BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN HASIL
D. Pembahasan
1. Pembahasan Setiap Kategori
a. Tingkat Keseringan Subyek Dalam Menemui Dukun
Pada kategori ini menjelaskan tingkat keseringan subyek dalam
menemui Dukun, atau dengan kata lain seberapa seringkah dan
seberapa rutinnya subyek menemui seorang Dukun. Satu dari tiga
subyek mengatakan bahwa dirinya saat ini menemui Dukun dua kali
dalam satu bulan, tetapi sebelumnya subyek mengatakan bahwa dahulu
dirinya setiap hari menemui Dukun tersebut. Subyek tersebut
mengatakan bahwa setiap kali subyek mendapatkan masalah subyek
selalu pergi untuk menemui Dukun tersebut, subyek tersebut
mengatakan bahwa subyek menemui Dukun tersebut untuk
mendapatkan ketenangan dari setiap masalah yang dihadapinya.
Sedangkan dua dari tiga subyek lainnya mengatakan bahwa
mereka jarang untuk menemui Dukun. Dua dari ketiga subyek tersebut,
yaitu subyek kedua dan ketiga hanya menemui Dukun pada saat
mereka membutuhkan bantuan dari Dukun untuk membantu
menyelesaikan permasalahan yang sedang mereka hadapi, sehingga
dari prosentase pertemuan mereka dengan Dukun tidak terlalu banyak.
b. Cara Subyek mengenal Dukun Yang Ditemui
Pada kategori ini mencoba untuk mencari tahu mengenai
bagaiman cara subyek dapat mengenal dan mengetahui mengenai
mengenal serta mengetahui mengenai Dukun melalui orang lain, orang
lain tersebut diantaranya adalah saudara dari para subyek dan dari
teman – teman subyek yang sebelumnya sudah pernah menemui
Dukun tersebut. Selain itu, ketiga subyek dalam penelitian ini
mengatakan bahwa mereka menemui Dukun dikarenakan mendapatkan
dorongan dari saudara maupun dari teman – teman disekitar mereka.
Hal ini sesuai dengan pernyataan dari Handoko (1992 : 9) mengenai
motif sosiogenetis dimana motif sosiogenetis berasal dari lingkungan
kebudayaan tempat orang berada dan berkembang. Motif ini tidak
bergantung pada keadaan fisiologis individu, melainkan timbul sebagai
akibat dari interaksi dengan orang atau hasil kebudayan. Dengan kata
lain motif ini bergantung pada lingkungan.
Disamping mendapat dorongan dari orang lain untuk menemui
Dukun, subyek ketiga mengatakan bahwa dirinya bisa mengenal atau
mengetahui Dukun yang ditemui dengan cara subyek mencari tahu
sendiri, atau bertanya kepada orang yang sebelumnya sudah memiliki
pengalaman atau sudah pernah bertemu dengan Dukun yang dicari atau
yang hendak ditemui tersebut. Subyek ketiga mengatakan bahwa jika
dirinya sedang mengahadapi suatu permasalahan, kemudian dirinya
menceritakan permasalahan yang sedang dihadapinya tersebut
terhadap saudara atau teman dekatnya kemudian bertanya kepada
bisa membantu mengatasi atau mencari pemecahan permasalahan yang
sedang dihadapinya.
c. Tujuan Subyek Menemui Dukun
Dalam kategori ini, mencoba untuk mencari tahu tujuan yang
hendak dicapai oleh subyek dengan menemui Dukun. Dari hasil
wawancara dengan para subyek, dapat diketahui bahwa tujuan antara
subyek yang satu dengan subyek yang lain tidaklah sama, masing –
masing dari mereka memiliki tujuan menemui Dukun yang berbeda –
beda, disamping itu seorang subyek tidak hanya memiliki satu tujuan
saja dalam menemui Dukun melainkan tujuan tersebut bisa saja lebih
dari satu. Meskipun dari ketiga subyek mengatakan bahwa tujuan
mereka menemui Dukun adalah untuk menyelesaikan permasalahan
yang sedang mereka hadapi, tetapi permasalahan yang dihadapi antara
subyek yang satu berbeda dengan subyek yang lainnya. Seperti
misalnya permasalahan yang dihadapi oleh subyek pertama adalah
semenjak ditinggal mati oleh suaminya subyek merasa dirinya
kesepian, dan tidak memiliki gairah untuk hidup lagi. Dan pada subyek
kedua mengatakan bahwa permasalahannya adalah berupa masalah
pribadi subyek yang dirasakan oleh subyek untuk diri subyek sendiri,
dan juga masalah keluarga dimana subyek mengingnkan keluarganya
dapat bahagia dan sejahtera. Sedangkan pada subyek ketiga,
permasalahan yang dihadapinya diantaranya adalah permasalahan di
permasalahan dalam hubungan dengan interaksi sosial, serta untuk
urusan bisnis atau perdagangan. Dalam hal tersebut sesuai dengan ciri
– ciri dari motif individu yang terdapat dalam Piskologi Industri
(2003), yang menyatakan bahwa motif adalah majemuk yang berarti
dalam suatu perbuatan tidak hanya mempunyai satu tujuan tetapi
beberapa tujuan yang berlangsung bersama-sama, dan motif berbeda –
beda bagi individu yang berarti masing-masing individu memiliki motif yang berbeda antara satu dengan yang lainnya meskipun mereka
melakukan kegiatan yang sama.
