TESIS
OLEH
NETTY PRATIWI
057023012 / AKK
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PROGRAM UKGS (USAHA KESEHATAN GIGI SEKOLAH)
KOTA BINJAI TAHUN 2006
TESIS
Untuk memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M.Kes) Dalam Program Magister Administrasi dan Kebijakan Kesehatan Konsentrasi Administrasi Kesehatan Komunitas/Epidemiologi
pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara
OLEH
NETTY PRATIWI
057023012 / AKK
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PANITIA PENGUJI TESIS
Ketua : Prof. Drg. Lina Natamiharja, SKM Anggota : Prof. Drg. Monang Panjaitan, M.S Drs. Amru Nasution, M.Kes
HUBUNGAN KARAKTERISTIK ORGANISASI DENGAN KINERJA
PROGRAM UKGS (USAHA KESEHATAN GIGI SEKOLAH)
KOTA BINJAI TAHUN 2006
TESIS
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Medan, 20 Agustus 2007
Nama Mahasiswa : Netty Pratiwi
Nomor Pokok : 057023012
Program Studi : Administrasi dan Kebijakan Kesehatan
Konsentrasi : Administrasi Kesehatan Komunitas/Epidemiologi
Menyetujui Komisi Pembimbing :
( Prof. drg. Lina Natamiharja, SKM ) ( Prof. drg. Monang Panjaitan, MS )
Ketua Anggota
Ketua Program Studi, Direktur SPs USU
(Dr. Drs. Surya Utama, MS) (Prof.Dr.Ir.T. Chairun Nisa B., MSc)
PROGRAM UKGS (USAHA KESEHATAN GIGI SEKOLAH)
KOTA BINJAI TAHUN 2006
NETTY PRATIWI
Mahasiswa Program Studi Magister Administrasi dan Kebijakan Kesehatan Komunitas Sekolah Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara
ABSTRAK
Tingginya angka penderita penyakit gigi dan mulut di Kota Binjai kemungkinan disebabkan karena belum baiknya pengelolaan organisasi UKGS di Puskesmas. Hal ini melatarbelakangi dilakukannya penelitian ini. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui bagaimana karakteristik organisasi UKGS dan hubungannya dengan kinerja Program UKGS Puskesmas di Kota Binjai.
Jenis penelitian adalah survei dengan tipe explanatory (survey penjelasan). Populasi penelitian adalah 8 buah puskesmas dan SD di Kota Binjai. Sampel penelitian adalah 3 puskesmas dengan karakteristik organisasi baik, cukup dan kurang serta siswa kelas 6 SD yang diambil secara purposive sampling. Jumlah sampel untuk siswa kelas 6 SD adalah 378 orang. Pengumpulan data dilakukan dengan wawacara berpedoman pada kuesioner penelitian untuk data karakteristik organisasi dan cakupan pelayanan UKGS, data status kesehatan gigi dan mulut siswa SD diperoleh dengan pemeriksaan gigi secara langsung dalam rongga mulut. Analisis statistik dilakukan dengan uji statistik Korelasi Pearson dan T-test unpaired.
Hasil analisis uji statistik Korelasi Pearson menunjukkan ada hubungan antara karakteristik organisasi UKGS puskesmas dengan OHIS dan CPITN siswa SD. Melalui uji statistik T-test unpaired ternyata tidak ada perbedaan OHIS dan CPITN antara lokasi terdekat dan terjauh dari puskesmas. Tidak ada hubungan antara karakteristik organisasi UKGS puskesmas dengan DMF-T siswa SD yang mana rerata D jauh lebih besar dibandingkan dengan rerata F siswa SD di Kota Binjai.
Penelitian ini menyimpulkan bahwa unsur karakteristik organisasi UKGS puskesmas untuk melaksanakan program UKGS di SD 25% baik, 62,5% cukup dan 12,5% kurang. Cakupan perawatan terhadap siswa kelas selektif masih kurang di Puskesmas Kota Binjai. Indeks OHIS dan CPITN siswa SD berhubungan dengan karakteristik organisasi UKGS puskesmas, sedangkan dengan DMF-T tidak berhubungan yang mana rerata F jauh lebih kecil dibandingkan rerata D. Disarankan agar menerapkan program kumur-kumur dengan larutan fluor atau pengolesan larutan fluor pada gigi siswa SD, serta melaksanakan perawatan/penambalan gigi siswa kelas selektif.
EFFORT) AT BINJAI TOWN IN 2006
NETTY PRATIWI
Master Program of Community Health Policy and Administration Post Graduate School of North Sumatera University
ABSTRACT
The height number of patients in dental and oral disease at Binjai town is possibility due to not good management of organizational of school dental health effort at health centres. This was the background of the study. The aim of this study was to know how organizational characteristic of school dental health effort and its relation with the performance program of school dental health effort at Binjai town.
The type of this study was an explanatory survey. Population were eight health centres and elementary school students at Binjai town. The sample were three health centres with good , enough and less organizational characteristic and elementary school students grade six who were taken by purposive sampling. The total samples of elementary school students were 378 people. Collecting data was done by interview based on research questioner for the data of organizational characteristic and coverage service of school dental health effort. Data of dental and oral health status of elementary school students was obtained directly in oral cavity. Statistical analysis was done with Pearson Correlation and T-Test (unpaired).
The results of statistical test analysis with Pearson Correlation showed that there were relations between organizational characteristic of school dental health effort at health centre with OHIS and CPITN of elementary school students. Statistical tests with T-test Unpaired showed that there were no differences of OHIS and CPITN between of closest and furthermost location from health centre. There was no correlation between organizational characteristic of school dental health effort at health centre with DMF-T of elementary school students which the mean of D is higher than the mean of F of elementary school students at Binjai Town.
Bismillahirrahmaanirrahiim.
Dengan mengucapkan syukur alhamdulillah atas berkat Rahmad dan Ridho yang telah diberikan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan tesis
dengan judul “Hubungan Karakteristik Organisasi dengan Kinerja Program UKGS (Usaha Kesehatan Gigi Sekolah) Kota Binjai Tahun 2006”.
Penulis menyadari bahwa proses penyelesaian tesis ini selain atas upaya penulis,
juga tidak lepas dari dukungan dan bantuan dari berbagai pihak, untuk itu penulis mengucapkan terimakasih yang setulus-tulusnya kepada :
1. Ibu Prof. Dr. Ir. Chairun Nisa B., MSc., Direktur Sekolah Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Dr. Drs. Surya Utama, MS., Ketua Program Magister Ilmu Kesehatan
Masyarakat Universitas Sumatera Utara, yang telah banyak memberikan dorongan dan semangat pada penulis dalam menyelesaikan penulisan tesis ini. 3. Ibu Prof. Drg. Lina Natamiharja, SKM., Ketua Komisi Pembimbing, yang telah
banyak memberikan dorongan, semangat dan mengarahkan penulis dalam menyelesaikan penulisan tesis ini.
4. Bapak Prof. Drg. Monang Panjaitan, M.S., Anggota Komisi Pembimbing, yang telah banyak memberikan dorongan dan mengarahkan penulis dalam menyelesaikan penulisan tesis ini.
Kesehatan Pasca Sarjana USU.
8. Seluruh teman-teman Mahasiswa Pasca Sarjana USU, di Puskesmas Limau
Sundai Binjai dan Dinas Kesehatan Binjai yang telah membantu memberi support dalam menyelesaikan penulisan tesis ini.
9. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu dalam pengantar ini. Secara khusus penulis juga mengucapkan terimakasih yang tak terhingga kepada : 1. Ayahanda H. Agustono dan Ibunda Hj. Sufni Yus yang telah berperan sangat
besar dalam mendidik dan membesarkan penulis serta membantu penulis dalam menyelesaikan penulisan tesis ini.
2. Suami Zunaidi, SE dan anak-anak tercinta Cynthia, Aditya dan Cinta yang selalu memberikan dorongan, kesabaran dan kasih sayang sehingga penulis dapat menyelesaikan pendidikan dengan baik.
Akhir kata izinkanlah penulis memohon maaf yang sebesar-besarnya atas segala kekhilafan selama mengikuti pendidikan pada program studi pascasarjana ilmu kesehatan
masyarakat USU ini, dan semoga amalan-amalan yang telah diberikan kepada penulis dapat diberikan balasan yang berlipat ganda oleh Allah SWT, Amin Ya Robbal Alamin.
Medan, 20 Agustus 2007
Penulis
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Netty Pratiwi
Tempat/Tgl Lahir : Medan/ 21 Maret 1969
Alamat : Jl. Jati 49 Pulo Brayan Bengkel Medan
Suami : Zunaidi, SE Anak : 1. Cynthia Pratiwi
2. Aditya Waskita
3. Cinta Sabrina
Riwayat Pendidikan : 1. SDN 060871 Medan Tamat Tahun 1981
2. SMPN 9 Medan Tamat Tahun 1984 3. SMAN 3 Medan Tamat Tahun 1987
4. Fakultas Kedokteran Gigi USU Tamat Tahun 1992
Riwayat Pekerjaan : 1. Tahun 1994-1999 Staf Pengajar di Sekolah Pengatur Rawat
Gigi Bukit Tinggi Sumatera Barat.
