1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Minyak kelapa sawit mengandung karotenoid yang cukup tinggi. Karotenoid merupakan pigmen yang menghasilkan warna merah. Selain itu, terdapat komponen utama yaitu asam lemak jenuh palmitat yang menyebabkan minyak bertekstur kental-semi padat dan menjadi lemak padat didaerah beriklim sedang. Minyak kelapa sawit merupakan bahan baku yang penting untuk berbagai masakan tradisional di Afrika Barat. Mulai abad ke-14 hingga ke-17, buah sawit dibawa dari Afrika ke Amerika.
Kelapa sawit sebagai sumber penghasil minyak nabati memegang peran penting bagi perekonomian Negara. Penanaman kelapa sawit umumnya dilakukan di Negara dengan beriklim tropis yang memiliki curah hujan yang tinggi (minimum 1.600 mm/tahun). Perkembangan industri kelapa sawit di Negara beriklim tropis telah didorong oleh produktivitas yang sangat tinggi. Pasalnya, kelapa sawit memberikan hasil tertinggi minyak per satuan luas dibandingkan dengan tanaman lainnya. Selain itu, hasil panen kelapa sawit ternyata menghasilkan dua jenis minyak, yaitu minyak kelapa sawit dan minyak kernel (inti). Kedua jenis minyak tersebut sangat diminati oleh pasar global. (Yan, 2004)
2
Minyak sawit dapat dipergunakan untuk bahan makanan dan industry melalui proses penyulingan, penjernihan dan penghilangan bau atau RBDPO (Refined, Bleached, Deodorized Palm Oil). Disamping itu CPO dapat diuraikan untuk produksi minyak sawit padat (RBD Stearin) dan untuk produksi minyak sawit cair (RBD Olein). RBD Olein terutama dipergunakan untuk pembuatan minyak goreng. Sedangkan RBD Stearin terutama dipergunakan untuk margarine dan shortening, disamping untuk bahan baku industry sabun dan deterjen. Pemisahan CPO dan PK dapat menghasilkan oleokimia dasar yang terdiri dari asam lemak dan gliserol. (Redzwan, 2005)
Pada tahap deodorisasi minyak dari bleacing DBPO (Degumming Bleaching
Palm Olein) akan dimurnikan dari kadar asam lemak bebas (FFA), bau (odor), dan
warna (colour). Proses pemurnian dilakukan pada life steam dengan peningkatan suhu secara bertahap, yaitu pada suhu 200 – 250oC pada tekanan 1 atm dan selanjutnya pada tekanan rendah (± 10 mm Hg) sambil dialiri uap panas selama 4 – 6 jam untuk mengangkut senyawa yang menguap. Jika masih ada uap air yang tertinggal dalam minyak setelah pengaliran uap selesai, maka minyak tersebut perlu divakumkan pada tekanan yang lebih rendah.
Pada suhu yang tinggi, komponen yang menimbulkan bau pada minyak akan lebih mudah menguap, sehingga komponen tersebut diangkut sari minyak bersama – sama dengan uap panas. Penurunan tekanan selama proses deodorisasi akan mengurangi jumlah uap yang digunakan dan mencegah hidrolisa minyak oleh uap air.
3
Oleh sebab itu penulis merasa tertarik untuk memilih judul “Penentuan Kadar Asam Lemak Bebas Dari Refined Bleached Deodorized Palm Oil (RBDPO) Pada
Proses Deodorisasi”
1.2. Perumusan Masalah
Dalam hal ini penulis ingin mengidentifikasi bagaimana cara penentuan kadar asam lemak bebas pada refined bleached deodorized palm oil (RBDPO) dan apakah asam lemak bebas dari refined deodorized palm oil telah memenuhi standar mutu internasional?
1.3. Tujuan
Untuk mengetahui kadar asam lemak bebas dari refined bleached deodorized palm oil (RBDPO).
1.4. Manfaat Penelitian
Untuk memberikan informasi kepada konsumen tentang hal-hal yang mempengaruhi nilai kadar asam lemak bebas dalam refined bleached deodorized palm oil (RBDPO).