terhadap beberapa Crude Palm Stearindan Refined Bleached Deodorized Palm Stearindari beberapa daerah. Dari hasil analisa diperoleh Bilangan Penyabunan dalam Crude Palm Stearin untuk : Daerah Jakarta 195,15 mg KOH / g ; Belawan 205,14 mg KOH

/ g ; Dumai 199,34 mg KOH / g. Dan dalam Refined Bleached Deodorized Plm

(12)

DETERMINATION OF SAPONIFICATION VALUE IN CRUDE PALM STEARIN (CPS) AND REFINED BLEACHED

DEODORIZED PALM STEARIN (RBDPS) IN PT. PALMCOCO LABORATORIES

ABSTRACT

(13)

BAB 1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kelapa sawit bukan tanaman asli Indonesia, namun kenyataanya mampu hadir di

Indonesia tumbuh dan berkembang dengan baik dan produk olahannya minyak sawit

menjadi salah satu komoditas perkebunan yang handal. Konsumsi minyak sawit dunia

yang amat besar tidak mungkin terpenuhi oleh Malaysia, Nigeria dan Pantai Gading

sebagai produsen utama.

Awal mulanya di Indonesia, kelapa sawit sekedar berperan sebagai tanaman

hias langka di Kebun Raya Bogor, dan sebagai tanaman penghias jalanan atau

pekarangan. Itu terjadi mulai tahun 1848 hingga beberapa puluh tahun sesudahnya.

Ketika itu tahun 1848, Pemerintah Kolonial Belanda mendatangkan empat bibit

kelapa sawit dari mauritius dan Amsterdam (masing-masing mengirimkan dua batang)

yang kemudian ditanam di Kebun Raya Bogor. Selanjutnya hasil anakannya

dipindahkan ke Deli, Sumatera Utara. Ditempat ini, selama beberapa puluh tahun

kelapa sawit yang telah berkembang biak hanya berperan sebagai tanaman hias

disepanjang jalan di Deli sehingga potensi yang sesungguhnya belum kelihatan.

Akhir-akhir ini minyak sawit berperan cukup penting dalam perdagangan

(14)

menggunakannya sebagai bahan baku. Berdasarkan peranan dan kegunaan minyak

sawit itu, maka mutu dan kualitasnya harus diperhatikan sebab sangat menentukan

harga dan nilai komoditas ini(Tim Penulis PS. 1998).

Proses pengolahan buah kelapa sawit untuk menghasilkan minyak sawit dapat

dilakukan dengan cara proses pemerasan daging buah kelapa sawit akan dihasilkan

minyak sawit mentah yang dikenal dengan nama Crude Palm Oil (CPO). Proses

pengolahan lebih lanjut yaitu proses fraksinasi akan dihasilkan dua macam produk,

yaitu: CP Olein merupakan bagian dari minyak kelapa sawit yang merupakan fraksi

cair; CP Stearin yang merupakan fraksi padat dari minyak kelapa sawit yang

berbentuk lemak berwarnan kuning sampai jingga kemerah-merahan. CP Stearin

digunakan selain sebagai bahan makanan dapat juga digunakan sebagai bahan baku

industri kosmetik.

Melalui proses refinasi dengan cara melakukan Bleaching dan Deodorizing

maka akan dihasilkan Olein murni yang disebut RBD Palm Olein dan RBD Palm

Stearin.RBD Palm Olein merupakan bahan baku utama dalam pembuatan minyak

goreng, sedangkan RBD Palm Stearin digunakan terutama untuk margarin disamping

itu juga untuk bahan baku industri sabun dan deterjen (http://elearning.unej.ac.id).

Mutu minyak sawit dalam arti yang pertama, yaitu mutu minyak sawit dalam

arti benar-benar murni dan tidak bercampur dengan minyak nabati lain dapat

ditentukan dengan menilai sifat-sifat fisiknya, antara lain titik lebur, angka

penyabunan dan bilangan iodin. Bilangan Penyabunan dinyatakan sebagai banyaknya

milligram KOH yang diperlukan untuk menyabunkan 1 gram minyak atau lemak.

(15)

asam lemak pada minyak. Asam lemak rantai C pendek mempunyai Bilangan

Penyabunan yang besar. Sedangkan yang kedua, yaitu mutu minyak sawit dilihat

dalam arti penilaian menurut ukuran. Dalam hal ini syarat mutunya diukur

berdasarkan Spesifikasi Standart Mutu Internasional, yang meliputi kadar asam lemak

bebas (ALB/FFA), air, kotoran, logam besi, logam tembaga, peroksida dan ukuran

pemucatan (Tim Penulis PS. 1998).

Menurut pengalaman analisis di PT. PALMCOCO LABORATORIES, hasil

analisa dengan parameter Bilangan Penyabunan terhadap mutu minyak kelapa sawit

yang diperoleh dari berbagai daerah hasilnya berbeda.

Maka dalam hal ini penulis merasa tertarik untuk memilih judul “ Penentuan Bilangan Penyabunan Dalam Crude Palm Stearindan Refined Bleached Deodorized Palm Stearin “.

