PENENTUAN BILANGAN IODIN PADA HYDROGENATED
PALM KERNEL OIL (HPKO) DAN REFINED BLEACHED
DEODORIZED PALM KERNEL OIL (RBD PKO)
KARYA ILMIAH
MONICA ANGELINA SITOMPUL
112401042
PROGRAM STUDI D-3 KIMIA DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PENENTUAN BILANGAN IODIN PADA HYDROGENATED
PALM KERNEL OIL (HPKO) DAN REFINED BLEACHED
DEODORIZED PALM KERNEL OIL (RBD PKO)
KARYA ILMIAH
Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat mencapai gelar ahli madya
MONICA ANGELINA SITOMPUL
112401042
PROGRAM STUDI D-3 KIMIA DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PERSETUJUAN
Judul : PENENTUAN BILANGAN IODIN PADA
HYDROGENATED PALM KERNEL OIL
(HPKO) DAN REFINED BLEACHED
DEODORIZED PALM KERNEL OIL (RBDPKO)
Kategori : KARYA ILMIAH
Nama : MONICA ANGELINA SITOMPUL
Nomor Induk Mahasiswa : 112401042
Program Studi : DIPLOMA – 3 KIMIA
Departemen : KIMIA
Falkultas : MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
ALAM (FMIPA) UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Disetujui di Medan, Juni 2014
Diketahui / Disetujui Oleh :
Ketua Program Studi D-3 Kimia Dosen Pembimbing
Dra.Emma Zaidar Nst, M. Si Prof. Dr. Harry Agusnar, M.Sc., M.Phil NIP :19551218 198701 2001 NIP :19530817 198303 1002
Ketua Departemen Kimia FMIPA USU
PERNYATAAN
PENENTUAN BILANGAN IODIN PADA HYDROGENATED PALM KERNEL OIL (HPKO) DAN REFINED BLEACHED DEODORIZED
PALM KERNEL OIL (RBD PKO)
TUGAS AKHIR
Saya mengakui bahwa Karya Ilmiah ini adalah hasil kerja saya sendiri. Kecuali beberapa kutipan dari ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.
Medan, Juni 2014
PENGHARGAAN
Puji dan Syukur penulis panjatkan atas hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah mencurahkan berkat dan rahmatNya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Ilmiah ini sebagai salah satu persyaratan untuk mencapai gelar Ahli Madya bidang Kimia Analis Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara. Karya Ilmiah ini berjudul “PENENTUAN BILANGAN IODIN PADA HYDROGENATED PALM KERNEL OIL
(HPKO) DAN REFINED BLEACHED DEODORIZED PALM KERNEL OIL
(RBD PKO)”
Dalam penyusunan Karya Ilmiah ini penulis banyak memperoleh bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih sebesar-besarnya kepada :
1. Ibu DR. Rumondang Bulan Nst, M.S. selaku ketua Departemen Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Prof. Harry Agusnar, M.Sc., M.Phil selaku dosen pembimbing yang senantiasa sabar dan bersedia meluangkan waktunya untuk membimbing dan mengarahkan penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Ilmiah ini.
3. Bapak Zul Alkaf BSc. selaku kepala laboratorium PT. PALMCOCO LABORATORIES yang senantiasa sabar mengajarkan penulis dan telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan Karya Ilmiah ini.
4. Bapak/Ibu Dosen serta Pegawai Program Studi Diploma III Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara.
5. Kakak-kakak Pegawai PT. PALMCOCO LABORATORIES kak Tari dan Kak Lya yang telah banyak membantu penulis dan memberikan semangat kepada penulis.
6. Teristimewa kepada Orang tua saya yang telah memberikan banyak dukungan baik moral maupun material kepada penulis dalam penulisan Karya Ilmiah ini.
7. Teman-teman semasa PKL (Dhesy dan Rika) yang senantiasa memberikan motivasi dan semangat kepada penulis.
8. Teman-teman Mahasiswa Diploma III FMIPA USU khususnya angkatan 2011.
Penulis menyadari bahwa Karya Ilmiah ini masih belum sempurna dalam materi serta penyajiannya . Untuk itu dengan segala kebesaran hati penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan Karya Ilmiah ini.
PENENTUAN BILANGAN IODIN PADA HYDROGENATED PALM KERNEL OIL (HPKO) DAN REFINED BLEACHED DEODORIZED
PALM KERNEL OIL (RBD PKO)
ABSTRAK
DETERMINATION OF IODIN VALUE IN HYDROGENATED PALM KERNEL OIL (HPKO) AND REFINED BLEACHED DEODORIZED
PALM KERNEL OIL (RBDPKO)
ABSTRACT
3.2.2.3.Prosedur Pembuatan Larutan Na2S2O3 20 3.2.2.4.Prosedur Standarisasi Larutan Na2S2O3 20
3.3. Proses Analisa 21
3.3.1.Prosedur Penentuan Bilangan Iodin 21
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1.Data Analisa 23
4.2.Perhitungan 24
4.3.Pembahasan 24
BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1.Kesimpulan 26
5.2.Saran 26
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran I. Spesifikasi Hydrogenated Palm Kernel Oil 28 (STC-Spesification)
Lampiran II. Spesifikasi RBD Palm Kernel Oil 29
BAB 1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tanaman kelapa sawit (Elaesis guinensis jack) berasal dari Nigeria, Afrika
Barat. Meskipun demikian, ada yang menyatakan bahwa kelapa sawit berasal dari
Amerika Selatan yaitu Brazil karena lebih banyak ditemukan spesies kelapa sawit
di hutan Brazil dibandingkan dengan Afrika. Pada kenyatannya tanaman kelapa
sawit hidup subur di luar daerah asalnya seperti, Malaysia, Indonesia, Thailand
dan Papua Nugini. Bahkan mampu memberikan hasil produksi per hektar yang
lebih tinggi.
