• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2018

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2018"

Copied!
125
0
0

Teks penuh

(1)

SAWIT DI PTPN III KEBUN BANGUN

(Kasus: PTPN III Kebun Bangun Kabupaten Simalungun)

SKRIPSI

OLEH:

PUTRI ASRI WAHYU SARI 140304028

AGRIBISNIS

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2018

(2)

SAWIT DI PTPN III KEBUN BANGUN

(Kasus: PTPN III Kebun Bangun Kabupaten Simalungun)

SKRIPSI

OLEH:

PUTRI ASRI WAHYU SARI 140304028

AGRIBISNIS

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Dapat Memperoleh Gelar Sarjana di Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian,

Universitas Sumatera Utara, Medan

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2018

(3)
(4)
(5)

Putri Asri Wahyu Sari (140304028) dengan judul skripsi Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Konsumsi Rumah Tangga Karyawan Produksi

Kelapa Sawit di PTPN III Kebun Bangun. Kasus: PTPN III

Kebun Bangun Kabupaten Simalungun. Penelitian ini dibimbing oleh Bapak Ir. Yusak Maryuniantra, M.Si dan Ibu Emalisa, SP, M.Si.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pola konsumi rumah tangga karyawan produksi kelapa sawit; untuk mengetahui tingkat konsumsi rumah tangga karyawan produksi kelapa sawit; untuk mengetahui pengaruh faktor pendapatan keluarga, insentif dan tunjangan, jumlah tanggungan, kemampuan mengelola ekonomi rumah tangga, konsumerisme, sensitivitas lingkungan, dan golongan kerja terhadap tingkat konsumsi rumah tangga karyawan produksi kelapa sawit di PTPN III Kebun Bangun; untuk mengetahui pengaruh faktor pendapatan keluarga, insentif dan tunjangan, jumlah tanggungan, kemampuan mengelola ekonomi rumah tangga, konsumerisme, sensitivitas lingkungan, dan golongan kerja terhadap konsumsi non pangan karyawan produksi kelapa sawit di PTPN III Kebun Bangun. Metode Analisis data dilakukan dengan menggunakan analisis deskriptif dan analisis regresi linear berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pola konsumsi rumah tangga karyawan produksi kelapa sawit bervariasi, konsumsi pangan terbanyak adalah untuk konsumsi padi-padian dan konsumsi non pangan terbanyak adalah konsumsi barang dan jasa; tingkat konsumsi rumah tangga karyawan produksi kelapa sawit terbesar adalah konsumsi pangan; secara serempak pendapatan keluarga, insentif dan tunjangan, jumlah tanggungan, manajemen ekonomi rumah tangga, konsumerisme, sensitivitas lingkungan, dan golongan kerja berpengaruh nyata terhadap tingkat kosnsumsi rumah tangga karyawan produksi kelapa sawit di PTPN III Kebun Bangun dan secara parsial hanya tiga faktor yang berpengaruh nyata terhadap tingkat konsumsi rumah tangga karyawan produksi kelapa sawit di PTPN III Kebun Bangun yaitu pendapatan keluarga, jumlah tanggungan, dan golongan kerja;

secara serempak pendapatan keluarga, insentif dan tunjangan, jumlah tanggungan, manajemen ekonomi rumah tangga, konsumerisme, sensitivitas lingkungan, dan golongan kerja berpengaruh nyata terhadap konsumsi non pangan produksi kelapa sawit di PTPN III Kebun Bangun dan secara parsial terdapat empat faktor yang berpengaruh nyata terhadap konsumsi non pangan karyawan produksi kelapa sawit di PTPN III Kebun Bangun yaitu pendapatan keluarga, manajemen ekonomi rumah tangga, sensitivitas lingkungan dan golongan kerja berpengaruh nyata terhadap konsumsi non pangan karyawan produksi kelapa sawit di PTPN III

Kata Kunci : Pola Konsumsi, Tingkat Konsumsi, Pendapatan, Jumlah Tanggungan, Golongan Kerja

(6)

Putri Asri Wahyu Sari (140304028) with the title thesis is Affecting Factors on Household Consumption Level of Oil Palm Production Employees at PTPN III Kebun Bangun. Case: PTPN III Kebun Bangun Kabupaten Simalungun.

Guided by Bapak Ir. Yusak Maryuniantra, M.Si and Ibu Emalisa, SP, M.Si

The purposes of this study are to know the pattern of household consumption of employees of oil palm production; to know the level of household consumption of palm oil production employees; to determine the effect of family income factors, incentives and benefits, the number of dependents, the ability to manage the household economy, consumerism, environmental sensitivity, and salary rank have a significant effect on household consumption level of palm oil production employees in PTPN III Kebun Bangun; and to determine the effect of family income factors, incentives and benefits, the number of dependents, the ability to manage the household economy, consumerism, environmental sensitivity, and salary rank have a significant effect on household non-food consumption of palm oil production employees in PTPN III Kebun Bangun. Methods Data analysis were performed by using descriptive analysis and multiple linear regression analysis. The results showed that the pattern of household consumption of palm oil production varies, the most consumption of food is for consumption of grain and the most non-food consumptions are the consumption of goods and services;

the level of household consumption of employees of the largest palm oil production is food consumption; simultaneously family income, incentives and allowances, number of dependents, household economic management, consumerism, environmental sensitivity, and cellerine rank have a significant effect on household consumption level of palm oil production employees in PTPN III Kebun Bangun; partially, there are only three significant factors affect the level of household consumption of palm oil production employee in PTPN III Kebun Bangun namely family income, dependent number, and cellerine rank;

simultaneously family income, incentives and allowances, number of dependents, household economic management, consumerism, environmental sensitivity, and salary rank have a significant effect on non-food consumption of palm oil production employees in PTPN III Kebun Bangun and partially there are four significant factors affect on non-food consumption of palm oil production employee in PTPN III Kebun Bangun

Keywords : Consumption Pattern, Consumption Level, Income, Number of Dependents, salary rank

(7)

Putri Asri Wahyu Sari, lahir di Martoba pada tanggal 29 September 1997. Penulis

merupakan anak pertama dari dua bersaudara, yang merupakan putri dari Bapak Samsul dan Ibu Nuraida.

Pendidikan formal yang pernah ditempuh penulis adalah sebagai berikut :

1. Tahun 2002 masuk Sekolah Dasar di SD N 091312 Kabupaten Simalungun, lulus tahun 2008.

2. Tahun 2008 masuk Sekolah Menengah Pertama di SMP Swasta Tamansiswa Pematangsiantar, lulus tahun 2011.

3. Tahun 2011 masuk Sekolah Menengah Atas di SMA Swasta Tamansiswa Pematangsiantar, lulus tahun 2014.

4. Tahun 2014 diterima di Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara melalui jalur SNMPTN.

Kegiatan yang pernah diikuti selama kuliah :

1. Sebagai anggota Ikatan Mahasiswa Pertanian (IMASEP) bergabung dari tahun 2014 dan menjadi pengurus Ikatan Mahasiswa Pertanian (IMASEP) tahun 2017

2. Sebagai anggota koperasi IMASEP tahun 2016 dan menjadi bendahara Koperasi IMASEP tahun 2017

3. Sebagai panitia pelaksanaan FSMM SEP (Forum Silaturahmi Mahasiswa Muslim Sosial Ekonomi Pertanian) tahun 2016

4. Sebagai anggota Komunitas Pemuda Cinta Damai Anak Indonesia tahun 2017-2018

(8)

6. Melaksanakan penelitian di PTPN III Kebun Bangun Kabupaten Simalungun pada bulan Maret 2018

(9)

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan nikmat, kesehatan dan karunia-Nya serta penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

Adapun judul skripsi ini adalah "Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Konsumsi Rumah Tangga Karyawan Produksi Kelapa Sawit di PTPN III Kebun Bangun (Kasus: PTPN III Kebun Bangun Kabupaten Simalungun)".

Penulisan skripsi ini adalah sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar

Sarjana Pertanian di Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara.

Penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Sebagai rasa bersyukur, penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Kedua orang tua tercinta, Ayahanda Samsul dan Ibunda Nuraida yang selalu mendoakan penulis dan memberikan bimbingan, dukungan, perhatian, serta materi yang selalau diberikan kepada penulis dari awal masuk pendidikan formal sampai penulis menyelasikan skripsi ini.

2. Bapak Ir. Yusak Maryunianta, M.Si selaku ketua komisi pembimbing yang telah membimbing serta memberikan masukan kepada penulis dari awal sampai akhir pengerjaan skripsi sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

(10)

pengerjaan skripsi sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

4. Ibu Sri Fajar Ayu, SP, MM. DBA dan Bapak Dr. Ir. Rahmanta Ginting, MSi yang telah bersedia menjadi dosen penguji penulis.

5. Bapak Dr. Ir. Satia Negara Lubis, M.Ec selaku ketua Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara dan Bapak Ir. Jufri, M.Si selaku sekertaris Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

6. Seluruh Dosen Fakultas Pertanian khususnya Dosen Program Studi Agribisnis FP-USU yang telah membekali ilmu kepada penulis selama masa perkuliahan.

