BAB III METODE PENELITIAN
C. Sumber Data
D. Prosedur Pengumpulan Data
E. Analisis Data
F. Pengecekan Keabsahan
BAB IV PAPARAN DAN ANALISIS DATA
A. Paparan Data
B. Analisis Data
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
14 BAB II
KAJIAN PUSTAKA A. Landasan teori
1. Pendidikan Karakter
a. Pengertian Pendidikan Karakter
Pendidikan merupakan terjemahan dari education, yang kata
dasarnya educate atau bahasa Latinnya educo. Educo berarti
mengembangkan dari dalam, mendidik, melaksanakan hukum
kegunaan (Sutrisno, 2011: 3).
Mansur berpendapat bahwa pendidikan merupakan upaya manusia
dewasa membimbing kepada yang belum dewasa untuk mencapai
kedewasaan (Mansur, 2009: 84).
Undang-Undang No 20 Tahun 2003 tetang Sistem Pendidikan
Nasional disebutkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan
terancana untuk meuwjudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memilki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian
diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang
diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.
Pendidikan karakter adalah upaya yang disengaja untuk membantu
memahami manusia, peduli dan inti atas nilai-nilai etis/susila (Heri,
15
Menurut bahasa (estimologis) istilah karakter berasal dari bahasa
Latin kharakter, kharassaein, dan khara, dalam bahasa Yunani
character dari kata charassein, yang berarti membuat tajam dan
membuat dalam.. Dalam bahasa Inggris character dan dalam bahasa
Indonesia lazim digunakan dengan istilah karakter ( Heri, 2012: 1).
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Pusat Bahasa Departemen
Pendidikan Nasional kata karakter berarti sifat-sifat kejiwaan, akhlak
atau budi pekerti yang membedakan seseorang dengan yang lain, atau
bermakna bawaan, hati, jiwa, kepribadian, budi pekerti, perilaku,
persoalanalitas, sifat, tabiat, temperamen, watak. Individu yang
berkarakter baik atau unggul adalah seseorang yang berusaha
melakukan hal-hal yang terbaik terhadap Tuhan Yang Maha Esa,
dirinya, sesame, lingkungan, bangsa dan Negara serta dunia
inteernasional pada umumnya dengan mengoptimalkan potensi
(pengetahuan) dirinya dan disertai dengan kesadaran, emosi dan
motivasinya/perasaannya (Heri, 2012: 2).
Karakter adalah keadaan asli yang ada dalam diri individu
seseorang yang membedakan antara dirinya denngan orang lain.
Karakter mulia berarti individu memiliki pengetahuan tentang potensi
dirinya, yang ditandai dengan nilai-bilai seperti reflektif, percaya diri,
rasional, logis, kritis, analisis, kreatif dan inovatif, mandiri, hidup
16
berkorban, pemberani, dapat dipercaya, jujur, menepati janji, adil,
rendah hati, dan nilai-nilai lainnya.
Sebagai identitas atau jati diri suatu bangsa, karakter merupakan
nilai dasar perilaku yang menjadi acuan tata nilai interaksi antar
manusia. Secara universal berbagai karakter dirumuskan sebagai nilai
hidup bersama berdasarkan atas pilar kedamaian, menghargai,
kerjasama, kebebasan, kebahagiaan, kejujuran, kerendahan hati, kasih
sayang, tanggung jawab, kesederhanaan, toleransi, dan persatuan.
Karakter dipengaruhi oleh hereditas. Perilaku seorang anak tidak
jauh dari perilaku ayah atau ibunya. Kecuali itu lingkungan, baik
lingkungan sosial maupun lingkaran alam ikut membentuk karakter.
Pendidikan karakter adalah sebuah usaha untuk mendidik anak
-anak agar dapat mengambil keputusan dengan bijak dan
mempraktikkannya dalam kehidupan sehari - hari, sehingga mereka
dapat memberikan kontribusi yang positif kepada lingkungannya
(Megawangi, 2004: 95).
