• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penetapan Kadar Asam Lemak Bebas Pada RBDPO (Refined Bleached Deodorized Palm Oil) yang Digunakan dalam Pembuatan Mie Instan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Penetapan Kadar Asam Lemak Bebas Pada RBDPO (Refined Bleached Deodorized Palm Oil) yang Digunakan dalam Pembuatan Mie Instan"

Copied!
34
0
0

Teks penuh

(1)

PENETAPAN KADAR ASAM LEMAK BEBAS PADA REFINED BLEACHED DEODORIZED PALM OIL (RBDPO) YANG DIGUNAKAN DALAM

PEMBUATAN MIE INSTAN

TUGAS AKHIR

OLEH:

TINA WARNI HASIBUAN NIM 082410015

PROGRAM STUDI DIPLOMA III ANALIS FARMASI DAN MAKANAN FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(2)

LEMBAR PENGESAHAN

PENETAPAN KADAR ASAM LEMAK BEBAS PADA REFINED BLEACHED DEODORIZED PALM OIL (RBDPO) YANG DIGUNAKAN DALAM

PEMBUATAN MIE INSTAN TUGAS AKHIR

Diajukan Untuk Melengkapi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Ahli Madya Pada Program Studi Diploma III Analis Farmasi dan Makanan

Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara

Oleh:

TINA WARNI HASIBUAN NIM 082410015

Medan, 5 Juli 2011

Disetujui Oleh: Dosen Pembimbing,

Drs. Panal Sitorus, M.Si., Apt. NIP 19531030198003100

Disahkan Oleh: Dekan,

(3)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, atas segala

limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas

Akhir ini. Tak lupa pula penulis ucapkan salawat dan salam kepada junjungan kita

nabi besar Muhammad SAW, yang membimbing kita menuju hidayah Allah SWT

serta menjadi tauladan dalam mencapai izzatul Islam.

Penulisan Tugas Akhir ini merupakan persyaratan dalam mencapai Ahli Madya

Farmasi Program Studi Diploma Tiga (D-3) yang di tetapkan menurut kurikulum

program studi Analis Farmasi dan Makanan Fakultas Farmasi Universitas Sumatera

Utara. Tugas Akhir ini merupakan hasil Praktek Lapangan di PT. INDOFOOD CBP

SUKSES MAKMUR Tbk. Adapun judul Tugas Akhir ini adalah “Penetapan Kadar

Asam Lemak Bebas Pada RBDPO (Refined Bleached Deodorized Palm Oil) yang

Digunakan dalam Pembuatan Mie Instan”.

Tak lupa penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang

telah memberi dukungan dan bantuan kepada penulis, sehingga penulis dapat

menyelesaikan Tugas Akhir ini dengan baik dan dengan kerendahan hati penulis juga

ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra. Apt., selaku Dekan Farmasi.

2. Bapak Drs. Panal Sitorus, M.Si., Apt., selaku dosen pembimbing pada

penyelesaian Tugas Akhir ini yang telah memberikan panduan dan

(4)

3. Bapak Pantas M Siahaan, selaku pembimbing lapangan dan Quality Control

(QC) proses Spv di PT. Indofood CBP Sukses Mkmur Tbk yang selalu

memberikan bimbingan dan arahan sehingga penulis dapat menyelesaikan

Tugas Akhir ini

4. Kedua Orang Tua penulis Ayahanda Kholil Rasyid Hasibuan dan Ibunda

Ummi Kalsum Siregar yang telah memberikan cinta dan kasih sayang yang

tidak ternilai dengan apapun, semoga Allah SWT memberikan limpahan

Rahmat dan Karunia-Nya kepada orang tua penulis

5. Bapak dan Ibu Dosen dan staf pegawai Fakultas Farmasi USU yang telah

bayak membantu penulis

6. Karyawan dan staf PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk, Ibu Lisna Elvi,

Ibu Etty, Ibu Isna, Ibu Suci Triyani, Ibu Ika, Bapak Ruskan, Bapak Fernando,

Bapak Markam, Bapak Harry, Bapak Darwin, Bapak Ngatiman dll, yang

membantu penulis selama melaksanakan Praktek Kerja Lapangan.

7. Sahabat-sahabatku Risna, Jully, Dinar, Ofa, April, dan saudara-saudaraku

Irda, Rina, Disna, Nirwan, Syahdi, Syifa, Hendryk dan Nehri yang telah

memberi dukungan dan semangat serta turut membantu penulis dalam

penyelesaikan Tugas Akhir ini.

8. Semua rekan-rekan Mahasiswa Analis Farmasi dan Makanan Angkatan 2008

dan Senior Angkatan 2007 yang telah memberikan saran dan dukungan bagi

(5)

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penulisan Tugas Akhir ini masih jauh

dari sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat

membangun dari berbagai pihak demi kesempurnaan penulisan yang akan datang.

Akhir kata penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada pembaca, semoga

Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan bagi kita semua semoga Allah

SWT memberikan Rahmad dan Karunia-Nya atas bantuan yang di berikan kapada

penulis.

