• Tidak ada hasil yang ditemukan

Salah satu tantangan dalam perakitan varietas kacang tanah yaitu belum mampu menghasilkan varietas kacang tanah dengan potensi hasil tinggi dan tahan terhadap berbagai hama dan penyakit utama. Perakitan varietas tidak luput dari program pemuliaan tanaman. Pemuliaan tanaman memainkan peranan penting dalam setiap perakitan berbagai komoditas tanaman pangan penting seperti komoditas padi, kentang, kacang-kacangan, umbi-umbian, sayuran dan buah- buahan serta tanaman hias.

Suatu pemuliaan tanaman memiliki beberapa tahapan seperti pembentukan populasi beragam, seleksi, uji daya hasil, uji stabilitas dan adaptabilitas serta didapatkannya varietas unggul baru. Tahapan yang memerlukan keahlian sekaligus tahapan yang memerlukan banyak waktu adalah tahapan seleksi. Seleksi pada tanaman menyerbuk sendiri setidaknya memerlukan waktu sedikitnya sampai generasi ke tujuh agar setiap pasang gennya terfiksasi maksimal. Karakter agronomi penting seperti daya hasil umumnya dipengaruhi oleh banyak gen sehingga untuk mencapai homozigot memerlukan waktu yang lebih lama. Hampir setiap karakter kuantitatif selain dipengaruhi oleh banyak gen juga lebih dipengaruhi oleh lingkungan sehingga untuk mendapatkan pengaruh genetik akan membutuhkan ketelitian para pemulia tanaman.

Periode seleksi yang sangat panjang tentu menjadi salah satu perhatian pemulia sehingga perlunya ada terobosan dalam menghasilkan varietas dengan mengarahkan kepada efisiensi dan efektivitas seleksi. Jambormias (2014) menyatakan bahwa periode seleksi dapat diperpendek dengan seleksi nilai tengah tinggi dan ragam dalam famili yang rendah sampai generasi F4 atau yang disebut dengan seleksi segregasi transgresif. Jambormias (2014) melakukan terobosan menghasilkan sedikitnya 18-24% famili kacang hijau yang terdeteksi sebagai segregan transgresif. Segregasi trasgresif merupakan segregasi gen yang keturunnnya memiliki nilai tengah ekstrim daripada kedua tetuanya (Poehlman & Sleper 1996; Rieseberg et al. 2003).

Materi genetik yang digunakan merupakan hasil kombinasi persilangan galur koleksi pemuliaan tanaman IPB yang disilangkan dengan varietas komersial. Sebanyak 218 galur diuji berasal dari persilangan biparental (Jerapah/GWS79A1, GWS79A1/Zebra, GWS79A1/Jerapah, Zebra/ GWS79A1, dan Zebra/GWS18). Varietas komersial yang digunakan sebagai pembanding terdiri atas Gajah, Jerapah, Sima, dan Zebra. Penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus – Desember 2014 untuk mendeteksi segregan transgresif pada populasi F3, tahap kedua dilaksanakan pada bulan Februari – Mei 2015 untuk memverifikasi galur-galur segregan transgresif pada populasi F4. Beberapa kriteria untuk menduga segregan transgresif diperlukannya informasi keragaman genetik pada populasi yang diuji, nilai heritabilitas baik arti luas maupun arti sempit, aksi gen yang mengendalikan karakter kuantitatif, serta korelasi antar karakter komponen hasil dan hasil sehingga efektivitas dan efisiensi dapat tercapai dengan mudah.

Hasil studi keragaman, heritabilitas, dan aksi gen pada populasi F3 menunjukkan bahwa genotipe berpengaruh nyata terhadap karakter jumlah polong isi dan jumlah polong total. Karakter tersebut memiliki potensi keragaman yang cukup tinggi sehingga dapat dijadikan sebagai dasar kriteria seleksi. Hasil analisis

