• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Sosial Budaya Terhadap Pemenuhan Kebutuhan Gizi Ibu Menyusui di Desa Gunung Tinggi Kecamatan Pancur Batu.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Sosial Budaya Terhadap Pemenuhan Kebutuhan Gizi Ibu Menyusui di Desa Gunung Tinggi Kecamatan Pancur Batu."

Copied!
78
0
0

Teks penuh

(1)

Septina Sari

Skripsi

Fakultas keperawatan

Universitas Sumatera Utara

(2)

Judul : Pengaruh Sosial Budaya Terhadap Pemenuhan Kebutuhan Gizi Ibu Menyusui di Desa Gunung Tinggi Kecamatan Pancur Batu Nama : Septina Sari

Jurusan : Sarjana Keperawatan (S.Kep) Nim : 051101024

Tahun : 2010

Tanggal Lulus : 26 Juni 2010

(3)

Judul Penelitian : Pengaruh Sosial Budaya Terhadap Pemenuhan Kebutuhan Gizi Ibu Menyusui di Desa Gunung Tinggi Kecamatan Pancur Batu.

Peneliti : Septina Sari

Jurusan : Sarjana Keperawatan (S1) Fakultas Keperawatan USU Tahun Akademik : 2009/2010

ABSTRAK

Menyusui adalah proses pemberian ASI pada bayi oleh ibu dan merupakan kondisi yang alamiah yang dialami oleh wanita setelah melahirkan. Namun angka pemberian ASI di Indonesia masih rendah. Banyak faktor yang menyebabkan seseorang tidak dapat menyusui bayinya, salah satunya karena ASI yang tidak mencukupi. Produksi ASI juga sangat dipengaruhi oleh makanan yang dikonsumsi oleh ibu menyusui. Pemenuhan gizi pada masyarakat Indonesia juga masih banyak dipengaruhi oleh faktor sosial budaya. Sosial budaya yang baik akan memberikan pengaruh yang baik pula terhadap pemenuhan kebutuhan gizi selama menyusui.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh sosial budaya terhadap pemenuhan kebutuhan gizi ibu menyusui di desa Gunung Tinggi kecamatan Pancur Batu.

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan desain deskriptif korelasi dan dilaksanakan mulai tanggal 15 – 22 Maret 2010 di Desa Gunung Tinggi dan dianalisa dengan korelasi Pearson. Melalui teknik totally sampling diperoleh sampel sebanyak 37 orang ibu menyusui. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner dan disajikan dalam analisa univariat dan bivariat.

Hasil analisa data menunjukkan sosial budaya ibu menyusui di desa Gunung Tinggi kecamatan Pancur batu 100% baik dan pemenuhan kebutuhan gizi ibu menyusui 86,5% baik. Hasil analisa menunjukkan ada pengaruh sosial budaya terhadap pemenuhan kebutuhan gizi ibu menyusui di desa Gunung Tinggi kecamatan Pancur Batu (r = 0,351, p = 0,033). Perawat diharapkan dapat lebih memperhatikan sosial budaya masyarakat yang dapat mempengaruhi kebutuhan masyarakat khusunya ibu menyusui baik itu yang memberikan dampak buruk maupun yang berdampak baik, sehingga perawat dapat memberikan intervensi yang tepat untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat khususnya ibu menyusui.

(4)

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji dan syukur dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat kasih setia dan anugerahNyalah penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “ Pengaruh Sosial Budaya Terhadap Pemenuhan Kebutuhan Gizi Ibu Menyusui Di Desa Gunung Tinggi Kecamatan Pancur Batu “ sebagaimana lazimnya untuk memenuhi salah satu persyaratan mencapai gelar kesarjanaan pada Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

(5)

Terima kasih juga diucapkan kepada Bapak Kepala Desa Gunung Tinggi yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian ini, terima kasih kepada ibu menyusui di Desa Gunung Tinggi yang bersedia menjadi responden.

Terkhusus terima kasih kepada Ayahanda M. Sinulingga (Alm) dan Ibunda M. Br Ginting tercinta atas didikan dan kasih sayang yang telah diberikan selama ini. Terima kasih buat suamiku tercinta Oktavianus Tarigan dan Anakku tersayang Bryce Ekelnisura Tarigan yang telah memberikan semangat dan dukungan dalam menyelesaikan skripsi ini.

Terima kasih untuk sahabat-sahabatku Le’sista (Lili, Echa, Sylvia, Icha dan Apry) yang memberikan dukungan dan semangat bagi penulis. Teman seperjuanganku (Evirina dan Dwi Puspita), teman-teman stambuk 2005 dan juga adik-adikku di stambuk 2007 yang memberi semangat.

Akhirnya penulis mengharapkan semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua dan dapat memberikan ilmu yang berharga di dunia kesehatan terutama keperawatan.

Medan, Juni 2010 Penulis

(6)

DAFTAR ISI

Bab 2. Tinjauan Pustaka 2.1 Menyusui ... 6

2.1.1 Komposisi ASI ... 6

2.1.2 Volume ASI ... 7

2.1.3 Zat Gizi Ibu Menyusui ... 8

2.1.4 Pola Makan ... 11

2.1.5 Dampak Kebutuhan Gizi Yang Tidak Terpenuhi ... 12

2.2 Sosial ... 13

2.4 Pengaruh Sosial Budaya Terhadap Kebutuhan Gizi Ibu Menyusui ... 20

Bab 3. Kerangka Penelitian 3.1 Kerangka Konseptual ... 24

3.2 Defenisi Operasional ... 25

Bab 4. Metode Penelitian 4.1 Desain Penelitian ... 26

4.2 Populasi dan Sampel ... 26

4.3 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 27

4.4 Pertimbangan Etik ... 27

4.5 Instrumen Penelitian ... 28

4.6 Validitas dan Reliabilitas ... 29

4.7 Pengumpulan Data ... 30

(7)

Bab 5. Hasil Dan Pembahasan

5.1 Hasil Penelitian ... 33

5.1.1 Distribusi Karakteristik Responden ... 33

5.1.2 Sosial Budaya ... 34

5.1.3 Pemenuhan Kebutuhan Gizi Ibu Menyusui ... 36

5.1.4 Pengaruh Sosial Budaya Terhadap Pemenuhan Kebutuhan Gizi Ibu Menyusui ... 39

5.2 Pembahasan ... 40

5.2.1 Sosial Budaya ... 40

5.2.2 Pemenuhan Kebutuhan Gizi Ibu Menyusui ... 41

5.2.3 Pengaruh Sosial Budaya Terhadap Pemenuhan Kebutuhan Gizi Ibu Menyusui ... 42

Bab 6. Kesimpulan Dan Saran 6.1 Kesimpulan ... 45

6.2 Saran ... 46

Daftar Pustaka ... 47 Lampiran

1. Lembar Persetujuan Menjadi Responden 2. Instrumen Penelitian

3. Izin Penelitian dan Pengumpulan Data 4. Hasil Uji Validitas

5. Hasil Uji Reliabilitas

6. Tabel Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Terkait Sosial Budaya Ibu Menyusui

7. Tabel Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Terkait Pemenuhan Kebutuhan Gizi Ibu Menyusui

8. Hasil Uji Korelasi Sosial Budaya Terhadap Pemenuhan Kebutuhan Gizi Ibu Menyusui

(8)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Ibu Menyusui

di Desa Gunung Tinggi Kecamatan Pancur Batu ... 34 Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Sosial Budaya Ibu Menyusui

di Desa Gunung Tinggi Kecamatan Pancur Batu ... 35 Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Kategori Sosial Budaya Ibu Menyusui

di Desa Gunung Tinggi Kecamatan Pancur Batu ... 36 Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Pemenuhan Kebutuhan Gizi Ibu Menyusui di Desa Gunung Tinggi Kecamatan Pancur Batu ... 37 Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Kategori Pemenuhan Kebutuhan Gizi Ibu Menyusui di Desa Gunung Tinggi Kecamatan Pancur Batu ... 39 Tabel 5.6 Hasil Analisa Pengaruh Sosial Budaya Terhadap Pemenuhan Kebutuhan Gizi Ibu Menyusui di Desa Gunung Tinggi

(9)

DAFTAR SKEMA

Skema Halaman

Skema 3.1 Kerangka konsep penelitian Pengaruh sosial budaya

(10)

Judul Penelitian : Pengaruh Sosial Budaya Terhadap Pemenuhan Kebutuhan Gizi Ibu Menyusui di Desa Gunung Tinggi Kecamatan Pancur Batu.

Peneliti : Septina Sari

Jurusan : Sarjana Keperawatan (S1) Fakultas Keperawatan USU Tahun Akademik : 2009/2010

ABSTRAK

Menyusui adalah proses pemberian ASI pada bayi oleh ibu dan merupakan kondisi yang alamiah yang dialami oleh wanita setelah melahirkan. Namun angka pemberian ASI di Indonesia masih rendah. Banyak faktor yang menyebabkan seseorang tidak dapat menyusui bayinya, salah satunya karena ASI yang tidak mencukupi. Produksi ASI juga sangat dipengaruhi oleh makanan yang dikonsumsi oleh ibu menyusui. Pemenuhan gizi pada masyarakat Indonesia juga masih banyak dipengaruhi oleh faktor sosial budaya. Sosial budaya yang baik akan memberikan pengaruh yang baik pula terhadap pemenuhan kebutuhan gizi selama menyusui.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh sosial budaya terhadap pemenuhan kebutuhan gizi ibu menyusui di desa Gunung Tinggi kecamatan Pancur Batu.

