IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER PADA ANAK USIA DINI DI PAUD MEKAR SARI DESA GONDORIYO KECAMATAN JAMBU KABUPATEN SEMARANG
TAHUN AJARAN 2017/2018
SKRIPSI
Di ajukan untuk memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Oleh :
NUR FAIZAH NIM. 11613014
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
iii
IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER PADA ANAK USIA DINI DI PAUD MEKAR SARI DESA GONDORIYO KECAMATAN JAMBU KABUPATEN SEMARANG
TAHUN AJARAN 2017/2018
SKRIPSI
Di ajukan untuk memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Oleh :
NUR FAIZAH NIM. 11613014
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
iv
Yth. Dekan FTIK IAIN Salatiga
Di Salatiga
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Setelah meneliti dan mengadakan perbaikan seperlunya, maka bersama ini, kami kirimkan naskah skripsi saudara/saudari:
Nama : Nur Faizah
NIM : 11613014
Jurusan : Tarbiyah dan Ilmu Keguruan / Pendidikan Islam Anak Usia Dini
Judul : Implementasi Pendidikan Karakter Pada Anak Usia Dini Di PAUD Mekar Sari Tahun Ajaran 2017/2018
Dengan ini kami mohon skripsi saudara/saudari tersebut di atas supaya segera dimunaqosyahkan.
Demikian agar menjadi perhatian.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb
Salatiga, 17 Mei 2018
Pembimbing,
v
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan di bawah:
Nama : Nur Faizah
NIM : 116 13 014
Fakultas : Tarbiyah Dan Ilmu Keguruan
Jurusan : Pendidikan Islam Anak Usia Dini
Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan
hasil karya saya sendiri bukan jiplakan karya tulis orang lain. Pendapat atau
temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan
kode etik ilmiah.
Dan tidak keberatan untuk dipublikasikan oleh pihak IAIN Salatiga tanpa
menuntut konsekuensi apapun. Demikian surat pernyataan saya buat dan jika pada
kemudian hari terbukti karya saya ini bukan karya sendiri, maka saya sanggup
untuk menanggung semua konsekuensinya.
Salatiga, 3 Mei 2018
Penulis,
Nur Faizah NIM. 116 13 014
vi
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
Jl. Lingkar Salatiga Km. 02 Telp. 02986031364
Website: www.iainsalaiga.ac.ide-mail:admnistrasi@iainsalatiga.ac.id
SKRIPSI
IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER PADA ANAK
USIA DINI DI PAUD MEKAR SARI TAHUN AJARAN
2017/2018
disusun oleh NUR FAIZAH NIM : 116 13 014
Telah dipertahankan di depan Panitia Dewan Penguji Skripsi Jurusan Pendidikan Islam Anak Usia Dini, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga, pada tanggal 18 September 2018 dan telah dinyatakan memenuhi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan.
Susunan Panitia Penguji
Ketua Penguji : Dr. Fatchurrohman, S. Ag., M.Pd.
Sekretaris penguji : Dr. Wahyudhiana, M.M.,Pd.
Penguji I : Dr. M. Ghufron,M.Ag.
Penguji II : Dra. Siti Farikhah, M.Pd.
Salatiga, 26 September 2018
Dekan
Suwardi, M.Pd.
vii MOTTO
ُهَمَّلَع َو َنآ ْرُقْلا َمَّلَعَت ْنَم ْمُك ُرْيَخ
Orang yang paling baik di antara kalian adalah seorang yang beljar Al qur‟an dan
viii
PERSEMBAHAN
Skripsi ini dipersembahkan untuk:
1. Keluarga saya yang selalu membimbing dan mendukung setiap usaha.
2. Suamiku tercinta mas Habib yang telah memberi dukungan spiritual, material
dan kasih sayang.
3. Adik-adikku tersayang, terutama “Saifuddin Nur” yang menyuport dan
membantu.
4. Teman-teman seperjuangan, satu kelas PIAUD IAIN Salatiga Angkatan 2013
yang selalu memberikan motivasi.
5. Bapak dan ibu Dosen yang selalu membimbing dengan sabar.
ix
KATA PENGANTAR
Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan
yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, atas segala rahmat dan hidayah-Nya
skripsi dengan judul “ Implementasi Pendidikan Karakter Anak Usia Dini PAUD
Mekar Sari Tahun Ajaran 2017/2018 telah selesai.
Shalawat salam senantiasa terlimpahkan kepangkuan baginda Nabi
Muhammad SAW semoga beliau senantiasa dirahmati Allah SWT.
Penulisan ini tidak akan selesai tanpa dukungan, motivasi, dan bantuan
dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis sampaikan terimakasih kepada:
1. Bapak Dr. H. Rahmat Hariyadi, M.Pd selaku Rektor IAIN Salatiga
2. Bapak Suwardi, M.Pd selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
IAIN Salatiga
3. Ibu Dra. Siti Asdiqoh, M.Si selaku Ketua Jurusan Pendidikan Islam Anak
Usia Dini
4. Bapak Dr. Wahyudhiana, M.M.Pd, selaku pembimbing yang telah
membimbing, memberi motivasi dan meluangkan waktunya dalam
penulisan skripsi ini.
5. Bapak dan Ibu Dosen IAIN Salatiga yang telah memberikan ilmu, bagian
akademik dan staf perpustakaan yang telah memberikan layanan serta
x
6. Dewan Guru PAUD Mekar Sari Kabupaten Semarang yang telah
membantu penulis dalam melaksanakan penelitian dari awal hingga
selesai.
7. Segenap keluargaku tercinta yang selalu mendoakanku.
8. Teman-teman PIAUD angkatan 2013 yang telah berjuang bersama-sama.
Atas semua bantuan yang telah diberikan, penulis mengucapkan terimakasih.
Semoga amal yang telah diberikan mendapat balasan dari Allah SWT. Penulis
menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna, masih banyak kekurangan baik
dalam isi maupun metodologi. Kritik serta saran yang membangun penulis
harapkan bagi kesempurnaan skripsi ini dimasa yang akan datang. Semoga skripsi
ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi para pembaca yang budiman.
Amin.
Salatiga, 3 Mei 2018
Penulis
xi ABSTRAK
Faizah, Nur. 2018. Implementasi Pendidikan Karakter Anak Usia Dini PAUD Mekar Sari Tahun Ajaran 2017/2018. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Jurusan Pendidikan Islam Anak Usia Dini. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing : Dr. Wahyudhiana, MM, Pd
Kata kunci: Pendidikan Karakter, Usia Dini, Implementasi
Menurut UU No. 20 Tahun 2003 pasal 1 butir 14, PAUD adalah upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia 6 tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana implementasi pendidikan karakter pada anak usia dini di PAUD Mekar Sari.
Penelitian ini merupakan Penelitian Deskripstif Kualitatif. Subjek dalam penelitian ini adalah kepala sekolah, guru dan anak PAUD. Metode yang digunakan untuk pengumpulan data adalah wawancara, observasi dan dokumentasi. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan.
xii DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
LEMBAR LOGO IAIN ... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... iv
PENGESAHAN KELULUSAN ... v
BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori ... 14
B. Kajian Pustaka ... 32
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ……….. 35
B. Lokasi dan Waktu Penelitian ……… 36
xiii
D. Prosedur Pengumpulan Data ………...….. 37
E. Analisis Data ………....… 38
F. Pengecekan Keabsahan ………..…. 39
BAB IV PAPARAN DAN ANALISIS DATA
A. Hasil Penelitian ... 41
B. Pembahasan……… .. 63
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ... 69
B. Saran ... 70
Daftar Pustaka
Lampiran-Lampiran
Riwayat Hidup Penulis
xiv
DAFTAR TABEL
xv
DAFTAR GAMBAR
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Permohonan Ijin Penelitian
Lampiran 2 Surat Keterangan Melakukan Penelitian
Lampiran 3 Surat Pengajuan Pembimbing
Lampiran 4 Lembar Konsultasi Skripsi
Lampiran 5 RPPH
Lampiran 6 Dokumentasi Foto Penelitian
Lampiran 7 Transkip Wawancara
1 BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Budi merupakan alat batin yang menjadi panduan akal dan perasaan
untuk menimbang baik dan buruk, tabiat, akhlak, watak, perbuatan baik
daya upaya, dan akal. Perilaku diartikan sebagai tanggapan atau reaksi
individu yang berwujud dalam gerakan (sikap) tidak hanya badan, tetapi
juga ucapan (Fatuhurrohman, 2013: 18). Pendidikan merupakan kewajiban
bagi semua orang, karena pendidikan memiliki peranan yang sangat
penting bagi kehidupan. Melalui pendidikan dapat menjadikan seseorang
menjadi pribadi yang berkualitas dan mempunyai sumber daya manusia
yang tinggi.
