• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.6 Hipotesis Penelitian

Faktor pendidikan, pekerjaan, pendapatan rumah tangga dan jumlah anggota pada rumah tangga berpengaruh positif dan signifikan terhadap ketahanan pangan rumah tangga miskin penerima Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) di Kecamatan Medan Belawan.

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian

Penentuan daerah penelitian dilakukan secara purposive (sengaja) di kecamatan Medan Belawan kota Medan. Dipilihnya Kecamatan ini dikarenakan memiliki jumla h penduduk miskin terbanyak dan rumah tangga terbanyak penerima manfaat bantuan sosial, berupa Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) sebesar 11.499 yang tersebar pada beberapa kelurahan di kecamatan Medan Belawan.

Tabel 3.1 Jumlah KK Penerima Bantuan Tertinggi di Kota Medan

No Kelurahan Jumlah Penerima Manfaat

Bantuan (Kepala Keluarga)

1 Medan Belawan 11.499

2 Medan Marelan 9877

3 Medan Labuhan 8452

4 Medan Deli 6511

5 Medan Tembung 4376

6 Medan Perjuangan 3209

Jumlah 43.924

Sumber : Kantor Walikota Medan 2020

3.2 Metode Penentuan Sampel

Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan metode penelusuran (Accidental Sampling), yaitu pengambilan sampel tidak ditetapkan lebih dahulu dimana penelit i langsung mengumpulkan data dari unit sampling yang memenuhi kriteria sampel.

31

Kriterianya adalah rumah tangga miskin penerima manfaat Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT). Data yang telah diperoleh dari penelusuran tersebut, kemudian akan dipilih lagi dengan menggunakan metode purposive sampling. Purposive sampling adalah suatu teknik pengambilan sampel dengan pertimbangan dan tujuan tertentu. Adapun sampel penelitian yang terpilih dianggap mampu memenuhi dan memberikan informas i sesuai kebutuhan dan tujuan penelitian (Taufik, 2016).

Menurut Sugiono (2011) dalam Taufik (2016), sampel adalah bagian dari populasi yang akan diteliti dan yang dianggap dapat menggambarkan populasi. Populasi dalam penelitian ini adalah rumah tangga penerima manfaat Bantuan Pangan Non Tunai dan Penentuan besarnya sampel dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode Slovin, dengan rumus:

n=

Dimana:

n = ukuran sampel

N = ukuran populasi Rumah Tangga Miskin di Kecamatan Medan Belawan e = kesalahan pengambilan sampel yang ditolerir, dalam hal ini 10%

Dengan demikian, besarnya sampel yang diperoleh sebanyak :

n =

n =

n =

n =

n

= 90,35

= 90 Rumah Tangga

Banyaknya sampel penduduk miskin yang diperoleh dengan metode slovin sebanyak 90 rumah tangga yang ada di Kecamatan Medan Belawan, kemudian akan dipilih dari 90 rumah tangga miskin yang terdiri dari 45 rumah tangga miskin penerima BPNT dan 45 rumah tangga miskin non penerima BPNT. Maka diharapkan besar sampel tersebut dapat mewakili populasi.

3.3 Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder.

Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari sumber informasi dengan menggunakan instrumen kuesioner dan wawancara. Sedangkan data sekunder diperoleh secara tidak langsung melalui pihak ketiga seperti, BPS Kota Medan, internet, dan instansi lain terkait.

3.4 Metode Analisis Data

Untuk identifikasi masalah 1 dianalisis dengan menggunakan metode kuantitatif yaitu dengan melihat pangsa ataupun presentase pengeluaran pangan terhadap total

pengeluaran rumah tangga miskin di daerah penelitian, dan dihitung dengan menggunakan formula :

PF =

Dimana:

PF = Pangsa atau persentase pengeluaran pangan (%) PP = Pengeluaran untuk belanja pangan (Rp/bulan) TP = Total pengeluaran (Rp/bulan)

(Agustina, 2015).

Apabila menggunakan indikator ekonomi, dengan kriteria apabila pangsa atau persentase pengeluaran pangan rendah (≤ 60% pengeluaran total) maka kelompok rumah tangga tersebut merupakan rumah tangga tahan pangan. Sementara itu apabila pangsa atau persentase pengeluaran pangan tinggi (> 60% pengeluaran total) maka kelompok rumah tangga tersebut merupakan rumah tangga rawan pangan (Purwantini, 2011).