47

skewness dan kurtosis memperlihatkan bahwa karakter-karakter kuantitatif secara umum dikendalikan oleh banyak gen dengan aksi gen aditif, dominan, epistasis komplementer atau epistasis aditif. Karakter jumlah polong isi, jumlah polong total dan bobot biji per tanaman memiliki nilai heritabilitas tinggi dengan koefisien keragaman genetik yang sedang sehingga efektif untuk dilakukan seleksi. Karakter jumlah polong total dengan nilai heritabilitas tinggi terpilih sebagai karakter seleksi. Seleksi bersasarkan karakter jumlah polong total didapatkan 22 galur yang memiliki keragaan fenotipe jumlah polong terbaik dengan ragam yang sudah seragam atau masih beragam. Galur-galur yang masih beragam dapat dilakukan seleksi pada generasi berikutnya. Galur U2-39 terdeteksi sebagai galur segregan transgresif dengan jumlah polong total sebanyak 30 polong dengan ragam yang rendah atau seragam.

Hasil studi generasi F4 menunjukkan bahwa hampir semua galur-galur yang baik pada generasi F3 tidak mengalami kekonsistenan nilai tengah meskipun ragam dalam famili lebih seragam. Terdapat 2 galur yang memiliki jumlah polong baik dan seragam yaitu galur U2-108 dan U3-118 sehingga dapat dijadikan sebagai galur harapan untuk diteruskan pada generasi selanjutnya. Galur U2-39 yang diduga sebagai segregan transgresif tidak mengalami kekonsistenan nilai tengah pada generasi F4, bahkan cenderung mengalami penurunan nilai tengah yang disebabkan oleh heritabilitas arti sempit yang rendah dan dikendalikan oleh aksi gen epistasis komplementer.

Hasil studi analisis korelasi dan lintasan karakter agronomi kacang tanah menunjukkan bahwa karakter bobot polong kering total memiliki pengaruh langsung dan korelasi yang tinggi, sementara karakter jumlah polong total memiliki pengaruh tidak langsung melalui karakter bobot polong kering total terhadap perbaikan bobot biji per tanaman. Kedua karakter tersebut dapat dijadikan sebagai karakter seleksi untuk merakit varietas unggul kacang tanah berdaya hasil tinggi.

Seleksi segregan transgresif dapat dilakukan pada populasi generasi awal segregasi seperti pada generasi F3 dan F4. Generasi F3 dianalisis untuk mendapatkan ragam genetik, heritabilitas, dan aksi gen yang mengendalikan suatu karakter kuantitatif kacang tanah. Keragaman genetik yang tinggi yang diikuti nilai heritabilitas tinggi memberikan peluang yang tinggi dalam seleksi segregan transgresif. Selain itu dengan diketahuinya aksi gen yang mengendalikan suatu karakter dapat memudahkan pemulia dalam mengetahui apakah suatu karakter dikendalikan oleh aksi gen aditif, dominan atau epistasis. Aksi gen dominansi dan epistasis dapat mengaburkan dalam proses seleksi sehingga analisis aksi gen sangat diperlukan dalam seleksi segregasi transgresif khususnya komoditas kacang tanah. Setelah diketahui tingginya ragam genetik, heritabilitas, aksi gen aditif selanjutnya pemulia dapat menetukan galur-galur yang teridentifikasi sebagai kandidat segregan transgresif. Kandidat-kandidat segregan transgresif bersama galur-galur lainnya kemudian diverifikasi pada generasi F4. Hasil verifikasi dapat menentukan apakah kandidat galur yang terdeteksi merupakan segregan transgresif.

Selain itu untuk menentukan hubungan karakter maka dilakukan perhitungan korelasi dan analisis lintas guna memperoleh informasi besarnya pengaruh karakter daya hasil terhadap karakter hasil. Pada percobaan ini galur U2-39 hasil persilangan GWS79A1/Jerapah yang terdeteksi sebagai segregan transgresif pada generasi F3 tidak terverifikasi pada generasi F4 disebabkan oleh faktor non-aditif yang besar dalam percobaan ini yaitu adanya pengaruh aksi gen epistasis komplementer. Selain

48

itu, heritabilitas arti sempit yang rendah mengakibatkan kecilnya peluang untuk mendapatkan segregan transgresif pada semua kombinasi persilangan yang diuji.

