BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Deskripsi Teori
1. Tanggung Jawab
a. Pengertian Tanggung Jawab
Tanggung jawab adalah sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajiban yang harus dilaksanakan. Tanggung jawab menurut Listyarti (2012: 8) adalah sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang seharusnya dilakukan, terhadap dirinya maupun orang lain dan lingkungan sekitarnya. Pendapat Listyarti sejalan dengan pendapat Yaumi (2014: 114), tanggung jawab adalah sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang seharusnya dilakukan terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial, dan budaya), negara dan Tuhan Yang Maha Esa.
b. Indikator Tanggung Jawab
Indikator keberhasilan pendidikan karakter tanggung jawab
menurut Fitri (2012: 43) adalah sebagai berikut:
1) Mengerjakan tugas dan pekerjaan rumah dengan baik.
2) Bertanggung jawab terhadap setiap perbuatan.
3) Melakukan piket sesuai dengan jadwal piket yang telah
ditetapkan.
4) Mengerjakan tugas kelompok secara bersama-sama.
2. Prestasi Belajar
a. Pengertian Prestasi Belajar
Pengertian prestasi belajar terdiri dari dua suku kata, yakni
prestasi dan belajar. Kata pertama adalah prestasi, prestasi adalah
hasil yang telah dicapai. Prestasi menurut Arifin (2013: 12)
berasal dari Bahasa Belanda yaitu prestatie dan dalam Bahasa
Indonesia menjadi prestasi yang berarti hasil usaha. Kata kedua
adalah belajar, belajar adalah suatu proses usaha perubahan
tingkah laku. Belajar menurut Slameto (2010: 2) ialah suatu
proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu
perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai
hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan
Pendapat Slameto searah dengan pendapat Susanto (2013:
4) yang mengartikan bahwa belajar adalah suatu aktivitas yang
dilakukan seseorang dengan sengaja dalam keadaan sadar untuk
memperoleh suatu konsep, pemahaman atau pengetahuan baru
sehingga memungkinkan seseorang terjadinya perubahan perilaku
yang relatif tetap baik dalam berpikir, merasa, maupun dalam
bertindak.
Prestasi belajar adalah hasil yang diperoleh setelah belajar.
Prestasi belajar menurut Mulyasa (2014: 189) adalah hasil yang
diperoleh seseorang setelah menempuh kegiatan belajar. Pendapat
lain yang mengemukakan tentang pengertian prestasi belajar
adalah Arifin (2013: 12), prestasi belajar pada umumnya
berkenaan dengan aspek pengetahuan. Beberapa pendapat
tersebut dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah hasil
usaha yang diperoleh seseorang setelah melakukan kegiatan
belajar yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam aspek
pengetahuan.
b. Indikator Prestasi Belajar
Prestasi belajar mempunyai beberapa indikator, menurut
Syah (2011: 217) indikator prestasi belajar ditunjukkan dengan
Tabel 2.1 Indikator Prestasi Belajar
3) Ingatan a) Dapat menyebutkan
b) Dapat menunjukkan kembali
4) Pemahaman
a) Dapat menjelaskan
b) Dapat mendefinisikan dengan lisan sendiri
5) Aplikasi/ Penerapan a) Dapat memberikan contoh b) Dapat menggunakan secara tepat 6) Analisis
a) Dapat menghubungkan materi-
materi, sehingga menjadi kesatuan baru
b) Dapat menyimpulkan
c) Dapat menggeneralisasikan (mem-buat prinsip umum)
c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar
menurut Mulyasa (2014: 191-193), antara lain sebagai berikut: 1) Faktor internal adalah faktor yang timbul dari dalam diri
siswa, baik secara fisiologis maupun secara psikologis, serta usaha yang dilakukannya.
dua macam yaitu kondisi jasmani pada umumnya dan kondisi yang berkaitan dengan fungsi-fungsi jasmani
tertentu terutama panca indera.
b) Faktor psikologis adalah faktor yang berasal dari
dalam diri seseorang seperti intelegensi, minat dan sikap.