Bagi Indonesia, tanaman kelapa sawit memiliki arti penting bagi
pembangunan perkebunan nasional. Selain mampu menciptakan kesempatan kerja
yang mengarah pada kesejahteraan masyarakat, juga sebagai sumber perolehan
devisa negara. Indonesia merupakan salah satu produsen utama minyak sawit
(Fauzi, 2002).
Akhir-akhir ini minyak sawit berperan cukup penting dalam perdagangan
dunia. Berbagai industri baik pangan maupun nonpangan, banyak yang
menggunakannya sebagai bahan baku. Berdasarkan peranan dan kegunaan minyak
sawit itu, maka mutu dan kualitasnya harus diperhatikan sebab sangat menentukan
harga dan nilai komoditas ini (Tim Penulis PS, 1998).
Minyak kelapa sawit dapat dihasilkan dari inti kelapa sawit yang dinamakan
inti kelapa sawit (palm kernel meal atau pellet). Minyak sawit yang sekarang
banyak ditemukan di pasar sebagai minyak goreng itu diperoleh dari daging buah
dan inti (kernel sawit). Dengan demikian minyak sawit didapatkan dengan
memproses daging buah beserta memecah tempurung inti atau kernel.
Mutu minyak sawit dalam arti yang pertama, yaitu mutu minyak sawit dalam
arti benar-benar murni dan tidak bercampur dengan minyak nabati lain dapat
ditentukan dengan menilai sifat-sifat fisiknya, antara lain titik lebur, angka
penyabunan dan bilangan iodin. Bilangan iodin adalah gram iodin yang diserap
oleh 100 gram minyak dan lemak. Angka iod mencerminkan ketidakjenuhan asam
lemak penyusun minyak dan lemak. Asam lemak tidak jenuh mampu mengikat
iod dan membentuk senyawaan yang jenuh. Banyaknya iod yang diikat
menunjukkan banyaknya ikatan rangkap. I2 akan mengadisi ikatan rangkap asam
lemak tidak jenuh maupun yang dalam bentuk ester. Bilangan iodin tergantung
pada jumlah asam lemak tidak jenuh dalam lemak. Minyak yang akan diperiksa
dilarutkan dengan kloroform kemudian ditambahkan iodin berlebih. Sisa iodin
yang tidak bereaksi dititrasi dengan natrium tiosulfat. Tingginya bilangan iodin
merupakan salah satu penentu kualitas minyak kelapa sawit (Ketaren, 2005).
Dalam pengolahan minyak inti kelapa sawit diperoleh beberapa turunan yaitu
salah satunya adalah RBD Palm Kernel Oil. Minyak dapat dihidrogenasi dengan
tujuan mengurangi ketidakjenuhan minyak tersebut yang dapat menyebabkan
Dalam hal itu penulis tertarik untuk memilih judul “PENENTUAN
BILANGAN IODIN PADA HYDROGENATED PALM KERNEL OIL (HPKO) DAN REFINED BLEACHED DEODORIZED PALM KERNEL OIL (RBD PKO)”.
1.1. Permasalahan
Apakah kadar bilangan iodin dalam Hydrogenated Palm Kernel Oil dan RBD
Palm Kernel Oil telah memenuhi standar mutu.
