• Tidak ada hasil yang ditemukan

IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER PADA ANAK USIA DINI DI PAUD MEKAR SARI DESA GONDORIYO KECAMATAN JAMBU KABUPATEN SEMARANG TAHUN AJARAN 20172018 SKRIPSI Di ajukan untuk memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER PADA ANAK USIA DINI DI PAUD MEKAR SARI DESA GONDORIYO KECAMATAN JAMBU KABUPATEN SEMARANG TAHUN AJARAN 20172018 SKRIPSI Di ajukan untuk memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)"

Copied!
127
0
0

Teks penuh

(1)

IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER PADA ANAK USIA DINI DI PAUD MEKAR SARI DESA GONDORIYO KECAMATAN JAMBU KABUPATEN SEMARANG

TAHUN AJARAN 2017/2018

SKRIPSI

Di ajukan untuk memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh :

NUR FAIZAH NIM. 11613014

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

(2)
(3)

iii

IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER PADA ANAK USIA DINI DI PAUD MEKAR SARI DESA GONDORIYO KECAMATAN JAMBU KABUPATEN SEMARANG

TAHUN AJARAN 2017/2018

SKRIPSI

Di ajukan untuk memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh :

NUR FAIZAH NIM. 11613014

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

(4)

iv

Yth. Dekan FTIK IAIN Salatiga

Di Salatiga

Assalamu’alaikum Wr. Wb

Setelah meneliti dan mengadakan perbaikan seperlunya, maka bersama ini, kami kirimkan naskah skripsi saudara/saudari:

Nama : Nur Faizah

NIM : 11613014

Jurusan : Tarbiyah dan Ilmu Keguruan / Pendidikan Islam Anak Usia Dini

Judul : Implementasi Pendidikan Karakter Pada Anak Usia Dini Di PAUD Mekar Sari Tahun Ajaran 2017/2018

Dengan ini kami mohon skripsi saudara/saudari tersebut di atas supaya segera dimunaqosyahkan.

Demikian agar menjadi perhatian.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb

Salatiga, 17 Mei 2018

Pembimbing,

(5)

v

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan di bawah:

Nama : Nur Faizah

NIM : 116 13 014

Fakultas : Tarbiyah Dan Ilmu Keguruan

Jurusan : Pendidikan Islam Anak Usia Dini

Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan

hasil karya saya sendiri bukan jiplakan karya tulis orang lain. Pendapat atau

temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan

kode etik ilmiah.

Dan tidak keberatan untuk dipublikasikan oleh pihak IAIN Salatiga tanpa

menuntut konsekuensi apapun. Demikian surat pernyataan saya buat dan jika pada

kemudian hari terbukti karya saya ini bukan karya sendiri, maka saya sanggup

untuk menanggung semua konsekuensinya.

Salatiga, 3 Mei 2018

Penulis,

Nur Faizah NIM. 116 13 014

(6)

vi

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

Jl. Lingkar Salatiga Km. 02 Telp. 02986031364

Website: www.iainsalaiga.ac.ide-mail:admnistrasi@iainsalatiga.ac.id

SKRIPSI

IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER PADA ANAK

USIA DINI DI PAUD MEKAR SARI TAHUN AJARAN

2017/2018

disusun oleh NUR FAIZAH NIM : 116 13 014

Telah dipertahankan di depan Panitia Dewan Penguji Skripsi Jurusan Pendidikan Islam Anak Usia Dini, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga, pada tanggal 18 September 2018 dan telah dinyatakan memenuhi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan.

Susunan Panitia Penguji

Ketua Penguji : Dr. Fatchurrohman, S. Ag., M.Pd.

Sekretaris penguji : Dr. Wahyudhiana, M.M.,Pd.

Penguji I : Dr. M. Ghufron,M.Ag.

Penguji II : Dra. Siti Farikhah, M.Pd.

Salatiga, 26 September 2018

Dekan

Suwardi, M.Pd.

(7)

vii MOTTO

ُهَمَّلَع َو َنآ ْرُقْلا َمَّلَعَت ْنَم ْمُك ُرْيَخ

Orang yang paling baik di antara kalian adalah seorang yang beljar Al qur‟an dan

(8)

viii

PERSEMBAHAN

Skripsi ini dipersembahkan untuk:

1. Keluarga saya yang selalu membimbing dan mendukung setiap usaha.

2. Suamiku tercinta mas Habib yang telah memberi dukungan spiritual, material

dan kasih sayang.

3. Adik-adikku tersayang, terutama “Saifuddin Nur” yang menyuport dan

membantu.

4. Teman-teman seperjuangan, satu kelas PIAUD IAIN Salatiga Angkatan 2013

yang selalu memberikan motivasi.

5. Bapak dan ibu Dosen yang selalu membimbing dengan sabar.

(9)

ix

KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan

yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, atas segala rahmat dan hidayah-Nya

skripsi dengan judul “ Implementasi Pendidikan Karakter Anak Usia Dini PAUD

Mekar Sari Tahun Ajaran 2017/2018 telah selesai.

Shalawat salam senantiasa terlimpahkan kepangkuan baginda Nabi

Muhammad SAW semoga beliau senantiasa dirahmati Allah SWT.

Penulisan ini tidak akan selesai tanpa dukungan, motivasi, dan bantuan

dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis sampaikan terimakasih kepada:

1. Bapak Dr. H. Rahmat Hariyadi, M.Pd selaku Rektor IAIN Salatiga

2. Bapak Suwardi, M.Pd selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan

IAIN Salatiga

3. Ibu Dra. Siti Asdiqoh, M.Si selaku Ketua Jurusan Pendidikan Islam Anak

Usia Dini

4. Bapak Dr. Wahyudhiana, M.M.Pd, selaku pembimbing yang telah

membimbing, memberi motivasi dan meluangkan waktunya dalam

penulisan skripsi ini.

5. Bapak dan Ibu Dosen IAIN Salatiga yang telah memberikan ilmu, bagian

akademik dan staf perpustakaan yang telah memberikan layanan serta

(10)

x

6. Dewan Guru PAUD Mekar Sari Kabupaten Semarang yang telah

membantu penulis dalam melaksanakan penelitian dari awal hingga

selesai.

7. Segenap keluargaku tercinta yang selalu mendoakanku.

8. Teman-teman PIAUD angkatan 2013 yang telah berjuang bersama-sama.

Atas semua bantuan yang telah diberikan, penulis mengucapkan terimakasih.

Semoga amal yang telah diberikan mendapat balasan dari Allah SWT. Penulis

menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna, masih banyak kekurangan baik

dalam isi maupun metodologi. Kritik serta saran yang membangun penulis

harapkan bagi kesempurnaan skripsi ini dimasa yang akan datang. Semoga skripsi

ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi para pembaca yang budiman.

Amin.

Salatiga, 3 Mei 2018

Penulis

(11)

xi ABSTRAK

Faizah, Nur. 2018. Implementasi Pendidikan Karakter Anak Usia Dini PAUD Mekar Sari Tahun Ajaran 2017/2018. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Jurusan Pendidikan Islam Anak Usia Dini. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing : Dr. Wahyudhiana, MM, Pd

Kata kunci: Pendidikan Karakter, Usia Dini, Implementasi

Menurut UU No. 20 Tahun 2003 pasal 1 butir 14, PAUD adalah upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia 6 tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana implementasi pendidikan karakter pada anak usia dini di PAUD Mekar Sari.

Penelitian ini merupakan Penelitian Deskripstif Kualitatif. Subjek dalam penelitian ini adalah kepala sekolah, guru dan anak PAUD. Metode yang digunakan untuk pengumpulan data adalah wawancara, observasi dan dokumentasi. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan.

(12)

xii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR LOGO IAIN ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... iv

PENGESAHAN KELULUSAN ... v

BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori ... 14

B. Kajian Pustaka ... 32

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ……….. 35

B. Lokasi dan Waktu Penelitian ……… 36

(13)

xiii

D. Prosedur Pengumpulan Data ………...….. 37

E. Analisis Data ………....… 38

F. Pengecekan Keabsahan ………..…. 39

BAB IV PAPARAN DAN ANALISIS DATA

A. Hasil Penelitian ... 41

B. Pembahasan……… .. 63

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ... 69

B. Saran ... 70

Daftar Pustaka

Lampiran-Lampiran

Riwayat Hidup Penulis

(14)

xiv

DAFTAR TABEL

(15)

xv

DAFTAR GAMBAR

(16)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Permohonan Ijin Penelitian

Lampiran 2 Surat Keterangan Melakukan Penelitian

Lampiran 3 Surat Pengajuan Pembimbing

Lampiran 4 Lembar Konsultasi Skripsi

Lampiran 5 RPPH

Lampiran 6 Dokumentasi Foto Penelitian

Lampiran 7 Transkip Wawancara

(17)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Budi merupakan alat batin yang menjadi panduan akal dan perasaan

untuk menimbang baik dan buruk, tabiat, akhlak, watak, perbuatan baik

daya upaya, dan akal. Perilaku diartikan sebagai tanggapan atau reaksi

individu yang berwujud dalam gerakan (sikap) tidak hanya badan, tetapi

juga ucapan (Fatuhurrohman, 2013: 18). Pendidikan merupakan kewajiban

bagi semua orang, karena pendidikan memiliki peranan yang sangat

penting bagi kehidupan. Melalui pendidikan dapat menjadikan seseorang

menjadi pribadi yang berkualitas dan mempunyai sumber daya manusia

yang tinggi.