Medan, 5 Juli 2011

Penulis,

(6)

DAFTAR ISI

Lembar Judul ... i

Lembar Pengesahan ... ii

Kata Pengantar ... iii

Daftar Isi ... iv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Tujuan ... 3

1.3 Manfaat ... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 4

2.1 Lemak dan Minyak ... 4

2.1.1 Sifat Fisika Kimia Lemak dan Minyak ... 6

2.1.1.1Sifat Fisika Lemak dan Minyak ... 6

2.1.1.2 Sifat Kimia Lemak dan Minyak ... 6

2.1.2 Sumber dan Jenis Lemak dan Minyak ... 8

2.1.2.1 Sumber Dari Tanaman (nabati) ... 8

2.1.2.2 Sumber Dari Hewani ... 8

2.2 Asam Lemak ... 9

2.3 Asam Lemak Bebas ... 9

2.4 Proses Ketengikan Pada Minyak ... 11

2.5 Penetapan Kadar Asam Lemak Bebas ... 12

2.6 Refined Bleached Deodorized Palm Oil (RBDPO) ... 12

2.6.1 Pemurnian (Refining) ... 13

(7)

2.6.3 Deodorasi (Deodorized) ... 14

2.6.4 Penyulingan Asam Lemak ... 14

2.6.5 Fraksinasi Kering ... 14

2.7 Penyimpanan Lemak dan Minyak ... 15

BAB III METODOLOGI ... 16

3.1 Bahan-bahan ... 16

3.2 Alat-alat ... 16

3.3 Cara Karja ... 16

3.4 Perhitungan ... 17

3.5 Persyaratan ... 17

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 18

4.1 Hasil ... 18

4.2 Pembahasan ... 18

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 20

5.1 Kesimpulan ... 20

5.2 Saran ... 21

DAFTAR PUSTAKA ... 22

LAMPIRAN 1 ... 23

(8)

LAMPIRAN 1 Perhitungan Penetapan Kadar Asam Lemak Bebas

1. Perhitungan penetapan kadar asam lemak bebas pada RBDPO hari pertama

N KOH = 0,0485 N

V KOH = 0,40 ml

W = 10,20 gram

256 = BM asam palmitat

% ALB = x 100% = 0,0487%

2. Perhitungan penetapan kadar asam lemak bebas pada RBDPO hari ke 2

N KOH = 0,0480 N

V KOH = 0,36 ml

W = 10,03 gram

256 = BM asam palmitat

% ALB = x 100% = 0,0441%

3. Perhitungan penetapan kadar asam lemak bebas pada RBDPO hari ke 3

N KOH = 0,0483 N

V KOH = 0,37 ml

W = 10,06 gram

(9)

% ALB = x100% = 0.0454%

4. Perhitungan penetapan kadar asam lemak bebas pada RBDPO hari ke 4

N KOH = 0,0469 N

V KOH = 0,35 ml

W = 10,00 gram

256 = BM asam palmitat

% ALB = x 100% = 0,0420%

5. Perhitungan penetapan kadar asam lemak bebas pada RBDPO hari ke 5

N KOH = 0,0480 N

V KOH = 0,45 ml

W = 11,06 gram

256 = BM asam palmitat

% ALB = x 100% = 0,0499%

6. Perhitungan penetapan kadar asam lemak bebas pada RBDPO hari ke 6

N KOH = 0,0481 N

V KOH = 0,46 ml

W = 10,67 gram

256 = BM asam palmitat

(10)

LAMPIRAN 2

Pembuatan larutan KOH 0,05% dalam 1000 ml

1. Alat

- Timbangan analitik

- Labu ukur

- Spatula

2. Bahan

- Serbuk KOH

- Akuadest

3. Cara Kerja

- Hitung berat KOH yang akan ditimbang dalam gram

KOH 0,05 N =

Mg KOH = N KOH x BM KOH x 1000 ml

= 0,05 x 56,1 x 1000

= 2805 mg = 2,805 gram

- Ditimbang serbuk KOH sebanyak 2,805 gram

(11)

● standarisasi larutan KOH dengan KHC8H4O4

1. Alat

- Timbangan analitik

- Spatula

- Gelas ukur Erlenmeyer

- Pipet tetes

- Buret automatic

2. bahan

- Larutan KOH 0,05 N

- Serbuk KHC8H4O4

- IndiKator PP

- Air suling

3. Cara Kerja

- Hitung berat KHC8H4O4 yang akan ditimbang dalam mg

KOH 0,05 N = mg KHC8H4O4/ BM KHC8H4O4 x 10 ml

mg KHC8H4O4 = KOH 0,05 N x BM KHC8H4O4 x 10 ml

= 0,05 x 204,23 x 10

= 102,115 mg = 0,1021gram

(12)

- Dilarutkan dalam air suling 75 ml, kemudian ditambahkan 2 tetes indicator PP

- Dititrasi dengan larutan KOH yang telah dibuat tadi, sampai terjadi perubahan

warna menjadi pink

- Catat volume KOH yang terpakai

- Hitung normalitas KOH

N KOH = mg KHC8H4O4/ BM KHC8H4O4 x vol KOH

= 102,115 / 204,23 x 10,30

(13)