49

7 SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Berdasarkan rangkaian penelitian yang telah dilakukan maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Terdapat keragaman pada karakter jumlah polong isi dan jumlah polong total pada generasi F3. Karakter kuantitatif secara umum dipengaruhi oleh banyak gen dengan aksi gen aditif, dominan, epistasis komplementer, atau epistasis aditif. Karakter jumlah polong isi, jumlah polong total, dan bobot biji per tanaman memiliki nilai heritabilitas tinggi dengan koefisien keragaman genetik yang sedang. Populasi F3 diperoleh 22 galur yang memiliki keragaan fenotipe dengan jumlah polong tinggi.

2. Galur U2-39 terdeteksi sebagai galur segregan transgresif dengan jumlah polong total sebanyak 30 polong dengan ragam yang rendah pada generasi F3.

3. Galur U2-39 sebagai kandidat segregan transgresif tidak terverifikasi pada generasi F4 karena galur tersebut tidak menunjukkan kekonsistenan nilai tengah pada generasi F4 bahkan cenderung mengalami penurunan nilai tengah. Sementara galur U2-108 dan U3-118 konsisten memiliki jumlah polong tinggi dan seragam sehingga dapat dijadikan sebagai galur harapan untuk diteruskan pada generasi berikutnya.

4. Analisis korelasi dan lintasan karakter agronomi kacang tanah menunjukkan bahwa karakter bobot polong kering total memiliki korelasi dan pengaruh langsung yang tinggi terhadap karakter bobot biji per tanaman pada dua generasi kacang tanah. Karakter tersebut dapat dijadikan sebagai kriteria seleksi untuk merakit varietas unggul kacang tanah.

Saran

1. Percobaan yang sama dapat dilakukan dengan menambah jumlah populasi tiap persilangan minimal 200 tanaman agar peluang untuk mendapatkan genotipe segregan transgresif semakin besar

2. Galur-galur yang berpotensi memiliki jumlah polong total terbaik dengan ragam yang rendah pada populasi F4 dapat diteruskan dan diseleksi lebih lanjut pada generasi berikutnya

51

DAFTAR PUSTAKA

Acquaach G. 2007. Principles of Plant Genetics and Breeding. Oxford (UK): Blackwell Pub.

Adisarwanto T. 2001. Meningkatkan Produksi Kacang Tanah di Lahan Sawah dan Lahan Kering. Jakarta (ID): Penebar Swadaya.

Allard RW. 1960. Principles of Plant Breeding. New York (US): J Wiley.

Alnopri. 2004. Variabilitas genetik dan heritabilitas sifat-sifat pertumbuhan bibit tujuh genotipe kopi robusta-arabika. J Ilmu-ilmu Pertanian Indonesia. 6(2):91-96.

Barmawi M. 2007. Pola segregasi dan heritabilitas sifat ketahanan kedelai terhadap

Cowpea Mild Mottle Virus populasi Wilis X Mlg2521. J HPT Tropika. 7(1):48-52.

Bell MA, Travis MP. 2005. Hybridization, transgressive segregation, genetic covariation, and adaptive radiation. Trends in Ecology Evol. 20(7): 358-360. [BPS] Badan Pusat Statistik. 2014. Tabel luas panen, produktivitas, produksi tanaman kacang tanah, provinsi, Indonesia. [diunduh 2014 Juli 16]. Tersedia pada: http//www. bps.go.id.

Chahal GS, Gosal SS. 2003. Principles and Procedures of Plant Breeding: Biotechnological and Conventional Approaches. India (IN): Narosa. Faisal, Polakitan A. 2014. Kajian teknologi budidaya kacang tanah di kabupaten

Minahasa. [diunduh 2016 April 9]. Tersedia pada: http://sulut.litbang. pertanian.go.id/.

Falconer DS. 1989. Introduction to Quantitative Genetic. London (UK): Longman Group Limited.

Frey KJ. 1981. Plant Breeding II. Ames (US): The Iowa Univ Pr.

Gomez KA, Gomez AA. 1983. Statistical Procedures for Agricultural Research. Singapore (SG): J Wiley.