7. Seluruh pegawai di Fakultas Pertanian khususnya Program Studi Agribisnis yang telah membantu seluruh proses administrasi.

8. Bapak Judha Iskandar, SP selaku Manajer Kebun Bangun, Bapak Thomas Pandapotan, SH selaku Asisten Personalia Kebun dan seluruh

pegawai yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

9. Seluruh karyawan produksi kelapa sawit yang telah bersedia menjadi sampel dalam penelitian penulis.

10. Saudara kandung penulis Yudha Brama Wijaya yang selalu memotivasi penulis dalam pengerjaan skripsi ini.

(11)

12. Revan Darwinsyah yang selalu mendukung penulis semasa menjalani kuliah sampai penulis menyelesaikan skripsi ini

13. Sahabat kecilku Mayrani Indraswari yang telah memberikan semangat dan motivasi kepada penulis.

14. Ridha Dwi Sartika Sinaga yang selalu membantu saat penulis dalam kesulitan, selalu memberikan dukungan dan semangat kepada penulis saat masih duduk di bangku SMA, saat kuliah dan sampai penulis menyelesaikan skripsi ini.

15. Para teman kost tercinta Afika Ifianti Situmorang, Ridha Dwi Sartika Sinaga, Adisti Yulia Pradita, dan Theresya Yuniarti Sihombing yang selalu memberikan semangat dan dukungan kepada penulis dari awal perkuliahan sampai saat ini.

16. Teman-teman penulis Nur Hasnah Parinduri, Hema Butar-butar, Indana Zulfa Batubara, Amelia Natasya, Elfira Rahmadani, Rika Ramadani, Diah Ramadhani

Sigalingging, M. Fariz Afif Hasibuan, Muhammad Rifki, Muhammad Arief Nst., Muhammad Dwi Hafiz yang telah membantu,

mendukung dan selalu memberikan semangat kepada penulis dalam pengerjaan skripsi ini.

17. Seluruh teman satu stambuk AGB 2014 terkhusus AGB 1 yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

(12)

ini. Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih dan semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak.

Medan, Juli 2018

Penulis

(13)

ABSTRAK

RIWAYAT HIDUP

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Identifikasi Masalah ... 3

1.3. Tujuan Penelitian ... 4

1.4. Manfaat Penelitian ... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka ... 6

2.1.1 Konsumsi ... 6

2.1.2 Pendapatan Keluarga ... 9

2.1.3 Insentif dan Tunjangan ... 10

2.1.3.1 Insentif... 10

2.1.3.2 Tunjangan ... 12

2.1.4 Jumlah Tanggungan ... 12

2.1.5 Ekonomi Rumah Tangga ... 13

2.1.6 Konsumerisme ... 13

2.1.7 Sensitivitas Lingkungan ... 16

2.2. Landasan Teori ... 17

2.2.1 Hukum Angel ... 17

2.2.2 Teori Konsumsi dengan Hipotesis Pendapatan Relatif (Relative Income Hypothesis) ... 18

2.3. Penelitian Terdahulu ... 19

2.4. Kerangka Pemikiran ... 21

2.5. Hipotesis Penelitian ... 23

BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Metode Lokasi Penelitian ... 24

3.2. Metode Pengambilan Sampel ... 24

3.3. Metode Pengumpulan Data ... 25

(14)

3.5.2 Batasan Operasional ... 39

BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN 4.1. Gambaran Umum PT. Perkebunan Nusantara III Kebun Bangun ... 40

4.2. Kondisi Fisik ... 40

4.2.1 Letak Geografis ... 40

4.2.2 Topografi dan Jenis Tanah ... 41

4.3. Visi dan Misi Perusahaan ... 41

4.3.1 Visi Perusahaan ... 41

4.3.2 Misi Perusahaan ... 41

4.4. Struktur Organisasi ... 42

4.5. Karakteristik Karyawan Sampel ... 43

4.5.1 Karakteristik Berdasarkan Umur ... 43

4.5.2 Karakteristik Berdasarkan Jenis Kelamin... 44

4.5.3 Karakteristik Berdasarkan Lamanya Bekerja ... 45

4.5.4 Karakteristik Berdasarkan Golongan Kerja ... 45

4.5.5 Karakteristik Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 46

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Pola Konsumsi Karyawan Produksi Kelapa Sawit di PTPN III Kebun Bangun ... 48

5.2. Tingkat Konsumsi Karyawan Produksi Kelapa Sawit di PTPN III Kebun Bangun ... 50

5.3. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Konsumsi Rumah Tangga Karyawan Produksi Kelapa Sawit di PTPN III Kebun Bangun ... 52

5.4. Faktor-faktory Yang Mempengaruhi Konsumsi Non Pangan Karyawan Produksi Kelapa Sawit di PTPN III Kebun Bangun ... 61

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan ... 72

6.2. Saran ... 73 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

(15)

Tabel Judul Halaman

1 Pengeluaran Rumah Tangga 7

2 Penelitian Terdahulu 19

3 Jumlah Sampel Karyawan Produksi Kelapa Sawit di PTPN III Kebun Bangun

24 4 Skor Kemampuan Mengelola Ekonomi Rumah Tangga 27

5 Skor Konsumerisme 29

6 Skor Sensitivitas Lingkungan 30

7 Matrik Operasionalisasi Variabel 31

8 Karakteristik Berdasarkan Umur Karyawan Sampel 43 9 Karakteristik Berdasarkan Jenis Kelamin Karyawan Sampel 44 10 Karakteristik Berdasarkan Lamanya Bekerja 45 11 Karakteristik Berdasarkan Golongan Kerja 46 12 Karakterisitik Berdasarkan Tingkat Pendidikan 46 13 Rata-rata Konsumsi Pangan Karyawan Produksi Kelapa

Sawit di PTPN III Kebun Bangun

48 14 Rata-rata Konsumsi Non Pangan Karyawan Produksi Kelapa

Sawit di PTPN III Kebun Bangun

49 15 Timgkat Konsumsi Karyawan Produksi Kelapa Sawit di

PTPN III Kebun Bangun

50 16 Hasil Uji Normalitas Konsumsi Karyawan Produksi Kelapa

Sawit di PTPN III Kebun Bangun

52 17 Hasil Uji Multikolinieritas Tingkat Konsumsi Karyawan

Produksi Kelapa Sawit di PTPN III Kebun Bangun

53 18 Hasil Uji Heteroskedastisitas Tingkat Konsumsi Karyawan

Produksi Kelapa Sawit di PTPN III Kebun Bangun

54 19 Hasil Analisis Regresi Linier Berganda Faktor-Faktor Yang

Mempengaruhi Tingkat Konsumsi

54 20 Hasil Uji Normalitas Konsumsi Non Pangan Karyawan

Produksi Kelapa Sawit di PTPN III Kebun Bangun

62 21 Hasil Uji Multikolinieritas Konsumsi Non Pangan Karyawan

Produksi Kelapa Sawit di PTPN III Kebun Bangun

63 22 Hasil Uji Heteroskedastisitas Konsumsi Non Pangan

Karyawan Produksi Kelapa Sawit di PTPN III Kebun Bangun

64

23 Hasil Analisis Regresi Linier Berganda Faktor Yang Mempengaruhi Konsumsi Non Pangan

64

(16)

Lampiran Judul

1 Karakteristik Karyawan Produksi Kelapa Sawit di PTPN III Kebun Bangun

2 Pendapatan Keluarga,Insentif dan Tunjangan

3 Pengeluaran Konsumsi Pangan Karyawan Produksi Kelapa Sawit di PTPN III Kebun Bangun

4 Pengeluaran Konsumsi Non Pangan Karyawan Produksi Kelapa Sawit di PTPN III Kebun Bangun

5 Total Pengeluaran Konsumsi Pangan Dan Non Pangan Karyawan Kelapa Sawit di PTPN III Kebun Bangun

6 Batasan Skor Variabel Manajemen Ekonomi Rumah Tangga 7 Hasil MSI Variabel Manajemen Ekonomi Rumah Tangga 8 Batasan Skor Variabel Tingkat Konsumerisme

9 Hasil MSI Variabel Tingkat Konsumerisme 10 Batasan Skor Variabel Sensitivitas Lingkungan 11 Hasil MSI Variabel Sensitivitas Lingkungan 12 Hasil MSI Variabel Golongan Kerja

13 Hasil Analisis Regresi Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Konsumsi Rumah Tangga Karyawan Produksi Kelapa Sawit di PTPN III Kebun Bangun

14 Hasil Analisis Regresi Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Konsumsi Non Pangan Karyawan Produksi Kelapa Sawit di PTPN III Kebun Bangun

(17)

Gambar Judul Halaman

1 Skema Kerangka Pemikiran 21

(18)

1.1. Latar Belakang

Sumatera Utara merupakan salah satu pusat perkebunan di Indonesia. Komoditi hasil perkebunan yang paling penting dari Sumatera Utara saat ini antara lain kelapa sawit, karet, kopi, coklat dan tembakau. Di Sumatera Utara terdapat tiga Perkebunan Besar BUMN atau disebut PTPN Grup yang terdiri dari PTPN II, PTPN III dan PTPN IV.

PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Holding merupakan Badan Usaha Milik Negara yang bergerak di bidang pengelolaan, pengolahan dan pemasaran hasil Perkebunan. Komoditi yang diusahakan adalah kelapa sawit, karet, tebu, teh, kopi,

kakao, tembakau, aneka kayuan, buah-buahan dan aneka tanaman lainnya.

PT. Perkebunan Nusantara terdiri dari 10 wilayah dan masing-masing wilayah dikelola oleh Distrik/General Manajer. Kebun Bangun termasuk dalam wilayah distrik Simalungun (PTPN III, 2018)

Keberhasilan usaha perusahaan perkebunan sangat erat kaitannya dengan kondisi sosial ekonomi dan sumberdaya manusia dari perusahan itu sendiri. Perusahaan yang berhasil akan dapat menyediakan sarana sosial ekonomi warganya dengan baik pula dan mendukung kesejahteraan. Sehingga pada gilirannya kondisi sosial ekonomi tersebut merupakan iklim yang baik bagi keberhasilan perusahaan lebih jauh lagi (Dibyo dalam Pertiwi, 2016).

Kebanyakan orang menghadapi persoalan ekonomi untuk pertama kali berasal dari lingkungan rumah tangga keluarga. Kerja sama dan saling pengertian yang

(19)

baik antara kepala keluarga dan anggota keluarga sangat diperlukan dalam mengatur perekonomian keluarga. Sehingga dari penghasilan yang tertentu dan terbatas semua kebutuhan hidup seperti dapat makan setiap hari, dapat berpakaian yang pantas, memiliki tempat tinggal yang layak dan mendapat pendidikan yang baik dapat terpenuhi.

Orang yang berpenghasilan rendah (terpaksa) mengeluarkan sebagian terbesar dari penghasilannya untuk kebutuhan hidup primer : makanan, pakaian, dan perumahan. Orang yang berpenghasilan tinggi dapat mengeluarkan sebagian (%) yang lebih besar untuk kebutuhan lain, seperti pendidikan, kesehatan, perjalanan, rekreasi, dan lain-lain (Gilarso, 2003).

Gaya hidup seseorang sangat mempengaruhi tingkat konsumsi rumah tangga seseorang. Keadaan lingkungan tempat tinggal juga dapat mengubah gaya hidup seseorang terhadap tingkat mengkonsumsinya. Dalam melakukan kegiatan sosial seseorang akan dihadapkan oleh sejumlah pilihan barang-barang atau makanan yang dapat menambah tingkat konsumsinya. Pendapatan yang tinggi bukan berarti menandakan konsumsi orang tersebut juga tinggi karena bisa saja ketika pendapatan orang tersebut tinggi ia akan menyisihkan uangnya untuk keperluan lainnya di waktu mendatang. Namun seseorang juga bisa memiliki tingkat konsumsi yang tinggi saat pendapatannya rendah, hal ini bisa saja dikarenakan adanya faktor lingkungan dan gaya hidup seseorang.

Karyawan produksi kelapa sawit di PTPN III Kebun Bangun memiliki produksi yang berbeda sehingga setiap karyawan memiliki pendapatan keluarga, insentif dan tunjangan yang berbeda pula, selain itu dengan perbedaan jumlah anggota

(20)

keluarga setiap karyawan dapat mengakibatkan perbedaan juga terhadap pola konsumsi rumah tangga karyawan baik terhadap pola konsumsi pangan maupun pola konsumsi non pangan. Selain hal tersebut, dalam kegaiatan sosial atau dalam kegiatan bermasyarakat, seseorang akan dihadapkan dengan berbagai bentuk barang-barang baru seperti pilihan makanan yang menarik, pakaian-pakaian yang modern, dan juga pilihan teknologi (gadget) yang semakin canggih. Munculnya barang-barang tersebut dapat mengubah pola konsumsi rumah tangga seseorang.

Keadaan tempat tinggal karyawan yang saling berdekatan juga dapat mengakibatkan perubahan pola konsumsi rumah tangga karyawan. Ketika karyawan memiliki kemampuan untuk mengatur pola konsumsi sederhana berpindah tempat tinggal di sekitar karyawan yang pengeluaran konsumsinya besar, keadaan itu dapat mempengaruhi karyawan tersebut untuk mengikuti pola konsumsi orang di lingkungan barunya. Namun hal tersebut tergantung pada gaya hidup orang tersebut apakah mudah terpengaruh atau tidak.

Berdasarkan keadaan tersebut maka perlu dilakukan penelitian mengenai faktor- faktor yang mempengaruhi tingkat konsumsi rumah tangga karyawan di PTPN III Kebun Bangun.

1.2. Identifikasi Masalah

1. Bagaimana pola konsumsi rumah tangga karyawan produksi kelapa sawit di PTPN III Kebun Bangun?

2. Bagaimana tingkat konsumsi rumah tangga karyawan produksi kelapa sawit di PTPN III Kebun Bangun?

(21)

3. Bagaimana pengaruh pendapatan keluarga, insentif dan tunjangan, jumlah tanggungan, manajemen ekonomi rumah tangga, konsumerisme, sensitivitas lingkungan, dan golongan kerja terhadap tingkat konsumsi rumah tangga karyawan produksi kelapa sawit di PTPN III Kebun Bangun?

4. Bagaimana pengaruh pendapatan keluarga, insentif dan tunjangan, jumlah tanggungan, manajemen ekonomi rumah tangga, konsumerisme, sensitivitas lingkungan, dan golongan kerja terhadap konsumsi non pangan karyawan produksi kelapa sawit di PTPN III Kebun Bangun?

1.3. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui pola konsumsi rumah tangga karyawan produksi kelapa sawit di PTPN III Kebun bangun.

2. Untuk mengetahui tingkat konsumsi rumah tangga karyawan produksi kelapa sawit di PTPN III Kebun bangun.

3. Untuk mengetahui pengaruh pendapatan keluarga, insentif dan tunjangan, jumlah tanggungan, manajemen ekonomi rumah tangga, sensitivitas lingkungan, dan golongan kerja terhadap tingkat konsumsi rumah tangga karyawan produksi kelapa sawit di PTPN III Kebun Bangun.

4. Untuk mengetahui pengaruh pendapatan keluarga, insentif dan tunjangan, jumlah tanggungan, manajemen ekonomi rumah tangga, konsumerisme, sensitivitas lingkungan, dan golongan kerja terhadap konsumsi non pangan karyawan produksi kelapa sawit di PTPN III Kebun Bangun.

1.4. Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian yang diuraikan tersebut, maka manfaat penelitian ini adalah:

(22)

1. Sebagai bahan masukan bagi para karyawan produksi kelapa sawit di PTPN III Kebun Bangun dalam mengatur pola konsumsi rumah tangga baik konsumsi pangan dan konsumsi non pangan.

2. Sebagai bahan masukan bagi pihak perkebunan untuk mengetahui pola konsumi maupun tingkat konsumsi karyawan khususnya karyawan produksi kelapa sawit di PTPN III kebun Bangun.

3. Sebagai bahan informasi dan referensi bagi penulis lainnya yang ingin melakukan penelitian selanjutnya yang berkenaan dengan konsumsi.

(23)

2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1 Konsumsi

Konsumsi adalah penggunaan barang dan jasa yang ditujukan langsung untuk memenuhi kebutuhan hidup. Seperti kita ketahui, kebutuhan hidup di masyarakat sangat beraneka ragam misalnya kebutuhan makan, minum, pakaian, perumahan, kesehatan, pendidikan, dan hiburan. Untuk memenuhi berbagai macam kebutuhan tersebut diperlukan barang dan jasa (Sukwiaty, dkk, 2009).

Konsumsi merupakan agregat dalam penjumlahan dari pengeluaran seluruh rumah tangga yang ada dalam perekonomian dan merupakan komponen terpenting karena :

1. Pengeluaran konsumsi rumah tangga memiliki porsi terbesar dalam pengeluaran agregat.

2. Konsumsi rumah tangga bersifat endogenus. Dalam arti, besarnya konsumsi rumah tangga berkaitan erat dengan faktor-faktor lain yang dianggap mempengaruhinya.

3. Perkembangan masyarakat yang begitu cepat menyebabkan perilaku-perilaku konsumsi juga berubah cepat (Curatman, 2010).

Menurut Paryudi dalam Pertiwi (2000) setiap orang atau keluarga mempunyai tingkat kebutuhan konsumsi yang dipengaruhi oleh pendapatan. Kondisi pendapatan seseorang akan mempengaruhi tingkat konsumsinya, semakin tinggi pendapatan, semakin banyak jumlah barang yang dikonsumsi. Sebaliknya,

(24)

semakin sedikit pendapatan semakin berkurang jumlah barang yang dikonsumsi bila konsumsi ingin ditingkatkan sedangkan pendapatan tetap, terpaksa tabungan digunakan akibatnya tabungan berkurang.

Menurut Badan Pusat Statistik (2017) pengeluaran rumah tangga adalah pengeluaran per kapita untuk konsumsi pangan dan konsumsi non pangan.