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Lemak dan minyak sebagai bahan pangan dibagi menjadi 2 golongan, yaitu 1)

lemak yang siap dikonsumsi tanpa dimasak (edible fat consumed uncooked) misalnya

mentega dan margarin, 2) lemak yang dimasak bersama bahan pangan, atau dijadikan

sebagai medium penghantar panas dalam memasak bahan pangan misalnya minyak

goreng, shortening dan lemak babi. Untuk tujuan ini dapat juga digunakan mentega

atau margarin. Lemak atau minyak yang ditambahkan kedalam bahan pangan atau

yang disajikan sebagai bahan pangan memiliki sifat-sifat tertentu, seperti lemak yang

digunakan untuk pembuatan mentega atau margarin lebih padat dibandingkan dengan

minyak yang dijadikan untuk shortening. Di samping itu minyak memegang peran

penting dalam menjaga kesehatan tubuh manusia. Sebagaimana diketahui, lemak

memberikan energi pada tubuh sebanyak 9 kalori tiap gram lemak.

Pangujian asam lemak bebas dalam minyak dilakukan untuk mengetahui tingkat

kerusakan dari minyak/lemak tersebut. Produksi asam lemak bebas disebabkan oleh

enzim dan kegiatan proses metabolisme yang cukup tinggi, sehingga menghasilkan

asam lemak bebas (Ketaren, 1986).

Tujuan umum dilakukan analisa lemak dan minyak pada bahan makanan dapat

(14)

1. Penentuan kuantitatif atau penentuan kadar lemak atau minyak yang terdapat

dalam bahan makanan atau bahan pertanian.

2. Penentuan kualitas minyak sebagai bahan makanan yang berkaitan dengan proses

ekstraksinya, atau ada tidaknya perlakuan pemurnian lanjutan misalnya penjernihan

(refining), penghilangan bau (deodorizing), penghilangan warna (bleaching) dan

sebagainya. Penentuan tingkat kemurnian minyak ini sangat berhubungan erat dengan

kekuatan daya simpannya, sifat gorengnya, baunya maupun rasanya. Tolok ukur

kualitas ini termasuk angka asam lemak bebas (Free Fatty Acid atau FFA), bilangan

peroksida, tingkat ketengikan dan kadar air.

3. Penentuan sifat fisis maupun kimiawi yang khas atau mencirikan sifat minyak

tertentu. Data mengenai sifat minyak ini misalnya angka iodin dan lain-lain

(Sudarmadji, 1989).

Minyak kelapa sawit adalah minyak nabati semi padat. Hal ini karena minyak

sawit mengandung sejumlah besar asam lemak tidak jenuh dengan atom karbon lebih

dari 8. Dua jenis asam lemak yang paling dominan dalam minyak sawit yaitu asam

palmitat C 16:0 (jenuh) dan asam oleat C 18:1 (tidak jenuh).

Minyak kelapa sawit yang disimpan akan mengalami penurunan mutu jika tidak

ditangani dengan tepat, terutama karena terjadinya reaksi oksidasi dan hidrolisis.

Kerusakan pada minyak dapat disebabkan oleh beberapa faktor, separti absorbsi bau

(15)

1.2Tujuan

Untuk menentukan kadar asam lemak bebas (ALB) yang terkandung dalam

Refined Bleached Deodorized Palm Oil (RBDPO) yang digunakan dalam pembuatan

mie instan di PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk Medan.

1.3 Manfaat

Manfaat yang diperoleh adalah agar dapat mengetahui apakah minyak RBDPO

yang akan digunakan untuk pembuatan mie instan di PT. Indoofood CBP Sukses

Makmur Tbk Medan memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan dan produk yang

(16)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lemak dan Minyak

Lemak dan minyak terdiri dari trigliserida campuran, yang merupakan ester dari

gliserol dan asam lemak rantai panjang. Lemak dan minyak (trigliserida) yang

diperoleh dari berbagai sumber mempunyai sifat fisiko-kimia yang berbeda satu sama

lain, karena perbedaan jumlah dan jenis ester yang terdapat di dalamnya

Lemak dan minyak tidak larut dalam air, kecuali minyak jarak (Castrol oil).

Lemak dan minyak hanya sedikit larut dalam alkohol, tetapi larut sempurna dalam

dietil eter, karbon disulfide dan pelarut halogen (Cl, Br, I).

Asam-asam lemak yang berantai pendek (4-10 atom C) akan lebih mudah larut

dalam air dibandingkan dengan asam lemak rantai panjang (≥16 atom C), semakin

panjang rantai asam lemak maka kelarutannya dalam air semakin berkurang (Ketaren,

1986).

Dalam teknologi makanan, lemak dan minyak memegang peran penting, karena

lemak dan minyak mempunyai titik didih yang tinggi (sekitar 200°C) maka bisa

dipergunakan untuk menggoreng makanan sehingga bahan yang digoreng akan

kehilangan sebagian besar air yang dikandungnya dan menjadi kering. Minyak dan

lemak juga memberikan rasa gurih juga memberi aroma yang spesifik (Sudarmadji,

1989).