(1) Intelegensi merupakan dasar potensial bagi
pencapaian prestasi belajar. Semakin tinggi tingkat intelegensi, maka semakin tinggi tingkat
prestasi belajar yang dicapai.
(2) Minat yaitu kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap
sesuatu. Siswa yang menaruh minat besar terhadap suatu mata pelajaran akan memusatkan
perhatiannya lebih banyak daripada orang lain, sehingga memungkinkan siswa belajar lebih giat dan akhirnya mencapai prestasi belajar yang
diinginkan.
(3) Sikap adalah gejala internal yang berdimensi
afektif, berupa kecenderungan untuk mereaksi atau merespon dengan cara yang relatif tetap
Prestasi belajar juga dipengaruhi oleh waktu dan kesempatan. Waktu dan kesempatan yang dimiliki oleh
setiap individu berbeda. Siswa yang memiliki banyak waktu dan kesempatan untuk belajar cenderung memiliki prestasi
yang tinggi. Guru hendaknya memberikan pelayanan individual yang berbeda untuk setiap siswa, sehingga dapat mengembangkan dirinya secara optimal.
2) Faktor eksternal adalah faktor yang timbul dari luar diri siswa yang digolongkan ke dalam faktor sosial dan non-sosial.
a) Faktor sosial adalah faktor yang menyangkut
hubungan antarmanusia yang terjadi dalam berbagai
situasi sosial, misalnya lingkungan keluarga, sekolah, teman, dan masyarakat.
b) Faktor non-sosial adalah faktor lingkungan yang
bukan sosial, misalnya keadaan rumah, ruang belajar, fasilitas belajar, dan buku-buku sumber belajar.
Uraian di atas dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar siswa di sekolah bersifat relatif, artinya dapat berubah setiap saat. Hal ini terjadi karena prestasi belajar siswa sangat berhubungan
Kelemahan salah satu faktor dapat mempengaruhi keberhasilan seseorang dalam belajar. Faktor internal dan eksternal di atas
mempengaruhi tinggi rendahnya prestasi belajar yang dicapai siswa di sekolah.
d. Usaha Meningkatkan Prestasi Belajar
Berhasil atau tidaknya siswa belajar sebagian besar terletak pada usaha dan kegiatan siswa sendiri, di samping faktor internal
dan faktor eksternal. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam melancarkan belajar dan meningkatkan prestasi belajar menurut
Mulyasa (2014: 198-199) adalah sebagai berikut:
1) Hendaknya dibentuk kelompok belajar, karena dengan belajar bersama siswa yang kurang paham terhadap materi
dapat diberitahu oleh siswa yang telah paham.
2) Semua pekerjaan dan latihan yang diberikan oleh guru
hendaknya dikerjakan segera dan sebaik-baiknya.
3) Mengesampingkan perasaan negatif dalam membahas atau berdebat mengenai suatu masalah atau pelajaran, karena
perasaan negatif akan menghambat dan mengurangi kejernihan pikiran.
4) Rajin membaca buku atau majalah yang bersangkutan dengan pelajaran. Batas pandangan mengenai suatu pelajaran akan bertambah jauh dan luas dengan banyak
5) Berusaha melengkapi dan merawat dengan baik alat-alat belajar (alat tulis dan perlengkapan sekolah). Alat-alat yang tidak lengkap akan mengganggu siswa dalam belajar.
6) Selalu menjaga kesehatan agar dapat belajar dengan baik, tidur teratur, makan bergizi, dan cukup istirahat.
7) Waktu rekreasi gunakan sebaik-baiknya, terutama untuk menghilangkan kelelahan.
8) Melakukan persiapan minimal seminggu sebelum ujian berlangsung, antara lain:
a) Persiapan yang matang untuk menguasai isi pelajaran. b) Mengenal jenis pertanyaan (tes objektif atau
subjektif).
c) Berlatih mengombinasikan isi dan bentuk tes.
3. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
a. Pengertian Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
IPA adalah pengetahuan yang sistematis, seperti yang dituliskan H.W Fowler (dalam Trianto, 2010: 136) bahwa IPA
adalah pengetahuan yang sistematis dan dirumuskan, yang berhubungan dengan gejala-gejala kebendaan dan didasarkan
terutama atas pengamatan dan deduksi. Pendapat lain yang mengemukakan tentang pengertian IPA yaitu Wahyana (dalam Trianto, 2010: 136) bahwa IPA adalah suatu kumpulan
pengetahuan tersusun secara sistematik, dan dalam
penggunaannya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam.
Perkembangannya tidak hanya ditandai oleh adanya kumpulan fakta, tetapi oleh adanya metode ilmiah dan sikap ilmiah.
Beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa IPA
adalah cara mencari tahu tentang alam secara sistematis yang lahir dan berkembang melalui metode ilmiah serta menuntut sikap
ilmiah. Metode ilmiah yang dimaksud dalam IPA misalnya observasi dan eksperimen. Sikap ilmiah yang diharapkan dalam IPA misalnya sikap rasa ingin tahu, terbuka, dan jujur.
b. Hakikat Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
sebagai produk, proses, dan sikap. Pertama, IPA sebagai produk, yaitu kumpulan hasil penelitian yang telah ilmuwan lakukan dan sudah membentuk konsep yang telah dikaji sebagai kegiatan empiris dan kegiatan analitis. Kedua, IPA sebagai proses, yaitu untuk menggali dan memahami pengetahuan tentang alam. Ketiga, IPA sebagai sikap, yaitu sikap yang harus dimiliki dalam melakukan penelitian dan mengomunikasikan hasil penelitiannya.
Uraian hakikat IPA di atas, dapat dipahami bahwa pembelajaran IPA merupakan pembelajaran berdasarkan pada prinsip-prinsip proses yang dapat menumbuhkan sikap ilmiah siswa terhadap konsep-konsep IPA. Pembelajaran IPA di sekolah dasar dilakukan dengan penyelidikan sederhana dan bukan hafalan terhadap kumpulan konsep IPA. Kegiatan-kegiatan dalam pembelajaran IPA tersebut akan memberikan pengalaman langsung kepada siswa melalui pengamatan, diskusi, dan penyelidikan sederhana. Pembelajaran yang demikian dapat menumbuhkan sikap ilmiah siswa yang diindikasikan dengan merumuskan masalah sampai menarik kesimpulan, sehingga mampu berpikir kritis melalui pembelajaran IPA.
c. Tujuan Pembelajaran IPA di SD
1) Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan, dan keteraturan alam ciptaan-Nya.
2) Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman
konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
3) Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan
kesadaran tentang adanya hubungan yang saling
mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi, dan masyarakat.
4) Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah, dan membuat keputusan.
5) Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga, dan melestarikan lingkungan alam. 6) Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala
keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan.
7) Memperoleh bekal pengetahuan, konsep, dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/ MTS.
4. Model Cooperative Learning Tipe Group Investigation a. Pengertian Cooperative Learning
materi. Cooperative learning menurut Slavin (2005: 8) adalah suatu model pembelajaran dengan sistem belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil yang berjumlah 4-6 orang secara kolaboratif untuk menguasai materi yang disampaikan oleh guru. Setiap anggota kelompok harus saling bekerja sama dan saling membantu untuk memahami materi pelajaran. Belajar dalam cooperative learning dikatakan belum selesai apabila salah satu teman dalam kelompoknya belum menguasai bahan pelajaran.