2. Tahun 1999-sekarang Dokter Gigi di Puskesmas Limau Sundai Kota Binjai.
Halaman PERNYATAAN
PERSETUJUAN
ABSTRAK... vi
KATA PENGANTAR...vii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ...viii
DAFTAR ISI... ix
DAFTAR TABEL... x
DAFTAR LAMPIRAN... xi
DAFTAR ISTILAH... xii
BAB 1. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang... 1
1.2.Permasalahan... 4
1.3.Tujuan Penelitian... 5
1.4.Hipotesis... 5
1.5.Manfaat Penelitian... 6
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usaha Kesehatan Gigi Sekolah... 7
2.2. Organisasi UKGS... 10
2.3. Kinerja Program UKGS... 16
2.4. Landasan Teori... 21
2.5. Kerangka Konsep ... 23
BAB 3. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian... 24
3.2. Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian... 24
3.3. Populasi dan Sampel... 24
3.4. Metode Pengumpulan Data... 26
3.5. Variabel dan Definisi Operasional... 27
3.6. Metode Pengukuran... 34
BAB 4. HASIL PENELITIAN
4.1. Deskripsi Lokasi Penelitian... 37
4.2. Karakteristik Organisasi UKGS... 39
4.3. Kinerja Program UKGS... 41
4.4. Hasil Uji Statistik... 45
BAB 5. PEMBAHASAN 5.1. Karakteristik Organisasi UKGS... 49
5.2. Kinerja Program UKGS... 51
5.3. Hubungan Karakteristik Organisasi dengan Kinerja Program UKGS 53 5.4. Keterbatasan Penelitian... 57
BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan... 59
6.2. Saran... 60
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Tabel Halaman
2.1. Kriteria Penilaian Indeks Oral Debris 20
2.2. Kriteria Pengukuran Indeks Kalkulus 21
3.1. Puskesmas dan SD Terpilih Berdasarkan Lokasi dan Jarak
dari Puskesmas di Kota Binjai 25
3.2. Jumlah sampel pada SD Terpilih berdasarkan
Puskesmas Terpilih Kota Binjai 26
3.3. Klassifikasi Tingkat Keparahan Karies Gigi Menurut WHO 32 4.1. Jumlah penduduk Laki-laki dan Perempuan per
Kecamatan di Kota Binjai 37
4.2. Jumlah Penduduk Menurut Golongan Umur dan
Jenis Kelamin di Kota Binjai 38
4.3. Jumlah Tenaga Medis Puskesmas Per Kecamatan di Kota Binjai 38 4.4. Jumlah murid SD/MI dan Puskesmas Per Kecamatan Kota Binjai 39
4.5. Kategori Karakteristik Organisasi UKGS 40
4.6. Kategori Puskesmas Berdasar Karakteristik Organisasi 40 4.7. Cakupan Pelayanan UKGS berdasarkan Puskesmas
Terpilih Kota Binjai 42
4.8. Rerata dan Kategori OHIS siswa SD berdasarkan
Puskesmas Terpilih di Kota Binjai 43
4.9. Rerata dan Tingkat DMF-T siswa SD berdasarkan
Puskesmas Terpilih di Kota Binjai 43
4.10. Rerata DMF-T , Decay dan Filling pada Siswa SD lokasi
Terdekat dan Terjauh dari Puskesmas Terpilih di Kota Binjai 44 4.11. Rerata dan Status CPITN (Sektan Gusi Sehat) siswa SD
Berdasarkan Puskesmas Terpilih di Kota Binjai 45 4.12. Hubungan Karakteristik Organisasi Puskesmas dengan
OHIS Siswa SD Kota Binjai 45
4.13. Hubungan Karakteristik Organisasi Puskesmas dengan Indeks
OHIS Siswa SD pada Lokasi Terdekat dan Terjauh di Kota Binjai 46 4.14. Hubungun Karakteristik Organisasi Puskesmas dengan
Indeks CPITN (Sektan Gusi Sehat) Siswa SD pada
Sekolah Dasar di Kota Binjai 47
4.15. Hubungan Karakteristik Organisasi Puskesmas dengan Indeks CPITN Siswa SD Berdasarkan Lokasi terjauh dan
Terdekat di Kota Binjai 47 4.16. Hubungan Karakteristik Organisasi Puskesmas dengan
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
1. Surat Permohonan Izin Penelitian 2. Surat Izin Penelitian
3. Daftar Pertanyaan / Kuesioner
CIS : Calculus Index Simplified
CPITN : Community Periodontal Index of Treatment Needs DMF-T : Decay Missing Filling Teeth
MI : Madrasah Ibtidaiyah
ODIS : Oral Debris Index simplified OHIS : Oral Hygiene Index Simplified PTI : Performed Treatment Index
SD : Sekolah Dasar
SKRT : Survei Kesehatan Rumah Tangga UKS : Usaha Kesehatan sekolah
UKGS : Usaha Kesehatan Gigi Sekolah WHO : World Health Organization
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Salah satu pokok program Indonesia Sehat 2010 (Depkes RI, 2003) adalah pokok program upaya kesehatan. Program yang termasuk dalam Upaya Kesehatan
ini adalah Program Pemberantasan Penyakit Menular dan Program Pencegahan Penyakit Tidak Menular. Sasaran yang ingin dicapai melalui Program Pencegahan
Penyakit Tidak Menular khusus untuk kesehatan gigi dan mulut adalah: (1). Turunnya secara bermakna insiden dan prevalensi penyakit gigi sehingga tidak lagi menjadi masalah kesehatan masyarakat. (2). Tercapainya derajat kesehatan
gigi dan mulut yang optimal.
Prevalensi karies gigi pada anak kelompok usia 12 tahun cenderung meningkat dari 69,74% pada tahun 1978 menjadi 76,92% pada tahun 1995
( Depkes RI, 1999). Hasil studi morbiditas SKRT (Survei Kesehatan Rumah Tangga) - Surkenas (Survei Kesehatan Nasional) 2001 menunjukkan bahwa
secara umum antara penyakit yang dikeluhkan dan tidak dikeluhkan, prevalensi penyakit gigi dan mulut adalah yang tertinggi meliputi 60 persen penduduk. Sedangkan pada golongan umur 5-14 tahun prevalensi penyakit gigi dan mulut
adalah 33 persen dan meningkat dengan bertambahnya umur. Hasil SKRT 2001 memperlihatkan bahwa indeks DMF-T pada penduduk umur 10 tahun ke
golongan umur, yaitu 0,07-0,15 gigi. Peningkatan indeks DMF-T lebih
didominasi oleh nilai D (gigi karies) dan nilai M (gigi di cabut).
Untuk mencapai Visi Program Kesehatan Indonesia Sehat 2010, di bidang
kesehatan gigi dan mulut mengacu pada indikator oral health global goal WHO, disesuaikan dengan kemampuan sumber daya dan kondisi kesehatan gigi masyarakat pada tahun 1995, Indonesia menetapkan indikator derajat kesehatan
gigi dan mulut antara lain untuk kelompok umur 12 tahun yang harus dicapai pada tahun 2010 sebagai berikut: Indeks DMF-T < 2 dan 70% sekstan gusi sehat > 3
(Depkes RI, 1999).
Kompleksitas masalah kesehatan gigi seperti diuraikan di atas cenderung relatif merata terjadi di seluruh wilayah Indonesia termasuk di Kota Binjai. Kota
Binjai adalah salah satu Kota di Propinsi Sumatera Utara yang mempunyai 8 Puskesmas yang berada pada 5 Kecamatan terdiri atas 18 Puskesmas Pembantu (Dinas Kesehatan Kota Binjai). Jumlah penduduk Kota Binjai sekitar 237 904
jiwa yang terdiri atas 154 Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah dengan jumlah murid sekitar 31 613 jiwa (BPS Kota Binjai, 2005). Menurut Kasubdis Yankes
Dinas Kesehatan Kota Binjai Dra.Umur Pandia Apt, di Kota Binjai masih banyak dijumpai kasus karies gigi pada anak-anak sekolah dasar, hal ini juga masih merupakan masalah nasional sampai sekarang yang mana kemampuan dan
kesadaran untuk membersihkan serta merawat gigi dan mulut masih kurang dan penyakit ini cenderung meningkat setiap dasawarsa. Di Kota Binjai telah
demikian usaha untuk mengatasi masalah karies gigi belum terlihat hasilnya,
diperkirakan peningkatan kasus karies gigi akan terus terjadi sejalan dengan kenaikan konsumsi gula, adanya faktor distribusi penduduk, faktor lingkungan,
dan faktor perilaku kesehatan gigi masyarakat Indonesia.
Laporan akuntabilitas dan evaluasi kinerja Dinas Kesehatan Kota Binjai Tahun 2006 menyatakan bahwa penyakit gigi dan mulut termasuk dalam 10
penyakit terbesar menurut kunjungan pasien ke Puskesmas. Diperkirakan 65 % masyarakat Kota Binjai menderita penyakit gigi dan mulut. Penilaian tersebut
tertuang di laporan SP2TP Puskesmas yang dibuat setiap bulannya dan dilaporkan ke Dinas Kesehatan (Dinas Kesehatan Kota Binjai).
Tingginya angka penderita penyakit gigi dan mulut di Kota Binjai
kemungkinan disebabkan karena belum baiknya pengelolaan organisasi UKGS di Puskesmas. Organisasi UKGS Puskesmas memiliki karakteristik berbeda yang ditentukan berdasarkan sub variabel yang terdiri atas sarana dan prasarana, biaya
operasional, petugas, unit sekolah serta monitor dan evaluasi. Apabila organisasi UKGS dikelola dengan baik, maka dapat meningkatkan kinerja Program UKGS
sehingga dicapai hasil yang maksimal dalam mencapai tujuan organisasi.
Kinerja program UKGS ditentukan oleh variabel penentu yaitu : cakupan pelayanan UKGS dan status kesehatan gigi dan mulut. Cakupan pelayanan
UKGS terdiri atas beberapa sub variabel yaitu : cakupan sekolah yang melaksanakan UKGS, cakupan sekolah yang melaksanakan sikat gigi massal,
Sedangkan status kesehatan gigi dan mulut murid sekolah ditentukan
berdasarkan sub variabel yang terdiri atas Indeks DMF-T, CPITN dan OHIS berdasarkan lokasi sekolah tempat pelaksanaan program UKGS. Penetapan lokasi
adalah untuk melihat status kesehatan gigi dan mulut anak sekolah dasar pada lokasi terdekat dan terjauh dari Puskesmas terpilih, sehingga diketahui apakah pelaksanaan program UKGS di sekolah dasar berjalan dengan baik atau tidak.
