• Tidak ada hasil yang ditemukan

Berdasarkan analisis yang telah dilakukan penulis pada temuan melalui beberapa tanda, di sub bab ini peneliti akan mengaitkan temuan penelitian analisis semiotika dari feminisme dalam film Foxtrot Six, dengan teori yang sudah ada yaitu teori representasi John Fiske. FilmFoxtrot Six adalah sumber data utama peneliti untuk dikaji dalam penelitian ini. Dengan menggunakan teori John Fiske ini, peneliti dapat mengetahui penelitian yang terkandung dalam film ini. Dengan pemaknaan teori John Fiske, makna dari penelitian ini akan terbentuk sehingga peneliti dapat menemukan pemikiran yang terbentuk dari susunan kerangka berpikir, yaitu representasi feminisme dalam film Foxtrot Six serta dapat menyimpulkannya.

Representasi perempuan dalam sebuah film bagaikan gambaran nyata di dalam konteks sosial masyarakat, yang mana menjadikan perempuan sebagai objek yang lemah, menderita, dan tertindas. Karakter perempuan dalam kebanyakan film masihditampilkan sebagai karakter pendamping yang lemah. Hal ini masih sejalan denganbudaya yang ada di masyarakat yakni patriarki yang cenderung melihatkedudukan dan peranan laki-laki dalam berbagai aspek kehidupan dipandang lebih penting dan menentukan, daripada perempuan, sehingga terkadang menimbulkan permasalahan ketimpangan

54

gender dan menyebabkan kesetaraan antara laki-laki dan perempuan dalam kehidupan sosialnya terlupakan. Namun, sebagaimana yang telah peneliti bahas sebelumnya pada bagian analisis feminisme dalam film Foxtrot Six, ditemukan bahwa adanya nilai feminisme yang berakar pada penampilan serta peranan perempuan dalam suatu kelompok yang menunjukkan adanya kesetaraan hak antara laki-laki dan perempuan.

Dari beberapa scene yang sudah dianalisis peneliti, peneliti menemukan beberapa hal yang menunjukkan aspek-aspek feminisme. Feminisme yang peneliti temui dalam film Foxtrot Six ini lebih banyak feminisme beraliran feminisme liberal. Feminisme liberal ini mengarah pada kebebasan bagi kaum perempuan untuk bertindak sesuai dengan keinginannya sendiri, tanpa ada yang membatasi ataupun melarang, karena menurut para kaum feminisme liberal perempuan dan laki-laki tidak berbeda dalam status sosial, ekonomi, politik maupun budaya dalam kehidupan sehari-harinya. Terdapat gerakan-gerakan para kaum feminis liberal dalam berbagai aspek kehidupan, misalnya dalam aspek pekerjaan. Dalam bidang pekerjaan, feminisme liberal ingin menuntut kesempatan dan peluang yang sama dengan kaum pria dalam memperoleh jabatan atau pekerjaan.

Feminisme ialah ideologi atau sebuah paham yang menyatakan persamaan hak antara pria dengan wanita. Feminisme yang tertuang di film Foxtrot Six adalah dengan ditunjukkannya tokoh Sari sebagai seorang wanita karir, yang mana ia bekerja sebagai jurnalis. Menjalankan pekerjaan di bawah naungan media, berarti menandakan Sari mempunyai peranan publik.Menurut

Suratman dalam David Berry, peran publik diartikan sebagai segala aktivitas atau pekerjaan manusia yang biasanya dilakukan di luar rumah dan bertujuan untuk mendatangkan penghasilan,Kebebasan Sari sebagai individu tersebut berkaitan dengan feminis liberal, yaitu perempuan lebih memilih berperan di ranah publik dengan menjadi perempuan karier daripada memilih mengikuti gambaran perempuan ideal yang diinginkan masyarakat yaitu menikah dan menjadi ibu rumah tangga.

