• Tidak ada hasil yang ditemukan

Zat antitranspiran Vapor Gard mempercepat umur mulai berbunga genotipe HP 1744 dan Dewata pada dosis rendah dan pada dosis yang lebih tinggi zat antitranspiran Vapor Gard kembali memperpanjang umur mulai berbunga. Persamaan regresi menunjukkan bahwa zat antitranspiran Vapor Gard mempercepat umur mulai berbunga genotipe HP 1744 dan Dewata berturut-turut pada dosis 2.4 L/ha sebesar 54.06 dan 56.84 hari. Tingkat pelapisan zat antitranspiran Vapor Gard pada konsentrasi rendah menjadi lebih cepat menguap sehingga lapisan zat antitranspiran juga cepat hilang, dan zat antitranspiran Vapor Gard mampu bertahan lebih lama pada dosis yang lebih tinggi sehingga mampu meningkatkan pertumbuhan dengan memperpanjang umur mulai berbunga. Menurut PPDB (2009) bahan aktif zat antitranspiran (di-1-p-menthene) mudah menguap atau bersifat volatile. Penguapan antitranspiran diduga tidak terlepas dari pengaruh suhu lingkungan, dimana dataran menengah tropika memliki kisaran suhu rata-rata pada siang hari lebih dari 25oC. Hal ini menyebabkan terjadinya percepatan pertumbuhan perkembangan tanaman. Porter dan Gawith (1999) menambahkan salah satu dampak yang paling jelas dari kenaikan suhu pada gandum adalah terjadinya tahap fenologi lebih awal.

Hasil penelitian Nur (2013) menyatakan umur mulai berbunga saat musim kering genotipe HP 1744 dan Dewata pada elevasi >1000 m dpl secara berturut-turut adalah 61 dan 59 hari, sedangkan umur mulai berbunga pada penelitian ini dengan pemberian zat antitranspiran Vapor Gard secara berturut-turut adalah 54 dan 57 hari pada dosis 2.4L/ha, dimana apabila dibandingkan dengan kontrol secara berturut-turut adalah 52.33 dan 56 hari. Jadi, umur mulai berbunga pada genotipe HP 1744 terdapat selisih tujuh hari antara perlakuan zat antitranspiran Vapor Gard dengan yang berelevasi tinggi, sedangkan genotipe Dewata terdapat selisih 2 hari. Antitranspiran belum cukup memadai untuk memperpanjang umur mulai berbunga jika dibandingkan dengan daerah elevasi tinggi dan mempunyai cekaman suhu yang lebih rendah. Meskipun terdapat dampak positif zat antitranspiran Vapor Gard meningkatkan umur mulai berbunga dibandingkan dengan kontrol, hal ini belum memadai untuk meningkatkan peubah source seperti jumlah daun, indeks luas daun, kehijauan daun, bobot segar dan bobot kering tajuk, yang selanjutnya diharapkan pada peubah sink.

Total stomata permukaan atas genotipe Dewata menurun dengan pemberian zat antitranspiran Vapor Gard pada dosis rendah dan pada dosis tinggi kembali meningkatkan total stomata permukaan atas. Persamaan regresi menunjukkan bahwa zat antitranspiran Vapor Gard menurunkan total stomata permukaan atas genotipe Dewata pada dosis 1.24 L/ha sebesar 16.18. Berdasarkan hasil analisis korelasi antar peubah memperlihatkan bahwa total stomata permukaan atas nyata berkorelasi positif dengan total stomata permukaan bawah sebesar 0.85. Apabila total stomata permukaan bawah meningkat, maka total stomata permukaan atas juga ikut meningkat. Selain itu pembentukan stomata dipengaruhi oleh klorofil. Menurut Devlin (1975) stomata pada umumnya terdapat pada bagian tumbuhan

22

yang berwarna hijau, terutama pada daun tanaman. Stomata dan klorofil merupakan komponen biologi yang sangat menentukan sintesis awal senyawa organik yang digunakan untuk proses-proses fisiologis sepanjang daur hidup tanaman.

Tabel 6 Pengaruh zat antitranspiran Vapor Gard pada genotipe HP 1744, Dewata dan Selayar terhadap rata-rata jumlah gabah bernas per malai

Jumlah gabah bernas per malai

Perlakuan HP 1744 Dewata Selayar Oasis

Kontrol 36.88 28.88 41.50 25.00

VG 0.8 L ha-1 30.12 29.96 34.84 28.76

VG 1.6 L ha-1 32.22 33.36 45.69 30.39

VG 2.4 L ha-1 16.22 15.17 55.84 23.87

Rata-rata 28.86 26.84 44.47 27.00

Kenaikan dosis zat antitranspiran Vapor Gard meningkatkan jumlah gabah hampa per malai genotipe HP 1744. Persamaan regresi menunjukkan bahwa jumlah gabah hampa per malai genotipe HP 1744 pada kontrol lebih kecil daripada yang diperlakukan dengan zat antitranspiran Vapor Gard dan antitranspiran tidak berhasil menurunkan jumlah gabah hampanya. Zat antitranspiran Vapor Gard menurunkan jumlah gabah hampa genotipe Dewata pada dosis 0.92 L/ha sebesar 14.44, dan kembali meningkat seiring kenaikan dosis. Zat antitranspiran Vapor Gard berpengaruh baik terhadap penurunan jumlah gabah hampa genotipe Selayar hingga dosis 2.4 L/ha sebesar 3.85.