Untuk menganalisis bagaimana karakteristik organisasi dan hubungannya dengan kinerja Program UKGS Puskesmas di Kota Binjai maka akan dilakukan
penelitian dengan menganalisis karakteristik organisasi yang terdiri atas beberapa sub variabel yaitu sarana dan prasarana, biaya operasional, petugas, unit sekolah serta monitor dan evaluasi . Karakteristik organisasi ini kemudian dihubungkan
dengan kinerja Program UKGS yang ditentukan berdasarkan pendekatan variabel cakupan pelayanan UKGS serta pendekatan variabel status kesehatan gigi dan mulut murid sekolah.
1.2. Permasalahan
Berdasarkan uraian latar belakang diatas dapat dirumuskan permasalahan penelitian : bagaimanakah karakteristik organisasi UKGS (sarana dan prasarana, biaya operasional, petugas , unit sekolah, monitor dan evaluasi) dan hubungannya
1.3.Tujuan Penelitian
1. Menganalisis karakteristik organisasi UKGS (sarana dan prasarana, petugas , biaya operasional, unit sekolah, monitor dan evaluasi) di Kota Binjai.
2. Menganalisis kinerja program UKGS yaitu cakupan pelayanan UKGS (cakupan sekolah yang melaksanakan UKGS, cakupan sekolah yang melaksanakan sikat gigi masal, cakupan siswa jenjang kelas terpilih (selektif)
yang memperoleh perawatan, serta frekuensi pembinaan petugas kesehatan ke sekolah) dan status kesehatan gigi dan mulut (indikator Indeks DMF-T,
CPITN dan OHIS)
3. Menganalisis gambaran karakteristik organisasi UKGS Puskesmas (baik, sedang, kurang) dan hubungannya dengan cakupan pelayanan UKGS di Kota
Binjai.
4. Menganalisis hubungan antara karakteristik organisasi UKGS Puskesmas (baik, cukup, kurang) dengan status kesehatan gigi dan mulut (OHIS, CPITN
DMF-T) berdasarkan lokasi sekolah tempat pelaksanaan program UKGS.
1.4. Hipotesis
Ada hubungan antara karakteristik organisasi UKGS Puskesmas dengan status kesehatan gigi dan mulut (OHIS, CPITN, DMF-T) siswa SD di Kota
1.5. Manfaat Penelitian
1. Sebagai masukan bagi Dinas Kesehatan Kota Binjai dalam mengambil kebijakan dan strategi dalam pelaksanaan Program Usaha Kesehatan Gigi
Sekolah di Kota Binjai.
2. Sebagai bahan informasi bagi penelitian lain yang ingin melanjutkan penelitian ini.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Usaha Kesehatan Gigi Sekolah
Menurut Azwar (1996), Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) adalah salah satu sarana pelayanan kesehatan masyarakat yang amat penting di
Indonesia. Yang dimaksud dengan Puskesmas ialah suatu unit pelaksana fungsional yang berfungsi sebagai pusat pembangunan kesehatan, pusat
pembinaan peran serta masyarakat dalam bidang kesehatan serta pusat pelayanan kesehatan tingkat pertama yang menyelenggarakan kegiatannya secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan pada suatu masyarakat yang
bertempat tinggal dalam suatu wilayah tertentu.
Salah satu kegiatan Puskesmas adalah Usaha Kegiatan Gigi Sekolah (UKGS). Pengertian UKGS menurut Depkes RI (1996) adalah bagian integral dari
Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) yang melaksanakan pelayanan kesehatan gigi dan mulut secara terencana pada para siswa terutama siswa sekolah dasar (SD)
dalam suatu kurun waktu tertentu, diselenggarakan secara berkesinambungan melalui paket UKS yaitu paket minimal, paket standar dan paket optimal. UKGS merupakan komponen kegiatan pelayanan kesehatan gigi dan mulut di Puskesmas,
dengan memanfaatkan sekolah terutama SD sebagai tempat untuk pusat kegiatan pelayanan kesehatan gigi dan mulut di luar gedung Puskesmas.
memadai untuk menanggulangi keterbatasan sumber daya UKGS. Sampai saat ini
program UKGS masih merupakan ujung tombak pelayanan kesehatan gigi dan mulut di wilayah kerja Puskesmas. Ruang lingkup kegiatannya adalah melakukan
pemeriksaan kesehatan gigi, perawatan gigi secara rutin, penyuluhan kesehatan gigi dan mulut anak sekolah. Tujuan yang hendak dicapai adalah menghilangkan dan mengurangi gangguan kesehatan gigi serta mempertinggi kesadaran anak
sekolah dasar tentang pentingnya pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut (Palgunadi, 2006).
Kegiatan UKGS (Departemen Kesehatan RI, 2000) dilakukan sesuai keadaan tenaga dan fasilitas di Puskesmas, dan dibagi dalam 3 tahap / paket, yaitu:
1. Tahap I atau paket minimal UKGS
Pelayanan kesehatan gigi dan mulut bagi siswa yang belum terjangkau tenaga dan fasilitas kesehatan gigi. Kegiatan berupa :
a. Pendidikan/penyuluhan kesehatan gigi dan mulut dilakukan oleh guru sesuai dengan kurikulum Departemen Pendidikan dan Kebudayaan 1994.
b. Pencegahan penyakit gigi dan mulut bagi siswa SD/MI dengan melaksanakan kegiatan sikat gigi massal minimal untuk kelas I, II dan kelas III dengan memakai pasta gigi yang mengandung Fluor minimal 1
kali / bulan.
2. Tahap II atau paket standar UKGS
Kegiatan berupa :
a. Pelatihan guru dan petugas kesehatan dalam bidang kesehatan gigi.
b. Pendidikan/penyuluhan kesehatan gigi dan mulut dilakukan oleh guru
sesuai dengan kurikulum.
c. Pencegahan penyakit gigi dan mulut bagi siswa SD/MI dengan melaksanakan kegiatan sikat gigi massal minimal untuk kelas I, II dan
kelas III dengan memakai pasta gigi yang mengandung Fluor minimal 1 kali / bulan.
d. Penjaringan kesehatan gigi dan mulut untuk kelas I e. Pengobatan darurat untuk menghilangkan rasa sakit. f. Pelayanan medik gigi dasar atas permintaan.
g. Rujukan bagi yang memerlukan. 3. Tahap III atau paket optimal UKGS
Pelayanan kesehatan gigi dan mulut bagi siswa yang sudah terjangkau tenaga dan
fasilitas kesehatan gigi yang sudah memadai, dipakai sistem inkrimental dengan pemeriksaan ulang setiap 2 (dua) tahun untuk gigi tetap. Kegiatan berupa :
a. Pelatihan guru dan petugas kesehatan dalam bidang kesehatan gigi (terintegrasi).
b. Pendidikan/penyuluhan kesehatan gigi dan mulut dilakukan oleh guru
sesuai dengan kurikulum Dep.Dik.Nas.
c. Pencegahan penyakit gigi dan mulut bagi siswa SD/MI dengan
kelas III dengan memakai pasta gigi yang mengandung Fluor minimal 1
kali / bulan.
d. Penjaringan kesehatan gigi dan mulut untuk kelas I
e. Pengobatan darurat untuk menghilangkan rasa sakit
f. Pelayanan medik gigi dasar atas permintaan pada murid kelas I-VI (care of
demand)
g. Pelayanan medik gigi dasar pada kelas terpilih (kelas I, III, V dan VI) sesuai kebutuhan (treatment need).
h. Rujukan bagi yang memerlukan. 2.2. Organisasi UKGS
Menurut Sulistiyani dan Rosidah (2003), sering dijumpai definisi
organisasi yang sangat beragam, bahkan keberagaman pengertian organisasi dapat dikatakan jumlahnya adalah sebanyak pemikirnya. Klasifikasi definisi organisasi secara umum dibedakan menjadi tiga yaitu : pertama, organisasi dipandang
sebagai kumpulan orang; kedua, organisasi dipandang sebagai proses pembagian kerja; ketiga, organisasi dipandang sebagai sistem. Organisasi yang dimaksud
tidak lebih adalah sebagai sekumpulan orang, yang di dalamnya melakukan kerjasama dengan melalui pola hubungan yang bersifat sekunder, sehingga tidak ada terikat kaitan emosional, yang terintegrasi dalam sebuah lingkungan sosial
yang lebih luas, dipengaruhi oleh perubahan lingkungan, dalam rangka mencapai tujuan.
yang satu sama lain saling berhubungan dan mempengaruhi. Bagian komponen
atau sub sistem ini disebut dengan nama satuan organisasi. Agar tujuan yang tercantum dalam rencana dapat dicapai dengan memuaskan maka berbagai satuan
organisasi ini perlu mendapatkan pengaturan yang sebaik-baiknya. Pengaturan yang seperti ini melahirkan konsep struktur organisasi yakni yang menunjuk pada bagian atau pola hubungan antara satu satuan organisasi dengan satu satuan
organisasi lainnya (Azwar, 1996).
Untuk dapat melakukan pekerjaan pengorganisasian dengan baik perlu
pula dipahami berbagai prinsip pokok yang terdapat dalam organisasi antara lain : mempunyai pendukung, tujuan, kegiatan, pembagian tugas, perangkat organisasi, pembagian dan pendelegasian wewenang serta kesinambungan kegiatan dan
kesatuan perintah dan arah (Azwar, 1996).
Organisasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah Organisasi UKGS Puskesmas yang didukung oleh tenaga medis dan non medis, bertujuan mencapai
kinerja program UKGS yang maksimal, mempunyai petugas khusus UKGS, mempunyai perangkat organisasi yaitu Dinas Kesehatan dan Unit Sekolah dengan
pembagian dan pendelegasian wewenang masing-masing. 2.2.1. Sarana dan prasarana
Menurut Depkes RI (1992), sarana dan prasarana diperlukan untuk
mendukung pelaksanaan Program UKGS yang minimal dapat menunjang pelaksanaan prevensi primer dan peralatan pemeriksaan gigi untuk skrining dan
daya Puskesmas untuk pelayanan kesehatan gigi di Puskesmas dan UKGS
menyebabkan belum terlaksananya program UKGS. 2.2.2. Biaya operasional
Biaya operasional diperlukan untuk mendukung pelaksanaan Program UKGS sehingga dapat memaksimalkan kinerja Program UKGS. Biaya yang dimaksud adalah yang dibutuhkan untuk menyelenggarakan dan atau
memanfaatkan pelayanan kesehatan masyarakat yang tujuan utamanya untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan serta untuk mencegah penyakit (Azwar,
1996).
Berdasarkan penelitian Ramola (2006), biaya operasional untuk program UKGS seperti dana pembinaan petugas/tenaga non dental, biaya transportasi
untuk petugas belum tersedia. Secara umum sumber biaya kesehatan dapat dibedakan atas dua macam, yakni:
a. Seluruhnya bersumber dari anggaran Pemerintah
b. Sebagian ditanggung oleh masyarakat
Disini, masyarakat diajak berperan serta, baik dalam menyelenggarakan
upaya kesehatan ataupun pada waktu memanfaatkan jasa pelayanan kesehatan. Dengan diikutsertakannya masyarakat membiayai pemanfaatan pelayanan kesehatan, maka pelayanan kesehatan tidaklah cuma-cuma (Azwar, 1996).
2.2.3. Petugas
Keberhasilan suatu organisasi baik besar maupun kecil bukan semata-mata
dan mengendalikan organisasi yang bersangkutan. Berdasarkan penelitian
Ramola (2006), motivasi dan tanggung jawab petugas kesehatan gigi di Puskesmas masih rendah. Kehidupan organisasi untuk bahagian yang lebih besar
digerakkan oleh sumber daya manusia, bahkan sumber daya manusia sangat dominan fungsinya dalam kehidupan organisasi. Oleh karena itu, sumber daya manusia perlu lebih dipahami dan ditangani secara serius, bila diharapkan
peningkatan produktivitas dalam usaha merealisasi tujuan organisasi. Sumber daya manusia harus ditarik, diseleksi dan ditempatkan secara tepat, kemudian
dikembangkan untuk menambah pengetahuan dan keterampilannya serta dimotiver sedemikian rupa agar ia memberi manfaat bagi kelangsungan hidup organisasi (Manullang, 1987).
Menurut Depkes RI (1992), Program UKGS dijalankan oleh petugas yang berasal dari Puskesmas. Tenaga di Puskesmas ditugaskan mengurus kegiatan pokok kesehatan gigi dan mulut, melaksanakan UKGS dan menjadi anggota Tim
Pelaksana UKS di sekolah. Jika tidak ada tenaga kesehatan gigi, tugas tersebut diserahkan pada tenaga kesehatan lain yang telah dilatih tentang kesehatan gigi
dan mulut.
2.2.4. Unit sekolah
Unit Sekolah merupakan tempat dilaksanakannnya kegiatan UKGS
dimana objek UKGS adalah siswa sekolah dasar . Pemerintah melalui Puskesmas telah memanfaatkan SD sebagai wahana pelayanan kesehatan melalui kegiatan
paling dominan tanggung jawabnya dari aspek pelaksanaan pelayanan kesehatan.
Dalam kaitannya dengan kegiatan UKGS, SD merupakan wahana yang diprioritaskan paling tinggi dibanding tingkatan sekolah lainnya, seperti SMP dan
SMU ( Departemen Pendidikan Nasional, 2002). 2.2.4.1. Komite sekolah.
Komite sekolah adalah badan mandiri yang mewadahi peran serta
masyarakat dalam rangka meningkatkan mutu, pemerataan dan efisiensi pengelolaan pendidikan di satuan pendidikan, baik pada pendidikan pra sekolah,
jalur pendidikan sekolah maupun jalur pendidikan luar sekolah (Departemen Pendidikan Nasional, 2002).
Keterlibatan orang tua atau wali murid merupakan salah satu faktor yang
berperan dalam memaksimalkan kinerja Program UKGS. Salah satu perwujudan keterlibatan orang tua murid dalam kehidupan sekolah adalah dibentuknya Komite Sekolah (Wright,1994). Berdasarkan penelitian Lubis (2005), dapat
disimpulkan bahwa komite sekolah sebagai mitra kerja Puskesmas dalam pelaksanaan UKGS mempunyai potensi yang memadai untuk menanggulangi
keterbatasan sumber daya UKGS.
Jesse (1998) mengatakan bahwa orang tualah yang paling berperan dalam pemeliharaan kesehatan anak. Orang tua dapat mendukung dan membangun
semangat anak-anak mereka untuk membiasakan memelihara kesehatan gigi dan mulut, karena orang tua mempunyai peranan penting dalam hidup anak-anak
(1998) dapat disimpulkan bahwa pemeliharaan kesehatan anak oleh orang tua
menunjukkan hubungan yang sangat kuat dengan kualitas kesehatan anak.
Terdapatnya hubungan sinergis antara sekolah dan orang tua perlu
dipahami bahwa pihak pertama yang memiliki kewajiban dan tanggung jawab terhadap pendidikan anak adalah orang tua. Fungsi sekolah adalah membantu, apalagi jika diingat bahwa sehari-hari anak didik lebih banyak menghabiskan
waktunya di luar sekolah, oleh karena itu perlu dijalin hubungan sinergis antara orang tua sebagai pihak ”penanggung jawab” dan membantu mendidik anak yang
bersangkutan (Departemen Pendidikan Nasional, 2002). Keterlibatan orang tua dalam penyusunan kebijakan pendidikan di sekolah diharapkan dapat menumbuhkan rasa memiliki terhadap kegiatan dan program sekolah, pada
gilirannya dapat mendorong mereka untuk mendukung penggalangan dana dan fasilitas guna pelaksanaan program dan kegiatan sekolah (Departemen Pendidikan Nasional, 2002).
Orang tua mempunyai peran penting dalam upaya pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut anak, diharapkan dapat mendorong dan mengawasi anak dalam
perawatan sendiri di rumah. Tenaga kesehatan harus berperan sebagai motivator dalam merubah sikap dan perilaku orang tua untuk melaksanakan perannya dalam pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut anaknya (Departemen Kesehatan
R.I., 1996)
2.2.4.2. Kepala sekolah/guru.
bahwa selama ini dalam pelaksanaan UKGS hanya dilakukan oleh guru bidang
olah raga. Kepala sekolah/guru merupakan tokoh yang disegani dan panutan di sekolah sehingga keterlibatannya dalam pelaksanaan program UKGS sangat
mempengaruhi kesediaan murid dan para orang tua murid dalam memelihara kesehatan gigi dan mulut di rumah, sekolah dan Puskesmas.
2.2.5. Monitor dan evaluasi
Untuk upaya kesehatan gigi dan mulut (Depkes RI, 1996; 2000) menggunakan istilah Monitor (Pemantauan) dan Evaluasi. Monitor atau
pemantauan adalah suatu proses pengamatan yang terus menerus dilakukan dan berkesinambungan. Pemantauan UKGS harus dilaksanakan setiap bulan untuk pengawasan dan pengendalian rencana pelaksanaan kegiatan. Evaluasi (penilaian)
adalah pengukuran pencapaian tujuan dan target mulai dari kebijaksanaan dan perencanaan yang hakekatnya merupakan hasil pelaksanaan dari kebijakan dan perencanaan itu sendiri. Penilaian UKGS dilaksanakan setiap tahun melalui
Stratifikasi Puskesmas. Perlu adanya pemantauan dan evaluasi sehingga prestasi semua tenaga pengelola/pelaksana dalam upaya meningkatkan pelayanan UKGS
dapat diketahui.
2.3.
Kinerja Program UKGSKinerja program UKGS dapat dianalisis berdasarkan pendekatan cakupan
pelayanan UKGS dan pendekatan status kesehatan gigi dan mulut murid sekolah dasar.
Salah satu efektifitas suatu organisasi dapat dinilai dari cakupan.
Sedangkan yang dimaksud dengan efektifitas (WHO,1987) adalah mencapai hasil sepenuhnya seperti yang benar-benar diinginkan, setidak-tidaknya berusaha
mencapai hasil semaksimal mungkin. Jadi untuk program UKGS diharapkan adalah sesuai dengan target yang ditetapkan oleh Depkes RI (1996) yang meliputi: cakupan sekolah yang melaksanakan UKGS, cakupan sekolah yang melaksanakan
sikat gigi masal, cakupan siswa jenjang kelas terpilih (selektif) yang memperoleh perawatan, serta frekuensi pembinaan petugas kesehatan ke sekolah.
2.3.2. Status kesehatan gigi dan mulut
Berdasarkan penelitian Ramola (2006) disimpulkan bahwa berdasarkan pemeriksaan klinis dijumpai persentase dan rata-rata gigi berlubang lebih tinggi
dibandingkan dengan gigi yang sudah ditambal (F), persentase dan rata-rata gigi indikasi cabut (Mi) lebih tinggi dibandingkan dengan gigi yang sudah dicabut (Me), disamping itu kondisi penyakit periodontal terlihat sektan sehat > 3
persentasenya masih rendah. 2.3.2.1. Indeks DMF-T.
Untuk mengetahui kinerja program UKGS maka dilakukan pemeriksaan terhadap murid-murid yang berusia 12 tahun yaitu kelas 6 yang ditentukan sebagai indikator derajat kesehatan gigi dan mulut tahun 2010 adalah
apabila indeks DMF-T < 2.