Selama menjalankan pekerjaannya, Sari memperlihatkan bagaimana tampilan seorang jurnalis wanita melalui kostum dan riasannya. Ia menggunakan ID Card, kemeja unisex serta celana berbahan jeans, tidak berbeda dengan penampilan para rekan prianya yang juga berprofesi sebagai jurnalis. Hanya saja yang membedakan mereka adalah inner dan alas kaki.Sari memperlihatkan bahwa ia menggunakan tank top ketat yang mana kostum itu memang diperuntukkan bagi para wanita, Selain tank top, Sari juga menggunakan high heels, sepatu yang memang dirancang untuk para wanita untuk menunjang penampilannya. Melalui penampilannya tersebut, dapat disimpulkan bahwa ia menerapkan gaya berpakaian yang maskulin namun tidak meninggalkan kesan feminim. Itu berarti, Sari belum sepenuhnya mengubah tampilan fisiknya atau menyamakannya dengan laki-laki. Hal ini juga dapat disebabkan oleh tuntutan profesi yang mengharuskannya menjaga penampilan karena ia tampil di depan kamera dan disaksikan oleh banyak massa.

56

Feminisme di sini tidak hanya direpresentasikan melalui penampilan atau kostum, melainkan juga melalui teknik penyuntingan atau pengambilan gambar. Sebelum kemunculan Sari pertama kali dalam film ini dimunculkan sudut pandang kamera yang menunjukkan adanya kerumunan orang-orang yang terdiri dari pria dan wanita menggunakan busana kerja yang berarti menandakan bahwa baik pria dan wanita sama-sama berhak untuk bekerja.

Fenomena ini menunjukkan adanya kesetaraan dimana wanita tidak hanya terpaku pada peran domestik, tetapi juga berhak mendapat peran publik.

Feminisme liberal lebih ditekankan lagi pada saat Sari telah mendirikan kelompok Reformasi, Menjadi pendiri sekaligus pemimpin suatu kelompok berarti memberikan Sari peran baru lagi yakni peran sosial. Peran sosial yakni peran yang mengharuskan seseorang berperilaku sesuai dengan status sosial apa yang ia duduki. Menyandang peran sebagai pemimpin, berarti menjadikan Sari sebagai sosok yang krusial dalam mengambil keputusan, mengkoordinir anggotanya hingga menentukan masa depan kelompoknya.Dalam film ini, Sari menjadi pusat penelitian karena ia telah menerapkan paham feminisnya, dimana seorang perempuan mempunyai kedudukan yang sama atau kesempatan yang sama seperti laki-laki untuk mendirikan atau memimpin suatu kelompok. Ia juga menghilangkan pola pikir bahwa wanita tidak semestinya ikut dalam perang atau pemberontakan, karena risiko yang berat dan bertaruh nyawa.

Pada saat beralih profesi menjadi pemimpin pasukan, Sari tampil dengan penampilan kostum yang berbeda dengan sebelumnya saat ia

berprofesi sebagai jurnalis. Dari sini ia mulai menunjukkan adanya kesamaan kostumnya dengan para anggota kelompoknya yang mana didominasi oleh laki-laki. Seperti anggotanya yang lain, ia kerap tampil dengan kostum yang lebih diutamakan dari segi keamanan, mulai dari sepatu boats, rompi anti peluru, celana berbahan tebal, baju-baju bewarna gelap hingga topeng yang digunakan untuk penyamaran. Sari tampil tanpa riasan pada wajahnya, serta rambutnya yang dipotong sebahu dan dibiarkan terurai. Tampilannya ini tidak jauh berbeda dengan para pasukannya, yang mana mereka juga menggunakan kostum yang sesuai ketika melakukan aksi pengepungan.

Adanya paham feminis juga direpresentasikan melalui dialog yang dilontarkan Sari kepada para pengikutnya. Kalimat perintah yang ia lontarkan secara otomatis akan mereka turuti, tanpa berkompromi terlebih dahulu. Hal ini bertolak belakang dengan fenomena patriarki pada umumnya, dimana laki-laki lah yang biasanya memimpin suatu kelompok. Namun, dalam film Foxtrot Six ini pesan feminisme disampaikan melalui adegan-adegan yang menggambarkan bahwa perempuan juga tidak menutup kemungkinan untuk menjadi pemimpin kelompok yang anggotanya terdiri dari laki-laki.