Hakim L, Suyamto. 2012.Korelasi antar-karakter dan sidik lintas antara komponen hasil dengan hasil biji kacang hijau. Berita Biologi. 11(3): 339-349.

Halward TM, Wynne JC. 1991. Generation means analysis for productivity in two diverse peanut crosses. Theoretical Applied Genetics. 82(6):784-792. Hapsari RT, Adie MM. 2010. Pendugaan parameter genetik dan hubungan antar

komponen hasil kedelai. J Penelitian Pertanian Tanaman Pangan. 29(1):18-23.

Hartati S, Barmawi M, Sa’diyah N. 2013. Pola segregasi karakter agronomi tanaman kedelai (Glycine max [L.] Merrill) generasi F2 hasil persilangan WILIS X B3570. J Agrotek Tropika. 1(1):8–13.

Hayati M, Marliah A, Fajri H. 2012. Pengaruh varietas dan dosis pupuk SP-36 terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman kacang tanah (Arachis hypogaea

52

Jambormias E, Riry J. 2009. Penyuaian data dan penggunaan informasi kekerabatan untuk mendeteksi segregan transgresif sifat kuantitatif pada tanaman menyerbuk sendiri (suatu pendekatan dalam seleksi). J Budidaya Pertanian.

5(1):11-18.

Jambormias E, Sutjahjo SH, Matjjik AA, Wahyu Y, Wirnas D. 2013. Modifikasi rancangan bersekat dan pendugaan parameter genetik pada generasi awal tanaman menyerbuk sendiri. J Budidaya Pertanian. 9(2):52-59.

Jambormias E. 2014. Analisis genetik dan segregasi transgresif berbasis informasi kekerabatan untuk potensi hasil dan panen serempak kacang hijau [disertasi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Janila P, Nigam SN, Pandey MK, Nagesh P, Varshney RK. 2013. Groundnut improvement: use of genetic and genomic tools. Front Plant Sci. 4: 23.doi:10.3389/fpls.2013.00023.

Jayaramachandran M, Kumaravadivel N, Eapen S, Kandasamy G. 2010. Gene action for yield attributing characters in segregating generation (M2) of sorghum (Sorghum bicolor L.). Elec J Plant Breeding. 1:802-808.

Jogloy C, Jaisil P, Akkasaeng C, Kesmala T, Jogloy S. 2011. Heritability and correlation for maturity and pod yield in peanut. J App Sci Res. 7(2): 134- 140.

Kasno A, Harnowo D. 2014. Karakteristik varietas unggul kacang tanah dan adopsinya oleh petani. Iptek Tanaman Pangan. 9(1):13-23.

Kasno A. 1993. Pengembangan varietas kacang tanah. Di dalam: Kasno A, Winarto A, Sunardi, editor. Kacang Tanah. Monograf Balittan Malang No.12. Malang (ID): Balittan Malang. hlm 31-68.

Kisman, Trikoesoemaningtyas, Sobir, Khumaida N, Sopandie D. 2008. Pola pewarisan adaptasi kedelai (Glycine max L. Merrill) terhadap cekaman naungan berdasarkan karakter morfo-fisiologi daun. Bul Agron. 36(1):1-7. Knight R. 1979. Quantitative genetic statistics and plant breeding. Di dalam:Knight

R, editor. Plant Breeding. Brisbane (AU): Brisbane Australian Vice- Chancellors Committee.

Kosev V. 2014. Breeding and genetic assessment of some quantitative traits in crosses forage pea (Pisum sativum L.). Open J Genetics. 4: 22-29. http://dx.doi.org/10.4236/ojgen.2014.41004.

Kotzamanidis ST. 2006. The first peanut (Arachis hypogaea L.) crosses in greece and transgressive segregation on yield characteristics of pedigree selected accessions. Pakistan J Bio Sci. 9(5):968-973.

Kuczynska A, Surma M, Adamski T. 2007. Methods to predict transgressive segregation in barley and other self-pollinated crops. J Appl Genet. 48(4):321-328.

Kumar DR, Sekhar MR, Reddy KR, S. Ismail S. 2012. Character association and path analysis in groundnut (Arachis hypogaea L.). Int J App Biol Pharmaceutical Tech. 3(1):385-389.