Karakter menurut Pusat Bahasa Depdiknas adalah bawaan, hati, jiwa,
kepribadian, budi pekerti, perilaku, personalitas, sifat, tabiat, temperamen,
dan watak (Zubaedi, 2011: 8). Karakter adalah keadaan asli yang ada
dalam diri individu seseorang yang membedakan antara dirinya dengan
orang lain (Gunawan, 2012: 3). Karakter mulia individu memiliki
pengetahuan tentang potensi dirinya, yang ditandai dengan nilai seperti
reflektif, percaya diri, rasional, logis, kritis, analitis, kreatif dan inovatif,
mandiri, hidup sehat, bertanggung jawab, cinta ilmu, sabar, berhati-hati,
rela berkorban, pemberani, dapat dipercaya, jujur, menepati janji, adil,
2
sebuah kata yang merujuk pada kualitas orang dengan karakteristik
tertentu (Kesuma, 2011: 24).
Menurut istilah (terminologis) terdapat beberapa pengertian tentang
karakter sebagaimana telah dikemukakan oleh bebeapa ahli (Gunawan,
2012: 2), diantaranya:
1. Hermawan Kartajaya tahun 2010, mendefinisikan karakter sebagai
ciri khas yang dimiliki oleh suatu benda atau individu manusia.
Ciri khas tersebut asli dan mengakar pada kepribadian benda atau
individu tersebut dan merupakan mesin pendorong bagaimana
seseorang bertindak, bersikap, berucap, berujar, serta merespon
sesuatu.
2. Doni koesuma A tahun 2007 menerangkan bahwa karakter sama
dengan kepribadian (Gunawan, 2014: 1-2).
3. Menurut Licona, karakter yang baik atau karakter mulia meliputi
pengetahuan tentang kebaikan, lalu menimbulkan komitmen (niat)
terhadap kebaikan, dan akhirnya benar-benar melakukan kebaikan.
Karakter mengau pada serangkaian pemikiran, perasaan, dan
perilaku yang sudah menjadi kebiasaan (Zubaedi dkk, 2010: 16).
Karakter dapat dimaknai sebagai nilai dasar yang membangun pribadi
seseorang, terbentuk baik karena pengaruh hereditas maupun lingkungan,
yang membedakannya dengan orang lain, serta diwujudkan dalam sikap
3
yang dilakukan orang tua, guru atau masyarakat sekitar berpengaruh pada
karakter anak yang diajarkannya.
Pendidikan karakter adalah sebuah usaha untuk mendidik anak-anak
agar dapat mengambil keputusan dengan bijak dan mempraktikkannya
dalam kehidupan sehari-hari, sehingga mereka dapat memberikan
kontribusi yang positif kepada lingkungannya (Megawangi, 2004: 95).
Pendidikan karakter muncul kepermukaan di Indonesia pada
akhir-akhir ini, setelah terjadi degradasi moral yang melanda bangsa Indonesia.
Contoh yang terjadi dimasyarakat Indonesia antara lain pembunuhan
seorang siswa kepada gurunya, pembunuhan seorang siswa kepada sopir
online, dan paling mengerikan sekarang yaitu pemerkosaan anak di bawah
umur dimana-dimana. Sangat miris sekarang anak sekolah yang hamil di
luar nikah karena pergaulan bebas karena perkenalan dan pergaulan di
media sosial, ini membuktian rendahnya moral bangsa, nilai-nilai karakter
anak bangsa sudah hampir punah ditelan zaman teknologi. Masyarakat
cenderung lebih menghargai keunggulan intelektual dan menyampingkan
kematangan emosional sosial dan spiritual.
Nilai-nilai moral bangsa yang tertulis pada Pancasila lambat laun akan
pudar. Padahal nilai-nilai ini jika dijiwai dan diimplementasikan dalam
kehidupan jelas akan membantu bangsa Indonesia untuk menjadi Negara
yang bermoral dan bermartabat. Menurunnya moral bangsa ini akan
mengakibatkan runtuhnya sikap sopan santun, gotong royong, dan
4
berkaitan dan tidak terpisahkan antara aspek afektif, kognitif, dan
psikomotorik.
Mulyasa berpendapat bahwa pendidikan karakter bagi anak usia dini
mempunyai makna yang lebih tinggi dari pendidikan moral karena tidak
hanya berkaitan dengan masalah benar-salah, tetapi bagaimana
menanamkan kebiasaan tentang berbagai perilaku yang baik dalam
kehidupan sehingga anak memiliki kesadaran dan komitmen untuk
menerakan kebajikan dalam kehidupan sehari-hari (Fadlillah, 2013: 44).
Inilah yang menjadi penting dalam penanaman pendidikan karakter
pada anak usia dini. Seorang anak yang sejak kecil dikenalkan dan
ditanamkan pendidikan karakter, ketika besar karakter-karakter yang
diperolehnya tersebut akan menjadi kebiasaan bagi dirinya. Untuk itu,
dituntut peran serta aktif orang tua,, pendidik, dan masyarakat untuk
bersama-sama menggalakkan pendidikan karakter dalam setiap
kesempatan, khususnya kepada anak-anak, baik dalam lingkup rumah,
sekolah maupun lingkungan. Pendidikan karakter menjadi salah satu
pilihan untuk mengatasi degradasi moral bangsa Indonesia di setiap usia,
khususnya pada anak usia dini. Cara penerapannya pun beragam, mulai
dari bercerita, bernyanyi, memberikan teladan, kebiasaan, dan masih
banyak lagi.
Pemerintah memberikan perhatian penuh betapa pentingnya
pendidikan karakter ini di setiap jenjang pendidikan termasuk bagi
5
tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas), disebutkan
bahwa PAUD adalah suatu upaya untuk pembinaan yang ditujukkan
kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun, yang dilakukan
melalui rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan
perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dan
memasuki pendidikan lebih lanjut. Amanah UU Sisdiknas 2003
bermaksud agar pendidikan tidakhanya membentuk insan Indonesia yang
cerdas, tetapi juga berkepribadian atau berkarkter, sehingga nantinya akan
lahir generasi bangsa yang tumbuh kembang dengan karakter yang
bernapaskan nilai-nilai luhur bangsa serta agama.
Menurut Ginanjar menjabarkan fitrah sebagai tubuh budi mulia yang
sekaligus menjadi tujuh budi utama, yaitu jujur, tanggung jawab, visioner,
disiplin, kerja sama, adil dan peduli (Fadlillah, 2013: 45). Selain itu,
menurut Ari Ginanjar yang terkenal dengan konsep Emotional Spritual
Question (ESQ) mengajukan pemikiran, bahwa setiap karakter postif
sesungguhnya akan merujuk pada sifat-sifat Allah yang terdapat Asma Al
Husan ini harus menjadi sumber inspirasi perumusan karakter yang dapat
diteladani dari nama-nama Allah SWT yang baik (Gunawan, 2012: 32).
Terdapat tujuh karakter yang mendasar antara lain: jujur, tanggung jawab,
disiplin, visioner, adil, peduli dan kerjasama.
Sedangkan Indonesia heritage Foundation (IHF) merumuskan
Sembilan karakter dasar menjadi tujuan pendidikan karakter, antara lain
6
dan mandiri, jujur, hormat an santun, kasih sayang, peduli, dan kerjasama,
keadalan dan kepempinana, baik dan rendah hati, dan toleransi cinta damai
dan persatuan (Gunawan, 2012: 32).
Pendidikan karakter berarti pendidikan yang bertujuan untuk
membantu agar siswa-siswa mengalami, memperoleh, dan memiliki
karakter kuat yang diinginkan (Suparno, 2015: 29). Nilai pendidikan
budaya dan karakter bangsa munurut Puskur antara lain, nilai religius,
jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa
ingin tahu, semangat kebangsaan. Cinta tanah air, menghargai prestasi,
bersahat /komunikasi, cinta damai, gemar membaca, peduli sosial, peduli
lingkungan, dan tanggung jawab (Suparno, 2015: 35-37). Nillai nilai
pendidikan karakter bangsa menurut Puskur ini menjadi acuan dalam
penilaian karakter dalam pendidikan pra sekolah.
Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional Pasang 1 angka 14 menyatakan bahwa pendidikan anak usia dini
(PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak
lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian
rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan
jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki
pendidikan lebih lanjut (Peraturan Pemerintah Dinas Pendidikan Nasional,
2009: 1).
Pendidikan anak usia dini (PAUD) diarahkan untuk memfasilitasi
7
norma, dan harapan masyarakat. Pendidikan tersebut dilakukan melalui
pemberian pengalaman dan rangsangan yang kaya dan maksimal. Oleh
karena itu, diperlukan lingkungan yang kondusif bagi pertumbuhan dan
perkembangan anak (Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan: 2011: 1).
Salah satu yang menjadi ciri masa usia dini adalah “golden ages” atau
periode keemasan. Dimana anak mempunyai masa eksplorasi, masa
indentifikasi/imitas, masa peka, masa bermain, dan masa tahap 1. Pada
masa ini anak sangat memerlukan bimbingan orang-orang sekitar, seperti
keluarga, sekolah, teman sebaya. Pada masa ini juga membutuhkan
pendampingan yang tepat dan cukup sehingga dapat menumbuh dan
mengembangkan semua aspek perkembangan secara optimal.
Masa golden age dimana masa-masa keemasan seorang anak
mempunyai banyak potensi yang sangat baik untuk dikembangkan inilah
waktu yang sangat tepat untuk menanamkan nilai-nilai kebaikan, karakter
yang nantinya dapat membentuk kepribadiannya. Stimulasi sejak dini
kepada anak yang berusia 0 hingga 6 tahun sangatlah penting, karena pada
masa tersebut perkembangan otak mereka dapat berlangsung optimal dan
itu sangat berpengaruh terhadap kehidupannya kelak. Stimulasi yang
diberikan ketika anak berada usia dini akan berdampak saat dewasa, maka
orang tua dan guru mempunyai peran penting dalam memberikan stimulus
kepada anak. Stimulasi-stimulasi yang diberikan dapat melalui tiga
8
Berdasarkan keunikan dan perkembangannya, anak usia dini terbagi
menjadi tiga tahapan, yaitu masa lahir sampai 12 bulan, masa batita
(toddler) usia 1-3 tahun, masa pra sekolah usia 3-6 tatuhn, dan masa kelas
awal 6-8 tahun (Mansur, 2009: 88). Anak usia dini disebut masa golden
age karena pada usia ini pertumbuhan dan perkembangan fisik motorik
kasar maupun halus, sosial emosional, intelektual, dan bahasa berlangsung
sangat pesat (Suyanto, 2005: 6). Kemudian para ahli pendidikan anak
memandang usia dini merupakan masa emas (the golden age) yang hanya
datang sekali dan tidak dapat diulang. Bloom mengemukakan bahwa pada
usia dini ini perkembangan intelektual anak terjadi sangat pesat pada
tahun-tahun awal kehidupan mereka (Ardy, 2014: 28).
Hasil penelitian menyebutkan bahwa pada anak usia dini, 90% dari
fisik otak anak sudah terbentuk. Menurut Gardner menyebutkan bahwa
anak usia dini memegang peranan yang sangat penting karena
perkembangan otak manusia mengalami lompatan dan berkembang sangat
pesat, yaitu mencapai 80%. Ketika dilahirkan ke dunia, perkembangan
otak 25%, sampai umur 4 tahun perkembangannya mencapai 50%, dan
umur 8 tahun mencapai 80%, selebihnya berkembang sampai usia 18
tahun (Mulyasa, 2012: 2).
Pelaksanaan pendidikan karakter di PAUD Mekar Sari perlu diteliti,
karena berperan cukup besar dalam melakukan dan penyelenggaraan
pendidikan, terutama dalam proses pendidikan karakter anak usia dini
9
itu PAUD Mekar Sari mempunyai keunikan tersendiri dalam hal kegiatan
pembelajaran yang berbeda dengan sekolah lainnya. Dimana kegiatan
pembelajaran menggunakan sistem sentra. Guru PAUD Mekar Sari
tergolong kreatif dalam mempromosikan lembaga. Letak PAUD Mekar
Sari mudah dijangkau dan strategis karena dapat dijangkau dengan mudah.
Kegiatan pembelajaran dimulai pukul 07.30 WIB sampai dengan 10.00
WIB.
PAUD Mekar Sari menggunakan kurikulum 2013 sebagai pedoman
pembelajaran peserta didik. Kurikulum 2013 dipilih karena merupakan
sebuah inovasi terbaru dunia pendidikan di Indonesia yang memiliki
konsep Pendidikan Karakter yang dirancang untuk melahirkan Generasi
Emas Indonesia 2045 dan memiliki sifat terbuka untuk pengembangan
sesuai dengan kebijakan daerah masing-masing. Jika dilihat dari isi dan
kontennya, kurikulum 2013 dapat menjawab tantangan krisis moral dan
karakter yang sekarang menjadi permasalahan di masayarakat. Kurikulum
2013 Pendidikan Anak Usia Dini bertujuan untuk mendorong
perkembangan peserta didik secara optimal sehingga memiliki
kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga Negara yang beriman,
produktif, kreatif, inovatif dan efektif serta mampu berkontribusi pada
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan peradaban dunia.
Berangkat dari sinilah maka pendidikan karakter sebaiknya masuk
pada ranah terkecil dan dimulai sedini mungkin agar lahir generasi penerus
10
karakter intinya bertujuan membentuk bangsa yang tangguh, kompetitif,
berakhlak mulia, bermoral, bertoleran, bergotong royong, berjiwa pariotik,
berkembang dinamis, beriorientasi ilmu pengetahuan dan teknologi yang
semuanya dijiwai oleh iman dan takwa kepada Tuhan yang Maha Esa
berdasarkan Pancasila.
Berdasarkan fenomena yang diuraikan di atas maka peneliti ingin
mengkaji penelitian dengan judul “Implementasi Pendidikan Karakter
Pada Anak Usia Dini PAUD Mekar Sari Tahun 2017/2018”.
B. Fokus Masalah
Bagaimana implementasi pendidikan karakter pada anak usia dini PAUD
Mekar Sari tahun 2017/2018?
C. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui implementasi pendidikan karakter pada anak usia dini
PAUD Mekar Sari tahun 2017/2018
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah :
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan menambah wawasan tentang pendidikan
karakter anak usia dini.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Guru
Menambah wawasan tentang pendidikan karakter anak usia dini
11
Menanamkan nilai-nilai pendidikan karakter anak usia dini.
c. Bagi Sekolah
Menambah wawasan dan dapat menerapkan pendidikan karakter
anak usia dini.
E. Penegasan Istilah
Untuk menghindari kesalahpahaman penafsiran terhadap judul penelitian
di atas, maka peneliti berusaha menjelaskan dari berbagai istilah pokok
yang terkandung dalam judul tersebut, yaitu :
1. Pendidikan Karakter
Pendidikan karakter adalah pendidikan yang mengajarkan tabiat,
moral, tingkah laku maupun kepribadian.
Maksud dalam penelitian ini adalah proses pembelajaran yang
dilakukan oleh lembaga pendidikan yang mengarahkan,
mengembangkan, dan menanamkan nilai-nilai karakter kebaikan
peserta didik dikehidupan sehari-hari.
2. Anak Usia Dini
Anak usia dini adalah kelompok anak yang berumur 0-8 tahun berada
dalam proses pertumbuhan dan perkembangan yang bersifat unik pada
dirinya.
Maksud dalam penelitian ini adalah anak-anak yang sekolah di PAUD
12 3. Implementasi
Implementasi menurut bahasa adalah pelaksanaan atau penerapann
(Darmoko, 2009: 246). Implementasi merupakan suatu proses
penerapan, ide, kebijakan, atau inovasi dalam suatu tindakan praktis
sehingga memberikan dampak, baik berupa perubahan pengetahuan,
keterampilan maupun nilai, dan sikap. Dalam oxford advance learner‟s
dictionary dikemukakan bahwa implementasi adalah “put something
into effect”, (penerapan sesuatu yang memberikan dampak atau efek).
