• Tidak ada hasil yang ditemukan

UKGS 1. Sarana dan prasarana

3.5. Variabel dan Definisi Operasional

3.5.1. Variabel bebas

1. Sarana dan prasarana adalah kecukupan ketersediaan alat baik medis maupun non medis yang dibutuhkan untuk pelaksanaan program UKGS. Indikator penelitian untuk sarana dan prasarana meliputi :

b. Tersedia sarana alat peraga, dengan pengertian yang termasuk alat peraga adalah poster, flashcard, buatan percetakan atau buatan sendiri disesuaikan dan dikembangkan dengan kondisi setempat.

c. Tersedia UKGS Kit yaitu ketersediaan dan kecukupan seperangkat alat kedokteran gigi yang diperlukan untuk pelaksanaan program UKGS. d. Tersedia bahan dan obat-obatan yaitu ketersediaan dan kecukupan bahan

habis pakai dan obat-obatan yang diperlukan untuk pelaksanaan UKGS. e. Sarana transportasi yaitu ketersediaan alat transportasi seperti sepeda

motor untuk mengangkut petugas dan peralatan kegiatan program UKGS. 2. Biaya operasional adalah kecukupan sumber dana yang diperlukan untuk

membiayai pelaksanaan program UKGS. Biaya operasional dapat berasal dari pemerintah maupun masyarakat. Indikator penelitian untuk biaya operasional yang bersumber dari pemerintah adalah apabila ada atau tidak ada sumber dana di Puskesmas untuk membiayai pelaksanaan program UKGS. Sedangkan indikator biaya operasional yang bersumber dari masyarakat adalah apabila ada atau tidak ada dana dari pihak swasta, perusahaan atau donatur dari masyarakat yang membantu membiayai pelaksanaan program UKGS.

3. Petugas UKGS adalah ketersediaan petugas pelaksana program UKGS di Puskesmas (ada atau tidak ada salah satu dari petugas UKGS di puskesmas yang terdiri atas kepala puskesmas, dokter gigi dan perawat gigi), Dinas Kesehatan (ada atau tidak ada petugas yang menerima dan mencatat laporan bulanan Puskesmas), dan Sekolah (ada atau tidak ada salah satu dari petugas UKGS yang terdiri atas guru dan dokter kecil).

4. Unit sekolah adalah dukungan dan keterlibatan dari kepala sekolah/guru serta orang tua murid dalam mendukung keberhasilan pelaksanaan program UKGS. Indikator dukungan dan keterlibatan kepala sekolah/guru adalah apabila ada atau tidak ada kehadirannya dalam kegiatan UKGS serta pertemuan komite sekolah. Sedang indikator penelitian untuk keterlibatan orang tua murid adalah apabila ada atau tidak ada kehadirannya dalam pertemuan komite sekolah dan merujuk perawatan gigi anaknya.

5. Monitor dan evaluasi adalah adanya pelaksanaan kegiatan monitor dan evaluasi di puskesmas berdasarkan indikatornya.

3.5.2. Variabel terikat

1. Cakupan pelayanan UKGS adalah merupakan angka persentase berupa hasil akhir jumlah SD/MI yang dibina, jumlah SD/MI dengan sikat gigi masal, jumlah murid kelas selektif selesai perawatan dan jumlah kunjungan petugas ke SD/MI untuk pembinaan. Cakupan pelayanan UKGS di Kota Binjai Tahun 2006 dapat dilihat melalui laporan bulanan puskesmas selama tahun 2006, yaitu pencatatan kegiatan harian puskesmas baik di dalam gedung dan di luar gedung puskesmas (salah satunya pelaksanaan program UKGS).

a. Sekolah yang dibina adalah jumlah sekolah yang telah direncanakan dan menjadi sasaran pelayanan UKGS oleh puskesmas dimana sesuai dengan sasaran yang ditetapkan Depkes RI (1996) bahwa sasaran SD/MI UKGS dalam wilayah kerja puskesmas adalah 100%.

2). Cukup : apabila 60% - 80% jumlah SD/MI yang melaksanakan UKGS 3). Kurang : apabila < 60% jumlah SD/MI yang melaksanakan UKGS. b. SD/MI dengan sikat gigi masal adalah jumlah SD/MI yang telah

melaksanakan paket program sikat gigi bersama dengan atau tanpa kegiatan kumur-kumur fluor dibawah asuhan/binaan guru/petugas UKGS puskesmas. Menurut Depkes RI (1996), target atau sasaran yang telah ditetapkan adalah minimal 80% SD/MI melaksanakan sikat gigi masal. 1). Baik apabila > 80% SD/MI dalam wilayah kerja puskesmas

melaksanakan sikat gigi massal dibawah bimbingan guru atau petugas puskesmas.

2). Cukup apabila 60% – 80% SD/MI dalam wilayah kerja puskesmas melaksanakan sikat gigi massal dibawah bimbingan guru atau petugas puskesmas.