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan desain deskriptif korelasi dan dilaksanakan mulai tanggal 15 – 22 Maret 2010 di Desa Gunung Tinggi dan dianalisa dengan korelasi Pearson. Melalui teknik totally sampling diperoleh sampel sebanyak 37 orang ibu menyusui. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner dan disajikan dalam analisa univariat dan bivariat.

Hasil analisa data menunjukkan sosial budaya ibu menyusui di desa Gunung Tinggi kecamatan Pancur batu 100% baik dan pemenuhan kebutuhan gizi ibu menyusui 86,5% baik. Hasil analisa menunjukkan ada pengaruh sosial budaya terhadap pemenuhan kebutuhan gizi ibu menyusui di desa Gunung Tinggi kecamatan Pancur Batu (r = 0,351, p = 0,033). Perawat diharapkan dapat lebih memperhatikan sosial budaya masyarakat yang dapat mempengaruhi kebutuhan masyarakat khusunya ibu menyusui baik itu yang memberikan dampak buruk maupun yang berdampak baik, sehingga perawat dapat memberikan intervensi yang tepat untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat khususnya ibu menyusui.

(11)

BAB 1 PENDAHULUAN

.1 Latar Belakang

Menyusui adalah proses pemberian ASI pada bayi oleh ibu dan merupakan kondisi yang alamiah yang dialami oleh wanita setelah melahirkan (Krisnatuti & Hastoro, 2000). Selama kehamilan, hormon estrogen dan progesteron akan merangsang pembentukan air susu ibu. Setelah melahirkan, kedua hormon tersebut akan digantikan oleh hormon prolaktin dan oksitosin yang menyebabkan mio-epitel kelenjar susu berkontraksi sehingga air susu keluar (Ladewig, 1986). Selain menguntungkan bagi ibu, pemberian ASI juga hal yang mutlak diberikan pada bayi. Bahkan bagi ibu yang sehat, dianjurkan untuk menyusui bayinya sekitar 30 menit setelah melahirkan bayinya (Kasdu, 2001).

ASI merupakan makanan terbaik untuk bayi, namun walau pemerintah telah menghimbau pemberian ASI ekslusif, angka pemberian ASI di Indonesia masih rendah. Berdasarkan Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) 2002, hanya 3,7% bayi yang memperoleh ASI pada hari pertama. Sedangkan pemberian ASI pada bayi umur kurang 2 bulan sebesar 64%, antara 2-3 bulan 45,5%, antara 4-5 bulan 13,9% dan antara 6-7 bulan 7,8% (Tasya, 2008).

(12)

Banyak faktor yang menyebabkan seseorang tidak dapat menyusui bayinya. Salah satunya karena air susu tidak keluar. Penyebab air susu tidak keluar juga tidak sedikit, mulai dari stress mental sampai ke penyakit fisik, termasuk malnutrisi (Arisman, 2004). Gizi ibu yang kurang baik, diit yang terlalu ketat pasca bersalin, dan penurunan berat badan yang sangat drastis akan menurunkan produksi ASI dan mempengaruhi pemberian ASI pada bayi. Dampak dari kurangnya konsumsi ASI pada bayi dapat mengakibatkan terjadinya gagal tumbuh (failure to thrive) pada bayi (soetjiningsih, 1997).

Asupan gizi yang kurang menyebabkan kebutuhan gizi yang diperlukan untuk memproduksi ASI diambil dari tubuh ibu. Jika keadaan ini dibiarkan berlarut-larut, maka selain kondisi tubuh ibu akan terganggu, produksi ASI pun akan berkurang, kualitasnya menurun, dan jangka waktu menyusui menjadi relatif singkat (Kasdu, 2001).

(13)

Menurut Swasono (1998), masyarakat di mana pun di dunia memiliki kategori tentang makanan yang didefinisikan secara budaya. Dalam kategori makanan tersebut, alasan dari pembagian makanan tidak hanya didasarkan atas klasifikasi menurut jenis makanan, tetapi juga atas makna dari makanan itu sendiri dalam kehidupan masyarakat.

Pemenuhan gizi pada masyarakat Indonesia juga masih banyak dipengaruhi oleh faktor sosial budaya, antara lain keyakinan dan suku tertentu yang memiliki pantangan makanan yang bergizi yang berdampak pada kurangnya kecukupan gizi pada masa menyusui. Fenomena ini didukung oleh hasil penelitian Anggorodi (1985) yang berjudul Kehamilan, Kelahiran, Perawatan Ibu dan Bayi dalam Konteks Budaya pada masyarakat Simpar dan Kosambi, Jawa Barat. Pada penelitian tersebut didapatkan perilaku masyarakat yang melakukan beberapa pantangan makanan dengan alasan yang kurang tepat setelah melahirkan yang sebenarnya sangat diperlukan untuk pemulihan kesehatan pasca melahirkan dan produksi ASI (Swasono, 1998).

Selain keyakinan dan suku, kemampuan keluarga untuk membeli makanan,pengetahuan tentang zat gizi, dan dukungan sosial keluarga juga mempengaruhi pemenuhan kebutuhan gizi ibu menyusui (Paath, 2004).

(14)

mendapat data bahwa ibu menyusui tidak diperbolehkan makan telur dan ikan gembung rebus karena dapat menyebabkan ASI menjadi amis dan kulit bayi menjadi gatal-gatal.

Berdasarkan penjelasan di atas, penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian yang terkait dengan pengaruh faktor sosial budaya terhadap pemenuhan kebutuhan gizi ibu menyusui.

.2 Pertanyaan Penelitian

Adakah pengaruh sosial budaya terhadap pemenuhan kebutuhan gizi ibu menyusui di Desa Gunung Tinggi Kecamatan Pancur Batu ?

.3 Hipotesa

Hipotesa yang ditegakkan dalam penelitian ini adalah hipotesa alternatif (Ha), yaitu ada pengaruh sosial budaya terhadap pemenuhan kebutuhan gizi ibu menyusui di Desa Gunung Tinggi Kecamatan Pancur Batu.

Hipotesa penelitian diterima jika nilai signifikan p < 0.05.

.4 Tujuan Penelitian

(15)

1.5 Manfaaat Penelitian 1.5.1 Praktek Keperawatan

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai alternatif dalam mengatasi permasalahan yang ditemukan dalam masyarakat dan pemberian intervensi yang komprehensif terkait dengan sosial budaya yang mempengaruhi kebutuhan gizi ibu menyusui.

1.5.2 Pendidikan Keperawatan

Hasil penelitian ini dapat menyediakan informasi kepada tenaga pendidik khususnya bagian Keperawatan Maternitas untuk memberikan penekanan materi pada masalah yang sering timbul dalam masyarakat, terutama sosial budaya yang mempengaruhi kebutuhan gizi ibu menyusui. 1.5.3 Penelitian Keperawatan

(16)

BAB 2

TINJAUAN KEPUSTAKAAN

2.1 Menyusui

Menyusui adalah proses pemberian ASI pada bayi oleh ibu dan merupakan kondisi alamiah yang dialami oleh wanita setelah melahirkan bayi. Masa menyusui merupakan masa yang sangat membahagiakan bagi ibu dan bayi. Pada saat bayi menghisap ASI melalui putting susu, rasa kehangatan dan kasih sayang akan tercurah kepada si buah hati (Krisnatuti & Hastoro, 2000).

2.1.1 Komposisi ASI

Menurut Suraatmaja (1997), komposisi ASI tidak konstan dan tidak sama dari waktu ke waktu. Ada beberapa yang mempengaruhi komposisi ASI antara lain adalah stadium laktasi, ras, diit ibu dan keadaan gizi.

Berdasarkan stadium laktasi, ASI dapat digolongkan ke dalam tiga kelompok, (Suraatmaja, 1997), yaitu :

a. Kolostrum

(17)

b. Air Susu Masa Peralihan

Merupakan ASI peralihan dari kolostrum sampai menjadi ASI yang matur. ASI peralihan disekresikan dari hari keempat sampai hari kesepuluh dari masa laktasi, tetapi ada pula pendapat yang mengatakan bahwa ASI peralihan dapat diproduksi sampai minggu kelima. ASI peralihan mengandung protein yang lebih rendah dibandingkan dengan kolostrum, tetapi kandungan karbohidr dan lemak lebih tinggi dari pada kolostrum.

c. Air Susu Matur

Merupakan ASI yang disekresikan pada hari kesepuluh dan seterusnya, komposisinya relatif konstan, tetapi ada yang menyatakan bahwa komposisi ASI relatif konstan mulai minggu ketiga sampai minggu kelima. Kondisi ini akan berlangsung sampai bayi erumur 2-3 tahun.