Keadaan klinis dan keparahan penyakit karies gigi dapat ditunjukkan
Index Decayed, Missing dan Filled Teeth (DMFT) terdiri atas :
a. Komponen D (decayed) yang meliputi : gigi tetap dengan satu lesi karies atau lebih yang belum ditambal.
b. Komponen M (missing) terdiri dari Mi (missing indicated) yaitu gigi tetap dengan lesi karies yang tak dapat ditambal lagi dan harus dicabut, Me (missing extracted) yaitu gigi tetap dengan lesi karies yang tak dapat
ditambal lagi dan sudah dicabut.
c. Komponen F (Filled) yaitu gigi tetap dengan lesi karies dan sudah
ditambal dengan sempurna.
2.3.2.2. Community Periodontal Index of Treatment Needs (CPITN).
Gambaran tingkat kondisi jaringan periodontal, baik macam maupun
besarnya kebutuhan perawatan dapat diketahui melalui indeks CPITN. Ada beberapa prinsip kerja CPITN yaitu :
1. Indikator :
Ada tiga indikator untuk status periodontal yang digunakan untuk penilaian ini : a. Ada/tidaknya perdarahan gusi
b. Kalkulus supra atau sub-gingival
c. Saku periodontal, terbagi atas dangkal (4-5 mm) dan dalam (6mm atau lebih)
Digunakan suatu sonde yang dirancang khusus, ringan dengan ujung berbentuk bola dengan garis tengah 0,5 mm, yang mempunyai garis hitam terletak
antara 3,5 dan 5,5 mm dari ujung bola digunakan, disebut WHO Periodontal
2. Sekstan
Terdapat sekstan yang meliputi 6 buah sekstan yaitu : Sekstan 1 : gigi 4,5,6,7 kanan rahang atas
Sekstan 2 : gigi 1,2,3 kanan rahang atas dan gigi 1,2,3 kiri rahang atas Sekstan 3 : gigi 4,5,6,7 kiri rahang atas
Sekstan 4 : gigi 4,5,6,7 kanan rahang bawah
Sekstan 5 : gigi 1,2,3 kanan rahang bawah dan gigi 1,2,3 kanan rahang bawah Sekstan 6 : gigi 4,5,6,7 kiri rahang bawah
Suatu sekstan hanya diperiksa bilamana di sekstan tersebut terdapat dua gigi atau lebih dan tidak berindikasi pencabutan. Bila tinggal sebuah gigi saja pada suatu sekstan, gigi tersebut dimasukkan ke sekstan di dekatnya.
3. Gigi Indeks
Untuk orang-orang muda sampai dengan usia 19 tahun hanya enam gigi yang diperiksa yaitu : 16, 11, 26, 36, 31, dan 46. Hal ini untuk mencegah tercatatnya
saku gusi palsu (false pocket) sehubungan dengan erupsi gigi molar kedua. Untuk alasan yang sama, bilamana pemeriksaan dilakukan pada anak-anak usia dibawah
15 tahun, maka tidak dilakukan pencatatan dalamnya saku gusi/pockets, hanya dilakukan pencatatan atas ada/tidaknya perdarahan atau karang gigi saja.
2.3.2.3. Oral Hygiene Index Simplified (OHIS).
Bukal labial bukal
6 1 6
6 1 6
lingual labial lingual
Bila salah satu gigi tersebut diatas tidak ada, dapat diganti dengan gigi tetangganya. Indeks oral higiene ini dapat diukur bila paling sedikit ada 2 gigi dari
6 gigi yang ditentukan. Gigi-gigi yang diperiksa/diukur adalah gigi-gigi yang sudah erupsi sempurna.
Indeks Oral Higiene terdiri atas indeks oral debris dan indeks kalkulus. 1. Indeks Oral Debris
Oral debris adalah lapisan lunak yang terdapat diatas permukaan gigi yang terdiri
atas mucin, bakteri dan sisa makanan yang putih kehijau-hijauan dan jingga. Tabel 2.1.
Kriteria Penilaian Indeks Oral Debris
Skor Kriteria 0 Tidak ada debris atau stain
1 Debris menutupi tidak lebih dari 1/3 permukaan gigi
Ada extrinsik stain yang tidak tergantung pada luas permukaan gigi yang ditutupi walaupun tanpa debris
2 Debris menutupi lebih dari 1/3 permukaan gigi, tetapi tidak lebih dari 2/3 permukaan gigi
3 Debris menutupi lebih dari 2/3 permukaan gigi
2. Indeks Kalkulus
Kalkulus adalah pengendapan dari garam-garam anorganis yang terutama terdiri
atas kalsium karbonat dan kalsium fosfat tercampur dengan sisa-sisa makanan, bakteri-bakteri dan sel-sel ephitel yang telah mati.
a. Kalkulus supra gingival adalah karang gigi yang terdapat di sebelah oklusal
dari tepi free gingiva. Biasanya berwarna putih sampai kecoklat-coklatan. b. Kalkulus sub gingival adalah karang gigi yang terdapat di sebelah lingual
dari tepi gingiva bebas dan biasanya berwarna coklat muda sampai hitam bercampur dengan darah.
Tabel 2.2.
Kriteria Pengukuran Indeks Kalkulus
Skor Kriteria
0 Tak ada karang gigi
1 Karang gigi supra gingival yang menutupi tidak lebih dari 1/3 permukaan gigi 2 Karang gigi supra gingival yang menutupi lebih dari 1/3 tapi tidak lebih dari
2/3 permukaan gigi dan/atau adanya bercak karang gigi sub gingival yang tidak melingkari leher gigi
3 Karang gigi supra gingival yang menutupi lebih dari 2/3 dari permukaan gigi dan atau karang gigi sub gingival yang dengan tidak putus-putus mengelilingi bagian leher gigi
2.4. Landasan Teori
Menurut Pintauli (2003) yang mengutip pendapat Susilo, manajemen dibutuhkan oleh semua organisasi tidak terkecuali Puskesmas sebagai suatu kesatuan organisasi kesehatan yang fungsional. Tanpa manajemen maka semua
usaha ataupun kegiatan untuk mencapai suatu tujuan akan sia-sia belaka. Pada dasarnya, manajemen dibutuhkan untuk semua tipe kegiatan organisasi dimana
orang-orang bekerja sama dalam organisasi untuk mencapai tujuan bersama. Menurut Azwar (1996) batasan tentang organisasi banyak macamnya, diantaranya adalah pengelompokan dan pengaturan sejumlah personil yang
mengutip pendapat Fayol , pengorganisasian merupakan salah satu unsur
manajemen sedangkan alat manajemen untuk mencapai tujuan adalah yang disebut sebagai enam M yaitu man, money, materials, machine, methode dan
markets.
Karakteristik organisasi UKGS Puskesmas di Kota Binjai ditentukan berdasarkan sarana dan prasarana, biaya operasional, petugas, unit sekolah,
monitor dan evaluasi. Karakteristik organisasi UKGS Puskesmas tersebut selanjutnya dihubungkan dengan kinerja program UKGS yang terdiri atas
pendekatan cakupan pelayanan UKGS serta pendekatan status kesehatan gigi dan mulut siswa SD berdasarkan lokasi sekolah tempat pelaksanaan UKGS.
Cakupan pelayanan UKGS yang ditetapkan oleh Depkes RI (1996) terdiri
atas empat macam indikator yaitu : cakupan sekolah yang melaksanakan UKGS, cakupan sekolah yang melaksanakan sikat gigi masal, cakupan siswa jenjang kelas terpilih/selektif yang menerima perawatan, dan frekuensi kunjungan petugas
ke SD untuk melakukan pembinaan.
Status kesehatan gigi dan mulut menurut Depkes RI (1999), antara lain
ditetapkan berdasarkan indikator status karies gigi, status penyakit periodontal dan ditambahkan dengan status kebersihan rongga mulut. Status kesehatan gigi dan mulut siswa SD diambil berdasarkan lokasi sekolah terjauh dan terdekat dari
Puskesmas kemudian dilakukan pemeriksaan langsung pada rongga mulut siswa berdasarkan tiga macam indikator pengukuran yaitu : pemeriksaan karies gigi
dengan indeks CPITN serta pemeriksaan oral debris dan kalkulus dengan indeks
OHIS dari Greene dan Vermillion.
2.4. Kerangka Konsep Penelitian
Variabel Independen Variabel Dependen
- Cakupan siswa Karakteristik Organisasi
UKGS 1. Sarana dan prasarana
a. Kartu dan status alat tulis b. Alat peraga
c. UKGS Kit
d. Bahan dan obat-obatan e. Sarana transportasi 2. Biaya Operasional
a. Sumber dari pemerintah b. Sumber masyarakat 3. Petugas
a. Petugas di Dinas Kesehatan
b. Petugas di Puskesmas c. Petugas di Sekolah 4. Unit Sekolah
a. Komite Sekolah b. Kepala Sekolah/guru 5. Monitor dan Evaluasi
Kinerja Program UKGS 2. Status kesehatan gigi
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah survei dengan tipe eksplanatory (survei penjelasan), yang dimaksudkan untuk menganalisis hubungan karakteristik
organisasi dengan kinerja program UKGS.
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian ini adalah di puskesmas dan sekolah dasar wilayah kerja
Puskesmas Kota Binjai. Waktu penelitian dimulai dari bulan Februari sampai dengan Juli 2007.
3.3 Populasi dan Sampel
Populasi terdiri atas 2 kelompok, kelompok pertama adalah puskesmas di Kota Binjai yang seluruhnya berjumlah 8 buah dan tenaga kesehatan gigi yang
terdiri atas dokter gigi dan perawat gigi, sedang kelompok kedua adalah Sekolah Dasar dan murid-muridnya.
Pengambilan sampel dilakukan secara 4 tahap :
Tahap pertama, seluruh puskesmas di Kota Binjai diteliti karakteristik
Tahap kedua, secara purposif diambil 1 puskesmas dengan kategori baik,
cukup dan kurang.