1.2. Tujuan
1. Untuk mengetahui bilangan iodin dari Hydrogenated RBD Palm Kernel Oil
2. Untuk mengetahui bilangan iodin dari RBD Palm Kernel Oil
1.3. Manfaat
Dengan dilakukannya penentuan bilangan iodin dengan metode titrasi
terhadap Hydrogenated Palm Kernel Oil dan RBD Palm Kernel Oil, kita dapat
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Kelapa Sawit
Tanaman kelapa sawit (Elaeis guinensis) berasal dari Guinea di pesisir
Afrika Barat, kemudian diperkenalkan ke bagian Afrika lainnya, Asia Tenggara
dan Amerika Latin sepanjang garis equator (antara garis lintang utara 150 dan
lintang selatan 120). Kelapa sawit tumbuh baik pada daerah iklim tropis, dengan
suhu antara 240C - 320C dengan kelembaban yang tinggi dan curah hujan 200 mm
per tahun. Kelapa sawit mengandung kurang lebih 80% perikarp dan 20% buah
yang dilapisi kulit yang tipis. Kandungan minyak dalam perikarp sekitar 30% -
40%. Kelapa sawit menghasilkan dua macam minyak yang sangat berlainan
sifatnya, yaitu :
1. Minyak sawit (CPO), yaitu minyak yang berasal dari sabut kelapa sawit
2. Minyak inti sawit (CPKO), yaitu minyak yang berasal dari inti kelapa sawit
Pada umumnya minyak sawit mengandung lebih banyak asam-asam
palmitat, oleat dan linoleat jika dibandingkan dengan minyak inti sawit. Minyak
sawit merupakan gliserida yang terdiri dari berbagai asam lemak, sehingga titik
lebur dari gliserida tersebut tergantung pada kejenuhan asam lemaknya. Semakin
jenuh asam lemaknya semakin tinggi titik lebur dari minyak tersebut. Komponen
penyusun minyak sawit terdiri trigliserida dan non trigliserida. Asam-asam lemak
penyusun trigliserida terdiri dari asam lemak jenuh dan asam lemak tak jenuh
2.1.1. Sejarah Kelapa Sawit
Tanaman kelapa sawit (Elais Guinensis Jacq) berasal dari Nigeria, Afrika
Barat. Meskipun demikian ada yang menyatakan bahwa kelapa sawit berasal dari
Amerika Selatan yaitu Brazil karena lebih banyak ditemukan spesies kelapa sawit
di hutan Brazil dibandingkan dengan Afrika. Pada kenyatannya tanaman kelapa
sawit hidup subur di luar daerah asalnya seperti, Malaysia, Indonesia, Thailand
dan Papua Nugini.
Kelapa sawit pertama kali diperkenalkan di Indonesia oleh pemerintahan
kolonial Belanda pada tahun 1948. Ketika itu ada empat batang bibit kelapa sawit
yang dibawa dari Mauritius dan Amsterdam dan ditanam di Kebun Raya Bogor.
Tanaman kelapa sawit mulai diusahakan dan dibudidayakan secara komersial
pada tahun 1911. Perintis usaha perkebunan kelapa sawit di Indonesia adalah
Adrien Hallet, seorang Belgia yang telah banyak belajar tentang kelapa sawit di
Afrika. Budidaya yang dilakukan diikuti oleh K.Schadt yang menandai lahirnya
perkebunan kelapa sawit di Indonesia. Sejak saat itu perkebunan kelapa sawit di
Indonesia mulai berkembang. Perkebunan kelapa sawit pertama kali berlokasi di
pantai timur Sumatera (Deli) dan Aceh. Luas areal perkebunan mencapai 5.123
ha. Indonesia mulai mengekspor minyak sawit pada tahun 1911 sebesar 576 ton
ke Negara Eropa, kemudian tahun 1923 mulai mengekspor minyak inti sawit
2.1.2. Varietas dan Bagian Tanaman Kelapa Sawit
Berdasarkan ketebalan tempurung dan daging buah, dikenalkan varietas kelapa
sawit, yaitu :
1. Dura
Tempurung cukup tebal antara 2-8 mm dan tidak terdapat lingkaran sabut
pada bagian luar tempurung. Daging buah relatif tipis dengan persentase daging
buah terhadap buah bervariasi antara 35-50% kernel (daging biji) biasanya besar
dengan kandungan minyak yang rendah.
Dari empat pohon induk yang tumbuh di Kebun Raya Bogor, varietas ini
kemudian menyebar ketempat lain, antara lain ke negara Timur Jauh. Dalam
persilangan, varietas Dura dipakai sebagai pohon induk betina.
2. Pisifera
Ketebalan tempurung sangat tipis, bahkan hampir tidak ada tetapi daging
buahnya tebal. Persentase daging buah terhadap buah cukup tinggi, sedangkan
daging buah tipis. Jenis Pisifera tidak dapat diperbanyak tanpa menghilangkan
dengan jenis yang lain. Varietas ini dikenal sebagai tanaman batina yang steril
sebab bungan betina gugur pada fase dini. Oleh sebab itu, dalam persilangan
dipakai sebagai pohon induk jantan. Penyerbukan silang antara Pisifera dengan
3. Tenera
Varietas ini mempunyai sifat-sifat yang berasal dari kedua induknya, yaitu
Dura dan Pisifera. Varietas inilah yang banyak ditanam
diperkebunan-perkebunan pada saat ini. Tempurung sudah menipis, ketebalannya berkisar antara
0,5-4 mm, dan terdapat lingkaran serabut disekelilingnya. Persentase daging buah
terhadap buah tinggi antara 60-96%. Tandan buah yang dihasilkan oleh Tenera
lebih banyak daripada Dura, tetapi ukuran tandannya relatif lebih kecil.
4. Macro Carya
Tempurung sangat tebal sekitar 5 mm, sedangkan daging buahnya tipis
sekali.
5. Diwikka-wakka
Varietas ini mempunyai cirri khas dengan adanya dua lapisan daging buah.
Diwikka-wakka dapat dibedakan menjadi wakkadura,
Diwikka-wakkafera dan Diwikka-wakkatenera. Dua varietas kelapa sawit yang disebutkan
terakhir ini jarang dijumpai dan kurang begitu dikenal di Indonesia.