2.1.2 Volume ASI

Seiring dengan bertambahnya umur bayi, volume ASI yang diproduksi akan mengalami perubahan. Perubahan volume ASI sesuai dengan kebutuhan bayi. Pada saat umur bayi mencapai tiga bulan, seorang ibu dapat memprduksi ASI sekitar 800 ml sehari. Pada saat umur bayi 6 bulan, bayi membutuhkan makanan pendamping ASI yang menyebabkan menurunnya produksi ASI (Krisnatuti & Hastoro, 2000).

(18)

ml. Sedangkan pada bulan keempat meningkat menjadi 750-800 ml. Kemudian akan menurun atau berkurang tergantung isapan bayi.

2.1.3 Zat Gizi Ibu Menyusui a. Defenisi Zat Gizi

Zat gizi adalah bahan dasar yang menyusun bahan makanan. Makanan setelah dikonsumsi akan mengalami proses pencernaan di dalam alat pencernaan dan diuraikan menjadi zat gizi. Zat gizi ada lima, yaitu karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan mineral. Fungsi umum zat gizi tersebut adalah :

a) Sebagai sumber energi atau tenaga;

b) Menyokong pertumbuhan badan yaitu penambahan sel baru pada sel yang sudah ada;

c) Memelihara jaringan tubuh, mengganti sel yang rusak atau aus;

d) Mengatur metabolisme dan mengatur keseimbangan air, mineral, dan asam – basa di dalam cairan tubuh;

e) Berperan dalam mekanisme pertahanan tubuh terhadap penyakit sebagai antibody dan antitoksin (Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat FKM UI, 2008).

b. Kebutuhan gizi bagi ibu menyusui

(19)

dihasilkan. Ibu yang menyusui bayi, harus memproduksi 800-1000 cc ASI. Dengan demikian, ibu menyusui disarankan memperoleh tambahan zat makanan 800Kkal yang digunakan untuk memproduksi ASI dan untuk aktivitas ibu itu sendiri ( Paath dkk, 2004).

Ibu menyusui membutuhkan sekitar 500 kalori per hari untuk menghasilkan air susu bagi kebutuhan bayinya. Untuk mengetahui terpenuhinya kebutuhan kalori dengan cara menimbang berat badan, apabila terjadi penurunan lebih dari 0,9 kg per minggu setelah tiga minggu pertama menyusui, berarti kebutuhan kalori tidak tercukupi, sehingga akan mengganggu produksi air susu. Karena volume produksi ASI berkurang pada diit rendah kalori, maka dengan sendirinya energinya pun akan berkurang.

Protein sangat diperlukan untuk peningkatan produksi air susu.Ibu menyusui membutuhkan tiga porsi protein per hari selama menyusui. Perubahan diit ibu yang buruk akan berpengaruh pada kadar protein ASI. Ibu akan kehilangan protein tubuh maupun cadangan zat-zat gizi lain dari dalam tubuhnya untuk mempertahankan mutu ASI.

(20)

Selama menyusui kebutuhan kalsium akan meningkat satu porsi sehari, melebihi kebutuhan selama kehamilan, dengan total lima porsi sehari. Begitu juga dengan kebutuhan sayuran dan buah-buahan akan meningkat, untuk menjamin adanya vitamin A dan vitamin yang esensial lain dalam air susu. Jumlah kebutuhan adalah tiga porsi sehari, baik sayuran berwarna hijau maupun sayuran dan buah-buahan berwarna kuning.

Karbohidrat kompleks adalah salah satu sumber vitamin B dan mineral terbaik untuk pertumbuhan bayi. Dengan demikian selama menyusui anda harus mengonsumsi makanan yang banyak mengandung karbohidrat kompleks.

Ibu menyusui memerlukan pergantian simpanan darah yang hilang setelah melahirkan, dan untuk keperluan bayi. Untuk itu selama menyusui makanlah makanan yang kaya akan zat besi setiap hari. Karena tidak mungkin didapatkan hanya dari makanan, maka ibu menyusui perlu mendapat suplemen zat besi sedikitnya 30-60 mg perhari.

Lemak merupakan komponen penting dalam air susu, sebagian kalori yang dikandungnya berasal dari lemak. Lemak bermanfaat untuk pertumbuhan bayi. Kebutuhan lemak berkaitan dengan berat badan, apabila berat badan ibu menyusui turun, maka tingkatkan asupan lemak sampai empat porsi sehari. Bila konsumsi lemak cukup, maka lemak dalam ASI komposisinya sama dengan dalam diit ibu. Sedangkan bila diit lemak kurang maka komposisi dalam ASI sama dengan lemak dalam depot ibu.

(21)

dibutuhkan oleh bayi. Hindari makanan olahan, dan makanan cepat saji dalam jumlah yang banyak, karena makanan tersebut mengandung garam lebih banyak dari yang dibutuhkan.

Ibu menyusui sangat membutuhkan cairan agar dapat menghasilkan air susu dengan cepat, hampir 90 % air susu ibu terdiri dari air. Minumlah delapan gelas air perhari, atau lebih jika udara panas, banyak berkeringat dan demam. Terlalu banyak minum lebih dari 12 gelas perhari juga tidak baik karena dapat menurunkan pembentukan air susu. Waktu minum yang paling baik adalah pada saat bayi sedang menyusu atau sebelumnya, sehingga cairan yang diminum bayi dapat diganti (Asmi, 1997).

2.1.4 Pola Makan

Menurut Krisnatuti dan Hastoro (2000), masa menyusui memberikan pengaruh yang cukup berarti terhadap proses metabolisme tubuh karena kebutuhan zat-zat gizi meningkat tajam. Upaya untuk mempertahankan gizi dengan baik dan seimbang pada masa menyusui adalah salah satu cara untuk menjaga kesehatan. Pada ibu menyusui, tidak dianjurkan untuk mengkonsumsi makanan dalam jumlah yang berlebihan atau berdiet.

Pada ibu menyusui tidak terdapat pantangan makanan, misalnya makan buah segar, daging, ikan, susu, sayur-sayuran, kacang-kacangan, telur yang sebenarnya sangat dianjurkan (Soetjiningsih, 1997).

(22)

protein, vitamin, mineral, serat, dan air. Pola makan juga harus diatur secara rasional. Ibu yang sebelum menyusui makan tiga kali sehari, selama menyusui frekwensi makan harus di tambah. Selain memperlancar produksi ASI, juga untuk mempercepat proses pemulihan kesehatan ibu setelah persalinan (Krisnatuti & Hastoro, 2000).

2.1.5 Dampak Kebutuhan Gizi yang Tidak Terpenuhi

Selain untuk produksi ASI, pada ibu menyusui semua makanan yang dikonsumsi digunakan untuk aktivitas dan metabolisme dalam tubuh. Bila ibu tidak memperoleh makanan dengan gizi yang seimbang dapat mengakibatkan ibu kekurangan gizi dan kekurangan darah atau anemia (Burns, 2000)

(23)

2.2 Sosial

2.2.1 Defenisi Sosial

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1989), sosial adalah berkenaaan dengan masyarakat dan sifat-sifat kemasyarakatan. Sedangkan menurut Sudarno dalam Salim (2002), kata sosial berasal dari bahasa Latin yaitu socius yang berarti segala sesuatu yang lahir, tumbuh dan berkembang dalam kehidupan bersama.

Sudarno dalam Salim (2002) menekankan pengertian sosial pada strukturnya. Jadi struktur sosial (social structure) adalah suatu tatanan, hierarki dan hubungan-hubungan sosial dalam masyarakat yang menempatkan pihak-pihak tertentu (individu, keluarga, kelompok dan kelas) di dalam posisi-posisi sosial tertetu berdasarkan suatu sistem nilai dan norma yang berlaku pada sistem masyarakat pada waktu tertentu. Menyambung pengertian dari Sudarno di atas, Winandi dalam Ibrahim (2003) menyebutkan bahwa struktur sosial terdiri atas seperangkat unsur yang mempunyai ciri-ciri tertentu dan seperangkat hubungan di antara unsur-unsur tersebut.

Jadi dapat disimpulkan bahwa sosial adalah segala sesuatu yang lahir, tumbuh dan berkembang dalam kehidupan bersama berdasarkan suatu sistem nilai dan norma yang berlaku pada sistem masyarakat pada waktu tertentu.

2.2.2 Faktor-faktor Sosial

(24)

mengadopsi pendapat Anderson dan Gottlieb tersebut maka faktor-faktor sosial itu adalah pendidikan, suku bangsa dan dukungan sosial.

a. Pendidikan

Pendidikan berarti perbuatan (hal, cara, dan sebagainya) mendidik (Purwadarminta, 1985). Pendidikan sebagai suatu konsep, memiliki sifat yang cukup terbuka untuk menelaah berbagai fenomena sosial di masyarakat. Sedangkan pendidikan dalam arti formal sebenarnya adalah suatu proses penyampaian bahan / materi pendidikan oleh pendidik kepada sasaran pendidikan (anak didik) guna mencapai perubahan tingkah laku (Notoatmodjo, 1993).