Tahap ketiga, pada masing-masing puskesmas terpilih ditetapkan satu
sekolah dasar yang lokasinya terjauh dan satu sekolah dasar lokasi terdekat, sehingga diperoleh 6 SD sebagai sampel. Namun pada pelaksanaannya ternyata jumlah murid kelas 6 pada sekolah terpilih tidak mencukupi jumlah sampel
sehingga dilakukan penambahan pada SD lokasi terjauh sebanyak 3 SD dan pada lokasi terdekat ditambah sebanyak 1 SD. Jadi jumlah sampel SD menjadi 10 unit.
Jarak terdekat dari puskesmas ke sekolah adalah 0,1-0,5 km, dan jarak terjauh dari puskesmas ke sekolah adalah 2-5 km (Tabel 3.1).
Tabel 3.1.
Puskesmas dan SD Terpilih Berdasarkan Lokasi dan Jarak dari Puskesmas di Kota Binjai
Lokasi Terdekat Lokasi Terjauh No Puskesmas Kriteria
SD Jarak
Tahap keempat, pada masing-masing SD terpilih, diambil sampel murid
kelas 6 karena murid kelas 6 sudah mendapat perawatan gigi secara komprehensif. Besar sampel penelitian ditentukan berdasarkan rumus penentuan
besar sampel untuk test uji klinik pengukuran kuantitatif (Pocock,S.J., 1986).
Berdasarkan perhitungan didapat jumlah sampel untuk satu kelompok
sekolah dasar adalah sebanyak 62,1 dibulatkan menjadi 63 siswa. Jadi jumlah sampel keseluruhan untuk 6 lokasi adalah 378 siswa. Jumlah siswa kelas 6 pada
lokasi terdekat sebanyak 189 siswa sedang pada lokasi terjauh sebanyak 189 siswa. Pengambilan sampel murid kelas 6 SD pada setiap sekolah yang terpilih dilakukan secara random (Tabel 3.2.).
Tabel 3.2.
Jumlah sampel pada SD Terpilih berdasarkan Puskesmas Terpilih Kota Binjai
Lokasi Terdekat Lokasi Terjauh No Puskesmas
3.4Metode Pengumpulan dan Instrumen Data
3.4.1. Metode pengumpulan data
Data penelitian dikumpulkan melalui beberapa cara yaitu :
1. Data primer tentang karakteristik organisasi dan cakupan pelayanan UKGS diperoleh melalui wawancara, yaitu tentang pelaksanaan program UKGS di
gigi secara langsung dalam rongga mulut dibantu dengan kuesioner yang
dilakukan oleh peneliti didampingi pencatat data.
2. Data sekunder dihimpun melalui pencatatan dokumen yang ada di lokasi
penelitian yaitu laporan bulanan puskesmas yang dipergunakan untuk menunjang kelengkapan data primer tentang cakupan pelayanan UKGS.
3.4.2. Instrumen penelitian
1. Pemeriksaan karies gigi dengan indeks DMFT (WHO) dilakukan dengan
menggunakan alat : kaca mulut dan sonde half moon.
2. Pemeriksaan gingivitis dan periodontitis dengan indeks CPITN memakai
Periodontal Probe (WHO) dan kaca mulut.
3. Pemeriksaan oral debris dan kalkulus dengan indeks OHIS (Greene dan Vermillion) memakai kaca mulut dan sonde half moon. Penerangan
menggunakan sinar matahari secara langsung.
3.5. Variabel dan Definisi Operasional
3.5.1. Variabel bebas
1. Sarana dan prasarana adalah kecukupan ketersediaan alat baik medis maupun non medis yang dibutuhkan untuk pelaksanaan program UKGS. Indikator
penelitian untuk sarana dan prasarana meliputi :
b. Tersedia sarana alat peraga, dengan pengertian yang termasuk alat peraga
adalah poster, flashcard, buatan percetakan atau buatan sendiri disesuaikan dan dikembangkan dengan kondisi setempat.
c. Tersedia UKGS Kit yaitu ketersediaan dan kecukupan seperangkat alat kedokteran gigi yang diperlukan untuk pelaksanaan program UKGS. d. Tersedia bahan dan obat-obatan yaitu ketersediaan dan kecukupan bahan
habis pakai dan obat-obatan yang diperlukan untuk pelaksanaan UKGS. e. Sarana transportasi yaitu ketersediaan alat transportasi seperti sepeda
motor untuk mengangkut petugas dan peralatan kegiatan program UKGS. 2. Biaya operasional adalah kecukupan sumber dana yang diperlukan untuk
membiayai pelaksanaan program UKGS. Biaya operasional dapat berasal dari
pemerintah maupun masyarakat. Indikator penelitian untuk biaya operasional yang bersumber dari pemerintah adalah apabila ada atau tidak ada sumber dana di Puskesmas untuk membiayai pelaksanaan program UKGS. Sedangkan
indikator biaya operasional yang bersumber dari masyarakat adalah apabila ada atau tidak ada dana dari pihak swasta, perusahaan atau donatur dari
masyarakat yang membantu membiayai pelaksanaan program UKGS.
3. Petugas UKGS adalah ketersediaan petugas pelaksana program UKGS di Puskesmas (ada atau tidak ada salah satu dari petugas UKGS di puskesmas
yang terdiri atas kepala puskesmas, dokter gigi dan perawat gigi), Dinas Kesehatan (ada atau tidak ada petugas yang menerima dan mencatat laporan
4. Unit sekolah adalah dukungan dan keterlibatan dari kepala sekolah/guru serta
orang tua murid dalam mendukung keberhasilan pelaksanaan program UKGS. Indikator dukungan dan keterlibatan kepala sekolah/guru adalah apabila ada
atau tidak ada kehadirannya dalam kegiatan UKGS serta pertemuan komite sekolah. Sedang indikator penelitian untuk keterlibatan orang tua murid adalah apabila ada atau tidak ada kehadirannya dalam pertemuan komite sekolah dan
merujuk perawatan gigi anaknya.
5. Monitor dan evaluasi adalah adanya pelaksanaan kegiatan monitor dan
evaluasi di puskesmas berdasarkan indikatornya.
3.5.2. Variabel terikat
1. Cakupan pelayanan UKGS adalah merupakan angka persentase berupa hasil
akhir jumlah SD/MI yang dibina, jumlah SD/MI dengan sikat gigi masal, jumlah murid kelas selektif selesai perawatan dan jumlah kunjungan petugas
ke SD/MI untuk pembinaan. Cakupan pelayanan UKGS di Kota Binjai Tahun 2006 dapat dilihat melalui laporan bulanan puskesmas selama tahun 2006, yaitu pencatatan kegiatan harian puskesmas baik di dalam gedung dan di luar
gedung puskesmas (salah satunya pelaksanaan program UKGS).
a. Sekolah yang dibina adalah jumlah sekolah yang telah direncanakan dan menjadi sasaran pelayanan UKGS oleh puskesmas dimana sesuai dengan
2). Cukup : apabila 60% - 80% jumlah SD/MI yang melaksanakan UKGS
3). Kurang : apabila < 60% jumlah SD/MI yang melaksanakan UKGS. b. SD/MI dengan sikat gigi masal adalah jumlah SD/MI yang telah
melaksanakan paket program sikat gigi bersama dengan atau tanpa kegiatan kumur-kumur fluor dibawah asuhan/binaan guru/petugas UKGS puskesmas. Menurut Depkes RI (1996), target atau sasaran yang telah
ditetapkan adalah minimal 80% SD/MI melaksanakan sikat gigi masal. 1). Baik apabila > 80% SD/MI dalam wilayah kerja puskesmas
melaksanakan sikat gigi massal dibawah bimbingan guru atau petugas puskesmas.
2). Cukup apabila 60% – 80% SD/MI dalam wilayah kerja puskesmas
melaksanakan sikat gigi massal dibawah bimbingan guru atau petugas puskesmas.
3). Kurang apabila < 60% SD/MI dalam wilayah kerja puskesmas
melaksanakan sikat gigi massal ke SD/MI dibawah bimbingan guru atau petugas puskesmas.
c. Siswa kelas selektif yang mendapat perawatan kesehatan gigi dan mulut adalah jumlah kelas yang dipilih yaitu pada siswa kelas 6 dilakukan penjaringan dan pemeriksaan gigi dan mulut kemudian siswa yang
mempunyai keluhan penyakit gigi dan mulut dirawat/diobati sesuai dengan permintaan dan kebutuhannya. Menurut Depkes RI (1996), target atau
1). Baik : apabila > 80% siswa kelas 6 yang memerlukan perawatan
mendapatkan perawatan kesehatan gigi dan mulut.
2). Cukup apabila 60% - 80% siswa kelas 6 yang memerlukan perawatan.
mendapatkan perawatan kesehatan gigi dan mulut.
3). Kurang apabila < 60% siswa kelas 6 yang memerlukan perawatan mendapatkan perawatan kesehatan gigi dan mulut.
d. Frekuensi kunjungan petugas ke sekolah adalah banyaknya jumlah kunjungan petugas UKGS ke sekolah untuk pembinaan. Menurut Depkes
RI (2000), target atau sasaran yang telah ditetapkan adalah minimal 2 kali petugas UKGS melakukan pembinaan ke SD/MI.
1). Baik : apabila petugas UKGS melakukan pembinaan ke SD/MI > 2 kali
pertahun.
2). Cukup apabila petugas UKGS melakukan pembinaan ke SD/MI 2 kali pertahun .
3). Kurang apabila petugas UKGS melakukan pembinaan ke SD/MI < 2 kali pertahun.
2. Status kesehatan gigi dan mulut murid SD adalah kondisi derajat kesehatan gigi dan mulut yang diukur berdasarkan indikator :
Tabel 3.3.