Sementara itu menurut Fakry Ghafar, pendidikan karakter adalah
sebuah proses transformasi nilai-nilai kehidupan untuk
ditumbuhkembangkan dalam kepribadian seseorang sehingga
menjadi salah satu dalam perilaku kehidupan orang itu, terdapat tiga
ide pikiran penting antara lain proses transformasi nilai-nilai,
ditumbuhkembangkan dalam kepribadian, menjadi satu dalam
17
Pendidikan karakter adalah hal positif apa saja yang dilakukan oleh
guru dan berpengaruh kepada karakter siswa yang diajarnya
pendidikan karakter adalah upaya sadar dan sungguh-sungguh dari
seorang guru untuk mengajarkan nilai-nilai kepada para siswanya
(Muchlas, 2014: 43).
Menurut Megawangi karakter anak dipengaruhi 5 faktor, yaitu:
1) Temperamen dasar (dominan, intim, stabil, cermat)
2) Keyakinan (apa yang dipercayai, paradigma)
3) Pendidikan (apa yang diketahui, wawasan anak)
4) Motivasi hidup (apa yang dirasakan, semangat hidup)
5) Perjalanan atau pengalaman, yaitu apa yang telah dialami oleh
anak, masa lalu anak, pola asuh dan lingkungan di sekitar anak.
Karakter yang dipercaya menurut Megawangi dapat membawa
keberhasilan dan harus ditanamkan pada anak (Wibowo, 2013: 71),
yaitu:
1) Empati, yaitu mengasihi sesame seperti diri sendiri
2) Tahan uji, yaitu tetap tabah dan ambi hikmah kehidupan serta
bersyukur dalam keadaan apapun
3) Beriman kepada Tuhan
Penanaman pendidikan karakter sejak dini akan menjadikan anak
lebih tangguh, kreatif, mandiri, dan bertanggung jawab, serta
memiliki kepribadian maupun akhlak yang baik. Anak yang sejak
18
berkembang dengan optimal sebagaimana potensi yang diberikan
oleh Tuhan Yang Maha Esa.
Penanaman pendidikan karakter untuk anak usia dini sangat
penting karena akan mempengaruhi di masa depannya kelak.
Karakter anak usia dini dilakukan secara terus menerus dalam
kegiatan sehari-hari. Kegiatan yang dilakukan untuk menanamkan
karakter untuk anak usia dini adalah kegiatan yang positif. Kegiatan
pembelajaran yang dilakukan oleh pihak lembaga sekolah maupun
keluarga dan masyarakat. Kegiatan yang positif untuk anak usia dini
antara lain memberikan motivasi bagi anak untuk melakukan
kejujuran, tolong menolong, saling menghargai.
b. Landasan Pendidikan Karakter di Indonesia
Pelaksanaan pendidikan karakter di Indonesia terdapat
landasan-landasan yang dapat dijadikan rujukan. Landasan-landasan-landasan ini agar
pendidikan karakter yang diajarkan, tidak menyimpang dari jati diri
masyarakat Indonesia.
Pendidikan karakter di Indonesia didasarkan pada Sembilan pilar
karakter dasar (Zubaedi, 2011: 72), meliputi:
1) Cinta kepada Allah dan semesta beserta isinya
2) Tanggung jawab, disiplin dan mandiri
3) Jujur
4) Hormat dan santun
19
6) Percaya diri, kreatif, kerja keras, dan pantang menyerah
7) Keadilan dan kepempinan
8) Baik dan rendah hati
9) Toleransi, cinta damai, dan persatuan
Kesembilan pilar tersebut dikembangkan dan saling terkait dengan
landasan pendidikan karakter di Indonesia. Landasan berfungsi
sebagai titik acuan, sedangkan pilar dasar tersebut dijadikan nilai
dalam pelaksanaannya. Berikut merupakan landasan-landasan dalam
melaksanakan dan mengembangkan pendidikan karakter di Indonesia
(Zubaedi, 2011: 73), antara lain:
1) Agama
Agama merupakan sumber kebaikan. Oleh karenanya,
pendidikan karakter harus dilaksanakan berdarkan nilai-nilai
ajaran agama. Agama merupakan landasan yang pertama dan
utama dalam mengembangkan pendidikan karakter di
Indonesia, khususnya pada lembaga pendidikan anak usia dini.
