• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODE PENELITIAN

3.3. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh langsung dilapangan dengan melalui pembagian kuesioner kepada karyawan produksi kelapa sawit. Data sekunder diperoleh dari kantor PTPN III Kebun Bangun dan Badan Pusat Statistik.

3.4. Metode Analisis Data

Untuk identifikasi masalah 1 dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif yaitu untuk mengetahui pola konsumsi rumah tangga karyawan produksi kelapa sawit di PTPN III Kebun Bangun yang terdiri dari konsumsi pangan maupun konsumsi non pangan.

Untuk identifikasi masalah 2 dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif yaitu untuk mengetahui tingkat konsumsi rumah tangga karyawan produksi kelapa sawit di PTPN III Kebun Bangun.

Untuk identifikasi masalah 3 dianalisis dengan menggunakan metode analisis regresi linier berganda untuk menganalisis pengaruh pendapatan keluarga, insentif dan tunjangan, jumlah tanggungan, manajemen konomi rumah tangga, konsumerisme, sensitivitas lingkungan dan golongan kerja terhadap tingkat konsumsi rumah tangga karyawan produksi kelapa sawit di PTPN III Kebun Bangun.

Untuk identifikasi masalah 4 dianalisis dengan menggunakan metode analisis regresi linier berganda untuk menganalisis pengaruh pendapatan keluarga, insentif dan tunjangan, jumlah tanggungan, manajemen konomi rumah tangga, konsumerisme, sensitivitas lingkungan dan golongan kerja terhadap konsumsi non pangan karyawan produksi kelapa sawit di PTPN III Kebun Bangun.

Untuk mengetahui nilai kemampuan mengelola ekonomi rumah tangga data dianalisis menggunakan Method Successive Interval (MSI). Method Successive Interval merupakan proses mengubah data ordinal menjadi data interval. Data ordinal dikonversi menjadi data interval dengan sebaran nilai Z. Data ordinal menggunakan angka sebagai simbol data kualitatif seperti batasan skor pada Tabel 4.

Tabel 4. Skor Kemampuan Mengelola Ekonomi Rumah Tangga

No Komponen Skor

1 2 3 4 5 1 Merencanakan anggaran dan belanja rumah tangga

(Planning)

2 Membuat kombinasi sumber-sumber pemasukan untuk memenuhi kebutuhan dan mengorganisir prioritasi kebutuhan (Organizing)

3 Melakukan belanja rumah tangga sesuai anggaran dan perencanaan (Actuating)

4 Mengontrol ekonomi rumah tangga agar sesuai dengan perencanaan dan melakukam imbangan antara pendapatan dengan pengeluaran(Controlling)

5 Melakukan evaluasi terhadap pendapatan dan pengeluaran (Evaluation)

Batasan skor komponen 1:

1 : Rutin merencanakan anggaran dan belanja rumah tangga

2 : Lebih sering merencanakan anggaran dan belanja rumah tangga

3 : Kadang-kadang merencanakan dan kadang-kadang tidak merencanakan anggaran dan belanja rumah tangga

4 : Lebih sering tidak merencanakan anggaran dan belanja rumah tangga 5 : Sama sekali tidak merencanakan anggaran dan belanja rumah tangga

Batasan skor komponen 2 :

1 : Rutin mengorganisir kebutuhan-kebutuhan sesuai dengan pemasukan yang diperoleh

2 : Lebih sering mengorganisir kebutuhan-kebutuhan sesuai dengan pemasukan yang diperoleh

3 : Kadang-kadang mengorganisir dan kadang-kadang tidak mengorganisir kebutuhan-kebutuhan dengan pemasukan yang diperoleh

4 : Lebih sering tidak mengorganisir kebutuhan-kebutuhan dengan pemasukan yang diperoleh

5 : Sama sekali tidak mengorganisir kebutuhan-kebutuhan dengan pemasukan yang diperoleh

Batasan skor komponen 3 :