Perbedaan ketebalan daging buah kelapa sawit menyebabkan perbedaan
persentase atau rendemen minyak yang dikandungnya. Rendemen minyak tinggi
terdapat pada varietas Tenera yaitu sekitar 22-24%, sedangkan pada varietas Dura
antara 16-18%. Jenis kelap sawit yang diusahakan tentu saja yang mengandung
rendemen minyak tinggi sebab minyak sawit merupakan hasil olahan yang utama.
Sehingga tidak mengherankan jika lebih banyak perkebunan yang menanam
2.2. Minyak Kelapa Sawit
Minyak sawit yang sekarang banyak ditemukan di pasar sebagai minyak
goreng itu diperoleh dari daging buah dan inti (kernel sawit). Dengan demikian
minyak sawit didapatkan dengan memproses daging buah beserta memecah
tempurung inti atau kernel.
2.2.1. Komposisi Minyak Kelapa Sawit
Kelapa sawit mengandung kurang kebih 80% dan 20% buah yang dilapisi kulit
yang tipis; kadar minyak dalam prikarp sekitar 34-40%. Minyak kelapa sawit
adalah lemak semi padat yang mempunyai komposisi yang tetap.
Perbedaan jenis asam lemak penyusunnya dan jumlah rantai asam lemak
dalam minyak sawit dan minyak inti sawit menyebabkan kedua jenis minyak
tersebut mempunyai sifat yang berbeda dalam kepadatan. Minyak sawit dalam
suhu kamar bersifat setengah padat, sedangkan pada suhu yang sama minyak inti
sawit berbentuk cair. Jika terjadi penguraian minyak sawit, misalnya dalam proses
pengolahan makan akan didapatkan berbagai jenis asam lemak. Masing-masing
bahan kimia tersebut mempunyai ruang lingkup penggunaan yang tidak sama,
sehingga dari bahan itu dapat dikembangkan menjadi produk yang siap pakai atau
Tabel.2.1. Komposisi asam lemak minyak kelapa sawit dan minyak inti kelapa sawit
Asam Lemak Minyak Kelapa Sawit
(persen)
Tujuan utama dari proses pemurnian minyak adalah untuk menghilangkan rasa
serta bau yang tidak enak, warna yang tidak menarik dan memperpanjang masa
simpan minyak sebelum dikonsumsi atau digunakan sebagai bahan mentah dalam
industri.
Pada umumnya minyak untuk tujuan bahan pangan dimurnikan melalui tahap
proses sebagai berikut :
1. Netralisasi
Netralisasi ialah suatu proses untuk memisahkan asam lemak bebas dari
minyak atau lemak, dengan cara mereaksikan asam lemak bebas dengan
Pemisahan asam lemak bebas dapat juga dilakukan dengan cara penyulingan
yang dikenal dengan istilah de-asidifikasi.
2. Pemucatan (Bleaching)
Pemucatan ialah suatu tahap proses pemurnian untuk menghilangkan
zat-zat warna yang tidak disukai dalam minyak. Pemucatan ini dilakukan
dengan mencampur minyak dengan sejumlah kecil adsorben, seperti tanah
serap (fuller earth), lempung aktif (activated clay) dan arang aktif atau
dapat juga menggunakan bahan kimia.
Pemucatan minyak dengan bahan kimia banyak digunakan terhadap minyak
untuk tujuan bahan pangan. Keuntungan penggunaan bahan kimia sebagai bahan
pemucat adalah karena hilangnya sebagian minyak dapat dihindarkan dan zat
warna diubah menjadi zat tidak berwarna yang tetap tinggal dalam minyak.
Kerugiannya ialah karena kemungkinan terjadi reaksi antara bahan kimia dan
trigliserida sehingga menurunkan flavor minyak.
3. Deodorisasi
Deodorisasi adalah suatu tahap proses pemurnian minyak yang bertujuan
untuk menghilangkan bau dan rasa (flavor) yang tidak enak dalam minyak.
Prinsip proses deodorisasi yaitu penyulingan minyak dengan uap panas
dalam tekanan atmosfer atau keadaan vakum. Proses deodorisasi perlu
dilakukan terhadap minyak yang digunakan untuk bahan pangan. Beberapa jenis
minyak yang baru diekstrak mengandung flavor yang baik untuk tujuan bahan
Proses deodorisasi pada suhu tinggi, komponen yang menimbulkan bau dalam
minyak akan lebih menguap sehingga komponen tersebut diangkut dari minyak
bersama-sama uap panas. Kerusakan minyak yang telah mengalami proses
deodorisasi dapat disebabkan oleh proses oksidasi, mikroba dan ion logam yang
merupakan katalisator dalam proses oksidasi minyak.
4. Hidrogenasi
Hidrogenasi adalah proses pengolahan minyak atau lemak dengan
jalan menambahkan hydrogen pada ikatan rangkap dari asam lemak,
sehingga akan mengurangi tingkat ketidakjenuhan minyak atau lemak. Proses
hidrogenasi, terutama bertujuan untuk membuat minyak atau lemak bersifat
plastis. Adanya penambahan hydrogen pada ikatan rangkap minyak atau
lemak dengan bantuan katalisator akan mengakibatkan kenaikan titik cair.