Cooperative learning adalah suatu model pembelajaran yang berpusat pada siswa, seperti yang dituliskan Isjoni (2011: 16) bahwa cooperative learning adalah suatu model pembelajaran yang saat ini digunakan untuk mewujudkan kegiatan belajar mengajar yang berpusat pada siswa (student oriented), terutama untuk mengatasi permasalahan yang ditemukan guru dalam mengaktifkan siswa. Pendapat lain yang mengemukakan tentang pengertian cooperative learning adalah Rusman (2011: 202) bahwa cooperative learning merupakan bentuk pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari empat sampai enam orang dengan struktur kelompok yang bersifat heterogen.
Beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa
cooperative learning adalah model pembelajaran dengan
anggotanya terdiri dari empat sampai enam orang yang saling bekerjasama dan diarahkan oleh guru untuk mencapai tujuan pembelajaran. Kelompok heterogen artinya kelompok yang terdiri dari campuran latar belakang kemampuan akademik, jenis kelamin, ras, atau suku yang berbeda. Manfaat kelompok heterogen adalah untuk melatih siswa menerima perbedaan pendapat dan bekerjasama dengan teman yang berbeda latar belakangnya untuk mencapai tujuan pembelajaran.
b. Lima Unsur Model Cooperative Learning
Model cooperative learning memiliki lima unsur penting, Roger dan David Johnson (dalam Lie, 2008: 31-35) menguraikan lima unsur penting dalam cooperative learning untuk mencapai hasil yang maksimal dengan sebagai berikut:
1) Saling ketergantungan positif, yaitu dalam pembelajaran kooperatif, keberhasilan dalam penyelesaian tugas tergantung pada usaha yang dilakukan oleh kelompok tersebut. Keberhasilan kerja kelompok ditentukan oleh kinerja tiap anggota kelompok, sehingga semua anggota dalam kelompok akan merasakan saling ketergantungan.
2) Tanggung jawab perseorangan, yaitu keberhasilan
kelompok sangat tergantung dari tiap anggota
3) Tatap muka, yaitu memberikan kesempatan yang luas
kepada setiap anggota kelompok untuk bertatap muka
melakukan interaksi dan diskusi untuk saling memberi dan
menerima informasi dari anggota kelompok lain.
4) Komunikasi antaranggota, yaitu melatih siswa untuk dapat
berpartisipasi aktif dan berkomunikasi dalam kegiatan
pembelajaran.
5) Evaluasi proses kelompok, yaitu menjadwalkan waktu
khusus bagi kelompok untuk mengevaluasi proses kerja dan
hasil kerja sama kelompoknya, agar selanjutnya bisa bekerja
sama dengan lebih efektif.
c. Pengertian Model Cooperative Learning Tipe Group
Investigation
Group investigation adalah salah satu tipe model
cooperative learning. Group investigation menurut Slavin (2005:
24) adalah model cooperative learning dengan siswa bekerja di
dalam kelompok kecil untuk menanggapi berbagai macam proyek
kelas. Setiap kelompok memilih sub topik yang kemudian diteliti
untuk mempersiapkan laporan dalam mencapai tujuan kelompok.
Tiap kelompok lalu mempresentasikan laporannya di hadapan
Group investigation adalah tipe cooperative learning dengan sistem belajar setiap kelompok memilih subtopik yang berbeda, seperti Burns, et al. (dalam Taniredja 2012: 74) menjelaskan bahwa tipe cooperative learninggroup investigation adalah pembelajaran kelompok dengan beranggotakan 2-6 orang. Setiap kelompok bebas memilih subtopik dari keseluruhan unit materi (pokok bahasan) yang akan diajarkan, kemudian
menghasilkan laporan kelompok. Setiap kelompok
mempresentasikan atau memamerkan laporannya kepada seluruh kelas, untuk berbagi dan saling tukar informasi temuan kelompoknya.
Beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa group investigation adalah model cooperative learning dengan cara siswa belajar dalam kelompok kecil beranggotakan 2-6 siswa secara heterogen, setiap kelompok dilibatkan dalam perencanaan pembelajaran, investigasi sampai ke laporan hasil investigasi. Seluruh anggota kelompok bertanggung jawab atas kontribusinya untuk menyelesaikan masalah bersama.
d. Langkah-langkah Model Cooperative Learning Tipe Group
Investigation
1) Memilih topik
Siswa memilih subtopik khusus di dalam suatu daerah masalah umum yang biasanya ditetapkan oleh guru. Siswa diorganisasikan menjadi dua sampai enam anggota tiap kelompok menjadi kelompok yang berorientasi tugas. Komposisi kelompok hendaknya heterogen, baik dari sisi jenis kelamin, etnik, maupun kemampuan akademik.
2) Perencanaan Kooperatif
Siswa dan guru merencanakan prosedur pembelajaran, tugas, dan tujuan khusus yang konsisten dengan subtopik yang telah dipilih pada tahap pertama. Hasil dari langkah ini adalah pembagian tugas dalam kelompok.
3) Implementasi
Siswa menerapkan rencana yang telah dikembangkan di dalam tahap kedua. Kegiatan pembelajaran hendaknya melibatkan ragam aktivitas dan keterampilan yang luas serta mengarahkan siswa kepada jenis sumber belajar yang berbeda baik di dalam maupun di luar sekolah. Guru secara ketat mengikuti kemajuan tiap kelompok dan menawarkan bantuan bila diperlukan.
4) Analisis dan Sintesis
5) Presentasi Hasil Final
Beberapa atau semua kelompok menyajikan hasil penyelidikannya dengan cara yang menarik kepada seluruh kelas, dengan tujuan agar siswa yang lain saling terlibat satu sama lain dalam pekerjaannya dan memperoleh perspektif luas pada topik itu. Presentasi dikoordinasi oleh guru. 6) Evaluasi
Para siswa saling memberikan umpan balik mengenai topik tersebut, mengenai tugas yang telah dikerjakan, dan mengenai keefektifan pengalaman-pengalamannya. Guru dan siswa berkolaborasi dalam mengevaluasi pembelajaran. Evaluasi yang dilakukan dapat berupa penilaian individual atau kelompok.
Model pembelajaran yang dipakai dalam penelitian ini adalah model cooperative learning tipe group investigation dengan metode eksperimen, langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:
1) Memilih topik
2) Perencanaan Kooperatif
Siswa dan guru merencanakan prosedur pembelajaran,
tugas, dan tujuan khusus yang konsisten dengan subtopik yang telah dipilih pada tahap pertama. Hasil dari langkah ini
adalah pembagian tugas dalam kelompok. 3) Implementasi
Siswa menerapkan rencana yang telah dikembangkan
di dalam tahap kedua. Setiap kelompok bekerjasama sesuai
dengan tugasnya masing-masing. Setiap kelompok
melakukan penyelidikan melakukan eksperimen sesuai dengan subtopik dengan bantuan LKS. Langkah-langkah dalam menggunakan metode eksperimen dalam kegiatan
belajar mengajar menurut Said (2015: 156-157) antara lain sebagai berikut:
a) Tujuan, alat, bahan, dan langkah kerja eksperimen yang akan digunakan lebih awal dipahami oleh siswa. b) Siswa disarankan diberi kuis mengenai langkah kerja
eksperimen, alat dan bahan yang akan digunakan sebelum kegiatan eksperimen berlangsung (agar siswa
memahami dengan baik langkah-langkah keja serta kegunaan alat dan bahan).
d) Alat dan bahan disiapkan dalam satu tempat yang akan diambil oleh kelompok eksperimen sebelum eksperimen dilaksanakan.
e) Setiap kelompok melakukan eksperimen sekaligus mengisi LKS.
f) Aktivitas eksperimen adalah proses kerja, maka diperlukan kontrol terbimbing dari guru (laboran). 4) Analisis dan Sintesis
Siswa menganalisis dan menyintesis informasi yang diperoleh pada tahap ketiga. Siswa juga meringkas informasi tersebut dan merencanakan cara menyajikan yang menarik sebagai bahan untuk dipresentasikan kepada seluruh kelas.