Karakter menurut Pusat Bahasa Depdiknas adalah bawaan, hati, jiwa,

kepribadian, budi pekerti, perilaku, personalitas, sifat, tabiat, temperamen,

dan watak (Zubaedi, 2011: 8). Karakter adalah keadaan asli yang ada

dalam diri individu seseorang yang membedakan antara dirinya dengan

orang lain (Gunawan, 2012: 3). Karakter mulia individu memiliki

pengetahuan tentang potensi dirinya, yang ditandai dengan nilai seperti

reflektif, percaya diri, rasional, logis, kritis, analitis, kreatif dan inovatif,

mandiri, hidup sehat, bertanggung jawab, cinta ilmu, sabar, berhati-hati,

rela berkorban, pemberani, dapat dipercaya, jujur, menepati janji, adil,

(18)

2

sebuah kata yang merujuk pada kualitas orang dengan karakteristik

tertentu (Kesuma, 2011: 24).

Menurut istilah (terminologis) terdapat beberapa pengertian tentang

karakter sebagaimana telah dikemukakan oleh bebeapa ahli (Gunawan,

2012: 2), diantaranya:

1. Hermawan Kartajaya tahun 2010, mendefinisikan karakter sebagai

ciri khas yang dimiliki oleh suatu benda atau individu manusia.

Ciri khas tersebut asli dan mengakar pada kepribadian benda atau

individu tersebut dan merupakan mesin pendorong bagaimana

seseorang bertindak, bersikap, berucap, berujar, serta merespon

sesuatu.

2. Doni koesuma A tahun 2007 menerangkan bahwa karakter sama

dengan kepribadian (Gunawan, 2014: 1-2).

3. Menurut Licona, karakter yang baik atau karakter mulia meliputi

pengetahuan tentang kebaikan, lalu menimbulkan komitmen (niat)

terhadap kebaikan, dan akhirnya benar-benar melakukan kebaikan.

Karakter mengau pada serangkaian pemikiran, perasaan, dan

perilaku yang sudah menjadi kebiasaan (Zubaedi dkk, 2010: 16).

Karakter dapat dimaknai sebagai nilai dasar yang membangun pribadi

seseorang, terbentuk baik karena pengaruh hereditas maupun lingkungan,

yang membedakannya dengan orang lain, serta diwujudkan dalam sikap

(19)

3

yang dilakukan orang tua, guru atau masyarakat sekitar berpengaruh pada

karakter anak yang diajarkannya.

Pendidikan karakter adalah sebuah usaha untuk mendidik anak-anak

agar dapat mengambil keputusan dengan bijak dan mempraktikkannya

dalam kehidupan sehari-hari, sehingga mereka dapat memberikan

kontribusi yang positif kepada lingkungannya (Megawangi, 2004: 95).

Pendidikan karakter muncul kepermukaan di Indonesia pada

akhir-akhir ini, setelah terjadi degradasi moral yang melanda bangsa Indonesia.

Contoh yang terjadi dimasyarakat Indonesia antara lain pembunuhan

seorang siswa kepada gurunya, pembunuhan seorang siswa kepada sopir

online, dan paling mengerikan sekarang yaitu pemerkosaan anak di bawah

umur dimana-dimana. Sangat miris sekarang anak sekolah yang hamil di

luar nikah karena pergaulan bebas karena perkenalan dan pergaulan di

media sosial, ini membuktian rendahnya moral bangsa, nilai-nilai karakter

anak bangsa sudah hampir punah ditelan zaman teknologi. Masyarakat

cenderung lebih menghargai keunggulan intelektual dan menyampingkan

kematangan emosional sosial dan spiritual.

Nilai-nilai moral bangsa yang tertulis pada Pancasila lambat laun akan

pudar. Padahal nilai-nilai ini jika dijiwai dan diimplementasikan dalam

kehidupan jelas akan membantu bangsa Indonesia untuk menjadi Negara

yang bermoral dan bermartabat. Menurunnya moral bangsa ini akan

mengakibatkan runtuhnya sikap sopan santun, gotong royong, dan

(20)

4

berkaitan dan tidak terpisahkan antara aspek afektif, kognitif, dan

psikomotorik.

Mulyasa berpendapat bahwa pendidikan karakter bagi anak usia dini

mempunyai makna yang lebih tinggi dari pendidikan moral karena tidak

hanya berkaitan dengan masalah benar-salah, tetapi bagaimana

menanamkan kebiasaan tentang berbagai perilaku yang baik dalam

kehidupan sehingga anak memiliki kesadaran dan komitmen untuk

menerakan kebajikan dalam kehidupan sehari-hari (Fadlillah, 2013: 44).

Inilah yang menjadi penting dalam penanaman pendidikan karakter

pada anak usia dini. Seorang anak yang sejak kecil dikenalkan dan

ditanamkan pendidikan karakter, ketika besar karakter-karakter yang

diperolehnya tersebut akan menjadi kebiasaan bagi dirinya. Untuk itu,

dituntut peran serta aktif orang tua,, pendidik, dan masyarakat untuk

bersama-sama menggalakkan pendidikan karakter dalam setiap

kesempatan, khususnya kepada anak-anak, baik dalam lingkup rumah,

sekolah maupun lingkungan. Pendidikan karakter menjadi salah satu

pilihan untuk mengatasi degradasi moral bangsa Indonesia di setiap usia,

khususnya pada anak usia dini. Cara penerapannya pun beragam, mulai

dari bercerita, bernyanyi, memberikan teladan, kebiasaan, dan masih

banyak lagi.

Pemerintah memberikan perhatian penuh betapa pentingnya

pendidikan karakter ini di setiap jenjang pendidikan termasuk bagi

(21)

5

tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas), disebutkan

bahwa PAUD adalah suatu upaya untuk pembinaan yang ditujukkan

kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun, yang dilakukan

melalui rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan

perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dan

memasuki pendidikan lebih lanjut. Amanah UU Sisdiknas 2003

bermaksud agar pendidikan tidakhanya membentuk insan Indonesia yang

cerdas, tetapi juga berkepribadian atau berkarkter, sehingga nantinya akan

lahir generasi bangsa yang tumbuh kembang dengan karakter yang

bernapaskan nilai-nilai luhur bangsa serta agama.

Menurut Ginanjar menjabarkan fitrah sebagai tubuh budi mulia yang

sekaligus menjadi tujuh budi utama, yaitu jujur, tanggung jawab, visioner,

disiplin, kerja sama, adil dan peduli (Fadlillah, 2013: 45). Selain itu,

menurut Ari Ginanjar yang terkenal dengan konsep Emotional Spritual

Question (ESQ) mengajukan pemikiran, bahwa setiap karakter postif

sesungguhnya akan merujuk pada sifat-sifat Allah yang terdapat Asma Al

Husan ini harus menjadi sumber inspirasi perumusan karakter yang dapat

diteladani dari nama-nama Allah SWT yang baik (Gunawan, 2012: 32).

Terdapat tujuh karakter yang mendasar antara lain: jujur, tanggung jawab,

disiplin, visioner, adil, peduli dan kerjasama.

Sedangkan Indonesia heritage Foundation (IHF) merumuskan

Sembilan karakter dasar menjadi tujuan pendidikan karakter, antara lain

(22)

6

dan mandiri, jujur, hormat an santun, kasih sayang, peduli, dan kerjasama,

keadalan dan kepempinana, baik dan rendah hati, dan toleransi cinta damai

dan persatuan (Gunawan, 2012: 32).

Pendidikan karakter berarti pendidikan yang bertujuan untuk

membantu agar siswa-siswa mengalami, memperoleh, dan memiliki

karakter kuat yang diinginkan (Suparno, 2015: 29). Nilai pendidikan

budaya dan karakter bangsa munurut Puskur antara lain, nilai religius,

jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa

ingin tahu, semangat kebangsaan. Cinta tanah air, menghargai prestasi,

bersahat /komunikasi, cinta damai, gemar membaca, peduli sosial, peduli

lingkungan, dan tanggung jawab (Suparno, 2015: 35-37). Nillai nilai

pendidikan karakter bangsa menurut Puskur ini menjadi acuan dalam

penilaian karakter dalam pendidikan pra sekolah.

Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional Pasang 1 angka 14 menyatakan bahwa pendidikan anak usia dini

(PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak

lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian

rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan

jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki

pendidikan lebih lanjut (Peraturan Pemerintah Dinas Pendidikan Nasional,

2009: 1).

Pendidikan anak usia dini (PAUD) diarahkan untuk memfasilitasi

(23)

7

norma, dan harapan masyarakat. Pendidikan tersebut dilakukan melalui

pemberian pengalaman dan rangsangan yang kaya dan maksimal. Oleh

karena itu, diperlukan lingkungan yang kondusif bagi pertumbuhan dan

perkembangan anak (Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan: 2011: 1).

Salah satu yang menjadi ciri masa usia dini adalah “golden ages” atau

periode keemasan. Dimana anak mempunyai masa eksplorasi, masa

indentifikasi/imitas, masa peka, masa bermain, dan masa tahap 1. Pada

masa ini anak sangat memerlukan bimbingan orang-orang sekitar, seperti

keluarga, sekolah, teman sebaya. Pada masa ini juga membutuhkan

pendampingan yang tepat dan cukup sehingga dapat menumbuh dan

mengembangkan semua aspek perkembangan secara optimal.

Masa golden age dimana masa-masa keemasan seorang anak

mempunyai banyak potensi yang sangat baik untuk dikembangkan inilah

waktu yang sangat tepat untuk menanamkan nilai-nilai kebaikan, karakter

yang nantinya dapat membentuk kepribadiannya. Stimulasi sejak dini

kepada anak yang berusia 0 hingga 6 tahun sangatlah penting, karena pada

masa tersebut perkembangan otak mereka dapat berlangsung optimal dan

itu sangat berpengaruh terhadap kehidupannya kelak. Stimulasi yang

diberikan ketika anak berada usia dini akan berdampak saat dewasa, maka

orang tua dan guru mempunyai peran penting dalam memberikan stimulus

kepada anak. Stimulasi-stimulasi yang diberikan dapat melalui tiga

(24)

8

Berdasarkan keunikan dan perkembangannya, anak usia dini terbagi

menjadi tiga tahapan, yaitu masa lahir sampai 12 bulan, masa batita

(toddler) usia 1-3 tahun, masa pra sekolah usia 3-6 tatuhn, dan masa kelas

awal 6-8 tahun (Mansur, 2009: 88). Anak usia dini disebut masa golden

age karena pada usia ini pertumbuhan dan perkembangan fisik motorik

kasar maupun halus, sosial emosional, intelektual, dan bahasa berlangsung

sangat pesat (Suyanto, 2005: 6). Kemudian para ahli pendidikan anak

memandang usia dini merupakan masa emas (the golden age) yang hanya

datang sekali dan tidak dapat diulang. Bloom mengemukakan bahwa pada

usia dini ini perkembangan intelektual anak terjadi sangat pesat pada

tahun-tahun awal kehidupan mereka (Ardy, 2014: 28).

Hasil penelitian menyebutkan bahwa pada anak usia dini, 90% dari

fisik otak anak sudah terbentuk. Menurut Gardner menyebutkan bahwa

anak usia dini memegang peranan yang sangat penting karena

perkembangan otak manusia mengalami lompatan dan berkembang sangat

pesat, yaitu mencapai 80%. Ketika dilahirkan ke dunia, perkembangan

otak 25%, sampai umur 4 tahun perkembangannya mencapai 50%, dan

umur 8 tahun mencapai 80%, selebihnya berkembang sampai usia 18

tahun (Mulyasa, 2012: 2).

Pelaksanaan pendidikan karakter di PAUD Mekar Sari perlu diteliti,

karena berperan cukup besar dalam melakukan dan penyelenggaraan

pendidikan, terutama dalam proses pendidikan karakter anak usia dini

(25)

9

itu PAUD Mekar Sari mempunyai keunikan tersendiri dalam hal kegiatan

pembelajaran yang berbeda dengan sekolah lainnya. Dimana kegiatan

pembelajaran menggunakan sistem sentra. Guru PAUD Mekar Sari

tergolong kreatif dalam mempromosikan lembaga. Letak PAUD Mekar

Sari mudah dijangkau dan strategis karena dapat dijangkau dengan mudah.

Kegiatan pembelajaran dimulai pukul 07.30 WIB sampai dengan 10.00

WIB.

PAUD Mekar Sari menggunakan kurikulum 2013 sebagai pedoman

pembelajaran peserta didik. Kurikulum 2013 dipilih karena merupakan

sebuah inovasi terbaru dunia pendidikan di Indonesia yang memiliki

konsep Pendidikan Karakter yang dirancang untuk melahirkan Generasi

Emas Indonesia 2045 dan memiliki sifat terbuka untuk pengembangan

sesuai dengan kebijakan daerah masing-masing. Jika dilihat dari isi dan

kontennya, kurikulum 2013 dapat menjawab tantangan krisis moral dan

karakter yang sekarang menjadi permasalahan di masayarakat. Kurikulum

2013 Pendidikan Anak Usia Dini bertujuan untuk mendorong

perkembangan peserta didik secara optimal sehingga memiliki

kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga Negara yang beriman,

produktif, kreatif, inovatif dan efektif serta mampu berkontribusi pada

kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan peradaban dunia.

Berangkat dari sinilah maka pendidikan karakter sebaiknya masuk

pada ranah terkecil dan dimulai sedini mungkin agar lahir generasi penerus

(26)

10

karakter intinya bertujuan membentuk bangsa yang tangguh, kompetitif,

berakhlak mulia, bermoral, bertoleran, bergotong royong, berjiwa pariotik,

berkembang dinamis, beriorientasi ilmu pengetahuan dan teknologi yang

semuanya dijiwai oleh iman dan takwa kepada Tuhan yang Maha Esa

berdasarkan Pancasila.

Berdasarkan fenomena yang diuraikan di atas maka peneliti ingin

mengkaji penelitian dengan judul “Implementasi Pendidikan Karakter

Pada Anak Usia Dini PAUD Mekar Sari Tahun 2017/2018”.

B. Fokus Masalah

Bagaimana implementasi pendidikan karakter pada anak usia dini PAUD

Mekar Sari tahun 2017/2018?

C. Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui implementasi pendidikan karakter pada anak usia dini

PAUD Mekar Sari tahun 2017/2018

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah :

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan menambah wawasan tentang pendidikan

karakter anak usia dini.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Guru

Menambah wawasan tentang pendidikan karakter anak usia dini

(27)

11

Menanamkan nilai-nilai pendidikan karakter anak usia dini.

c. Bagi Sekolah

Menambah wawasan dan dapat menerapkan pendidikan karakter

anak usia dini.

E. Penegasan Istilah

Untuk menghindari kesalahpahaman penafsiran terhadap judul penelitian

di atas, maka peneliti berusaha menjelaskan dari berbagai istilah pokok

yang terkandung dalam judul tersebut, yaitu :

1. Pendidikan Karakter

Pendidikan karakter adalah pendidikan yang mengajarkan tabiat,

moral, tingkah laku maupun kepribadian.

Maksud dalam penelitian ini adalah proses pembelajaran yang

dilakukan oleh lembaga pendidikan yang mengarahkan,

mengembangkan, dan menanamkan nilai-nilai karakter kebaikan

peserta didik dikehidupan sehari-hari.

2. Anak Usia Dini

Anak usia dini adalah kelompok anak yang berumur 0-8 tahun berada

dalam proses pertumbuhan dan perkembangan yang bersifat unik pada

dirinya.

Maksud dalam penelitian ini adalah anak-anak yang sekolah di PAUD

(28)

12 3. Implementasi

Implementasi menurut bahasa adalah pelaksanaan atau penerapann

(Darmoko, 2009: 246). Implementasi merupakan suatu proses

penerapan, ide, kebijakan, atau inovasi dalam suatu tindakan praktis

sehingga memberikan dampak, baik berupa perubahan pengetahuan,

keterampilan maupun nilai, dan sikap. Dalam oxford advance learner‟s

dictionary dikemukakan bahwa implementasi adalah “put something

into effect”, (penerapan sesuatu yang memberikan dampak atau efek).

(Mulyasa, 2002: 93).