Pengertian pendidikan digunakan untuk menunjuk atau menyebutkan suatu jenis peristiwa yang dapat terjadi di berbagai jenis lingkungan. Jenis lingkungan ini adalah interaksi antara dua manusia atau lebih yang dirancang untuk menimbulkan atau berdampak timbulnya suatu proses pengembangan atau pematangan pandangan hidup pribadi. Sedangkan jenis lingkungan tempat terjadinya interaksi ini dapat berupa keluarga, sekolah, tempat bekerja, tempat bermain, berolah raga atau berekreasi ataupun tempa-tempat yang lain (Buchori, 2001).

b. Dukungan Sosial

(25)

sosial sebagai info verbal atau non verbal, saran, bantuan yang nyata atau tingkah laku yang diberikan oleh orang-orang yang akrab dalam subjek di dalam lingkungan sosialnya atau yang berupa kehadiran dan hal-hal yang dapat memberikan keuntungan emosional atau berpengaruh pada tingkah laku penerimanya. Menurut Rook & Dooley (1985) sumber dukungan sosial ada dua yaitu natural dan artifisial. Sumber dukungan sosial yang natural berasal dari oang-orang yang ada di sekitarnya misalnya dukungan keluarga, teman dekat atau relasi (Kuntjoro, 2002).

c. Suku

(26)

2.3 Budaya

2.3.1 Defenisi Budaya

Kata budaya berasal dari kata budh dalam bahasa Sanskerta yang berarti akal, kemudian menjadi kata budhi (tunggal) atau budhayah (majemuk), sehingga budaya diartikan sebagai hasil pemikiran atau akal manusia. Ada juga pendapat yang mengatakan bahwa budaya berasal dari kata budi dan daya. Budi adalah akal yang merupakan unsur rohani dalam kebudayaan, sedangkan daya berarti perbuatan atau ikhtiar sebagai unsur jasmani, sehingga budaya diartikan sebagai hasil dari akal dan ikhtiar manusia (Widyosiswoyo, 2004).

Pemilihan defenisi budaya yang tepat sangat sukar karena begitu banyak orang yang mendefenisikannya. Menurut Ki Hajar Dewantara, budaya berarti buah budi manusia yang merupakan hasil perjuangan manusia terhadap dua pengaruh kuat, yakni alam dan zaman (kodrat dan masyarakat) yang merupakan bukti kejayaan hidup manusia untuk mengatasi berbagai rintangan dan kesukaran dalam hidup dan penghidupannya guna mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang pada lahirnya besifat tertib dan damai. Alisyahbana mengatakan bahwa budaya manifestasi dari cara berpikir, sehingga menurutnya pola kebudayaan itu sangat luas sebab semua laku dan perbuatan tercakup di dalamnya dan dapat diungkapkan pada basis dan cara berpikir, termasuk di dalamnya perasaan karena perasaan juga merupakan maksud dari pikiran.

(27)

Culture : A Critical Review Concepts and Definitions (1952), mengatakan bahwa

budaya adalah manifestasi atau penjelmaan kerja jiwa manusia dalam arti seluas-luasnya. Malinowski menyebutkan budaya pada prisipnya berdasarkan atas berbagai sistem kebutuhan tubuh manusia. Tiap tingkat kebutuhan itu menghadirkan corak budaya yang khas. Sedangkan Peursen mengartikan budaya sebagai maifestasi kehidupan setiap orang dan kehidupan kelompok orang. Manusia tidak dapat hidup begitu saja di tengah alam, oleh karena itu untuk dapat hidup, manusia harus mengubah segala sesuatu yang telah disediakan di alam.

Dari pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa budaya adalah keseluruhan gagasan, ide-ide serta karya manusia yang lahir sebagai hasil dari akal dan ikhtiar manusia.

2.3.2 Faktor-faktor Budaya

Menurut Kluckhohn dalam Widyosiswoyo (2004), ada beberapa faktor dalam kebudayaaan universal yaitu sistem religi dan keyakinan, sistem organisasi kemasyarakatan, sistem mata pencaharian hidup, sistem teknologi dan peralatan, sistem pengetahuan, bahasa serta kesenian. Menurut Anderson (Muzaham, 2004), salah satu faktor budaya tersebut di atas yaitu sistem pengetahuan dikategorikan sebagai faktor sosial. Sehingga faktor-faktor budaya sesuai dengan yang telah disebutkan di atas kecuali sistem pengetahuan.

a. Sistem religi dan keyakinan

Sistem religi dan keyakinan merupakan produk manusia sebagai homo

religious. Manusia yang memiliki kecerdasan pikiran dan perasaan luhur, tanggap

(28)

(supranatural) yang dapat menghitam putihkan kehidupannya. Oleh karena itu manusia takut sehingga menyembah-Nya dan lahirlah kepercayaan yang sekarang menjadi agama. Untuk membujuk kekuatan besar tersebut agar mau menuruti kemauan manusia, dilakukan usaha yang diwujudkan dalam sistem religi dan keyakinan (Widyosiswoyo, 2004).

b. Sistem Organisasi Kemasyarakatan

Merupakan produk dari manusi sebagai homo socius. Manusia sadar bahwa tubuhnya lemah. Namun dengan akalnya manusia membentuk kekuatan dengan cara menyusun organisasi kemasyarakatan yang merupakan tempat bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama yaitu meningkatkan kesejahteraan hidupnya. Dalam masyarakat tradisional, sistem gotong royong seperti yang terdapat di Indonesia merupakan contoh khas (Widyosiswoyo, 2004).

c. Sistem mata pencaharian hidup

(29)

d. Sistem teknologi dan peralatan

Merupakan produk manusia sebagai homo faber. Bersumber dari pemikirannya yang cerdas serta dibantu dengan tangannya yang dapat memegang sesuatu yang erat, manusia dapat menciptakan sekaligus mempergunakan suatu alat. Dengan alat-alat ciptaan itu manusia dapat lebih mampu mencukupi kebutuhannya dari pada hewan (Widyosiswoyo, 2004).

e. Bahasa

Merupakan produk dari manusia sebagai homo longuens. Bahasa manusia pada mulanya diwujudkan dalam bentuk tanda (kode), yang kemudian disempurnakan dalam bentuk bahasa lisan, dan akhirnya menjadi bahasa tulisan. Semuanya merupakan simbol sehingga Ernest Casirier menyebut manusia sebagai

animal symbolic. Bahasa-bahasa yang telah maju memiliki kekayaan kata (causa

kata) yang besar jumlahnya sehingga makin komunikatif (Widyosiswoyo, 2004). f. Kesenian

(30)

2.4 Pengaruh Sosial Budaya terhadap Kebutuhan Gizi Ibu Menyusui 2.4.1 Pendidikan

Pengetahuan tentang gizi sangat mempengaruhi ibu dalam menata menu keluarga. Kedalaman dan keluasan pengetahuan ibu tentang gizi menuntunnya dalam pemilihan jenis makanan yang akan dikonsumsi baik dari segi kualitas, variasi, maupun ragam pangan yang diselaraskan dengan konsep pangan. Misalnya, konsep pangan yang berkaitan denga kebutuhan fisik, apakah asal makan kenyang atau makan untuk memenuhi kebutuhan tubuh.

Jika seorang ibu memiliki pengetahuan yang luas tetang gizi maka ia akan mampu menata menu keluarga yang memiliki gizi seimbang sehingga akan menciptakan anggota keluarga yang sehat dan cerdas. Sebaliknya, jika seorang ibu memiliki pengetahuan yang buruk tentang gizi maka ia tidak akan mampu menata menu keluarga dengan baik (Marwanti, 2000). Kurangnya pengetahuan tentang gizi dan kemampuan untuk menerapkan informasi tentang gizi merupakan sebab-sebab penting terjadinya gangguan gizi terhadap masyarakat. Oleh sebab-sebab itu pengetahuan tetang gizi sangat diperlukan untuk menciptakan makanan yang sehat dan bergizi lengkap (Suhardjo, 1996).

2.4.2 Dukungan Sosial

(31)

membutuhkan prasyarat tertentu seperti keturunan genetik yang sehat, penatalaksanaan fertilitas, perawatan selama siklus maternitas, perilaku diet yang baik, pemanfaatan kesehatan yang optimal, persahabatan dan perawatan anggota keluarga (Bobak, 2004). Namun, anggapan lain yang muncul seperti dalam mengkonsumsi hidangan makanan di dalam keluarga, biasanya sang ayah sebagai kepala keluarga akan diprioritaskan mengkonsumsi lebih banyak dan pada bagian-bagian makanan yang mengandung nilai cita rasa tinggi. Sedangkan anggota keluarga lainnya seperti sang ibu dan anak-anak mengkonsumsi pada bagian-bagian hidangan makanan yang secara cita-rasa maupun fisiknya rendah. Sebagai contoh masyarakat di Timor yaitu : apabila dihidangkan makanan daging ayam, maka sang ayah akan mendapat bagian paha atau dada sedangkan sang ibu dan anak-anak akan mendapat bagian sayap atau lainnya (Beny, 2008). Menurut Suhardjo (1996), Hal tersebut diatas dapat menimbulkan distribusi konsumsi pangan yang tidak baik atau maldistribution diantara keluarga apalagi pengetahuan gizi belum dipahami oleh keluarga.

2.4.3 Sistem Mata Pencaharian

Sistem mata pencaharian hidup ini meliputi jenis pekerjaan dan penghasilan (Widyosiswoyo, 2004).