Juga dengan hilangnya ikatan rangkap akan menjadikan minyak atau lemak
tersebut tahan terhadap proses oksidasi.
Proses hidrogenasi sebagai suatu proses industri bertujuan untuk
menjenuhkan ikatan rangkap dari rantai karbon asam lemak pada minyak
atau lemak. Reaksi hidrogenasi ini dilakukan dengan menggunakan hidrogen
murni dan ditambahkan serbuk nikel sebagai katalisator. Setelah proses
hidrogenasi selesai, minyak didinginkan dan katalisator dipisahkan dengan
cara penyaringan. Hasilnya adalah minyak yang bersifat plastis atau keras,
tergantung pada derajat kejenuhannya. Reaksi pada proses hidrogenasi terjadi
pada permukaan katalis yang mengakibatkan reaksi antara molekul-molekul
tidak jenuh, yaitu pada ikatan rangkap, membentuk radikal kompleks antara
hidrogen, nikel dan asam lemak tak jenuh. Setelah terjadi penguraian nikel
dan radikal asam lemak, akan dihasilkan suatu tingkat kejenuhan yang lebih
tinggi. Radikal asam lemak dapat terus bereaksi dengan hidrogen,
membentuk asam lemak yang jenuh (Ketaren, 1986).
2.2.3. Pemanfaatan Minyak Sawit
Minyak sawit dapat dimanfaatkan diberbagai industri karena memiliki susunan
dan kandungan gizi yang cukup lengkap. Industri yang banyak menggunakan
minyak sawit sebagai bahan baku adalah industri pangan serta industri non
pangan seperti kosmetik dan farmasi. Minyak sawit yang digunakan sebagai
produk pangan dihasilkan dari minyak sawit maupun inti sawit.
Kebutuhan mutu minyak sawit yang digunakan sebagai bahan baku
industri pangan dan non pangan masing-masing berbeda. Oleh karena itu keaslian,
kemurnian, kesegaran maupun aspek higienisnya harus lebih diperhatikan.
Rendahnya mutu minyak sawit sangat ditentukan oleh banyak faktor.
Faktor-faktor tersebut dapat langsung dari sifat induk pohonnya, penanganan atau
kesalahan selama pemrosesan dan pengangkutan.
Sebagai bahan baku untuk minyak makan, minyak sawit antara lain
digunakan dalam bentuk minyak goreng, margarin, butter dan bahan untuk
membuat kue-kue. Sebagai bahan pangan, minyak sawit mempunyai beberapa
keunggulan dibandingkan minyak goreng lain, antara lain mengandung karoten
teroksidasi. Oleh karena itu, minyak sawit sebagai minyak goreng bersifat lebih
awet dan makanan yang digoreng dengan menggunakan minyak sawit tidak cepat
tengik.
Bentuk olahan pangan lain yang menggunakan bahan baku minyak sawit
adalah margarin. Margarin ini dibuat dari campuran olein, minyak inti sawit dan
stearin. Di Indonesia, kualitas margarin yang dibuat dari seluruh komponen
minyak sawit tergolong masih rendah. Margarin yang berkualitas seperti itu
digunakan untuk pabrik roti. Dalam penggunaanya sebagai bahan margarin,
minyak sawit masih memiliki kekurangan terutama bila dikonsumsi di daerah
dingin.
Minyak sawit mempunyai potensi yang cukup besar untuk digunakan di
industri non pangan. Produk non pangan yang dihasilkan dari minyak sawit dan
minyak inti sawit diproses melalui proses hidrolisis untuk menghasilkan asam
lemak dan gliserin (Fauzi, 2002).
2.3. Minyak Inti Sawit
Minyak inti sawit (PKO) dihasilkan dari inti kelapa sawit. Minyak inti sawit
memiliki rasa dan bau sangat kuat dan khas sekali. Minyak inti sawit berasal dari
biji dalam buah kelapa sawit. Inti sawit merupakan buah tanaman kelapa sawit
yang dipisahkan dari daging buah dan tempurungnya serta selanjutnya
dikeringkan. Kandungan minyak yang terkandung di dalam inti sekitar 50%.
Bentuk inti sawit bulat padat atau agak gepeng berwarna coklat hitam. Inti sawit
mengandung lemak, protein, serat dan air. Inti kelapa sawit terdapat dalam
inti sawit lebih padat dibandingkan dengan minyak kelapa dan difraksinasi
untuk hasil yang keras. Minyak inti sawit mampu dihidrogenasi lebih jauh
dari pada minyak kelapa sejak tidak dijenuhkan. Ini menjadikan minyak inti
sawit sangat berguna untuk persiapan dari spesialisasi konveksioner mentega
yang mana memiliki karakter berbeda dari minyak kelapa (Weiss, 1983).