Konsumsi pangan mencakup seluruh jenis makanan termasuk makanan jadi, minuman, tembakau dan sirih. Konsumsi non pangan mencakup perumahan, sandang, biaya kesehatan, sekolah dan sebagainya. Total pengeluaran rumahtangga dapat dikelompokkan sebagai berikut :

Tabel 1. Pengeluaran Rumah Tangga

No Konsumsi Pangan No Konsumsi Non Pangan

1 Padi-padian 1 Perumahan dan Fasilitas Rumah Tangga

2 Umbi-umbian 2 Aneka barang dan jasa

3 Ikan 3 Pakaian, alas kaki, dan penutup kepala

4 Daging 4 Barang-barang tahan lama

5 Telur, susu 5 Pajak pemakaian dan asuransi 6 Sayur-sayuran 6 Keperluan pesta dan upacara 7 Kacang-kacangan 7 Pengeluaran lainnya

8 Buah-buahan 9 Minyak dan lemak 10 Bahan minuman 11 Bumbu-bumbuan

12 Makanan dan minuman jadi 13 Tembakau dan sirih

Sehingga total pengeluaran rumah tangga dapat dirumuskan sebagai berikut : C = C1 + C2

Keterangan:

C = Total pengeluaran rumahtangga C1 = Pengeluaran untuk konsumsi pangan C2 = Pengeluaran untuk konsumsi non pangan

(25)

Dengan demikian pada tingkat pendapatan tertentu, rumah tangga akan mengalokasikan pendapatannya untuk memenuhi kebutuhan pangan dan non pangan tersebut. Secara alamiah kuantitas pangan yang dibutuhkan seseorang akan mencapai titik maksimum sementara kebutuhan non pangan tidak akan ada batasnya. Dengan demikian, besaran pendapatan yang dibelanjakan untuk pangan dari suatu rumah tangga dapat digunakan sebagai petunjuk tingkat kesejahteraan rumah tangga tersebut. Dengan kata lain, semakin tinggi pengeluaran untuk pangan, berarti semakin kurang sejahtera rumah tangga yang bersangkutan.

Sebaliknya, semakin kecil pangsa pengeluaran pangan maka rumah tangga tersebut semakin sejahtera (Mulyanto dalam Pertiwi, 2005).

Besarnya jumlah pengeluaran keluarga tergantung dari banyak faktor, antara lain:

1. Besarnya pendapatan keluarga yang tersedia (setelah dipotong pajak dan potongan-potongan lain)

2. Besarnya keluarga dan susunannya (Jumlah anak, umur anak) 3. Taraf pendidikan dan status sosial dalam masyarakat

4. Lingkungan sosial-ekonomi (desa, kota kecil, kota besar)

5. Agama dan adat kebiasaan (misalnya pesta seperti Idul Fitri, Natal, Tahun Baru)

6. Musim (panen/paceklik, masa ujian/pendaftaran sekolah) 7. Kebijakan dalam mengatur keuangan keluarga

8. Pengaruh psikologi (iklan yang menarik, mode-mode baru, pandangan masyarakat tentang apa yang menaikkan gengsi)

9. Harta kekayaan yang dimiliki (tanah, rumah, uang) (Gilarso, 2004).

(26)

2.1.2Pendapatan Keluarga

Pendapatan keluarga adalah jumlah penghasilan rill dari seluruh anggota rumah tangga yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan bersama maupun perseorangan dalam rumah tangga. Pendapatan keluarga merupakan balas karya atau jasa atau imbalan yang diperoleh karena sumbangan yang diberikan dalam kegiatan produksi (Wulandari, 2015).

Pendapatan berbentuk pendapatan nominal dan pendapatan rill.Pendapatan nominal adalah pendapatan seseorang yang diukur dalam jumlah satuan uang yang diperoleh. Sedangkan pendapatan rill adalah pendapatan seseorang yang diukur dalam jumlah barang dan jasa pemenuh kebutuhan yang dapat dibeli, dengan membelanjakan pendapatan nominalnya (uangnya). Apabila pendapatan nominal seseorang meningkat, sementara harga barang-barang/jasa tetap (tidak naik), maka orang tersebut akan lebih mampu membeli barang/jasa tetap (tidak naik) untuk memenuhi kebutuhannya, yang berarti tingkat kesejahteraannya meningkat pula (Sitio dan Halomoan, 2001).

Penghasilan keluarga dapat diterima dalam bentuk uang, dapat juga dalam bentuk barang (disebut "in natura" misalnya tunjangan beras, hasil dari sawah atau pekarangan sendiri), atau fasilitas-fasilitas (misalnya rumah dinas, pengobatan gratis). Yang dihitung sebagai penghasilan keluarga adalah segala bentuk balas karya yang diperoleh sebagai imbalan atau balas jasa atas sumbangan seseorang terhadap proses produksi. Konkretnya penghasilan keluarga dapa bersumber pada 1. Usaha sendiri (misalnya berdagang, wiraswasta)

2. Bekerja pada orang lain (misalnya karyawan atau pegawai)

3. Hasil dari milik (misalnya punya sawah atau rumah disewakan) (Gilarso, 2004).

(27)

Salah satu aspek yang sangat penting dalam penentuan upah adalah jumlah upah yang diterima karyawan harus memiliki internal equity dan external equity.

Internal equity adalah jumlah yang diperoleh atau dipersepsi sesuai dengan input yang diberikan dibandingkan dengan pekerjaan yang sama dalam perusahaan.

External equity merupakan jumlah yang diterima dipersepsi sesuai dengan jumlah yang diterima dibandingkan dengan yang diterima dalam pekerjaan yang sejenis di luar organisasi. Oleh karena itu, untuk mengusahakan adanya equity, penentuan upah oleh perusahaan dapat ditempuh dengan :

1. Menganalisis jabatan/tugas 2. Mengevaluasi jabatan 3. Melakukan survei upah, dan

4. Menentukan tingkat upah (Kadarisman, 2014).

2.1.3 Insentif dan Tunjangan 2.1.3.1 Insentif

Insentif merupakan bentuk pembayaran langsung yang didasarkan atau dikaitkan langsung dengan kinerja dan gain sharing yang dengan kinerja dimaksudkan sebagai pembagian keuntungan bagi pegawai akibat peningkatan produktivitas atau penghematan biaya. Kedua bentuk di atas pada umumnya dilakukan sebagai strategi untuk meningkatkan produktivitas dan efisiensi oleh perusahaan/

organisasi dalam menghadapi persaingan yang semakin ketat dalam dunia bisnis (Kadarisman, 2014).

Berbagai sistem insentif yang dikenal dewasa ini dapat digolongkan pada dua kelompok utama, yaitu sistem insentif pada tingkat individual dan pada tingkat kelompok yang termasuk pada sistem insentif individual ialah piecework, bonus

(28)

produksi, komisi, kurva, kematangan dan insentif bagi para eksekutif. Sedangkan sistem insentif pada tingkat kelompok mencakup, antara lain insentif produksi, bagi keuntungan dan pengurangan biaya (Siagian, 2004).

a. Bonus

Insentif dalam bentuk bonus diberikan pada karyawan yang mampu bekerja sedemikian rupa sehingga tingkat produksi yang baku terlampaui. Melampaui tingkat produksi itu dapat dalam salah satu dari tiga bentuk. Pertama, berdasarkan jumlah unit produksi yang dihasilkan dalam satu kurun waktu tertentu. Jika jumlah unit produksi yang dihasilkan melebihi jumlah yang telah ditetapkan, karyawan menerima bonus atas kelebihan jumlah yang dihasilkannya itu. Kedua, apabila terjadi penghematan waktu. Artinya, jika karyawan menyelesaikan tugas dengan hasil yang memuaskan dalam waktu yang lebih singkat dari waktu yang seharusnya, karyawan yaang bersangkutan menerima bonus dengan alasan bahwa dengan menghemat waktu itu, lebih banyak pekerjaan yang dapat diselesaikan.

Ketiga, bonus yang diberikan berdasarkan perhitungan progresif. Artinya, jika seorang karyawan makin lama makin mampu memproduksikan barang dalam jumlah yang semakin besar, makin besar pula bonus yang diterimanya untuk setiap kelebihan produk yang dihasilkannya (Siagian, 2004).

b. Premi

Selain jenis insentif yang telah disebutkan di atas, menurut Kadarisman (2014) bentuk insentif lain adalah premi (work premium). Premi (work premium) sebagai penghasilan yang bertujuan untuk meningkatkan motivasi kerja pegawai terkait dengan upaya perusahaan untuk mengompensasi kondisi lingkungan kerja yang

(29)

kurang nyaman, seperti pada kasus keharusan pegawai untuk bekerja lembur atau bekerja bergiliran (shift).

c. Upah Lembur

Menurut peraturan ketenagakerjaan di Indonesia, pegawai atau pekerja yang bekerja selama lebih dari 40 jam dalam seminggu, maka terhadap kelebihan jam kerja ini perusahaan harus membayarkan upah lembur (Arifin dan Fauzi, 2007).