(17)

berbentuk padat, dan disebut minyak jika pada suhu ruang berbentuk cair. Trigliserida

merupakan campuran asam-asam lemak, biasanya dengan panjang rantai karbon

sebanyak 12 sampai 22 dengan jumlah ikatan rangkap 0 sampai 4 (Budiyanto, 2002).

Lemak dan minyak merupakan senyawa organik yang sangat penting terdapat

dalam makanan, karena dapat langsung dicerna dalam tubuh manusia menjadi sumber

energi. Lemak dan minyak tidak hanya dikenal sebagai sumber makanan manusia,

tapi merupakan bahan baku lilin, margarin, detergen, kosmetik, obat-obatan, dan

bahan pelumas, yang diolah dengan proses yang berbeda (Sudarmadji, 1989).

Pada proses pembentukannya, trigliserida merupakan hasil proses kondensasi

satu molekul gliserol dengan tiga molekul asam-asam lemak (umumnya ketiga asam

lemak berbeda-beda) yang membentuk satu molekul trigliserida dan tiga molekul air.

Kalau R1 = R2 = R3 maka trigliserida yang terbentuk adalah trigliserida sederhana

(simple triglyceride) sebaliknya kalau berbeda-beda adalah trigliserida campuran

(18)

2.1.1 Sifat Fisika Kimia Lemak dan Minyak 2.1.1.1 Sifat Fisik Lemak dan Minyak

Sifat fisika lemak dan minyak adalah tidak larut dalam air, hal ini disebabkan

oleh adanya asam lemak berantai karbon panjang dan tidak adanya gugus polar.

Viskositas lemak dan minyak akan bertambah dengan bertambahnya panjang rantai

karbon (DeMan, 1997).

Berat jenis lemak lebih rendah daripada air, oleh karena itu air dan lemak tidak

dapat bercampur sehingga lemak akan berada di atas dan air berada dibawah.

Semakin banyak mengandung asam lemak rantai pendek dan ikatan tidak jenuh,

maka konsistensi lemak akan semakin cair. Sebaliknya semakin banyak mengandung

asam lemak jenuh dan rantai panjang maka konsistensi lemak akan semakin padat

(Almatsier, 2002) .

2.1.1.2Sifat Kimia Lemak dan Minyak

Reaksi reaksi yang penting pada minyak dan lemak adalah:

1. Hidrolisa

Reaksi hidrolisa, minyak atau lemak akan diubah menjadi asam-asam

lemak bebas dan gliserol. Reaksi hidrolisa yang dapat mengakibatkan kerusakan

minyak atau lemak terjadi karena terdapat sejumlah air dalam minyak atau lemak,

sehingga akan mengakibatkan rasa dan bau tengik pada minyak tersebut.

2. Oksidasi

(19)

mengakibatkan bau tengik pada minyak atau lemak. Oksidasi biasanya dimulai

dengan pembentukan peroksida dan hidroperoksida. Tingkat selanjutnya ialah

terurainya asam-asam lemak disertai dengan konfersi hidroperoksida menjadi

aldehid dan keton serta asam-asam lemak bebas. Rancidity terbentuk oleh

aldehida bukan oleh peroksida. Jadi kenaikan peroxide value (PV) hanya

indikator dan peringatan bahwa minyak sebentar lagi akan berbau tengik.

3. Hidrogenasi

Proses hidrogenasi sebagai suatu proses industri bertujuan untuk menjenuhkan

ikatan rangkap dari rantai karbon asam lemak pada minyak atau lemak. Reaksi

hidrogenasi ini dilakukan dengan menggunakan hidrogen murni dan

ditambahkan serbuk nikel sebagai katalisator. Setelah proses hidrogenasi selesai,

minyak didinginkan dan katalisator dipisahkan dengan penyaringan. Hasilnya

adalah minyak yang bersifat plastis atau keras, tergantung pada derajat

kejenuhannya.

4. Esterifikasi

Proses esterifikasi bertujuan untuk mengubah asam-asam lemak dari

trigliserida dalam bentuk ester. Reaksi esterifikasi dapat dilakukan melalui reaksi

kimia yang disebut interesterifikas atau pertukaran ester yang didasarkan pada

prinsip transesterifikasi friedel-craft. Dengan menggunakan prinsip reaksi ini,

hidrokarbon rantai pendek dalam asam lemak seperti asam lemak dan asam

kaproat yang menyebabkan bau tidak enak, dapat diukur dengan rantai panjang

(20)

2.1.2 Sumber Lemak dan Minyak Lemak dan minyak yang dapat dimakan (edible fat), dihasilkan oleh alam, yang

dapat bersumber dari bahan nabati atau hewani. Dalam tanaman atau hewan, minyak

tersebut berfungsi sebagai sumber cadangan energi.

Lemak dan minyak dapat diklasifikasiakan berdasarkan sumbernya, sebagai

berikut:

2.1.2.1 Sumber dari Tanaman (nabati)

a. Biji-bijian palawija: minyak jagung, biji kapas, kacang, cokelat, wijen, kedelai dan

bunga matahari.

b. Kulit buah: minyak zaitun dan kelapa sawit.

c. Buah : kelapa dan sebagainya.