1 : Rutin melakukan belanja sesuai anggaran dan perencanaan

2 : Lebih sering melakukan belanja sesuai dengan anggaran dan perencanaan 3 : Kadang-kadang melakukan dan kadang-kadang tidak melakukan belanja sesuai

anggaran dan perncanaan

4 : Lebih sering melakukan belanja tidak sesuai anggaran dan perencanaan 5 : Selalu melakukan belanja tidak sesuai anggaran dan perencanaan

Batasan skor komponen 4 :

1 : Selalu terkontrol dan pendapatan selalu lebih besar dari pengeluaran 2 : Terkontrol dan pendapatan lebih besar dari pengeluaran

3 : Kadang-kadang mengontrol dan kadang-kadang tidak mengontrol pengeluaran dan pendapatan

4 : Kurang terkontrol dan pengeluaran lebih besar dari pendapatan 5 : Tidak terkontrol dan pengeluaran selalu lebih besar dari pendapatan

Batasan skor komponen 5 :

1 : Rutin melakukan evaluasi terhadap pendapatan dan pengeluaran.

2 : Lebih sering melakukan evaluasi terhadap pendapatan dan pengeluaran

3 : Kadang-kadang melakukan dan kadang-kadang tidak melakukan evaluasi terhadap pendapatan dan pengeluaran

4 : Lebih tidak melakukan evaluasi terhadap pendapatan dan pengeluaran 5 : Sama sekali tidak melakukan evaluasi terhadap pendapatan dan pengeluaran

Untuk mengetahui nilai konsumerisme data dianalisis menggunakan Method Successive Interval (MSI). Setiap komponen memiliki 5 batasan skor untuk menentukan tingkat konsumerisme seseorang seperti yang terdapat dalam Tabel 5.

Tabel 5. Skor Konsumerisme

No Komponen Skor

1 2 3 4 5 1 Iming-iming (membeli produk karena "iming-iming"

hadiah, kemasannya menarik, dan unsur konformitas terhadap model yang mengiklankan).

2 Dibutuhkan dan tidak dibutuhkan (membeli produk demi menjaga penampilan dan gengsi, hanya sekedar menjaga simbol status, atas pertimbangan harga (bukan atas dasar manfaat dan kegunaannya), penilaian bahwa membeli produk dengan harga yang mahal akan menimbulkan rasa percaya diri yang tinggi).

3 Kondisi finansial (mencoba lebih dari dua produk sejenis namun dengan merek berbeda)

Batasan skor komponen 1 :

1 : Selalu membeli produk tidak karena "iming-iming"

2 : Lebih sering membeli produk tidak karena "iming-iming"

3 : Kadang-kadang membeli produk karena "iming-iming" dan kadang-kadang membeli produk tidak karena "iming-iming"

4 : Lebih sering membeli produk karena "iming-iming"

5 : Selalu membeli produk karena "iming-iming"

Batasan skor komponen 2 :

1 : Selalu membeli produk yang dibutuhkan 2 : Lebih sering membeli produk yang dibutuhkan

3 : Kadang-kadang membeli produk karena dibutuhkan dan kadang-kadang membeli produk yang tidak dibutuhkan

4 : Lebih sering membeli produk yang tidak dibutuhkan 5 : Selalu membeli produk yang tidak dibutuhkan

Batasan skor komponen 3 :

1 : Selalu membeli produk saat dana/anggaran tersedia 2 : Lebih sering membeli produk saat dana/anggaran tersedia

3 : Kadang-kadang membeli saat dana/anggaran tersedia dan kadang-kadang tidak 4 : Lebih sering membeli produk saat dana/anggaran tidak tersedia

5 : Selalu membeli produk saat dana/anggaran tidak tersedia

Untuk mengetahui nilai Sensitivitas Lingkungan data dianalisis menggunakan Method Successive Interval (MSI). Terdapat 5 batasan skror untuk mengetahui nilai sensitivitas seseorang terhadap pengaruh lingkungan seperti yang terdapat dalam Tabel 6.