Berdasarkan hasil analisis korelasi antar peubah memperlihatkan bahwa jumlah gabah hampa per malai nyata berkorelasi negatif dengan jumlah gabah bernas per malai sebesar 0.98, walaupun uji F menunjukkan jumlah gabah bernas per malai tidak dipengaruhi secara nyata oleh zat antitranspiran (Tabel 6). Masing-masing genotipe berbeda-beda dalam menanggapi respon terhadap zat antitranspiran Vapor Gard. Hal ini juga tidak terlepas dari pengaruh suhu terhadap lama masa pengisian biji, dimana masa ini sangat mempengaruhi jumlah produksi biji. Menurut Porter dan Gawith (1999), suhu optimal untuk pengisian biji berada antara 19.3oC dan 22.1oC, serta studi-studi sebelumnya menunjukkan suhu yang melebihi 25oC dapat dihubungkan dengan kehilangan hasil 0.15 ton/ha.Untuk itu, adaptasi genotipe diperlukan untuk meningkatkan toleransi terhadap stres panas.

Peubah-peubah yang mendukung kemampuan source seperti luas daun, bobot basah tajuk, tinggi tanaman, fotosintesis dan kapasitas sebagai sink seperti jumlah malai, bobot biji per petak tidak nyata dipengaruhi oleh ketiga jenis zat antitranspiran sebagai faktor tunggal maupun interaksi zat antitranspiran dengan genotipe.

Pada penelitian ini genotipe Dewata merupakan genotipe yang memiliki tingkat gabah hampa tertinggi, walaupun zat antitranspiran Vapor Gard telah berhasil meningkatkan umur mulai berbunganya pada dosis 2.4 L/ha sebesar 56.84 hari (Tabel 5, Gambar 5). Zat antitranspiran Vapor Gard menurunkan bobot 100 biji genotipe Dewatajika dibandingkan kontrol. Laju fotosintesis tidak dipengaruhi oleh faktor tunggal zat antitranspiran maupun interaksi antitranspiran

23 dengan genotipe. Pengaruh lain mungkin disebabkan karena kekeringan ketika penelitian berlangsung, dimana hujan hariannya rata-rata tergolong ke dalam kriteria hujan sangat ringan sampai hujan sedang, bahkan tidak hujan selama beberapa hari (Lampiran 6). Hal ini ikut mempengaruhi tahap perkembangan tanaman gandum untuk meningkatkan pengisian biji pada malai. Kekeringan diduga ikut berperan mengurangi bobot atau ukuran biji, sehingga biji-bijian menjadi lebih kecil atau kisut. Kekeringan dapat menyebabkan sterilitas serbuk sari (Kettlewell et al. 2010) dan menginduksi aborsi biji (Rajala et al. 2009.) sehingga biji-bijian menjadi kisut (Mitchell et al. 2013), dengan demikian, mengurangi produksi hasil dari biji-bijian (Dias de Oliveira et al. 2013).

Respon terhadap Zat Antitranspiran Selimut Tanaman

Persamaan regresi menunjukkan bahwa zat antitranspiran Selimut Tanaman meningkatkan bobot segar tajuk pada dosis 1.02 L/ha sebesar 83.20 g. Zat antitranspiran Selimut Tanaman meningkatkan kebutuhan air per tanaman sehingga bobot segar tajuk menjadi naik. Zat antitranspiran Selimut Tanaman secara tidak langsung juga meningkatkan bobot segar tajuk dengan cara meningkatkan indeks luas daun (Tabel 7). Jadi, peningkatan luas daun cenderung meningkatkan bobot segar tajuk, karena indeks luas daun yang optimum akan meningkatkan laju pertumbuhan tanaman (Gardner et al. 1991).

Tabel 7 Pengaruh zat antitranspiran Selimut tanaman terhadap rata-rata indeks luas daun dan suhu daun

Peubah Dosis zat antitranspiran Selimut tanaman (L ha -1

)

