• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penelitian “Sindrom Depresif Pada Irreguler Migrant Afganistan di Lokasi Pengungsi Padang Bulan dihubungkan dengan Usia, Pendidikan, Status Pernikahan dan Keikutsertaan Keluarga ” merupakan suatu penelitian analitik dengan pendekatan cross sectional. Tujuan umum penelitian ini untuk mengetahui berapa banyak proporsi irregular migrants Afganistan yang mengalami sindrom depresif dengan menggunakan kuesioner BDI II. Tujuan khususnya adalah untuk mengetahui hubungan sindrom depresif pada

irregular migrants Afganistan berdasarkan karakteristik demografik berdasarkan usia, pendidikan, status pernikahan dan untuk mengetahui adanya hubungan sindrom depresif pada irreguler migrants Afganistan berdasarkan keikutsertaan keluarga dengan membawa keluarga dan tidak

membawa keluarga.

Berdasarkan data demografik dijumpai bahwa sampel penelitian yang terbanyak adalah pada kelompok umur 31- tahun sebanyak 38 orang yaitu 38%, tingkat pendidikan tamat ibtidaiyah sebanyak 75 orang yaitu 75%, menikah sebanyak 65 orang yaitu 65%. Berdasarkan keikutsertaan keluarga dijumpai irreguler migrants Afganistan yang tidak membawa keluarga sebanyak 55 orang yaitu 55%.

Tabel 4.3. memperlihatkan sindrom depresif pada irreguler migrants Afganistan sebanyak 43 orang yaitu 43% merupakan sindrom depresif berat diikuti oleh sindrom depresif sedang sebanyak 33 yaitu 33%, sindrom depresif ringan sebanyak 15 orang yaitu 15%, dan sindrom depresif minimal sebanyak 9 orang yaitu 9%. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Aroian KJ, Norris AE tahun 2003 bahwa sindrom depresif berat dijumpai pada

immigrants, lebih dari satu juta immigrants mengalami sindrom depresif salah

satu penyebabnya oleh karena ketidakmampuan beradaptasi terhadap negara yang menjadi tujuan sering menimbulkan masalah emosional serius

Menurut pandangan Bhugra pada tahun 1996 sindrom depresif seperti perasaan bersalah malu dan kehilangan minat dijumpai bervariasi pada setiap budaya. Murphy dan kawan-kawan pada tahun 1967 melaporkan para psikiater di 30 negara menjumpai prevalensi yang bervariasi dari sindrom depresif seperti rasa lelah, kehilangan selera, kehilangan ketertarikan

seksual, kehilangan berat badan. Bhugra pada tahun 2003 menyebutkan

adanya rasa bersalah, keluhan somatik dan malu pada migrants tergantung dari budaya asal mereka, sehingga kadang mereka mengabaikan sindrom depresif tersebut.3

Peningkatan risiko sindrom depresif dihubungkan dengan banyak faktor antara lain kemiskinan, rendahnya sosial ekonomi, buruknya kualitas hidup, peperangan serta peningkatan kematian yang disebabkan oleh berbagai hal.1,3,6,7 Diperkirakan prevalensi depresif bervariasi ditiap negara

rentangnya antara 3% di Jepang dan 17% di Amerika Serikat.13

Menurut World Health Organization pada tahun 2001 menyebutkan diperkirakan lebih dari lima juta laki-laki dan perempuan Afganistan

mengalami berbagai distress jiwa termasuk didalamnya depresi, ansietas.27

Tabel 4.5. memperlihatkan bahwa sindrom depresif terbanyak pada kelompok usia 21 – tahun 16 orang yaitu 37.2% berupa sindrom depresif berat, dan kelompok usia 31 - tahun 15 orang yaitu 45.5% berupa sindrom depresif sedang dan 15 orang yaitu 34.9% berupa sindrom depresif berat dan kelompok usia 21 – tahun 4 orang yaitu 44.4% minimal. Tidak terdapat hubungan bermakna antara kelompok usia dengan sindrom depresif pada

irreguler migrants Afganistan P=0.60. Hal ini sesuai dengan Ismail R, Siste K,

2010 yang menyebutkan depresi terjadi sekitar usia 40 tahun dengan onset usia 20 hingga 50 tahun.6 Usia rata-rata onset gangguan depresif adalah 40

tahun dan 50% dari seluruh pasien onsetnya antara usia 20 hingga 50 tahun.7

Data epidemiologi terbaru menyebutkan insiden gangguan depresi dapat meningkat pada usia lebih muda dari 20 tahun.7