Tabel 6. Skor Sensitivitas Lingkungan

No Komponen Skor

1 2 3 4 5 1 Mudah terpengaruh dan memiliki kecemburuan yang

tinggi atas konsumsi orang lain di lingkungan tempat tinggalnya

Batasan skor komponen 1:

1 : Dalam melakukan konsumsi selalu tidak dikarenakan memiliki kecemburuan dan terpengaruh atas konsumsi orang lain

2 : Dalam melakukan konsumsi lebih sering tidak dikarenakan memiliki kecemburuan dan terpengaruh atas konsumsi orang lain

3 : Kadang-kadang melakukan konsumsi dikarenakan memiliki kecemburuan dan terpengaruh atas konsumsi orang lain dan kadang-kadang tidak

4 : Dalam melakukan konsumsi lebih sering dikarenakan memiliki kecemburuan dan terpengaruh atas konsumsi orang lain

5 : Dalam melakukan konsumsi selalu dikarenakan memiliki kecemburuan dan terpengaruh atas konsumsi orang lain

Tabel 7. Matrik Operasionalisasi Variabel

No Variabel Dimensi Skala Indikator Satuan

1 Konsumsi Keluarga

- Pangan - Non Pangan

 Rasio  Pengeluaran untuk pangan

 Pengeluaran untuk non keluarga (gaji sebagai karyawan, gaji istri dan suami selain sebagai karyawan) sebagai karyawan (bonus,

premi, uang

Keluarga  Rasio  Jumlah anggota keluarga Orang 5 Kemampuan karyawan produksi kelapa sawit

Ordinal

Sehingga untuk identifikasi masalah 3 dapat dituliskan dengan persamaan sebagai berikut :

Y = a0 + a1X1 + a2X2 + a3X3 + a4X4 +a5X5 + a6X6 + a7X7 + µ

Dimana :

Y : Konsumsi Keluarga a0 : Konstanta

a1,2,3,4,5,6,7 : Koefisien Variabel Regresi X1 : Pendapatan Keluarga X2 : Insentif dan Tunjangan X3 : Jumlah Tanggungan

X4 : Manajemen Ekonomi Rumah Tangga X5 : Konsumerisme

X6 : Sensitivitas Lingkungan X7 : Golongan Kerja

µ : Variabel Kesalahan

Untuk identifikasi masalah 4 dapat dituliskan dengan rumus Y = a0 + a1X1 + a2X2 + a3X3 + a4X4 +a5X5 + a6X6 + a7X7 + µ

Dimana :

Y : Konsumsi Non Pangan a0 : Konstanta

a1,2,3,4,5,6,7 : Koefisien Variabel Regresi X1 : Pendapatan Keluarga X2 : Insentif dan Tunjangan

X3 : Jumlah Tanggungan

X4 : Manajemen Ekonomi Rumah Tangga X5 : Konsumerisme

X6 : Sensitivitas Lingkungan X7 : Golongan Kerja

µ : Variabel Kesalahan

Regresi Linier Berganda 1. Uji Normalitas

Uji asumsi normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. salah satu metode yang dapat digunakan untuk mengetahui distribusi populasi yang diamati adalah dengan Uji One Sample Kolmogorov-Smirnov (OS-KS) dengan menggunakan software SPSS.

Indikator pengujian hipotesis yang digunakan adalah dengan membandingkan nilai signifikansi yang diperoleh dengan peluang kesalahan yang ditoleransi. Nilai kesalahan (α) yang ditoleransi untuk penilaian sosial umumnya berkisar 5%

(0,05).

Kriteria pengambilan keputusan adalah : H0 diterima jika nilai signifikansi ≥ α H1 diterima jika nilai signifikansi ≤ α

Hipotesis yang digunakan adalah:

Ho : Sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal H1 : Sampel berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal

2. Uji Multikolinieritas

Salah satu asumsi model regresi linier klasik adalah bahwa tidak terdapat multikolinieritas diantara variabel bebas yang dimasukkan ke dalam model. Uji asumsi multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah ditemukan adanya korelasi atau hubungan antar variabel bebas dalam model regresi.

