• Tidak ada hasil yang ditemukan

Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Konsumsi Rumah

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

5.3. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Konsumsi Rumah

Dalam penelitian terdapat 7 faktor yang mempengaruhi tingkat konsumsi rumah tangga karyawan produksi kelapa sawit di PTPN III Kebun Bangun, yaitu pendapatan keluarga (X1), insentif dan tunjangan (X2), jumlah tanggungan (X3), manajemen ekonomi rumah tangga (X4), konsumerisme (X5), sensitivitas lingkungan (X6), dan golongan kerja (X7).

Untuk menguji faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat konsumsi tersebut data diuji menggunakan alat bantu SPSS 21.0 dan dianalisis dengan metode analisis Regresi Linier Berganda sehingga dapat diketahui koefisien determinasi (R²) yang bertujuan untuk mengetahui kekuatan variabel-variabel bebas dalam menjelaskan variabel terikat dan juga dapat mengetahui pengaruhnya secara serempak dan parsial. Data juga diuji dengan Uji Asumsi Klasik untuk mengetahui data berdistribusi normal dan terbebas dari gejala multikolinearitas dan heteroskedastisistas.

5.3.1 Hasil Uji Asumsi Klasik A. Uji Normalitas

Uji asumsi normalitas bertujuan untuk mengetahui data terdistribusi normal atau tidak. Data diuji dengan uji One Sample Kolmogorov-Smirnov (OS-KS) dengan syarat nilai signifikansi lebih besar dari nilai α = 0,05. Hasil pengujian dapat dilihat pada Tabel 16.

Tabel 16. Hasil Uji Normalitas Konsumsi Karyawan Produksi Kelapa Sawit di PTPN III Kebun Bangun

No Uji Sig.

1 Kolmogorov-Smirnov Z 0,929 Sumber : Lampiran 13

Dari Tabel 16 dapat diketahui nilai signifikansi sebesar 0,929 lebih besar dari nilai α = 0,05. Hal tersebut menunjukkan bahwa H0 diterima dan H1 ditolak, artinya

sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal B. Uji Multikolinieritas

Uji asumsi multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah ditemukan adanya korelasi atau hubungan antara variabel bebas dalam model regresi.

Multikolinieritas dapat dilihat dengan nilai toleransi (tolerance) dan VIF. Agar tidak terjadi multikolinieritas nilai tolerance ≥ 0,1 dan nilai VIF ≤ 10. Hasil pengujian dapat dilihat pada Tabel 17.

Tabel 17. Hasil Uji Multikolinieritas Tingkat Konsumsi Karyawan Produksi Kelapa Sawit di PTPN III Kebun Bangun

No Variabel Bebas Collinearity Statistics

Tolerance VIF tolerance ≥ 0,1 dan memiliki nilai VIF ≤ 10. Artinya tidak terjadi multikolineieritas dari persamaan model regresi ini.

C. Uji Heteroskedastisitas

Uji asumsi heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah terjadi ketidaksamaan varians dalam model persamaan.Uji hetersokedastisitas dapat dilakukan dengan menggunakan uji Glejser. Agar tidak terjadi heteroskedastisitas maka nilai signifikansi t ≥ α (0,05). Hasil pengujian dapat dilihat pada Tabel 18.

Tabel 18. Hasil Uji Heteroskedastisitas Tingkat Konsumsi Karyawan Produksi Kelapa Sawit di PTPN III Kebun Bangun

No Variabel Bebas Sig.

1

Dari Tabel 18 menunjukkan bahwa seluruh nilai signifikansi dari variabel bebas yang termasuk dalam model persamaan ≥ nilai α (0,05). Hal tersebut berarti bahwa dalam model persamaan tersebut tidak terjadi heteroskedastisitas atau disebut homokedastisitas.

Berdasarkan uji asumsi klasik yang telah dilakukan, bahwa model persamaan tersebut dapat dikatakan sebagai model yang baik karena telah memenuhi asumsi-asumsi yang telah ditetapkan.