(Mulyasa, 2002: 93).
Dalam hal ini implementasi kaitannya dengan pendidikan karakter
adalah penerapan suatu kegiatan atau metode secara terus menerus
yang dilakukan oleh para pendidik terhadap peserta didik di PAUD
Mekar Sari sebagai upaya terhadap pembentukkan karakter siswa sejak
usia dini.
F. Sistematika Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti menyusun ke dalam lima bab yang
rinciannya adalah sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab pendahuluan ini berisi latar belakang masalah,
rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian,
penegasan istilah, sistematika penelitian
13
Dalam bab ini akan diuraikan mengenai:
A. Landasan teori
B. Kajian Pustaka
BAB III METODE PENELITIAN
Dalam bab ini akan diuraikan hal-hal mengenai:
A. Jenis Penelitian
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
C. Sumber Data
D. Prosedur Pengumpulan Data
E. Analisis Data
F. Pengecekan Keabsahan
BAB IV PAPARAN DAN ANALISIS DATA
A. Paparan Data
B. Analisis Data
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
14 BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Landasan teori
1. Pendidikan Karakter
a. Pengertian Pendidikan Karakter
Pendidikan merupakan terjemahan dari education, yang kata
dasarnya educate atau bahasa Latinnya educo. Educo berarti
mengembangkan dari dalam, mendidik, melaksanakan hukum
kegunaan (Sutrisno, 2011: 3).
Mansur berpendapat bahwa pendidikan merupakan upaya manusia
dewasa membimbing kepada yang belum dewasa untuk mencapai
kedewasaan (Mansur, 2009: 84).
Undang-Undang No 20 Tahun 2003 tetang Sistem Pendidikan
Nasional disebutkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan
terancana untuk meuwjudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memilki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian
diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang
diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.
Pendidikan karakter adalah upaya yang disengaja untuk membantu
memahami manusia, peduli dan inti atas nilai-nilai etis/susila (Heri,
15
Menurut bahasa (estimologis) istilah karakter berasal dari bahasa
Latin kharakter, kharassaein, dan khara, dalam bahasa Yunani
character dari kata charassein, yang berarti membuat tajam dan
membuat dalam.. Dalam bahasa Inggris character dan dalam bahasa
Indonesia lazim digunakan dengan istilah karakter ( Heri, 2012: 1).
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Pusat Bahasa Departemen
Pendidikan Nasional kata karakter berarti sifat-sifat kejiwaan, akhlak
atau budi pekerti yang membedakan seseorang dengan yang lain, atau
bermakna bawaan, hati, jiwa, kepribadian, budi pekerti, perilaku,
persoalanalitas, sifat, tabiat, temperamen, watak. Individu yang
berkarakter baik atau unggul adalah seseorang yang berusaha
melakukan hal-hal yang terbaik terhadap Tuhan Yang Maha Esa,
dirinya, sesame, lingkungan, bangsa dan Negara serta dunia
inteernasional pada umumnya dengan mengoptimalkan potensi
(pengetahuan) dirinya dan disertai dengan kesadaran, emosi dan
motivasinya/perasaannya (Heri, 2012: 2).
Karakter adalah keadaan asli yang ada dalam diri individu
seseorang yang membedakan antara dirinya denngan orang lain.
Karakter mulia berarti individu memiliki pengetahuan tentang potensi
dirinya, yang ditandai dengan nilai-bilai seperti reflektif, percaya diri,
rasional, logis, kritis, analisis, kreatif dan inovatif, mandiri, hidup
16
berkorban, pemberani, dapat dipercaya, jujur, menepati janji, adil,
rendah hati, dan nilai-nilai lainnya.
Sebagai identitas atau jati diri suatu bangsa, karakter merupakan
nilai dasar perilaku yang menjadi acuan tata nilai interaksi antar
manusia. Secara universal berbagai karakter dirumuskan sebagai nilai
hidup bersama berdasarkan atas pilar kedamaian, menghargai,
kerjasama, kebebasan, kebahagiaan, kejujuran, kerendahan hati, kasih
sayang, tanggung jawab, kesederhanaan, toleransi, dan persatuan.
Karakter dipengaruhi oleh hereditas. Perilaku seorang anak tidak
jauh dari perilaku ayah atau ibunya. Kecuali itu lingkungan, baik
lingkungan sosial maupun lingkaran alam ikut membentuk karakter.
Pendidikan karakter adalah sebuah usaha untuk mendidik anak
-anak agar dapat mengambil keputusan dengan bijak dan
mempraktikkannya dalam kehidupan sehari - hari, sehingga mereka
dapat memberikan kontribusi yang positif kepada lingkungannya
(Megawangi, 2004: 95).
Sementara itu menurut Fakry Ghafar, pendidikan karakter adalah
sebuah proses transformasi nilai-nilai kehidupan untuk
ditumbuhkembangkan dalam kepribadian seseorang sehingga
menjadi salah satu dalam perilaku kehidupan orang itu, terdapat tiga
ide pikiran penting antara lain proses transformasi nilai-nilai,
ditumbuhkembangkan dalam kepribadian, menjadi satu dalam
17
Pendidikan karakter adalah hal positif apa saja yang dilakukan oleh
guru dan berpengaruh kepada karakter siswa yang diajarnya
pendidikan karakter adalah upaya sadar dan sungguh-sungguh dari
seorang guru untuk mengajarkan nilai-nilai kepada para siswanya
(Muchlas, 2014: 43).
Menurut Megawangi karakter anak dipengaruhi 5 faktor, yaitu:
1) Temperamen dasar (dominan, intim, stabil, cermat)
2) Keyakinan (apa yang dipercayai, paradigma)
3) Pendidikan (apa yang diketahui, wawasan anak)
4) Motivasi hidup (apa yang dirasakan, semangat hidup)
5) Perjalanan atau pengalaman, yaitu apa yang telah dialami oleh
anak, masa lalu anak, pola asuh dan lingkungan di sekitar anak.
Karakter yang dipercaya menurut Megawangi dapat membawa
keberhasilan dan harus ditanamkan pada anak (Wibowo, 2013: 71),
yaitu:
1) Empati, yaitu mengasihi sesame seperti diri sendiri
2) Tahan uji, yaitu tetap tabah dan ambi hikmah kehidupan serta
bersyukur dalam keadaan apapun
3) Beriman kepada Tuhan
Penanaman pendidikan karakter sejak dini akan menjadikan anak
lebih tangguh, kreatif, mandiri, dan bertanggung jawab, serta
memiliki kepribadian maupun akhlak yang baik. Anak yang sejak
18
berkembang dengan optimal sebagaimana potensi yang diberikan
oleh Tuhan Yang Maha Esa.
Penanaman pendidikan karakter untuk anak usia dini sangat
penting karena akan mempengaruhi di masa depannya kelak.
Karakter anak usia dini dilakukan secara terus menerus dalam
kegiatan sehari-hari. Kegiatan yang dilakukan untuk menanamkan
karakter untuk anak usia dini adalah kegiatan yang positif. Kegiatan
pembelajaran yang dilakukan oleh pihak lembaga sekolah maupun
keluarga dan masyarakat. Kegiatan yang positif untuk anak usia dini
antara lain memberikan motivasi bagi anak untuk melakukan
kejujuran, tolong menolong, saling menghargai.
b. Landasan Pendidikan Karakter di Indonesia
Pelaksanaan pendidikan karakter di Indonesia terdapat
landasan-landasan yang dapat dijadikan rujukan. Landasan-landasan-landasan ini agar
pendidikan karakter yang diajarkan, tidak menyimpang dari jati diri
masyarakat Indonesia.
Pendidikan karakter di Indonesia didasarkan pada Sembilan pilar
karakter dasar (Zubaedi, 2011: 72), meliputi:
1) Cinta kepada Allah dan semesta beserta isinya
2) Tanggung jawab, disiplin dan mandiri
3) Jujur
4) Hormat dan santun
19
6) Percaya diri, kreatif, kerja keras, dan pantang menyerah
7) Keadilan dan kepempinan
8) Baik dan rendah hati
9) Toleransi, cinta damai, dan persatuan
Kesembilan pilar tersebut dikembangkan dan saling terkait dengan
landasan pendidikan karakter di Indonesia. Landasan berfungsi
sebagai titik acuan, sedangkan pilar dasar tersebut dijadikan nilai
dalam pelaksanaannya. Berikut merupakan landasan-landasan dalam
melaksanakan dan mengembangkan pendidikan karakter di Indonesia
(Zubaedi, 2011: 73), antara lain:
1) Agama
Agama merupakan sumber kebaikan. Oleh karenanya,
pendidikan karakter harus dilaksanakan berdarkan nilai-nilai
ajaran agama. Agama merupakan landasan yang pertama dan
utama dalam mengembangkan pendidikan karakter di
Indonesia, khususnya pada lembaga pendidikan anak usia dini.