53 Kusumo YWE. 1996. Analisis genotipik ketahanan kacang tanah (Arachis hypogaea L.) terhadap penyakit bercak daun hitam disebabkan oleh

Phaeoisariopsis personata (Berk. dan Curt.) v Arx [disertasi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Machfud M, Sulistyowati E. 2009. Pendugaan aksi gen dan daya waris ketahanan kapas terhadap Amrasca biguttula. J Littri. 15(3):131–138.

Makmur A. 1992. Pengantar Pemuliaan Tanaman. Jakarta (ID): Rineka Cipta. Mangoendidjojo W. 2003. Dasar-Dasar Pemuliaan Tanaman. Yogyakarta (ID):

Kanisius.

Mattjik AA, Sumertajaya IM. 2011. Analisis Peubah Ganda dengan Menggunakan SAS. Bogor (ID): Dept. Statistika FMIPA IPB.

Mattjik AA, Sumertajaya IM. 2013. Perancangan Percobaan dengan Aplikasi SAS dan Minitab Jilid 1. Bogor (ID): IPB Pr.

Mursito D. 2003. Heritabilitas dan sidik lintas karakter fenotipik beberapa galur kedelai (Glycine max. (L.) Merrill). Agrosains. 6(2): 58-63.

Naeem-ud-Din, Tariq M, Naeem MK, Hassan MF, Rabbani G, Mahmood A, Iqbal MS. 2012. Development of bari-2011: a high yielding, drought tolerant variety of groundnut (Arachis hypogaea L.) with 3-4 seeded pods. J Animal Plant Sci. 22(1): 120-125. ISSN: 1018-7081.

Nasution MA. 2010. Analisis korelasi dan sidik lintas antara karakter morfologi dan komponen buah tanaman nenas (Ananas comosus L. Merr.). Crop Agro.

3(1):1-9.

Nigam SN, Upadhyaya HD, Chandra S, Rao RCN, Wright GC, Reddy AGS. 2001. Gene effect for specific leaf area and harvest index in three crossess groundnut (Arachis hypogaea). Ann App Biol. 139:301-306.doi:10.1111/j. 1744-7348.2001.tb00143.x

Petersen RG. 1994. Agricultural Field Experiment Design and Analysis. New York (US): Marcel Dekker.

Poehlman JM, Sleper DA. 1996. Breeding Field Crops Fourth Edition. Iowa (US): Iowa State Univ Pr.

Poehlman JM. 1983. Breeding Field Crops Second Edition. New York (US): Avi Publishing.

Poespodarsono S. 1988. Dasar-dasar Ilmu Pemuliaan Tanaman. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Puangbut D, Jogloy S, Vorasoot N, Kesmala T, Holbrook CC, Patanothai A. 2013. Response of reproductive parts of peanut genotypic variation and their contributions to yield after pre-flowering drought. Asian J Crop Sci.

7(11):1627-1633.

Purnamawati H. 2012. Analisis potensi hasil kacang tanah dalam kaitan dengan kapasitas dan aktivitas source dan sink [disertasi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

[Pusdatin] Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian. 2013. Buletin Konsumsi Pangan Vol 4 (1):1-53. [Internet]. [diunduh 2014 Juli 16]. Tersedia pada: http://pusdatin.setjen.deptan.go.id.

54

[Puslitbangtan] Pusat Penelitian dan Perkembangan Tanaman Pangan. 2014.

Laporan Akuntabilitas Kinerja Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan Tahun 2013. Bogor (ID): Puslitbang Tan Pangan.

Rahajeng W, Rahayuningsih SA. 2015. Pendugaan komponen ragam, heritabilitas dan korelasi klon-klon harapan ubijalar berkadar betakaroten tinggi. Ilmu Pertanian. 18(1): 51-55.

Rieseberg LH, Archer MA, Wayne RK. 1999. Transgressive segregation, adaptation and speciation. Heredity. 83:363-372.

Rieseberg LH, Widmer A, Arntz AM, Burke JM. 2003. The genetic architecture necessary for transgressive segregation is common in both natural and domesticated population. Phil Trans Royal Soc. 358:1141–1147.doi 10.1098/rstb. 2003.1283.