Selain untuk menyelesaikan permasalahan yang sedang
dihadapi, tujuan dari subyek kedua dalam menemui Dukun adalah
untuk menambah wawasan atau pengetahuan bagi diri subyek sendiri,
sebab pada diri subyek kedua memiliki keyakinan dimana dalam hal
ini subyek mempercayai bahwa seorang Dukun memiliki kelebihan
atau indra ke enam atau Dukun tersebut dapat melihat sesuatu dimana
orang lain tidak dapat melihatnya. Tujuan dari subyek kedua ini dapat
dimsukkan kedalam klasifikasi motif sosiogenetis yang dinyatakan
oleh Melvin H. Marx, yaitu motif ingin tahu (curiosity). (kuliah
komunikasi.com, 2008), yaitu yang berarti motif ingin tahu memiliki
arti keinginan untuk mengerti, menata dan menduga. Setiap orang
d. Tingkat Kepercayaan Subyek Terhadap Dukun
Pada kategori ini bertujuan untuk melihat sampai dimanakah
tingkat kepercayaan dari para subyek terhadap seorang Dukun,
terutama terhadap Dukun yang ditemui. Rasa percaya terhadap seorang
Dukun tidak bisa dilepaskan dari latar belakang kebudayaan dari
tempat dimana seseorang tersebut tinggal, hal ini dapat dilihat dari
pernyataan subyek ketiga dimana subyek ketiga memiliki kepercayaan
terhadap seorang Dukun dikarenakan adanya kepercayaan atau
keyakinan dalam pandangan masyarakat Jawa bahwa seorang Dukun
memiliki kelebihan atau kekuatan spiritual yang lebih dibandingkan
dengan orang lain. Disamping itu rasa percaya terhadap seorang
Dukun juga tidak dapat dilepaskan dari adanya sugesti dari dalam diri
seseorang dimana seorang Dukun dirasa dapat membantu untuk
menyelesaikan permasalahan yang sedang dihadapi seperti yang
dinyatakan oleh subyek kedua dalam penelitian ini. Dalam kaitannya
dengan hal ini wejangan dari seorang dukun dapat senantiasa menjadi
pertimbangan utama bagi orang Jawa didalam memutuskan suatu
perkara yang sangat penting didalam kehidupannya sebab bagi
beberapa masyarakat Jawa, mereka beranggapan bahwa dukun
merupakan konsultan spiritual yang dianggap sebagai orang tua,
sesepuh, atau pepundhen yang waskitha ngerti sadurunge winarah.
disebabkan oleh karena dukun dianggap memiliki kualitas kepribadian
yang sudah putus ing reh saniskara (Purwadi, 2004).
Meskipun terdapat kepercayaan dan keyakinan terhadap
kemampuan dari seorang Dukun, masyarakat Jawa pada umumnya saat
ini tidaklah kemudian dengan serta merta percaya sepenuhnya terhadap
seorang Dukun, hal tersebut dapat dilihat dari bagaimana seseorang
menanggapi wejangan – wejangan serta bagaimana seseorang
menjalankan syarat – syarat yang diberikan oleh Dukun, seperti yang
dialami oleh ketiga subyek dalam penelitian ini. Para subyek dalam
penelitian ini mengatakan jika syarat – syarat yang diberikan oleh
Dukun tersebut terlalu berat atau tidak masuk akal maka subyek tidak
akan menjalankan atau memenuhi syarat tersebut, demikian juga
dengan wejangan dari Dukun jika dirasa tidak cocok atau tidak sesuai
dengan apa yang dikehendaki oleh subyek, maka wejangan dari Dukun
tersebut tidak akan diperhatikan oleh subyek.
