• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pembahasan Setiap Kategori

Dalam dokumen Motif seseorang menemui dukun. (Halaman 72-80)

BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN HASIL

D. Pembahasan

1. Pembahasan Setiap Kategori

a. Tingkat Keseringan Subyek Dalam Menemui Dukun

Pada kategori ini menjelaskan tingkat keseringan subyek dalam

menemui Dukun, atau dengan kata lain seberapa seringkah dan

seberapa rutinnya subyek menemui seorang Dukun. Satu dari tiga

subyek mengatakan bahwa dirinya saat ini menemui Dukun dua kali

dalam satu bulan, tetapi sebelumnya subyek mengatakan bahwa dahulu

dirinya setiap hari menemui Dukun tersebut. Subyek tersebut

mengatakan bahwa setiap kali subyek mendapatkan masalah subyek

selalu pergi untuk menemui Dukun tersebut, subyek tersebut

mengatakan bahwa subyek menemui Dukun tersebut untuk

mendapatkan ketenangan dari setiap masalah yang dihadapinya.

Sedangkan dua dari tiga subyek lainnya mengatakan bahwa

mereka jarang untuk menemui Dukun. Dua dari ketiga subyek tersebut,

yaitu subyek kedua dan ketiga hanya menemui Dukun pada saat

mereka membutuhkan bantuan dari Dukun untuk membantu

menyelesaikan permasalahan yang sedang mereka hadapi, sehingga

dari prosentase pertemuan mereka dengan Dukun tidak terlalu banyak.

b. Cara Subyek mengenal Dukun Yang Ditemui

Pada kategori ini mencoba untuk mencari tahu mengenai

bagaiman cara subyek dapat mengenal dan mengetahui mengenai

mengenal serta mengetahui mengenai Dukun melalui orang lain, orang

lain tersebut diantaranya adalah saudara dari para subyek dan dari

teman – teman subyek yang sebelumnya sudah pernah menemui

Dukun tersebut. Selain itu, ketiga subyek dalam penelitian ini

mengatakan bahwa mereka menemui Dukun dikarenakan mendapatkan

dorongan dari saudara maupun dari teman – teman disekitar mereka.

Hal ini sesuai dengan pernyataan dari Handoko (1992 : 9) mengenai

motif sosiogenetis dimana motif sosiogenetis berasal dari lingkungan

kebudayaan tempat orang berada dan berkembang. Motif ini tidak

bergantung pada keadaan fisiologis individu, melainkan timbul sebagai

akibat dari interaksi dengan orang atau hasil kebudayan. Dengan kata

lain motif ini bergantung pada lingkungan.

Disamping mendapat dorongan dari orang lain untuk menemui

Dukun, subyek ketiga mengatakan bahwa dirinya bisa mengenal atau

mengetahui Dukun yang ditemui dengan cara subyek mencari tahu

sendiri, atau bertanya kepada orang yang sebelumnya sudah memiliki

pengalaman atau sudah pernah bertemu dengan Dukun yang dicari atau

yang hendak ditemui tersebut. Subyek ketiga mengatakan bahwa jika

dirinya sedang mengahadapi suatu permasalahan, kemudian dirinya

menceritakan permasalahan yang sedang dihadapinya tersebut

terhadap saudara atau teman dekatnya kemudian bertanya kepada

bisa membantu mengatasi atau mencari pemecahan permasalahan yang

sedang dihadapinya.