(32)

makanan anggota keluarganya, baik secara kuantitas maupun kualitas dan semakin baik pula status gizinya.

Namun diharapkan dengan uang yang sedikit tersebut dapat digunakan untuk membeli bahan makanan yang memenuhi kandungan gizi. Jadi dalam mengelola uang diperlukan pertimbangan yang cermat. Hal ini dimaksudkan agar dapat menggunakan uang belanja dengan sebaik-baiknya serta dapat mencukupi kebutuhan keluarga, baik dalam segi kualitas maupun kuantitas (Marwanti, 2000).

2.4.4 Suku

(33)
(34)

BAB 3

KERANGKA PENELITIAN

3.1 Kerangka Konseptual

Kerangka konsep dari penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan pengaruh sosial budaya terhadap pemenuhan kebutuhan gizi ibu menyusui. Menyusui adalah proses pembeian ASI pada bayi oleh ibu dan merupakan kondisi alamiah yang dialami oleh wanita setelah melahirkan bayi. Gizi pada ibu menyusui sangat erat kaitannya dengan produksi air susu, yang sangat dibutuhkan untuk tumbuh-kembang bayi dan untuk aktivitas ibu itu sendiri ( Paath dkk, 2004). Dalam memenuhi kebutuhan gizi selama menyusui, ibu dipengaruhi oleh sosial budaya yang diyakini oleh masyarakat untuk mendukung tercapainya kesehatan yang lebih baik. Jadi, pemenuhan kebutuhan gizi ibu selama menyusui tersebut dilakukan untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan ibu dan bayi (Swasono,1998).

Keterangan : = diteliti

= pengaruh

Skema 3.1 Kerangka konsep penelitian Pengaruh sosial budaya terhadap

Sosial Budaya

(35)

3.2 Defenisi Operasional 3.2.1 Sosial Budaya

Adalah segala bentuk kebiasaan ataupun keyakinan yang dimiliki oleh ibu menyusui dalam memenuhi kebutuhan gizi selama menyusui.

3.2.2 Pemenuhan Kebutuhan Gizi Ibu menyusui

(36)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian

Desian penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain deskriptif korelasi, yaitu jenis penelitian yang menelaah hubungan antara variabel pada suatu situasi atau sekelompok subyek (Notoatmodjo, 2002). Hal ini dilakukan untuk melihat pengaruh sosial budaya terhadap pemenuhan kebutuhan gizi ibu selama menyusui.

4.2 Populasi dan Sampel 4.2.1 Populasi

Populasi pada penelitian ini adalah ibu menyusui yang tinggal di Desa Gunung Tinggi yang terdiri atas 4 Dusun, yaitu Dusun I Gunung Tinggi, Dusun II Lau Timah, Dusun III Sebirik-birik dan Dusun IV Lau Mbergeh. Berdasarkan data yang diperoleh dari kader Posyandu, jumlah ibu menyusui di Dusun I sebanyak 10 Orang, di Dusun II sebanyak 9 orang, di Dusun III sebanyak 15 orang dan di Dusun IV sebanyak 3 orang, sehingga diperoleh jumlah keseluruhan ibu menyusui di Desa Gunung Tinggi adalah berjumlah 37 orang.

4.2.2 Sampel

(37)

populasi relatif kecil (Ginting, 2008). Maka jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 37 orang.

4.3 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Desa Gunung Tinggi Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang, pada bulan maret 2010. Adapun alasan pemilihan lokasi tersebut adalah pada daerah tersebut memiliki banyak variasi suku, agama, pekerjaan dan tingkat pendidikan. Selain itu, penelitian tentang pengaruh faktor sosial budaya terhadap pemenuhan kebutuhan gizi ibu menyusui belum pernah dilakukan di Desa Gunung Tinggi Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang.

4.4 Pertimbangan Etik

(38)

menuliskan nama responden pada instrumen dan peneliti memusnahkan instrumen penelitian setelah proses penelitian selesai. Data-data yang diperoleh dari responden juga hanya digunakan untuk kepentingan penelitian.

4.5 Instrumen Penelitian

Untuk memperoleh informasi dari responden, peneliti menggunakan alat pengumpulan data berupa kuesioner yang disusun sendiri oleh peneliti dengan berpedoman pada kerangka konsep dan tinjauan pustaka. Instrumen ini terdiri atas 3 bagian, yaitu kuesioner data demografi, kuesioner data sosial budaya, dan kuesioner data pemenuhan kebutuhan gizi ibu menyusui.

Kuesioner data demografi responden meliputi usia, suku, agama, tingkat pendidikan, pekerjaan, dan penghasilan dalam sebulan.

Kuesioner data sosial budaya terdiri atas 9 pertanyaan positif dengan pilihan jawaban sangat setuju (SS) nilai 4, setuju (S) nilai 3, tidak setuju (TS) nilai 2, dan sangat tidak setuju (STS) nilai 1, sehingga akan diperoleh nilai tertinggi 36 dan nilai terendah 9. Sosial budaya dibagi menjadi 2 kategori yaitu sosial budaya yang baik dan sosial budaya yang kurang baik. Panjang kelas untuk dua kategori dihitung berdasarkan perhitungan statistik (Sudjana, 2005) yaitu :

Nilai tertinggi – Nilai terendah P (panjang kelas) =

Banyak kelas

(39)

diperoleh nilai tertinggi 36 dan nilai terendah 9. Pemenuhan kebutuhan gizi ibu menyusui dibagi menjadi 2 kategori yaitu pemenuhan kebutuhan gizi baik dan pemenuhan kebutuhan gizi kurang baik.

4.6 Validitas dan Reliabilitas

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Suatu instrumen yang valid atau sahih mempunyai validitas tinggi (Arikunto, 2006). Jenis validitas yang diukur adalah validitas isi yaitu suatu keputusan tentang bagaimana instrumen dengan baik mewakili karakteristik yang dikaji keputusan-keputusan biasanya didasarkan pada riset sebelumnya dalam bidang tersebut dan pendapat-pendapat ahli (Brockopp &Tolsma. 1999). Dalam hal ini ahli yang diminta untuk melakukan uji validitas adalah Ibu Siti Zahara Nasution, S.Kp, MNS. Hasil validasi instrumen penelitian dapat dibaca pada lampiran 4.

(40)

0,766 (lampiran 5). Menurut Polit & Hungler (1999), suatu instrumen yang baru reliabel bila koefisiennya 0,70 atau lebih.

4.7 Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan adalah dengan pengisian kosiener. Pengumpulan data dimulai setelah peneliti menerima surat izin pelaksanaan penelitian dari institusi pendidikan yaitu Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara dan surat izin dari lokasi penelitian yaitu di Desa Gunung Tinggi. Pada saat pengumpulan data peneliti menjelaskan waktu, tujuan, manfaat dan prosedur pelaksanaan penelitian kepada calon responden dan yang bersedia berpartisipasi di minta untuk menandatangani informed consent. Responden yang bersedia, diminta untuk mengisi kuesioner dan diberi kesempatan bertanya apabila ada pertanyaan yang tidak dipahami. Setelah kuesioner diisi, dikumpulkan kembali dan peneliti memeriksa kelengkapan data dan jika ada data yang kurang, dapat langsung dilengkapi. Selanjutnya data yang terkumpul dianalisa.

4.8 Analisa Data

Analisa data dilakukan melalui beberapa tahap yang dimulai dengan

editing untuk memeriksa kelengkapan dan data responden serta memastikan

(41)

pengolahan data dengan menggunakan teknik komputerisasi yaitu program SPSS 17.

Metode statistik untuk analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1) Statistik Univariat

Statistik univariat adalah prosedur untuk menganalisa data dari satu variabel yang bertujuan untuk mendeskripsikan suatu hasil penelitian ( Polit & Hungler, 1999). Pada penelitian ini, analisa data dengan metode statistik univariat akan digunakan untuk menganalisa data demografi, data sosial budaya dan data pemenuhan kebutuhan gizi ibu menyusui di desa gunung tinggi kecamatan pancur batu.

Untuk menganalisa data sosial budaya dan pemenuhan kebutuhan gizi ibu menyusui akan dianalisa dengan menggunakan skala interval dan akan ditampilkan dalam distribusi frekuensi.

2) Statistik Bivariat

(42)

Jika r 0,0 – 0,19 = kekuatan hubungan sangat lemah r 0,20 – 0,39 = kekuatan hungan lemah

r 0,40 – 0,59 = kekuatan hubungan sedang r 0,69 – 0,79 = kekuatan hubungan kuat

r 0,80 – 1,00 = kekuatan hubungan sangat kuat

(43)

BAB 5

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Penelitian

Pada bab ini akan diuraikan data hasil penelitian mengenai pengaruh sosial budaya terhadap pemenuhan kebutuhan gizi ibu menyusui di desa Gunung Tinggi kecamatan Pancur Batu. Penelitian ini dilaksanakan mulai 8 Maret sampai 13 Maret 2010 di desa Gunung Tinggi kecamatan Pancur Batu dengan jumlah responden 37 orang ibu menyusui.