2) Pancasila
Negara Kesatuan Republik Indonesia ditegakkan atas
prinsip-prinsip kehidupan kebangsaan dan kenegaraan. Pancasila
merupakan dasar Negara Indonesia yang menjadi acuan dalam
melaksanakan setiap roda pemeintahan. Pancasila yang
susunannya tercantum dalam pembukaan UUD 1945, nilai-nilai
20
mengatur kehidupan politik, hukum, ekonomi, kemasyarakatan,
budaya dan seni. Konteks pendidikan karakter yang dimaksud
untuk mempersiapkan peserta didik menjadi warga Negara
yang lebih baik, yaitu warga Negara yang memiliki
kemampuan, kemauan, dan menerapkan nilai-nilai Pancasila
dalam kehidupan sebagai warga Negara.
3) Budaya
Indonesia adalah salah satu negara yang memiliki
keanekaragaman budaya. Oleh karena itu, budaya yang ada di
Indonesia harus menjadi sumber nilai dalam pendidikan
karakter bangsa. Hal ini dimaksudkan supaya pendidikan yang
ada tidak tercabut dari akar budaya bangsa Indonesia.
4) Tujuan Pendidikan Nasional
Rumusan pendidikan nasional secara keseluruhan telah diatur
dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Dalam pendidikan
karakter, landasan ini tidak boleh terlupakan, meskipun itu
pada anak usia dini. Pendidikan karakter harus disesuaikan
dengan tujuan pendidikan nasional. Oleh karena itu, nilai-nilai
pendidikan karate yang dikembangkan harus terintegrasikan
dengan tujuan pendidikan nasional.
Penanaman nilai karakter untuk anak usia dini harus melalui
21
menanamkan nilai karakter. Karena, dari pembelajaran trial and eror
maka akan berdampak berbahaya di masa yang akan datang.
c. Nilai-nilai Pendidikan Karakter Anak Usia Dini
Nilai karakter bagi anak yang diadaptasi seperlunya
(Kemendiknas, 2010: 9-10), yaitu religius, jujur, toleransi, dispilin,
kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat
kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabat
/komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan,
peduli sosial, tanggung jawab, mandiri, kreatif, berani mengambil
resiko, berorientasi pada tindakan, kepempinan, inovatif, pantang
menyerah, komitmen
Dalam Permendikbud tahun 2014 nomor 146 lampiran I
Kompetensi Inti 2 menyebutkan kompetensi PAUD antara lain
memiliki hidup sehat, rasa ingin tahu, kreatif dan estetis, percaya diri,
disiplin, mandiri, peduli, mampu menghargai dan toleran kepada
orang lain, mampu menyesuaikan diri, tanggung jawab, jujur, rendah
hati, dan santun dalam berinteraksi dengan keluarga, pendidik dan
teman.
Nilai-nilai pendidikan karakter dalam pembelajaran anak usia dini
antara lain religius, jujur, toleransi, diplin, kerja keras, kreatif,
mansiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta
22
gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, dan tanggung
jawab (Fadlillah, 2012: 190-205).
Nilai- nilai pendidikan karakter untuk anak usia dini ini yang
menjadi acuan pendidik dalam menanamkan nilai karakter anak di
lembaga-lembaga. Walaupun terlihat begitu banyak nilai-nilai
karakter untuk anak, namun lembaga pendidikan anak usia dini sudah
siap dalam memberikan pembelajaran dengan cara dan metode yang
berbeda-beda.
d. Ragam Metode Pembelajaran Pendidikan Karakter Anak Usia Dini
Metode pembelajaran adalah seluruh perencanaan dan prosedur
maupun langkah-langkah kegiatan pembelajaran termasuk pilihan
cara penilaian yang akan dilaksanakan. Metode pembelajaran dapat
dianggap sebagai sesuatu prosedur atau proses yang teratur (Suyono,
2011: 19).
Terdapat empat metode dalam memperkenalkan pendidikan
karakter pada anak usia dini (Fadlillah , 2012: 166-188), antara lain:
1) Metode Keteladanan
Metode keteladanan adalah metode influitif yang paling
menyakinkan keberhasilannya dalam mempersiapkan dan
23 2) Metode Pembiasaaan
Metode pembiasaan adalah suatu cara yang dapat dilakukan
untuk membiasakan anak berpikir, bersikap, bertindak sesuai
dengan ajaran agama Islam.
3) Metode Bercerita
Cerita adalah salah satu cara untuk menarik perhatian anak.
Metode bercerita ialah suatu cara menyampaikan materi
pembelajaran melalui kisah-kisah atau cerita yang dapat
menarik perhatian peserta didik.
4) Metode karyawisata
Karyawisata sebagai metode pengajaran memberikan
kesempatan kepada anak untuk mengamati. Dengan cara
tersebut anak akan mendengar, merasakan, melihat dan
melakukan.
Metode-metode inilah yang digunakan untuk menanamkan nilai
karakter anak usia dini, karena dengan beragam metode yang
digunakan maka anak akan tertarik dan tujuan pendidik menanamkan
nilai-nilai karakter anak akan tercapai.
e. Indikator pencapaian perkembangan karakter anak usia dini
Permendikbud No 146 tahun 2014 tentang indikator pencapaian
24
1) Indikator pencapaian perkembangan anak adalah penanda
perkembangan yang spesifik dan terukur untuk memantau/menilai
perkembangan anak pada usia tertentu.
2) Indikator pencapaian perkembangan anak merupakan
kontinum/rentang perkembangan anak sejak lahir sampai dengan
usia 6 tahun.
3) Indikator pencapaian perkembangan anak berfungsi untuk
memantau perkembangan anak dan bukan untuk digunakan secara
langsung baik sebagai bahan ajar maupun kegiatan pembelajaran.
4) Indikator pencapaian perkembangan anak dirumuskan
berdasarkan Kompetensi Dasar (KD).
5) Kompetensi Dasar (KD) dirumuskan berdasarkan Kompetensi Inti
(KI).
6) Kompetensi Inti (KI) merupakan gambaran pencapaian Standar
Tingkat Pencapaian Perkembangan Anak pada akhir layanan
PAUD usia enam tahun yang dirumuskan secara terpadu dalam
bentuk KI Sikap Spiritual, KI Sikap Sosial, KI Pengetahuan, dan
KI Keterampilan.
7) Indikator pencapaian perkembangan anak untuk KD pada KI
Sikap Spiritual dan KD pada KI Sikap Sosial tidak dirumuskan
secara tersendiri. Pembelajaran untuk mencapai KD-KD ini
dilakukan secara tidak langsung, tetapi melalui pembelajaran untuk
25
lain, sikap positif anak akan terbentuk ketika dia memiliki
pengetahuan dan mewujudkan pengetahuan itu dalam bentuk hasil
karya dan/atau unjuk kerja.
8) Indikator pencapaian perkembangan anak untuk KD pada
pengetahuan dan KD pada keterampilan merupakan satu kesatuan
karena pengetahuan dan keterampilan merupakan dua hal yang
saling berinteraksi.
9) Indikator pencapaian perkembangan anak disusun berdasarkan
kelompok usia sebagai berikut:
a) lahir sampai dengan usia 3 bulan;
b) usia 3 bulan sampai dengan usia 6 bulan;
c) usia 6 bulan sampai dengan usia 9 bulan;
d) usia 9 bulan sampai dengan usia 12 bulan;
e) usia 12 bulan sampai dengan usia 18 bulan;
f) usia 18 bulan sampai dengan usia 2 tahun;
g) usia 2 tahun sampai dengan usia 3 tahun;
h) usia 3 tahun sampai dengan usia 4 tahun;
i) usia 4 tahun sampai dengan usia 5 tahun; dan
j) usia 5 tahun sampai dengan usia 6 tahun
Indikator pencapaian perkembangan anak untuk KD pada KI Sikap
Spiritual dan KD pada KI Sikap Sosial tidak dirumuskan secara
tersendiri. Pembelajaran untuk mencapai KD-KD ini dilakukan secara
26
pada KI Pengetahuan dan KI Keterampilan, serta melalui pembiasaan
dan keteladanan. Dengan kata lain, sikap positif anak akan terbentuk
ketika dia memiliki pengetahuan dan mewujudkan pengetahuan itu
dalam bentuk hasil karya dan/atau unjuk kerja. Contoh sikap positif itu
adalah perilaku hidup sehat, jujur, tanggung jawab, peduli, kreatif,
kritis, percaya diri, disiplin, mandiri, mampu bekerja sama, mampu
menyesuaikan diri dan santun.