2.1.2.2 Sumber dari hewani

a. Susu hewan peliharaan

b.Daging hewan peliharaan : lemak sapi dan lemak babi

c.Hasil laut: minyak ikan sarden, serta minyak ikan paus (ketaren, 1986).

2.2 Asam Lemak

Asam lemak merupakan asam organik yang terdiri atas rantai hidrokarbon lurus

yang pada satu ujung mempunyai gugus karboksil (COOH) dan pada ujung lain

gugus metil (CH3). Asam lemak alami biasanya mempunyai rantai dengan jumlah

(21)

lemak rantai pendek (6 atom karbon atau kurang), rantai sedang (8 hingga 18

karbon), rantai panjang (14-18 karbon), dan rantai sangat panjang (20 atom karbon

atau lebih) (Almatsier, 2004).

2.3 Asam Lemak Bebas

Asam-asam lemak secara alami berada dalam bentuk gliserida. Gliserida adalah

ester dari asam-asam lemak dengan gliserol dengan nama umum “fat” (lemak). Fat

dapat terhidrolisa sebagian (fartially hidrolized) oleh enzim “lipase” yang banyak

terdapat di dalam jaringan buah sawit. Pada waktu pertumbuhan dan perkembangan

buah, lipase berperan di dalam sintesa gliserida dari asam lemak dan gliserol. Akan

tetapi apabila fat tadi berhubungan dengan air dan di situ terdapat lipase, maka dapat

terjadi reaksi sebaliknya dan terjadilah hidrolisa yang menghasilkan asam lemak

bebas sehingga menurunkan kualitas minyak sawit (Suyitno, 1985).

Tingginya ALB mengakibatkan rendemen minyak turun. Untuk itu perlu

dilakukan usaha pencegahan agar tidak terbentuk asam lemak bebas pada minyak

(22)

sampai diolah pabrik. Pelaksanaan pemanenan perlu diperhatikan beberapa kriteria

tertentu, sebab tujuan panen kelapa sawit adalah memperoleh produksi yang baik

dengan rendemen minyak yang tinggi (Setyawibawa, 1996).

Minyak yang kandungan asam lemak bebasnya tinggi disebut “hard oil” dan

apabila kandungan asam lemak bebasnya rendah yang berarti lebih banyak

mengandung gliserida disebut “soft oil”. Minyak sawit yang kadar asam lemak

bebasnya rendah lebih mudah dimurnikan atau dipucatkan warnanya.

Minyak yang mengeluarkan bau dan rasa tidak enak disebut “rancid” atau

tengik. Walaupun minyak mengandung ALB dalam jumlah besar, tetapi tidak akan

selalu menjadi atau bersifat tengik. Minyak yang kandungan ALB nya rendah bisa

juga menjadi tengik. Akan tetapi pada biji sawit, biasanya bau tengik selalu ada

hubungannya dengan ALB yang tinggi dalam minyaknya. Ketengikan pada umumnya

merupakan akibat dari perubahan-perubahan kimia oleh adanya oksigen, walaupun

didalam beberapa hal dapat diperkirakan hasil kerja enzim. Berkembangnya

ketengikan biasanya diikuti dengan penurunan angka iodine dan kenaikan dari

densitet, angka asam dan kandungan bahan yang tidak tersabun (Suyitno, 1985).

2.4. Proses ketengikan pada minyak Bila lemak bersentuhan dengan udara untuk jangka waktu yang lama akan

terjadi perubahan yang dinamakan proses ketengikan (rancidity). Oksigen akan

terikat pada ikatan rangkap dan membentuk peroksida aktif. Senyawa ini sangat

(23)

mudah pecah menjadi senyawa dengan rantai karbon yang lebih pendek berupa

asam-asam lemak, aldehida-aldehida dan keton yang bersifat volatil/mudah menguap,

menimbulkan bau tengik pada lemak dan potensial bersifat toksik. Reaksi ini bisa

terjadi perlahan pada suhu menggoreng normal dan dipercepat oleh adanya sedikit

besi dan tembaga yang biasa ada di dalam makanan. Minyak yang digunakan untuk

menggoreng pada suhu tinggi atau dipakai berulang kali akan menjadi hitam dan

produk oksidasi akan menumpuk. Asam lemak akan pecah dan membentuk akrolein

dari gliserol. Akrolein mengeluarkan asap tajam yang merangsang tenggorokan

(Almatsier, 2004).

2.5 Penetapan kadar asam lemak bebas

Penetapan kadar asam lemak bebas dilakukan dengan melarutkan minyak atau

lemak dalam pelarut organik isopropanol yang telah dinetralkan selanjutnya asam

lemak bebas yang terdapat dalam sanpel dinetralkan dengan larutan standar basa,

yaitu dengan menitrasi sampel minyak atau lemak dalam larutan standar KOH 0,05 N

dan diberi indikator phenolphthalein, penitrasian dilakukan sampai terjadi perubahan

(24)

antara ion hidrogen yang berasal dari asam dengan ion hidroksida yang berasal dari

basa untuk menghasilkan air yang bersifat netral.