1.1. Permasalahan

1. Berapa Bilangan Penyabunan dalam Crude Palm Stearin dan Refined

Bleached Deodorized Palm Stearindari daerah Belawan, Dumai dan Jakarta,.

2. Apakah Bilangan Penyabunan dalam Crude Palm Stearin dan Refined

(16)

1.2.Tujuan

1. Untuk mengetahui jumlah Bilangan Penyabunan dalam Crude Palm Stearin

dan Refined Bleached Deodorized Palm Stearinyang berasal dariv daerah

Belawan, Dumai dan Jakarta.

2. Untuk melihat apakah Bilangan Penyabunan dalam Crude Palm Stearin dan

Refined Bleached Deodorized Palm Stearin telah memenuhi standart mutu.

1.3.Manfaat

Dengan mengetahui Bilangan Penyabunan dalam Crude Palm Stearin dan

Refined Bleached Deodorized Palm Stearin dapat diketahui mutu dari minyak

(17)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kelapa Sawit

2.1.1. Sejarah Kelapa Sawit

Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis jacq) berasal dari Afrika Barat dan dikenal

di Indonesia sejak tahun 1848, ketika ditanam di Kebun Raya Bogor. Tanaman ini

merupakan tumbuhan tropis dan tergolong dalam famili Palmae, mulai diusahakan

secara komersial dalam skala perkebunan di Sumatera Utara sejak tahun 1911.

Sebelumnya mulai dilakukan percobaan penanaman di Muara Enim (1869), Musi

Hulu (1870) dan Bitung (1880).

Pada tahun 1939, Indonesia telah menjadi produsen dan eksportir minyak

sawit terbesar di dunia. Di Malaysia, perusahaan perkebunan kelapa sawit muncul

belakangan setelah Indonesia, pada awal pengusahaannyamereka menggunakan bibit

kelapa sawit Deli. Adanya perang dunia sampai dengan tahun 1968, menjadikan

perkebunan kelapa sawit Indonesia tertinggal oleh Malaysia yang sampai saat ini

masih mendominasi pasar internasional minyak sawit.

Perkebunan kelapa sawit selain menghasilkan minyak sawit mentah

(18)

menghasilkan berbagai produk turunan yang dapat dikembangkan sebagai produk

setengah jadi dan produk jadi. Produk setengah jadi meliputi Oleo Pangan (minyak

goreng, margarin dan shortening) dan Oleokimia (asam lemak, alkohol dan gliserin).

Sedangkan produk jadi terdiri dari sabun dan kosmetika (Basyar, A.H, 1999).

Kelapa sawit yang pada saat itu dibiarkan tumbuh liar di hutan-hutan telah

dikenal oleh penduduk Afrika Barat sebagai tanaman pangan yang penting, yang

diproses dengan sangat sederhana menjadikan minyak dan tuak sawit. Disamping itu

kelapa sawit mulai diperhitungkan sebagai penghasil produk dagangan sehingga di

Eropa mulai muncul Pabrik atau Industri sabun dan margarin yang menggunakan

bahan baku minyak sawit mentah (CPO; Crude palm Oil) dan minyak inti sawit

(PKO; Palm Kernel Oil) untuk proses operasionalnya. Oleh karena itu, maka

timbullah keinginan para pemilik Industri sabun dan margarin untuk mendirikan

Pabrik Minyak Sawit di daerah tersebut (Tim Penulis PS, 1998).

2.1.2. Varietas dan Bagian Tanaman Kelapa Sawit

Berdasarkan ketebalan tempurung dan daging buah, dikenaln lima variaetas kelapa

sawit, yaitu :

1. Dura

Tempurung cukup tebal antara 2-8 mm dan tidak terdapat lingkaran sabut pada

bagian luar tempurung.Daging buah relative tipis dengan persentase daging buah

terhadap buah bervariasi antara 35-50%.Kernel (daging biji) biasanya besar dengan

(19)

Dari empat pohon induk yang tumbuh di Kebun Raya Bogor, varietas ini

kemudian menyebar ketempat lain, antara lain ke negara Timur Jauh. Dalam

persilangan, varietas Dura dipakai sebagai pohon induk betina.

2. Pisifera

Ketebalan tempurung sangat tipis, bahkan hampir tidak ada tetapi daging

buahnya tebal.Persentase daging buah terhadap buah cukup tinggi, sedangkan daging

buah tipis. Jenis Pisifera tidak dapat diperbanyak tanpa menghilangkan dengan jenis

yang lain. Varietas ini dikenal sebagai tanaman batina yang steril sebab bungan betina

gugur pada fase dini.Oleh sebab itu, dalam persilangan dipakai sebagai pohon induk

jantan.Penyerbukan silang antara Pisifera dengan Duraakan menghasilkan varietas

Tenera.

3. Tenera

Varietas ini mempunyai sifat-sifat yang berasal dari kedua induknya, yaitu

Dura dan Pisifera.Varietas inilah yang banyak ditanam diperkebunan-perkebunan

pada saat ini. Tempurung sudah menipis, ketebalannya berkisar antara 0,5-4 mm, dan

terdapat lingkaran serabut disekelilingnya. Persentase daging buah terhadap buah

tinggi antara 60-96%.Tandan buah yang dihasilkan oleh Tenera lebih banyak daripada

Dura, tetapi ukuran tandannya relatif lebih kecil.