2) Pancasila
Negara Kesatuan Republik Indonesia ditegakkan atas
prinsip-prinsip kehidupan kebangsaan dan kenegaraan. Pancasila
merupakan dasar Negara Indonesia yang menjadi acuan dalam
melaksanakan setiap roda pemeintahan. Pancasila yang
susunannya tercantum dalam pembukaan UUD 1945, nilai-nilai
20
mengatur kehidupan politik, hukum, ekonomi, kemasyarakatan,
budaya dan seni. Konteks pendidikan karakter yang dimaksud
untuk mempersiapkan peserta didik menjadi warga Negara
yang lebih baik, yaitu warga Negara yang memiliki
kemampuan, kemauan, dan menerapkan nilai-nilai Pancasila
dalam kehidupan sebagai warga Negara.
3) Budaya
Indonesia adalah salah satu negara yang memiliki
keanekaragaman budaya. Oleh karena itu, budaya yang ada di
Indonesia harus menjadi sumber nilai dalam pendidikan
karakter bangsa. Hal ini dimaksudkan supaya pendidikan yang
ada tidak tercabut dari akar budaya bangsa Indonesia.
4) Tujuan Pendidikan Nasional
Rumusan pendidikan nasional secara keseluruhan telah diatur
dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Dalam pendidikan
karakter, landasan ini tidak boleh terlupakan, meskipun itu
pada anak usia dini. Pendidikan karakter harus disesuaikan
dengan tujuan pendidikan nasional. Oleh karena itu, nilai-nilai
pendidikan karate yang dikembangkan harus terintegrasikan
dengan tujuan pendidikan nasional.
Penanaman nilai karakter untuk anak usia dini harus melalui
21
menanamkan nilai karakter. Karena, dari pembelajaran trial and eror
maka akan berdampak berbahaya di masa yang akan datang.
c. Nilai-nilai Pendidikan Karakter Anak Usia Dini
Nilai karakter bagi anak yang diadaptasi seperlunya
(Kemendiknas, 2010: 9-10), yaitu religius, jujur, toleransi, dispilin,
kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat
kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabat
/komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan,
peduli sosial, tanggung jawab, mandiri, kreatif, berani mengambil
resiko, berorientasi pada tindakan, kepempinan, inovatif, pantang
menyerah, komitmen
Dalam Permendikbud tahun 2014 nomor 146 lampiran I
Kompetensi Inti 2 menyebutkan kompetensi PAUD antara lain
memiliki hidup sehat, rasa ingin tahu, kreatif dan estetis, percaya diri,
disiplin, mandiri, peduli, mampu menghargai dan toleran kepada
orang lain, mampu menyesuaikan diri, tanggung jawab, jujur, rendah
hati, dan santun dalam berinteraksi dengan keluarga, pendidik dan
teman.
Nilai-nilai pendidikan karakter dalam pembelajaran anak usia dini
antara lain religius, jujur, toleransi, diplin, kerja keras, kreatif,
mansiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta
22
gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, dan tanggung
jawab (Fadlillah, 2012: 190-205).
Nilai- nilai pendidikan karakter untuk anak usia dini ini yang
menjadi acuan pendidik dalam menanamkan nilai karakter anak di
lembaga-lembaga. Walaupun terlihat begitu banyak nilai-nilai
karakter untuk anak, namun lembaga pendidikan anak usia dini sudah
siap dalam memberikan pembelajaran dengan cara dan metode yang
berbeda-beda.
d. Ragam Metode Pembelajaran Pendidikan Karakter Anak Usia Dini
Metode pembelajaran adalah seluruh perencanaan dan prosedur
maupun langkah-langkah kegiatan pembelajaran termasuk pilihan
cara penilaian yang akan dilaksanakan. Metode pembelajaran dapat
dianggap sebagai sesuatu prosedur atau proses yang teratur (Suyono,
2011: 19).