[Ristek] Riset dan Teknologi. 2000. Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.). Jakarta (ID): Ristek.

Rohaeni WR, Permadi K. 2012. Analisis sidik lintas beberapa karakter komponen hasil terhadap daya hasil padi sawah pada aplikasi agrisimba. Agrotrop. 2(2): 185-190.

Rosidah S, M Syukur, Widodo. 2014. Pendugaan parameter genetika ketahanan tanaman cabai terhadap penyakit antraknosa. J Fitopatologi Indonesia. 10(6):202–209.doi:10.14 692/jfi.10.6.202.

Roy D. 2000. Plant Breeding: Analysis and Exploitation of Variation. New Delhi (IN): Narosa.

Rubiyo E, Wardiana. 2013. Analysis of genetic parameters for bean physical quality characters and clusterizations of eleven genotypes of robusta coffee (Coffea canephora). IndonesJ Agric Sci. 14(2):55-62.

Rukmana R. 1998. Kacang Tanah. Jakarta (ID): Kanisius. 78hal.

Sa’diyah N, Basoeki TR, Putri AE, Aprilha D, Utomo SD. 2009. Korelasi, keragaman genetik, dan heritabilitas karakter agronomi kacang panjang populasi F3 keturunan persilangan testa hitam x lurik. J Agrotropika. 14(1): 37 – 41.

Sadimantara GR, Tanti T, Muhidin, Suliartini NWS, Wijayanto T. 2013. Pendugaan diversitas genetik dan korelasi antar karakter agronomi padi gogo (Oryza sativa L.) lokal Sulawesi Tenggara. Agriplus. 23: 242-250.

Saleh N. 2010 Optimalisasi pengendalian terpadu penyakit bercak daun dan karat pada kacang tanah. Pengembangan Inovasi Pertanian. 3(4): 289-305. Santos AH, Bearzoti E, Ferreira DF, João Luís da Silva Filho. Simulation of mixed

models in augmented block design. Scientia Agricola. 59(3):483-489. Santosa BAS. 2010. Inovasi teknologi defatting: peluang peningkatan diversifikasi

produk kacang tanah dalam industri pertanian. Pengembangan Inovasi Pertanian. 3(3):199-211.

Satoto, Widyastuti Y, Susanto U, Mejaya MJ. 2013. Perbedaan hasil padi antarmusim di lahan sawah irigasi. Iptek Tanaman Pangan. 8(2):55-61. Septeningsih C, Soegianto A, Kuswanto. 2013. Uji daya hasil pendahuluan galur

harapan tanaman kacang panjang (Vigna sesquipedalis L. Fruwirth) berpolong ungu. J Produksi Tanaman. 1(4):314-324.

55 Sharma JR. 2006. Statistical and Biometrical Techniques in Plant Breeding. New

Delhi (IN): New Age Int.

Shoba D, Manivannan N, Vindhiyavarman P. 2010. Gene effects of pod yield and its components in three crosses of groundnut (Arachis hypogaea L.). Elec J Plant Breeding. 1(6):1415-1419.

Sihaloho AN, Trikoesoemaningtyas, Sopandie D, Wirnas D. 2015. Identifikasi aksi gen epistasis pada toleransi kedelai terhadap cekaman aluminium. J Agron. Indonesia. 43(1):30–35.

Singh RK, Chaudhary BD. 1979. Biometrical Methods in Quantitatif Genetic Analysis. New Delhi (IN): Kalyani.

Smith OD, Simpson CE. 1995. Selection of peanut cultivar. Di dalam: Melouk HA, Shokes FM, editor. Peanut Health Management. Minnesota (US): APS Pr. Srilestari R. 2005. Induksi embrio somatik kacang tanah pada berbagai macam

vitamin dan sukrosa. Ilmu Pertanian. 12(1): 43-50.

Sudjadi M, Supriati Y. 2001. Perbaikan teknologi produksi kacang tanah di Indonesia. Bul Agro Bio. 4(2):62-68.