4. Macro Carya

(20)

5. Diwikka-wakka

Varietas ini mempunyai ciri khas dengan adanya dua lapisan daging

buah.Diwikka-wakka dapat dibedakan menjadi wakkadura,

Diwikka-wakkafera dan Diwikka-wakkatenera.Dua varietas kelapa sawit yang disebutkan

terakhir ini jarang dijumpai dan kurang begitu dikenal di Indonesia.

Perbedaan ketebalan daging buah kelapa sawit menyebabkan perbedaan

persentase atau rendemen minyak yang dikandungnya.Rendemen minyak tinggi

terdapat pada varietas Tenera yaitu sekitar 22-24%, sedangkan pada varietas Dura

antara 16-18%.Jenis kelapa sawit yang diusahakan tentu saja yang mengandung

rendemen minyak tinggi sebab minyak sawit merupakan hasil olahan yang

utama.Sehingga tidak mengherankan jika lebih banyak perkebunan yang menanam

kelapa sawit dari varietas Tenera (Tim Penulis PS, 1998).

2.1.3. Pengolahan Buah Kelapa Sawit

Tanaman kelapa sawit secara umum waktu tumbuh rata-rata 20-25 tahun. Pada tiga

tahun pertama disebut sebagai kelapa sawit muda hal ini dikarenakan kelapa sawit

tersebut belum menghasilkan buah. Kelapa sawit mulai berbuah pada usia empat

sampai enam tahun. Dan pada usia tujuh sampai sepuluh tahun disebut sebagai

periode matang, dimana periode tersebut mulai menghasilkan buah tandan segar.

Terkadang pada usia 20-25 tahun tanaman kelapa sawit mati, semua

komponen buah sawit dapat dimanfatkan secara maksimal. Buah sawit memiliki

(21)

Oil (CPO) sedangkan buah sawit diolah menjadi Palm Kernel dan cangkang biji sawit

dapat digunakan sebagai bahan bakar ketel uap.

Ketel uap merupakan suatu bejana yang digunakan sebagai tempat untuk

memproduksi uap sebagai hasil pemanasan air pada temperatur tertentu untuk

dipergunakan diluar bejana tersebut. Sebagai sebuah unit produksi, Industri Kelapa

Sawit memerlukan sumber energi untuk menggerakkan mesin-mesin dan peralatan

lain yang memerlukan tenaga dalam jumlah besar.

Produk minyak goreng yang keras (stearin) dan lebih cair (olein) dihasilkan

dari proses fraksinasi. Fraksinasi minyak sawit dapat dilakukan karena trigliserida

didalam minyak mempunyai titik leleh yang berbeda. Trigliserida yang mempunyai

titik leleh lebih rendah akan mengkristal menjadi padatan sehinggga memisahkan

minyak sawit menjadi fraksi cair (olein) dan fraksi padat (stearin). Fraksi yang

terbentuk kemudian dipisahkan dengan penyaringan.

Fraksinasi minyak sawit menjadi olein sawit dan stearin sawit di Indonesia

dilakukan dengan dua jenis proses yang dikenal sebagai fraksinasi kering dan

fraksinasi basah. Bahan baku yang digunakan dalam pabrik fraksinasi minyak sawit

berupa Refined Bleached Deodorised Palm Oil (RBD PO) yang menghasilkan produk

utama Refined Bleached Deodorised Palm Olein (RBD PL, olein) dan produk

sampingan Refined Bleached Deodorised Palm Stearin (RBD PS, stearin). Fraksinasi

kering digunakan untuk memisahkan olein sawit dan stearin sawit dari RBD PO yang

diolah secara fisik. RBD PO dialirkan ke proses fraksinasi untuk mendapatkan

(22)

2.2. Miyak Kelapa sawit

2.2.1. Komposisi Minyak Kelapa Sawit

Kelapa sawit mengandung kurang lebih 80% dan 20% buah yang dilapisi kulit yang

tipis; kadar minyak dalam prikarp sekitar 34-40%. Minyak kelapa sawit adalah lemak

semi padat yang mempunyai komposisi yang tetap.

Perbedaan jenis asam lemak penyusunnya dan jumlah rantai asam lemak

dalam minyak sawit dan minyak inti sawit menyebabkan kedua jenis minyak tersebut

mempunyai sifat yang berbeda dalam kepadatan. Minyak sawit dalam suhu kamar

bersifat setengah padat, sedangkan pada suhu yang sama minyak inti sawit berbentuk

cair. Jika terjadi penguraian minyak sawit, misalnya dalam proses pengolahan maka

akan didapatkan berbagai jenis asam lemak. Masing-masing bahan kimia tersebut

mempunyai ruang lingkup penggunaan yang tidak sama, sehingga dari bahan itu dapat

dikembangkan menjadi produk yang siap pakai atau bahan setengah jadi.