Suatu indikator merupakan asam atau basa lemah yang berubah warna diantara

bentuk terionisasinya dan bentuk tidak terionisasinya. Sebagai contoh penolptalein

(PP), mempunyai pka 9,4( perubahan warna antara pH 8,4-10,4). Struktur

penolptalein akan mengalami perataan ulang pada kisaran pH ini karena proton

dipindahkan dari struktur fenol dari PP sehingga pH meningkat akibatnya akan terjadi

perubahan warna (Rohman, 2007).

2.6. RBDPO (Refined Bleached Deodorized Palm Oil)

Tidak seperti minyak lain, MKS terutama mengandung gliserida dan hanya

memiliki sebagian kecil komponen non-gliserida yang porsinya bervariasi. untuk

menghasilkan minyak yang bisa dikonsumsi, komponen nontrigliserida ini harus

dibuang atau dikurangi sampai tingkat yang dapat diterima.

Dalam istilah kemudahan larut, gliserida memiliki dua tife utama, yaitu

gliserida yang tidak larut dalam minyak dan gliserida yang larut dalam minyak.

Kotoran yang tidak dapat larut dalam minyak seperti serat buah, cangkang, dan air

dapat dengan mudah dihilangkan. Non-gliserida yang dapat larut dalam minyak

seperti asam lemak bebas (FFA), phospholipid, trace metal, karotenoid, tocoferol atau

tocotrienol, produk teroksidasi dan sterol lebih sulit dihilangkan sehingga minyak

(25)

2.6.1 Pemurnian (refining)

Proses utama yang dilakukan pada pengolahan minyak makan cair adalah

pemurnian. Pemurnian (refining) diartikan sebagai segala perlakuan yang ditujukan

untuk menyisihkan ALB, fosfatida, atau senyawa berlendir maupun kotoran lainnya

di dalam minyak (Suyitno, 1985).

Tujuan pemurnian minyak sawit yaitu merubah minyak sawit kasar menjadi

kualitas minyak makan secara efisien dengan membuang kotoran-kotoran yang tidak

diinginkan sampai pada tingkat yang dapat diterima. Hal ini berarti juga kerugian

komponen yang diinginkan diusahakan tetap minimal (Pahan, 2010).

2.6.2 Pemucatan (bleaching)

Pemucatan (bleaching) adalah perlakuan yang dimaksudkan untuk memucatkan

warna dari minyak, selama pemucatan hanya sedikit sekali bahan yang disisihkan dari

minyak, dan perlakuan ini biasanya dikerjakan setalah proses pemurnian (Suyitno,

1985).

Proses pemucatan berupa penjerapan secara fisik dengan menggunakan

bleaching eart dan karbon aktif untuk membuang zat-zat yang tidak diinginkan,

seperti residu sabun (untuk menetralkan minyak), presipitasi gum (dari pra perlakuan

asam), logam, produk-produk oksidasi, dan pigmen warna seperti klorofil (Pahan,

(26)

2.6.3 Deodorasi (deodorization)

Deodorasi merupakan perlakuan dengan tujuan untuk menghilangkan

komponen-komponen penyebab “flavor” dan “aroma” yang tidak dikehendaki,

umumnya dilakukan setelah pemurnian dan pemucatan (Suyitno, 1985). Proses deodorasi dipengilangan dilakukan dengan teknologi film tipis Lipico

untuk mengikat FFA. Fungsi deodorizer yaitu untuk mengikat FFA, menghilangkan

bau, melakukan pemucatan dengan panas, dan recovery PFAD (Pahan, 2010).

2.6.4 Penyulingan Asam Lemak

Distilasi adalah inti dari proses pemurnian minyak dan lebih spesifik lagi adalah

distilasi kolom. Distilasi dilakukan dengan metode berdasarkan produksi uap dengan

merebus campuran cairan yang akan dipisahkan dan mengkondensasikan uap tanpa

menyisakan cairan apapun.

2.6.5 Praksinasi Kering

Fraksinasi minyak sawit, olein sawit merupakan produk premium dan stearin

sawit merupakan produk sampingan. Fraksinasi minyak sawit menjadi di Indonesia

dilakukan dengan dua proses yang dikenal sebagai fraksinasi kering dan fraksinasi

basah. Umumnya, perusahaan pengilangan memilih teknologi fraksinasi kering dalam

proses pengolahan minyak sawit yang menunjukkan komitmen perusahan dalam

menjaga kelestarian lingkungan hidup (circumstance).

Produk minyak goreng dari minyak sawit yaitu “keras” (stearin) dan “lebih

(27)

Fraksinasi minyak sawit dapat dilakukan karena trigliserida di dalam minyak

mempunyai titik leleh yang berbeda. Pada temperatur tertentu, trigliserida yang

mempunyai titik leleh lebih rendah akan menjadi padat sehingga minyak sawit

terpisah menjadi fraksi cair (olein) dan fraksi padat (stearin). Fraksi yang terbentuk

kemudian dipisahkan dengan penyaringan (Pahan. 2010).

