• Tidak ada hasil yang ditemukan

Upaya yang dilakukan oleh PT. Denso Indonesia Sunter Plant untuk mengendalikan dan menanggulangi keadaan tanggap darurat yaitu dengan membuat suatu prosedur yang salah satu isinya tentang penanggulangan banjir dan pemulihannya. Hal ini sudah sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 50 Tahun 2012 tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada lampiran I yang di dalamnya telah di atur antara lain mengenai prosedur menghadapi keadaan darurat atau bencana. Hal ini juga berhubungan dengan penerapan ISO 14001 elemen 4.4.7 yang menyebutkan bahwa organisasi harus menetapkan, menerapkan dan memelihara prosedur untuk mengidentifikasi potensi situasi keadaan darurat dan kecelakaan, yang dapat menimbulkan dampak lingkungan serta bagaimana organisasi akan menanggapinya.

Selain itu PT. Denso Indonesia juga sudah melakukan salah satu upaya pencegahan banjir sesuai yang tercantum pada Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup pada aspek pemeliharaan lingkungan hidup. Pada Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 tercantum bahwa

konservasi sumber daya alam, pencadangan sumber daya alam, dan/atau pelestarian fungsi atmosfer. Salah satu upaya konservasi sumber daya alam yang telah dilakukan oleh PT. Denso Indonesia yaitu dengan melakukan penanaman mangrove seperti di kawasan Pantai Kapuk. Karena salah satu yang menjadi penyebab banjir di DKI Jakarta adalah berkurangnya hutan mangrove di kawasan pantai Jakarta Utara. Tanpa adanya hutan mangrove berarti tidak ada penahan limpasan air laut ke daratan. Sehingga untuk mencegah banjir yang diakibatkan oleh pasang laut, fungsi dari hutan mangrove harus dikembalikan.

2. Pembentukan TKTD

PT. Denso Indonesia Sunter Plant telah membentuk Tim Kesiapsiagaan Tanggap Darurat (TKTD) untuk mendukung kelancaran prosedur mengenai pengendalian tanggap darurat. Menurut Sahab S (1997) perlu dibentuk suatu tim untuk menanggulangi kondisi tanggap darurat.

Di PT. Denso Indonesia Sunter Plant telah membentuk Tim Kesiapsiagaan dan Tanggap Darurat dengan susunan sebagai berikut : a. BOD (Board Of Directors)

b. Pusat Komando c. Koordinator TKTD d. Satgas Keamanan e. Satgas Pemulihan

f. Satgas Pemadam g. Satgas P3K h. Satgas Evaluasi i. Satgas Inspeksi

Pada saat terjadi keadaan banjir satgas pemadam tetap ikut serta ketika terjadi keadaan darurat banjir. Satgas pemadam diharapkan dapat membantu Satgas yang lain dalam melaksanakan tugasnya masing-masing. Koordinator TKTD menginformasikan keadaan darurat ini kepada Board Of Directors untuk selanjutnya meminta saran dan pertimbangan dan juga menghubungi manajer maintenance atau utility untuk siap siaga terhadap panel-panel listriknya.

Satgas TKTD segera turut mengupayakan agar semua pompa saluran dan pompa banjir (yang berada di got utara atau dekat mushola dan got selatan atau dekat pos cleaning service) berfungsi secara maksimal dengan bantuan departemen maintenance dan utility.

Satgas inspeksi harus sudah bertindak untuk memadamkan aliran listrik jika keadaan semakin memburuk, serta tetap menjaga agar generator listrik tenaga diesel selalu berfungsi untuk mensuplai aliran listrik untuk pompa banjir.

Satgas evakuasi dan satgas keamanan segera bertugas sesuai dengan tugasnya masing-masing dengan dibantu departemen maintenance dan utility. Jika keadaan semakin memburuk dan tidak bias teratasi, akibat dari ketidakmampuan pompa banjir dan tanggul

yang dibuat, maka masing-masing satgas TKTD bekerja sesuai dengan tugasnya masing-masing dengan dibantu departemen lain guna mengurangi dampak yang ditimbulkan.

Apabila keadaan darurat sudah berakhir, satgas pemulihan segera melaksanakan tugasnya masing-masing serta melakukan koordinasi dengan pihak-pihak terkait. Departemen SHE (Safety Health and Environment) bersama satgas pemulihan melakukan penyelidikan atas

terjadinya keadaan darurat banjir untuk selanjutnya dilaporkan kepada BOD (Board Of Directors).

3. Sarana dan fasilitas Keadaan Darurat Banjir a. Perahu

PT. Denso Indonesia Sunter Plant telah mempunyai 2 buah perahu untuk menghadapi keadaan darurat banjir yang biasanya datang pada awal tahun. Perahu yang dimiliki PT. Denso Indonesia Sunter Plant berbentuk motor perahu dari fiber glass.