Dalam hal ini implementasi kaitannya dengan pendidikan karakter

adalah penerapan suatu kegiatan atau metode secara terus menerus

yang dilakukan oleh para pendidik terhadap peserta didik di PAUD

Mekar Sari sebagai upaya terhadap pembentukkan karakter siswa sejak

usia dini.

F. Sistematika Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti menyusun ke dalam lima bab yang

rinciannya adalah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab pendahuluan ini berisi latar belakang masalah,

rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian,

penegasan istilah, sistematika penelitian

(29)

13

Dalam bab ini akan diuraikan mengenai:

A. Landasan teori

B. Kajian Pustaka

BAB III METODE PENELITIAN

Dalam bab ini akan diuraikan hal-hal mengenai:

A. Jenis Penelitian

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

C. Sumber Data

D. Prosedur Pengumpulan Data

E. Analisis Data

F. Pengecekan Keabsahan

BAB IV PAPARAN DAN ANALISIS DATA

A. Paparan Data

B. Analisis Data

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

(30)

14 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Landasan teori

1. Pendidikan Karakter

a. Pengertian Pendidikan Karakter

Pendidikan merupakan terjemahan dari education, yang kata

dasarnya educate atau bahasa Latinnya educo. Educo berarti

mengembangkan dari dalam, mendidik, melaksanakan hukum

kegunaan (Sutrisno, 2011: 3).

Mansur berpendapat bahwa pendidikan merupakan upaya manusia

dewasa membimbing kepada yang belum dewasa untuk mencapai

kedewasaan (Mansur, 2009: 84).

Undang-Undang No 20 Tahun 2003 tetang Sistem Pendidikan

Nasional disebutkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan

terancana untuk meuwjudkan suasana belajar dan proses

pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi

dirinya untuk memilki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian

diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang

diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.

Pendidikan karakter adalah upaya yang disengaja untuk membantu

memahami manusia, peduli dan inti atas nilai-nilai etis/susila (Heri,

(31)

15

Menurut bahasa (estimologis) istilah karakter berasal dari bahasa

Latin kharakter, kharassaein, dan khara, dalam bahasa Yunani

character dari kata charassein, yang berarti membuat tajam dan

membuat dalam.. Dalam bahasa Inggris character dan dalam bahasa

Indonesia lazim digunakan dengan istilah karakter ( Heri, 2012: 1).

Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Pusat Bahasa Departemen

Pendidikan Nasional kata karakter berarti sifat-sifat kejiwaan, akhlak

atau budi pekerti yang membedakan seseorang dengan yang lain, atau

bermakna bawaan, hati, jiwa, kepribadian, budi pekerti, perilaku,

persoalanalitas, sifat, tabiat, temperamen, watak. Individu yang

berkarakter baik atau unggul adalah seseorang yang berusaha

melakukan hal-hal yang terbaik terhadap Tuhan Yang Maha Esa,

dirinya, sesame, lingkungan, bangsa dan Negara serta dunia

inteernasional pada umumnya dengan mengoptimalkan potensi

(pengetahuan) dirinya dan disertai dengan kesadaran, emosi dan

motivasinya/perasaannya (Heri, 2012: 2).

Karakter adalah keadaan asli yang ada dalam diri individu

seseorang yang membedakan antara dirinya denngan orang lain.

Karakter mulia berarti individu memiliki pengetahuan tentang potensi

dirinya, yang ditandai dengan nilai-bilai seperti reflektif, percaya diri,

rasional, logis, kritis, analisis, kreatif dan inovatif, mandiri, hidup

(32)

16

berkorban, pemberani, dapat dipercaya, jujur, menepati janji, adil,

rendah hati, dan nilai-nilai lainnya.

Sebagai identitas atau jati diri suatu bangsa, karakter merupakan

nilai dasar perilaku yang menjadi acuan tata nilai interaksi antar

manusia. Secara universal berbagai karakter dirumuskan sebagai nilai

hidup bersama berdasarkan atas pilar kedamaian, menghargai,

kerjasama, kebebasan, kebahagiaan, kejujuran, kerendahan hati, kasih

sayang, tanggung jawab, kesederhanaan, toleransi, dan persatuan.

Karakter dipengaruhi oleh hereditas. Perilaku seorang anak tidak

jauh dari perilaku ayah atau ibunya. Kecuali itu lingkungan, baik

lingkungan sosial maupun lingkaran alam ikut membentuk karakter.

Pendidikan karakter adalah sebuah usaha untuk mendidik anak

-anak agar dapat mengambil keputusan dengan bijak dan

mempraktikkannya dalam kehidupan sehari - hari, sehingga mereka

dapat memberikan kontribusi yang positif kepada lingkungannya

(Megawangi, 2004: 95).

Sementara itu menurut Fakry Ghafar, pendidikan karakter adalah

sebuah proses transformasi nilai-nilai kehidupan untuk

ditumbuhkembangkan dalam kepribadian seseorang sehingga

menjadi salah satu dalam perilaku kehidupan orang itu, terdapat tiga

ide pikiran penting antara lain proses transformasi nilai-nilai,

ditumbuhkembangkan dalam kepribadian, menjadi satu dalam

(33)

17

Pendidikan karakter adalah hal positif apa saja yang dilakukan oleh

guru dan berpengaruh kepada karakter siswa yang diajarnya

pendidikan karakter adalah upaya sadar dan sungguh-sungguh dari

seorang guru untuk mengajarkan nilai-nilai kepada para siswanya

(Muchlas, 2014: 43).

Menurut Megawangi karakter anak dipengaruhi 5 faktor, yaitu:

1) Temperamen dasar (dominan, intim, stabil, cermat)

2) Keyakinan (apa yang dipercayai, paradigma)

3) Pendidikan (apa yang diketahui, wawasan anak)

4) Motivasi hidup (apa yang dirasakan, semangat hidup)

5) Perjalanan atau pengalaman, yaitu apa yang telah dialami oleh

anak, masa lalu anak, pola asuh dan lingkungan di sekitar anak.

Karakter yang dipercaya menurut Megawangi dapat membawa

keberhasilan dan harus ditanamkan pada anak (Wibowo, 2013: 71),

yaitu:

1) Empati, yaitu mengasihi sesame seperti diri sendiri

2) Tahan uji, yaitu tetap tabah dan ambi hikmah kehidupan serta

bersyukur dalam keadaan apapun

3) Beriman kepada Tuhan

Penanaman pendidikan karakter sejak dini akan menjadikan anak

lebih tangguh, kreatif, mandiri, dan bertanggung jawab, serta

memiliki kepribadian maupun akhlak yang baik. Anak yang sejak

(34)

18

berkembang dengan optimal sebagaimana potensi yang diberikan

oleh Tuhan Yang Maha Esa.

Penanaman pendidikan karakter untuk anak usia dini sangat

penting karena akan mempengaruhi di masa depannya kelak.

Karakter anak usia dini dilakukan secara terus menerus dalam

kegiatan sehari-hari. Kegiatan yang dilakukan untuk menanamkan

karakter untuk anak usia dini adalah kegiatan yang positif. Kegiatan

pembelajaran yang dilakukan oleh pihak lembaga sekolah maupun

keluarga dan masyarakat. Kegiatan yang positif untuk anak usia dini

antara lain memberikan motivasi bagi anak untuk melakukan

kejujuran, tolong menolong, saling menghargai.

b. Landasan Pendidikan Karakter di Indonesia

Pelaksanaan pendidikan karakter di Indonesia terdapat

landasan-landasan yang dapat dijadikan rujukan. Landasan-landasan-landasan ini agar

pendidikan karakter yang diajarkan, tidak menyimpang dari jati diri

masyarakat Indonesia.

Pendidikan karakter di Indonesia didasarkan pada Sembilan pilar

karakter dasar (Zubaedi, 2011: 72), meliputi:

1) Cinta kepada Allah dan semesta beserta isinya

2) Tanggung jawab, disiplin dan mandiri

3) Jujur

4) Hormat dan santun

(35)

19

6) Percaya diri, kreatif, kerja keras, dan pantang menyerah

7) Keadilan dan kepempinan

8) Baik dan rendah hati

9) Toleransi, cinta damai, dan persatuan

Kesembilan pilar tersebut dikembangkan dan saling terkait dengan

landasan pendidikan karakter di Indonesia. Landasan berfungsi

sebagai titik acuan, sedangkan pilar dasar tersebut dijadikan nilai

dalam pelaksanaannya. Berikut merupakan landasan-landasan dalam

melaksanakan dan mengembangkan pendidikan karakter di Indonesia

(Zubaedi, 2011: 73), antara lain:

1) Agama

Agama merupakan sumber kebaikan. Oleh karenanya,

pendidikan karakter harus dilaksanakan berdarkan nilai-nilai

ajaran agama. Agama merupakan landasan yang pertama dan

utama dalam mengembangkan pendidikan karakter di

Indonesia, khususnya pada lembaga pendidikan anak usia dini.