2.1.3.2 Tunjangan

Terdapat dua kelompok perusahaan yang masih menerapkan kebijakan memberikan tunjangan. Kelompok pertama adalah perusahaan-perusahaan yang termasuk dalam BUMN (Badan Usaha Milik Negara), sedangkan kelompok kedua adalah perusahaan swasta yang masih dikelola secara tradisional, khususnya dalam manajemen sumber daya manusia. Cara lain memberikan tunjangan adalah dengan memberikan bermacam-macam fasilitas dan kemudahan bagi pimpinan dan karyawan (antara lain rumah dinas, kendaraan dinas, pelayan, pengemudi, penjaga keamanaan, dan tukang kebun untuk Direksi atau pejabat tinggi lainnya) (Ruky, 2001).

2.1.4 Jumlah Tanggungan

Selain faktor ekonomi seperti pendapatan, harga, dan ketersediaan barang, kegiatan konsumsi juga dipengaruhi oleh faktor-faktor non ekonomi. Faktor- faktor non ekonomi itu diantaranya jumlah tanggungan keluarga, tingkat pendidikan, tempat tinggal, serta lingkungan sosial, budaya, agama dan adat istiadat. Semakin banyak jumlah anggota atau tanggungan keluarga, semakin

(30)

banyak pula jumlah dan jenis konsumsi keluarga yang bersangkutan (Deliarnov, 2006).

Jumlah anggota keluarga atau rumah tangga akan menentukan jumlah dan pola konsumsi suatu barang dan jasa. Rumah tangga dengan jumlah anggota yang lebih banyak akan membeli dan mengkonsumsi beras, daging, sayuran, dan buah- buahan yang lebih banyak dibandingkan dengan rumah tangga yang memiliki anggota lebih sedikit (Sumarwan, 2002)

2.1.5 Ekonomi Rumah Tangga

Ada dua segi masalah yang dihadapi rumah tangga keluarga. Penghasilan menjadi masalah karena selalu kurang dan pengeluaran menjadi masalah karena selalu bertambah terus. Maka, tantangan yang dihadapi dalam mengelola ekonomi rumah tangga ialah : pertama, bagaimana mendapatkan penghasilan yang cukup untuk hidup atau bagaimana mencari uang, dan kedua, bagaimana

mendayagunakan semaksimal mungkin setiap rupiah yang dimiliki (Gilarso, 2004).

2.1.6 Konsumerisme

Konsumerisme merupakan paham atau ideologi yang menjadikan seseorang atau kelompok melakukan dan menjalankan proses konsumsi atau pemakaian barang – barang hasil produksi secara berlebihan atau tidak sepantasnya secara sadar dan berkelanjutan.

Menurut Sassateli dalam Laliska (2011) menjelaskan bahwa konsumerisme mengandung unsur kebudayaan material. Dengan apa yang dimaksudkan dengan

"kebudayaan material" adalah kumpulan objek, baik yang dibuat oleh manusia

(31)

ataupun bukan yang menjadi bermakna melalui berbagai kegiatan yang dilakukan manusia dan sebaliknya akan memberikan makna pada berbagai kegiatan tersebut.

Dalam tulisan Sassateli juga menyatakan konsumerisme "a continnous and unremitting seacrh for new, fashionable, but superflous things" sehingga dengan menyebarnya konsumerisme orang-orang senantiasa berusaha untuk menemukan berbagai macam barang yang dinilai modern, tetapi sesungguhnya tidak diperlukan.

Menurut Sumartono dalam Dalila (2016) mendefinisikan perilaku konsumtif adalah membeli barang tanpa pertimbangan rasional atau bukan atas dasar kebutuhan dan suatu perilaku yang tidak lagi didasarkan pada pertimbangan yang rasional, melainkan karena adanya keinginan yang sudah mencapai taraf yang tidak rasional lagi. Beberapa indikator perilaku konsumtif yaitu:

a. Membeli produk karena iming-iming hadiah

Individu membeli suatu barang karena adanya hadiah yang ditawarkan jika membeli barang tersebut.

b. Membeli produk karena kemasannya menarik

Individu sangat mudah terbujuk untuk membeli produk yang dibungkus dengan rapi dan dihias dengan warna-warna yang menarik. Artinya motivasi untuk membeli produk tersebut hanya karena produk tersebut dibungkus dengan rapi dan menarik.

c. Membeli produk demi menjaga penampilan dan gengsi

Individu mempunyai keinginan yang tinggi, karena pada umumnya remaja mempunyai ciri khas dalam berpakaian, berdandan, gaya rambut, dan sebagainya

(32)

dengan tujuan agar konsumen selalu berpenampilan yang dapat menarik perhatian orang lain. Konsumen membelanjakan uangnya lebih banyak untuk menunjang penampilan diri.

d. Membeli produk atas pertimbangan harga (bukan atas dasar manfaat dan kegunaannya)

Individu cenderung berperilaku yang ditandai oleh adanya kehidupan mewah sehingga cenderung menggunakan segala hal yang dianggap paling mewah.

e. Membeli produk hanya sekedar menjaga simbol status

Individu mempunyai kemampuan membeli yang tinggi baik dalam berpakaian, berdandan, gaya rambut, dan sebagainya sehingga hal tersebut dapat menunjang sifat eksklusif dengan barang yang mahal dan memberi kesan berasal dari kelas sosial yang lebih tinggi. Dengan membeli suatu produk dapat memberikan simbol status agar kelihatan lebih keren dimata orang lain.

f. Memakai sebuah produk karena unsur konformitas terhadap model yang mengiklankan

Individu cenderung meniru perilaku tokoh yang diidolakannya dalam bentuk menggunakan segala sesuatu yang dipakai oleh tokoh idolanya. Konsumen juga cenderung memakai dan mencoba produk yang ditawarkan bila ia mengidolakan public figure produk tersebut.

g. Munculnya penilaian bahwa membeli produk dengan harga mahal akan menimbulkan rasa percaya diri yang tinggi

Individu sangat terdorong untuk mencoba suatu produk karena mereka percaya apa yang dikatakan oleh iklan yaitu dapat menumbuhkan rasa percaya diri dan

(33)

bahwa dengan membeli produk yang mereka anggap dapat mempercantik penampilan fisik, mereka akan menjadi lebih percaya diri.

h. Mencoba lebih dari dua produk sejenis (merek berbeda)

Individu akan cenderung menggunakan produk jenis sama dengan merek yang lain produk sebelumnya ia gunakan, meskipun produk tersebut belum habis dipakainya.

2.1.7 Sensitivitas Lingkungan

Sensitivitas sosial merupakan kemampuan untuk merasakan dan mengamati reaksi-reaksi atau perubahan orang lain yang ditunjukkannya baik secara verbal maupun nonverbal (Susanto, 2015).

Karakter sosial dapat mengidentifikasi kepribadian seseorang. Kepribadian tersebut dibagi menjadi dua yaitu sebagai inner directedness sampai kepada other- directedness. Konsumen yang berkepribadian sebagai inner directednessakan berorientasi kepada dirinya dalam membeli produk dan jasa. Mereka akan menggunakan nilai-nilai yang dianutnya mengevaluasi produk dan jasa.

Sedangkan konsumen sebagai other-directedness cenderung mempertimbangkan nilai-nilai yang dianut oleh orang-orang sekelilingnya agar bisa diterima oleh

mereka. Mereka berorientasi kepada orang-orang sekelilingnya (Sumarwan, 2002).

Menurut Alfred Adler dalam Ahmadi (2007) menegaskan bahwa jiwa manusia adalah merupakan kesatuan, sesuatu yang tidak dapat dipisahkan, dan mereaksi lingkungan juga secara keseluruhan. Individu yang satu berbeda dengan individu yang lain. Oleh karena itu, apabila individu yang satu dibandingkan dengan

(34)

individu yang lain, akan nampak perkembangan yang berbeda-beda, walaupun keadaan kehidupannya sama.

Teori Psikologis dapat memberikan pengetahuan yang sangat penting tentang alasan-alasan menyangkut perilaku pembelian seseorang. Kepribadian dapat didefinisikan sebagai serangkaian sikap dan kepercayaan seseorang yang dicerminkan dalam perilaku. Banyak orang yang merasa tidak puas dengan situasi yang ada, atau jika mereka puas, kepuasan itu hanya bersifat sementara. Banyak juga orang yang ingin membeli barang-barang yang lebih besar, lebih bagus, lebih antik atau lebih mewah tanpa memperhatikan posisinya. Tindakan seseorang yang tidak direncanakan akan mudah sekali menimbulkan akibat-akibat yang kurang baik. Namun tidak berarti bahwa akibat yang ditimbulkan selalu tidak baik (Swastha, 2001).

2.2. Landasan Teori 2.2.1 Hukum Engel

Menurut Sudarman dalam Isma (2010) mengatakan Seorang ahli ekonomi yang bernama Christian Lerent Even Engel mengemukakan sebuah "hukum konsumsi".

Hukum ini didasarkan pada hasil penelitian yang dilakukan pada abad 19 di Eropa. Menurut pendapat Engel, semakin miskin suatu keluarga atau bangsa, akan semakin besar pula persentase pengeluaran yang digunakan untuk barang pangan.

