• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sindrom Depresif Pada Irreguler Migrants Afganistan Di Lokasi Pengungsi Padang Bulan Dihubungkan Dengan Usia, Pendidikan, Status Pernikahan Dan Keikutsertaan Keluarga

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Sindrom Depresif Pada Irreguler Migrants Afganistan Di Lokasi Pengungsi Padang Bulan Dihubungkan Dengan Usia, Pendidikan, Status Pernikahan Dan Keikutsertaan Keluarga"

Copied!
83
0
0

Teks penuh

(1)

SINDROM DEPRESIF PADA IRREGULER MIGRANTS AFGANISTAN DI LOKASI PENGUNGSI PADANG BULAN DIHUBUNGKAN DENGAN USIA, PENDIDIKAN,

STATUS PERNIKAHAN DAN KEIKUTSERTAAN KELUARGA

TESIS

IRA AINI DANIA

19666

PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS I DEPARTEMEN ILMU KEDOKTERAN JIWA

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(2)

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING

Judul Tesis : Sindrom Depresif Pada Irreguler Migrants Afganistan di Lokasi Pengungsi Padang Bulan Dihubungkan dengan Usia, Pendidikan, Status Pernikahan dan Keikutsertaan Keluarga

Nama Mahasiswa : Ira Aini Dania

No. CHS : 19666

Program : Spesialisasi

Konsentrasi : Ilmu Kedokteran Jiwa

Menyetujui,

Komisi Pembimbing

Dr. H. Harun T Parinduri, Sp.KJ

Ketua Program Studi Ketua TKP-PPDS

dr. Elmeida Effendy, Sp.KJ dr. Zainuddin, Sp.P (K)

(3)

Telah diuji pada

Tanggal: 5 Januari2012

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof.dr. Bahagia Loebis, Sp.KJ (K) ...

Anggota : 1. Prof. Dr. H. M. Joesoef Simbolon, Sp.KJ (K) ...

2. dr. Elmeida Effendy, Sp.KJ ...

(4)

PERNYATAAN

SINDROM DEPRESIF PADA IRREGULER MIGRANTS AFGANISTAN DI LOKASI PENGUNGSI PADANG BULAN DIHUBUNGKAN DENGAN USIA, PENDIDIKAN,

STATUS PERNIKAHAN DAN KEIKUTSERTAAN KELUARGA

TESIS

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan disuatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah dituliskan atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali secara tertulis mengacu dalam naskah ini dan disebutkan di dalam daftar pustaka.

Medan, 5 Januari 2012

(5)

UCAPAN TERIMA KASIH

Segala puji dan syukur saya panjatkan ke hadirat Allah SWT, Yang Maha

Pengasih Lagi Maha Penyayang, karena atas berkah limpahan rahmat dan kasih

sayang-Nya maka penulisan tesis ini dapat diselesaikan.

Tesis ini disusun untuk melengkapi tugas-tugas yang ada sebelumnya dan

memenuhi salah satu syarat untuk melengkapi keahlian dalam bidang ilmu

Kedokteran Jiwa. Saya menyadari bahwa tesis ini masih banyak kekurangannya dan

masih jauh dari sempurna, namun demikian besar harapan saya kiranya tulisan ini

dapat bermanfaat dalam menambah perbendaharaan bacaan khususnya tentang :

SINDROM DEPRESIF PADA IRREGULER MIGRANTS AFGANISTAN DI LOKASI PENGUNGSI PADANG BULAN DIHUBUNGKAN DENGAN USIA, PENDIDIKAN, STATUS PERNIKAHAN DAN KEIKUTSERTAAN KELUARGA

Dengan selesainya tesis ini, perkenankanlah saya menyampaikan ucapan

terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada yang terhormat :

1. Rektor Universitas Sumatera Utara, Dekan Fakultas Kedokteran Universitas

Sumatera Utara, dan Ketua TKP PPDS I Fakultas Kedokteran Universitas

Sumatera Utara yang telah memberikan kepada saya kesempatan untuk

mengikuti Program Pendidikan Dokter Spesialis Ilmu Kedokteran Jiwa di Fakultas

Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

2. Dr. Mustafa Mahmud Amin, Sp.KJ, selaku Ketua Departemen Psikiatri FK USU

(6)

memberikan pengarahan, masukan - masukan dan memberikan literatur-literatur

yang sangat berharga selama penulis mengikuti pendidikan spesialisasi.