5.3.2 Uji Kesesuaian Model (Goodness Of Fit Test)

Untuk melihat analisis pengaruh faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat konsumsi rumah tangga karyawan produksi kelapa sawit di PTPN III Kebun Bangun dapat dilihat pada Tabel 19.

Tabel 19. Hasil Analisis Regresi Linier Berganda Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Konsumsi

Variabel Koefisien Regresi

Thitung Sig Keterangan

(Constant)

Lanjutan Tabel 19. Hasil Analisis Regresi Linier Berganda Yang Mempengaruhi Tingkat Konsumsi

Variabel Fhitung Sig Keterangan

Regression 29,002 0,000 Nyata

R Square = 0,835

Sumber :Lampiran 13

Pada Tabel 19 dapat diketahui dari hasil estimasi diperoleh nilai R Square (R2) sebesar 0.835. Hal ini menunjukkan bahwa sebesar 83,5% variasi variabel konsumsi telah dapat dijelaskan oleh variabel pendapatan keluarga, insentif dan tunjangan, jumlah tanggungan, manajemen ekonomi rumah tangga, konsumersime, sensitivitas lingkungan, dan golongan kerja. Sedangkan sisanya sebesar 16,5% dipengaruhi oleh variabel atau faktor lain yang belum dimasukkan ke dalam model.

Dari Tabel 19 juga dapat diketahui nila signifikansi F sebesar 0.000 (≤ 0.05). Hal tersebut menunjukkan bahwa H0 ditolak dan H1 diterima yang berarti variabel pendapatan keluarga, insentif dan tunjangan, jumlah tanggungan, manajemen ekonomi rumah tangga, konsumersime, sensitivitas lingkungan, dan golongan kerja secara serempak berpengaruh nyata terhadap konsumsi rumah tangga karyawan produksi kelapa sawit di PTPN III Kebun Bangun.

Dari Tabel 19 dapat dituliskan persamaan regresi sebagai berikut :

Y = 1.066.409,867 + 1,132X1 + 0,075X2 + 165.071,418X3 - 55.014,226X4 + 24.321,889X5 + 30.221,298X6 + 108.105,883X7

Keterangan :

Y : Konsumsi Rumah Tangga X1 : Pendapatan Keluarga

X2 : Insentif dan Tunjangan X3 : Jumlah Tanggungan

X4 : Manajemen Ekonomi Rumah Tangga X5 : Konsumerisme

X6 : Senitivitas Lingkungan X7 : Golongan Kerja

Dari hasil estimasi tersebut menunjukkan bahwa nilai koefisien intersep (konstanta) adalah sebesar 1.066.409,867. Hal ini menunjukkan bahwa efek yang ditimbulkan variabel bebas pendapatan keluarga, insentif dan tunjangan, jumlah tanggungan, manajemen ekonomi rumah tangga, konsumersime, sensitivitas lingkungan, dan golongan kerja terhadap variabel terikat konsumsi rumah tangga adalah sebesar 1.066.409,867. Atau apabila nilai variabel bebas pendapatan keluarga, insentif dan tunjangan, jumlah tanggungan, manajemen ekonomi rumah tangga, konsumersime, sensitivitas lingkungan, dan golongan kerja sama dengan

nol (=0), maka nilai variabel terikat konsumsi rumah tangga adalah sebesar Rp. 1.066.409,867. Secara parsial pengaruh pendapatan keluarga, insentif dan

tunjangan, jumlah tanggungan, manajemen ekonomi rumah tangga, konsumersime, sensitivitas lingkungan, dan golongan kerja terhadap tingkat konsumsi rumah tangga karyawan produksi kelapa sawit di PTPN III kebun Bangun sebagai berikut:

a. Pengaruh Pendapatan Keluarga Terhadap Tingkat Konsumsi Rumah Tangga Karyawan di PTPN III Kebun Bangun

Dari estimasi yang dilakukan diperoleh nilai signifikansi t adalah sebesar 0,000 (≤ 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa H0 ditolak dan H1 diterima yang berarti

variabel pendapatan keluarga secara parsial berpengaruh nyata terhadap variabel konsumsi rumah tangga karyawan produksi kelapa sawit.