Untuk identifikasi masalah 2 dianalisis dengan menggunakan model regresi linie r berganda untuk mengetahui pengaruh faktor-faktor (pendidikan ibu rumah tangga, pekerjaan KK, pendapatan rumah tangga, dan jumlah anggota keluarga) terhadap ketahanan pangan penerima Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) dengan menggunaka n pendekatan pangsa pengeluaran pangan pada rumah tangga miskin. Pengolahan data digunakan dengan menggunakan alat bantu software spss 20. Setelah data diolah

menggunakan spss 20, maka dilakukan interpretasi hasil. Dengan model persamaan sebagai berikut:

Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4+b5X5+ ɛ Keterangan :

Y = Ketahanan Pangan (Persentase).

a = Konstanta.

X1 = Pendidikan Ibu Rumah Tangga (Tahun).

X2 = Pekerjaan Kepala Keluarga (Nelayan (1), Non Nelayan (0), (D1).

X3 = Pendapatan Rumah Tangga (Rupiah).

X4 = Jumlah Anggota Keluarga (Orang).

X5 = Penerima Bantuan(1), Tidak Menerima Bantuan (0), (D2).

b1, b2, ... bi = Koefisien Regresi Untuk Masing-Masing Variabel . ɛ = Eror.

Dalam hal ini pengukuran ketahanan pangan diukur melalui metode perhitunga n persentase pengeluaran pangan dalam rumah tangga. Apabila persentase pengelua ra n pangan (≤ 60% pengeluaran total) maka kelompok rumah tangga tersebut dikategorikan kelompok rumah tangga tahan pangan dan sebaliknya Apabila persentase pengeluaran pangan (> 60% pengeluaran total) maka kelompok rumah

tangga tersebut dikategorikan kelompok rumah tangga rawan pangan (Agustina, 2015).

Hipotesis yang digunakan adalah:

H0 : Faktor pendidikan, pekerjaan, pendapatan rumah tangga dan jumlah anggota pada rumah tangga miskin tidak berpengaruh positif dan signifikan terhadap ketahanan pangan rumah tangga miskin penerima Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) di Kecamatan Medan Belawan.

H1 :Faktor pendidikan, pekerjaan, pendapatan rumah tangga dan jumlah anggota pada rumah tangga berpengaruh positif dan signifikan terhadap ketahanan pangan rumah tangga miskin penerima Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) di Kecamatan Medan Belawan.

3.5 Uji Asumsi Klasik

Sebelum dilakukan pengujian analisis regresi linier berganda untuk menguj hipotesis penelitian, maka model tersebut harus terlebih dahulu dilakukan pengujian asumsi klasik untuk memberikan kepastian bahwa persamaan regresi yang didapatkan memiliki ketepatan dalam estimasi, tidak bias dan konsisten. Pengujiaan asumsi klasik yang dilakukan, meliputi:

1. Uji Normalitas

Uji Normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi variableterika t dan variable bebas, keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah distribusi data normal atau mendekati normal. Uji Normalitas dapat diuji dengan menggunakan grafik Normal P-P of Regression Standardized Residual menggambarkan penyebaran data disekitar garis diagonal dan penyebarannya mengikuti arah garis diagonal grafik tersebut atau uji melalui Kolmogorov-Smirnov test (K-S). Uji K-S dilakukan dengan membuat hipotesis:

Ho = Data residual terdistribusi normal Ha = Data residual tidak terdistribusi normal

Dasar pengambilan keputusan dalam uji K-S adalah sebagai berikut:

Apabila probabilitas > dari 0,05 maka Ho d terima Apabila probabilitas < dari 0,05 maka Ho ditolak

2. Uji Multikolinieritas

Uji multikolinearitas dimaksudkan untuk menghindari adanya hubungan yang linear antar variabel bebas atau korelasi antar variabel bebas. Untuk menguji multikolinierita s dengan cara melihat nilai VIF (Variance Inflation Factor) masing-masing variabel independen, jika nilai VIF < 10, maka dapat disimpulkan data bebas dari gejala multikolinieritas.