5) Presentasi Hasil Final
Beberapa atau semua kelompok menyajikan hasil penyelidikannya dengan cara yang menarik kepada seluruh kelas, dengan tujuan agar siswa yang lain saling terlibat satu sama lain dalam pekerjaannya dan memperoleh perspektif luas pada topik itu. Presentasi dikoordinasi oleh guru. 6) Evaluasi
Para siswa saling memberikan umpan balik mengenai topik tersebut, mengenai tugas yang telah dikerjakan, dan
Evaluasi yang dilakukan dapat berupa penilaian individual atau kelompok.
B. Hasil Penelitian yang Relevan
Penelitian yang pertama adalah penelitian yang dilakukan oleh S. Pt. Bagus Rustina, Siti Zulaikha, dan I Km. Ngr. Wiyasa tahun 2014 dengan
judul Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation Berbantuan Media Konkret terhadap Hasil Belajar IPA Kelas V SD Gugus II
Tampaksiring. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA siswa yang belajar melalui model
pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation (GI) berbantuan media konkret dengan siswa yang belajar melalui pembelajaran konvensional.
Hasil penelitian dengan uji-t menunjukkan bahwa terdapat perbedaan
yang signifikan hasil belajar IPA siswa yang belajar melalui model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation (GI) berbantuan media
konkret dengan siswa yang belajar melalui pembelajaran konvensional. Hasil thitung lebih besar dari ttabel yaitu thitung=5,22, ttabel=2,00 dengan taraf signifikan 5% sehingga thitung > ttabel, ini berarti H0 ditolak dan Ha
diterima, dan di perolehan nilai rata-rata hasil belajar kelas eksperimen lebih tinggi dari kelas kontrol yaitu sebesar 86,97 > 77,98. Simpulan penelitian ini
Persamaan penelitian di atas dengan penelitian ini, yaitu menerapkan
model cooperative learning tipe group investigation pada mata pelajaran IPA.
Perbedaan penelitian di atas dengan penelitian ini, pada penelitian di atas
bertujuan untuk membandingkan hasil belajar siswa melalui penerapan model
cooperative learning tipe group investigation berbantuan media konkret
dengan model pembelajaran konvensional. Penelitian ini bertujuan untuk
meningkatkan tanggung jawab dan prestasi belajar siswa.
Penelitian yang kedua adalah penelitian yang dilakukan oleh Dwi
Cahyaningrum tahun 2014 dengan judul penelitiannya yaitu Penerapan Model
Pembelajaran Group Investigation untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA
Materi Sifat-Sifat Cahaya Kelas V SDN 1 Megawon. Penelitian tindakan
kelas ini dilaksanakan di kelas V SDN 1 Megawon dengan subjek penelitian
berjumlah 36 siswa. Penelitian ini melalui dua siklus, setiap siklusnya terdiri
dari dua kali pertemuan. Tiap siklus meliputi empat tahapan yaitu
perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Teknik pengumpulan
data dalam penelitian ini antara lain melalui wawancara, observasi, tes, dan
dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan meliputi analisis data
kuantitatif dan kualitatif.
Hasil penelitian yang diperoleh yaitu pada siklus I, rata-rata skor
aktivitas guru dalam pembelajaran IPA menerapkan model pembelajaran
Group Investigation sebesar 77 dengan kriteria penilaian baik. Siklus II
meningkat menjadi 94 dengan kriteria penilaian sangat baik. Hal ini
sebesar 67 dengan kriteria penilaian baik menjadi sebesar 86 pada siklus II
dengan kriteria penilaian sangat baik. Hasil belajar kognitif siswa juga
mengalami peningkatan, hal ini ditandai oleh peningkatan nilai rata-rata siswa
berturut-turut dari kondisi awal (66,75), siklus I (77,36), dan siklus II (84,86).