Tabel.2.1. Komposisi asam lemak minyak kelapa sawit dan minyak inti kelapa sawit

Asam Lemak Minyak Kelapa sawit

(persen)

(23)

2.2.2. Pemurnian Minyak Sawit

Tujuan utama dari proses pemurnian minyak adalah untuk menghilangkan rasa serta

bau yang tidak enak, warna yang tidak menarik dan memperpanjang masa simpan

minyak sebelum dikonsumsi atau digunakan sebagau bahan mentah dalam industri.

Minyak sawit yang keluar dari tempat pemerasan atau pengepresan masih

berupa minyak sawit kasar karena masih mengandung kotoran berupa partikel-partikel

dari tempurung dan serabut serta 40-50% air. Agar diperoleh minyak sawit yang

bernutu baik, minyak sawit kasar tersebut diolah lebih lanjut yaitu dialirkan dalam

tangki minyak kasar (Crude Oil Tank). Setelah melalui pemurnian yang bertahap,

akan menghasilkan minyak sawit mentah Crude Palm Oil). Proses penjernihan

dilakukan untuk menurunkan kandungan air dalam minyak. Minyak sawit yang telah

dijernihkan ditampung dalam tangki-tangki penampungan dan dipasarkan atau

mengalami pengolahan lebih lanjut sampai dihasilkan minyak sawit murni dan hasil

olahan lainnya.

Pada umumnya minyak untuk tujuan bahan pangan dimurnikan melalui tahap

proses sebagai berikut :

1. Netralisasi

Netralisasi ialah suatu proses untuk memisahkan asam lemak bebas dengan

basa atau pereaksi lainnya sehingga membentuk sabun. Pemisahan asam lemak bebas

(24)

2. Pemucatan (Bleaching)

Pemucatan ialah suatu tahap proses pemurnian untuk menghilangkan zat-zat

warna yang tidak disukai dalam minyak dengan sejumlah adsorben, seperti tanah

serap (Fuller Erath), lempung aktif (Activated Clay) dan arang aktif atau dapat juga

dengan menggunakan bahan kimia.

Pemucatan minyak dengan bahan kimia banyak digunakan terhadap minyak

untuk tujuan bahan pangan. Keuntungan penggunaan bahan kimia sebagai bahan

pemucat adalah karena hilangnya sebagian minyak dapat dihindarkan dan zat warnab

diubah menjadi zat tidak berwarna yang tetap tinggal dalam minyak. Kerugiannya

ialah karena kemungkinan terjadi reaksi antara bahan kimia dan trigliserida sehingga

menurunkan flavor minyak.

3. Deodorisasi

Deodorisasi adalah suatu tahap proses pemurnian minyak yang bertujuan

untuk menghilangkan bau dan rasa (flavor) yang tidak enak dalam minyak. Prinsip

proses deodorisasi yaitu penyulingan minyak dengan uap panas dalam tekanan

atmosfer atau keadaan vakum. Proses deodorisasi perlu dilakukan terhadap minyak

yang digunakan untuk bahan pangan. Beberapa jenis minyak yang baru diekstrak

mengandung flavor yang baik untuk tujuan bahan pangan, sehingga tidak memerlukan

proses deodorisasi; misalnya lemak susu, lemak cokelat dan minyak jagung.

Proses deodorasi pada suhu tinggi, komponen yang menimbulkan bau dalam

minyak akan lebih mudah menguap sehingga komponen tersebut diangkut dari

(25)

deodorasi dapat disebabkan oleh proses oksidasi, mikroba dan ion logam yang

merupakan katalisator dalam proses oksidasi minyak(Ketaren. S, 1986).

2.2.3. Pemanfaatan Minyak Sawit

Minyak sawit dapat dimanfaatkan diberbagai industri karena memiliki susunan dan

kandungan gizi yang cukup lengkap. Industri yang banyak menggunakan minyak

sawit sebagai bahan baku adalah industri pangan serta industri non pangan seperti

kosmetik dan farmasi. Minyak sawit yang digunakan sebagai produk pangan

dihasilkan dari minyak sawit maupun minyak inti sawit. Produksi CPO indonesia

sabagian besar difraksinasi sehingga dihasilkan fraksi olein cair dan fraksi stearin

padat. Fraksi olein tersebut digunakan untuk memenuhi kebutuhan domestik sebagai

pelengkap minyak goreng dari minyak kelapa.

Kebutuhan mutu minyak sawit yang digunakan sebagai bahan baku industri

pangan dan non pangan masing-masing berbeda. Oleh karena itu keaslian, kemurnian,

kesegaran maupun aspek higienisnya harus lebih diperhatikan. Rndahnya mutu

minyak sawit sangat ditentukan oleh banyak faktor. Faktor-faktor tersebut dapat

langsung dari sifat induk pohonnya, penanganan atau kesalahan selama pemrosesan

dan pengangkutan.

Sebagai bahan baku untuk minyak makan, minyak sawit antara lain digunakan

dalam bentuk minyak goreng, margarin, butter, vanaspati, shortening dan bahan

untuk membuat kue-kue. Sebagai bahan pangan, minyak sawit mempunyai beberapa

(26)

diketahui berfungsi sebagai anti kanker. Disamping itu, minyak goreng yang terbuat

dari buah sawit memiliki kemantapan kalor yang tinggi dan tidak mudah teroksidasi.