c. Tujuan Subyek Menemui Dukun

Dalam kategori ini, mencoba untuk mencari tahu tujuan yang

hendak dicapai oleh subyek dengan menemui Dukun. Dari hasil

wawancara dengan para subyek, dapat diketahui bahwa tujuan antara

subyek yang satu dengan subyek yang lain tidaklah sama, masing –

masing dari mereka memiliki tujuan menemui Dukun yang berbeda –

beda, disamping itu seorang subyek tidak hanya memiliki satu tujuan

saja dalam menemui Dukun melainkan tujuan tersebut bisa saja lebih

dari satu. Meskipun dari ketiga subyek mengatakan bahwa tujuan

mereka menemui Dukun adalah untuk menyelesaikan permasalahan

yang sedang mereka hadapi, tetapi permasalahan yang dihadapi antara

subyek yang satu berbeda dengan subyek yang lainnya. Seperti

misalnya permasalahan yang dihadapi oleh subyek pertama adalah

semenjak ditinggal mati oleh suaminya subyek merasa dirinya

kesepian, dan tidak memiliki gairah untuk hidup lagi. Dan pada subyek

kedua mengatakan bahwa permasalahannya adalah berupa masalah

pribadi subyek yang dirasakan oleh subyek untuk diri subyek sendiri,

dan juga masalah keluarga dimana subyek mengingnkan keluarganya

dapat bahagia dan sejahtera. Sedangkan pada subyek ketiga,

permasalahan yang dihadapinya diantaranya adalah permasalahan di

permasalahan dalam hubungan dengan interaksi sosial, serta untuk

urusan bisnis atau perdagangan. Dalam hal tersebut sesuai dengan ciri

– ciri dari motif individu yang terdapat dalam Piskologi Industri

(2003), yang menyatakan bahwa motif adalah majemuk yang berarti

dalam suatu perbuatan tidak hanya mempunyai satu tujuan tetapi

beberapa tujuan yang berlangsung bersama-sama, dan motif berbeda –

beda bagi individu yang berarti masing-masing individu memiliki motif yang berbeda antara satu dengan yang lainnya meskipun mereka

melakukan kegiatan yang sama.

Selain untuk menyelesaikan permasalahan yang sedang

dihadapi, tujuan dari subyek kedua dalam menemui Dukun adalah

untuk menambah wawasan atau pengetahuan bagi diri subyek sendiri,

sebab pada diri subyek kedua memiliki keyakinan dimana dalam hal

ini subyek mempercayai bahwa seorang Dukun memiliki kelebihan

atau indra ke enam atau Dukun tersebut dapat melihat sesuatu dimana

orang lain tidak dapat melihatnya. Tujuan dari subyek kedua ini dapat

dimsukkan kedalam klasifikasi motif sosiogenetis yang dinyatakan

oleh Melvin H. Marx, yaitu motif ingin tahu (curiosity). (kuliah

komunikasi.com, 2008), yaitu yang berarti motif ingin tahu memiliki

arti keinginan untuk mengerti, menata dan menduga. Setiap orang

d. Tingkat Kepercayaan Subyek Terhadap Dukun

Pada kategori ini bertujuan untuk melihat sampai dimanakah

tingkat kepercayaan dari para subyek terhadap seorang Dukun,

terutama terhadap Dukun yang ditemui. Rasa percaya terhadap seorang

Dukun tidak bisa dilepaskan dari latar belakang kebudayaan dari

tempat dimana seseorang tersebut tinggal, hal ini dapat dilihat dari

pernyataan subyek ketiga dimana subyek ketiga memiliki kepercayaan

terhadap seorang Dukun dikarenakan adanya kepercayaan atau

keyakinan dalam pandangan masyarakat Jawa bahwa seorang Dukun

memiliki kelebihan atau kekuatan spiritual yang lebih dibandingkan

dengan orang lain. Disamping itu rasa percaya terhadap seorang

Dukun juga tidak dapat dilepaskan dari adanya sugesti dari dalam diri

seseorang dimana seorang Dukun dirasa dapat membantu untuk

menyelesaikan permasalahan yang sedang dihadapi seperti yang

dinyatakan oleh subyek kedua dalam penelitian ini. Dalam kaitannya

dengan hal ini wejangan dari seorang dukun dapat senantiasa menjadi

pertimbangan utama bagi orang Jawa didalam memutuskan suatu

perkara yang sangat penting didalam kehidupannya sebab bagi

beberapa masyarakat Jawa, mereka beranggapan bahwa dukun

merupakan konsultan spiritual yang dianggap sebagai orang tua,

sesepuh, atau pepundhen yang waskitha ngerti sadurunge winarah.

disebabkan oleh karena dukun dianggap memiliki kualitas kepribadian

yang sudah putus ing reh saniskara (Purwadi, 2004).

Meskipun terdapat kepercayaan dan keyakinan terhadap

kemampuan dari seorang Dukun, masyarakat Jawa pada umumnya saat

ini tidaklah kemudian dengan serta merta percaya sepenuhnya terhadap

seorang Dukun, hal tersebut dapat dilihat dari bagaimana seseorang

menanggapi wejangan – wejangan serta bagaimana seseorang

menjalankan syarat – syarat yang diberikan oleh Dukun, seperti yang

dialami oleh ketiga subyek dalam penelitian ini. Para subyek dalam

penelitian ini mengatakan jika syarat – syarat yang diberikan oleh

Dukun tersebut terlalu berat atau tidak masuk akal maka subyek tidak

akan menjalankan atau memenuhi syarat tersebut, demikian juga

dengan wejangan dari Dukun jika dirasa tidak cocok atau tidak sesuai

dengan apa yang dikehendaki oleh subyek, maka wejangan dari Dukun

tersebut tidak akan diperhatikan oleh subyek.

