• Tidak ada hasil yang ditemukan

1. Proses mediasi dalam penyelesaian perselisihan antara pekerja dengan pengusaha Dinas Sosial Tenaga Kerja kota padang

Proses mediasi dalam penyelesaian perselisihan antara pekerja dengan pengusaha Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Kota Padang adalah sebagai berikut:

1. Mediator Hubungan Industrial melaksanakan tugas mediasi setelah menerima pelimpahan kasus perselisihan hubungan industrial dari Kepala Dinas

Sosial dan Tenaga Kerja, melalui Kepala Bidang Hubungan Industrial dan Kasi Perselisihan Hubungan Industrial

2. Setelah menerima pelimpahan, Mediator Hubungan Industrial kemudian melakukan analisa terhadap kasus yang dilimpahkan kepadanya, guna mencari dan memastikan apakah termasuk perselisihan hubungan industrial atau bukan perselisihan hubungan Industrial.

3. Berdasarkan hasil analisa mediator Hubungan Industrial jika kasus tersebut merupakan perselisihan hubungan Industrial, maka mediator hubungan industrial melakukan panggilan terhadap para pihak yang baru berselisih untuk datang ke Dinas Sosial dan Tenaga Kerja guna memberikan keterangan berkaitan dengan kasus hubungan industrial tersebut.

4. Setelah meminta keterangan kepada para pihak dan Mediator Hubungan Industrial telah mengetahui dan mengerti atas kasus yang ditanganinya selanjutnya Mediator Hubungan Industrial memberikan penjelasan kepada para pihak tentang hak adan kewajiban mereka.

5. Jika Pada Saat Pemanggilan dan mediator telah memberikan penjelasan kepada para pihak mengenai hak dan kewajiban masing-masing kemudian para pihak setuju dan sepakat untuk berdamai, maka mediator membuat Persetujuan Bersama. 6. Jika pada saat pemanggilan dan

mediator telah memberikan penjelasan kepada para pihak dan atau para pihak tidak setuju dan tidak sepakat untuk berdamai, maka mediator Hubungan Industrial membuat anjuran tertulis sebagai upaya penyelesaian kasus hubungan industrial yang ditanganinya, dan didalam anjuran tertulis

tersebut dijelaskan hak dan kewajiban masing-masing pihak.

7. Dengan telah dikeluarkan anjuran tertulis oleh Mediator Hubungan Industrial maka tugas mediator telah selesai sesuai dengan ketentuan peraturan perUndang-Undangan.

Proses mediasi dalam penyeleseaian perselisihan antara pekerja dengan pengusaha Dinas Sosial dan Tenaga Kerja kota Padang telah sesuai dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 tahun 2004 Penyelesaian perselisihan hubungan industrial yaitu :

1. Pasal 8 berbunyi “Penyelesaian

perselisihan melalui mediasi dilakukan oleh mediator yang berada disetiap kantor instansi yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan

Kabupaten/Kota.”

2. Pasal 10 berbunyi “Dalam

waktu selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari kerja setelah

menerima pelimpahan penyelesaian perselisihan, mediator harus sudah mengadakan penelitian tentang duduknya perkara dan segera

mengadakan sidang mediasi”.

3. Pasal 13 ayat (1) berbunyi

”Dalam hal tercapai

kesepakatan penyelesaian perselisihan hubungan industrial melalui mediasi, maka dibuat Perjanjian Bersama yang ditandatangani oleh para pihak dan disaksikan oleh mediator serta didaftar di Pengadilan Hubungan

Industrial“.