Nicholson (2002) menjelaskan mengenai Hukum engel yang dikemukakan oleh salah satu pakar ekonomi Prusia, Ernest Engel (1821-1896). Ernest Engel mengemukakan bahwa bagian pendapatan dari rumahtangga yang digunakan untuk belanja makanan cenderung menurun jika pendapatannya meningkat, yang

(35)

berarti semakin rendah penghasilan seseorang maka semakin besar proporsi pengeluaran yang dikeluarkan untuk konsumsi pengeluaran makanan atau pangan.

Dari studi perbandingan yang dilakukan Engel antar negara menujukkan bahwa pada umumnya masyarakat di negara berkembang membelanjakan proporsi pendapatan yang lebih besar untuk membeli makanan jika dibandingkan dengan negara maju.

2.2.2 Teori Konsumsi dengan Hipotesis Pendapatan Relatif (Relative Income Hypothesis)

Dalam Waluyo (2007) menjelaskan mengenai teori konsumsi dengan menggunakan hipotesis pendapatan relatif yang dikemukakan oleh James Dusenberry dengan bukunya "Income, Saving and the Theory of Consummer Behavior". Di dalam teori Dusenberry menggunakan dua asumsi yang digunakan untuk mengamati faktor-faktor yang dapat berpengaruh terhadap pengeluaran konsumsi seseorang, yaitu :

1. Selera rumah tangga atas barang konsumsi adalah inter dependen. Artinya pengeluaran konsumsi rumah tangga dipengaruhi oleh pengeluaran konsumsi yang dilakukan oleh masyarakat sekitarnya (tetangga). Jadi faktor lingkungan yang dapat berpengaruh terhadap pengeluaran konsumsi. Sebagai misal, seseorang yang memiliki kemampuan pengeluaran konsumsi yang sederhana tinggal di tempat/wilayah masyarakat yang pengeluaran konsumsinya serba kecukupan (serba mewah), secara otomatis ada rangsangan dari orang tersebut untuk mengikuti pola konsumsi di masyarakat sekitarnya (demonstration effect), begitupun sebaliknya.

(36)

2. Pengeluaran konsumsi adalah Irreversible, artinya pola pengeluaran pada saat penghasilan naik berbeda dengan pola pengeluaran pada saat penghasilan mengalami penurunan. Di dalam pengertian disini dikatakan bahwa pengeluaran konsumsi seseorang dalam jangka pendek dapat dipengaruhi oleh besarnya pendapatan relatif. Pendapatan relatif adalah pendapatan tertinggi yang pernah dicapai oleh seseorang. Sebagai misal, apabila pendapatan seseorang mengalami kenaikan maka secara otomatis konsumsi juga mengalami kenaikan dengan proporsi tertentu, dan seterusnya bila pendapatan mengalami penurunan, maka juga akan diikuti oleh penurunan konsumsinya.

Akan tetapi proporsi penurunannya lebih kecil dibandingkan proporsi akibat kenaikan pendapatan tadi.

2.3. Penelitian Terdahulu Tabel 2. Penelitian Terdahulu

No. Nama Judul Hasil Penelitian

1 Wuri

Purnamasari (2011)

Pengaruh

Lingkungan Sosial,

Budaya dan

Psikologi Konsumen terhadap Keputusan Pembelian Secara Online

a. Dari hasil pengujian maka lingkungan sosial, Budaya dan Psikologi konsumen mempuyai pengaruh signifikan secara parsial terhadap keputusan pembelian secara online.

b. Dari hasil pengujian bahwa pengaruh Lingkungan Sosial mempuyai pengaruh yang paling besar terhadap keputusan pembelian secara online.

(37)

Lanjutan Tabel 2. Penelitian Terdahulu

No. Nama Judul Hasil Penelitian

2 Adhi Tejo Dwicahyo, Nunuk Adiarni dan Mudatsir Najamuddin (2017)

Pengaruh Konsep Produk, Budaya Konsumsi, dan Keluarga Terhadap Perilaku Konsumen Mengkonsumsi Produk Kebab (Studi Kasus: Kebab Turki XXX)

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat pengaruh antara konsep produk dengan perilaku konsumen, terdapat pengaruh antara budaya konsumsi dengan perilaku konsumen, serta terdapat pengaruh keluarga dengan perilaku konsumen.

3 Krustin Halyani (2008)

Analisis Konsumsi Rumahtangga Petani Wortel Di Desa Sukatani Kecamatan Pacet Kabupaten Cianjur Propinsi Jawa Barat

Konsumsi rumahtangga petani wortel dipengaruhi nyata oleh pendapatan rumahtangga dan jumlah anggota keluarga.

Sedangkan jumlah anak sekolah, tingkat pendidikan kepala rumah tangga tidak berpengaruh nyata terhadap konsumsi rumahtangga.

4 Azzam Muhammad Jundi (2015)

Pengaruh Faktor Sosial, Budaya, Pribadi, dan Motivasi Terhadap Persepsi Konsumsi Pangan Pokok Non Beras di Wilayah Jakarta Timur

Terbukti dari pengaruh yang posif dan sangat signifikan variabel faktor sosial, budaya, pribadi dan motivasi dengan uji F (uji menyeluruh) terhadap persepsi konsumsi pangan pokok non beras di Jakarta Timur.

Berdasarkan hasil Uji regresi terlihat bahwa variabel Faktor pribadi adalah variabel yang paling dominan pengaruhnya terhadap persepsi konsumsi pangan pokok non beras.

(38)

2.4. Kerangka Pemikiran

Penelitian ini dilakukan di PTPN III Kebun Bangun yang berada di Kabupaten Simalungun dengan sasaran responden dalam penelitian ini adalah karyawan produksi kelapa sawit. Setiap karyawan memiliki pengeluaran untuk konsumsi yang berbeda-beda karena setiap karyawan memiliki pendapatan keluarga yang berbeda-beda pula.

Pola konsumsi merupakan susunan atau pola terhadap konsumsi pangan dan konsumsi non pangan karyawan. Pola konsumsi setiap karyawan dapat bervariasi, dikarenakan adanya perbedaan pada pendapatan keluarga, insentif dan tunjangan, jumlah tanggungan, manajemen ekonomi rumah tangga, konsumerisme, sensitivitas, dan golongan kerja karyawan.

Tingkat konsumsi karyawan dapat diketahui dari pola konsumsi pangan dan konsumsi non pangan. Sehingga dari pola tersebut dapat diketahui tingkat konsumsi tertinggi karyawan.

Kerangka pemikiran penelitian dapat dilihat sebagai berikut :

(39)

Gambar 1. Kerangka Pemikiran Penelitian

Keterangan :

: Menyatakan Pengaruh : Menyatakan Alur

Karyawan Produksi Kelapa Sawit

1. Insentif

2. Jumlah Tanggunan 3. Kemampuan Mengatur

Ekonomi Rumah Tangga 4. Golongan kerja

Gaji Sebagai Karyawan

Pendapatan Suami dan Istri Selain Sebagai Karyawan

Pola Konsumsi Rumah Tangga Konsumsi

Pangan

Konsumsi Non Pangan

Pendapatan Keluarga

Tingkat Konsumsi Rumah Tangga

Konsumerisme

Sensitivitas Lingkungan

(40)

2.5. Hipotesis Penelitian

Hipotesis dalam penelitian ini adalah bahwa secara serempak dan parsial pendapatan keluarga, insentif, jumlah tanggungan, kemampuan mengelola ekonomi rumah tangga, konsumerisme, sensitivitas lingkungan dan golongan kerja berpengaruh signifikan terhadap tingkat konsumsi rumah tangga karyawan.

(41)

3.1. Metode Lokasi Penelitian

Penentuan daerah penelitian dilakukan secara purposive (sengaja) di PTPN III Kebun Bangun, Kabupaten Simalungun dengan pertimbangan bahwa Setiap karyawan memiliki produksi yang berbeda-beda sehingga terdapat perbedaan pendapatan, serta terdapat perbedaan jumlah tunjangan dan insentif yang diperoleh serta keadaan lingkungan tempat tinggal yang dapat mengakibatkan tingkat konsumsi karyawan menjadi lebih bervariasi.

3.2. Metode Pengambilan Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah karyawan produksi kelapa sawit di PTPN III Kebun Bangun. Besar populasi di lokasi penelitian adalah 84 orang. Besar sampel dalam penelitian ini dihitung dengan menggunakan rumus Slovin dengan tingkat kesalahan 10%. Sehingga besar sampel dapat dihitung dengan rumus berikut ;

n = 𝑁

𝑁 𝑑 2+1

Dimana :

n = Ukuran Sampel N = Ukuran Populasi d= tingkat kesalahan (10%)

Maka didapat besar sampel penelitian sebagai berikut :

n = 91

91 0,1 2+1 = 47,6 = 48 orang

(42)

Jadi, besar sampel yang akan diteliti sebanyak 48 karyawan produksi kelapa sawit.