Hasil estimasi menunjukkan koefisien regresi variabel pendapatan keluarga bertanda positif sebesar 1,132. Artinya secara teoritis kenaikan pendapatan

keluarga sebesar Rp. 1000 akan meningkatkan konsumsi rumah tangga sebesar Rp. 1.132 atau secara non teoritis kenaikan pendapatan keluarga memiliki

kecenderungan diikuti oleh kenaikan konsumsi rumah tangga.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Halyani (2008) dengan judul "Analisis Konsumsi Rumahtangga Petani Wortel Di Desa Sukatani Kecamatan Pacet Kabupaten Cianjur Propinsi Jawa Barat" yang menyimpulkan bahwa pendapatan rumahtangga berpengaruh nyata terhadap persentase konsumsi pangan rumahtangga.

b. Pengaruh Insentif dan Tunjangan Terhadap Tingkat Konsumsi Rumah Tangga Karyawan di PTPN III Kebun Bangun

Nilai signifikansi t yang diperoleh dari hasil estimasi adalah sebesar 0,418 (≥ 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa H0 diterima dan H1 ditolak yang

berarti variabel insentif dan tunjangan secara parsial tidak berpengaruh nyata terhadap variabel terikat konsumsi rumah tangga karyawan produksi kelapa sawit.

Diperoleh nilai koefisien regresi variabel bebas insentif dan tunjangan bertanda poitif sebesar 0,075. Artinya secara teoritis kenaikan insentif dan tunjangan sebesar Rp. 1.000 akan meningkatkan konsumsi rumah tangga sebesar Rp. 750 atau secara non teoritis kenaikan insentif dan tunjangan cenderungan diikuti oleh kenaikan konsumsi rumah tangga.

c. Pengaruh Jumlah Tanggungan Terhadap Tingkat Konsumsi Rumah Tangga Karyawan di PTPN III Kebun Bangun

Hasil estimasi menunjukkan nilai signifikansi t sebesar 0,002 (≤ 0,05). Hal tersebut menandakan bahwa H0 ditolak dan H1 diterima dan berarti variabel jumlah tanggungan secara parsial berpengaruh nyata terhadap variabel terikat konsumsi rumah tangga karyawan produksi kelapa sawit.

Hasil estimasi menunjukkan nilai koefisien regresi variabel jumlah tanggungan bertanda positif sebesar 165.071,418. Hal tersebut menunjukkan bahwa secara teorits penambahan jumlah tanggungan sebanyak 1 orang akan meningkatkan konsumsi rumah tangga sebesar Rp. 165.071,418 atau secara non teoritis kenaikan jumlah tanggungan cenderung diikuti oleh kenaikan konsumsi rumah tangga.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Halyani (2008) dengan judul

"Analisis Konsumsi Rumahtangga Petani Wortel Di Desa Sukatani Kecamatan Pacet Kabupaten Cianjur Propinsi Jawa Barat" yang menyimpulkan bahwa dari hasil analisis regresi linier berganda variabel jumlah anggota rumahtangga berpengaruh nyata terhadap konsumsi rumahtangga petani dan memiliki nilai koefisien regresi yang positif.

d. Pengaruh Manajemen Ekonomi Rumah Tangga Terhadap Tingkat Konsumsi Rumah Tangga Karyawan di PTPN III Kebun Bangun

Hasil estimasi menunjukkan bahwa nilai sginifikansi t sebesar 0,362 (≥ 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa H0 diterima dan H1 ditolak yang berarti variabel manajemen ekonomi rumah tangga secara parsial tidak berpengaruh nyata terhadap konsumsi rumah tangga karyawan produksi kelapa sawit.