Indikator Kompetensi Dasar dalam Kompetensi Inti 2 di dalam
Permendikbud Nomor 146 Tahun 2014, antara lain:
a. Memiliki perilaku yang mencerminkan hidup sehat
b. Memiliki perilaku yang mencerminkan sikap ingin tahu
c. Memiliki perilaku yang mencerminkan sikap kreatif
d. Memiliki perilaku yang mencerminkan sikap estetis
e. Memiliki perilaku yang mencerminkan sikap percaya diri
f. Memiliki perilaku yang mencerminkan sikap taat terhadap
aturan sehari-hari untuk melatih kedisiplinan
g. Memiliki perilaku yang mencerminkan sikap sabar (mau
menunggu giliran, mau mendengar ketika orang lain berbicara)
untuk melatih kedisiplinan
h. Memiliki perilaku yang mencerminkan kemandirian
i. Memiliki perilaku yang mencerminkan sikap peduli dan mau
27
j. Memiliki perilaku yang mencerminkan sikap menghargai dan
toleran kepada orang lain
k. Memiliki perilaku yang dapat menyesuaikan diri
l. Memiliki perilaku yang mencerminkan sikap tanggungjawab
m. Memiliki perilaku yang mencerminkan sikap jujur
n. Memiliki perilaku yang mencerminkan sikap rendah hati dan
santun kepada orang tua, pendidik, dan teman.
Indikator yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah
Indikator Kompetensi Dasar dalam Kompetensi Inti 2 di dalam
Permendikbud Nomor 146 Tahun 2014, yang akan melihat perilaku
yang mencerminkan hidup sehat, sikap ingin tahu, sikap kreatif, sikap
estetis, sikap percaya diri, sikap taat aturan sehari-hari, sikap sabar,
kemandirian, sikap peduli, sikap menghargai, sikap menyesuaikan diri,
sikap tanggung jawab, sikap jujur, dan sikap rendah hati.
2. Pendidikan Anak Usia Dini
a. Pengertian Anak Usia Dini
Pandangan agama Islam anak merupakan amanah (titipan) Allah
SWT yang harus dijaga, dirawat, dan dipelihara dengan
sebaik-baiknya oleh setiap orang tua. Islam memerintahkan untuk selalu
memberikan pendidikan kepada anak, sebagai upaya pengembangan
potensinya.
Pendidikan anak usia dini merupaan salah satu upaya untuk
28
berkembang dengan optimal. Sebagaimana disebutkan dalam UU
Sisdiknas No 20 tahun 2003 yang menyebutkan bahwa pendidikan
anak usia dini merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukkan
kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang
dilakukann melalui pemberian rangsangann pendidikan untuk
membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan ruhani agar
anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.
Masa-masa keemasan seorang anak (golden age ) yaitu masa ketika
anak mempunyai banyak potensi yang sangat baik untuk
dikembangkan. Pada tahap inilah, waktu yang sangat tepat untuk
menanamkan nilai-nilai karakter yang nantinya diharapkan akan
dapat membentuk kepribadiannya.
Pendidikan anak usia dini sangat penting karena masa itu
b. Tujuan Pendidikan Anak Usia Dini
Kemendikbud Dirjen PAUDNI (2012:15-16) secara umum tujuan
Pendidikan Anak Usia Dini adalah mengembangkan berbagai potensi
anak sejak dini sebagai persiapan untuk hidup dan dapat
menyesuaikan diri dengan lingkungannya, sedangkan menurut
Kemendikbud, tujuan pendidikan anak usia dini yang utama, adalah:
1) Menumbuhkembangkan pengetahuan, sikap dan keterampilan
agar mampu menolong diri sendiri, yaitu mandiri dan
bertanggung jawab terhadap diri sendiri seperti mampu
29
emosinya dan mampu membangun hubungan dengan orang
lain.
2) Melatakkan dasar-dasar tentang bagaimana seharusnya belajar.
Hal ini sesuai dengan perkembangan paradigma baru dunia
pendidikan melalui empat pilar pendidikan yang dicanangkan
oleh UNESCO yaitu learning to know, learning to do, learning
to live together yang implementasinya di pendidikan anak usia
dini melalui pendekatan (learning by playing), belajar yang
menyenangkan (joyful learning), serta menumbuhkembangkan
keterampilan hidup (life skills) sederhana mungkin.
Oleh karena itu,tujuan pendidikan anak usia dini adalah untuk
memberikan rangsangan kepada peserta didik sesuai usianya. Strategi
pembelajaran bagi anak usia dini berorientasi pada:
1) Tujuan yang mengarah pada tugas-tuugas perkembangan
disetiap rentang usia
2) Materi yang diberikan harus mengacu dan sesuai denngan
karakteristik dan kebutuhan yang sesuai dengan perkembangan
anak
3) Metode yang dipilih seharusnya bervariasi sesuai dengan
tujuan kegiatan belajar dan mampu melibatkan anak secara
30
4) Media dan lingkungan bermain yang digunakan haruslah aman,
nyaman dan menimbulkan ketertarikan bagi anak dan perlu
adanya waktu yang cukup untuk bereksplorasi
5) Evaluasi yang terbaik dan dianjurkan untuk dilakukan adalah
rangkaian sebuah assement melalui observasi partisipatif
terhadap apa yang dilihat, didengar, dan diperbuat oleh anak.
3. Fungsi Pendidikan Anak Usia dini
Kemendikbud Dirjen PIAUDNI (2012:16-17), program kegiatan
bermain pada pendidikan anak usia dini memiliki sejumlah fungsi,
yaitu;
1) Untuk mengembangkan seluruh kemampuan yang dimiliki
anak sesuai dengan tahap perkembangannya
2) Mengenalkan anak dengan dunia sekitar
3) Mengembangkan sosialisasi anak
4) Mengenalkan peraturan dan menanamkan displin pada anak
5) Memberikan kesmpatan kepada anak untuk menikmati masa
bermainnya.
Berdasarkan tujuan pendidikan anak usia dini dapat ditelaah
beberapa fungsi program stimulasi edukasi menurut dirjen PAUDNI
yaitu:
31
Berperan dalam membantuu anak melakkukan penyesuai diri
dengan berbagai kondisi serta menyesuaikan diri dengan
keadaan dalam dirinya
2) Fungsi Sosialisasi
Berperan dalam membantu anak agar memiliki
ketrampilan-ketrampilan sosial yang berguna dalam pergaulan dan kehidpan
sehari-hari dimana ia berada.
3) Fungsi Pengembangan
Berkaitan dengan pengembangan berbagai potensi yang
dimiliki anak
4) Fungsi Bermain
Berkaitan dengan pemberian kesempatan pada anak untuk
bermain karena pada hakikatnya bermain itu sendiri merupakan
hak anak sepanjang rentang kehidupannya
5) Fungsi Ekonomi
Pendidikan yang terencana pada anak merupakan investasi
jangka panjang yang dapat menguntungkan pada setiap rentang
perkembangan selanjutnya.
Dapat disimpulkan fungsi pendidikan anak usia dini adalah untuk
membantu anak beradaptasi denngan lingkungan, memiliki
ketrampilan sosial, sebagai tempat pengembangan diri, sebagai tempat
anak untuk bermain da sebagai investasi jangka panjang untuk masa
32
penerapan nilai-nilai karakter terhadap anak yang terintegrasi dalam
pembelajaran dan pembiasaan yang dilakukan sesuai dengan tahapan
usia anak.