3. dr. Hj. Elmeida Effendy, Sp.KJ, selaku Ketua Program Studi PPDS-I Psikiatri FK

USU, guru penulis yang dengan penuh kesabaran dan ketelitian membimbing,

mengoreksi, dan memberikan pengarahan, masukan – masukan berharga

kepada penulis sehingga tesis ini dapat diselesaikan.

4. Prof. dr. Bahagia Loebis, Sp.KJ (K), sebagai guru penulis yang penuh dengan

kesabaran dan perhatian telah membimbing, memberikan dorongan, dukungan

pengarahan, masukan – masukan dan memberikan literatur –literatur dan

pengetahuan yang sangat berharga selama mengikuti pendidikan spesialisasi.

5. dr. H. Harun T. Parinduri, Sp.KJ (K), sebagai guru penulis dan pembimbing tesis

yang dengan penuh kesabaran dan perhatian, yang memberikan pengarahan,

masukan – masukan sangat berharga sehingga tesis ini dapat diselesaikan.

6. Alm. Prof. dr. Syamsir BS, Sp.KJ (K), sebagai guru yang penuh kesabaran dan

perhatian telah banyak memberikan dukungan, arahan, bimbingan, dan

pengetahuan yang sangat berharga selama penulis mengikuti pendidikan

spesialisasi.

7. Prof. dr. H.M. Joesoef Simbolon, Sp.KJ (K), sebagai guru penulis, yang dengan

penuh kesabaran dan perhatian telah membimbing, memberikan pengarahan,

masukan-masukan dan memberikan literatur-literatur yang sangat berharga

selama penulis mengikuti pendidikan spesialisasi.

8. dr. Arlinda Sari Wahyuni, MKes sebagai konsultan statistik dalam tesis ini yang

(7)

9. Yong Lai kong, sebagai kepala kantor International Organization for Migration

Medan, yang telah memberikan izin tempat dan sarana selama penulis

melakukan penelitian.

10. Suliman Mayar, sebagai penerjemah International Organization for Migration,

yang telah membantu, memberikan masukan-masukan sangat berharga kepada

penulis selama melakukan penelitian.

11. dr. Vita Camellia Sp.KJ, sebagai guru, yang dengan penuh kesabaran dan

perhatian telah membimbing, memberikan pengarahan, masukan-masukan dan

memberikan literatur-literatur yang sangat berharga selama penulis mengikuti

pendidikan spesialisasi.

12. dr. Muhammad Surya Husada Sp.KJ, sebagai guru, yang dengan penuh

kesabaran dan perhatian telah membimbing, memberikan pengarahan,

masukan-masukan dan memberikan literatur-literatur yang sangat berharga

selama penulis mengikuti pendidikan spesialisasi

13. dr. Raharjo Suparto, Sp.KJ, Alm.dr. H. Marhanuddin Umar, Sp.KJ (K), sebagai

guru penulis yang telah banyak memberikan bimbingan dan

pengetahuan yang sangat berharga selama penulis mengikuti pendidikan

spesialis.

14. dr. Dapot Parulian Gultom, Sp.KJ, sebagai guru dan Direktur Badan Layanan

Umum Daerah Rumah Sakit Jiwa Provinsi Sumatera Utara Medan, atas izin,

kesempatan, fasilitas dan pengarahan kepada penulis untuk belajar dan bekerja

selama penulis mengikuti pendidikan spesialisasi.

15. dr. Juskitar Sp.KJ, sebagai guru, yang dengan penuh kesabaran dan perhatian

telah membimbing, memberikan masukan-masukan dan memberikan

(8)

16. dr. Herlina Ginting, Sp.KJ, sebagai guru, yang dengan penuh kesabaran dan

perhatian telah memberikan masukan-masukan yang sangat berharga selama

penulis mengikuti pendidikan spesialisasi.

17. dr. Mawar Gloria Tarigan, Sp.KJ, sebagai guru, yang dengan penuh kesabaran

dan perhatian telah memberikan, masukan-masukan yang sangat berharga

selama penulis mengikuti pendidikan spesialisasi.