2) Pancasila

Negara Kesatuan Republik Indonesia ditegakkan atas

prinsip-prinsip kehidupan kebangsaan dan kenegaraan. Pancasila

merupakan dasar Negara Indonesia yang menjadi acuan dalam

melaksanakan setiap roda pemeintahan. Pancasila yang

susunannya tercantum dalam pembukaan UUD 1945, nilai-nilai

(36)

20

mengatur kehidupan politik, hukum, ekonomi, kemasyarakatan,

budaya dan seni. Konteks pendidikan karakter yang dimaksud

untuk mempersiapkan peserta didik menjadi warga Negara

yang lebih baik, yaitu warga Negara yang memiliki

kemampuan, kemauan, dan menerapkan nilai-nilai Pancasila

dalam kehidupan sebagai warga Negara.

3) Budaya

Indonesia adalah salah satu negara yang memiliki

keanekaragaman budaya. Oleh karena itu, budaya yang ada di

Indonesia harus menjadi sumber nilai dalam pendidikan

karakter bangsa. Hal ini dimaksudkan supaya pendidikan yang

ada tidak tercabut dari akar budaya bangsa Indonesia.

4) Tujuan Pendidikan Nasional

Rumusan pendidikan nasional secara keseluruhan telah diatur

dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun

2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Dalam pendidikan

karakter, landasan ini tidak boleh terlupakan, meskipun itu

pada anak usia dini. Pendidikan karakter harus disesuaikan

dengan tujuan pendidikan nasional. Oleh karena itu, nilai-nilai

pendidikan karate yang dikembangkan harus terintegrasikan

dengan tujuan pendidikan nasional.

Penanaman nilai karakter untuk anak usia dini harus melalui

(37)

21

menanamkan nilai karakter. Karena, dari pembelajaran trial and eror

maka akan berdampak berbahaya di masa yang akan datang.

c. Nilai-nilai Pendidikan Karakter Anak Usia Dini

Nilai karakter bagi anak yang diadaptasi seperlunya

(Kemendiknas, 2010: 9-10), yaitu religius, jujur, toleransi, dispilin,

kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat

kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabat

/komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan,

peduli sosial, tanggung jawab, mandiri, kreatif, berani mengambil

resiko, berorientasi pada tindakan, kepempinan, inovatif, pantang

menyerah, komitmen

Dalam Permendikbud tahun 2014 nomor 146 lampiran I

Kompetensi Inti 2 menyebutkan kompetensi PAUD antara lain

memiliki hidup sehat, rasa ingin tahu, kreatif dan estetis, percaya diri,

disiplin, mandiri, peduli, mampu menghargai dan toleran kepada

orang lain, mampu menyesuaikan diri, tanggung jawab, jujur, rendah

hati, dan santun dalam berinteraksi dengan keluarga, pendidik dan

teman.

Nilai-nilai pendidikan karakter dalam pembelajaran anak usia dini

antara lain religius, jujur, toleransi, diplin, kerja keras, kreatif,

mansiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta

(38)

22

gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, dan tanggung

jawab (Fadlillah, 2012: 190-205).

Nilai- nilai pendidikan karakter untuk anak usia dini ini yang

menjadi acuan pendidik dalam menanamkan nilai karakter anak di

lembaga-lembaga. Walaupun terlihat begitu banyak nilai-nilai

karakter untuk anak, namun lembaga pendidikan anak usia dini sudah

siap dalam memberikan pembelajaran dengan cara dan metode yang

berbeda-beda.

d. Ragam Metode Pembelajaran Pendidikan Karakter Anak Usia Dini

Metode pembelajaran adalah seluruh perencanaan dan prosedur

maupun langkah-langkah kegiatan pembelajaran termasuk pilihan

cara penilaian yang akan dilaksanakan. Metode pembelajaran dapat

dianggap sebagai sesuatu prosedur atau proses yang teratur (Suyono,

2011: 19).

Terdapat empat metode dalam memperkenalkan pendidikan

karakter pada anak usia dini (Fadlillah , 2012: 166-188), antara lain:

1) Metode Keteladanan

Metode keteladanan adalah metode influitif yang paling

menyakinkan keberhasilannya dalam mempersiapkan dan

(39)

23 2) Metode Pembiasaaan

Metode pembiasaan adalah suatu cara yang dapat dilakukan

untuk membiasakan anak berpikir, bersikap, bertindak sesuai

dengan ajaran agama Islam.

3) Metode Bercerita

Cerita adalah salah satu cara untuk menarik perhatian anak.

Metode bercerita ialah suatu cara menyampaikan materi

pembelajaran melalui kisah-kisah atau cerita yang dapat

menarik perhatian peserta didik.

4) Metode karyawisata

Karyawisata sebagai metode pengajaran memberikan

kesempatan kepada anak untuk mengamati. Dengan cara

tersebut anak akan mendengar, merasakan, melihat dan

melakukan.

Metode-metode inilah yang digunakan untuk menanamkan nilai

karakter anak usia dini, karena dengan beragam metode yang

digunakan maka anak akan tertarik dan tujuan pendidik menanamkan

nilai-nilai karakter anak akan tercapai.

e. Indikator pencapaian perkembangan karakter anak usia dini

Permendikbud No 146 tahun 2014 tentang indikator pencapaian

(40)

24

1) Indikator pencapaian perkembangan anak adalah penanda

perkembangan yang spesifik dan terukur untuk memantau/menilai

perkembangan anak pada usia tertentu.

2) Indikator pencapaian perkembangan anak merupakan

kontinum/rentang perkembangan anak sejak lahir sampai dengan

usia 6 tahun.

3) Indikator pencapaian perkembangan anak berfungsi untuk

memantau perkembangan anak dan bukan untuk digunakan secara

langsung baik sebagai bahan ajar maupun kegiatan pembelajaran.

4) Indikator pencapaian perkembangan anak dirumuskan

berdasarkan Kompetensi Dasar (KD).

5) Kompetensi Dasar (KD) dirumuskan berdasarkan Kompetensi Inti

(KI).

6) Kompetensi Inti (KI) merupakan gambaran pencapaian Standar

Tingkat Pencapaian Perkembangan Anak pada akhir layanan

PAUD usia enam tahun yang dirumuskan secara terpadu dalam

bentuk KI Sikap Spiritual, KI Sikap Sosial, KI Pengetahuan, dan

KI Keterampilan.

7) Indikator pencapaian perkembangan anak untuk KD pada KI

Sikap Spiritual dan KD pada KI Sikap Sosial tidak dirumuskan

secara tersendiri. Pembelajaran untuk mencapai KD-KD ini

dilakukan secara tidak langsung, tetapi melalui pembelajaran untuk

(41)

25

lain, sikap positif anak akan terbentuk ketika dia memiliki

pengetahuan dan mewujudkan pengetahuan itu dalam bentuk hasil

karya dan/atau unjuk kerja.

8) Indikator pencapaian perkembangan anak untuk KD pada

pengetahuan dan KD pada keterampilan merupakan satu kesatuan

karena pengetahuan dan keterampilan merupakan dua hal yang

saling berinteraksi.

9) Indikator pencapaian perkembangan anak disusun berdasarkan

kelompok usia sebagai berikut:

a) lahir sampai dengan usia 3 bulan;

b) usia 3 bulan sampai dengan usia 6 bulan;

c) usia 6 bulan sampai dengan usia 9 bulan;

d) usia 9 bulan sampai dengan usia 12 bulan;

e) usia 12 bulan sampai dengan usia 18 bulan;

f) usia 18 bulan sampai dengan usia 2 tahun;

g) usia 2 tahun sampai dengan usia 3 tahun;

h) usia 3 tahun sampai dengan usia 4 tahun;

i) usia 4 tahun sampai dengan usia 5 tahun; dan

j) usia 5 tahun sampai dengan usia 6 tahun

Indikator pencapaian perkembangan anak untuk KD pada KI Sikap

Spiritual dan KD pada KI Sikap Sosial tidak dirumuskan secara

tersendiri. Pembelajaran untuk mencapai KD-KD ini dilakukan secara

(42)

26

pada KI Pengetahuan dan KI Keterampilan, serta melalui pembiasaan

dan keteladanan. Dengan kata lain, sikap positif anak akan terbentuk

ketika dia memiliki pengetahuan dan mewujudkan pengetahuan itu

dalam bentuk hasil karya dan/atau unjuk kerja. Contoh sikap positif itu

adalah perilaku hidup sehat, jujur, tanggung jawab, peduli, kreatif,

kritis, percaya diri, disiplin, mandiri, mampu bekerja sama, mampu

menyesuaikan diri dan santun.