Oleh karena itu, minyak sawit sebagai minyak goreng bersifat lebih awet dan

makanan yang digoreng dengan menggunakan minyak sawit tidak cepat tengik.

Bentuk olahan pangan lain yang menggunakan bahan baku minyak sawit

adalah margarin. Margarin ini dibuat dari campuran olein, minyak inti sawit dan

stearin. Di indonesia, kualitas margarin yang dibuat dari seluruh komponen minyak

sawit tergolong masih rendah. Margarin yang berkualitas seperti itu digunakan untuk

pabrik roti. Dalam penggunaannya sebagai bahan margarin, minyak sawit masih

memiliki kekurangan terutama bila dikonsumsi di daerah dingin.

Minyak sawit mempunyai potensi yang cukup besar untuk digunakan di

industri non pangan. Produk non pangan yang dihasilkan dari minyak sawit dan

minyak inti sawit diproses melalui proses hidrolisis untuk menghasilkan asam lemak

dan gliserin (Fauzi, Y. 2002).

2.3. CrudePalm Stearindan RBD Palm Stearin

Kelapa sawit selain menghasilkan minyak sawit mentah (CPO) dan minyak inti sawit

(PKO) juga menghasilkan berbagai produk turunan yang dapat dikembangkan sebagai

produk setengah jadi dan produk jadi. Produk setengah jadi meliputi Oleopangan

(minyak goreng dan margarin, dan shortening) dan Oleokimia (fatty acids, fatty

alkohol dan glyserin). Produk jadi terdiri dari sabun dan kosmetik (Basyar, A.H,

(27)

Produk Turunan Kelapa Sawit merupakan manfaat yang didapat dari

pengolahan lebih lanjut dari kelapa sawit yaitu minyak dasar yang dihasilkannya dari

kelapa sawit (Crude Palm Oil).Olahan lebih lanjutnya bisa berbentuk RBD Palm Oil

maupun produk turunan lainya. Produk-produk ini dibuat berdasarkan spesifikasi

kelapasawit yang di panen yaitu ALB,air, kotoran, logam besi, logam tembaga,

peroksida, dan ukuran pemucatan. Produkminyak kelapa sawit sebagai bahan

makanan mempunyai dua aspek kualitas. Aspek pertama berhubungan dengan kadar

dan kualitas asam lemak, kelembaban dan kadar kotoran. Aspek kedua berhubungan

dengan rasa, aroma dan kejernihan serta kemurnianproduk. Berdasarkan faktor-faktor

mutu tersebut, maka didapat hasil pengolahanKelapa Sawit seperti : Crude Palm Oil,

Crude Palm Stearin, RBD Palm Oil, RBD Olein, RBD Stearin, Palm Kernel, Palm

Kernel Oil, Palm Kernel Fatty Acid, Palm Kernel Expeller (PKE), Palm Kernel Pellet

(http://www.attayaya.net/2010/07/produk-turunan-kelapa-sawit).

Hasil pengolahan Kelapa Sawit adalah Crude Palm Oil yang mengalami

fraksinasi menghasilkan CP Olein dan CPS. Selanjutnya CP Olein mengalami

pemurnian menghasilkan RBD Palm Olein dan CPS mengalami pemurnian

menghasilkan RBD PS.

Crude Palm Stearin merupakan lemak berwarna kuning sampai jingga

kemerah-merahan yang diperoleh dari fraksinasi CPO. Crude Palm Stearin memiliki

kadar FFA sebesar 5% dan nilai titik lunak sekitar 480 C. RBD Palm Stearin

merupakan fraksi lemak yang berasal dari CPO yang telah mengalami refinasi

(28)

sama dengan Crude Palm Stearin, hanya warnanya lebih kuning

(http://martantiya.wordpress.com/).

Fraksi stearin selain sebagai bahan makanan, dapat juga digunakan sebagai

bahan industri Oleokimia. Oleokimia adalah bahan baku industri yang diperoleh dari

minyak nabati, termasuk diantaranya adalah minyak sawit dan minyak inti sawit.

Produksi utama minyak yang digolongkan dalam oleokemikal adalah asam lemak,

lemak alkohol, asam amino, metil ester dan gliserin yang dapat digunakan sebagai

sebagai bahan baku industri termasuk industri kosmetik dan aspal. Oleokimia juga

digunakan dalam pembuatan bahan detergen, cat dan lilin (Fauzi. Y, 2002).

2.3.Penentuan Bilangan Penyabunan

Hidrolisis lemak dengan basa menghasilkan gliserol dan garam asam lemak adalah

proses penyabunan dan garam yang dihasilkannya disebut sabun. Sifat sabun yang

dapat membersihkan disebabkan oleh sifat pengemulsi yang dimilikinya.

Bilangan penyabunan didefenisikan sebagai banyaknya milligram KOH yang

diperlukan untuk menyabunkan 1 gram lemak atau minyak. Untuk tiap molekul lemak

diperlukan 3 molekul KOH untuk menyabunkannya. Karena itu makin besar molekul

lemak makin kecil angka penyabunannya. Jadi dengan menentukan angka

penyabunan, berat atau ukuran molekul lemak dapat diperkirakan (Girindra, A. 1990).