Terdapat empat metode dalam memperkenalkan pendidikan
karakter pada anak usia dini (Fadlillah , 2012: 166-188), antara lain:
1) Metode Keteladanan
Metode keteladanan adalah metode influitif yang paling
menyakinkan keberhasilannya dalam mempersiapkan dan
23 2) Metode Pembiasaaan
Metode pembiasaan adalah suatu cara yang dapat dilakukan
untuk membiasakan anak berpikir, bersikap, bertindak sesuai
dengan ajaran agama Islam.
3) Metode Bercerita
Cerita adalah salah satu cara untuk menarik perhatian anak.
Metode bercerita ialah suatu cara menyampaikan materi
pembelajaran melalui kisah-kisah atau cerita yang dapat
menarik perhatian peserta didik.
4) Metode karyawisata
Karyawisata sebagai metode pengajaran memberikan
kesempatan kepada anak untuk mengamati. Dengan cara
tersebut anak akan mendengar, merasakan, melihat dan
melakukan.
Metode-metode inilah yang digunakan untuk menanamkan nilai
karakter anak usia dini, karena dengan beragam metode yang
digunakan maka anak akan tertarik dan tujuan pendidik menanamkan
nilai-nilai karakter anak akan tercapai.
e. Indikator pencapaian perkembangan karakter anak usia dini
Permendikbud No 146 tahun 2014 tentang indikator pencapaian
24
1) Indikator pencapaian perkembangan anak adalah penanda
perkembangan yang spesifik dan terukur untuk memantau/menilai
perkembangan anak pada usia tertentu.
2) Indikator pencapaian perkembangan anak merupakan
kontinum/rentang perkembangan anak sejak lahir sampai dengan
usia 6 tahun.
3) Indikator pencapaian perkembangan anak berfungsi untuk
memantau perkembangan anak dan bukan untuk digunakan secara
langsung baik sebagai bahan ajar maupun kegiatan pembelajaran.
4) Indikator pencapaian perkembangan anak dirumuskan
berdasarkan Kompetensi Dasar (KD).
5) Kompetensi Dasar (KD) dirumuskan berdasarkan Kompetensi Inti
(KI).
6) Kompetensi Inti (KI) merupakan gambaran pencapaian Standar
Tingkat Pencapaian Perkembangan Anak pada akhir layanan
PAUD usia enam tahun yang dirumuskan secara terpadu dalam
bentuk KI Sikap Spiritual, KI Sikap Sosial, KI Pengetahuan, dan
KI Keterampilan.
7) Indikator pencapaian perkembangan anak untuk KD pada KI
Sikap Spiritual dan KD pada KI Sikap Sosial tidak dirumuskan
secara tersendiri. Pembelajaran untuk mencapai KD-KD ini
dilakukan secara tidak langsung, tetapi melalui pembelajaran untuk
25
lain, sikap positif anak akan terbentuk ketika dia memiliki
pengetahuan dan mewujudkan pengetahuan itu dalam bentuk hasil
karya dan/atau unjuk kerja.
8) Indikator pencapaian perkembangan anak untuk KD pada
pengetahuan dan KD pada keterampilan merupakan satu kesatuan
karena pengetahuan dan keterampilan merupakan dua hal yang
saling berinteraksi.