Klassifikasi Tingkat Keparahan Karies Gigi Menurut WHO
DMF-T Tingkat Keparahan
0,0 – 1,1 Sangat rendah
1,2 – 2,6 Rendah
2,7 – 4,4 Sedang
4,5 – 6,5 Tinggi
6,6 keatas Sangat tinggi
b. Indeks CPITN adalah pemeriksaan kondisi jaringan periodontal berdasarkan indeks gigi tertentu dalam sekstan tertentu dengan kriteria :
1). Baik apabila siswa mempunyai rata-rata sekstan gusi sehat > 3 2). Cukup apabila siswa mempunyai rata-rata sekstan gusi sehat 2,1-2,9
3). Kurang apabila siswa mempunyai rata-rata sekstan gusi sehat < 2
c. OHIS yaitu indeks oral higiene (Green dan Vermillion) yang merupakan penjumlahan dari indeks oral debris dan indeks kalkulus dengan kriteria:
1). Baik apabila nilai OHIS diantara 0 – 1,2. 2). Cukup apabila nilai OHIS diantara 1,3 – 3 3). Kurang apabila nilai OHIS diantara 3,1 – 6.
3.5.3. Variabel moderator = Lokasi sekolah
Lokasi sekolah adalah jarak tempuh letak sekolah tempat pelaksanaan program UKGS dari Puskesmas dengan kriteria lokasi terdekat dan terjauh dari
(memperkuat atau memperlemah) hubungan antara karakteristik organisasi
dengan kinerja program UKGS.
Penetapan lokasi sekolah adalah untuk melihat status kesehatan gigi dan
mulut anak sekolah dasar pada lokasi terdekat dan terjauh dari Puskesmas terpilih, sehingga diketahui apakah pelaksanaan program UKGS di sekolah dasar berjalan atau tidak. Dalam rangka peningkatan dan pengembangan pelayanan kesehatan
gigi pada anak usia sekolah, Direktorat Kesehatan Gigi Departemen Kesehatan R.I. sejak tahun 1981/1982 telah menyediakan bantuan kepada daerah dalam
bentuk set peralatan Klinik Gigi Lapangan (KGL). Sedang sejak tahun pertama dalam Pelita IV bantuan kepada daerah tersebut tidak hanya set peralatan KGL, tapi diperluas dengan adanya set obat-obatan untuk UKGS di Puskesmas.
Pengadaan bantuan set peralatan KGL dan set obat-obatan, selain untuk peningkatan dan pengembangan pelayanan kesehatan gigi pada anak usia sekolah
khususnya UKGS, juga merangsang bagi daerah supaya merencanakan pembinaan terhadap pelayanan UKGS yang telah berjalan tadi sesuai dengan kemampuan daerah masing-masing.
Set peralatan KGL dan set obat-obatan untuk UKGS ditempatkan di suatu sekolah dasar yang agak jauh dari Puskesmas untuk beberapa waktu lamanya
3.6. Metode Pengukuran
3.6.1. Variabel bebas karakteristik organisasi
Pengukuran karakteristik organisasi menggunakan skala ordinal yang dikategorikan dalam tiga kategori yaitu baik, cukup dan kurang. Jumlah skor
minimal adalah 7 dan jumlah skor maksimal adalah 21, yang dikategorikan menjadi 3 kategori :
a. Baik : jumlah skor 17 – 21
b. Cukup : jumlah skor 12 – 16
c. Kurang : jumlah skor 7 – 11
Akan diperoleh tiga kelompok karakteristik organisasi Puskesmas di Kota binjai
yaitu baik, cukup dan kurang. Apabila ada jumlah skor yang sama pada lebih dari satu puskesmas maka prioritas utama diambil pada variabel sarana prasarana dan variabel petugas yang skornya lebih tinggi.
3.6.2. Variabel terikat kinerja program UKGS 3.6.2.1. Cakupan pelayanan UKGS.
Pengukuran cakupan pelayanan UKGS menggunakan skala ordinal yang dikategorikan dalam tiga kategori yaitu baik, cukup dan kurang.
3.6.2.2. Status kesehatan gigi dan mulut.
3.7. Metode Analisis
Data primer dan sekunder yang telah diperoleh dianalisis melalui proses pengolahan data yang mencakup kegiatan-kegiatan sebagai berikut :
Editing, penyuntingan data yang dilakukan untuk menghindari kesalahan atau
kemungkinan adanya kuesioner yang belum terisi.
Coding, pemberian kode dan skoring pada tiap jawaban untuk memudahkan
proses entry data.
Entry data, setelah proses coding dilakukan pemasukan data ke komputer dengan
menggunakan program SPSS.
Cleaning, sebelum analisis data dilakukan pengecekan dan perbaikan terhadap
data yang sudah masuk
Analisis data diperoleh dengan beberapa uji statistik memakai bantuan program komputer. Analisis data dilakukan melalui beberapa tahapan sebagai berikut :
a. Analisis Data Univariat, untuk menganalisis gambaran dan karakteristik
setiap variabel independen (bebas) yaitu karakteristik organisasi yang terdiri atas sarana dan prasarana, petugas UKGS, biaya operasional, unit
sekolah serta monitor dan evaluasi serta variabel dependent (terikat) yaitu kinerja program UKGS yang terdiri atas cakupan pelayanan UKGS dan status kesehatan gigi dan mulut.
b. Analisis Data Multivariat, untuk menganalisis hubungan antara karakteristik organisasi puskesmas dengan status kesehatan gigi dan
dengan status kesehatan gigi dan mulut berdasarkan lokasi sekolah
HASIL PENELITIAN
4.1. Deskripsi Lokasi Penelitian
Kota Binjai merupakan salah satu kota di Propinsi Sumatera Utara, dengan jarak sekitar 20 km dari Ibukota Propinsi (Medan). Wilayah kota Binjai terdiri
atas 5 Kecamatan yaitu: Binjai Selatan, Binjai Kota, Binjai Timur, Binjai Utara, dan Binjai Barat. Jumlah penduduk Kota Binjai adalah 237.904 jiwa, yang terdiri
atas 119.205 laki-laki dan 118.699 perempuan. Jumlah penduduk terbanyak di Kecamatan Binjai Utara (68.841 jiwa) dan jumlah penduduk paling sedikit terdapat di Binjai Kota (35.155 jiwa) (Tabel 4.1).
Tabel 4.1.
Jumlah penduduk Laki-laki dan Perempuan per Kecamatan di Kota Binjai
Penduduk Kecamatan
Jumlah %
Binjai Selatan 43 920 18,46
Binjai Kota 35 155 14,77
Binjai Timur 50 702 21,31
Binjai Utara 68 841 28,94
Binjai Barat 39286 16,51
Total 237 904 100
Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Binjai (2006).
Penduduk kota Binjai usia sekolah dasar yaitu golongan umur 5-14 tahun
Tabel 4.2.
Jumlah Penduduk Menurut Golongan Umur dan Jenis Kelamin di Kota Binjai
Golongan Umur Jumlah (%)
Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Binjai (2006).
Perbandingan jumlah dokter gigi dengan puskesmas adalah 1,15 sedangkan perbandingan jumlah perawat gigi dengan puskesmas adalah 0,77
(Tabel 4.3). Standar rasio perbandingan tenaga kesehatan gigi dengan puskesmas adalah 1:1 (Profil Kesehatan Gigi dan Mulut Indonesia, 1999). Hal ini
menunjukkan bahwa penyebaran tenaga dokter gigi sudah merata di setiap puskesmas seperti yang diharapkan yaitu 1 (satu) dokter gigi untuk 1 (satu) puskesmas, sedangkan penyebaran tenaga perawat gigi belum mencukupi di setiap
puskesmas seperti yang diharapkan yaitu 1 (satu) perawat gigi untuk 1 (satu) puskesmas.
Tabel 4.3.
Jumlah Tenaga Medis Puskesmas/Pustu Per Kecamatan di Kota Binjai
Kota Binjai memiliki 154 sekolah setingkat Sekolah Dasar Negeri, Swasta
dan Madrasah, dengan jumlah siswa sebanyak 31.613 orang ((Tabel 4.4.) Tabel 4.4.
Jumlah murid SD/MI dan Puskesmas Per Kecamatan di Kota Binjai
No Kecamatan Puskesmas SD/MI Jumlah
Siswa
Sumber : Dinas Pendidikan dan Pengajaran Kota Binjai (2007).
4.2. Karakteristik Organisasi UKGS
Karakteristik organisasi UKGS diukur dengan menggunakan variabel: (1) sarana dan prasarana, (2) biaya operasional, (3) petugas UKGS, (4) unit sekolah,
dan (5) monitoring dan evaluasi puskesmas.
Hasil penelitian menunjukkan 6 puskesmas (75%) memiliki sarana dan
prasarana (meliputi kartu status dan alat tulis, alat peraga, UKGS kit, bahan dan obat-obatan, sarana trasnportasi) yang dapat dikategorikan cukup dan memiliki biaya operasional (sumber pemerintah dan masyarakat) yang juga dikategorikan
cukup. Berdasarkan aspek keberadaan Petugas Kesehatan (Dinas Kesehatan, Puskesmas, petugas sekolah), sebanyak 5 puskesmas (62,5%) dikategorikan baik
SD, laporan bulanan puskesmas), sebagian besar yaitu 7 puskesmas (87,5%) dapat
dikategorikan cukup (Tabel 4.5).
Tabel 4.5.
Kategori Karakteristik Organisasi UKGS
Kategori Karakteristik Organisasi
Berdasarkan skor keseluruhan variabel karakteristik organisasi (sarana dan prasarana, biaya operasional, petugas UKGS, unit sekolah, monitoring dan
evaluasi Puskesmas) dapat disimpulkan bahwa sebagian besar yaitu 5 puskesmas (62,5%) mempunyai karakteristik organisasi kategori cukup, 2 puskesmas (25%) dikategorikan baik, dan 1 puskesmas (12,5%) dikategorikan kurang (Tabel 4.6).
Tabel 4.6.