3. Uji Heteroskedastisitas

Uji heterokedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk melakukan uji heteroskedastisitas, yaitu uji grafik plot, uji park, uji glejser, dan uji white. Pengujian pada penelitian ini menggunakan Grafik Plot antara nilai prediksi variabel dependen dengan residualnya . Tidak terjadi heteroskedastisitas apabila tidak ada pola yang jelas, serta titik-tit ik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y. (Ghozali, 2011).

4. Uji Auto Kolerasi

Uji autokolerasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada

periode t-1 sebelumnya. Jika terjadi kolerasi, maka dinamakan ada problem auto kolerasi (Ghozali, 2011).

3.6. Analisis Koefisien Determinasi (R2)

Uji koefisien determinasi (R2) digunakan untuk mengukur seberapa jauh kemampua n model dalam menerengkan variasi variabel independen. Nilai (R2) yang semakin mendekati 1, berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel independen.Unt uk Standard Error of Estimate (SEE) yang dihasilkan dari pengujian ini. Semakin kecil SEE, maka akan membuat persamaan regresi semakin tepat dalam memprediks i variabel dependen.

1. Uji F (Uji Simultan)

Uji F atau secara bersama-sama menunjukkan apakah semua variabel independen yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen (Ghozali, 2011). Pada uji F jika tingkat signifikansi lebih kecil dari 0,05 maka dapat dinyatakan bahwa variabel independen secara simultan atau bersama-sama mempengaruhi variabel dependen (untuk tingkat signifikansi = 5%), maka variabel independen secara serentak berpengaruh terhadap variabel dependen.

Sedangkan jika nilai probabilitas lebih besar dari 0,05 maka variabel independen secara serentak tidak berpengaruh terhadap variabel dependen

2. Uji T( Uji Parsial )

Uji t digunakan untuk mengetahui apakah variabel-variabel bebas secara parsial berpengaruh nyata atau tidak terhadap variabel terikat atas hipotesis yang diajukan.

Hipotesis pada uji t tes berdasarkan nilai adalah sebagai berikut:

1) Jika >level of signifikansi (0,05), maka diterima dan ditolak 2) Jika <level of signifikansi (0,05), maka ditolak dan diterima

3.7 Definisi dan Batasan Operasional

Untuk menghindari kesalahpahaman dalam memahami penelitian ini maka perlu dibuat definisi dan batasan operasional sebagai berikut :

Definisi

1. Ketahanan pangan sebagai kondisi terpenuhinya pangan bagi rumah tangga yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup dalam jumlah, mutu, dan aman untuk memenuhi kecukupan pangan yang dapat diukur melalui presentase pengeluaran pangan dan konsumsi kalori.

2. Rumah tangga miskinK adalah suatu keadaan dimana rumah tangga tidak sanggup memelihara dan memenuhi kebutuhan keluarganya dengan taraf hidup yang layak.

3. Pendidikan adalah lamanya seseorang menempuh sekolah formal yang dihitung dengan satuan waktu.

4. Pekerjaan adalah mata pencaharian seseorang kepala keluaga untuk menghasi lka n pendapatan demi mencukupi kebutuhan keluarganya.

5. Pendapatan adalah jumlah uang yang diterima (penghasilan) oleh seseorang kepala keluarga atas aktivitas atau pekerjaannya.

6. Jumlah anggota keluarga adalah total keseluruhan individu dalam suatu rumah tangga yang hidup bersama dan memiliki tujuan yang umumnya sama dan saling terikat satu sama lainnya.

7. Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) adalah bantuan non tunai berbentuk kartu elektronik yang dapat ditukarkan melaluie-warung untuk kebutuhan pokok sehari-hari (beras,telur,minyak,dll ).

Batasan Operasional

1. Sampel penelitian ini adalah rumah tangga miskin penerima Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) di Kecamatan Medan Belawan

2. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Medan Belawan, Kota Medan.

3. Waktu penelitian dilakukan tahun 2020.

41

BAB IV

DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK SAMPEL

4.1 Deskripsi Daerah Penelitian

4.1.1 Gambaran Umum Daerah Penelitian

Kecamatan Medan Belawan adalah salah satu kecamatan yang terletak dikota Medan . Luas daerah kecamatan Medan Belawan adalah 26,25km2 dan berada diketinggian ± 5m dari permukaan laut sehingga termasuk dataran rendah dengan kelembapan rata rata 80mm/tahun dan suhu udara berkisar antara 23-33C. Jarak dari kecamatan Medan Belawan menuju ibu kota Medan berkisar 23km.