Metode pengambilan sampel dilakukan secara acak (Random Sampling) dengan menggunakan cara Proportionate Cluster Random Sampling. Karena di PTPN III Kebun Bangun terdiri dari 4 Afdeling pemilihan sampel dilakukan secara acak dari setiap Afdeling. Jumlah sampel karyawan produksi kelapa sawit sebagai berikut:

Tabel 3. Jumlah Sampel Karyawan Produksi Kelapa Sawit di PTPN III Kebun Bangun

No Batasan Populasi

(Orang)

Sampel (Orang)

1 Afdeling 1 20 20/91x48 = 11

2 Afdeling 2 11 11/91x48 = 6

3 Afdeling 3 30 30/91x48 = 16

4 Afdeling 4 30 30/91x48 = 16

Jumlah 91 48

Sumber : Kantor Kebun Bangun (2018)

3.3. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh langsung dilapangan dengan melalui pembagian kuesioner kepada karyawan produksi kelapa sawit. Data sekunder diperoleh dari kantor PTPN III Kebun Bangun dan Badan Pusat Statistik.

3.4. Metode Analisis Data

Untuk identifikasi masalah 1 dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif yaitu untuk mengetahui pola konsumsi rumah tangga karyawan produksi kelapa sawit di PTPN III Kebun Bangun yang terdiri dari konsumsi pangan maupun konsumsi non pangan.

(43)

Untuk identifikasi masalah 2 dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif yaitu untuk mengetahui tingkat konsumsi rumah tangga karyawan produksi kelapa sawit di PTPN III Kebun Bangun.

Untuk identifikasi masalah 3 dianalisis dengan menggunakan metode analisis regresi linier berganda untuk menganalisis pengaruh pendapatan keluarga, insentif dan tunjangan, jumlah tanggungan, manajemen konomi rumah tangga, konsumerisme, sensitivitas lingkungan dan golongan kerja terhadap tingkat konsumsi rumah tangga karyawan produksi kelapa sawit di PTPN III Kebun Bangun.

Untuk identifikasi masalah 4 dianalisis dengan menggunakan metode analisis regresi linier berganda untuk menganalisis pengaruh pendapatan keluarga, insentif dan tunjangan, jumlah tanggungan, manajemen konomi rumah tangga, konsumerisme, sensitivitas lingkungan dan golongan kerja terhadap konsumsi non pangan karyawan produksi kelapa sawit di PTPN III Kebun Bangun.

Untuk mengetahui nilai kemampuan mengelola ekonomi rumah tangga data dianalisis menggunakan Method Successive Interval (MSI). Method Successive Interval merupakan proses mengubah data ordinal menjadi data interval. Data ordinal dikonversi menjadi data interval dengan sebaran nilai Z. Data ordinal menggunakan angka sebagai simbol data kualitatif seperti batasan skor pada Tabel 4.

(44)

Tabel 4. Skor Kemampuan Mengelola Ekonomi Rumah Tangga

No Komponen Skor

1 2 3 4 5 1 Merencanakan anggaran dan belanja rumah tangga

(Planning)

2 Membuat kombinasi sumber-sumber pemasukan untuk memenuhi kebutuhan dan mengorganisir prioritasi kebutuhan (Organizing)

3 Melakukan belanja rumah tangga sesuai anggaran dan perencanaan (Actuating)

4 Mengontrol ekonomi rumah tangga agar sesuai dengan perencanaan dan melakukam imbangan antara pendapatan dengan pengeluaran(Controlling)

5 Melakukan evaluasi terhadap pendapatan dan pengeluaran (Evaluation)

Batasan skor komponen 1:

1 : Rutin merencanakan anggaran dan belanja rumah tangga

2 : Lebih sering merencanakan anggaran dan belanja rumah tangga

3 : Kadang-kadang merencanakan dan kadang-kadang tidak merencanakan anggaran dan belanja rumah tangga

4 : Lebih sering tidak merencanakan anggaran dan belanja rumah tangga 5 : Sama sekali tidak merencanakan anggaran dan belanja rumah tangga

Batasan skor komponen 2 :

1 : Rutin mengorganisir kebutuhan-kebutuhan sesuai dengan pemasukan yang diperoleh

2 : Lebih sering mengorganisir kebutuhan-kebutuhan sesuai dengan pemasukan yang diperoleh

3 : Kadang-kadang mengorganisir dan kadang-kadang tidak mengorganisir kebutuhan-kebutuhan dengan pemasukan yang diperoleh

(45)

4 : Lebih sering tidak mengorganisir kebutuhan-kebutuhan dengan pemasukan yang diperoleh

5 : Sama sekali tidak mengorganisir kebutuhan-kebutuhan dengan pemasukan yang diperoleh

Batasan skor komponen 3 :

1 : Rutin melakukan belanja sesuai anggaran dan perencanaan

2 : Lebih sering melakukan belanja sesuai dengan anggaran dan perencanaan 3 : Kadang-kadang melakukan dan kadang-kadang tidak melakukan belanja sesuai

anggaran dan perncanaan

4 : Lebih sering melakukan belanja tidak sesuai anggaran dan perencanaan 5 : Selalu melakukan belanja tidak sesuai anggaran dan perencanaan

Batasan skor komponen 4 :

1 : Selalu terkontrol dan pendapatan selalu lebih besar dari pengeluaran 2 : Terkontrol dan pendapatan lebih besar dari pengeluaran

3 : Kadang-kadang mengontrol dan kadang-kadang tidak mengontrol pengeluaran dan pendapatan

4 : Kurang terkontrol dan pengeluaran lebih besar dari pendapatan 5 : Tidak terkontrol dan pengeluaran selalu lebih besar dari pendapatan

Batasan skor komponen 5 :

1 : Rutin melakukan evaluasi terhadap pendapatan dan pengeluaran.

2 : Lebih sering melakukan evaluasi terhadap pendapatan dan pengeluaran

3 : Kadang-kadang melakukan dan kadang-kadang tidak melakukan evaluasi terhadap pendapatan dan pengeluaran

(46)

4 : Lebih tidak melakukan evaluasi terhadap pendapatan dan pengeluaran 5 : Sama sekali tidak melakukan evaluasi terhadap pendapatan dan pengeluaran

Untuk mengetahui nilai konsumerisme data dianalisis menggunakan Method Successive Interval (MSI). Setiap komponen memiliki 5 batasan skor untuk menentukan tingkat konsumerisme seseorang seperti yang terdapat dalam Tabel 5.

Tabel 5. Skor Konsumerisme

No Komponen Skor

1 2 3 4 5 1 Iming-iming (membeli produk karena "iming-iming"

hadiah, kemasannya menarik, dan unsur konformitas terhadap model yang mengiklankan).

2 Dibutuhkan dan tidak dibutuhkan (membeli produk demi menjaga penampilan dan gengsi, hanya sekedar menjaga simbol status, atas pertimbangan harga (bukan atas dasar manfaat dan kegunaannya), penilaian bahwa membeli produk dengan harga yang mahal akan menimbulkan rasa percaya diri yang tinggi).

3 Kondisi finansial (mencoba lebih dari dua produk sejenis namun dengan merek berbeda)

Batasan skor komponen 1 :

1 : Selalu membeli produk tidak karena "iming-iming"

2 : Lebih sering membeli produk tidak karena "iming-iming"

3 : Kadang-kadang membeli produk karena "iming-iming" dan kadang-kadang membeli produk tidak karena "iming-iming"

4 : Lebih sering membeli produk karena "iming-iming"

5 : Selalu membeli produk karena "iming-iming"

Batasan skor komponen 2 :

1 : Selalu membeli produk yang dibutuhkan 2 : Lebih sering membeli produk yang dibutuhkan

(47)

3 : Kadang-kadang membeli produk karena dibutuhkan dan kadang-kadang membeli produk yang tidak dibutuhkan

4 : Lebih sering membeli produk yang tidak dibutuhkan 5 : Selalu membeli produk yang tidak dibutuhkan

Batasan skor komponen 3 :

1 : Selalu membeli produk saat dana/anggaran tersedia 2 : Lebih sering membeli produk saat dana/anggaran tersedia

3 : Kadang-kadang membeli saat dana/anggaran tersedia dan kadang-kadang tidak 4 : Lebih sering membeli produk saat dana/anggaran tidak tersedia

5 : Selalu membeli produk saat dana/anggaran tidak tersedia

Untuk mengetahui nilai Sensitivitas Lingkungan data dianalisis menggunakan Method Successive Interval (MSI). Terdapat 5 batasan skror untuk mengetahui nilai sensitivitas seseorang terhadap pengaruh lingkungan seperti yang terdapat dalam Tabel 6.