9) Indikator pencapaian perkembangan anak disusun berdasarkan
kelompok usia sebagai berikut:
a) lahir sampai dengan usia 3 bulan;
b) usia 3 bulan sampai dengan usia 6 bulan;
c) usia 6 bulan sampai dengan usia 9 bulan;
d) usia 9 bulan sampai dengan usia 12 bulan;
e) usia 12 bulan sampai dengan usia 18 bulan;
f) usia 18 bulan sampai dengan usia 2 tahun;
g) usia 2 tahun sampai dengan usia 3 tahun;
h) usia 3 tahun sampai dengan usia 4 tahun;
i) usia 4 tahun sampai dengan usia 5 tahun; dan
j) usia 5 tahun sampai dengan usia 6 tahun
Indikator pencapaian perkembangan anak untuk KD pada KI Sikap
Spiritual dan KD pada KI Sikap Sosial tidak dirumuskan secara
tersendiri. Pembelajaran untuk mencapai KD-KD ini dilakukan secara
26
pada KI Pengetahuan dan KI Keterampilan, serta melalui pembiasaan
dan keteladanan. Dengan kata lain, sikap positif anak akan terbentuk
ketika dia memiliki pengetahuan dan mewujudkan pengetahuan itu
dalam bentuk hasil karya dan/atau unjuk kerja. Contoh sikap positif itu
adalah perilaku hidup sehat, jujur, tanggung jawab, peduli, kreatif,
kritis, percaya diri, disiplin, mandiri, mampu bekerja sama, mampu
menyesuaikan diri dan santun.
Indikator Kompetensi Dasar dalam Kompetensi Inti 2 di dalam
Permendikbud Nomor 146 Tahun 2014, antara lain:
a. Memiliki perilaku yang mencerminkan hidup sehat
b. Memiliki perilaku yang mencerminkan sikap ingin tahu
c. Memiliki perilaku yang mencerminkan sikap kreatif
d. Memiliki perilaku yang mencerminkan sikap estetis
e. Memiliki perilaku yang mencerminkan sikap percaya diri
f. Memiliki perilaku yang mencerminkan sikap taat terhadap
aturan sehari-hari untuk melatih kedisiplinan
g. Memiliki perilaku yang mencerminkan sikap sabar (mau
menunggu giliran, mau mendengar ketika orang lain berbicara)
untuk melatih kedisiplinan
h. Memiliki perilaku yang mencerminkan kemandirian
i. Memiliki perilaku yang mencerminkan sikap peduli dan mau
27
j. Memiliki perilaku yang mencerminkan sikap menghargai dan
toleran kepada orang lain
k. Memiliki perilaku yang dapat menyesuaikan diri
l. Memiliki perilaku yang mencerminkan sikap tanggungjawab
m. Memiliki perilaku yang mencerminkan sikap jujur
n. Memiliki perilaku yang mencerminkan sikap rendah hati dan
santun kepada orang tua, pendidik, dan teman.
Indikator yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah
Indikator Kompetensi Dasar dalam Kompetensi Inti 2 di dalam
Permendikbud Nomor 146 Tahun 2014, yang akan melihat perilaku
yang mencerminkan hidup sehat, sikap ingin tahu, sikap kreatif, sikap
estetis, sikap percaya diri, sikap taat aturan sehari-hari, sikap sabar,
kemandirian, sikap peduli, sikap menghargai, sikap menyesuaikan diri,
sikap tanggung jawab, sikap jujur, dan sikap rendah hati.
2. Pendidikan Anak Usia Dini
a. Pengertian Anak Usia Dini
Pandangan agama Islam anak merupakan amanah (titipan) Allah
SWT yang harus dijaga, dirawat, dan dipelihara dengan
sebaik-baiknya oleh setiap orang tua. Islam memerintahkan untuk selalu
memberikan pendidikan kepada anak, sebagai upaya pengembangan
potensinya.
Pendidikan anak usia dini merupaan salah satu upaya untuk
28
berkembang dengan optimal. Sebagaimana disebutkan dalam UU
Sisdiknas No 20 tahun 2003 yang menyebutkan bahwa pendidikan
anak usia dini merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukkan
kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang
dilakukann melalui pemberian rangsangann pendidikan untuk
membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan ruhani agar
anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.