Kategori Puskesmas Berdasar Karakteristik Organisasi
Kriteria Karakterisik Organisasi
kriteria baik. Untuk kriteria cukup ditetapkan Puskesmas Kebun Lada karena
mempunyai skor tertinggi pada variabel sarana dan prasana, sedangkan kriteria kurang adalah pada Puskesmas Tanah Tinggi (Tabel 4.6)
4.3 Kinerja Program UKGS
Pengukuran Kinerja Program UKGS dilakukan pada 3 puskesmas terpilih di kota Binjai mengenai cakupan program UKGS, yang meliputi: cakupan sekolah
yang melaksanakan UKGS, sekolah yang melaksanakan sikat gigi masal, siswa jenjang kelas terpilih yang memperoleh perawatan, serta frekuensi pembinaan
petugas ke SD. Disamping itu juga diukur status kesehatan gigi dan mulut siswa kelas 6 sekolah dasar pada 10 SD terpilih yang dibandingkan diantara ketiga puskesmas terpilih.
4.3.1 Cakupan Program UKGS
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Puskesmas Binjai Kota dengan karakteristik organisasi UKGS baik memiliki cakupan baik (100%) untuk jumlah
sekolah yang melaksanakan UKGS dan sikat gigi masal, frekuensi pembinaan petugas ke SD adalah cukup (2x) dan cakupan siswa kelas enam yang
memperoleh perawatan kurang (22%) (Tabel 4.7).
Puskesmas Kebun Lada dengan karakteristik organisasi UKGS cukup memiliki cakupan cukup untuk jumlah sekolah yang melaksanakan UKGS (70%)
dan frekuensi pembinaan petugas ke SD (2x), sedang cakupan sikat gigi masal (20%) dan siswa yang memperoleh perawatan gigi (12,5%) adalah kurang (Tabel
Selanjutnya Puskesmas Tanah Tinggi dengan karakteristik organisasi
kurang secara keseluruhan memiliki cakupan pelayanan UKGS kurang (Tabel 4.7).
Tabel 4.7.
Cakupan Pelayanan UKGS berdasarkan Puskesmas Terpilih Kota Binjai
Puskesmas Terpilih
No Cakupan Pelayanan
UKGS Baik
3 Siswa klas selektif yang memperoleh perawatan
Kurang 22 Kurang 12,7 Kurang 0
4 Frekuensi pembinaan petugas ke SD
Cukup 2x Cukup 2x Kurang -
4.3.2 Status Kesehatan Gigi dan Mulut 4.3.2.1. Status Oral Higiene
Status oral higiene siswa SD pada wilayah kerja Puskesmas kategori baik (Binjai Kota) rerata OHIS adalah 2,33, kondisi ini termasuk kategori cukup.
Status oral higiene murid SD di wilayah Puskesmas kategori cukup (Kebun Lada) rerata OHIS adalah 2,34 yang termasuk kategori cukup. Sedang di wilayah Puskesmas kategori kurang (Tanah Tinggi) rerata OHIS-nya juga termasuk
Tabel 4.8.
Rerata dan Kategori OHIS siswa SD berdasarkan Puskesmas Terpilih di Kota Binjai
4.3.2.2. Status periodontal (CPITN)
Rerata CPITN (sektan gusi sehat) siswa kelas 6 SD di wilayah kerja puskesmas baik (Binjai Kota) adalah 5,29 , kondisi ini termasuk baik. Di wilayah kerja Puskesmas cukup (Kebun Lada) rerata CPITN (sektan gusi sehat) siswa
kelas 6 SD adalah 4,95 yang juga termasuk baik. Sedangkan di wilayah Puskesmas kurang (Tanah Tinggi) rerata CPITN (sektan gusi sehat) juga termasuk
baik yaitu 4,48 (Tabel 4.9).
Tabel 4.9.
Rerata dan Status CPITN (Sektan Gusi Sehat) siswa SD Berdasarkan Puskesmas Terpilih di Kota Binjai
Puskesmas Rerata CPITN
(Sekstan Gusi
4.3.2.3. Status karies gigi (DMF-T)
Rerata karies gigi (DMF-T) pada siswa SD kelas 6 di wilayah kerja Puskesmas
kategori cukup (Kebun Lada) adalah 2,81 termasuk tingkatan sedang. Sedangkan rerata karies gigi (DMF-T) pada siswa SD kelas 6 di wilayah kerja Puskesmas
kategori kurang (Tanah Tinggi), juga termasuk tingkat keparahan sedang yaitu 2,76 (Tabel 4.10).
Tabel 4.10.
Rerata dan Tingkat DMF-T siswa SD berdasarkan Puskesmas Terpilih di Kota Binjai
Puskesmas Rerata DMF-T
SD Jumlah Tingkat
DMF-T
Baik (Binjai Kota) 2,75 0,49 126 Sedang
Cukup (Kebun Lada) 2,81 0,43 126 Sedang
Kurang (Tanah Tinggi) 2,.76 0,43 126 Sedang
Total 2,77 0,45 378
Rerata karies gigi pada siswa kelas 6 SD yang lokasi sekolah terdekat
dengan puskesmas terlihat pada Puskesmas kategori baik rerata DMF-T lebih rendah dibandingkan dengan lokasi yang terjauh. Namun pada Puskesmas kategori cukup dan kurang rerata DMF-T lebih tinggi pada lokasi terdekat. Rerata
DMF-T pada lokasi terjauh (2,77) sedikit lebih tinggi dari rerata DMF-T lokasi terdekat (2,76) (Tabel 4.11).
Secara keseluruhan terlihat bahwa rerata D (Decay) jauh lebih besar dari rerata F (Filling) pada lokasi terdekat dan terjauh, yang mengindikasikan bahwa pelayanan UKGS oleh petugas tidak berjalan terutama pada cakupan perawatan
Tabel 4.11.
Rerata DMF-T , Decay dan Filling pada Siswa SD lokasi Terdekat dan Terjauh dari Puskesmas Terpilih di Kota Binjai
Lokasi Terdekat Lokasi Terjauh
No
4.4 Hasil Uji Statistik
4.4.1. Hubungan antara Karakteristik Organisasi UKGS dengan OHIS pada siswa kelas 6 Sekolah Dasar
Berdasarkan hasil analisis uji statistik Korelasi Pearson, terdapat hubungan
antara Karakteristik Organisasi Puskesmas dengan OHIS pada siswa SD yang sangat signifikan (p=0,000). Hal ini dapat dilihat bahwa rerata oral higiene
(OHIS) pada puskesmas kategori baik (Binjai Kota) lebih baik dari puskesmas lainnya (Tabel 4.12).
Tabel 4.12.
Hubungan Karakteristik Organisasi Puskesmas dengan OHIS Siswa SD Kota Binjai
OHIS Karakteristik
Organisasi
(Puskesmas) x SD
Berdasarkan hasil analisis uji statistik T-test unpaired, ada perbedaan OHIS rata-rata siswa SD pada lokasi terdekat (2,13) dan terjauh (2,54) dari
Puskesmas baik (Binjai Kota) (p=0,001), sedangkan pada Puskesmas cukup (Kebun Lada) dan Puskesmas kurang (Tanah Tinggi), rerata OHIS siswa SD
secara statistik tidak ada perbedaan yang bermakna antara lokasi terdekat dan terjauh (Tabel 4.13).
Tabel 4.13.
Hubungan Karakteristik Organisasi Puskesmas dengan Indeks OHIS Siswa SD pada Lokasi Terdekat dan Terjauh di Kota Binjai
O H I S
4.4.2. Hubungan antara Karakteristik Organisasi Puskesmas dengan rerata CPITN (Sektan Gusi Sehat) Siswa SD Kelas 6
Berdasarkan hasil uji statistik Korelasi Pearson, didapat hubungan signifikan antara Karakteristik Organisasi Puskesmas dengan Indeks CPITN pada siswa kelas 6 SD (p=0,000) . Rerata status periodontal CPITN (sekstan gusi
sehat) pada siswa kelas 6 SD Puskesmas baik (Binjai Kota) lebih baik dibanding Puskesmas cukup (Kebun Lada) dan Puskesmas kurang (Tanah Tinggi) (Tabel
Tabel 4.14.
Hubungan Karakteristik Organisasi Puskesmas dengan Indeks CPITN (Sektan Gusi Sehat) Siswa SD pada Sekolah Dasar di Kota Binjai
CPITN
Berdasarkan hasil analisis uji statistik T-test unpaired, hanya pada puskesmas baik (Binjai Kota) ada perbedaan lokasi terdekat dan terjauh, sedangkan pada puskesmas lainnya tidak ada perbedaan pada lokasi terdekat dan
terjauh untuk indeks CPITN siswa kelas 6 SD di Kota Binjai (Tabel 4.15). Tabel 4.15.
Hubungan Karakteristik Organisasi Puskesmas dengan Indeks CPITN Siswa SD Berdasarkan Lokasi terjauh dan Terdekat di Kota Binjai
4.4.2.4. Hubungan antara Karakteristik Organisasi Puskesmas dengan Indeks DMF-T pada Sekolah Dasar di Kota Binjai
Rerata DMF-T pada Puskesmas baik (Binjai Kota) sedikit lebih rendah
dari Puskesmas cukup dan kurang , mengindikasikan bahwa status karies gigi pada Puskesmas baik sedikit lebih baik dibandingkan Puskesmas cukup dan
kurang, namun pada Puskesmas cukup status karies giginya sedikit lebih jelek dari Puskesmas kurang (Tabel 4.16).
Berdasarkan hasil uji statistik Korelasi Pearson , tidak ada hubungan
antara Karakteristik Organisasi Puskesmas dengan rerata DMF-T pada siswa SD (p=0,780) (Tabel 4.16).
Tabel 4.16.
Hubungan Karakteristik Organisasi Puskesmas dengan Indeks DMF-T rata-rata Siswa SD di Kota Binjai
D M F – T Karakteristik
Organisasi
(Puskesmas) x SD