Hasil penelitian ini dibagi atas tiga bagian, yaitu tentang karakteristik responden, sosial budaya, dan pemenuhan kebutuhan gizi ibu menyusui yang seterusnya dianalisa ada atau tidaknya pengaruh sosial budaya terhadap pemenuhan kebutuahn gizi ibu menyusui.

5.1.1 Distribusi Karakteristik Responden

Pada penelitian ini, usia ibu menyusui yang menjadi responden berada pada 16 – 26 tahun 25 orang (67,57%) dan 27 – 37 tahun 12 orang (32,43%), pada saat penelitian secara kebetulan hampir seluruh responden merupakan suku karo yaitu 34 orang (91,89%), agama yang dianut juga mayoritas Kristen 32 orang (86,49%), tingkat pendidikan responden kebanyakan SMA 20 orang (54,05%), pekerjaannya kebanyakan bertani 20 orang (54,05%) dan kebanyakan penghasilannya < Rp. 700.000 per bulan 26 orang (70,27%).

(44)

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Ibu Menyusui di Desa Gunung Tinggi Kecamatan Pancur Batu.

n = 37

No. Karakteristik Frekuensi Persentase

1. Usia 4. Tingkat Pendidikan

Tidak Sekolah

(45)

makanan yang dikonsumsi ibu berpengaruh pada jumlah ASI yang dihasilkan, sebanyak 33 ibu menyusui (89,2%) menyatakan setuju keadaan gizi ibu berpengaruh terhadap produksi dan kualitas ASI. Ibu menyusui yang tidak setuju bahwa keluarga membantu ibu menyiapkan makanan sebanyak 9 ibu menyusui (24,3%) dan sebanyak 9 ibu menyusui menyatakan tidak setuju bahwa ibu menyusui boleh makan ikan dan telur.

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Sosial Budaya Ibu Menyusui di Desa Gunung Tinggi Kecamatan Pancur Batu.

n = 37

No. Indikator Kriteria Jumlah

SS S TS STS

(46)

Lanjutan tabel 5.2

No. Indikator Kriteria Jumlah

SS S TS STS

Berdasarkan perhitungan yang digunakan untuk mengukur variabel sosial budaya maka diketahui bahwa sosial budaya ibu menyusui di desa Gunung Tinggi kecamatan Pancur Batu dalam kategori baik 100%.

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Kategori Sosial Budaya Ibu Menyusui di Desa Gunung Tinggi Kecamatan Pancur Batu.

n = 37

Sosial Budaya Frekuensi Persentase

Baik 37 100%

Kurang Baik 0 0

5.1.3 Pemenuhan Kebutuhan Gizi Ibu Menyusui

(47)

menyatakan tidak pernah mengkonsumsi susu selama menyusui. Sebanyak 22 ibu menyusui (59,5%) menyatakan sering mengkonsumsi buah-buahan yang mengandung vitamin C selama menyusui, 26 ibu menyusui (70,3%) sering minum air putih 8-12 gelas per hari selama menyusui, sebanyak 22 ibu menyusi (59,5%) sering mengkonsumsi kacang-kacangan selama menyusui, sebanyak 13 ibu menyusui (35,2%) tidak pernah mendapat obat tambah darah, 25 ibu menyusui (67,6%) sering mengkonsumsi sayuran hijau selama menyusui, dan 25 ibu menyusui (67,6%) sering porsi makanannya lebih banyak selama menyusui.

Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Pemenuhan Kebutuhan Gizi Ibu Menyusui di Desa Gunung Tinggi Kecamatan Pancur Batu.

n = 37

No. Indikator Kriteria Jumlah

(48)

Lanjutan tabel 5.4

No. Indikator Kriteria Jumlah

SL S KK TP

(49)

dalam kategori baik sebanyak 86,5% dan dalam kategori kurang baik sebanyak 13,5%.

Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Kategori Pemenuhan Kebutuhan Gizi Ibu Menyusui di Desa Gunung Tinggi Kecamatan Pancur Batu.

n = 37 Pemenuhan Kebutuhan Gizi

Ibu Menyusui

Frekuensi Persentase

Baik 32 86,5%

Kurang Baik 5 13,5%

5.1.4 Pengaruh Sosial Budaya Terhadap Pemenuhan Kebutuhan Gizi Ibu Menyusui

Analisa pengaruh sosial budaya terhadap pemenuhan kebutuhan gizi ibu menyusui diukur dengan korelasi Pearson. Berdasarkan hasil analisa data diperoleh bahwa sosial budaya berpengaruh terhadap pemenuhan kebutuhan gizi ibu menyusui dimana nilai r = 0,351 dengan signifikansi p = 0,033 (<0,05).

Tabel 5.6 Hasil Analisa Pengaruh Sosial Budaya Terhadap Pemenuhan Kebutuhan Gizi Ibu Menyusui di Desa Gunung Tinggi Kecamatan Pancur Batu

n = 37

Variabel r p

(50)

5.2 Pembahasan 5.2.1 Sosial Budaya

(51)

no.8 sebanyak 9 ibu menyusui (24,3%) menyatakan tidak setuju bahwa ibu menyusui boleh makan ikan dan telur karena tidak akan membuat ASI menjadi amis. Dari indikator pernyataan ini masih terlihat bahwa masih ada ibu menyusui yang memiliki pantangan makanan yang sebenarnya sangat dianjurkan. Soetjiningsih (1997) menyatakan bahwa ibu menyusui tidak memiliki pantangan makanan, misalnya makan buah segar, daging, ikan, susu, sayur-sayuran, kacang-kacangan, dan telur.

5.2.2 Pemenuhan Kebutuhan Gizi Ibu Menyusui

Berdasarkan distribusi responden, pemenuhan kebutuhan gizi ibu menyusui di desa Gunung Tinggi kecamatan Pancur Batu belum secara keseluruhan baik. Hasil analisa data menunjukkan bahwa sebanyak 86,5% ibu menyusui sudah memenuhi kebutuhan gizi dengan baik, tetapi sebanyak 13,5% ibu menyusui masih kurang baik dalam memenuhi kebutuhan gizi selama menyusui.

(52)

beranggapan bahwa tanpa minum susu pun mereka tetap sehat dan dapat menyusui. Menurut Asmi (1997), susu merupakan sumber protein yang sangat berpengaruh terhadap peningkatan mutu ASI. Alasan lainnya adalah kurangnya biaya untuk membeli susu. Begitu juga pada pertanyaan no.7 sebanyak 13 ibu menyusui (35,2%) tidak pernah mendapat obat tambah darah selama menyusui. Hal ini bertentangan dengan pendapat Asmi (1997) yang menyatakan bahwa ibu menyusui memerlukan pergantian simpanan darah yang hilang setelah melahirkan, dan untuk keperluan bayi. Untuk itu selama menyusui makanlah makanan yang kaya akan zat besi setiap hari. Karena tidak mungkin didapatkan hanya dari makanan, maka ibu menyusui perlu mendapat suplemen zat besi sedikitnya 30-60 mg perhari. Namun secara keseluruhan pemenuhan kebutuhan gizi selama menyusui sudah baik.

5.2.3 Pengaruh Sosial Budaya Terhadap Pemenuhan Kebutuhan Gizi Ibu Menyusui

Hasil uji korelasi Pearson menunjukkan bahwa ada pengaruh sosial budaya terhadap pemenuhan kebutuhan gizi ibu menyusui di desa Gunung Tinggi kecamatan Pancur Batu dengan nilai r = 0,351 dan p = 0,033. Hasil ini berarti sosial budaya yang dimiliki oleh ibu menyusui berpengaruh terhadap pemenuhan kebutuhan gizi ibu menyusui.

(53)

kecukupan gizi pada masa menyusui. Fenomena ini didukung oleh hasil penelitian Anggorodi (1985) yang berjudul Kehamilan, Kelahiran, Perawatan Ibu dan Bayi dalam Konteks Budaya pada masyarakat Simpar dan Kosambi, Jawa Barat. Pada penelitian tersebut didapatkan perilaku masyarakat yang melakukan beberapa pantangan makanan dengan alasan yang kurang tepat setelah melahirkan yang sebenarnya sangat diperlukan untuk pemulihan kesehatan pasca melahirkan dan produksi ASI (Swasono, 1998).

(54)
(55)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

Pada bab ini akan diuraikan kesimpulan dan saran sehubungan dengan penelitian yang dilakukan peneliti.

6.1 Kesimpulan

6.1.1 usia ibu menyusui yang menjadi responden berada pada 16 – 26 tahun 25 orang (67,57%) dan 27 – 37 tahun 12 orang (32,43%), hampir seluruh responden merupakan suku karo yaitu 34 orang (91,89%), agama yang dianut juga mayoritas kristen 32 orang (86,49%), tingkat pendidikan responden kebanyakan SMA 20 orang (54,05%), pekerjaannya kebanyakan bertani 20 orang (54,05%) dan kebanyakan penghasilannya < Rp. 700.000 per bulan 26 orang (70,27%).

6.1.2 Pemenuhan kebutuhan gizi ibu menyusui berdasarkan sosial budaya di desa Gunung Tinggi kecamatan Pancur Batu dalam kategori baik sebanyak 86,5% dan dalam kategori kurang baik sebanyak 13,5%.