B. Kajian Pustaka
1. Penelitian yang dilakukan oleh saudari A Hardini yang berjudul
Pendidikan Karakter Anak Usia Dini ( Studi Kasus; Kelompok Bermain
Pelangi Bangsa Pemalang) hasil penelitian menunjukkan implementasi
pendidikan karakter melalui kegiatan terprogam dan kegiatan
pembiasaan. Pembelajaran menggunakan metode sentra, cerita, bermain,
praktek langsung, dan bernyanyi. Media pembelajaran yang digunakan
pun bermacam-macam sesuai dengan kegiatan pada hari tersebut. Selain
kegiatan terprogram juga terdapat kegiatan pembiasaan yang meliputi
kegiatan rutin, kegiatan spontan, keteladanan, budaya, dan
pengkondisian. Nilia-nilai yang diajarkan meliputi nilai agama dan
moral, kesehatan, kejujuran, kedisplinan, bahasa, peduli lingkungan,
peduli sosial dan cinta tanah air. Implementasi pendidikan karakter
selalu mengalami kendala, antara lain tidak adanya RKH sebagai
pedoman pembelajaran, tidak adanya alat penilaian perkembangan
peserta didik, dan kurangnya kualitas pendidik. Faktor pendukungnya
antara lain sarana prasarana, pembiayaan, kurikulum, media, metode,
strategi dan materi, dan dukungan dari orang tua dan masyarakat.
Pendidikan sebaiknya diterapkan sejak dini karena pada anak usia dini
33
Pendidikan karakter pada anak usia dini dapat mengantarkan anak pada
matang dalam mengolah emosi. Kecerdasan emosi adalah bekal penting
dalam mempersiapkan anak usia dini dalam menyongsong masa depan
yang penuh dengan tantangan, baik secara akademis maupun dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara.
2. Penelitian yang dilakukan oleh saudari Nur Anisah yang berjudul
Pendidikan Karakter Dalam Perspektif Ki Hajar Dewantara, hasil
penelitian ini adalah penulis Ki Hajar Dewantara seorang pejuang yang
dihormati rakyat dan disegani musuh, karena memiliki pengetahuan
yang luas dan keunikan berfikir dimana Ki Hajar Dewantara
memberikan harapan bagi kaum bawah untuk dapat mengeyam
pendidikan serta semangat kebangsaan yang beraliran kebudayaan pada
konsep pendidikannya. Konsep yang diusung Ki Hajar Dewantara
adalah sistem among, dimana pendidik memiliki peran sangat penting
yaitu sebagai teladan dan pembimbing bagi anak didiknya, sehingga
orang tua dan guru wajib untuk berperilaku baik dihadapan anak
didiknya. Sebagaimana disampaikan di atas, perlu kiranya penulis
memberikan sumbangsih berupa saran-saran antara lain, konsep
pemikiran Ki Hajar Dewantara memiliki konsep tujuan yang relevan
diterapkan dalam pendidikan karakter hingga saat ini.
3. Penelitian yang dilakukan oleh saudari Siti Astuti yang berjudul
Pendidikan Karakter di Madrasah Ibtidaiyah Kalibening Kecamatan
34
karakter di MI Asas Islam Kalibening yaitu pendidikan yang diharapkan
anak itu mempunyai identitas mengenai tingkah laku supaya anak
mengerti dan merubah tingkah lakunya dari yang tidak baik menjadi
baik serta menyeimbangkan antara ranah efektif dan psikomotoriknya.
Tujuan pendidikan karakter yaitu mengetahui potensi yang dimiliki anak
didik. Metode yang digunakan dalam pelaksanaan pendidikan karakter
di MI Asas Islam yaitu metode keteladanan dan pembiasaan. Metode
keteladanan sangat sesuai dengan usia peserta didik di MI, apalagi untuk
peserta didik kelas rendah, mereka cenderung meniru apa yang
dilakukan oleh orang yang ia lihat dan sulit membedakan perilaku yang
pantas dan tidak pantas ditiru. Metode pembiasaan dilakukan setiap hari
yaitu diantaranya dengan membiasakan membaca surat-surat pendek,
asmaul husna sebelum KBM dan membiasakan shalat dhuhur
berjamaah. Hambatan yang di hadapi dalam menerapkan pendidikan
karakter sangat beraneka ragam bisa dari lingkungan keluarga, peserta
didik sendiri pengaruh teknologi, dan tenaga pendidik itu sendiri. Tetapi
yang perlu di ingat bahwa setiap ada kesulitan pasti ada kemudahan,
setiap ada hambatan pasti ada solusi yang dapat ditempuh untuk
35 BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
kualitatif yaitu metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat
postpositivisme. Metode ini digunakan untuk meneliti pada kondisi objek
alamiah (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah
instrument kunci. Teknik pengumpulan data dilakukan secara triagulasi
(gabungan). Analasis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian
kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi. (Sugiyono, 2011:
9).
Jenis penelitian yang peneliti adakan adalah penelitian deskriptif kualitatif.
Moleong menguraikan sebagaimana dikutip oleh Kirk dan Miller bahwa
penelitian kualitatif merupakan tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial
(social sciene) yang secara fundamental bergantung pada pengamatan
manusia dalam kawasannya sendiri berkenaan dengan orang-orang tersebut
dalam bahasanya dan dalam peristilahnya (Moleong, 2002: 3).
Melihat uraian tersebut, maka peneliti berusaha mengkaji satu persatu data
yang di dapat kemudian mendiskripsikan data tersebut secara sinergis sesuai
di lapangan, serta tetap berkesinambungan berdasarkan proses penelitian yang
36 B. Lokasi dan Waktu Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Dalam penelitian yang diadakan ini, berlokasi di PAUD Mekar Sari. Jl. A.
Sae‟an, Dusun Krajan Bawah Rt 01/01, Kelurahan Gondoriyo Kecamatan
Jambu Kabupaten Semarang.
2. Waktu Penelitian
Waktu penelitian dilaksanakan dari tanggal 8 Januari 2018 sampai dengan
5 April 2018
C. Sumber Data
Secara umum data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan
sekunder.
1. Data primer (primary data) yaitu data yang dikumpulkan sendiri oleh
peneliti secara langsung dan informasi di lapangan melalui wawancara
dan observasi. Berkaitan dengan hal tersebut, wawancara kepala
sekolah guru-guru dan TU.
2. Data sekunder (secondary data) yaitu data yang diperoleh secara tidak
langsung dari informan di lapangan sepert dokumen dan sebagainya.
Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini adalah data yang
berhubungan dengan surat-surat resmi, buku, karya tulis, arsip.
Data yang ingin diperoleh antara lain izin pendirian pendidikan anak usia
dini, struktur organisasi, visi misi, tujuan lembanga, buku inventaris, laporan
37
tambahan, tata tertib, metode pembelajaran, penanggung jawab, guru,
karyawan, kurikulum, RRPH, RKH.
D. Prosedur Pengumpulan Data
Teknik dalam pengumpulan data dan instrument penelitian yang peneliti
gunakan adalah:
1. Wawancara
Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti
ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan
yang harus diteliti, dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari
responden yang lebih mendalam dan jumlah respondennya sedikit atau
kecil (Sugiyono, 2011: 137). Wawancara akan dilakukan kepada kepala
sekolah, wali murid dan guru.
2. Observasi
Observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang
tersusun dari berbagai poses biologis dan psikologis. Dua diantara yang
terpenting adalah proses-proses pengamatan dan ingatan yang dikemukan
oleh Sutrisno Hadi (1986) di dalam buku (Sugiyono, 2011: 145).
Observasi yang akan dilakukan di lapangan menggunakan catatan
lapangan dan catatan observasi yang dicatat menggunakan kode.
3. Dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang
berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prestasi, notulen
rapat, agenda dan sebagainya (Arikunto, 2010: 36). Dokumentasi yang
38 E. Analisis Data
Miles dan Huberman mengumukakan bahwa aktivitas dalam menganalisa
data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus
menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh (Sugiono, 2012:246).
Berpandangan bahwa analisa terdiri dari tiga alur kegiatan yang terjadi
bersama yaitu pengumpulan data, reduksi data, penyajian data dan penarikan
kesimpulan.
1. Pengumpulan Data
Pengumpulan data merupakan bagian integral dari kegiatan analisis data.
Kegiatan pengumpulan data pada penelitian ini adalah menggunakan
dokumentasi, wawancara, dan observasi.