Indikator Kompetensi Dasar dalam Kompetensi Inti 2 di dalam

Permendikbud Nomor 146 Tahun 2014, antara lain:

a. Memiliki perilaku yang mencerminkan hidup sehat

b. Memiliki perilaku yang mencerminkan sikap ingin tahu

c. Memiliki perilaku yang mencerminkan sikap kreatif

d. Memiliki perilaku yang mencerminkan sikap estetis

e. Memiliki perilaku yang mencerminkan sikap percaya diri

f. Memiliki perilaku yang mencerminkan sikap taat terhadap

aturan sehari-hari untuk melatih kedisiplinan

g. Memiliki perilaku yang mencerminkan sikap sabar (mau

menunggu giliran, mau mendengar ketika orang lain berbicara)

untuk melatih kedisiplinan

h. Memiliki perilaku yang mencerminkan kemandirian

i. Memiliki perilaku yang mencerminkan sikap peduli dan mau

(43)

27

j. Memiliki perilaku yang mencerminkan sikap menghargai dan

toleran kepada orang lain

k. Memiliki perilaku yang dapat menyesuaikan diri

l. Memiliki perilaku yang mencerminkan sikap tanggungjawab

m. Memiliki perilaku yang mencerminkan sikap jujur

n. Memiliki perilaku yang mencerminkan sikap rendah hati dan

santun kepada orang tua, pendidik, dan teman.

Indikator yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah

Indikator Kompetensi Dasar dalam Kompetensi Inti 2 di dalam

Permendikbud Nomor 146 Tahun 2014, yang akan melihat perilaku

yang mencerminkan hidup sehat, sikap ingin tahu, sikap kreatif, sikap

estetis, sikap percaya diri, sikap taat aturan sehari-hari, sikap sabar,

kemandirian, sikap peduli, sikap menghargai, sikap menyesuaikan diri,

sikap tanggung jawab, sikap jujur, dan sikap rendah hati.

2. Pendidikan Anak Usia Dini

a. Pengertian Anak Usia Dini

Pandangan agama Islam anak merupakan amanah (titipan) Allah

SWT yang harus dijaga, dirawat, dan dipelihara dengan

sebaik-baiknya oleh setiap orang tua. Islam memerintahkan untuk selalu

memberikan pendidikan kepada anak, sebagai upaya pengembangan

potensinya.

Pendidikan anak usia dini merupaan salah satu upaya untuk

(44)

28

berkembang dengan optimal. Sebagaimana disebutkan dalam UU

Sisdiknas No 20 tahun 2003 yang menyebutkan bahwa pendidikan

anak usia dini merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukkan

kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang

dilakukann melalui pemberian rangsangann pendidikan untuk

membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan ruhani agar

anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.

Masa-masa keemasan seorang anak (golden age ) yaitu masa ketika

anak mempunyai banyak potensi yang sangat baik untuk

dikembangkan. Pada tahap inilah, waktu yang sangat tepat untuk

menanamkan nilai-nilai karakter yang nantinya diharapkan akan

dapat membentuk kepribadiannya.

Pendidikan anak usia dini sangat penting karena masa itu

b. Tujuan Pendidikan Anak Usia Dini

Kemendikbud Dirjen PAUDNI (2012:15-16) secara umum tujuan

Pendidikan Anak Usia Dini adalah mengembangkan berbagai potensi

anak sejak dini sebagai persiapan untuk hidup dan dapat

menyesuaikan diri dengan lingkungannya, sedangkan menurut

Kemendikbud, tujuan pendidikan anak usia dini yang utama, adalah:

1) Menumbuhkembangkan pengetahuan, sikap dan keterampilan

agar mampu menolong diri sendiri, yaitu mandiri dan

bertanggung jawab terhadap diri sendiri seperti mampu

(45)

29

emosinya dan mampu membangun hubungan dengan orang

lain.

2) Melatakkan dasar-dasar tentang bagaimana seharusnya belajar.

Hal ini sesuai dengan perkembangan paradigma baru dunia

pendidikan melalui empat pilar pendidikan yang dicanangkan

oleh UNESCO yaitu learning to know, learning to do, learning

to live together yang implementasinya di pendidikan anak usia

dini melalui pendekatan (learning by playing), belajar yang

menyenangkan (joyful learning), serta menumbuhkembangkan

keterampilan hidup (life skills) sederhana mungkin.

Oleh karena itu,tujuan pendidikan anak usia dini adalah untuk

memberikan rangsangan kepada peserta didik sesuai usianya. Strategi

pembelajaran bagi anak usia dini berorientasi pada:

1) Tujuan yang mengarah pada tugas-tuugas perkembangan

disetiap rentang usia

2) Materi yang diberikan harus mengacu dan sesuai denngan

karakteristik dan kebutuhan yang sesuai dengan perkembangan

anak

3) Metode yang dipilih seharusnya bervariasi sesuai dengan

tujuan kegiatan belajar dan mampu melibatkan anak secara

(46)

30

4) Media dan lingkungan bermain yang digunakan haruslah aman,

nyaman dan menimbulkan ketertarikan bagi anak dan perlu

adanya waktu yang cukup untuk bereksplorasi

5) Evaluasi yang terbaik dan dianjurkan untuk dilakukan adalah

rangkaian sebuah assement melalui observasi partisipatif

terhadap apa yang dilihat, didengar, dan diperbuat oleh anak.

3. Fungsi Pendidikan Anak Usia dini

Kemendikbud Dirjen PIAUDNI (2012:16-17), program kegiatan

bermain pada pendidikan anak usia dini memiliki sejumlah fungsi,

yaitu;

1) Untuk mengembangkan seluruh kemampuan yang dimiliki

anak sesuai dengan tahap perkembangannya

2) Mengenalkan anak dengan dunia sekitar

3) Mengembangkan sosialisasi anak

4) Mengenalkan peraturan dan menanamkan displin pada anak

5) Memberikan kesmpatan kepada anak untuk menikmati masa

bermainnya.

Berdasarkan tujuan pendidikan anak usia dini dapat ditelaah

beberapa fungsi program stimulasi edukasi menurut dirjen PAUDNI

yaitu:

(47)

31

Berperan dalam membantuu anak melakkukan penyesuai diri

dengan berbagai kondisi serta menyesuaikan diri dengan

keadaan dalam dirinya

2) Fungsi Sosialisasi

Berperan dalam membantu anak agar memiliki

ketrampilan-ketrampilan sosial yang berguna dalam pergaulan dan kehidpan

sehari-hari dimana ia berada.

3) Fungsi Pengembangan

Berkaitan dengan pengembangan berbagai potensi yang

dimiliki anak

4) Fungsi Bermain

Berkaitan dengan pemberian kesempatan pada anak untuk

bermain karena pada hakikatnya bermain itu sendiri merupakan

hak anak sepanjang rentang kehidupannya

5) Fungsi Ekonomi

Pendidikan yang terencana pada anak merupakan investasi

jangka panjang yang dapat menguntungkan pada setiap rentang

perkembangan selanjutnya.

Dapat disimpulkan fungsi pendidikan anak usia dini adalah untuk

membantu anak beradaptasi denngan lingkungan, memiliki

ketrampilan sosial, sebagai tempat pengembangan diri, sebagai tempat

anak untuk bermain da sebagai investasi jangka panjang untuk masa

(48)

32

penerapan nilai-nilai karakter terhadap anak yang terintegrasi dalam

pembelajaran dan pembiasaan yang dilakukan sesuai dengan tahapan

usia anak.

B. Kajian Pustaka

1. Penelitian yang dilakukan oleh saudari A Hardini yang berjudul

Pendidikan Karakter Anak Usia Dini ( Studi Kasus; Kelompok Bermain

Pelangi Bangsa Pemalang) hasil penelitian menunjukkan implementasi

pendidikan karakter melalui kegiatan terprogam dan kegiatan

pembiasaan. Pembelajaran menggunakan metode sentra, cerita, bermain,

praktek langsung, dan bernyanyi. Media pembelajaran yang digunakan

pun bermacam-macam sesuai dengan kegiatan pada hari tersebut. Selain

kegiatan terprogram juga terdapat kegiatan pembiasaan yang meliputi

kegiatan rutin, kegiatan spontan, keteladanan, budaya, dan

pengkondisian. Nilia-nilai yang diajarkan meliputi nilai agama dan

moral, kesehatan, kejujuran, kedisplinan, bahasa, peduli lingkungan,

peduli sosial dan cinta tanah air. Implementasi pendidikan karakter

selalu mengalami kendala, antara lain tidak adanya RKH sebagai

pedoman pembelajaran, tidak adanya alat penilaian perkembangan

peserta didik, dan kurangnya kualitas pendidik. Faktor pendukungnya

antara lain sarana prasarana, pembiayaan, kurikulum, media, metode,

strategi dan materi, dan dukungan dari orang tua dan masyarakat.