4. Pasal 13 ayat (2) berbunyi ”pada

Pengadilan Negeri di wilayah hukum pihak-pihak mengadakan Perjanjian Bersama untuk mendapatkan akta bukti pendaftaran. Dalam hal tidak tercapai kesepakatan penyelesaian perselisihan hubungan industrial melalui mediasi, maka:

a. Mediator mengeluarkan anjuran tertulis;

b. Anjuran tertulis sebagaimana dimaksud pada huruf a dalam waktu selambat lambatnya 10 (sepuluh) hari kerja sejak sidang mediasi pertama harus sudah disampaikan kepada para pihak;

c. Para pihak harus sudah memberikan jawaban secara tertulis kepada mediator yang isinya menyetujui atau menolak anjuran tertulis dalam waktu selambat lambatnya 10 (sepuluh) hari kerja setelah menerima anjuran tertulis;

d. Pihak yang tidak memberikan pendapatnya sebagaimana dimaksud pada huruf c dianggap menolak anjuran tertulis;

e. Dalam hal para pihak menyetujui anjuran tertulis sebagaimana dimaksud pada huruf a, maka dalam waktu selambat-lambatnya 3 (tiga) hari kerja sejak anjuran tertulis disetujui, mediator

harus sudah selesai membantu para pihak membuat Perjanjian Bersama untuk kemudian didaftar di Pengadilan Hubungan Industrial pada Pengadilan Negeri di wilayah hukum pihak-pihak mengadakan Perjanjian Bersama untuk mendapatkan akta bukti

pendaftaran”.

5. Pasal 13 ayat (3) berbunyi

“Pendaftaran Perjanjian

Bersama di Pengadilan Hubungan Industrial pada Pengadilan Negeri sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) huruf e dilakukan sebagai berikut :

a. Perjanjian Bersama yang telah didaftar diberikan akta bukti pendaftaran dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Perjanjian Bersama;

b. Apabila Perjanjian Bersama sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) huruf e

tidak dilaksanakan oleh salah satu pihak, maka pihak yang dirugikan dapat mengajukan permohonan eksekusi kepada Pengadilan Hubungan Industrial pada Pengadilan Negeri di wilayah Perjanjian Bersama didaftar untuk mendapat penetapan eksekusi;

c. Dalam hal pemohon eksekusi berdomisili di luar wilayah hukum Pengadilan Hubungan Industrial pada Pengadilan Negeri tempat pendaftaran Perjanjian Bersama, maka pemohon eksekusi dapat mengajukan permohonan eksekusi melalui Pengadilan Hubungan Industrial pada Pengadilan Negeri di wilayah domisili pemohon eksekusi untuk diteruskan ke Pengadilan Hubungan Industrial pada Pengadilan Negeri yang berkompeten melaksanakan eksekusi.

2. Pelaksanaan Aturan-Aturan Mediasi Dalam Penyelesaian

Perselisihan Antara Pekerja Dengan Pengusaha Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Kota Padang.

Bahwa karena tingkat keberhasilan mediasi di Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Kota Padang hanya sebesar 50% maka di perlukan pembenahan supaya lebih berhasil. Menurut Soerjono Soekanto faktor-faktor penegakan hukum meliputi:

a. Faktor hukumnya sendiri

Semakin baik suatu peraturan hukum (Undang-Undang) akan semakin memungkinkan penegakan hukum. Secara umum peraturan hukum yang baik adalah peraturan hukum yang memenuhi tiga konsep keberlakuan, yaitu berlaku secara yuridis, sosiologis, dan filosofis. b. Faktor penegak hukum

Peranan penegak hukum sangatlah penting, karena penegak hukum lebih banyak tertuju pada diskresi, yaitu dalam hal mengambil keputusan yang tidak sangat terikat pada hukum saja tetapi penilaian pribadi juga memegang peranan. Penegak

hukum terdiri dari badan legislatif dan pemerintah (pihak yang membuat hukum) serta kepolisian, kejaksaan, kehakiman, kepengacaraan, dan masyarakat (pihak yang menerapkan hukum).

c. Faktor sarana atau fasilitas

Tanpa adanya sarana atau fasilitas tertentu, maka tidak mungkin penegakan hukum akan berlangsung dengan lancar. Sarana atau fasilitas tersebut antara lain mencakup tenaga manusia yang berpendidikan dan terampil, organisasi yang baik, peralatan yang memadai, keuangan yang cukup dan seterusnya. Kalau hal-hal tidak terpenuhi, maka mustahil penegakan hukum akan mencapai tujuannya.