Gambar 2. Peta Kecamatan Medan Belawan

Secara administratif daerah penelitian mempunyai batas wilayah sebagai berikut : - Sebelah Utara berbatasan dengan Selat Malaka.

- Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Medan Labuhan.

- Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang.

- Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang.

4.1.2 Distribusi Penduduk menurut Jenis Kelamin

Jumlah penduduk di kecamatan Medan Belawan adalah berjumlah 99.273 jiwa dan dengan laju pertumbuhan penduduk 1,18% yang terdiri dari 49.067 laki-laki dan 50.260 perempuan serta jumlah rumah tangga di kecamatan Medan Belawan sebanyak 22.114 RT. secara terperinci keterangan mengenai penduduk di Kecamatan Medan Belawan dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.1 Distribusi Penduduk menurut Jenis Kelamin Tahun 2019

No Jenis Kelamin Jumlah (Orang) Persentase (%)

1 Laki-laki 49.067 46,89

2 Perempuan 50.260 53,11

Total 99.273 100,00

Sumber : Kantor Camat Medan Belawan 2020

Berdasarkan Tabel 4.1 diatas menunjukkan bahwa distribusi penduduk perempuan mendominasi pada daerah kecamatan Medan Belawan dengan jumlah 1.834 atau sebesar 53,11% sedangkan pada laki-laki sebanyak 1.619 dengan presentase sebesar 46,89%.

4.1.3 Distribusi Penduduk menurut Umur

Distribusi penduduk di desa Kecamatan Medan Belawan menurut golongan umur dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.2 Distribusi Penduduk menurut Umur

Kelompok Umur

Jenis Kelamin

Jumlah (Jiwa) Laki-laki (Jiwa) Perempuan

(Jiwa)

Sumber : Kantor Camat Medan Belawan 2020

Tabel 4.2 di atas menunjukkan bahwa sebagian besar penduduk berada pada kelompok umur 20–24 tahun sebesar 6597 jiwa dan pada kelompok umur 5–9 tahun ada sebesar 6587 jiwa dan pada kelompok umur > 75+ terlihat 947 jiwa.

4.1.4 Distribusi Penduduk menurut Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan di Kecamatan Medan Belawan dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.3 Distribusi Penduduk menurut Tingkat Pendidikan Tahun 2019 No Tingkat Pendidikan Jumlah (Orang) Persentase (%)

1 Sekolah Dasar (SD) 14 556 62,51

2 Sekolah Menengah Pertama (SMP) 4 707 20,21

3 Sekolah Menengah Atas (SMA) 2 594 11,14

4 Lain-lain 1 398 6,00

Jumlah 23285 100,00

Sumber: Kantor Camat Medan Belawan 2020

Tabel 4.3 di atas menunjukkan bahwa distribusi penduduk menurut tingkat pendidikan, antara lain 62,51%penduduk Kecamatan Medan Belawan berada pada tingkat pendidikan SD, disusul SMP sebesar 20,21%dan SMA sebesar 11,14%s, serta lain lain sebesar 6,00%.

4.1.5 Prasarana Tempat Peribadatan

Untuk mengetahui prasarana tempat peribadatan Kecamatan Medan Belawan dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.4. Distribusi Prasarana Tempat Peribadatan Tahun 2019

No Tempat Peribadatan Jumlah (Unit) Persentase (%)

1 Mesjid 49 25,00

2 Musholla 78 46,15

3 Gereja 59 30,10

4 Vihara 6 3,06

5 Kelenteng 4 2,04

Total 196 100,00

Sumber: Kantor Camat Medan Belawan 2020

Tabel 4.4 di atas menunjukkan bahwa tempat peribadatan paling banyak adalah musholla yaitu sebanyak 78 unit dan tempat peribadatan yang paling sedikit yaitu kelenteng sebanyak 4 unit.