Multikolinieritas dapat dilihat dengan nilai toleransi (tolerence) dan VIF, dengan kriteria uji sebagai berikut :

Jika toleransi ≤ 0,10 dan VIF ≥ 10 : terjadi multikolinieritas Jika toleransi > 0,10 dan VIF < 10 : tidak terjadi multikolinieritas

3. Uji Heteroskedastisitas

Salah satu asumsi yang penting dari model regresi linier klasik adalah bahwa gangguan (disturbance) atau residual yang muncul dalam fungsi regresi populasi adalah homokedastik, yaitu semua gangguan tadi mempunyai varians yang sama.

Uji asumsi heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah terjadi ketidaksamaan varians dari residual pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut homokedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas. Untuk mengetahui heteroskedastisitas dapat diuji dengan uji glejser dengan kriteria uji sebagai berikut :

Jika signifikansi t > α (0,05) : homokedastisitas Jika signifikansi t ≤ α (0,05) : heteroskedastisitas

Uji Kesesuaian Model (Test Goodness of Fit) 1. Uji Serempak (Uji F)

Uji F pada dasarnya digunakan untuk menunjukkan apakah secara serempak (simultan atau bersama-sama) semua variabel bebas yang dimasukkan kedalam

model berpengaruh nyata terhadap variabel terikat. Taraf signifikansi yang digunakan adalah 0,05.

Kriteria pengujian :

- Jika Fhitung ≤ Ftabel atau jika signifikansi F > α ; H0 diterima dan H1 ditolak.

- Jika Fhitung > Ftabel atau jika signifikansi F ≤ α ; H0 ditolak dan H1 diterima.

Hipotesis yang digunakan untuk identifikasi masalah 3 adalah :

Ho : Tingkat pendapatan keluarga, insentif dan tunjangan, jumlah tanggungan, manajemen ekonomi rumah tangga, konsumerisme, sensitivitas lingkungan dan golongan kerja tidak berpengaruh nyata terhadap tingkat konsumsi karyawan produksi kelapa sawit di PTPN III kebun bangun

H1 : Tingkat pendapatan keluarga, insentif dan tunjangan, jumlah tanggungan, manajemen ekonomi rumah tangga, konsumerisme, sensitivitas lingkungan dan golongan kerja berpengaruh nyata terhadap tingkat konsumsi karyawan produksi kelapa sawit di PTPN III kebun bangun

Hipotesis yang digunakan untuk identifikasi masalah 4 adalah :

Ho : Tingkat pendapatan keluarga, insentif dan tunjangan, jumlah tanggungan, manajemen ekonomi rumah tangga, konsumerisme, sensitivitas lingkungan dan golongan kerja tidak berpengaruh nyata terhadap konsumsi non pangan karyawan produksi kelapa sawit di PTPN III kebun bangun

H1 : Tingkat pendapatan keluarga, insentif dan tunjangan, jumlah tanggungan, manajemen ekonomi rumah tangga, konsumerisme, sensitivitas lingkungan dan golongan kerja berpengaruh nyata terhadap konsumsi non pangan karyawan produksi kelapa sawit di PTPN III kebun bangun

2. Uji Parsial (Uji - t)

Uji t digunakan untuk menunjukkan apakah secara parsial variabel bebas yang dimasukkan ke dalam model berpengaruh nyata terhadap variabel terikat. Taraf signifikansi yang digunakan adalah 0,05.

Kriteria pengujian :

- Jika t hitung ≤ t tabel atau jika signifikansi t > α ; H0 diterima dan H1 ditolak.

- Jika t hitung > t tabel atau jika signifikansi t≤α ; H0 ditolak dan H1 diterima.