e. Alasan Subyek memilih untuk menemui Dukun

Pada kategori ini mencoba untuk mencari tahu hal – hal apa

saja yang melatar belakangi para subyek sehingga lebih memilih untuk

menemui Dukun. Terdapat beberapa alasan ataupun pertimbangan

seseorang lebih memilih untuk menemui Dukun dibandingkan dengan

yang lainnya, seperti diantaranya yang diutarakan oleh para subyek

dalam penelitian ini yaitu diantaranya mereka cenderung memilih

dari keluarga maupun dari teman – teman terdekat mereka yang

sebelumnya juga pernah, atau memiliki pengalaman berkaitan dengan

Dukun yang hendak ditemui tersebut, para subyek menambahkan

biasanya mereka bertukar cerita mengenai permasalahan yang sedang

mereka hadapi dan mereka bertanya kepada saudara atau teman dekat

mereka mengenai jalan keluar dari permasalahan yang sedang

dihadapi, kemudian dari saudara atau teman dekat mereka tersebut

menyarankan untuk menemui Dukun yang sekiranya dapat membantu

untuk memecahkan permasalahan yang dihadapi, dengan kata lain

keinginan untuk menemui Dukun tersebut muncul karena sebagai

akibat dari hasil interaksi dengan orang lain atau hasil kebudayaan,

motif ini bergantung pada lingkungan (Motif sosiogenetis menurut

Handoko, 1992 : 9).

Disamping adanya dorongan dari orang – orang terdekat, hal

lain yang membuat pada subyek lebih memilih untuk menemui Dukun

adalah dikarenakan adanya kepercayaan dari kebudayaan para subyek

yaitu kebudayaan Jawa, bahwa seorang dukun dapat senantiasa

menjadi pertimbangan utama bagi orang Jawa didalam memutuskan

suatu perkara yang sangat penting didalam kehidupannya sebab bagi

beberapa masyarakat Jawa, mereka beranggapan bahwa dukun

merupakan konsultan spiritual yang dianggap sebagai orang tua,

sesepuh, atau pepundhen yang waskitha ngerti sadurunge winarah.

disebabkan oleh karena dukun dianggap memiliki kualitas kepribadian

yang sudah putus ing reh saniskara (Purwadi, 2004).

f. Perasaan Subyek Ketika Bertemu Dengan Dukun

Dalam kategori ini mencoba untuk mengetahui apa yang para

subyek rasakan pada saat mereka berhadapan secara langsung atau

bertemu dengan seorang Dukun. Subyek kedua mengatakan bahwa

mereka dirinya merasa biasa – biasa saja atau tidak merasakan sesuatu

hal yang istimewa dalam dirinya pada saat bertemu dan berkonsultasi

dengan Dukun tersebut, hal ini dikarenakan subyek kedua menganggap

dukun tersebut adalah manusia yang sama dengan diri subyek, hanya

Dukun tersebut memiliki sedikit kelebihan yang membuat Dukun

tersebut sedikit berbeda dengan subyek.

Berbeda dengan subyek kedua, subyek pertama dan ketiga

merasakan adanya perasaan tenang, aman, dan nyaman pada saat

bertemu atau berhadapan dengan Dukun. Perasaan tersebut muncul

dikarenakan subyek pertama dan ketiga merasakan ada seseorang yang

melindungi dirinya pada saat bersama dengan Dukun tersebut,

disamping itu subyek pertama dan ketiga merasa mendapatkan

ketenangan dan kenyamanan pada saat Dukun tersebut memberikan

wejangan – wejangan atau saran – saran yang hendaknya dijalankan

oleh para subyek dan wejangan atau saran dari Dukun tersebut

g. Perubahan yang Dialami Oleh subyek Setelah Bertemu Dengan Dukun

Setelah pertemuan dengan Dukun, ada beberapa orang yang

mengalami perubahan dalam dirinya dan ada juga yang tidak

mengalami perubahan, dan pada kategori ini mencoba untuk melihat

perubahan – perubahan yang dialami oleh para subyek setelah

pertemuan mereka dengan Dukun. Para subyek menggunakan

ungkapan yang berbeda – beda mengenai perasaan yang mereka

rasakan setelah pertemuan mereka dengan Dukun. Setelah

pertemuannya dengan Dukun, para subyek merasakan adanya

perubahan yang terjadi dalam diri mereka, perubahan tersebut antara

lain adalah para subyek merasa diri mereka menjadi lebih tenang

dibandingkan sebelum pertemuan mereka dengan Dukun, disamping

itu mereka juga merasakan diri mereka menjadi lebih percaya diri

dalam mengadapi permasalahan mereka masing – masing. Perubahan

yang terjadi dalam diri para subyek tersebut muncul setelah mereka

mendapatkan atau mendengarkan wejangan yang mereka dapat dari

Dukun yang mereka temui.

Dalam dokumen Motif seseorang menemui dukun. (Halaman 72-80)

Dokumen terkait