4.1.6 Prasarana Tempat Pendidikan

Prasarana pendidikan yang ada di Kecamatan Medan Belawan dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.5 Distribusi Prasarana Tempat Perndidikan Tahun 2019

No Prasarana Pendidikan Jumlah (Unit) Persentase (%)

1 Taman Kanak-Kanak (TK) 57 51,81

2 Sekolah Dasar (SD) 41 37,27

3 Sekolah Menengah Pertama (SMP) 7 6,36

4 Sekolah Menengah Atas (SMA) 5 4,54

Total 110 100,00

Sumber : Kantor Camat Medan Belawan 2020

Tabel 4.5 di atas menunjukkan bahwa prasarana pendidikan yang terbesar dimilik i Kecamatan Medan Belawan yaitu Taman Kanak-Kanak (TK) sebanyak 57 unit dan Sekolah Dasar (SD) sebanyak 41 unit dan yang paling sedikit ialah Sekolah Menengah Atas (SMA) sebanyak 5 unit.

4.1.7 Prasarana Tempat Kesehatan

Prasarana Kesehatan di Kabupaten Mandailing Natal dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.6 Distribusi Prasarana Kesehatan Tahun 2019

No Prasarana Kesehatan Jumlah (Unit) Persentase (%)

1 Puskesmas Pembantu (Pustu) 5 4,38

2 Pos Kesehatan Kelurahan (Poskeskel) 6 5,26

3 Pos Kesehatan Terpadu (Posyandu) 78 68,42

4 Rumah Sakit 1 0,87

5 Tempat Praktek Dokter&Bidan 24 21,05

Total 114 100,00

Sumber : Kantor Camat Medan Belawan 2020

Tabel 4.6 di atas menunjukkan bahwa prasarana kesehatan di kecamatan Medan Belawan terdiri dari puskesmas pembantu (pustu), pos kesehatan kelurahan (poskeskel), dan pos kesehatan terpadu (posyandu), rumah sakit dan tempat praktek

dokter dan bidan. Sarana prasarana kesehatan terbanyak ialah pos kesehatan terpadu (Posyandu) sebanyak 78 unit dan yang paling sedikit rumah sakit yang berjumlah 1 unit.

4.2 Karakteristik Sampel

4.2.1 Karakteristik Berdasarkan Pendidikan Ibu Rumah Tangga

Pendidikan ibu rumah tangga dapat mempengaruhi dalam ketahanan pangan keluarga.

Semakin tinggi pendidikan seorang ibu rumah tangga diharapkan pendapatan rumah tangga meningkat, karena dengan pendidikan yang tinggi menentukan pekerjaan yang lebih baik. sehingga pendidikan ibu rumah tangga dapat menentukan kualitas pangan dalam suatu rumah tangga. Karakteristik sampel berdasarkan tingkat pendidikan ibu rumah tangga di Kecamatan Medan Belawan dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.7 Karakteristik BerdasarkanTingkat Pendidikan Sampel.

No Tingkat Pendidikan Jumlah (Orang) Persentase (%)

1 Tidak Sekolah 7 7,82

2 Sekolah Dasar (SD) 29 32,24

2 Sekolah Menengah Pertama (SMP) 43 47,84

3 Sekolah Menengah Atas (SMA) 11 12,21

Total 90 100,00

Sumber: Data primer diolah

Tabel 4.7 di atas diketahui bahwa di Kecamatan Medan Belawan tingkat pendidikan ibu rumah tangga yang paling banyak yaitu tingkat SMP sebesar 43 sample atau 47,84% dari keseluran sampel.

4.2.2 Karakteristik Berdasarkan Pekerjaan

Pekerjaan merupakan kegiatan yang di lakukan manusia untuk menghasilkan sebuah karya bernilai imbalan dalam bentuk uang bagi seseorang. Dalam pembicaraan sehari-hari istilah pekerjaan dianggap sama dengan profesi. Jenis pekerjaan di daerah penelitian meliputi sektor pertanian dan sektor non pertanian pekerjaan. Dimana sektor pertanian dalam penelitian ini yaitu petani, nelayan dan beternak, sedangkan sektor non pertanian yaitu supir, wirausaha, dan mocok-mocok.

Tabel 4.8 Karakteristik Berdasarkan Pekerjaan

No. Pekerjaan Jumlah (Orang) Persentase (%)

1 Nelayan 48 53,36

2 Buruh 30 33,34

3 Supir 10 11,12

4 Beternak 1 1,13

5 Tidak Tetap 1 1,12

Total 90 100,00

Sumber: Data primer diolah

Tabel 4.8 di atas diketahui bahwa mayoritas umum pekerjaan masyarakat di kecamatan Medan Belawan adalah nelayan sebanyak 48 orang atau 53,36% dari keseluruha n sampel.