2.7 Penyimpanan Minyak

Selama penyimpanan minyak atau lemak akan terjadi perubahan rasa. Bahan

harus disimpan pada kondisi penyimpanan yang sesuai dan bebas dari pengaruh

logam. Minyak atau lemak harus dilindungi dari kemungkinan serangan oksigen,

cahaya, serta temperature tinggi. Untuk melindungi minyak atau lemak dari

penyinaran, dapat menggunakan filter hijau atau kertas transparan atau bahan lain

yang bersifat menyerap sinar.

Keadaan lingkungan juga mempengaruhi penyimpanan minyak atau lemak,

termasuk ph ruang penyimpanan, temperature, ventilasi, takanan dan masalah

(28)

BAB III METODOLOGI

3.1 Bahan-bahan

1. Larutan KOH 0.05 N yang telah distandarisasi

2. Larutan indikator penolptalein (PP) 1% dalam etanol 95%

3. Pelarut isopropanol yang telah di netralkan dengan pelarut KOH atau NaOH 0,05

N menggunakan indikator PP)

4. Minyak sawit (RBDPO)

3.2 Alat-alat

1. Buret automatic

2. Timbangan analitik

3. Erlenmeyer

4. Gelas ukur

5. Hot plate

3.3 Cara kerja a. Persiapan sampel

1. Minyak atau lemak cair yang akan diperiksa dapat langsung ditimbang

2. Apabila sampel minyak atau lemak dalam bentuk padat cairkan terlebih dahulu

(29)

b. Titrasi sampel

1. Timbang sampel minyak/lemak sebanyak 10 gram di dalam Erlenmeyer

2. Tambahkan 50 ml isopropanol yang telah dinetralkan dan kocok hingga

larut. Bila minyak tidak larut tempatkan campuran tersebut di di atas hot

plate dengan suhu 40°C sambil dikocok pelan-pelan.

3. Tambahkan 2-3 tetes indicator PP.

4. Dilakukan titrasi dengan larutan standar alkali KOH 0,05 N, sampai titik

akhir titrasi tercapai dengan ditandainya bila campuran berubah warna

menjadi pink (merah muda), dan tidak berubah selama 30 detik.

5. Catat volume KOH yang terpakai, dan hitung kadar asam lemak bebas dalam

sampel.

3.3 Perhitungan

Untuk menghitung kadar ALB dapat digunakan rumus sebagai berikut:

% ALB = x 100%

N KOH = normalitas larutan standar KOH yang dipakai (N)

V KOH = volume larutan standar KOH yang digunakan (ml)

W = bobot sampel minyak yang diperiksa (mg)

256 = bobot molekul asam palmitat (CH3(CH2)14COOH)

3.4Persyaratan

(30)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Hasil yang diperoleh dari penetapan kadar asam lemak bebas pada RBDPO

setiap hari berturut-turut selama satu minggu dapat dilihat pada tabel:

Kadar Asam Lemak Bebas pada RBDPO

Hari 1 Hari ke 2 Hari ke 3 Hari ke 4 Hari ke 5 Hari ke 6

0,0487% 0,0441% 0,0454% 0,0420% 0,0499% 0,0496%

Untuk perhitungan dari setiap percobaan tertera pada lampiran 1

4.3 Pembahasan

Pada produk-produk makanan seperti mie instan sangat sering mengalami

kerusakan atau bau yang tidak enak (tengik) sebelum masa kadaluarsanya dan tidak

layak dikonsumsi, salah satu penyababnya karena tingginya kadar asam lemak bebas

dalam minyak yang digunakan untuk menggoreng makanan tersebut.

Kadar asam lemak bebas pada minyak RBDPO yang digunakan untuk

menggoreng mie instan di PT.Indofood memenuhi persyaratan yang telah ditatapkan,

yaitu kadar ALB minyak baru RBDPO tidak lebih dari 0,075%. Syarat ini ditentukan

agar minyak RBDPO yang akan digunakan menghasilkan produk mie instan yang

bermutu dan kualitas baik. Sedangkan apabila kadar ALB pada RBDPO melebihi

(31)

Kenaikan kadar ALB disebabkan karena adanya reaksi hidrolisa pada minyak.

Asam lemak bebas terbentuk karena adanya enzim lipase yang terkandung dalam

buah sawit dan berfungsi untuk memecahkan minyak menjadi asam lemak atau

gliserol. Asam lemak bebas dalam jumlah besar akan terikut dalam minyak dan akan

menurunkan mutu minyak (Setyawibawa, 1996).

Perubahan-perubahan kimia lemak dan minyak dapat mempengaruhi bau dan

rasa suatu bahan makanan, baik yang menguntungkan ataupun tidak. Pada umumnya

penguraian lemak dan minyak menghasilkan zat-zat yang tidak dapat dimakan.