3). Kurang apabila < 60% SD/MI dalam wilayah kerja puskesmas melaksanakan sikat gigi massal ke SD/MI dibawah bimbingan guru atau petugas puskesmas.

c. Siswa kelas selektif yang mendapat perawatan kesehatan gigi dan mulut adalah jumlah kelas yang dipilih yaitu pada siswa kelas 6 dilakukan penjaringan dan pemeriksaan gigi dan mulut kemudian siswa yang mempunyai keluhan penyakit gigi dan mulut dirawat/diobati sesuai dengan permintaan dan kebutuhannya. Menurut Depkes RI (1996), target atau sasaran yang telah ditetapkan adalah minimal 80% SD/MI mendapatkan perawatan gigi dan mulut berdasarkan permintaan dan kebutuhan.

1). Baik : apabila > 80% siswa kelas 6 yang memerlukan perawatan mendapatkan perawatan kesehatan gigi dan mulut.

2). Cukup apabila 60% - 80% siswa kelas 6 yang memerlukan perawatan. mendapatkan perawatan kesehatan gigi dan mulut.

3). Kurang apabila < 60% siswa kelas 6 yang memerlukan perawatan mendapatkan perawatan kesehatan gigi dan mulut.

d. Frekuensi kunjungan petugas ke sekolah adalah banyaknya jumlah kunjungan petugas UKGS ke sekolah untuk pembinaan. Menurut Depkes RI (2000), target atau sasaran yang telah ditetapkan adalah minimal 2 kali petugas UKGS melakukan pembinaan ke SD/MI.

1). Baik : apabila petugas UKGS melakukan pembinaan ke SD/MI > 2 kali pertahun.

2). Cukup apabila petugas UKGS melakukan pembinaan ke SD/MI 2 kali pertahun .

3). Kurang apabila petugas UKGS melakukan pembinaan ke SD/MI < 2 kali pertahun.

2. Status kesehatan gigi dan mulut murid SD adalah kondisi derajat kesehatan gigi dan mulut yang diukur berdasarkan indikator :

a. DMF-T rata-rata adalah jumlah seluruh nilai DMF dibagi dengan jumlah siswa yang diperiksa pada satu lokasi sekolah berdasarkan indikator WHO (Tabel 3.3).

Tabel 3.3.

Klassifikasi Tingkat Keparahan Karies Gigi Menurut WHO

DMF-T Tingkat Keparahan

0,0 – 1,1 Sangat rendah

1,2 – 2,6 Rendah

2,7 – 4,4 Sedang

4,5 – 6,5 Tinggi

6,6 keatas Sangat tinggi

b. Indeks CPITN adalah pemeriksaan kondisi jaringan periodontal berdasarkan indeks gigi tertentu dalam sekstan tertentu dengan kriteria :

1). Baik apabila siswa mempunyai rata-rata sekstan gusi sehat > 3 2). Cukup apabila siswa mempunyai rata-rata sekstan gusi sehat 2,1-2,9 3). Kurang apabila siswa mempunyai rata-rata sekstan gusi sehat < 2

c. OHIS yaitu indeks oral higiene (Green dan Vermillion) yang merupakan penjumlahan dari indeks oral debris dan indeks kalkulus dengan kriteria:

1). Baik apabila nilai OHIS diantara 0 – 1,2. 2). Cukup apabila nilai OHIS diantara 1,3 – 3 3). Kurang apabila nilai OHIS diantara 3,1 – 6.

3.5.3. Variabel moderator = Lokasi sekolah

Lokasi sekolah adalah jarak tempuh letak sekolah tempat pelaksanaan program UKGS dari Puskesmas dengan kriteria lokasi terdekat dan terjauh dari Puskesmas. Lokasi merupakan variabel moderator karena mempengaruhi

(memperkuat atau memperlemah) hubungan antara karakteristik organisasi dengan kinerja program UKGS.

Penetapan lokasi sekolah adalah untuk melihat status kesehatan gigi dan mulut anak sekolah dasar pada lokasi terdekat dan terjauh dari Puskesmas terpilih, sehingga diketahui apakah pelaksanaan program UKGS di sekolah dasar berjalan atau tidak. Dalam rangka peningkatan dan pengembangan pelayanan kesehatan gigi pada anak usia sekolah, Direktorat Kesehatan Gigi Departemen Kesehatan R.I. sejak tahun 1981/1982 telah menyediakan bantuan kepada daerah dalam bentuk set peralatan Klinik Gigi Lapangan (KGL). Sedang sejak tahun pertama dalam Pelita IV bantuan kepada daerah tersebut tidak hanya set peralatan KGL, tapi diperluas dengan adanya set obat-obatan untuk UKGS di Puskesmas. Pengadaan bantuan set peralatan KGL dan set obat-obatan, selain untuk peningkatan dan pengembangan pelayanan kesehatan gigi pada anak usia sekolah khususnya UKGS, juga merangsang bagi daerah supaya merencanakan pembinaan terhadap pelayanan UKGS yang telah berjalan tadi sesuai dengan kemampuan daerah masing-masing.

Set peralatan KGL dan set obat-obatan untuk UKGS ditempatkan di suatu sekolah dasar yang agak jauh dari Puskesmas untuk beberapa waktu lamanya guna menyelesaikan perawatan paripurna dan perawatan atas permintaan sekolah-sekolah di area sekitarnya sehingga merupakan ”pusat rujukan kecil”, kemudian dipindahkan kesekolah lainnya dengan pola penyelenggaraan yang sama.

Dokumen terkait