18. dr. Freddy S. Nainggolan, Sp.KJ, sebagai guru, yang dengan penuh kesabaran

dan perhatian telah membimbing, memberikan masukan-masukan dan

memberikan literatur-literatur yang sangat berharga selama penulis mengikuti

pendidikan spesialisasi.

19. dr. Donald F. Sitompul Sp.KJ; dr. Hj. Sulastri Effendi, Sp.KJ; dr. Evawaty

Siahaan, Sp.KJ; dr. Artina Roga Ginting, Sp.KJ; dr. Rosminta Girsang, SpKJ; dr.

Imat S. Depari, Sp.KJ; dr. Mariati, Sp.KJ; dr. Paskawani Siregar, Sp.KJ; dr. Citra

Julita Tarigan, Sp.KJ; dr. Vera R.B. Marpaung, Sp.KJ; dr. Yusak P. Simanjuntak,

Sp.KJ; dr. Adhayani Lubis, Sp.KJ; dr.Juwita Saragih, Sp.KJ; dr Rudyhard

Hutagalung, Sp.KJ; dr Laila Sari, Sp.KJ; dr Friedrich Lupini,Sp.KJ; dr. Evalina

Perangin-Angin, Sp.KJ; dr. Victor Eliezer Perangin-Angin, Sp.KJ. dr. Siti Nurul

Hidayati, Sp.KJ; dr. Lailan Sapinah, Sp.KJ; dr. Silvy Agustina Hasibuan, Sp.KJ

sebagai senior, yang banyak memberikan bimbingan, dorongan dan semangat

kepada penulis selama mengikuti Program Pendidikan Spesialisasi.

20. Direktur Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan, Direktur Rumah

Sakit Tembakau Deli Medan, Direktur Rumah Sakit Umum Pusat dr. Pirngadi,

Direktur RS Brimob Poldasu, Puskesmas Belawan atas izin, kesempatan dan

fasilitas yang diberikan kepada penulis untuk belajar dan bekerja selama penulis

(9)

21. Dr Rusli Dhanu, Sp.S (K), sebagai Ketua Departemen Neurologi FK USU; dr.

Yuneldi Anwar, Sp.S (K), Dr. Dina Listyaningrum, Sp.S, Msi. Med, sebagai

pembimbing selama penulis menjalani stase di Departemen Neurologi FK USU.

22. Prof.dr. Habibah Hanum Nasution, Sp.PD-KPsi, sebagai Kepala Divisi

Psikosomatik Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK.USU, yang telah menerima

dan membimbing penulis selama belajar di stase Divisi Psikosomatik Ilmu

Penyakit Dalam FK USU.

23. dr. Dharma Lindarto, Sp.PD-KEMD, sebagai kepala Divisi Geriatri Ilmu Penyakit

Dalam FK USU, dan dr Pirma Siburian, Sp.PD-KGer, yang telah menerima dan

membimbing penulis selama belajar di stase Divisi Geriatri Ilmu Penyakit Dalam

FK USU.

24. Dr Roos Helrita Sinaga, sebagai Kepala Puskesmas Belawan Medan yang telah

memberI izin, kesempatan, dan fasilitas kepada penulis untuk belajar dan

bekerja selama di stase psikiatri komunitas.

25. Rekan - rekan sejawat peserta PPDS-I Psikiatri FK USU:, dr. Herny T.

Tambunan, M.Ked. (KJ), dr. Mila Astari Harahap, M.Ked. (KJ), Kapt. CKM. dr.

Baginda Harahap, M.Ked. (KJ), dr. Ricky W. Tarigan, M.Ked. (KJ), dr. M. Yusuf

Siregar, M.Ked. (KJ), dr. Ferdinan Leo Sianturi, M.Ked. (KJ), dr. Superida

Ginting, dr. Hanip Fahri, MM. M.Ked. (KJ), dr. Saulina Dumaria Simanjuntak,

M.Ked. (KJ), dr. Lenni Crisnawati Sihite, dr. Andreas Xaverio Bangun, dr. Dian

Budianti Amalina, dr.Tiodoris Siregar, dr. Endang Sutry Rahayu dan dr. Duma M.

Ratnawati, dr Nirwan Abidin, dr Nauli Aulia Lubis, dr. Nanda Sari Nuralita, dr.