e. Alasan Subyek memilih untuk menemui Dukun
Pada kategori ini mencoba untuk mencari tahu hal – hal apa
saja yang melatar belakangi para subyek sehingga lebih memilih untuk
menemui Dukun. Terdapat beberapa alasan ataupun pertimbangan
seseorang lebih memilih untuk menemui Dukun dibandingkan dengan
yang lainnya, seperti diantaranya yang diutarakan oleh para subyek
dalam penelitian ini yaitu diantaranya mereka cenderung memilih
dari keluarga maupun dari teman – teman terdekat mereka yang
sebelumnya juga pernah, atau memiliki pengalaman berkaitan dengan
Dukun yang hendak ditemui tersebut, para subyek menambahkan
biasanya mereka bertukar cerita mengenai permasalahan yang sedang
mereka hadapi dan mereka bertanya kepada saudara atau teman dekat
mereka mengenai jalan keluar dari permasalahan yang sedang
dihadapi, kemudian dari saudara atau teman dekat mereka tersebut
menyarankan untuk menemui Dukun yang sekiranya dapat membantu
untuk memecahkan permasalahan yang dihadapi, dengan kata lain
keinginan untuk menemui Dukun tersebut muncul karena sebagai
akibat dari hasil interaksi dengan orang lain atau hasil kebudayaan,
motif ini bergantung pada lingkungan (Motif sosiogenetis menurut
Handoko, 1992 : 9).
Disamping adanya dorongan dari orang – orang terdekat, hal
lain yang membuat pada subyek lebih memilih untuk menemui Dukun
adalah dikarenakan adanya kepercayaan dari kebudayaan para subyek
yaitu kebudayaan Jawa, bahwa seorang dukun dapat senantiasa
menjadi pertimbangan utama bagi orang Jawa didalam memutuskan
suatu perkara yang sangat penting didalam kehidupannya sebab bagi
beberapa masyarakat Jawa, mereka beranggapan bahwa dukun
merupakan konsultan spiritual yang dianggap sebagai orang tua,
sesepuh, atau pepundhen yang waskitha ngerti sadurunge winarah.
disebabkan oleh karena dukun dianggap memiliki kualitas kepribadian
yang sudah putus ing reh saniskara (Purwadi, 2004).
f. Perasaan Subyek Ketika Bertemu Dengan Dukun
Dalam kategori ini mencoba untuk mengetahui apa yang para
subyek rasakan pada saat mereka berhadapan secara langsung atau
bertemu dengan seorang Dukun. Subyek kedua mengatakan bahwa
mereka dirinya merasa biasa – biasa saja atau tidak merasakan sesuatu
hal yang istimewa dalam dirinya pada saat bertemu dan berkonsultasi
dengan Dukun tersebut, hal ini dikarenakan subyek kedua menganggap
dukun tersebut adalah manusia yang sama dengan diri subyek, hanya
Dukun tersebut memiliki sedikit kelebihan yang membuat Dukun
tersebut sedikit berbeda dengan subyek.
Berbeda dengan subyek kedua, subyek pertama dan ketiga
merasakan adanya perasaan tenang, aman, dan nyaman pada saat
bertemu atau berhadapan dengan Dukun. Perasaan tersebut muncul
dikarenakan subyek pertama dan ketiga merasakan ada seseorang yang
melindungi dirinya pada saat bersama dengan Dukun tersebut,
disamping itu subyek pertama dan ketiga merasa mendapatkan
ketenangan dan kenyamanan pada saat Dukun tersebut memberikan
wejangan – wejangan atau saran – saran yang hendaknya dijalankan
oleh para subyek dan wejangan atau saran dari Dukun tersebut
g. Perubahan yang Dialami Oleh subyek Setelah Bertemu Dengan Dukun
Setelah pertemuan dengan Dukun, ada beberapa orang yang
mengalami perubahan dalam dirinya dan ada juga yang tidak
mengalami perubahan, dan pada kategori ini mencoba untuk melihat
perubahan – perubahan yang dialami oleh para subyek setelah
pertemuan mereka dengan Dukun. Para subyek menggunakan
ungkapan yang berbeda – beda mengenai perasaan yang mereka
rasakan setelah pertemuan mereka dengan Dukun. Setelah
pertemuannya dengan Dukun, para subyek merasakan adanya
perubahan yang terjadi dalam diri mereka, perubahan tersebut antara
lain adalah para subyek merasa diri mereka menjadi lebih tenang
dibandingkan sebelum pertemuan mereka dengan Dukun, disamping
itu mereka juga merasakan diri mereka menjadi lebih percaya diri
dalam mengadapi permasalahan mereka masing – masing. Perubahan
yang terjadi dalam diri para subyek tersebut muncul setelah mereka
mendapatkan atau mendengarkan wejangan yang mereka dapat dari
Dukun yang mereka temui.