Tabel 4.6. memperlihatkan bahwa sindrom depresif terbanyak pada tingkat pendidikan rendah 34 orang yaitu 79.1% berupa sindrom depresif

berat, 28 orang yaitu 84.8% sindrom depresif sedang, 9 orang yaitu 60% sindrom depresif ringan dan 4 orang yaitu 44.4% minimal. Terdapat hubungan bermakna antara tingkat pendidikan dengan sindrom depresif pada irreguler

migrants Afganistan P=0.03. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan

oleh Finch pada tahun 2000, Sodowsky dan Lai pada tahun 1997 immigrants yang memiliki pendidikan rendah sangat mudah mengalami pengalaman

dalam kesehatan jiwa salah satunya adalah depresi.40 Penelitian yang

dilakukan Min dan Song tahun 1998 terhadap immigrants Korea yang bermigrasi ke Amerika Serikat dijumpai memiliki status pendidikan rendah

yang banyak mengalami sindrom depresif.38 Penelitian yang dilakukan oleh

Levecque K, Lodewyckx I, dan Vranken J pada tahun 2006 dijumpai imigrants yang mengalami sindrom depresif secara umum adalah mereka yang memilliki tingkat pendidikan rendah, hal ini diakibatkan oleh karena sosioekonomi yang rendah menyebabkan immigrants mengalami kesulitan dalam mendapatkan pendidikan, adanya diskriminasi dalam pendidikan dan situasi tidak aman di negara mereka. Akan tetapi penelitian yang dilakukan oleh Van der Wurff pada tahun 2004 menyatakan bahwa rendahnya kondisi sosioekonomi tidak selalu menempatkan seseorang mengalami sindrom

depresif.39 Kehidupan immigrants dari negara konflik atau mengalami

peperangan ke negara berkembang menyebabkan mereka mengalami kesulitan sehubungan dengan rendahnya keahlian mereka, tidak dapat membaca tulis, kendala bahasa, kondisi kesehatan, menimbulkan masalah kejiwaan sebelum mereka bermigrasi, sosioekonomi, konflik perang berkepanjangan di negara asal yang terkait dengan aspek sukuisme, politik keamanan dan lain sebagainya juga menjadi alasan immigrants melakukan migrasi, telah menempatkan mereka kedalam kelompok yang memiliki risiko menjadi gangguan jiwa yang kronis.1,3,5.38

Aguilar Galioxa dan Galluta pada tahun 2008 dan Nicklett-Bulgard pada tahun 2009 dalam beberapa penelitiannya menunjukkan rendahnya pendapatan, pendidikan, dan sosial ekonomi menjadi penyebab

meningkatnya risiko immigrants yang mengalami sindrom depresif dan episode depresi. 13

Tabel 4.7. memperlihatkan bahwa sindrom depresif terbanyak pada kelompok yang menikah, 25 orang yaitu 58,1% berupa sindrom depresif berat, 21 orang yaitu 63.6% merupakan sindrom depresif sedang, 11 orang yaitu 73.3% merupakan sindrom depresif ringan dan 8 orang yaitu 88.9% minimal. Tidak terdapat hubungan bermakna antara status pernikahan dengan sindrom depresif pada irreguler migrants Afganistan P=0.89.

Hal ini bertentangan dengan penelitian yang dilakukan oleh Diaz MJ, Perez MA, Farley T, Cabanis CM tahun 2004 yang menyatakan sindrom depresif banyak dijumpai pada immigrants Meksiko yang menikah sebanyak 72,4%. Kondisi ini disebabkan beberapa faktor antara lain proses akulturasi,

culture shock, culture conflict. 3,5,9,40 Bertentangan dengan Ismail R, Siste K, 2010, Karasu TB, Gelenberg dan kawan-kawan tahun 2000 yang menyebutkan sindrom depresif paling sering terjadi pada orang yang tidak

memiliki hubungan interpersonal yang erat, perceraian atau perpisahan.25,41

Brown dan Haris pada tahun 1978 mengobservasi sekitar 38% pasien depresi memiliki pengalaman dengan peristiwa kehidupan yang berat. Kesulitan terbesar dihubungkan dengan depresi antara lain sosial ekonomi, kurangnya dukungan sosial, keluarga, merasa tidak berguna, kekalahan, penghinaan, jebakan, rasa rendah diri.4,42