(56)

6.2 Saran

6.2.1 Praktek Keperawatan

Masyarakat merupakan salah satu lahan praktek bagi perawat, sehingga diharapkan perawat dapat lebih memperhatikan sosial budaya masyarakat yang dapat mempengaruhi kebutuhan masyarakat khusunya ibu menyusui baik itu yang memberikan dampak buruk maupun yang berdampak baik. Dengan demikian perawat dapat memberi intervensi yang tepat untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, khususnya ibu dan bayi.

6.2.2 Pendidikan Keperawatan

Hasil penelitian ini menjadi masukan dan menambah ilmu bagi keperawatan maternitas terutama dalam memberikan gambaran tentang sosial budaya dan pemenuhan kebutuhan gizi ibu menyusui secara nyata.

6.2.3 Penelitian Keperawatan

(57)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian; Suatu Pendekatan Praktek (edisi revisi

VI). Jakarta : PT. Rineka Cipta.

Arisman, M.B. (2004). Gizi dalam Daur Kehidupan. Jakarta : EGC.

Asmi, S. (1997). Makanan ibu hamil dan menyusui dalam Soetjiningsih (1997).

ASI, petunjuk untuk tenaga kesehatan. Jakarta : EGC.

Beny. (2008). Keanekaragaman Budaya dan Makanan. Dibuka pada tanggal 20 Nopember 2008 dari http://masyarakat-miskin-tidak-lemah.blogspot.com. Berg, A. (1989). Peranan Gizi dalam Pembangunan Nasional (Ed. Revisi).

Jakarta : EGC.

Bobak et al. (2004). Buku Ajar Keperawatan Maternitas (edisi 4). Jakarta : EGC. Brockopp, D.Y & Tolsma, M.T.H. (1999). Dasar-dasar Riset Keperawatan (edisi

2). Jakarta : EGC.

Buchori, M. (2001). Pendidikan antisipatoris. Yogyakarta : Kanisius.

Burns, A.A et al. (2000). Pemberdayaan Wanita dalam Bidang Kesehatan. Achmad, J (ed). Yogyakarta : Yayasan Essentia Medica.

Burns & Grove. (1993). The Practice of Nursing Research; Conduct, Critique &

Utilization (2nd edition). Philadelphia : W. B. Saunders.

Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat FKM UI. (2008). Gizi dan

Kesehatan Masyarakat (ed. Revisi). Jakarta : Raja Grafindo Persada.

Ginting, P & Helmi, S.H. (2008). Filsafat Ilmu dan Metode Riset. Medan : USU Press.

Hastono, S. P. (2001). Analisa Data. Depok : FKM UI. Ibrahim, T. (2003). Sosiologi pedesaan. Malang : UMM Pres.

Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. (1989). Kamus besar

bahasa indonesia. Jakarta : Balai Pustaka.

(58)

Krisnatuti, D & Hastoro, L. (2000). Menu sehat untuk ibu hamil & menyusui. Jakarta : Puspa Swara.

Kuntjoro, Z. S. (2002). Dukungan pada lansia. Dibuka pada tanggal 11 nopember 2008 dari http://www.e-psikologi.com.

Ladewig, P.A et al. (1986). Essentials of Maternal-Newborn Nursing. Addison-Wesley Publishing Company.

Marwanti. (2000). Pengetahuan Makanan Indonesia (edisi 1).Yogyakarta : Adicita Karya Nusa.

Muzaham, F. (1995). Memperkenalkan sosiologi kesehatan. Jakarta : UI Press. Notoatmodjo, S. (2002). Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta. Notoatmojo, S. (1993). Pendidikan dan perilaku kesehatan. Jakarta : Rineka

Cipta.

Nursalam. (2003). Manajemen Keperawatan : Aplikasi dalam Praktek

Keperawatan Profesional. Jakarta : salemba Medika.

Path, E.F dkk. (2004). Gizi dalam kesehatan reproduksi. Jakarta : EGC. Paulus, I. (1994). Kebudayaan dayak. Jakarta : PT. Gramedia.

Polit, D. F & Hungler, B. P. (1999). Nursing Research : Principles and Method

(5th edition). Philadelphia : J. B. Lippincoce Company.

Purwadarminta. (1985). Kamus bahasa indonesia. Jakarta : Balai Pustaka. Salim, A. (2002). Perubahan Sosial. Yogyakarta : TiaraWacana.

Setiadi. (2007). Konsep & Penulisan Riset Keperawatan. Yogyakarta : Graha Ilmu.

Setiadi, M.E. (2008). Ilmu Sosial dan Budaya Dasar. Jakarta : Kencana.

Soetjiningsih. (1997). Masalah-masalah yang sering terjadi pada masa menyusui. dalam Soetjiningsih. (1997). ASI, petunjuk untuk tenaga kesehatan.

Jakarta : EGC.

(59)

Suraatmaja, S. (1997). Aspek Gizi ASI. dalam Soetjiningsih. (1997). ASI, petunjuk

untuk tenaga kesehatan. Jakarta : EGC.

Swasono, M.F. (1998). Kehamilan, Kelahiran, Perawatan Ibu dan Bayi dalam

Konteks Budaya. Jakarta : UI-Press.

Tasya. (2008). Pemberian Asi Ekslusif. Dibuka pada tanggal 10 september 2009 dari http://kuliahbidan.wordpress.com.

Wasis. (2008). Pedoman Riset Praktis Untuk Profesi Perawat. Jakarta : EGC. Widyosiswoyo, S. (2004). Ilmu budaya dasar (Ed. Revisi). Jakarta : Ghalia

Indonesia.

(60)

Lampiran 1

No. Responden : …..

Lembaran Persetujuan Menjadi Responden

Saya yang bernama Septina Sari (051101024) adalah mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Saat ini saya sedang melakukan penelitian tentang “Pengaruh Sosial Budaya Terhadap Pemenuhan Kebutuhan Gizi Ibu Menyusui di Desa Gunung Tinggi“. Penelitian ini merupakan salah satu kegiatan dalam menyelesaikan tugas akhir di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatra Utara.

Untuk keperluan tersebut saya harapkan kesediaan ibu untuk menjadi responden dalam penelitian ini. Selanjutnya saya mohon kesediaan ibu untuk mengisi kuesioner yang telah saya sediakan dengan jujur dan apa adanya. Jika ibu bersedia, silahkan menandatangani lembar persetujuan ini sebagai bukti kesukarelaan ibu.

Terima kasih atas partisipasi ibu dalam penelitian ini.

Gunung Tinggi, maret 2010

Peneliti, Responden

(61)

Lampiran 2

Kode : Kuesioner Penelitian Pengaruh Sosial Budaya

Terhadap Pemenuhan Kebutuhan Gizi Ibu Menyusui di Desa Gunung Tinggi Kecamatan Pancur Batu

No. Responden ( )

A. Kuesioner Data Demografi

Jawablah pertanyaan di bawah ini sesuai dengan pilihan yang telah disediakan berdasarkan kondisi anda saat ini. Saya akan memberikan tanda checklist ( ) pada kotak yang telah disediakan.

1. Usia ibu saat ini …….. tahun 2. Suku

 Batak  Karo  Melayu

 dan lain-lain, sebutkan…. 3. Agama

(62)

4. Tingkat Pendidikan  1 Tidak sekolah  2 SD

 3 SMP  4 SMA

 5 Akademi/Perguruan Tinggi 5. Pekerjaan

 Ibu rumah tangga  Bertani/buruh  Wiraswasta

 Pegawai Negeri/Swasta  Lain-lain, sebutkan……. 6. Penghasilan

 > Rp. 1.500.000

(63)

B. Kuesioner Data Sosial Budaya

Jawablah pertanyaan di bawah ini sesuai dengan pilihan yang telah disediakan berdasarkan kondisi anda saat ini. Saya akan memberikan tanda checklist ( ) pada kotak yang telah disediakan.

No. Pertanyaan STS TS S SS

1. Pengetahuan ibu tentang gizi sangat mempengaruhi ibu dalam memenuhi kebutuhan gizi selama menyusui.

2. Makanan yang bergizi adalah makanan yang terdiri dari karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral.

3. Kualitas dan jumlah makanan yang dikonsumsi ibu sangat berpengaruh pada jumlah ASI yang dihasilkan.

4. Keadaan gizi ibu selama menyusui sangat berpengaruh terhadap produksi dan kualitas ASI.

5. Keluarga membantu ibu untuk menyiapkan makanan selama menyusui.

6. Keluarga sangat berperan dalam memberikan makanan yang bergizi selama ibu menyusui. 7. Makanan yang bergizi untuk ibu menyusui

tidak harus makanan yang mahal.

8. Ibu menyusui boleh makan ikan dan telur karena tidak akan membuat ASI menjadi amis.

(64)

Keterangan :

STS : Sangat Tidak Setuju TS : Tidak Setuju

S : Setuju SS : Sangat Setuju

C. Kuesioner Data Pemenuhan Kebutuhan Gizi Ibu Menyusui

Jawablah pertanyaan di bawah ini sesuai dengan pilihan yang telah disediakan berdasarkan kondisi anda saat ini. Saya akan memberikan tanda checklist ( ) pada kotak yang telah disediakan.