Minyak yang tersusun oleh asam lemak rantai C pendek berarti mempunyai

berat molekul relatif kecil yang akan mempunyai angka penyabunan yang besar.

(29)

lemak berantai pendek. Angka penyabunan minyak kelapa sawit tergolong tinggi

disebabkan oleh karena tersusun dari asam laurat yang merupakan asam lemak jenuh

dengan berat molekul rendah. Bilangan Penyabunan yang tinggi lebih ekonomis

dalam industri pembuatan sabun. Jadi semakin tinggi Bilangan Penyabunan suatu

minyak, maka minyak tersebut semakin baik untuk dijadikan sebagai bahan baku

dalam pembuatan sabun. (http://www.scribd.com).

2.4.Standar Mutu

Standar mutu adalah merupakan hal yang penting untuk menentukan kualitas minyak

atau lemak. Ada beberapa standar mutu yang digunakan untuk menentukan kualitas

dari minyak sawit dan minyak inti sawit. Perbedaan standar mutu ini didasarkan pada

kebutuhan dan konsumennya. Ada beberapa yang faktor yang menentukan standar

mutu minyak atau lemak, antara lain adalah : kadar air dan kotoran dalam minyak,

kandungan asam lemak bebas, warna dan bilangan peroksida.

Faktor lain yang mempengaruhi standar mutu minyak adalah titik cair,

kandungan gliserida, kejernihan, kandungan logam berat, bilangan penyabunan,

bilangan iodin, sifat pohon induknya, penanganan serta kesalahan selama pemrosesan

dan pengangkutan.

Mutu minyak kelapa sawit yang baik mempunyai kadar air yang kurang dari

0,1 % dan kadar kotoran lebih dari 0,01%, kandungan asam lemak bebas serendah

mungkin yaitu (kurang lebih dari 2% atau kurang), bilangan peroksida dibawah 2,

(30)

jernih dan kandungan logam berat harus serendah mungkin atau bebas dari ion logam

(Ketaren. S, 1986).

Tabel.2.2. Spesifikasi Crude Palm Stearin

Bilangan Asam 35 Max

Bilangan Penyabunan 193 To 206

Bilangan Iodin 35 To 45

Unsaponifiable Matter 1 Max

Moisture and Impurities 1 Max

Warna 35 Max

Sumber : PT Palmcoco Laboratories

Tabel.2.3. Spesifikasi Crude Palm Stearin

Asam Lemak Bebas 0.2 Max

Bilangan Penyabunan 193-205

Unsaponifiable matter 0.30-0.90

Bilangan Asam 0.1

Moisture and Impurities 0.10 Max

Titik Lebur 44-56 Max

Bilangan Iodin (WIJS) 22-46 Max

Warna (51/4” Lovibond Cell) 3.0R / 30Y Max

(31)

BAB 3

METODOLOGI PERCOBAAN

3.1. Alat dan Bahan

3.1.1. Alat – alat

− Heating mantle -

− Neraca analitik Sartorius

− Erlenmeyer 250 ml pyrex

− Pipet volume 25 ml, 50ml pyrex

− Baeker glass 50 ml, 250 ml pyrex

− Statif dan klem -

− Buret 50 ml duran

− Hot plate HJ-3

− Oven memmert 30 – 230oC

− Magnetic stirer spinbarr

− Labu takar 100 ml, 250 ml, 500 ml, 1000 ml pyrex

− Spatula -

− Pendingin udara (Air Condensor) 60 cm -

(32)

Crude Palm Stearin

Refined Bleached Deodorized Palm Stearin

− Alkohol absolute

− KOH Pellet

− Serbuk Phenolfthalein (PP)

− HCl 0,5 N

− Aquadest

− HCl (p) 37 %

− Kristal H2C2O4

3.2. Persiapan Analisa

3.2.1. Penyediaan Sampel

Sampel yang diperlukan untuk analisa Bilangan Penyabunan adalah Crude

Palm Stearin dan Refined Bleached Deodorized Palm Stearin. Sebelum dilakukan

analisa, maka sampel Crude Palm Stearin dan Refined Bleached Deodorized Palm

Stearin dipersiapkan terlebih dahulu dengan cara memanaskan sampel didalam Oven

pada suhu 800 C selama 15 menit agar sampel homogen dan mudah dalam melakukan

(33)

3.2.2. Pembuatan Larutan Pereaksi

3.2.2.1. Prosedur Pembuatan Larutan KOH Alkohol 0,5 N

− Ditimbang sebanyak 14,10 gram KOH pellet.

− Dilarutkan dengan Alkohol Absolute.

− Dimasukkan kedalam labu takar 500 ml kemudian diencerkan dengan

alkohol absolute sampai garis batas. − Dihomogenkan dengan stirrer.

3.2.2.2. Prosedur Pembuatan Larutan H2C2O4 0,1 N

− Dikeringkan Kristal H2C2O4.2H2O secukupnya dalam oven selama 1

jam.

− Didinginkan dalam desikator selama 30 menit.

− Ditimbang H2C2O4.2H2O sebanyak 3,17 gram kedalam beaker glass.

− Dilarutkan dengan aquadest.