d. Faktor masyarakat

Penegakan hukum berasal dari masyarakat dan bertujuan untuk mencapai kedamaian di dalam masyarakat. Sebab itu, masyarakat dapat mempengaruhi penegakan hukum dimana

peraturan hukum berlaku atau diterapkan. Bagian terpenting dari masyarakat yang menentukan penegakan hukum adalah kesadaran hukum masyarakat. Semakin tinggi tingkat kesadaran hukum masyarakat, maka akan semakin memungkinkan penegakan hukum yang baik. e. Faktor kebudayaan

Kebudayaan hakekatnya merupakan buah budidaya, cipta, rasa, dan karsa manusia dimana suatu kelompok masyarakat berada. Dengan demikian suatu kebudayaan di dalamnya mencakup nilai-nilai mana merupakan konsepsi-konsepsi abstrak mengenai apa yang dianggap baik (sehingga dituruti) dan apa yang dianggap buruk (sehingga dihindari)

3. Hambatan yang ditemui dalam pelaksanaan aturan-aturan mediasi dalam penyelesaian perselisihan antara pekerja dengan pengusaha Dinas Sosial Tenaga Kerja Kota Padang

Berdasarkan penjelasan yang disampaikan oleh ibu Yulita, SH selaku Kepala Bidang Hubungan Industrial, dan Bapak Baharuddin, SH selaku kasi perselisihan Hubungan Industrial, Ibu Era Azwar, Ssos selaku kasi Persyaratan Kerja dan beberapa Mediator Hubungan Industrial Yitu Drs.Jasri, Yusmalinda SKom, Berto Ivan, S.Sos dan Zaini Hz, S.Sos dapat disimpulkan Hambatan yang ditemui dalam pelaksanaan aturan mediasi dalam penyelesaian perselisihan antara pekerja dengan pengusaha Dinas Sosial dan Tenaga Kerja kota Padang adalah sebagai berikut:

1. Belum tersedianya ruangan sidang mediasi secara khusus, untuk pelaksanaan mediasi 2. Masih banyak pengusaha dan

pekerja belum mengerti dan paham tentang fungsi dan peranan mediator Hubungan Industrial untuk diperlukan penjelasan terlebih dahulu kepada para pihak.

3. Sering terjadi perdebatan dengan para pihak yang berselisih sehingga menyita waktu ketika mediator hubungan industrial memberikan penjelasan tentang fungsi dan peranannya

4. Salah satu kewajiban mediator hubungan industrial adalah meminta keterangan pada waktu yang tidak bersamaan kepada para pihak mengenai penyebab perselisihan karena proses meminta keterangan pada waktu yang tidak bersamaan hal ini menimbulkan kecurigaan dan dugaan negatif para pihak dan atau salah satu pihak terhadap mediator hubungan industrial. Kecurigaan ini timbul disebabkan para pihak atau sala satu pihak tidak mengerti tentang proses penyelesaian perselisihan hubungan industrial.

Bahwa salah satu hambatan tercapainya mediasi adalah sering terjadi perdebatan dengan para pihak yang berselisih sehingga menyita waktu, sehingga tidak perlu lagi adanya mediator. Hal ini karena

salah satu pihak merasa lebih berkuasa atau lebih benar sehingga tidak adanya saling menghargai. Bahwa tindakan mediator Dinas Sosial dan Tenaga Kerja kota Padang pada saat mediasi meminta keterangan pada waktu yang tidak bersamaan kepada para pihak adalah sudah tetap untuk menghindarkan emosi para pihak saat berunding. Hal ini dibenarkan Undang-Undang yang dinamakan kaukus.

Pasal 1 ayat 4 PERMA No 1 tahun 2008 berbunyi kaukus adalah pertemuan antara mediator dengan salah satu pihak tanpa dihadiri oleh pihak lainnya.

Untuk mengatasi masalah ini mediator Dinas Sosial Tenaga Kerja kota padang harus menjelaskan ketentuan Pasal ini kmepada para pihak dalam pelaksanaan mediasi.

PENUTUP

Dokumen terkait