Pendidikan sebaiknya diterapkan sejak dini karena pada anak usia dini

(49)

33

Pendidikan karakter pada anak usia dini dapat mengantarkan anak pada

matang dalam mengolah emosi. Kecerdasan emosi adalah bekal penting

dalam mempersiapkan anak usia dini dalam menyongsong masa depan

yang penuh dengan tantangan, baik secara akademis maupun dalam

kehidupan berbangsa dan bernegara.

2. Penelitian yang dilakukan oleh saudari Nur Anisah yang berjudul

Pendidikan Karakter Dalam Perspektif Ki Hajar Dewantara, hasil

penelitian ini adalah penulis Ki Hajar Dewantara seorang pejuang yang

dihormati rakyat dan disegani musuh, karena memiliki pengetahuan

yang luas dan keunikan berfikir dimana Ki Hajar Dewantara

memberikan harapan bagi kaum bawah untuk dapat mengeyam

pendidikan serta semangat kebangsaan yang beraliran kebudayaan pada

konsep pendidikannya. Konsep yang diusung Ki Hajar Dewantara

adalah sistem among, dimana pendidik memiliki peran sangat penting

yaitu sebagai teladan dan pembimbing bagi anak didiknya, sehingga

orang tua dan guru wajib untuk berperilaku baik dihadapan anak

didiknya. Sebagaimana disampaikan di atas, perlu kiranya penulis

memberikan sumbangsih berupa saran-saran antara lain, konsep

pemikiran Ki Hajar Dewantara memiliki konsep tujuan yang relevan

diterapkan dalam pendidikan karakter hingga saat ini.

3. Penelitian yang dilakukan oleh saudari Siti Astuti yang berjudul

Pendidikan Karakter di Madrasah Ibtidaiyah Kalibening Kecamatan

(50)

34

karakter di MI Asas Islam Kalibening yaitu pendidikan yang diharapkan

anak itu mempunyai identitas mengenai tingkah laku supaya anak

mengerti dan merubah tingkah lakunya dari yang tidak baik menjadi

baik serta menyeimbangkan antara ranah efektif dan psikomotoriknya.

Tujuan pendidikan karakter yaitu mengetahui potensi yang dimiliki anak

didik. Metode yang digunakan dalam pelaksanaan pendidikan karakter

di MI Asas Islam yaitu metode keteladanan dan pembiasaan. Metode

keteladanan sangat sesuai dengan usia peserta didik di MI, apalagi untuk

peserta didik kelas rendah, mereka cenderung meniru apa yang

dilakukan oleh orang yang ia lihat dan sulit membedakan perilaku yang

pantas dan tidak pantas ditiru. Metode pembiasaan dilakukan setiap hari

yaitu diantaranya dengan membiasakan membaca surat-surat pendek,

asmaul husna sebelum KBM dan membiasakan shalat dhuhur

berjamaah. Hambatan yang di hadapi dalam menerapkan pendidikan

karakter sangat beraneka ragam bisa dari lingkungan keluarga, peserta

didik sendiri pengaruh teknologi, dan tenaga pendidik itu sendiri. Tetapi

yang perlu di ingat bahwa setiap ada kesulitan pasti ada kemudahan,

setiap ada hambatan pasti ada solusi yang dapat ditempuh untuk

(51)

35 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

kualitatif yaitu metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat

postpositivisme. Metode ini digunakan untuk meneliti pada kondisi objek

alamiah (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah

instrument kunci. Teknik pengumpulan data dilakukan secara triagulasi

(gabungan). Analasis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian

kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi. (Sugiyono, 2011:

9).

Jenis penelitian yang peneliti adakan adalah penelitian deskriptif kualitatif.

Moleong menguraikan sebagaimana dikutip oleh Kirk dan Miller bahwa

penelitian kualitatif merupakan tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial

(social sciene) yang secara fundamental bergantung pada pengamatan

manusia dalam kawasannya sendiri berkenaan dengan orang-orang tersebut

dalam bahasanya dan dalam peristilahnya (Moleong, 2002: 3).

Melihat uraian tersebut, maka peneliti berusaha mengkaji satu persatu data

yang di dapat kemudian mendiskripsikan data tersebut secara sinergis sesuai

di lapangan, serta tetap berkesinambungan berdasarkan proses penelitian yang

(52)

36 B. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Dalam penelitian yang diadakan ini, berlokasi di PAUD Mekar Sari. Jl. A.

Sae‟an, Dusun Krajan Bawah Rt 01/01, Kelurahan Gondoriyo Kecamatan

Jambu Kabupaten Semarang.

2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian dilaksanakan dari tanggal 8 Januari 2018 sampai dengan

5 April 2018

C. Sumber Data

Secara umum data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan

sekunder.

1. Data primer (primary data) yaitu data yang dikumpulkan sendiri oleh

peneliti secara langsung dan informasi di lapangan melalui wawancara

dan observasi. Berkaitan dengan hal tersebut, wawancara kepala

sekolah guru-guru dan TU.

2. Data sekunder (secondary data) yaitu data yang diperoleh secara tidak

langsung dari informan di lapangan sepert dokumen dan sebagainya.

Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini adalah data yang

berhubungan dengan surat-surat resmi, buku, karya tulis, arsip.

Data yang ingin diperoleh antara lain izin pendirian pendidikan anak usia

dini, struktur organisasi, visi misi, tujuan lembanga, buku inventaris, laporan

(53)

37

tambahan, tata tertib, metode pembelajaran, penanggung jawab, guru,

karyawan, kurikulum, RRPH, RKH.

D. Prosedur Pengumpulan Data

Teknik dalam pengumpulan data dan instrument penelitian yang peneliti

gunakan adalah:

1. Wawancara

Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti

ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan

yang harus diteliti, dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari

responden yang lebih mendalam dan jumlah respondennya sedikit atau

kecil (Sugiyono, 2011: 137). Wawancara akan dilakukan kepada kepala

sekolah, wali murid dan guru.

2. Observasi

Observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang

tersusun dari berbagai poses biologis dan psikologis. Dua diantara yang

terpenting adalah proses-proses pengamatan dan ingatan yang dikemukan

oleh Sutrisno Hadi (1986) di dalam buku (Sugiyono, 2011: 145).

Observasi yang akan dilakukan di lapangan menggunakan catatan

lapangan dan catatan observasi yang dicatat menggunakan kode.

3. Dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang

berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prestasi, notulen

rapat, agenda dan sebagainya (Arikunto, 2010: 36). Dokumentasi yang

(54)

38 E. Analisis Data

Miles dan Huberman mengumukakan bahwa aktivitas dalam menganalisa

data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus

menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh (Sugiono, 2012:246).

Berpandangan bahwa analisa terdiri dari tiga alur kegiatan yang terjadi

bersama yaitu pengumpulan data, reduksi data, penyajian data dan penarikan

kesimpulan.

1. Pengumpulan Data

Pengumpulan data merupakan bagian integral dari kegiatan analisis data.

Kegiatan pengumpulan data pada penelitian ini adalah menggunakan

dokumentasi, wawancara, dan observasi.

2. Reduksi Data

Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian

pada penyederhanaan dan transformasi darta kasar yang muncul dari

catatan-catatan yang tertulis di lapangan. Cerita apa yang berkembang,

semua itu merupakan pilihan analisis yang menunjukkan menggolongkan,

mengarahkan, dan membuang yang tidak perlu dan mengorganisasi data

dengan cara sedemikian rupa hingga kesimpulan finalnya dapat ditarik

kesimpulan dan diverifikasi.

3. Penyajian Data

Alur penting ketiga dari kegiatan analisis adalah penyajian data.

(55)

39

memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan

pengambilan tindakan.

4. Penarikan Kesimpulan

Proses analisi data akan dimulai dengan menelaah seluruh data yang

tersedia dari berbagai sumber, yaitu wawancara, observasi, dan

dokumentasi. Data yang sudah terkumpul kemudian dianalisis tahap

pertama yaitu dengan reduksi data. Pada tahap ini data akan dipilih yang

penting dan akan dibuang yang tidak dipakai. Setelah tahap pertama, data

akan disajikan dalam berbagai bentuk dan dikelompokkan sehingga dapat

ditemukan suatu struktur dan keterkaitan antar data. Dengan langkah

terakhir yaitu penarikan kesimpulan atau verifikasi.Yaitu penarikan

kesimpulan dari semua data dan pengecekan keabsahan data.