− Dimasukkan dalam labu takar 500 ml kemudian diencerkan dengan

aquadest sampai garis tanda. − Dihomogenkan dengan stirrer.

3.2.2.3. Prosedur Pembuatan Indikator Phenolfthalein 1 %

− Ditimbang sebanyak 1 gram serbuk Phenolpthalein.

− Dilarutkan dengan Alkohol Absolute.

− Dimasukkan kedalam labu takar 100 ml dilarutkan dengan Alkohol

Absolute sampai garis batas.

(34)

3.2.2.4. Prosedur Pembuatan KOH 0,0798 N

− Ditimbang 5,8 gram KOH Pellet.

− Dilarutkan dengan aquadest.

− Dimasukkan dalam labu takar 1000 ml kemuadian diencerkan dengan

aquadest sampai garis tanda. − Dihomogenkan dengan stirrer.

3.2.2.5. Prosedur Standarisasi KOH 0,0798 N

− Dipipet 5 ml larutan H2C2O4 .2H2O 0.1 N kemudian dimasukkan

kedalam Erlenmeyer 100 ml.

− Ditambahkan 3 tetes indicator phenolpthalein 1 %.

− Dititrasi dengan larutan KOH sampai terbentuk larutan merah rose.

− Dicatat volume KOH yang digunakan.

− Dihitung Normalitas actual larutan KOH.

Perhitungan V1 . N1 = V2 . N2

3.2.2.6. Prosedur Pembuatan Larutan HCl 5 N dari HCL (p) 37 %

− Ditimbang sebanyak 49,40 gram larutan HCl(p) 37%.

− Dimasukkan aquadest sebanyak 20 ml kedalam labu takar 100 ml

− Ditambahkan larutan HCl (p) 37% melalui dinding labu takar secara

perlahan-lahan.

(35)

− Dihomogenkan dengan stirrer.

3.2.2.7. Prosedur Pembuatan Larutan HCl 0,4580 N dari HCl 5 N

− Dipipet sebanyak 25 ml larutan HCl 5 N dengan pipet volume.

− Dimasukkan kedalam labu takar 250 ml.

− Diencerkan dengan aquadest sampai garis batas.

− Dihomogenkan dengan stirrer.

3.2.2.8. Prosedur Standarisasi Larutan HCl 0,4580 N

− Dipipet sebanyak 5 ml larutan HCl 0,5 N.

− Dimasukkan kedalam Erlenmeyer.

− Ditambahakn indikator Phenolpthalein 1% sebanyak 3 tetes.

− Dititrasi dengan larutan KOH 0,0798 sampai terjadi perubahan warna

dari bening menjadi pink.

− Dihitung Normalitas actual larutan HCl.

(36)

3.3. Proses Analisa

3.3.1. Penentuan Bilangan Penyabunan

3.3.1.1. Perlakuan Untuk Larutan Blanko

− Dipipet larutan KOH alkohol 0,5 N sebanyak 50 ml dengan pipet

volume.

− Dimasukkan kedalam Erlenmeyer.

− Diekstraksi bolak-balik selama 1 jam kemudian didinginkan.

− Ditambahkan indikator Phenolpthalein 1%.

− Dititrasi dengan larutan HCl 0,4580 N sampai terjadi perubahan warna

dari pink menjadi bening.

3.3.1.2. Perlakuan Untuk Sampel

− Dipanaskan sampel didalam oven.

− Ditimbang sampel sebanyak 1 gram didalam Erlenmeyer.

− Ditambahkan larutan KOH alkohol 0,5 N sebanyak 50 ml dengan pipet

volume.

− Diekstraksi bolak-balik selama 1 jam kemudian didinginkan.

− Ditambahkan indikator Phenolpthalein 1%.

− Dititrasi dengan larutan HCl 0,4580 N sampai terjadi perubahan warna

(37)

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Data Analisa

Data analisis yang telah dilakukan maka bilangan penyabunan dari Crude Palm

Stearin dapat dilihat pada tabel 4.1 dan bilangan penyabunan dari RBD Palm Stearin

dapat dilihat pada tabel 4.2.

Tabel 4.1. Data Analisis Bilangan Penyabunan dalam CPS

Kode Berat

Sampel N.HCl V.Blanko V.Sampel

(38)

Keteranga: I-A = Sampel CPS yang berasal dari Jakarta

I-B = Sampel CPS yang berasal dari Belawan

I-C = Sampel CPS yang berasal dari Dumai

Tabel 4.2. Data Analisis Bilangan Penyabunan dalam RBD PS

Kode Berat

Sampel N.HCl V.Blanko V.Sampel

Bilangan

Keteranga: II-A = Sampel RBDPS yang berasal dari Jakarta

II-B = Sampel RBDPS yang berasal dari Belawan

II-C = Sampel RBDPS yang berasal dari Dumai

4.2. Perhitungan

������������������ (�����/�) =(� − �)��

(39)

Keterangan :

A = V.HCl Titrasi Blanko (ml)

B = V. HCl Titrasi Sampel (ml)

N = Normalitas KOH (N)

W = Berat Sampel (g)

Contoh perhitungan:

������������������ (�����/�) =(� − �)��

� � 56,1

=

(42,20− 34,50)x 0,4580

1,0060

56,1

= 196,66 mg KOH/g

4.3. Pembahasan

Bilangan penyabunan menyatakan banyaknya milligram KOH yang diperlukan untuk

menyabunankan 1 gram minyak atau lemak.