Masa-masa keemasan seorang anak (golden age ) yaitu masa ketika
anak mempunyai banyak potensi yang sangat baik untuk
dikembangkan. Pada tahap inilah, waktu yang sangat tepat untuk
menanamkan nilai-nilai karakter yang nantinya diharapkan akan
dapat membentuk kepribadiannya.
Pendidikan anak usia dini sangat penting karena masa itu
b. Tujuan Pendidikan Anak Usia Dini
Kemendikbud Dirjen PAUDNI (2012:15-16) secara umum tujuan
Pendidikan Anak Usia Dini adalah mengembangkan berbagai potensi
anak sejak dini sebagai persiapan untuk hidup dan dapat
menyesuaikan diri dengan lingkungannya, sedangkan menurut
Kemendikbud, tujuan pendidikan anak usia dini yang utama, adalah:
1) Menumbuhkembangkan pengetahuan, sikap dan keterampilan
agar mampu menolong diri sendiri, yaitu mandiri dan
bertanggung jawab terhadap diri sendiri seperti mampu
29
emosinya dan mampu membangun hubungan dengan orang
lain.
2) Melatakkan dasar-dasar tentang bagaimana seharusnya belajar.
Hal ini sesuai dengan perkembangan paradigma baru dunia
pendidikan melalui empat pilar pendidikan yang dicanangkan
oleh UNESCO yaitu learning to know, learning to do, learning
to live together yang implementasinya di pendidikan anak usia
dini melalui pendekatan (learning by playing), belajar yang
menyenangkan (joyful learning), serta menumbuhkembangkan
keterampilan hidup (life skills) sederhana mungkin.
Oleh karena itu,tujuan pendidikan anak usia dini adalah untuk
memberikan rangsangan kepada peserta didik sesuai usianya. Strategi
pembelajaran bagi anak usia dini berorientasi pada:
1) Tujuan yang mengarah pada tugas-tuugas perkembangan
disetiap rentang usia
2) Materi yang diberikan harus mengacu dan sesuai denngan
karakteristik dan kebutuhan yang sesuai dengan perkembangan
anak
3) Metode yang dipilih seharusnya bervariasi sesuai dengan
tujuan kegiatan belajar dan mampu melibatkan anak secara
30
4) Media dan lingkungan bermain yang digunakan haruslah aman,
nyaman dan menimbulkan ketertarikan bagi anak dan perlu
adanya waktu yang cukup untuk bereksplorasi
5) Evaluasi yang terbaik dan dianjurkan untuk dilakukan adalah
rangkaian sebuah assement melalui observasi partisipatif
terhadap apa yang dilihat, didengar, dan diperbuat oleh anak.
3. Fungsi Pendidikan Anak Usia dini
Kemendikbud Dirjen PIAUDNI (2012:16-17), program kegiatan
bermain pada pendidikan anak usia dini memiliki sejumlah fungsi,
yaitu;
1) Untuk mengembangkan seluruh kemampuan yang dimiliki
anak sesuai dengan tahap perkembangannya
2) Mengenalkan anak dengan dunia sekitar
3) Mengembangkan sosialisasi anak
4) Mengenalkan peraturan dan menanamkan displin pada anak
5) Memberikan kesmpatan kepada anak untuk menikmati masa
bermainnya.
Berdasarkan tujuan pendidikan anak usia dini dapat ditelaah
beberapa fungsi program stimulasi edukasi menurut dirjen PAUDNI
yaitu:
31
Berperan dalam membantuu anak melakkukan penyesuai diri
dengan berbagai kondisi serta menyesuaikan diri dengan
keadaan dalam dirinya
2) Fungsi Sosialisasi
Berperan dalam membantu anak agar memiliki
ketrampilan-ketrampilan sosial yang berguna dalam pergaulan dan kehidpan
sehari-hari dimana ia berada.