Feminisme liberal juga ditampilkan ketika seorang marinir wanita berpangkat Sersan menghampiri sesama rekan marinirnya untuk memberikan bantuan. Tanpa diminta ataupun diperintah, ia mempunyai inisiatif untuk membantu atas dasar rasa solidaritas yang tinggi. Hal ini erat berkaitan dengan profesinya sebagai tentara, dimana ia dilatih mempunyai jiwa sosial terhadap sesama, tanpa memandang kedudukan maupun gender.

58

Lewat penampilan dan perilaku Sersan tersebut juga direpresentasikan pesan feminisme dimana tidak didapati perbedaan yang signifikan antara marinir laki-laki dengan marinir wanita dalam berkostum. Namun, terdapat perbedaan pada tatanan rambut antara marinir wanita dan laki-laki.Penampilan rambut Sersan pada adegan yang telah peneliti analisis terlihat digulung rapi ke belakang menggunakan jepit rambut. Ini berarti rambut Sersan tersebut cukup panjang sehingga perlu digulung, tidak seperti tentara wanita pada umumnya yang mempunyai rambut pendek seukuran bawah telinga. Lewat penampilannya tersebut berarti dapat disimpulkan bahwa Sersan wanita dalam film ini tidak sepenuhnya terikat dengan aturan-aturan militer saat ini dan penampilannya masih terkesan feminim karena mempunyai rambut panjang dan menggunakan aksesoris berupa jepit rambut.

Melalui film Foxtrot Six, sutradara merepresentasikan feminisme dengan membangun cerita melalui tokoh-tokoh wanita yang ada dalam film Foxtrot Six. Cerita yang ditampilkan dalam film kebanyakan membagi peran antar laki-laki dan perempuan berdasarkan pada budaya patriarki, yang mana laki-laki dikonstruksikan berada di ranah publik sedangkan perempuan berada pada ranah domestik, sehingga terkadang menimbulkan permasalahan kesetaraan antara laki-laki dan perempuan dalam kehidupan sosialnya terlupakan. Sehingga dari permasalahan inilah sutradara film Foxtrot Six menampilkan gagasan yang berbeda dan memunculkan gerakan feminisme liberal dalam film Foxtrot Six.

59 5.1 Kesimpulan

Sesuai dengan rumusan masalah dalam penelitian ini yaitubagaimana representasi feminisme dipresentasikan melalui film Foxtrot Six, maka ditemukan adanya gerakan feminisme dalam film tersebut, feminisme merupakan ideologi atau sebuah paham yang menyatakan persamaan hak antara pria dengan wanita.

Feminisme yang peneliti temui dalam film Foxtrot Sixcenderung mengarah pada feminisme liberal. Feminisme liberal dapat diartikansebagai kebebasan bagi kaum perempuan untuk bertindak sesuai dengan keinginannya sendiri tanpa ada yang membatasi dan melarang. Feminisme yang tertuang dalam tayangan tersebut ditunjukkan dengan adanya penampilan serta perilaku tokoh perempuan bernama Sari dan tokoh figuran wanita lainnya, yang digambarkan sebagai sosok perempuan tidak hanya berperan di ranah domestik atau menjadi ibu rumah tangga, namun juga memiliki peran publik yang memiliki kontribusi dalam masyarakat atau di tempat ia bekerja.

Dalam film ini juga dapat ditemukan dialog yang menunjukkan munculnya sebuah gerakan yang dibentuk untuk menjalankan misi

60

kemanusiaan yang semua idenya berawal dari pemikiran seorang wanita bernama Sari.

5.2 Implikasi

5.2.1. Implikasi Teoritis

Hasil dari penelitian ini dapat berimplikasi pada pengembangan pemikiran dalam kajian semiotika dan representasi. Penelitian ini menggunakan teori semiotika dari John Fiske dan teori representasi dari Stuart Hall. Untuk memahami representasi feminisme yang ada di dalam film Foxtrot Six, untuk memahami representasi feminisme dalam film Foxtrot Six penulis mengidentifikasi tanda ke dalam tiga level yakni level realitas, level representasi dan level ideologi. Pada hasil penelitian yang dihasilkan dari analisis scene tayangan tersebut, menunjukkan aspek-aspek feminisme. Feminisme yang peneliti temui dalam film Foxtrot Six beraliran feminisme liberal.