4.2.3 Karakteristik Berdasarkan Pendapatan Rumah Tangga

Pendapatan rumah tangga akan sangat mempengaruhi suatu rumah tangga dalam pembelian dan konsumsi pangan sehari-hari. Semakin rendah pendapatan suatu rumah tangga maka rumah tangga tersebut akan lebih memperhatikan kuantitas dibandingka n kualitasnya. Pendapatan rumah tangga miskin tidak terlalu bervariasi. Karakteristik

sampel berdasarkan pendapatan rumah tangga di kecamatan Medan Belawan dapat dilihat Berdasarkan tabel berikut:

Tabel 4.9 Karakteristik Berdasarkan Pendapatan Rumah Tangga

No Pendapatan Rumah Tangga Jumlah (KK) Persentase (%)

1 < 1.500.000 27 25,52

2 1.500.000 - 2.000.000 39 44,55

3 > 2.000.000 28 31,03

Total 90 100,00

Sumber: Data primer diolah

Tabel 4.9 di atas diketahui bahwa pendapatan rumah tangga terbanyak di kecamatan Medan Belawan yaitu antara Rp 1.500.000/bln sampai Rp 2.000.0000/bln sebesar 39 KK atau 44,55% dari keseluruhan sampel.

4.2.4 Karakteristik Berdasarkan Jumlah Anggota Keluarga

Jumlah anggota dalam suatu rumah tangga akan sangat mempengaruhi dala m pembelian dan mengkonsumsi pangan suatu rumah tangga tersebut. Adapun karakteristik sampel berdasarkan jumlah anggota keluarga di kecamatan Medan Belawan dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.10 Karakteristik Berdasarkan Jumlah anggota keluarga

No Jumlah anggota keluarga (Orang) Jumlah (KK) Persentase (%)

1 < 4 26 28,82

2 4 32 35,64

3 > 4 32 35,54

Total 90 100,00

Sumber: Data primer diolah

Tabel 4.10 di atas diketahui bahwa jumlah anggota rumah tangga di kecamatan Medan Belawan paling banyak yaitu >4 orang sebesar 32 KK atau sekitar 35,64% dari keseluruhan sampel.

49

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Pangsa Pengeluaran Pangan

Salah satu indikator ketahanan pangan dapat dilihat dari pangsa pengeluaran pangan.

Hukum Working 1943 yang dikutip oleh Pakpahan dkk. (2013) menyatakan bahwa pangsa pengeluaran pangan mempunyai hubungan negatif dengan pengeluaran rumah tangga, sedangkan ketahanan pangan mempunyai hubungan yang negatif dengan pangsa pengeluaran pangan. Hal ini berarti semakin besar pangsa pengeluaran pangan suatu rumah tangga semakin rendah ketahanan pangannya. Dengan rumus persamaan

𝑷𝑭 =

𝑷𝑷

𝑻𝑷 x 100%

𝑷𝑭 =

𝑅𝑝.67.600.000

𝑅𝑝.88.930.000 x 100%

𝑷𝑭 = 0,76014 x 100% = 76,01 %

Apabila menggunakan indikator ekonomi, dengan kriteria apabila pangsa atau persentase pengeluaran pangan rendah (≤ 60 % pengeluaran total) maka kelompok rumah tangga tersebut merupakan rumah tangga tahan pangan. Sementara itu apabila pangsa atau pengeluaran pangan tinggi (> 60 % pengeluaran total) maka kelompok rumah tangga tersebut merupakan rumah tangga rawan pangan (Pakpahan dkk, 2013).

Sesuai dengan kriteria yang dinyatakan oleh Pakpahan dkk (2013), rumah tangga miskin didaerah penelitian ini tergolong rawan pangan (tidak tahan pangan) karena pengeluaran pangan rumah tangga miskin di kecamatan Medan Belawan masih besar

dibandingkan pengeluaran non pangan. Dimana rata pangsa pengeluaran pangan rumah tangga miskin di kecamatan Medan Belawan adalah sebesar 76,3%, ini menunjukka n bahwa pengeluaran pangan rumah tangga miskin di kecamatan Medan Belawan > 60%

dari pengeluaran total rumah tangga (lampiran 5).