2. Reduksi Data
Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian
pada penyederhanaan dan transformasi darta kasar yang muncul dari
catatan-catatan yang tertulis di lapangan. Cerita apa yang berkembang,
semua itu merupakan pilihan analisis yang menunjukkan menggolongkan,
mengarahkan, dan membuang yang tidak perlu dan mengorganisasi data
dengan cara sedemikian rupa hingga kesimpulan finalnya dapat ditarik
kesimpulan dan diverifikasi.
3. Penyajian Data
Alur penting ketiga dari kegiatan analisis adalah penyajian data.
39
memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan
pengambilan tindakan.
4. Penarikan Kesimpulan
Proses analisi data akan dimulai dengan menelaah seluruh data yang
tersedia dari berbagai sumber, yaitu wawancara, observasi, dan
dokumentasi. Data yang sudah terkumpul kemudian dianalisis tahap
pertama yaitu dengan reduksi data. Pada tahap ini data akan dipilih yang
penting dan akan dibuang yang tidak dipakai. Setelah tahap pertama, data
akan disajikan dalam berbagai bentuk dan dikelompokkan sehingga dapat
ditemukan suatu struktur dan keterkaitan antar data. Dengan langkah
terakhir yaitu penarikan kesimpulan atau verifikasi.Yaitu penarikan
kesimpulan dari semua data dan pengecekan keabsahan data.
F. Pengecekan Keabsahan
Penelitian ini menggunakan triangulasi. Menurut Moleong triangulasi
adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang
lain diluar data itu, untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding
terhadap data itu (Moleong, 2011:330). Dengan demikian terdapat dua
triagulasi yaitu:
1. Triangulasi Sumber
Triagulasi sumber dilakukan dengan cara mengecek data yang telah
diperoleh melalui beberapa sumber. Data dari beberapa sumber
tersebut dideskripsikan, dikategorikan, mana pandangan yang sama,
40
telah dianalisis oleh peneliti sehingga menghasilkan suatu kesimpulan
selanjutnya dimintakan kesepakatan (memberi chek) dengan tiga
sumber tersebut (Sugiyono, 2013:127).
Teknik ini bertujuan untuk mengetahui keabsahan penelitian melalui
wawancara langsung kepada kepala sekolah, wali murid dan guru.
2. Triangulasi Metode
Triangulasi teknik untuk menguji kredibilitas data yang dilakukan
dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik
yang berbeda. Misalnya data diperoleh dengan wawancara, lalu dicek
dengan test, dan dokumentasi. Bila dengan ketiga teknik penguji
tersebut menghasilkan data yang berbeda-beda maka peneliti
melakukan diskusi lebih lanjut kepada sumber data yang bersangkutan
atau yang lain. Untuk memastikan data mana yang dianggap benar.
Atau mungkin semuanya benar. Karena sudut pandangnya
berbeda-beda (sugiyono, 2013:127).
Teknik ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan
sumber-sumber penelitian, yang sebelumnya sudah dilakukan wawancara,
41 BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Peneletian
1. Profil PAUD Mekar Sari
Nama Lembaga : PAUD Mekar Sari Gondoriyo
Program Pendidikan : Kelompok Bermain
Pengelola : Tri Ismiyati, S.Pd
Berdiri Tanggal : 3 Juli 2008
Penyelenggara : TP PKK Kelurahan Gondoriyo
Alamat : Jl. A. Saen Rt 01/01 Krajan Bawah
Kelurahan Gondoriyo, Kecamatan Jambu
NPSN : 6978872
No Izin Operasional : 090.d tahun 2016
2. Visi Misi
Visi
Mewujudkan anak usia dini yang beriman dan bertaqwa, cerdas, ceria,
dan berakhlak mulia
Misi
a. Menyediakan layanan PAUD yang bermutu sesuai tahap
perkembangan anak
b. Membentuk karakter, berkepribadian dan mandiri
c. Memahami diri sendiri, orang lain dan lingkungan
42 3. Struktur Organisasi
Gambar 4.1. Struktur Organisasi PAUD Mekar Sari Gondoriyo
Sumber: Data dari sekolah PAUD Mekar Sari Penanggung Jawab
Lurah Gondoriyo
Pembina
UPTD Pendidikan Kec. Jambu
Penyelenggara
TP PKK Kelurahan Gondoriyo
Ketua Pengelola Tri Ismiyati, S.Pd
Sekretaris Anik Susanti, S.H
Bendahara Lu‟lu‟il Maknunah
Pendidik 1. Tri Ismiyati, S.Pd 2. Anik Susanti, S.H
3. Lu‟lu‟il Maknunah
Seksi Humas 1. Perangkat Kelurahan 2. Ketua RW 01-06 3. KPO (Kelompok
43
tahun berjumlah 25 anak, jumlah keseluruhan 36 anak.
44 f. Membaca huruf hijaiyah
g. Pembiasaan sholat
h. Pembiasaan baca surat pendek Al Qur‟an
i. Mengembangkan kreativitas seni
j. Penanaman cinta tanah air
k. Senam kebugaran jasmani
l. Budayakan 3S (Senyum, Sapa, Salam)
7. Sarana dan Prasarana
a. Memiliki gedung sendiri dengan ijin operasional dari Dinas
Pendidikan Kabupaten Semarang
b. Tersedia APE Outdoor dan APE Indoor
c. Guru sudah mengikuti magang dan pelatihan serta kualifikasi
pendidikan guru PAUD
d. Ada tempat kamar mandi dan Gedung berpagar
e. Lingkungan aman
8. Temuan Penelitian
Adapun hasil temuan penelitian yang didapat mengenai
implementasi pendidikan karakter anak usia dini di PAUD Mekar Sari,
antara lain:
a. Pendidikan Karakter Anak Usia Dini
Pendidikan karakter anak usia dini adalah pendidikan yang
45
menjadi generasi yang unggul. Seperti yang dikemukakan di
bawah ini;
Menurut ibu T (wawancara, 2 April 2018) ”pendidikan karakter anak usia dini adalah pendidikan yang merangsang tentang perilaku, budi pekerti, berakhlak mulia agar menjadi generasi yang unggul”.
Hal ini berbeda degan ibu L (wawancara, 2 April 2018), “pendidikan karakter anak usia dini adalah perubahan nilai -nilai yang diajarkan kepada anak agar lebih tahu tentang norma-norma yang ada, seperti sopan, santun, disiplin, tanggung jawab, jujur dan sabar”.
Sedangkan pendapat ibu A tentang pendidikan karakter anak usia dini “nilai-nilai yang diajarkan oleh orang dewasa kepada anak usia dini, yang duajarkan antara lain nilai sopan, santun, sabar, tanggung jawab, jujur” (wawancara, 2 April 2018).
Pendapat dari ibu L sama dengan ibu A, tentang pendidikan
karakter anak usia dini mengarah kepada nilai-nilai yang
diajarkan oleh orang dewasa kepada anak-anak, tentang nilai
sopan, santun, jujur, disipin, tanggung jawab, sabar. Pendidikan
karakter untuk anak usia dini sangat dibutuhkan karena
nilai-nilai dalam pendidikan karakter akan digunakan di masa depan.
Dapat disimpulkan dari hail wawancara hari Senin, 2 April
2018 bahwa pendidikan karakter anak usia dini adalah
pendidikan yang diajarkan oleh orang dewasa kepada anak usia
dini tentang perilaku, budi pekerti, berakhlak mulia agar
menjadi generasi yang unggul dengan mengajarkan tentang nilai
46 b. Metode Pembelajaran
Pendidikan anak usia dini tidak sama dengan pendidikan
sekolah dasar, maka metode pembelajaran yang dilakukan di
dalam kelas sangat bervariasi agar anak tertarik dan senang.
Metode pembelajaran di lembaga anak usia dini antara lain
metode pembiasaan, keteladanan, karyawisata dan metode
cerita.
Lembaga PAUD Mekar Sari menggunakan semua metode
pembelajaran untuk mengimplementasikan pendidikan karakter
seperti yang disampaikan oleh ibu L, A dan T dalam
wawancara,
Ibu L mengatakan:
”Metode pembelajaran yang saya gunakan di dalam kelas kadang memutarkan film tentang kedispilinan, kalau ketika pembelajaran saya ajak bercerita, tapi tetap membiasakan anak-anak untuk duduk yang rapi, dikondisikan dulu seperti biasa” (wawancara, 2 April 2018).
Ibu T mengatakan :