3) Fungsi Pengembangan
Berkaitan dengan pengembangan berbagai potensi yang
dimiliki anak
4) Fungsi Bermain
Berkaitan dengan pemberian kesempatan pada anak untuk
bermain karena pada hakikatnya bermain itu sendiri merupakan
hak anak sepanjang rentang kehidupannya
5) Fungsi Ekonomi
Pendidikan yang terencana pada anak merupakan investasi
jangka panjang yang dapat menguntungkan pada setiap rentang
perkembangan selanjutnya.
Dapat disimpulkan fungsi pendidikan anak usia dini adalah untuk
membantu anak beradaptasi denngan lingkungan, memiliki
ketrampilan sosial, sebagai tempat pengembangan diri, sebagai tempat
anak untuk bermain da sebagai investasi jangka panjang untuk masa
32
penerapan nilai-nilai karakter terhadap anak yang terintegrasi dalam
pembelajaran dan pembiasaan yang dilakukan sesuai dengan tahapan
usia anak.
B. Kajian Pustaka
1. Penelitian yang dilakukan oleh saudari A Hardini yang berjudul
Pendidikan Karakter Anak Usia Dini ( Studi Kasus; Kelompok Bermain
Pelangi Bangsa Pemalang) hasil penelitian menunjukkan implementasi
pendidikan karakter melalui kegiatan terprogam dan kegiatan
pembiasaan. Pembelajaran menggunakan metode sentra, cerita, bermain,
praktek langsung, dan bernyanyi. Media pembelajaran yang digunakan
pun bermacam-macam sesuai dengan kegiatan pada hari tersebut. Selain
kegiatan terprogram juga terdapat kegiatan pembiasaan yang meliputi
kegiatan rutin, kegiatan spontan, keteladanan, budaya, dan
pengkondisian. Nilia-nilai yang diajarkan meliputi nilai agama dan
moral, kesehatan, kejujuran, kedisplinan, bahasa, peduli lingkungan,
peduli sosial dan cinta tanah air. Implementasi pendidikan karakter
selalu mengalami kendala, antara lain tidak adanya RKH sebagai
pedoman pembelajaran, tidak adanya alat penilaian perkembangan
peserta didik, dan kurangnya kualitas pendidik. Faktor pendukungnya
antara lain sarana prasarana, pembiayaan, kurikulum, media, metode,
strategi dan materi, dan dukungan dari orang tua dan masyarakat.
Pendidikan sebaiknya diterapkan sejak dini karena pada anak usia dini
33
Pendidikan karakter pada anak usia dini dapat mengantarkan anak pada
matang dalam mengolah emosi. Kecerdasan emosi adalah bekal penting
dalam mempersiapkan anak usia dini dalam menyongsong masa depan
yang penuh dengan tantangan, baik secara akademis maupun dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara.
2. Penelitian yang dilakukan oleh saudari Nur Anisah yang berjudul
Pendidikan Karakter Dalam Perspektif Ki Hajar Dewantara, hasil
penelitian ini adalah penulis Ki Hajar Dewantara seorang pejuang yang
dihormati rakyat dan disegani musuh, karena memiliki pengetahuan
yang luas dan keunikan berfikir dimana Ki Hajar Dewantara
memberikan harapan bagi kaum bawah untuk dapat mengeyam
pendidikan serta semangat kebangsaan yang beraliran kebudayaan pada
konsep pendidikannya. Konsep yang diusung Ki Hajar Dewantara
adalah sistem among, dimana pendidik memiliki peran sangat penting
yaitu sebagai teladan dan pembimbing bagi anak didiknya, sehingga
orang tua dan guru wajib untuk berperilaku baik dihadapan anak
didiknya. Sebagaimana disampaikan di atas, perlu kiranya penulis
memberikan sumbangsih berupa saran-saran antara lain, konsep
pemikiran Ki Hajar Dewantara memiliki konsep tujuan yang relevan
diterapkan dalam pendidikan karakter hingga saat ini.
3. Penelitian yang dilakukan oleh saudari Siti Astuti yang berjudul