0 0.8 1.6 2.4

Indeks luas daun 14.76 15.00 15.99 14.26

Suhu daun (oC) 32.16 33.60 34.10 33.25

Salah satu kegunaan zat antitranspiran menurut Shinohara dan Leskovar (2014) adalah untuk untuk mengurangi transpirasi. Akan tetapi pada penelitian ini zat antitranspiran Selimut Tanaman menunjukkan hal sebaliknya, yakni meningkatkan laju transpirasi. Persamaan regresi menunjukkan bahwa zat antitranspiran Selimut Tanaman meningkatkan laju transpirasi hingga dosis 1.52 L/ha (Gambar 2) sebesar 3.04 mmol/m/s, dan perlakuan tanpa zat antitranspiran (kontrol) lebih baik daripada yang diperlakukan dengan zat antitranspiran karena tidak sesuai dengan peran zat antitranspiran itu sendiri. Peningkatan transpirasi dapat dipicu oleh naiknya suhu daun, dan hal ini didukung oleh data rata-rata suhu daun (Tabel 7). Menurut Salisbury dan Ross (1995), naiknya suhu daun dapat meningkatkan penguapan (transpirasi). Ketika matahari terbit, stomata akan membuka karena meningkatnya pencahayaan dan cahaya akan menaikkan suhu daun sehingga air menguap lebih cepat. Selain itu menurut Taiz dan Zeiger (2010), suhu daun dapat naik disebabkan stres air dan stres panas. Suhu daun tanaman C3 (non irigasi) mudah naik 4 – 5 oC di atas suhu udara di bawah sinar matahari terik. Oleh karena itu, transpirasi mengatur sejumlah kalori yang berakibat menurunkan suhu daun.

24

Respon terhadap Zat Antitranspiran Surround WP/Kaolin

Zat antitranspiran Surround WP/Kaolin mengurangi total stomata permukaan bawah tanaman gandum pada dosis rendah dan pada dosis yang lebih tinggi Kaolin meningkatkan total stomata permukaan bawah, namun tidak lebih banyak dibandingkan kontrol (Gambar 1). Persamaan regresi menunjukkan bahwa zat antitranspiran Surround WP/Kaolin menurunkan total stomata permukaan bawah genotipe Dewata pada dosis 20 kg/ha sebesar 12.67. Pembentukan stomata dipengaruhi oleh adanya klorofil. Menurut Mulyani (2004), semua bagian tumbuhan yang memiliki klorofil biasanya memiliki stomata. Hal ini didukung oleh korelasi positif antara peubah kehijauan daun dan total stomata permukaan bawah sebesar 0.662. Oleh karena itu, Kaolin secara tidak langsung cenderung menurunkan kehijauan daun pada dosis rendah dan meningkat kembali pada dosis yang lebih tinggi (Tabel 8).

Tabel 8 Pengaruh zat antitranspiran Surround WP/Kaolin terhadap rata-rata kehijauan daun

Peubah Dosis zat antitranspiran Surround WP(kg ha -1

)

0 12 24 36

Kehijauan daun (SPAD) 51.22 49.33 51.73 52.26

Zat antitranspiran Surround WP/Kaolin pada genotipe Dewata menurunkan bobot kering akar, sedangkan pada genotipe HP 1744 Kaolin menurunkan bobot kering akar pada dosis yang rendah dan meningkat kembali seiring kenaikan dosis, namun tetap lebih rendah dibandingkan kontrol (Gambar 5). Persamaan regresi menunjukkan bahwa bobot kering akar genotipe HP 1744 dan Dewata lebih tinggi pada kontrol dibandingkan yang diperlakukan dengan zat antitranspiran Surround WP/Kaolin sebesar 6.99 dan 10.20 g berturut-turut. Zat antitranspiran Kaolin belum mampu meningkatkan bobot kering tajuk sehingga bobot kering akar pun menjadi rendah. Bobot kering tanaman merupakan petunjuk untuk menentukan pertumbuhan tanaman, apabila pertumbuhannya baik maka bobot keringnya akan meningkat. Peningkatan laju pertumbuhan tanaman akan menghasilkan bobot kering tanaman yang lebih tinggi (Soverda dan Hermawati 2009).

25

5 SIMPULAN DAN SARAN

4.1Simpulan

Penurunan total stomata permukaan bawah oleh zat antitranspiran Surround WP/Kaolin sampai dosis 20 kg/ha dan total stomata permukaan atas oleh zat antitranspiran Vapor Gard pada dosis 1.24 L/ha tidak diikuti oleh penurunan laju transpirasi. Ketiga jenis zat antitranspiran tidak menekan atau meningkatkan laju fotosintesis, baik sebagai faktor tunggal maupun interaksi zat antitranspiran dengan genotipe.

Pemanjangan umur mulai berbunga genotipe HP 1744 dan Dewata pada dosis 2.4 L/ha oleh zat antitranspiran Vapor Gard dan peningkatan bobot segar tajuk oleh Selimut Tanaman sampai dosis 1.02 L/ha ternyata belum diikuti oleh respon positif pada peubah-peubah komponen hasil. Zat antitranspiran Vapor Gard justru meningkatkan jumlah gabah hampa per malai pada kedua genotipe tersebut, namun berpengaruh baik menurunkan gabah hampa genotipe Selayar meskipun belum berhasil meningkatkan produksi bijinya. Dengan demikian, pengaruh positif zat antitranspiran terhadap peubah-peubah kapasitas source seperti bobot segar tajuk dan umur mulai berbunga belum memadai untuk meningkatkan peubah-peubah komponen hasil.

4.2Saran

Perlu dilakukan percobaan aplikasi penggunaan antitranspiran jenis fisiologis seperti ABA untuk mempengaruhi proses metabolisme tanaman dan menekan transpirasi, namun tidak menekan laju fotosintesis.

26

Dokumen terkait