2.4. Hydrogenated Palm Kernel Oil dan RBD Palm Kernel Oil
Kelapa sawit selain menghasilkan minyak sawit mentah (CPO) dan
minyak inti sawit (PKO) juga menghasilkan berbagai produk turunan yang dapat
dikembangkan sebagai produk setengah jadi dan produk jadi. Produk setengah
jadi meliputi Oleopangan (minyak goreng dan maragarin) dan Oleokimia (fatty
acids, fatty alkohol dan glyserin). Produk jadi terdiri dari sabun dan kosmetik
(Basyar, 1999).
Produk turunan kelapa sawit merupakan manfaat yang didapat dari
pengolahan lebih lanjut dari kelapa sawit yaitu minyak dasar yang dihasilkannya
dari kelapa sawit (Crude Palm Oil). Dari hasil olahan selanjutnya dapat berupa
RBD Palm Oil, RBD Stearin, Palm Kernel Oil, dam RBD Palm Kernel Oil.
Minyak kelapa sawit juga dapat dihidrogenasi dengan tujuan untuk
mengurangi tingkat kejenuhan dari minyak tersebut. Penambahan hidrogen pada
ikatan rangkap minyak dengan bantuan katalisator akan mengakibatkan
2.5. Standar Mutu
Standar mutu adalah merupakan hal yang penting untuk menentukan minyak
yang bermutu baik. Minyak sawit memegang peranan penting dalam perdagangan
dunia, oleh karena itu syarat mutu harus menjadi perhatian utama dalam
perdagangannya. Istilah mutu minyak sawit dapat dibedakan menjadi dua arti
yang sangat penting yaitu : pertama, benar-benar murni dan tidak bercampur
dengan minyak nabati lain. Mutu minyak sawit tersebut dapat ditentukan dengan
menilai sifat-sifat fisiknya, yaitu dengan mengukur nilai titik lebur angka
penyabunan dan bilangan iodium. Kedua, pengertian mutu sawit berdasarkan
ukuran. Dalam hal ini syarat mutu diukur berdasarkan spesifikasi standard mutu
internasional yang meliputi kadar asam lemak bebas, air, kotoran, logam,
tembaga, peroksida, dan ukuran pemucatan (Fauzi, 2003).
Mutu minyak kelapa sawit yang baik mempunyai kadar air kurang dari 0,1
persen dan kadar kotoran lebih kecil dari 0,01 persen, kandungan asam lemak
bebas serendah mungkin (lebih kurang 2 persen atau kurang), bilangan peroksida
dibawah 2, bebas dari warna merah dan kuning (harus berwarna pucat) tidak
berwarna hijau, jernih, dan kandungan logam berat serendah mungkin atau bebas
dari ion (Ketaren, 1986).
2.6. Bilangan Iodin
Bilangan iod adalah sejumlah (gram) iod yang dapat diikat oleh 100 gram
lemak. Ikatan rangkap yang terdapat pada asam lemak yang tidak jenuh akan
bereaksi dengan iod atau senyawa-senyawa iod. Gliserida dengan tingkat
Titik akhir titrasi dinyatakan dengan hilangnya warna biru dengan indikator
amilum.
Bilangan iod dapat menyatakan derajat ketidakjenuhan dari minyak atau
lemak dan dapat juga dipergunakan untuk menggolongkan jenis minyak
“pengering” dan minyak “bukan pengering”. Minyak “pengering” mempunyai
bilangan iod yang lebih dari 130. Minyak yang mempunyai bilangan iod antara
100 sampai 130 bersifat “setengah mengering”. Asam lemak yang tidak jenuh
dalam minyak dan lemak mampu menyerap sejumlah iod dan membentuk
senyawa yang jenuh (Ketaren, 1986).
Bilangan iodin berbanding langsung dengan derajat ketidakjenuhan.
Bilangan iodin yang tinggi diindikasikan ketidakjenuhan yang tinggi pula. Ini juga
berguna sebagai indikator dari bentuk lemak, bilangan iodin lemak yang tinggi
biasanya berupa cairan, sedangkan bilangan iodin yang rendah biasanya berupa
padatan. Selama pemrosesan minyak dan lemak, sebagai derajat dari pertambahan
hidrogenasi, bilangan iodin berkurang (Lawson, 1985).
2.7. Titrasi Iodometri
Titrasi iodometri dapat dilakukan tanpa indikator dari luar karena warna I2
yang dititrasi itu akan lenyap bila titik akhir tercapai, warna itu mula-mula cokelat
agak tua, menjadi lebih muda, lalu kuning, kuning-muda, dan seterusnya, sampai
akhirnya lenyap. Namun lebih mudah dan lebih tegas bila ditambahkan amilum ke
dalam larutan sebagai indikator. Amilum dengan I2 membentuk suatu kompleks
berwarna biru tua yang masih sangat jelas sekalipun I2 sedikit sekali. Pada titik
lenyap mendadak dan perubahan warnanya tampak sangat jelas. Penambahan
amilum ini harus menunggu sampai mendekati titik akhir titrasi (bila yod sudah
tinggal sedikit yang tampak dari warnanya yang kuning-muda). Maksudnya ialah
agar amilum tidak membungkus yod dan menyebabkannya sukar lepas kembali.