Hipotesis yang digunakan untuk identifikasi masalah 3 adalah:

Ho : Tingkat pendapatan keluarga, insentif, jumlah tanggungan, manajemen ekonomi rumah tangga, konsumerisme, sensitivitas lingkungan dan golongan kerja secara parsial tidak berpengaruh nyata terhadap tingkat konsumsi karyawan produksi kelapa sawit di PTPN III kebun bangun

H1 : Tingkat pendapatan keluarga, insentif, jumlah tanggungan, manajemen ekonomi rumah tangga, konsumerisme, sensitivitas lingkungan dan golongan kerja secara parsial berpengaruh nyata terhadap tingkat konsumsi karyawan produksi kelapa sait di PTPN III kebun bangun

Hipotesis yang digunakan untuk identifikasi masalah 4 adalah:

Ho : Tingkat pendapatan keluarga, insentif, jumlah tanggungan, manajemen ekonomi rumah tangga, konsumerisme, sensitivitas lingkungan dan golongan kerja secara parsial tidak berpengaruh nyata terhadap konsumsi non pangan karyawan produksi kelapa sawit di PTPN III kebun bangun

H1 : Tingkat pendapatan keluarga, insentif, jumlah tanggungan, manajemen ekonomi rumah tangga, konsumerisme, sensitivitas lingkungan dan golongan kerja secara parsial berpengaruh nyata terhadap konsumsi non pangan karyawan produksi kelapa sait di PTPN III kebun bangun

3. Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien determinasi (R2) merupakan besaran untuk menujukkan tingkat kekuatan hubungan antara dua variabel atau lebih dalam bentuk persen (%), atau dengan kata lain untuk mengukur kuatnya hubungan antara variabel atau lebih secara bersama-sama terhadap Y. Jika R2 = 1, berarti besarnya persentase sumbangan X terhadap variasi Y secara bersama-sama adalah 100%. Semakin dekat R2 dengan satu, maka makin cocok garis regresi untuk meramalkan Y.

3.5. Definisi dan Batasan Operasional

Untuk menghindari kesalahpahaman dalam memahami beberapa pengertian dan istilah dalam penelitian ini, maka perlu dibuat dan operasional sebagai berikut : 3.5.1 Definisi

1. Konsumsi adalah penggunaan barang dan jasa yang ditujukan langsung untuk memenuhi kebutuhan hidup.

2. Konsumsi pangan adalah konsumsi yang mencakup seluruh jenis makanan termasuk makanan jadi, minuman, tembakau dan sirih.

3. Konsumsi non pangan adalah konsumsi bukan makanan yang mencakup mencakup perumahan, sandang, biaya kesehatan, sekolah dan sebagainya.

4. Pendapatan keluarga adalah jumlah pendapatan yang diperoleh dari gaji sebagai karyawan, pendapatan selain sebagai karyawan dan juga pendapatan istri.

5. Insentif merupakan bentuk pembayaran langsung yang didasarkan atau dikaitkan langsung dengan kinerja sebagai pembagian keuntungan bagi pegawai akibat peningkatan produktivitas atau penghematan biaya.

6. Jumlah tanggungan adalah semua orang yang biasanya bertempat tinggal di suatu rumah tangga, yang terdiri dari ayah, ibu, anak dan anggota lainnya yang masih menjadi tanggungan kepala rumah tangga, yang dinyatakan dalam satuan jiwa.

7. Kemampuan mengelola ekonomi rumah tangga adalah kemampuan keluarga dalam mengatur pengeluaran keluarga dari pendapatan keluarga.

8. Konsumerisme adalah sikap seseorang yang terdorong untuk terus menerus menambah tingkat konsumsi walaupun konsumsi tersebut tidak dibutuhkan.

9. Perilaku konsumtif adalah perilaku membeli barang tanpa pertimbangan rasional atau bukan atas dasar kebutuhan.

10. Perilaku non konsumtif adalah perilaku membeli barang berdasarkan pertimbangan yang rasional atau atas dasar kebutuhan.