Hasil estimasi menunjukkan bahwa nilai koefisien regresi variabel manajemen ekonomi rumah tangga bertanda negatif sebesar 55.014,226. Artinya secara

teoritis bahwa setiap terjadi kenaikan manajemen ekonomi rumah tangga 1 tingkatan maka akan menurunkan konsumsi rumah tangga sebesar Rp. 55.014,226 dan secara non teoritis setiap terjadi peningkatan manajemen

ekonomi rumah tangga cenderung diikuti oleh penurunan tingkat konsumsi rumah tangga.

e. Pengaruh Konsumerisme Terhadap Tingkat Konsumsi Rumah Tangga Karyawan di PTPN III Kebun Bangun

Dari estimasi yang dilakukan diperoleh nilai signifikansi t sebesar 0,723 (≥ 0,05).

Hal ini menunjukkan bahwa H0 diterima dan H1 ditolak, artinya variable konsumerisme secara parsial tidak berpengaruh nyata terhadap konsumsi rumah tangga karyawan produksi kelapa sawit.

Nilai koefisien regresi yang diperoleh bertanda positif sebesar 24.321,889. Hal ini menunjukkan bahwa secara teoritis kenaikan konsumerisme 1 satuan akan meningkatkan konsumsi rumah tangga sebesar Rp. 24.321,889 atau secara non teoritis kenaikan konsumerisme cenderung akan diikuti dengan kenaikan konsumsi rumah tangga.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Dwicahyo, dkk (2017) dengan judul "Pengaruh Konsep Produk, Budaya

Konsumsi, dan Keluarga Terhadap Perilaku Konsumen Mengkonsumsi Produk Kebab (Studi Kasus: Kebab Turki XXX) yang menyimpulkan bahwa budaya konsumsi berpengaruh nyata terhadap perilaku konsumen. Budaya konsumsi

tersebut memiliki makna yang sama dengan konsumerisme, karena budaya konsumi merupakan perilaku atau sikap konsumen dalam mengkonsumi sesuatu.

f. Pengaruh Sensitivitas Lingkungan Terhadap Tingkat Konsumsi Rumah Tangga Karyawan di PTPN III Kebun Bangun

Hasil estimasi menunjukkan bahwa tingkat signifikansi t adalah sebesar 0,480 (≥ 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa H0 dite rima dan H1ditolak yang berarti

variabel sensitivitas lingkungan secara parsial tidak berpengaruh nyata terhadap variabel konsumsi rumah tangga karyawan produksi kelapa sawit.

Hasil estimasi menunjukkan bahwa nilai koefisien regresi variabel sensitivitas lingkungan bertanda positif sebesar 30.221,298. Hal ini berarti bahwa secara teoritis kenaikan sensitivitas lingkungan 1 satuan akan meningkatkan konsumsi rumah tangga sebesar Rp. 30.221,298 atau secara non teoritis setiap adanya kenaikan sensitivitas lingkungan cenderung akan diikuti kenaikan konsumsi rumah tangga.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Purnamasari (2011) dengan judul

"Pengaruh Lingkungan Sosial, Budaya dan Psikologi Konsumen terhadap Keputusan Pembelian Secara Online" yang menyimpulkan bahwa lingkungan sosial berpengaruh nyata terhadap keputusan pembelian secara online.

Lingkungan sosial yang dimaksud memiliki arti yang sama dengan sensitivitas lingkungan yaitu kelompok yang dijadikan sebagai acuan seseorang dalam mengkonsumsi seperti keluarga, teman, tetangga, rekan kerja, dll.