Hal itu akan berakibat warna biru sulit sekali lenyap sehingga titik akhir tidak
kelihatan tajam lagi. Bila yod masih banyak sekali bahkan dapat menguraikan
amilum dan hasil penguraian ini mengganggu perubahan warna pada titik akhir
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Alat dan Bahan 3.1.1. Alat-alat
1. Neraca Analitik Sartorius
2. Gelas beaker 100 ml pyrex
3. Gelas beaker 50 ml pyrex
4. Oven Memmert 30 – 2300C
5. Spatula -
6. Labu ukur 50 ml pyrex
7. Labu ukur 100 ml pyrex
8. Labu ukur 250 ml pyrex
9. Labu ukur 500 ml pyrex
10. Botol aquades -
11. Hot plate stirrer HJ-3
12. Magnetic strirrer spinbarr
13. Botol gelap penutup -
14. Gelas erlenmeyer 250 ml pyrex
15. Pipet volume 20 ml pyrex
18. Buret 50 ml duran
19. Statif dan klem -
20. Karet penghisap -
3.1.2 Bahan – Bahan 1. Sampel HPKO
2. Sampel RBD PKO
3. Aquadest
4. Tiosulfat (Na2S2O3)
5. HCl (p)
6. Kalium Iodida (KI)
7. Indikator Amilum
8. Kristal Kalium dikromat (K2Cr2O7)
9. Larutan Wijs
10. Larutan sikloheksana
11. Larutan Asam Asetat Glasial
3.2. Persiapan Analisa 3.2.1. Penyediaan Sampel
Sampel yang diperlukan untuk analisa Bilangan Iodin adalah
Hydrogenated PKO dan RBD PKO. Sebelum dilakukan analisa, maka sampel
sampel didalam oven pada suhu 800C selama 15 menit agar sampel homogen dan mudah dalam melakukan penimbangan.
3.2.2. Pembuatan Larutan Pereaksi
3.2.2.1. Prosedur Pembuatan Larutan Indikator Amilum 1%
- Ditimbang sebanyak 0,5 gr serbuk amilum kedalam beaker glass 100 ml
- Dilarutkan dengan aquadest hingga 50 ml
- Dipanaskan dengan menggunakan hotplate sambil diaduk dengan
magnetic stirrer hingga menjadi 50 ml
3.2.2.2. Prosedur Pembuatan Larutan KI 15%
- Ditimbang sebanyak 7,5 gr serbuk KI dalam beaker glass 50 ml - Dilarutkan dengan aquadest dan diaduk hingga larut sempurna
- Dimasukkan kedalam labu ukur 50 ml kemudian diencerkan dengan
- Dihomogenkan dengan magnetic stirrer
- Dilanjutkan titrasi dengan Na2S2O3 hingga terjadi perubahan menjadi hijau muda - Ditimbang sampel dalam Erlenmeyer ± 0,5 gr
- Ditambahkan 20 ml larutan sikloheksana – asam asetat glasial (1:1) dengan menggunakan pipet volume
- Ditambahkan 25 ml larutan wijs dengan menggunakan pipet volume
- Ditutup Erlenmeyer
- Disimpan dalam ruang gelap selama 30 menit
- Ditambahkan 20 ml larutan KI 15% dengan menggunakan pipet volume
- Ditambahkan 40 ml aquadest dengan menggunakan gelas ukur
- Diaduk
- Dititrasi dengan larutan Na2S2O3 0,1 N hingga terjadi perubahan warna menjadi kuning
- Ditambahkan ± 2 ml amilum 1%
- Dilanjutkan titrasi dengan Na2S2O3 0,1 N hingga bening - Dicatat volume Na2S2O3 0,1 N pada titik akhir titrasi
- Dilakukan prosedur yang sama untuk larutan blanko tanpa adanya penambahan sampel
- Dihitung bilangan iodinnya dengan rumus sebagai berikut :
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Data Analisa
Tabel 4.1. Data Analisa Bilangan Iodin pada Hydrogenated Palm Kernel Oil
Nama
Tabel 4.2. Data Analisa Bilangan Iodin pada RBD Palm Kernel Oil
4.2. Perhitungan
Bilangan iodin (gr I2/100gr) = x 12,692
Keterangan :
A = V.Na2S2O3 Titrasi Blanko (ml)
B = V.Na2S2O3 Titrasi Sampel (ml)
N = Normalitas Na2S2O3 (N)
W = Berat Sampel (gr)
Contoh perhitungan:
= 12,692
= 0,16 gr I2/100gr
Dilakukan perhitungan yang sama untuk semua sampel.
4.3. Pembahasan
Bilangan iodin adalah sejumlah (gram) iod yang dapat diikat oleh 100 gram
Dari data Tabel.4.1. dan Tabel.4.2. diperoleh rata-rata bilangan iodin
dalam sampel Hydrogenated Palm Kernel Oil (0,16 gr I2/100gr sampai 0,24 gr
I2/100gr) yang lebih rendah daripada rata-rata bilangan iodin dalam RBD Palm
Kernel Oil (17,51 gr I2/100gr sampai 18,10 gr I2/100gr).