11. Sensitivitas sosial adalah kemampuan untuk merasakan dan mengamati reaksi-reaksi atau perubahan orang lain yang ditunjukkannya baik secara verbal maupun nonverbal.

12. Golongan kerja adalah pangkat kerja yang diterima karyawan sebagai karyawan produksi kelapa sawit.

13. Pola Konsumsi rumah tangga adalah susunan atau pola terhadap konsumsi pangan maupun non pangan yang dikonsumsi sekelompok orang atau keluarga pada waktu tertentu.

14. Tingkat Konsumsi rumah tangga adalah proporsi pengeluaran konsumsi pangan dan non pangan suatu rumah tangga dalam satuan Rp.

3.6.2 Batasan Operasional

1. Daerah penelitian di PTPN III Kebun Bangun, Kabupaten Simalungun.

2. Populasi penelitian adalah Karyawan Produksi Kelapa Sawit di PTPN III Kebun Bangun.

3. Karyawan produksi kelapa sawit yang dimaksud adalah karyawan pelaksana yang bertugas memanen kelapa sawit di PTPN III Kebun Bangun

4. Waktu penelitian Maret 2018

4.1. Gambaran Umum PT. Perkebunan Nusantara III Kebun Bangun

Kebun Bangun sebelumnya adalah merupakan salah satu kebun milik Perusahaan Belanda yang dinasionalisir tahun 1958, menurut peraturan pemerintah. Sejarah berdirinya Kebun Bangun secara ringkas sebagai berikut :

a. Tahun 1958 s/d 1961 PPN Baru b. Tahun 1961 s/d 1963 Sumut III c. Tahun 1963 s/d 1969 PPN Karet VI d. Tahun 1970 s/d 1976 PNP IV e. Tahun 1976 s/d 1994 PTP IV

Dalam upaya menyehatkan manajemen serta meningkatkan efisiensi perusahaan, sejak bulan Mei 1995 Pemerintah melaksanakan restrukturisasi BUMN sub sektor perkebunan dengan penggabungan manajemen pada PTP III, IV, dan V. Dan terhitung mulai tanggal 4 Maret 1996 secara resmi menjadi PT. Perkebunan Nusantara III yang berpusat di jalan Sei Batang Hari No. 2 Medan, dan sesuai PP No. 8/1996 tanggal 14 Pebruari 1996 dimana kebun bangun menjadi salah satu unit kebunnya.

4.2. Kondisi Fisik 4.2.1 Letak Geografis

Kebun bangun berada di Kabupaten Simalungun terletak pada titik koordinat 99° 10'5" BT, 02° 58'28" LU. Kebun Bangun terdiri atas 4 Afdeling yang terdiri

sebagai berikut :

 Afdeling 1 berada di rayon Bangun

 Afdeling 2 berada di rayon Bangun

 Afdeling 3 berada di rayon Bangun

 Afdeling 4 berada di rayon Simbolon

Rayon Bangun terletak di Kec. Gunung Malela pada ketinggian 237 m di atas permukaan laut dan Rayon Simbolon terletak di Kec. Panombeian Panei dan Kotamadya Pematang Siantar pada ketinggian 400 m di atas permukaan laut.

4.2.2 Topografi dan Jenis Tanah

Kondisi topografi di Kebun Bangun adalah datar, landai dan bergelombang. kebun Bangun memiliki jenis tanah typic hapludulty yang terbentuk dari bahan vulkanik dengan kelas drainase yang agak lambat.

4.3. Visi dan Misi Perusahaan 4.3.1 Visi Perusahaan

Menjadi perusahaan agribisnis kelas dunia dengan kinerja prima dan melaksanakan tata kelola bisnis terbaik.