Hasil ini juga diikuti oleh peningkatan ketuntasan belajar klasikal siswa yaitu
dari kondisi awal (41,7%), siklus I (72,22%), dan siklus II (88,89%). Hasil
penelitian tindakan kelas yang telah dilakukan oleh Dwi Cahyaningrum dapat
disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran Group Investigation dapat
meningkatkan hasil belajar IPA materi sifat-sifat cahaya pada siswa kelas V
SDN 1 Megawon.
Persamaan penelitian di atas dengan penelitian ini, yaitu menerapkan
model cooperative learning tipe group investigation pada mata pelajaran IPA
materi sifat-sifat cahaya. Perbedaan penelitian di atas dengan penelitian ini,
pada penelitian di atas bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa,
sedangkan penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan tanggung jawab dan
prestasi belajar siswa.
Beberapa penelitan yang ada dapat disimpulkan bahwa model
cooperative learning tipe group investigation dapat meningkatkan hasil
belajar siswa pada mata pelajaran IPA materi sifat-sifat cahaya. Model
cooperative learning tipe group investigation juga efektif untuk diterapkan
dalam kegiatan pembelajaran oleh guru, sehingga memberikan dasar yang
C. Kerangka Berpikir
Kondisi awal siswa kelas V SD Negeri 2 Srowot sebelum belajar
menerapkan model cooperative learning tipe group investigation, ditemukan permasalahan dalam pembelajaran IPA yaitu permasalahan terkait dengan
rendahnya tanggung jawab dan prestasi belajar siswa. Tanggung jawab siswa dalam mempelajari materi IPA yang masih rendah, karena siswa tidak
melaksanakan dan menyelesaikan tugas dengan sungguh-sungguh.
Rendahnya tanggung jawab siswa ini berakibat pada rendahnya prestasi belajar siswa. Rendahnya prestasi belajar mata pelajaran IPA ditunjukkan
dengan masih banyak siswa yang belum tuntas mencapai KKM.
Secara skematis, berdasarkan penjelasan di atas maka dapat dibuat kerangka berpikir penelitian sebagai berikut:
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir Penelitian
Kondisi awal proses pembelajaran masih belum menerapkan model cooperative learning tipe group investigation, ditemukan permasalahan yaitu
rendahnya tanggung jawab dan prestasi belajar siswa. Tindakan perbaikan dilaksanakan dengan menerapkan model cooperative learning tipe group
investigation. Penerapan model ini dilaksanakan pada mata pelajaran IPA materi sifat-sifat cahaya.
Penelitian tindakan kelas ini akan dilaksanakan dalam
sekurang-kurangnya dua siklus yaitu siklus I dan siklus II. Tiap siklus terdiri dari empat Guru belum menerapkan
Melalui model cooperative learning tipe group investigation dapat meningkatkan tanggung jawab dan prestasi belajar IPA
tahap yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Apabila pelaksanaan siklus II selesai ternyata permasalahan belum dapat teratasi maka
akan dilanjutkan pada siklus berikutnya. Kondisi akhir yang diharapkan adalah melalui model cooperative learning tipe group investigation dapat
meningkatkan tanggung jawab siswa kelas V SD Negeri 2 Srowot pada mata pelajaran IPA materi sifat-sifat cahaya tahun pelajaran 2015/ 2016.
D. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan deskripsi teoritis dan kerangka berpikir yang telah dirumuskan di atas, maka dalam penelitian tindakan kelas diajukan hipotesis tindakan sebagari berikut:
1. Penerapan model cooperative learning tipe group investigation dapat meningkatkan tanggung jawab siswa kelas V SD Negeri 2 Srowot pada
mata pelajaran IPA materi sifat-sifat cahaya tahun pelajaran 2015/ 2016.
2. Penerapan model cooperative learning tipe group investigation dapat
meningkatkan prestasi belajar siswa kelas V SD Negeri 2 Srowot pada mata pelajaran IPA materi sifat-sifat cahaya tahun pelajaran 2015/