Dari data hasil penelitian diperoleh rata-rata bilangan penyabunan dalam

sampel RBD. Palm Stearin (194,75 mg KOH/g sampai 203,30 mg KOH/g) yang lebih

rendah dari pada rata-rata bilangan penyabunan dalam Crude Palm Stearin (195,15

mg KOH/g sampai 205,14 mg KOH/g).

Standart mutu minyak untuk RBD. Palm Stearin untuk parameter Bilangan

(40)

minyak untuk Crude Palm Stearin untuk parameter Bilangan Penyabunan adalah 193

mg KOH/g sampai 206 mg KOH/g.

Faktor yang menyebabkan perbedaan Bilangan Penyabunan dalam sampel

RBD. Palm Stearin dan Crude Palm stearin adalah adanya Asam Lemak Jenuh Stearat

yang lebih banyak dalam RBD. Palm Stearin dibandingkan dengan Asam Lemak

Jenuh Stearat yang terdapat dalam sampel Crude Palm Stearin. Faktor lain yang

menyebabkan perbedaan bilangan penyabunan, diantarannya adalah makin besar berat

molekul lemak makin kecil angka penyabunannya, penimbangan sampel yang tidak

(41)

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1.Kesimpulan

− Bilangan Penyabunan yang terdapat dalam sampel CPSdan RBDPS yang

berasal dari daerah Belawan 205,14 dan 203,30 mg KOH/g;Dumai 199,34 dan

199,88 mg KOH/g dan Jakarta 195,15 dan 194,75 mg KOH/g.

− Bilangan Penyabunan yang diperoleh pada penelitian sesuai dengan standart

mutu yaitu: CPS 193 - 206 mg KOH/g; RBD PS 193 - 205 mg KOH/g.

5.2. Saran

− Disarankan kepada peneliti selanjutnya agar melakukan penelitian penentuan

Bilangan Penyabunan pada sampel Crude Palm Oil dan Refined Bleached

Deodorized Palm Oil.

− Disarankan kepada peneliti selanjutnya agar melakukan penelitian penentuan

Bilangan Asam, Bilangan Iodin pada sampel Crude Palm Stearin dan Refined

(42)

DAFTAR PUSTAKA

Basyar, A.H. 1999. Perkebunan Besar Kelapa Sawit. Indonesia : E-law dan Cepas.

Fauzi, Y. 2002. Kelapa Sawit Budidaya Pemanfaatan Hasil dan Limbah Analisa Usaha dan Pemasaran. Jakarta : Penebar swadaya.

Girindra, A. 1990. Biokimia I. Jakarta : PT Gramedia.

Ketaren, S. 1986. Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan. Jakarta : Penerbit Universitas Indonesia.

Pahan, I. 2008. Panduan Lengkap Kelapa Sawit. Jakarta : Penebar swadaya.

Tim Penulis PS. 1998. Kelapa Sawit Usaha Budidaya, Pemanfaatan Hasil, dan Aspek Pemasaran. Jakarta : Penebar swadaya.

http://elearning.unej.ac.id

http://www.scribd.com

http://martantiya.wordpress.com/

Gambar

Tabel.2.1. Komposisi asam lemak minyak kelapa sawit dan minyak inti kelapa
Tabel.2.3. Spesifikasi Crude Palm Stearin
Tabel 4.1. Data Analisis Bilangan Penyabunan dalam CPS
Tabel 4.2. Data Analisis Bilangan Penyabunan dalam RBD PS

Referensi

Dokumen terkait

Analisa blok yang dibuat memungkinkan kita untuk dapat memahami bagaimana cara suatu alat pemancar ini dapat bekerja dengan baik dalam menyampaikan informasinya, sehingga

Kebijakan akuntansi yang dipergunakan dalam penyusunan Laporan Keuangan Pemerintah Kota Surabaya Tahun 2011 berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang

Laporan tugas akhir ini hanya membahas tentang bagaimana prinsip kerja alat untuk menciptakan gelombang air pada kolam ikan air tenang mulai dari sumber energi

Agribisnis Ternak Unggas Pedaging 420.. Agribisnis Ternak Unggas

Penerapan Enkripsi OpenSSL untuk Meningkatkan Keamanan Transfer Data dalam Web Server Melalui File Transfer Protocol (FTP) Server yang dibimbing oleh:. Prihanto Ngesti

TOPSIS adalah salah satu metode pengambilan keputusan multikriteria atau alternative pilihan yang merupakan alternative yang mempunyai jarak terkecil dari solusi

ATN dengan skor 59 dengan kategori rendah (keterampilan berpikir kritis rendah), maka dari beberapa poin angket yang berhubungan dengan berpikir kritis dapat

Setelah amandemen, Kedudukan DPR diperkuat sebagai lembaga legislatif dan fungsi serta wewenangnya lebih diperjelas seperti adanya peran DPR dalam pemberhentian presiden,