Hal ini juga didukung oleh teori teori konsumsi dengan menggunakan hipotesis pendapatan relatif yang dikemukakan oleh James Dusenberry yang menyatakan

bahwa selera rumah tangga atas barang konsumsi adalah inter dependen. Artinya pengeluaran konsumsi rumah tangga dipengaruhi oleh pengeluaran konsumsi yang dilakukan oleh masyarakat sekitarnya (tetangga).

g. Pengaruh Golongan Kerja Pengaruh Lingkungan Terhadap Tingkat Konsumsi Rumah Tangga Karyawan di PTPN III Kebun Bangun

Hasil estimasi menunjukkan bahwa tingkat signifikansi t adalah sebesar 0,030 (≤ 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa H0 ditolak dan H1 diterima yang berarti

variabel golongan kerja secara parsial berpengaruh nyata terhadap variabel konsumsi rumah tangga karyawan produksi kelapa sawit.

Hasil estimasi menunjukkan bahwa nilai koefisien regresi variabel tingkat sensitivitas bertanda positif sebesar 108.105,883. Hal ini berarti bahwa secara teoritis kenaikan golongan kerja 1 tingkat akan meningkatkan konsumsi rumah tangga sebesar Rp. 108.105,883 atau secara non teoritis setiap adanya kenaikan golongan kerja cenderung akan diikuti kenaikan konsumsi rumah tangga.

Berdasarkan uraian tersebut variabel pendapatan keluarga, jumlah tanggungan, dan golongan kerja secara parsial berpengaruh nyata terhadap tingkat konsumsi karyawan produksi kelapa sawit di PTPN III Kebun bangun. Sedangkan variabel insentif dan tunjangan, manajemen ekonomi rumah tangga, konsumerisme, dan sensitivitas lingkungan, secara parsial tidak berpengaruh nyata terhadap tingkat konsumsi karyawan produksi kelapa sawit di PTPN III Kebun bangun.

5.4. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Konsumsi Non Pangan Karyawan Produksi Kelapa Sawit di PTPN III Kebun Bangun

Terdapat 7 faktor yang mempengaruhi konsumsi non pangan karyawan produksi kelapa sawit di PTPN III Kebun Bangun, yaitu pendapatan keluarga (X1), insentif

dan tunjangan (X2), jumlah tanggungan (X3), manajemen ekonomi rumah tangga (X4), tingkat konsumerisme (X5), tingkat sensitivitas terhadap pengaruh lingkungan (X6), dan golongan kerja (X7).

Untuk menguji faktor-faktor yang mempengaruhi konsumsi non pangan tersebut data diuji menggunakan alat bantu SPSS 21.0 dan dianalisis dengan metode analisis Regresi Linier Berganda sehingga dapat diketahui koefisien determinasi (R²) yang bertujuan untuk mengetahui kekuatan variabel-variabel bebas dalam menjelaskan variabel terikat dan juga dapat mengetahui pengaruhnya secara serempak dan parsial. Data juga diuji dengan Uji Asumsi Klasik untuk mengetahui data berdistribusi normal dan terbebas dari gejala multikolinearitas dan heteroskedastisistas.

5.3.1 Hasil Uji Asumsi Klasik A. Uji Normalitas

Uji asumsi normalitas bertujuan untuk mengetahui data terdistribusi normal atau tidak. Data diuji dengan uji One Sample Kolmogorov-Smirnov (OS-KS) dengan syarat nilai signifikansi lebih besar dari nilai α = 0,05. Hasil pengujian dapat dilihat pada Tabel 20.

Tabel 20. Hasil Uji Normalitas Konsumsi Non Pangan Karyawan Produksi Kelapa Sawit di PTPN III Kebun Bangun

No Uji Sig.

1 Kolmogorov-Smirnov Z 0,638 Sumber : Lampiran 14

Dari Tabel 20 dapat diketahui nilai signifikansi sebesar 0,638 lebih besar dari nilai α = 0,05. Hal tersebut menunjukkan bahwa H0 diterima dan H1 ditolak, artinya sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal

B. Uji Multikolinieritas

Uji asumsi multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah ditemukan adanya korelasi atau hubungan antara variabel bebas dalam model regresi.

Multikolinieritas dapat dilihat dengan nilai toleransi (tolerance) dan VIF. Agar tidak terjadi multikolinieritas nilai tolerance ≥ 0,1 dan nilai VIF ≤ 10. Hasil pengujian dapat dilihat pada Tabel 21.