5.2.2. Implikasi Praktis

Secara praktis diharapkan penelitian ini dapat menjadi sumber tambahan untuk mengetahui gambaran mengenai perempuan dan pesan feminisme dalam sebuah tayangan, serta penelitian ini berimplikasi positif bagi jurusan, civitas akademis secara umum, maupun masyarakat sebagai pembaca.

5.2.3. Implikasi Metodologis

Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif dengan menggunakan analisis semiotika dari John Fiske. Tanda dan temuan yang didapat dari film tersebut berupa scene yang memperlihatkan adanya gerakan feminisme kemudian diidentifikasi dan diklasifikasikanke dalam tiga level yakni level realitas, level representasi dan level ideologi

5.3 Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, maka peneliti mengharapkan saran yang akan disampaikan dapat dijadikan masukan bagi semua pihak, baik bagi Universitas maupun bagi peneliti selanjutnya. Berikut adalah saran yang diberika oleh peneliti :

a. Bagi peneliti selanjutnya, peneliti berharap penelitian ini dapat digunakan sehubungan dengan hal-hal yang berhubungan dengan semiotika dan representasi mengenai feminisme dan juga dapat menggunakan teori yang berbeda dan mungkin bisa lebih dalam lagi penelitiannya dari penulis.

b. Sesuai dengan judul penelitian dimana fokus membahas tentang representasi feminisme dalam film Foxtrot Six. Penulis mengharapkan kepada masyarakat serta penikmat tayangan film atau pun sinetron untuk mampu menjadi penonton yang baik, penonton yang mau mengerti maksud sebuah tayangan tersebut dibuat, sehingga pesan-pesan yang

62

hendak disampaikan dalam sebuah tayangan dapat menjadi solusi bagi masalah yang sedang dihadapi.

63

Burhan Bungin. 2007. Penelitian Kualitatif; Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial Lainnya. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Danesi, Marcel. 2010. Pengantar Memahami Semiotika Media. Yogyakarta : Jalansutra.

Mansour Fakih. 2013. Analisis Gender san Transformasi Sosial. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Mohammad Nazir. 2011. Metode Penelitian. Bogor : Ghalia Indonesia.

Nana Syaodih Sukmadinata. 2011. Metode Penelitian Pendidikan.Bandung : PT Remaja Rosdakarya.

Nawiroh Vera. 2014. Semiotika dalam Riset Komunikasi.Bogor : Penerbit Ghalia Indonesia.

Riant Nugroho.2008. Gender dan Strategi Pengarus Utamanya di Indonesia.

Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Sugihati & Itsna Hadi Saptiawan. 2010. Gender dan Inferioritas Perempuan:

Praktik Kritis Sastra Feminis. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Sugihastuti & Suharto. 2016. Kritik Sastra Feminis. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Sugiyono. 2014.Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung : Alfabeta Bandung.

64

Internet

https://m.imdb.com/title/tt8948208/(diakses pada 28/05/2019 pada 14.23 WIB) filmindonesia.or.id/movie/viewer#.XSU3WnkxeDY (diakses pada 28/05/2019

15.45 WIB) Jurnal

Chatarina Heny. Konstruksi Feminisme dalam Film Indonesia (Analisis Wacana Kritis Konstruksi Feminisme dalam Film Indonesia Karya Sutradara Nia Dinata). Surakarta : Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Dini Zelfiana. 2017. Representasi Feminisme dalam Film The Huntsman:

Winter’s War. Lampung : Universitas Lampung.

Heni Mafurotin. Feminisme pada Film Kartini. Purwokerto : Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Purwokerto.

Oni Sutanto. Representasi Feminisme Dalam Film “Spy”. Surabaya : Universitas Kristen Petra Surabaya.

Skripsi

Ambar. 2019. Representasi Pria Andogini dalam Channel Youtube Jovi Adhiguna. Semarang : Universitas Semarang.

Dwinka Aghnies. 2019.Tampilan Degrasi Adat Pernikahan Budaya Jawa dalam Film Teman Tapi Menikah . Semarang : Universitas Semarang.

Pangky R. 2019. Representasi Feminisme dalam Sinetron Dunia Terbalik.

Semarang : Universitas Semarang.

Dokumen terkait