Kerusakan lemak dan minyak menurunkan nilai gizi serta menyebabkan

penyimpangan rasa dan bau lemak yang bersangkutan. Setiap jenis kerusakan lemak

dan minyak pada pokoknya disebabkan oleh suatu perubahan kimia tertentu yang

dipercepat oleh faktor-faktor lain, seperti: suhu, kadar air, kotoran dan waktu

penyimpanan (Winarno. 1992).

Sebagaimana halnya asam lemak bebas, kadar air dan kotoran akan ikut pula

menentukan mutu minyak sawit. Dengan persentase air dan kotoran tinggi berarti

kandungan minyaknya rendah. Akan tetapi pengaruh air dan kotoran terhadap ALB

lebih penting, kotoran biasanya mengandung sel-sel jeringan buah yang cenderung

memecah dan membantu pembentukan ALB. Telah diketahui bahwa minyak

berhubungan dengan enzim dan air, maka dapat terjadi hidrolisa yang menghasilkan

ALB. Untuk berlangsungnya reaksi hidrolisa ini dibutuhkan adanya air, dan semakin

tinggi kadar airnya semakin besar pula hidrolisanya dan semakin tinggi kadar ALB

(32)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan

Dari hasil percobaan penetapan kadar asam lemak bebas pada RBDPO yang

digunakan dalam pembuatan mie instan di PT. Indofood yang dilakukan

berturut-turut selama satu minggu diperoleh hasil yaitu:

Hari pertama : 0,0487%

Hari ke 2 : 0,0441%

Hari ke 3 : 0,0454%

Hari ke 4 :0,0420%

Hari ke 5 : 0,0499%

Hari ke 6 : 0,0496%

Dari hasil yang diperoleh maka dapat disimpulkan bahwa kadar asam lemak bebas

pada minyak baru RBDPO memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan oleh PT.

Indofood, yaitu kadar asam lemak bebas minyak baru RBDPO tidak boleh lebih dari

0,075%. Karena kadar asam lemak bebas pada minyak RBDPO memenuhi

persyaratan yang telah ditetapkan maka minyak RBDPO tersebut dapat digunakan

(33)

5.2 Saran

RBDPO yang akan digunakan dalam penggorengan mie instan, sebelum

digunakan sebaiknya dihindari penyimpanan yang lebih lama (maksimal 2 hari),

karena penyimpanan yang terlalu lama akan mengakibatkan meningkatnya kadar

ALB pada minyak RBDPO dan kualitas minyak akan menurun sehingga minyak

(34)

DAFTAR PUSTAKA

Almatsier, S. (2004). Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Hal. 52, 59-61.

Budiyanto, A. K. (2004). Dasar-Dasar Ilmu Gizi. Malang: UMM Press. Hal.29

DeMan, J. M. (1997). Kimia Makanan Edisi Ke-2. Bandung: ITB Press. Hal. 88.

Ketaren, S. (1986). Minyak dan Lemak Pangan. Jakarta: UI Press. Hal. 1-2, 6-7, 13, 24, 27-31.

Naibaho, PM. (1989). Teknologi Pengolahan Kelap Sawit. Medan: Pusat Penelitian Kelapa Sawit. Hal.46

Pahan, Iyung. (2010). Panduan Lengkap Kelapa Sawit. Jakarta: Penebar Swadaya. Hal.255-261

Rohman, A. (2007). Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Hal.136-137

Setyawibawa, I. (1996). Kelapa Sawit Usaha Budidaya Pemanfaatan Hasil dan

Aspek Pemasaran, cetakan ke-6. Jakarta: Penerbit Swadaya. Hal. 98

Sudarmadji, S. (1989). Analisa Bahan Makanan dan Pertanian. Yogyakarta: Penerbit Liberty. Hal. 93,96-97,100.

Suyitno. (1985). Industri Hilir Komoditi Minyak. Yogyakarta: Lembaga Pendidikan Perkebunan. Hal.5-7, 9-10.

Referensi

Dokumen terkait

Agribisnis Ternak Unggas Pedaging 420.. Agribisnis Ternak Unggas

yang tepat bagi anak untuk belajar menjadi anggota masyarakat yang baik, (5) pemberi.. bimbingan bagi pengembangan perilaku yang secara sosial dianggap tepat,

bahwa sehubungan dengan adanya perubahan Susunan Personalia Tenaga Kerja Sukarela Otonom (TKS-O) Program Community Development Mengentaskan Kemiskinan

Pendidikan berperan bukan hanya merupakan sarana transfer ilmu pengetahuan saja, tetap lebih luas lagi sebagai pembudayaan (enkulturisasi) yang tentu saja hal

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, perlu menetapkan Keputusan Bupati Bantul tentang Pembentukan Tim Kelompok Kerja dan

Adanya disipilin diri, terutama dalam hal belajar dan bekerja, akan memudahkan kelancaran belajar dan bekerja, karena dengan adanya disiplin diri, maka rasa

Meskipun dokumen ini telah dipersiapkan dengan seksama, PT Manulife Aset Manajemen Indonesia tidak bertanggung jawab atas segala konsekuensi hukum dan keuangan

TOPSIS adalah salah satu metode pengambilan keputusan multikriteria atau alternative pilihan yang merupakan alternative yang mempunyai jarak terkecil dari solusi