Tabel 21. Hasil Uji Multikolinieritas Konsumsi Non Pangan Karyawan Produksi Kelapa Sawit di PTPN III Kebun Bangun

No Variabel Bebas Collinearity Statistics

Tolerance VIF tolerance ≥ 0,1 dan memiliki nilai VIF ≤ 10. Artinya tidak terjadi multikolineieritas dari persamaan model regresi ini.

C. Uji Heteroskedastisitas

Uji asumsi heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah terjadi ketidaksamaan varians dalam model persamaan. Uji hetersokedastisitas dapat dilakukan dengan menggunakan uji Glejser. Agar tidak terjadi heteroskedastisitas maka nilai signifikansi t ≥ α (0,05). Hasil pengujian dapat dilihat pada Tabel 22.

Tabel 22. Hasil Uji Heteroskedastisitas Konsumsi Non Pangan Karyawan Produksi Kelapa Sawit di PTPN III Kebun Bangun

No Variabel Bebas Sig.

1

Dari Tabel 22 menunjukkan bahwa seluruh nilai signifikansi dari variabel bebas yang termasuk dalam model persamaan ≥ nilai α (0,05). Hal tersebut berarti bahwa dalam model persamaan tersebut tidak terjadi heteroskedastisitas atau disebut homokedastisitas.

Berdasarkan uji asumsi klasik yang telah dilakukan, bahwa model persamaan tersebut dapat dikatakan sebagai model yang baik karena telah memenuhi asumsi-asumsi yang telah ditetapkan.

5.3.2 Uji Kesesuaian Model (Goodness Of Fit Test)

Untuk melihat analisis pengaruh faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat konsumsi rumah tangga karyawan produksi kelapa sawit di PTPN III Kebun Bangun dapat dilihat pada Tabel 23.

Tabel 23. Hasil Analisis Regresi Linier Berganda Faktor Yang Mempengaruhi Konsumsi Non Pangan

Variabel Koefisien Regresi

Thitung Sig Keterangan

(Constant)

Lanjutan Tabel 23. Hasil Analisis Regresi Linier Berganda Faktor Yang Mempengaruhi Konsumsi Non Pangan

Variabel Fhitung Sig Keterangan

Regression 12,640 0,000 Nyata

R Square = 0,689

Sumber :Lampiran 14

Pada Tabel 23 dapat diketahui dari hasil estimasi diperoleh nilai R Square (R2) sebesar 0.689. Hal ini menunjukkan bahwa sebesar 68,9% variasi variabel konsumsi non pangan telah dapat dijelaskan oleh variabel pendapatan keluarga, insentif dan tunjangan, jumlah tanggungan, manajemen ekonomi rumah tangga, konsumersime, sensitivitas lingkungan, dan golongan kerja. Sedangkan sisanya sebesar 31,1% dipengaruhi oleh variabel atau faktor lain yang belum dimasukkan ke dalam model.

Dari Tabel 23 juga dapat diketahui nila signifikansi F sebesar 0.000 (≤ 0.05). Hal tersebut menunjukkan bahwa H0 ditolak dan H1 diterima yang berarti variabel pendapatan keluarga, insentif dan tunjangan, jumlah tanggungan, manajemen ekonomi rumah tangga, konsumersime, sensitivitas lingkungan , dan golongan kerja secara serempak berpengaruh nyata terhadap konsumsi non pangan karyawan produksi kelapa sawit di PTPN III Kebun Bangun.