Tabel 6. Skor Sensitivitas Lingkungan

No Komponen Skor

1 2 3 4 5 1 Mudah terpengaruh dan memiliki kecemburuan yang

tinggi atas konsumsi orang lain di lingkungan tempat tinggalnya

Batasan skor komponen 1:

1 : Dalam melakukan konsumsi selalu tidak dikarenakan memiliki kecemburuan dan terpengaruh atas konsumsi orang lain

2 : Dalam melakukan konsumsi lebih sering tidak dikarenakan memiliki kecemburuan dan terpengaruh atas konsumsi orang lain

(48)

3 : Kadang-kadang melakukan konsumsi dikarenakan memiliki kecemburuan dan terpengaruh atas konsumsi orang lain dan kadang-kadang tidak

4 : Dalam melakukan konsumsi lebih sering dikarenakan memiliki kecemburuan dan terpengaruh atas konsumsi orang lain

5 : Dalam melakukan konsumsi selalu dikarenakan memiliki kecemburuan dan terpengaruh atas konsumsi orang lain

Tabel 7. Matrik Operasionalisasi Variabel

No Variabel Dimensi Skala Indikator Satuan

1 Konsumsi Keluarga

- Pangan - Non Pangan

 Rasio  Pengeluaran untuk pangan

 Pengeluaran untuk non pangan

Rp Rp 2 Pendapatan - Pendapatan

keluarga

 Rasio  Pendapatan seluruh keluarga (gaji sebagai karyawan, gaji istri dan suami selain sebagai karyawan)

Rp

3 Insentif dan Tunjangan

- Insentif Material

 Rasio  Insentif yang diperoleh sebagai karyawan (bonus,

premi, uang

lembur,santunan dan bantuan sosial)

Rp

4 Jumlah tanggungan

- Tanggungan

Keluarga  Rasio  Jumlah anggota keluarga Orang 5 Kemampuan

Manajemen Ekonomi Rumah Tangga

- Manajemen Ekonomi Rumah Tangga

 Interval  Planning

 Organizing

 Actuating

 Controlling

 Evaluation

Ordinal

6 Konsumerisme - Tingkat Konsumerisme

 Interval  Iming-iming

 Dibutuhkan dan tidak dibutuhkan

 Kondisi finansial

Ordinal

7 Sensitivitas Lingkungan

- Tingkat Sensitivitas

 Interval  Mudah terpengaruh dan memiliki kecemburuan yang tinggi atas konsumsi orang lain di lingkungan tempat tinggalnya

Ordinal

8 Golongan Kerja

-Pangkat kerja  Interval  Golongan kerja sebagai karyawan produksi kelapa sawit

Ordinal

(49)

Sehingga untuk identifikasi masalah 3 dapat dituliskan dengan persamaan sebagai berikut :

Y = a0 + a1X1 + a2X2 + a3X3 + a4X4 +a5X5 + a6X6 + a7X7 + µ

Dimana :

Y : Konsumsi Keluarga a0 : Konstanta

a1,2,3,4,5,6,7 : Koefisien Variabel Regresi X1 : Pendapatan Keluarga X2 : Insentif dan Tunjangan X3 : Jumlah Tanggungan

X4 : Manajemen Ekonomi Rumah Tangga X5 : Konsumerisme

X6 : Sensitivitas Lingkungan X7 : Golongan Kerja

µ : Variabel Kesalahan

Untuk identifikasi masalah 4 dapat dituliskan dengan rumus Y = a0 + a1X1 + a2X2 + a3X3 + a4X4 +a5X5 + a6X6 + a7X7 + µ

Dimana :

Y : Konsumsi Non Pangan a0 : Konstanta

a1,2,3,4,5,6,7 : Koefisien Variabel Regresi X1 : Pendapatan Keluarga X2 : Insentif dan Tunjangan

(50)

X3 : Jumlah Tanggungan

X4 : Manajemen Ekonomi Rumah Tangga X5 : Konsumerisme

X6 : Sensitivitas Lingkungan X7 : Golongan Kerja

µ : Variabel Kesalahan

Regresi Linier Berganda 1. Uji Normalitas

Uji asumsi normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. salah satu metode yang dapat digunakan untuk mengetahui distribusi populasi yang diamati adalah dengan Uji One Sample Kolmogorov-Smirnov (OS-KS) dengan menggunakan software SPSS.

Indikator pengujian hipotesis yang digunakan adalah dengan membandingkan nilai signifikansi yang diperoleh dengan peluang kesalahan yang ditoleransi. Nilai kesalahan (α) yang ditoleransi untuk penilaian sosial umumnya berkisar 5%

(0,05).

Kriteria pengambilan keputusan adalah : H0 diterima jika nilai signifikansi ≥ α H1 diterima jika nilai signifikansi ≤ α

Hipotesis yang digunakan adalah:

Ho : Sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal H1 : Sampel berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal

(51)

2. Uji Multikolinieritas

Salah satu asumsi model regresi linier klasik adalah bahwa tidak terdapat multikolinieritas diantara variabel bebas yang dimasukkan ke dalam model. Uji asumsi multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah ditemukan adanya korelasi atau hubungan antar variabel bebas dalam model regresi.

Multikolinieritas dapat dilihat dengan nilai toleransi (tolerence) dan VIF, dengan kriteria uji sebagai berikut :

Jika toleransi ≤ 0,10 dan VIF ≥ 10 : terjadi multikolinieritas Jika toleransi > 0,10 dan VIF < 10 : tidak terjadi multikolinieritas

3. Uji Heteroskedastisitas

Salah satu asumsi yang penting dari model regresi linier klasik adalah bahwa gangguan (disturbance) atau residual yang muncul dalam fungsi regresi populasi adalah homokedastik, yaitu semua gangguan tadi mempunyai varians yang sama.

Uji asumsi heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah terjadi ketidaksamaan varians dari residual pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut homokedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas. Untuk mengetahui heteroskedastisitas dapat diuji dengan uji glejser dengan kriteria uji sebagai berikut :

Jika signifikansi t > α (0,05) : homokedastisitas Jika signifikansi t ≤ α (0,05) : heteroskedastisitas

Uji Kesesuaian Model (Test Goodness of Fit) 1. Uji Serempak (Uji F)

Uji F pada dasarnya digunakan untuk menunjukkan apakah secara serempak (simultan atau bersama-sama) semua variabel bebas yang dimasukkan kedalam

(52)

model berpengaruh nyata terhadap variabel terikat. Taraf signifikansi yang digunakan adalah 0,05.

Kriteria pengujian :

- Jika Fhitung ≤ Ftabel atau jika signifikansi F > α ; H0 diterima dan H1 ditolak.

- Jika Fhitung > Ftabel atau jika signifikansi F ≤ α ; H0 ditolak dan H1 diterima.

Hipotesis yang digunakan untuk identifikasi masalah 3 adalah :

Ho : Tingkat pendapatan keluarga, insentif dan tunjangan, jumlah tanggungan, manajemen ekonomi rumah tangga, konsumerisme, sensitivitas lingkungan dan golongan kerja tidak berpengaruh nyata terhadap tingkat konsumsi karyawan produksi kelapa sawit di PTPN III kebun bangun

H1 : Tingkat pendapatan keluarga, insentif dan tunjangan, jumlah tanggungan, manajemen ekonomi rumah tangga, konsumerisme, sensitivitas lingkungan dan golongan kerja berpengaruh nyata terhadap tingkat konsumsi karyawan produksi kelapa sawit di PTPN III kebun bangun

Hipotesis yang digunakan untuk identifikasi masalah 4 adalah :

Ho : Tingkat pendapatan keluarga, insentif dan tunjangan, jumlah tanggungan, manajemen ekonomi rumah tangga, konsumerisme, sensitivitas lingkungan dan golongan kerja tidak berpengaruh nyata terhadap konsumsi non pangan karyawan produksi kelapa sawit di PTPN III kebun bangun

H1 : Tingkat pendapatan keluarga, insentif dan tunjangan, jumlah tanggungan, manajemen ekonomi rumah tangga, konsumerisme, sensitivitas lingkungan dan golongan kerja berpengaruh nyata terhadap konsumsi non pangan karyawan produksi kelapa sawit di PTPN III kebun bangun

Gambar

Gambar 1. Kerangka Pemikiran Penelitian
Tabel 4. Skor Kemampuan Mengelola Ekonomi Rumah Tangga
Tabel 5. Skor Konsumerisme
Tabel 6. Skor Sensitivitas Lingkungan
+4

Referensi

Dokumen terkait

Nilai R Square sejumlah 0,884 menunjukkan pengertian bahwa tingkat kemudahan akses pengunjung dipengaruhi variabel-variabel kualitas area pedestrian di dalam Plaza Senayan

Dari data LSD yang didapat, perlakuan betadine salep (kontrol positif) dibandingkan dengan SEDN 5%, SEDN 10% dan SEDN 15% terdapat perbedaan tidak bermakna

a) Diharapkan Lapas Narkotika Kelas IIB Banyuasin melakukan evaluasi yang lebih mendalam terhadap hasil dan proses pelatihan yang dilaksanakan dan Pelatihan yang

Fokus penelitian dalam penelitian ini adalah mengenai bagaimana pembagian harta warisan pada masyarakat di Desa Cibuluh ditinjau dari hukum waris Islam,

Pada form pelatihan terdapat beberapa tombol buka citra, preprocessing , dan ekstraksi fitur yang merupakan tombol utama untuk menjalankan tahap pelatihan ini. Disamping itu

Peubah yang diamati yaitu tinggi tanaman, jumlah cabang, umur berbunga, jumlah polong per tanaman, jumlah polong per plot, bobot polong per tanaman, bobot polong

Sementara dalam upaya meningkatkan kapasitas dan kapabilitas pejabat struktural, telah dan terus akan dilakukan Assesment bagi yang telah menduduki maupun yang belum

Berdasarkan Gambar 9 dapat dijelaskan bahwa proses klasifikasi dari keseluruhan jenis serangan berhasil dengan maksimal, setiap jenis serangan dapat dipisahkan