4.3.2 Misi Perusahaan

1. Mengembangkan industri hilir berbasis perkebunan secara berkesinambungan 2. Menghasilkan produk berkualitas untuk pelanggan

3. Memperlakukan karyawan sebagai aset strategis dan mengembangkannya secara optimal

4. Menjadikan perusahaan terpilih yang memberikan "imbal hasil" terbaibagi para investor

5. Menjadikan perusahaan yang paling menarik untuk bermitra bisnis

6. Memotivasi karyawan untuk berpartisipasi aktif dalam pengembangan komunitas

7. Melaksanakan seluruh aktivitas perusahaan yang berwawasan lingkungan 4.4. Struktur Organisasi

Struktur organisasi perusahaan adalah suatu kerangka perusahaan, kerangka kegiatan-kegiatan perusahaan yang menentukan pembagian pekerjaan pada unit-unit organisasi, pembagian wewenang, adanya sistem komunikasi dan akhirnya mencakup sistem kordinasi dalam perusahaan.

Untuk mengetahui struktur organisasi suatu perusahaan kiranya dapat digambarkan pada suatu bagan dari organisasi tersebut karena dari bagan organisasi tersebut akan kita peroleh gambaran dari aktivitas-aktivitas secara keseluruhan. Bagan organisasi tersebut juga bertujuan untuk mengetahui job/pekerjaan dari tugas masing-masing pelaksana PTPN III Kebun Bangun dan pertanggungjawabannya.

Struktur organisasi perusahaan yang baik akan memberikan kemudahan bagi Manajer dalam pengambilan keputusan dan mempermudah karyawan menjalankan tugas-tugas kepadanya. Dalam menjalankan operasi di kebun ini dipimpin oleh seorang manajer. Pada pelaksanaannya sehari-hari manajer dibantu oleh beberapa staf, terdiri dari :

a. Satu orang Asisten Kepala yang bertugas mencek dan mengkordinir pekerjaan asisten afdeling.

b. Empat orang Asisten afdeling yang bertugas mengawasi bagian tanaman disetiap afdeling.

c. Satu orang Asisten Teknik Sipil/traksi dan alat berat yang bertugas dibidang transportasi hasil dan hal-hal yang berhubungan dengan teknik.

d. Satu orang Asisten Tata Usaha (ATU) yang mengepalai tugas dalam menjalankan operasi administrasi secara umum dan keuangan.

e. Satu orang Asisten Personalia Kebun (APK) yang bertugas sebagai pemberi data informasi dibidang ketenagakerjaan.

f. Satu orang Perwira Pengamanan (Papam) yang bertugas mengatur sistem keamanan kebun.

4.5. Karakteristik Karyawan Sampel 4.5.1 Karakteristik Berdasarkan Umur

Umur adalah usia karyawan sampel yang diukur dalam satuan tahun. Karakteristik umur karyawan sampel dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Karakteristik Berdasarkan Umur Karyawan Sampel Umur (Tahun) Jumlah (Orang) Persentase (%)

25 - 34 31 64,6

35 - 44 11 22,9

45 - 55 6 12,5

Total 48 100,0

Sumber : Lampiran 1

Dari Tabel 8 dapat diketahui bahwa dari karakteristik umur jumlah karyawan terbanyak berada pada umur 25-34 tahun yaitu sebanyak 31 orang dengan persentase sebsar 64,6%. Hal tersebut dikarenakan pekerjaan kegiatan memanen kelapa sawit membutuhkan tenaga yang besar sehingga diperlukan karyawan

pemanen yang masih produktif yang memiliki fisik yang kuat dalam kegiatan tersebut. Sehingga dipercaya karyawan tersebut dapat memiliki prestasi kerja yang lebih bagus.

Dari Tabel 8 juga dapat diketahui bahwa jumlah karyawan terkecil berada pada umur 45-55 sebanyak 6 orang dengan persentase 12,5%. Masih adanya karyawan dari umur 45-55 tersebut dikarenakan karyawan tersebut telah menjadi karyawan produksi kelapa sawit dari awal bekerja sebagai karyawan di PTPN III Kebun Bangun.