Dari Tabel 23 dapat dituliskan persamaan regresi sebagai berikut :

Y = 73.734,465 + 0,762X1 + 0,079X2 + 8.742,054X3 + 165.680,870X4 + 85.499,969X5 + 113.286,891X6 + 128.523,369X7

Keterangan :

Y : Konsumsi Non Pangan X1 : Pendapatan Keluarga

X2 : Insentif dan Tunjangan X3 : Jumlah Tanggungan

X4 : Manajemen Ekonomi Rumah Tangga X5 : Konsumerisme

X6 : Senitivitas Lingkungan X7 : Golongan Kerja

Dari hasil estimasi tersebut menunjukkan bahwa nilai koefisien intersep (konstanta) adalah sebesar 73.734,465. Hal ini menunjukkan bahwa efek yang ditimbulkan variabel bebas pendapatan keluarga, insentif dan tunjangan, jumlah tanggungan, manajemen ekonomi rumah tangga, konsumersime, sensitivitas lingkungan, dan golongan kerja terhadap variabel terikat konsumsi non pangan adalah sebesar 73.734,465. Atau apabila nilai variabel bebas pendapatan keluarga, insentif dan tunjangan, jumlah tanggungan, manajemen ekonomi rumah tangga, konsumersime, sensitivitas lingkungan, dan golongan kerja sama dengan nol (=0),

maka nilai variabel terikat konsumsi non pangan adalah sebesar Rp. 73.734,465. Secara parsial pengaruh pendapatan keluarga, insentif dan

tunjangan, jumlah tanggungan, manajemen ekonomi rumah tangga, konsumersime, sensitivitas lingkungan, dan golongan kerja terhadap tingkat konsumsi non pangan karyawan produksi kelapa sawit di PTPN III kebun Bangun sebagai berikut:

a. Pengaruh Pendapatan Keluarga Terhadap Konsumsi Non Pangan Karyawan di PTPN III Kebun Bangun

Dari estimasi yang dilakukan diperoleh nilai signifikansi t adalah sebesar 0,000 (≤ 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa H0 ditolak dan H1 diterima yang berarti

variabel pendapatan keluarga secara parsial berpengaruh nyata terhadap variabel konsumsi non pangan karyawan produksi kelapa sawit.

Hasil estimasi menunjukkan koefisien regresi variabel pendapatan keluarga bertanda positif sebesar 0,762. Artinya secara teoritis kenaikan pendapatan

keluarga sebesar Rp. 1000 akan meningkatkan konsumsi non pangan sebesar Rp. 762 atau secara non teoritis kenaikan pendapatan keluarga memiliki

kecenderungan diikuti oleh kenaikan konsumsi non pangan.

b. Pengaruh Insentif dan Tunjangan Terhadap Konsumsi Non Pangan Karyawan di PTPN III Kebun Bangun

Nilai signifikansi t yang diperoleh dari hasil estimasi adalah sebesar 0,439 (≥ 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa H0 diterima dan H1 ditolak yang

berarti variabel insentif dan tunjangan secara parsial tidak berpengaruh nyata terhadap variabel terikat konsumsi non pangan karyawan produksi kelapa sawit.

Diperoleh nilai koefisien regresi variabel bebas insentif dan tunjangan bertanda poitif sebesar 0,079. Artinya secara teoritis kenaikan insentif dan tunjangan sebesar Rp. 10.000 akan meningkatkan konsumsi non pangan sebesar Rp. 790 atau secara non teoritis kenaikan insentif dan tunjangan cenderungan diikuti oleh kenaikan konsumsi non pangan.

c. Pengaruh Jumlah Tanggungan Terhadap Konsumsi Non Pangan Karyawan di PTPN III Kebun Bangun

Hasil estimasi menunjukkan nilai signifikansi t sebesar 0,874 (≥ 0,05). Hal tersebut menandakan bahwa H0 diterima dan H1 ditolak dan berarti variabel jumlah tanggungan secara parsial tidak berpengaruh nyata terhadap variabel terikat konsumsi non pangan karyawan produksi kelapa sawit.