5.2 Uji Asumsi Klasik a. Hasil Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi, variabel dependen dan variabel independen atau keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah distribusi data normal atau mendekati normal.

Dilihat dari histogramnya memiliki kurva yang simetris seperti berikut ini :

Gambar 5.1 Histogram Normalitas

Berdasarkan Gambar 5.1 di atas, terlihat secara jelas bahwa histogramnya memilik i kurva yang simetris, dari itu maka dpat disimpulkan bahwa seluruh datanya berdistribusi normal.

Gambar 5.2 Grafik Normal P Plot

Selain itu berdasarkan grafik normal plot pada Gambar 5.2 berikut ini menunjukka n bahwa model regresi layak dipakai dalam penelitian ini karena pada grafik normal plot terlihat titik-titik menyebar disekitar garis diagonal serta penyebarannya mengik ut i arah garis diagonal sehingga memenuhi asumsi normalitas.

b. Hasil Uji Multikolonieritas

Uji multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Prasyarat yang harus terpenuhi dalam model regresi adalah tidak adanya multikolonieritas, dengan melihat nilai tolerance dan Variance InflationFactor (VIF) pada model regresi.

Hasil perhitungan nilai tolerance menunjukkan tidak ada nilai variabel independen yang memiliki nilai tolerance kurang dari 0,1 yang berarti tidak ada kolerasi antar variabel independen. Jelasnya terlihat dalam tabel berikut:

Tabel 5.1 Hasil Uji Multikolonieritas

M odel

Collinearity Statistics

Tolerance VIF

1 (Constant)

Tingkat Pendidikan .975 1.026

Pekerjaan Kepala Keluarga .917 1.091

Pendapatan .730 1.369

Jumlah Anggota Keluaga .677 1.476

BPNT .850 1.177

a. Dependent Variable: . Ketahanan Pengan

Hasil perhitungan nilai tolerance menunjukkan tidak ada nilai variabel independen yang memiliki nilai tolerance kurang dari 0,1 yang berarti tidak ada korelasi antar variabel independen. Hasil perhitungan nilai Variance Inflation Factor (VIF) juga menunjukkan hal yang sama, dari hasil uji multikolinearitas bahwa semua data (variabel) menunjukkan VIF < 10 dan variables tolerence > 0,1. Sehingga dapat disimpulkan bahwa semua variabel tidak terjadi Multikolinearitas.

c. Hasil Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka dapat disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas

Gambar 5.3 Scatterplot

Berdasarkan Gambar 5.3 di atas, grafik scatterplot menunjukkan bahwa data tersebar diatas dan dibawah angka 0 (nol) pada sumbu Y dan tidak terdapat suatu pola yang jelas pada penyebaran data tersebut. Hal ini berarti tidak terjadi heteroskedastisita s pada model regresi. Jadi dapat disimpulkan bahwa model regresi penelitian ini layak digunakan.

d. Uji Auto Korelasi

Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi linier ada korelasi antara kesalahan penganggu pada periode t dengan kesalahan penggunaa pada periode t-1 (sebelumnya). Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi.

Tabel 5.2 Hasil Uji Autokolerasi

M odel

a. Predictors: (Constant), BPNT, Pendapatan, Tingkat Pendidikan, Pekerjaan Kepala Keluarga, Jumlah Anggota Keluarga

b. Dependent Variable: Ketahanan Pangan

Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan bantuan program SPSS version 20.0 seperti yang ada pada tabel 5.2, dimana jumlah responden sebanyak 90 responden dan variabel indepenen (X) = 5 diperoleh nilai dL = 1,5420 dan nilai DW sebesar 2.357> batas atas dU 1,7758 dan kurang dari (4- dU) = 2.458 dengan demikian maka tidak terdapat auto korelasi dalam penelitian ini.

5.3 Analisis Regresi Linear Berganda

Dalam penelitian ini, metode analisis yang digunakan adalah analisis regresi berganda.

Pada dasarnya analisis regresi digunakan untuk memperoleh persamaan regresi dengan

Pada dasarnya analisis regresi digunakan untuk memperoleh persamaan regresi dengan

Dokumen terkait