Standart mutu minyak untuk Hydogenated Palm Kernel Oil untuk
parameter bilangan iodin adalah maksimum 8 gr I2/100gr. Sedangkan standart
mutu minyak untuk RBD Palm Kernel Oil untuk parameter bilangan iodin adalah
maksimum 19 gr I2/100gr.
Bilangan iod ditetapkan dengan melarutkan sejumlah contoh minyak atau
lemak (0,1 sampai 0,5 gram) dalam kloroform atau karbon tetraklorida, kemudian
ditambahkan halogen secara berlebihan. Jumlah katan rangkap dalam minyak inti
sawit ditentukan dengan bilangan iodin. Makin besar bilangan iodin maka jumlah
ikatan rangkap semakin besar dan titik cair semakin rendah. Bilangan iod
dipergunakan juga untuk menggolongkan jenis minyak “pengering” dan minyak
“bukan pengering”. Bilangan iodin yang tinggi diindikasikan ketidakjenuhan yang
tinggi pula. Ini juga berguna sebagai indikator dari bentuk lemak, bilangan iodin
lemak yang tinggi biasanya berupa cairan, sedangkan bilangan iodin yang rendah
biasanya berupa padatan. Rendahnya mutu minyak sawit sangat ditentukan oleh
banyak faktor. Faktor yang menyebabkan perbedaan bilangan iodin dalam sampel
adalah ikatan rangkap yang lebih banyak dalam RBD Palm Kernel Oil
dibandingkan ikatan rangkap yang terdapat dalam sampel Hydrogenated Palm
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
1. Bilangan Iodin yang terdapat dalam sampel HPKO (A) = 0,16 gr I2/100gr, (B) = 0,20 gr I2/100gr, (C) = 0,24 gr I2/100gr dan dalam sampel RBD PKO (A) = 17,51 gr I2/100gr, (B) = 18,10 gr I2/100gr, (C) = 17,58 gr I2/100gr.
2. Bilangan Iodin yang diperoleh pada penelitian sesuai dengan standard
mutu yaitu: HPKO maks 8 gr I2/100gr ; RBD PKO max 18 gr I2/100gr.
5.2. Saran
1. Disarankan kepada peneliti selanjutnya agar melakukan penelitian
penentuan bilangan asam, asam lemak bebas, kadar air pada sampel
Hydrogenated Palm Kernel Oil dan Refined Bleached Deodorized Palm
Kernel Oil.
2. Disarankan kepada peneliti selanjutnya agar melakukan penelitian
penentuan bilangan iodin pada sampel Hydrogenated Palm Kernel Stearin
DAFTAR PUSTAKA
Basyar, A.H. 1999. Perkebunan Besar Kelapa Sawit. Indonesia : E-law dan Cepas.
Fauzi, Y. 2002. Kelapa Sawit Budidaya Pemanfaatan Hasil dan Limbah Analisa Usaha dan Pemasaran. Jakarta : Penebar swadaya.
Harjadi, W. 1993. Ilmu Kimia Analitik Dasar. Jakarta : Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama
Ketaren, S. 1986. Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan. Jakarta : Penerbit Universitas Indonesia.
Lawson, H.W. 1985. Standard for Food and Oils. Volume 5. Connecticut : Avi Publishing Company.
Tambun, R. 2006. Buku Ajar Teknologi Oleokimia. Medan : Universitas Sumatera Utara
Tim Penulis PS. 1998. Kelapa Sawit Usaha Budidaya, Pemanfatan Hasil, dan Aspek Pemasaran. Jakarta : Penebar swadaya.
LAMPIRAN 1
Spesifikasi Hydrogenated Palm Kernel Oil (STC – Spesification)
Free Fatty Acid (FFA %) As Lauric max 0.1
Moisture and volatile matters (weight %) in 103 ± 1 ˚ C Max 0.1
Iodine value (wijs) 0-5
Colour (5 ¼ inch lovibond cell) Max 10 yellow and 1 red
Peroxide value( milliequivalent per kg oil ) Max 1
Saponification value (mg KOH/ 1gr Oil) 220-225
Slip melting point 33-35
Unsaponification matter % Max 0.6
Insoluble impurities (weight %) Max 0.05
Soap value (ppm) Max 5
Flavour and odour Free of any exotic and spicy odour
Stability in 110 degree Celsius and 2.5 gr specimen Min 40
Solid fat content (SFC) at 35 deg C Max 5
Type of contaminants (ppm) max
LAMPIRAN 2
Spesifikasi RBD Palm Kernel Oil ( PORAM/SNI – Spesification) Free Fatty Acids (as lauric) (AOCS Ca 5a-40) 0.1% max
Moisture and Impurities (AOCS Ca 2c-25) 0.1%max
Iodine Value (Wijs) (AOCS Cd 1-25) 19 max
Colour (Lovibond 5.25 cell) (model AF 900E) 1.5 R; 15 Y max
Peroxide Value 1 max
Saponification Value (AOCS Cd 3-25) 230- 260 Fatty Acid Content
C8 4.4
C10 3.7
C12 48.3
C14 15.6
C16 7.8
C18:0 2.0
C18:1 15.1