Hasil estimasi menunjukkan nilai koefisien regresi variabel jumlah tanggungan bertanda positif sebesar 8.742,054. Hal tersebut menunjukkan bahwa secara teorits penambahan jumlah tanggungan sebanyak 1 orang akan meningkatkan konsumsi non pangan sebesar Rp. 8.742,054 atau secara non teoritis kenaikan jumlah tanggungan cenderung diikuti oleh kenaikan konsumsi non pangan.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Halyani (2008) dengan judul

"Analisis Konsumsi Rumahtangga Petani Wortel Di Desa Sukatani Kecamatan Pacet Kabupaten Cianjur Propinsi Jawa Barat" yang menyimpulkan bahwa dari hasil analisis regresi linier berganda variabel jumlah anggota rumahtangga berpengaruh nyata terhadap konsumsi rumahtangga petani dan memiliki nilai koefisien regresi yang positif.

d. Pengaruh Manajemen Ekonomi Rumah Tangga Terhadap Konsumsi Non Pangan Karyawan di PTPN III Kebun Bangun

Hasil estimasi menunjukkan bahwa nilai sginifikansi t sebesar 0,016 (≤ 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa H0 ditolak dan H1 diterima yang berarti variabel manajemen ekonomi rumah tangga secara parsial berpengaruh nyata terhadap konsumsi non pangan karyawan produksi kelapa sawit.

Hasil estimasi menunjukkan bahwa nilai koefisien regresi variabel manajemen ekonomi rumah tangga bertanda positif sebesar 165.680,870. Artinya secara

teoritis bahwa setiap terjadi kenaikan manajemen ekonomi rumah tangga 1 tingkatan maka akan meningkatkan konsumsi non pangan sebesar Rp. 165.680,870 dan secara non teoritis setiap terjadi peningkatan manajemen

ekonomi rumah tangga cenderung diikuti oleh kenaikan konsumsi non pangan.

e. Pengaruh Konsumerisme Terhadap Konsumsi Non Pangan Karyawan di PTPN III Kebun Bangun

Dari estimasi yang dilakukan diperoleh nilai signifikansi t sebesar 0,263 (≥ 0,05).

Hal ini menunjukkan bahwa H0 diterima dan H1 ditolak, artinya variable konsumerisme secara parsial tidak berpengaruh nyata terhadap konsumsi non pangan karyawan produksi kelapa sawit.

Nilai koefisien regresi yang diperoleh bertanda positif sebesar 85.499,969. Hal ini menunjukkan bahwa secara teoritis kenaikan tingkat konsumerisme 1 satuan akan meningkatkan konsumsi non pangan sebesar Rp. 85.499,969 atau secara non teoritis kenaikan konsumerisme cenderung akan diikuti dengan kenaikan konsumsi non pangan.

f. Pengaruh Sensitivitas Lingkungan Terhadap Konsumsi Non Pangan Karyawan di PTPN III Kebun Bangun

Hasil estimasi menunjukkan bahwa tingkat signifikansi t adalah sebesar 0,020 (≤ 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa H0 ditolak dan H1 diterima yang berarti

variabel sensitivitas lingkungan secara parsial berpengaruh nyata terhadap variabel konsumsi non pangan karyawan produksi kelapa sawit.

Hasil estimasi menunjukkan bahwa nilai koefisien regresi variabel tingkat sensitivitas bertanda positif sebesar 113.286,891. Hal ini berarti bahwa secara teoritis kenaikan tingkat sensitivitas lingkungan 1 satuan akan meningkatkan konsumsi non pangan sebesar Rp. 113.286,891 atau secara non teoritis setiap adanya kenaikan sensitivitas lingkungan cenderung akan diikuti kenaikan konsumsi non pangan.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Purnamasari (2011) dengan judul

"Pengaruh Lingkungan Sosial, Budaya dan Psikologi Konsumen terhadap Keputusan Pembelian Secara Online" yang menyimpulkan bahwa lingkungan sosial berpengaruh nyata terhadap keputusan pembelian secara online.

Lingkungan sosial yang dimaksud memiliki arti yang sama dengan sensitivitas

Lingkungan sosial yang dimaksud memiliki arti yang sama dengan sensitivitas

Dokumen terkait