No. Pertanyaan TP KK S SS

1. Ibu banyak makan makanan yang bergizi selama menyusui

2. Ibu meningkatkan asupan protein seperti telur, daging, tempe, tahu dan kacang-kacangan untuk meningkatkan mutu ASI.

3. Ibu mengkonsumsi susu selama menyusui. 4. Ibu banyak makan buah-buahan yang

mengandung vitamin C selama menyusui. 5. Ibu minum air putih 8 - 12 gelas per hari

selama menyusui.

6. Ibu mengkonsumsi kacang-kacangan selama menyusui.

7. Ibu mendapat obat tambah darah(suplemen zat besi) untuk mengganti simpanan darah yang hilang setelah melahirkan.

8. Ibu mengkonsumsi banyak sayuran hijau selama menyusui.

9. Porsi atau jumlah makanan ibu saat menyusui lebih banyak dibandingkan sebelum

(65)
(66)

Lampiran 4

Hasil Validasi Kuesioner Penelitian Pengaruh Sosial Budaya Terhadap Pemenuhan Kebutuhan Gizi Ibu Menyusui di Desa Gunung Tinggi

Kecamatan Pancur Batu

A. Kuesioner data sosial budaya Keterangan :

1. Pada pertanyaan no.5 “ Dukungan keluarga sangat mempengaruhi keberhasilan ibu untuk menyusui” diubah menjadi “ Keluarga membantu ibu untuk menyiapkan makanan selama menyusui”.

2. Pada pertanyaan no.6 “ Dukungan keluarga sangat berperan dalam memperoleh makanan yang bergizi selama menyusui” diubah menjadi “ keluarga sangat berperan dalam memberikan makanan yang bergizi selama ibu menyusui”.

B. Kuesioner data pemenuhan kebutuhan gizi ibu menyusui Keterangan :

1. Pada pertanyaan no. 4 “ Ibu mengkonsumsi vitamin C dalam jumlah yang banyak selama menyusui “ diubah menjadi “ ibu banyak makan buah-buahan yang mengandung vitamin C selama menyusui “.

2. Pada pertanyaan no.7 “ Ibu mendapat suplemen zat besi untuk mengganti darah yang hilang setelah melahirkan “ diubah menjadi “Ibu mendapat obat tambah darah (suplemen zat besi) untuk mengganti darah yang hilang setelah melahirkan “.

(67)

RELIABILITY /VARIABLES=P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 /SCALE('DATA SOSIAL BUDAYA') ALL /MODEL=ALPHA /STATISTICS=DESCRIPTIVE SCALE /SUMMARY=TOTAL MEANS VARIANCE.

Reliability

Scale: DATA SOSIAL BUDAYA

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 10 100.0

Excludeda 0 .0

Total 10 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the

(68)

Summary Item Statistics

SAVE OUTFILE='C:\Documents and Settings\Administrator\ My Documents\DATA SOSBUD.sav'

/COMPRESSED.

Item-Total Statistics

Scale Mean if Item

(69)

RELIABILITY /VARIABLES=P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 /SCALE('DATA PEMENUHAN KEBUTUHAN GIZI IBU MENYUSUI') ALL /MODEL=ALPHA

/STATISTICS=DESCRIPTIVE SCALE /SUMMARY=TOTAL MEANS VARIANCE.

Reliability

Scale: DATA PEMENUHAN KEBUTUHAN GIZI IBU MENYUSUI

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 10 100.0

Excludeda 0 .0

Total 10 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the

(70)

Summary Item Statistics

Scale Mean if Item

Deleted

SAVE OUTFILE='C:\Documents and Settings\Administrator\ My Documents\DATA KEBGIZI.sav'

(71)

FREQUENCIES VARIABLES=P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9

/STATISTICS=STDDEV MINIMUM MAXIMUM MEAN MEDIAN MODE SUM /ORDER=ANALYSIS.

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 3 30 81.1 81.1 81.1

4 7 18.9 18.9 100.0

Total 37 100.0 100.0

P2

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 3 25 67.6 67.6 67.6

4 12 32.4 32.4 100.0

(72)

P3

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 3 32 86.5 86.5 86.5

4 5 13.5 13.5 100.0

Total 37 100.0 100.0

P4

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 3 33 89.2 89.2 89.2

4 4 10.8 10.8 100.0

Total 37 100.0 100.0

P5

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 2 9 24.3 24.3 24.3

3 28 75.7 75.7 100.0

Total 37 100.0 100.0

P6

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 2 9 24.3 24.3 24.3

3 28 75.7 75.7 100.0

(73)

P7

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 1 3 8.1 8.1 8.1

2 8 21.6 21.6 29.7

3 26 70.3 70.3 100.0

Total 37 100.0 100.0

P8

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 2 9 24.3 24.3 24.3

3 28 75.7 75.7 100.0

Total 37 100.0 100.0

P9

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 2 4 10.8 10.8 10.8

3 32 86.5 86.5 97.3

4 1 2.7 2.7 100.0

(74)

SAVE OUTFILE='C:\Documents and Settings\Administrator\ My Documents\DATA SOSIAL BUDAYA KOR.sav'

/COMPRESSED.

DATASET ACTIVATE DataSet3. DATASET CLOSE DataSet1.

FREQUENCIES VARIABLES=P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9

/STATISTICS=STDDEV MINIMUM MAXIMUM MEAN MEDIAN MODE SUM /ORDER=ANALYSIS.

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 2 1 2.7 2.7 2.7

3 34 91.9 91.9 94.6

4 2 5.4 5.4 100.0

(75)

P2

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 2 1 2.7 2.7 2.7

3 27 73.0 73.0 75.7

4 9 24.3 24.3 100.0

Total 37 100.0 100.0

P3

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Total 37 100.0 100.0

P4

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 2 15 40.5 40.5 40.5

3 22 59.5 59.5 100.0

Total 37 100.0 100.0

P5

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 2 8 21.6 21.6 21.6

3 26 70.3 70.3 91.9

4 3 8.1 8.1 100.0

(76)

P6

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 2 15 40.5 40.5 40.5

3 22 59.5 59.5 100.0

Total 37 100.0 100.0

P7

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 1 13 35.1 35.1 35.1

2 15 40.5 40.5 75.7

3 9 24.3 24.3 100.0

Total 37 100.0 100.0

P8

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 2 1 2.7 2.7 2.7

3 25 67.6 67.6 70.3

4 11 29.7 29.7 100.0

Total 37 100.0 100.0

P9

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 2 2 5.4 5.4 5.4

3 25 67.6 67.6 73.0

4 10 27.0 27.0 100.0

(77)

CORRELATIONS /VARIABLES=SOSIALBUDAYA KEB.GIZI /PRINT=TWOTAIL NOSIG /MISSING=PAIRWISE.

Correlations

Correlations

SOSIALBUDAY

A KEB.GIZI

SOSIALBUDAYA Pearson Correlation 1 .351*

Sig. (2-tailed) .033

N 37 37

KEB.GIZI Pearson Correlation .351* 1

Sig. (2-tailed) .033

N 37 37

(78)

Lampiran 9

Daftar Riwayat Hidup

Nama : Septina Sari

Tempat / Tanggal Lahir : Gunung Tinggi, 18 September 1987 Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Kristen

Alamat : Jln. Glugur Rimbun No. 42 Desa Gunung Tinggi

Pendidikan :

Gambar

Tabel Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Terkait Sosial Budaya Ibu Menyusui Tabel Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Terkait Pemenuhan
Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Ibu Menyusui di Desa Gunung Tinggi Kecamatan Pancur Batu
Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Sosial Budaya Ibu Menyusui di Desa Gunung Tinggi Kecamatan Pancur Batu
Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Kategori Sosial Budaya Ibu Menyusui di
+3

Referensi

Dokumen terkait

1 Sinus Maksilaris Tumor Jinak Sinonasal Tumor Ganas Sinonasal 2 Sinus Etmoidalis 1 Papiloma Inverted 8.

Au travers de ces entretiens et de ces ouvrages, les pistes de recherches s’avéraient multiples. Dans le prisme de l'étude de la déontologie et des liens entre le journalisme et

Di sekolah ini, siswa dari berbagai latar belakang yang berbeda baik dalam kemampuan ekonomi maupun kemampuan akademik belajar dalam sistem yang sama dengan maksud memberikan

Para siswa saling memberikan umpan balik mengenai topik tersebut, mengenai tugas yang telah dikerjakan, dan mengenai keefektifan pengalaman-pengalamannya. Guru dan

• Sistem Manajemen Energi (SME) merupakan sistem yang efektif dan fleksibel untuk diterapkan dalam mengelola penggunaan energi secara rasional termasuk dalam usaha penghematan

Artinya, bagaimana upaya yang bisa dilakukan agar setiap guru dapat menghilangkan setiap gangguan (noise) yang bisa mengganggu proses komunikasi 6. Hasil penelitian yang

• Ruang-ruang di dalam kota atau wilayah yang lebih luas baik dalam bentuk area/kawasan maupun dalam bentuk area memanjang/jalur yang dalam penggunaannya lebih bersifat terbuka

Tujuan dan Manfaat Kegiatan Kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini bertujuan untuk me- mberikan pendidikan kecakapan hidup berbasis kewirausahaan se- bagai