Suhartina. 2005. Deskripsi Varietas Unggul Kacang-kacangan dan Umbi-umbian.

Malang (ID): Balai Penelitian Kacang-kacangan dan Umbi-umbian. Sulistyowati Y, Trikoesoemaningtyas, Sopandie D, Ardie SW, Nugroho S. 2015.

Estimation of genetic parameters and gene actions of sorghum [Sorghum bicolor (L.) Moench] tolerance to low p condition. Int J Agro Agri Res. 7(3):38-46.

Sumarno. Status kacang tanah di Indonesia. 1993. Di dalam: Kasno A, Winarto A, Sunardi, editor. Kacang Tanah.Monograf Balittan Malang No.12. Malang (ID): Balittan Malang. hlm 1-8.

Supeno A. 2004. Persilangan buatan pada tanaman kacang hijau (Vigna radiata (L) Wilczek). Prosiding Temu Teknis Nasional Tenaga Fungsional Pertanian.

Malang (ID): hlm186-191.

Syamsiar. 2010. Teknologi Budidaya Kacang Tanah. Sulawesi Tenggara (ID): BPTP Sulteng.

Syukur M. 2013. Variasi jumlah kromosom. Di dalam: Syukur M, Sastrosumarjo S, editor. Sitogenetika Tanaman. Bogor (ID): IPB Pr. hlm 127-151.

Syukur M, Sujiprihati S, Siregar A. 2010. Pendugaan parameter genetik beberapa karakter agronomi cabai F4 dan evaluasi daya hasilnya menggunakan rancangan perbesaran (augmented design). J Agrotropika. 1(15):9-16. Syukur M, Sujiprihati S, Yunianti R. 2012. Pemuliaan Tanaman. Jakarta (ID):

Penebar Swadaya.

Syukur M, Wahyu Y. 2013. Aplikasi variasi jumlah kromosom dalam pemuliaan tanaman. Di dalam: Syukur M, Sastrosumarjo S, editor. Sitogenetika Tanaman. Bogor (ID): IPB Pr. hlm 153-185.

Trustinah. 1993. Biologi kacang tanah. Di dalam: Kasno A, Winarto A, Sunardi, editor. Kacang Tanah. Monograf Balittan Malang No.12. Malang (ID): Balittan Malang. hlm 9-23.

56

Wahyu ASG, Mangoendidjojo W, Yudono P, Kasno A. 2015. Analisis nilai tengah generasi untuk umur panen keturunan persilangan tiga varietas kedelai.

Penelitian Pert Tan Pangan. 34(1): 37-41.

Wahyu Y, Budiman DR. 2013. Daya hasil galur-galur kacang tanah (Arachis hypogaea L.) tahan penyakit bercak daun di kecamatan Ciranjang kabupaten Cianjur provinsi Jawa Barat. Bul Agrohorti. 1(1): 45 – 53. Walpole RE, Myers RH. 1995. Ilmu Peluang dan Statistika untuk Insinyur dan

Ilmuwan. Sembiring RK, penerjemah. Bandung (ID): ITB Pr. Terjemahan dari: Probability and Statistic Engineers and Scientists.Ed ke-4.

Wang CT, Tang YY, Wang XZ, Wu Q, Gao HY, Feng T, Su JW, Yu ST, Fang XL, Ni WL, Jiang YS, Qian L, Hu DQ. 2012. Mutagenesis: a useful tool for the genetic improvement of the cultivated peanut (Arachis hypogaea L.).Intech. http://dx.doi.org/10.5772/50514.

Wang J, Gai J. 2001. Mixed inheritance model for resistance to agromyzid beanfly (Melanagromyza sojae Zehntner) in soybean. Euphytica. 122: 9–18.

Wardana CK, Karyawati AS, Sitompul SM. 2015. Keragaman hasil, heritabilitas dan korelasi F3 hasil persilangan kedelai (Glycine max L. Merril) varietas

Anjasmoro dengan varietas Tanggamus, grobogan, galur AP dan UB.

J Produksi Tanaman. 3(3):182 – 188.

Wardani S, Wirnas D, Wahyu Y. 2015. Seleksi segregan gandum (Triticum aestivum L.) pada dataran tinggi. J Agron Indonesia. 43(1):45-51.