F. Pengecekan Keabsahan

Penelitian ini menggunakan triangulasi. Menurut Moleong triangulasi

adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang

lain diluar data itu, untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding

terhadap data itu (Moleong, 2011:330). Dengan demikian terdapat dua

triagulasi yaitu:

1. Triangulasi Sumber

Triagulasi sumber dilakukan dengan cara mengecek data yang telah

diperoleh melalui beberapa sumber. Data dari beberapa sumber

tersebut dideskripsikan, dikategorikan, mana pandangan yang sama,

(56)

40

telah dianalisis oleh peneliti sehingga menghasilkan suatu kesimpulan

selanjutnya dimintakan kesepakatan (memberi chek) dengan tiga

sumber tersebut (Sugiyono, 2013:127).

Teknik ini bertujuan untuk mengetahui keabsahan penelitian melalui

wawancara langsung kepada kepala sekolah, wali murid dan guru.

2. Triangulasi Metode

Triangulasi teknik untuk menguji kredibilitas data yang dilakukan

dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik

yang berbeda. Misalnya data diperoleh dengan wawancara, lalu dicek

dengan test, dan dokumentasi. Bila dengan ketiga teknik penguji

tersebut menghasilkan data yang berbeda-beda maka peneliti

melakukan diskusi lebih lanjut kepada sumber data yang bersangkutan

atau yang lain. Untuk memastikan data mana yang dianggap benar.

Atau mungkin semuanya benar. Karena sudut pandangnya

berbeda-beda (sugiyono, 2013:127).

Teknik ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan

sumber-sumber penelitian, yang sebelumnya sudah dilakukan wawancara,

(57)

41 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Peneletian

1. Profil PAUD Mekar Sari

Nama Lembaga : PAUD Mekar Sari Gondoriyo

Program Pendidikan : Kelompok Bermain

Pengelola : Tri Ismiyati, S.Pd

Berdiri Tanggal : 3 Juli 2008

Penyelenggara : TP PKK Kelurahan Gondoriyo

Alamat : Jl. A. Saen Rt 01/01 Krajan Bawah

Kelurahan Gondoriyo, Kecamatan Jambu

NPSN : 6978872

No Izin Operasional : 090.d tahun 2016

2. Visi Misi

Visi

Mewujudkan anak usia dini yang beriman dan bertaqwa, cerdas, ceria,

dan berakhlak mulia

Misi

a. Menyediakan layanan PAUD yang bermutu sesuai tahap

perkembangan anak

b. Membentuk karakter, berkepribadian dan mandiri

c. Memahami diri sendiri, orang lain dan lingkungan

(58)

42 3. Struktur Organisasi

Gambar 4.1. Struktur Organisasi PAUD Mekar Sari Gondoriyo

Sumber: Data dari sekolah PAUD Mekar Sari Penanggung Jawab

Lurah Gondoriyo

Pembina

UPTD Pendidikan Kec. Jambu

Penyelenggara

TP PKK Kelurahan Gondoriyo

Ketua Pengelola Tri Ismiyati, S.Pd

Sekretaris Anik Susanti, S.H

Bendahara Lu‟lu‟il Maknunah

Pendidik 1. Tri Ismiyati, S.Pd 2. Anik Susanti, S.H

3. Lu‟lu‟il Maknunah

Seksi Humas 1. Perangkat Kelurahan 2. Ketua RW 01-06 3. KPO (Kelompok

(59)

43

tahun berjumlah 25 anak, jumlah keseluruhan 36 anak.

(60)

44 f. Membaca huruf hijaiyah

g. Pembiasaan sholat

h. Pembiasaan baca surat pendek Al Qur‟an

i. Mengembangkan kreativitas seni

j. Penanaman cinta tanah air

k. Senam kebugaran jasmani

l. Budayakan 3S (Senyum, Sapa, Salam)

7. Sarana dan Prasarana

a. Memiliki gedung sendiri dengan ijin operasional dari Dinas

Pendidikan Kabupaten Semarang

b. Tersedia APE Outdoor dan APE Indoor

c. Guru sudah mengikuti magang dan pelatihan serta kualifikasi

pendidikan guru PAUD

d. Ada tempat kamar mandi dan Gedung berpagar

e. Lingkungan aman

8. Temuan Penelitian

Adapun hasil temuan penelitian yang didapat mengenai

implementasi pendidikan karakter anak usia dini di PAUD Mekar Sari,

antara lain:

a. Pendidikan Karakter Anak Usia Dini

Pendidikan karakter anak usia dini adalah pendidikan yang

(61)

45

menjadi generasi yang unggul. Seperti yang dikemukakan di

bawah ini;

Menurut ibu T (wawancara, 2 April 2018) ”pendidikan karakter anak usia dini adalah pendidikan yang merangsang tentang perilaku, budi pekerti, berakhlak mulia agar menjadi generasi yang unggul”.

Hal ini berbeda degan ibu L (wawancara, 2 April 2018), “pendidikan karakter anak usia dini adalah perubahan nilai -nilai yang diajarkan kepada anak agar lebih tahu tentang norma-norma yang ada, seperti sopan, santun, disiplin, tanggung jawab, jujur dan sabar”.

Sedangkan pendapat ibu A tentang pendidikan karakter anak usia dini “nilai-nilai yang diajarkan oleh orang dewasa kepada anak usia dini, yang duajarkan antara lain nilai sopan, santun, sabar, tanggung jawab, jujur” (wawancara, 2 April 2018).

Pendapat dari ibu L sama dengan ibu A, tentang pendidikan

karakter anak usia dini mengarah kepada nilai-nilai yang

diajarkan oleh orang dewasa kepada anak-anak, tentang nilai

sopan, santun, jujur, disipin, tanggung jawab, sabar. Pendidikan

karakter untuk anak usia dini sangat dibutuhkan karena

nilai-nilai dalam pendidikan karakter akan digunakan di masa depan.

Dapat disimpulkan dari hail wawancara hari Senin, 2 April

2018 bahwa pendidikan karakter anak usia dini adalah

pendidikan yang diajarkan oleh orang dewasa kepada anak usia

dini tentang perilaku, budi pekerti, berakhlak mulia agar

menjadi generasi yang unggul dengan mengajarkan tentang nilai

(62)

46 b. Metode Pembelajaran

Pendidikan anak usia dini tidak sama dengan pendidikan

sekolah dasar, maka metode pembelajaran yang dilakukan di

dalam kelas sangat bervariasi agar anak tertarik dan senang.

Metode pembelajaran di lembaga anak usia dini antara lain

metode pembiasaan, keteladanan, karyawisata dan metode

cerita.

Lembaga PAUD Mekar Sari menggunakan semua metode

pembelajaran untuk mengimplementasikan pendidikan karakter

seperti yang disampaikan oleh ibu L, A dan T dalam

wawancara,

Ibu L mengatakan:

”Metode pembelajaran yang saya gunakan di dalam kelas kadang memutarkan film tentang kedispilinan, kalau ketika pembelajaran saya ajak bercerita, tapi tetap membiasakan anak-anak untuk duduk yang rapi, dikondisikan dulu seperti biasa” (wawancara, 2 April 2018).

Ibu T mengatakan :

Gambar

Gambar 4.1. Struktur Organisasi PAUD Mekar Sari Gondoriyo
Gambar 1: kegiatan menggosok gigi
Gambar 10: kegiatan membereskan mainan

Referensi

Dokumen terkait

- Warna hijau keunguan - Tekstur agak halus - Pola tidak teratur - Biasanya terletak di.. daerah pantai dan muara

Peningkatan kapasitas produksi pakan ternak fermentasi dapat dilakukan melalui mekanisasi proses pencacahan bahan baku pakan ternak yang berupa rumput dan jerami.. Tulisan ini

Kelompok Kerja (POKJA) VII pada Kantor Layanan Pengadaan Kabupaten Musi Banyuasin telah membuat Berita Acara Lelang Gagal untuk paket pekerjaan sebagai berikut

Director yang dipilih harus yang dianggap mampu menghidupkan ide cerita yang udah disetujui klien, yang secara style sesuai dengan tone and manner yang kita mau capai,

Pengelolaan data pada tahap ini bertujuan untuk mengetahui hubungan dari variabel bebas (frekuensi kayuhan lengan) dengan variabel terikat (kecepatan renang 50 meter

Puji dan syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena atas rahmat dan pertolonganNya yang telah memberikan kemudahan kepada penulis untuk menyelesaikan karya

[r]

Salah satu penyakit yang menyerang tanaman cengkih dan paling merusak tanaman cengkih yaitu penyakit mati pucuk yang disebabkan oleh Bakteri Pembuluh Kayu Cengkih