Dalam menghadapi keadaan darurat dua perahu tersebut tidak cukup untuk evakuasi seluruh karyawan yang tetap bekerja meskipun banjir. Perahu hanya digunakan untuk keperluan menyediakan logistik dan evakuasi dokumen penting saja, sehingga untuk evakuasi karyawan menggunakan truk delivery.

b. Alat Pelindung Diri

Dalam undang-undang No.1 tahun 1970 pasal 12 telah menyebutkan kewajiban menggunakan alat pelindung diri. Alat

pelindung diri yang digunakan pada saat terjadi keadaan banjir adalah pelampung yang dilengkapi dengan peluit. Pelampung yang ada di PT. Denso Indonesia Sunter Plant berjumlah 20 buah yang masing-masing memiliki kekuatan 150 kg, padahal jumlah karyawan yang ada di perusahaan berjumlah 1629 karyawan sehingga pelampung tersebut tidak cukup untuk seluruh karyawan yang ada di perusahaan.

c. Alarm

Alarm akan menyala pada level hijau, kuning maupun merah namun alarm yang ada di PT. Denso Indonesia Sunter Plant hanya berbunyi bila ketinggian air yang di luar perusahaan sudah mencapai kawat yang berwarna merah. Alarm hanya berbuyi ketika pada level merah dikarenakan bunyi alarm yang mirip dengan suara ambulance ini memiliki intensitas suara yang cukup keras sehingga dikhawatirkan dapat mengganggu konsentrasi kerja para karyawan PT. Denso Indonesia Sunter Plant. Alarm tersebut berbunyi dengan durasi yang sebentar.

Menurut Sahab S (1997) bunyi irama untuk masing-masing keadaan harus dibedakan. Di PT. Denso Indonesia bunyi alarm antara keadaan darurat banjir, peledakan, kebakaran dan keadaan darurat lainnya sama maka alarm yang ada di PT. Denso Indonesia kurang efektif karena tidak dapat memberikan informasi keadaan

darurat dengan baik kepada seluruh karyawan yang ada di PT.

Denso Indonesia.

d. Level air

Level air yang ada di PT. Denso Indonesia memiliki tiga warna dan tiga tingkatan yaitu warna hijau atau level II merupakan tanda aman, warna kuning atau level I merupakan tanda peringatan dan warna merah merupakan tanda bahaya. Masing-masing level air tersebut memiliki ketinggian yang berbeda-beda yaitu untuk level II memiliki ketinggian 55 cm, level I memiliki ketinggian 80 cm dan level bahaya memiliki ketinggian 105 cm. Ketinggian air diukur dari ketinggian jalan raya.

Jika hujan turun terus menerus maka departemen SHE akan memantau keluar dan melihat ketinggian level air. Jika air masih di level hijau maka karyawan masih dapat bekerja dengan aman, jika

air yang ada di luar sudah mencapai level kuning maka semua anggota TKTD harus bekerja sesuai dengan tugasnya masing-masing, dan jika air sampai masuk perusahaan dapat menimbulkan bahaya (level merah). Level air yang ada di PT. Denso Indonesia sampai sekarang masih berfungsi dengan baik. Antara data yang diperoleh dengan fakta yang sebenarnya sudah sesuai.

Perubahan level air pada tahun 2012, dimana pada tahun sebelumnya:

1. 0 – 39 cm : lampu belum menyala

2. 40 – 59 cm : green lamp on 3. 60 – 79 cm : yellow lamp on 4. 80 – 205 cm : red lamp on

Namun untuk tahun 2013 ini level air sudah dinaikkan menjadi berikut ini:

1. 0 – 9 cm : green lamp on 2. 10 – 39 cm : yellow lamp on

3. 40 – 205 cm : red lamp on e. Pompa Got

Pompa got merupakan salah satu sarana yang digunakan untuk mengurangi air banjir yang masuk ke area perusahaan.

Jika terjadi banjir anggota TKTD dibantu dengan seksi utility langsung menghidupkan pompa got. Saat terjadi banjir pompa got yang ada di PT. Denso Indonesia merupakan fasilitas pendukung yang utama untuk penanggulangan keadaan darurat banjir.

Pompa got yang ada di PT. Denso Indonesia ini sangat efektif untuk penanggulangan keadaan darurat banjir karena dengan adanya pompa got keadaan darurat banjir dapat diminimalkan dengan cara air dibuang ke got-got yang ada diluar perusahaan yang akan langsung dialirkan ke laut. Pompa got tersebut dapat bekerja secara manual maupun otomatis. Untuk pompa got manual memerlukan pengawasan yang berbeda dengan pompa got otomatis.

f. Peta evakuasi

Di PT. Denso Indonesia Sunter Plant pembuatan lay out untuk jalur evakuasi untuk keadaan darurat secara umum yang dibuat dengan jelas dan ringkas agar mudah dipahami oleh semua karyawan sedangkan untuk layout jalur evakuasi khusus untuk keadaan banjir belum dibuatkan karena jalur evakuasi sama seperti jalur evakuasi pada keadaan darurat lainnya seperti pada keadaan darurat kebakaran, huru hara, pencemaran. Semua karyawan keluar sesuai dengan petunjuk keluar menuju safe area yang telah disediakan. Safe area terletak di depan K2MS (Koperasi Karyawan Mandiri Sejahtera) dan depan masjid PT. Denso Indonesia.