Wijayanti W, Taryono, Toekidjo. 2014. Keragaan 29 galur kacang tanah (Arachis hypogaea L.) pada kondisi salin. Vegetalika. 3(4):40-51.

Wirnas D, Sobir, Surahman M. 2005. Pengembangan kriteria seleksi pada pisang (Musa sp.) berdasarkan analisis lintas. Bul Agron. 33 (3): 48 – 54.

Yadav B, Tyagi CS, Singh D. 1998. Genetics of transgressive segregation for yield and yield components in wheat. Ann App Biol. 133:227-235.

Yudiwanti, Sastrosumarjo S, Hadi S, Karama S, Surkati A, Mattjik AA. 1998. Korelasi genotipik antara hasil dengan tingkat ketahanan terhadap penyakit bercak daun hitam pada kacang tanah. Bul Agron. 26:16-21.

Yudiwanti, Sudarsono, Purnamawati H, Yusnita, Hapsoro D, Hemon AF, Soenarsih S. 2008.Perkembangan pemuliaan kacang tanah di Institut Pertanian Bogor.

Inovasi Teknologi Kacang-kacangan dan Umbi-umbian, Mendukung Kemandirian Pangandan Kecukupan Energi. Prosiding Seminar Hasil Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian; 2007 19 Nov; Malang, Indonesia. Malang (ID): Puslitbangtan, Badan Litbang Pertanian, DEPTAN. hlm 152-161.

Zhang X, Han S, Tang F, Xu J, Liu H, Yan M, Dong W, Huang B, Zhu S. 2011. Genetic analysis of yield in peanut (Arachis hypogaea L.) using mixed model of major gene plus polygene. African J Biotech: 10(37):7126-7130.

57

59 Lampiran 1. Deskripsi kacang tanah varietas Jerapah

JERAPAH

Dilepas tahun : 4 November 1998

SK Mentan : 875/Kpts/TP.240/11/98

No. Seleksi : LM/ICGV 86021-88-B-16

Asal : Hasil seleksi tunggal varietas lokal Majalengka dengan ICGV 86021 Hasil : 1.0-4.0 t/ha polong kering

Hasil rata-rata : 1.92 t/ha polong kering

Warna batang : Ungu

Warna daun : Hijau

Warna bunga : - bagian pusat bendera: kuning muda - matahari: ungu kemerahan

Warna ginofor : Hijau

Warna biji : Rose (merah muda)

Bentuk polong : Berpinggang Lukisan jaring : Tidak jelas

Bentuk tanaman : Tegak

Bentuk daun : Bulat

Jumlah polong per tanaman : 15-20 buah Jumlah biji/polong : 2 biji Umur berbunga : 28-31 hari Umur polong masak : 90-95 hari Bobot 100 polong : 45-50 g Kadar protein : 21.5%

Kadar lemak : 43.0%

Ketahanan terhadap penyakit : Tahan penyakit layu, toleran karat dan bercak daun Keterangan : Toleran kekeringan, hasil stabil

dan beradaptasi luas

Pemulia : Astanto Kasno, Novita N, Trustinah,

Abdul Munip, Joko Purnomo, Purwantoro, dan Harry Prasetyo

60

Lampiran 2. Deskripsi kacang tanah varietas Zebra

ZEBRA

Dilepas tahun : 3 November 1992

SK Mentan : 622/Kpts/TP.240/11/92

No. Seleksi : MGS 9-2-5/NC 3033-4B-9

Asal : Hasil seleksi dari F2 asal ICRISAT Hasil : 1.40-3.80 t/ha polong kering Warna batang : Hijau

Warna daun : Hijau

Warna bunga : - bagian tepi bendera kuning muda - pusat bendera kuning

- matahari: jingga Warna ginofor : Hijau

Warna biji : Merah

Bentuk polong : Tidak berpinggang Lukisan jaring : Jelas

Bentuk tanaman : Tegak

Bentuk daun : Berempat

Jumlah biji/polong : 3-5 biji Umur berbunga : 28-31 hari

Dokumen terkait