Tabel 4.8 dapat diamati bahwa status keikutsertaan keluarga yang tidak membawa keluarga 32 orang yaitu 97.% berupa sindrom depresif berat, 12 orang yaitu 92.3% berupa sindrom depresif sedang, 7 orang yaitu 70% berupa sindrom depresif ringan dan 4 orang yaitu 44.4% minimal. Terdapat hubungan bermakna antara status keikutsertaan keluarga dengan sindrom depresif pada irreguler migrants Afganistan P=0.01. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Aroian KJ, Norris AE tahun 2003 yang menyatakan dukungan keluarga berupa keikutsertaan keluarga pada saat melakukan migrasi memegang peranan dalam berkembang atau tidaknya sindrom depresif, keluarga sebagai penyeimbang atau buffer atau mencegah

kesukaran yang mungkin terjadi selama proses keimigrasian. Rendahnya dukungan keluarga serta keikutsertaan keluarga dihubungkan dengan tingginya sindrom depresif pada immigrants.6,9,37,39,40,41 Penelitian yang dilakukan oleh Lackey GF pada tahun 2008 terhadap immigrants Meksiko yang bermigrasi ke Amerika menyebutkan sebagai penyebab timbulnya sindrom depresif pada immigrants adalah setiap individu yang terpisah dari keluarganya mengalami banyak kendala salah satunya ekonomi sehingga tidak memungkinkan bagi mereka untuk membawa keluarga mereka saat mereka melakukan migrasi, akan tetapi mereka tetap menginginkan keberadaan keluarga saat mereka melakukan migrasi dan tidak

menginginkan untuk kembali ke negara asal mereka.9,40 Penelitian yang

dilakukan oleh Diaz MJ, Perez MA, Farley T, Cabanis CM tahun 2004 juga menyebutkan immigrants Meksiko yang bermigrasi ke Amerika Serikat sebanyak 70,4% adalah mereka yang menikah tetapi tidak mengikutsertakan

keluarga mereka mengalami sindrom depresif.5

Tabel 4.9. Analisis hubungan pendidikan dengan sindrom depresi pada

irreguler migrants Afganistan dapat dianalisis pada kelompok pendidikan

rendah sebanyak 8 orang yaitu 88.9% tidak dijumpai sindrom depresif dan pada kelompok pendidikan rendah 66 orang yaitu 72.5% dijumpai sindrom depresif. Dengan regresi logistik maka nilai OR, yaitu sebesar 3.03 dengan IK 95% antara 1.34 sampai dengan 4.97 yang berarti kelompok pendidikan rendah pada irreguler migrants Afganistan mempunyai kemungkinan 3.03 kali untuk mengalami sindrom depresif atau probalilitas pada irreguler migrants Afganistan dengan tingkat pendidikan rendah untuk mendapat sindrom depresif adalah sebesar 75%. 35-36

Tabel 4.10. dapat dianalisis pada kelompok keikutsertaan keluarga yang membawa keluarga sebanyak 5 orang yaitu 55.6% tidak dijumpai sindrom depresif dan kelompok keikutsertaan keluarga yang tidak membawa keluarga 51 orang yaitu 95.3% dijumpai sindrom depresif. Dengan regresi logistik maka nilai OR yaitu sebesar 2.83 dengan IK (Interval Kepercayaan) 95% antara 1.67 sampai dengan 7.34 yang berarti kelompok keikutsertaan

keluarga yang tidak membawa keluarga pada irreguler immigrants Afganistan mempunyai kemungkinan 2.83 kali untuk mengalami sindrom depresif atau probalilitas pada irreguler migrants Afganistan dengan tingkat pendidikan

rendah untuk mendapat sindrom depresif adalah sebesar 66.6%.35-36

Hubungan antara usia, pendidikan, dan status pernikahan dan keikutsertaan keluarga dari hasil analisis dengan menggunakan Chi Square P <0,05 secara statistik dijumpai tidak ada hubungan bermakna, pada usia P = 0.60, pada status pernikahan P = 0.89 dan dijumpai hubungan bermakna pada pendidikan P = 0.03 dan keikutsertaan keluarga P = 0.01. Dari hasil yang diperoleh dijumpai dua variabel yang bermakna yaitu pendidikan dan keikutsertaan keluarga pada irreguler migrants Afganistan selanjutnya dilakukan analisis dengan menggunakan regresi logistik untuk melihat kekuatan hubungan pada kedua variabel tersebut dilihat dari yang terbesar ke yang terkecil dan didapatkan hasil pada pendidikan OR = 3.03 keikutsertaan keluarga OR = 2.83.35-36

Dokumen terkait