4.5.2 Karakteristik Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis kelamin adalah perbedaan antara perempuan dengan laki-laki secara biologis pada karyawan produksi kelapa sawit. Karakteristik karyawan sampel berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9. Karakteristik Berdasarkan Jenis Kelamin Karyawan Sampel Jenis Kelamin Jumlah (Orang) Persentase (%)

Laki-laki 48 100

Perempuan 0 0

Total 48 100

Sumber : Lampiran 1

Dari hasil penelitian keseluruhan karyawan sampel yang bekerja sebagai karyawan produksi kelapa sawit di PTPN III Kebun bangun berjenis kelamin laki laki. Sesuai dengan Tabel 9 bahwa persentase berdasarkan jenis kelamin karyawan sampel 100% adalah laki-laki. Hal tersebut dikarenakan kegiatan memanen memiliki resiko bahaya yang tinggi, membutuhkan kekuatan fisik yang kuat dan karyawan yang bertugas memanen kelapa sawit diharuskan mampu menggunakan alat-alat seperti pisau egrek dan mampu mendodos. Sehingga

karyawan produksi kelapa sawit hanya untuk laki-laki tidak untuk perempuan dan dikarenakan fisik laki-laki lebih kuat dibandingkan perempuan.

4.5.3 Karakteristik Berdasarkan Lamanya Bekerja

Lamanya bekerja adalah waktu yang digunakan karyawan produksi kelapa sawit untuk bekerja dalam satuan tahun. Jumlah karyawan produksi kelapa sawit berdasarkan lamanya bekerja dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10. Karakteristik Berdasarkan Lamanya Bekerja Waktu (Tahun) Jumlah (Orang) Persentase (%)

4 - 13 39 81,25

14 - 23 6 12,5

>24 3 6,25

Total 48 100 ,0

Sumber : Lampiran 1

Dari Tabel 10 dapat diketahui bahwa jumlah karyawan sampel terbesar berdasarkan lamanya bekerja adalah pada 4-13 tahun yaitu sebanyak 39 orang dengan persentase sebesar 81,25% . Hal tersebut menunjukkan bahwa karyawan tersebut masih baru atau belum lama bekerja sebagai karyawan di PTPN III Kebun Bangun.

4.5.4 Karakteristik Berdasarkan Golongan Kerja

Golongan kerja adalah kedudukan yang menunjukkan tingkatan kerja karyawan produksi kelapa sawit. Jumlah karyawan sampel berdasarkan golongan kerja dapat dilihat pada Tabel 11.

Tabel 11. Karakteristik Berdasarkan Golongan Kerja Tingkat Pendidikan Jumlah (Orang) Persentase (%)

1A/1 - 1A/7 23 47,9

1A/8 - 1A/14 14 29,1

1B/1 - 1B/7 8 16,7

> 1B/8 3 6,3

Total 48 100 ,0

Sumber : Lampiran 1

Berdasarkan Tabel 11 dapat diketahui bahwa jumlah karyawan sampel terbesar berdasarkan golongan kerja adalah pada golongan 1A/1 - 1A/7 sebanyak 23 orang dengan persentase sebesar 47,9%, hal tersebut berarti bahwa karyawan produksi kelapa sawit di PTPN III Kebun Bangun sebagian besar masih bergolongan rendah. Golongan IA adalah berpangkat Pelaksana Pratama, dan golongan IB adalah berpangkat Pelaksana Muda

4.5.5 Karakterisitik Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan adalah pendidikan formal terakhir karyawan produksi kelapa sawit yaitu SD, SMP, SMA/sederajat,Diploma (D3) dan Sarjana (S1). Jumlah

Tingkat pendidikan adalah pendidikan formal terakhir karyawan produksi kelapa sawit yaitu SD, SMP, SMA/sederajat,Diploma (D3) dan Sarjana (S1). Jumlah

Dokumen terkait