g. Truk

PT. Denso Indonesia Sunter Plant telah menyediakan truk yang biasanya digunakan untuk delivery. Namun pada keadaan banjir truk dialih fungsikan untuk mengangkut karyawan karena bila terjadi banjir dan level air mencapai 1 meter lebih sepeda motor ataupun mobil tidak bisa masuk ke perusahaan. Truk yang digunakan sudah cukup untuk mengangkut seluruh karyawan karena perusahaan memiliki 2 truk yang masing-masing muat untuk mengangkut 30 orang. Selain menggunakan truk delivery perusahaan juga menyewa truk dan bus pariwisata yang digunakan untuk mengangkut karyawan.

h. Komunikasi

Radio panggil atau peralatan komunikasi keadaan darurat lainnya harus diberikan kepada tim kesiapsiagaan dan tanggap darurat. Anggota tim kesiapsiagaan dan tanggap darurat masing-masing harus memiliki radio panggil, telepon genggam, atau radio komunikasi sehingga mereka dapat dikumpulkan ke tempat kejadian secepat mungkin (Kuhre W.L, 1996)

Bila terjadi keadaan darurat banjir PT. Denso Indonesia Sunter Plant telah memiliki alat komunikasi yang baik. Alat komunikasi yang digunakan diantaranya adalah e-mail, facsimile, handlytalky, paging dan telepon.

i. Penentuan Titik Pertemuan (assembly point)

Tempat berkumpul harus lebih dari satu agar pekerja tidak mendekati lokasi kejadian saat menuju tempat berkumpul. Setiap tempat berkumpul harus diberi tanda yang jelas dan diberi nomor pengenal serta dilengkapi dengan alat komunikasi (Syahab S, 1997).

Titik pertemuan saat terjadi keadaan darurat banjir yaitu menuju ke safe area/assembly point yang sudah tersedia di perusahaan. PT. Denso Indonesia memiliki 2 tempat sebagai titik pertemuan yaitu di depan Koperasi Karyawan Mandiri Sejahtera (K2MS) dan juga di depan masjid. PT. Denso Indonesia memiliki 2 safe area untuk keadaan darurat banjir. Safe area tersebut selain

sebagai titik pertemuan pada keadaan darurat banjir namun juga digunakan untuk keadaan darurat lainnya seperti kebakaran, ledakan, huru hara. Secara visual luas safe area di PT. Denso Indonesia Sunter Plant kurang cukup luas untuk menampung semua karyawan ketika keadaan darurat terjadi.

4. Proses Komunikasi Dalam Keadaan Darurat Banjir

Ketika terjadi hujan yang sangat deras maka maintenance dan bagian utility bersiap-siap di pompa got baik yang sebelah Utara maupun Selatan. Hingga air banjir yang berada di jalan sudah mencapai level merah maka alarm banjir akan berbunyi kemudian security menutup pintu gerbang (main gate) dan semua anggota TKTD

bersiap-siap dilokasi sedangkan untuk seksi yang ada bersiap di areanya masing-masing kemudian keadaan darurat tersebut segera diinformasikan pada koordinator TKTD dan Departemen SHE.

Selanjutnya departemen SHE (Safety Health and Environment) bertanggung jawab untuk menginformasikan pada managemen.

5. Aktivitas Tim Kesiapsiagaan dan Tanggap Darurat a) Simulasi Tim Kesiapsiagaan Tanggap Darurat Banjir

Istilah simulasi sering dianggap sama dengan uji coba oleh PT.

Denso Indonesia Sunter Plant. Perusahaan mengadakan pelatihan banjir satu tahun sekali bersamaan dengan pelatihan keadaan darurat lainnya misalnya untuk uji coba perahu biasanya dilakukan

tiga bulan sekali. Tujuan diadakan uji coba ini adalah untuk persiapan menghadapi keadaan darurat banjir pada awal tahun.

Pelatihan dan uji coba ini sudah cukup untuk menghadapi keadaan darurat banjir karena pelatihan dan uji coba dilakukan secara rutin, sehingga jika sewaktu-waktu banjir datang seluruh anggota TKTD sudah siap dan tidak panik dalam menghadapi bencana tersebut.

b) Ketersediaan TKTD

Tim kesiapsiagaan dan tanggap darurat harus siap setidak-tidaknya selama jam kerja operasional dari fasilitas tersebut. Untuk kegiatan operasional yang berlangsung terus menerus, berarti tim kesiapsiagaan dan tanggap darurat harus berada di tempat kerja selama 24 jam sehari, 7 hari seminggu (Kuhre W.L, 1996).

Di PT. Denso Indonesia Sunter Plant jika terjadi kedaan darurat banjir TKTD selalu siap siaga dalam 24 jam sehari karena TKTD dibagi menjadi 2 shift yaitu shift pagi dan shift malam.

Jumlah anggota TKTD 134 anggota, dalam melaksanakan tugasnya TKTD tidak bekerja sendiri TKTD dibantu seksi utility. Sehingga jika TKTD dibutuhkan sewaktu-waktu selalu siap dan dapat bekerja sesuai dengan tugasnya masing-masing.

Dokumen terkait