Wijaya Taufik Tiji, dr. Agussyah Putra, dr. Alfi Syahri Rangkuti, dr. Gusri Girsang,

dr. Rini Gusya Liza, dr. Dessi Wahyuni, dr. Hendriko Tusandra Putra, dr. Ritha

(10)

Barus, dr. Susiati, dr. Annisa Fransiska, dr Dessy Mawar Zalia, dr Nazli Mahdina

sari Nasution, dr Nining Gilang Sari, dr Rosa Yunilda, dr Arsusy Widyastuti yang

banyak memberikan masukan berharga kepada penulis melalui diskusi-diskusi

kritis dalam berbagai pertemuan formal maupun informal, serta selalu

memberikan dorongan yang membangkitkan semangat penulis dalam

menyelesaikan pendidikan spesialisasi.

26. Para perawat dan pegawai di RSUP Haji Adam Malik, RSUP dr. Pirngadi Medan,

RS Tembakau Deli, Medan, BLUD RSJD Propinsi Sumatera Utara, RS Brimob

Poldasu, Puskesmas Belawan, yang telah membantu penulis selama mengikuti

pendidikan spesialisasi.

27. Petugas, pegawai, karyawan dan irreguler migrants Afganistan di lokasi

pengungsi Padang Bulan yang telah meluangkan waktu, membantu

berpartisipasi dalam penelitian ini.

28. Teman-teman di layanan digital perpustakaan USU: Evi Yulifimar, S.Sos; Yuli

Handayani, S.Sos; Diani Hartati, S.Sos; M. Salim, A.Md; yang telah membantu

penulis dalam menyelesaikan tugas selama mengikuti pendidikan spesialisasi.

29. Kedua orang tua yang sangat penulis hormati dan sayangi Ayahanda Kolonel Inf.

Purn. Tarmizi dan ibunda Ade Hana yang telah bersusah payah membesarkan,

memberikan rasa aman, cinta dan doa restu kepada penulis sejak lahir hingga

saat ini, dalam menjalani segala hal.

30. Kedua mertua, alm. H. Pandapotan Lubis dan alm. Hj. Syarifah Parinduri, yang

banyak memberikan semangat dan doa kepada penulis selama menjalani

Program Pendidikan Dokter Spesialis Ilmu Kedokteran Jiwa.

31. Seluruh saudara kandung saya, Komisaris Polisi Anggon Salazar SIK, Vita

(11)

doa kepada penulis selama menjalani Program Pendidikan Dokter Spesialis Ilmu

Kedokteran Jiwa.

32. Seluruh ipar saya, dra Leli Sari Lubis Apt. Msc, Ir. Adelina Lubis, Ir. Ida Zulfiati

lubis, Ali imran Lubis SH yang banyak memberikan semangat dan doa kepada

penulis selama menjalani Program Pendidikan Dokter Spesialis Ilmu Kedokteran

Jiwa.

33. Akhirnya kepada suami tercinta, dr. Adi Raja Brando Lubis, terima kasih atas

segala doa dan dukungan, kesabaran dan pengertian yang mendalam serta

pengorbanan atas segala waktu dan kesempatan yang diberikan selama penulis

menjalani pendidikan spesialisasi dan menyelesaikan tesis ini.

34. Semua pihak diberbagai tempat dimana penulis pernah bertugas selama

menjalani pendidikan spesialisasi ini, serta berbagai pihak yang tidak dapat

penulis sebutkan satu persatu, yang telah banyak membantu penulis dalam

menjalani pendidikan spesialisasi.

Akhirnya penulis hanya mampu berdoa dan memohon semoga Tuhan Yang

Maha Pengasih dan Maha Penyayang memberikan rahmat-Nya kepada mereka

yang telah membantu penulis selama pendidikan spesialisasi dan dalam

menyelesaikan Tesis ini.

Medan, Januari 2012

Penulis

(12)

DAFTAR ISI

Lembar Persetujuan Pembimbing ... i

Ucapan Terima Kasih ... ... iv

Daftar Isi ... ... xii

Daftar Tabel ... ... xiv

Daftar Singkatan dan Lambang ... ... xv

Abstrak ... ... xvi

Bab1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... ... 4

1.3. Hipotesis ... ... 4

1.4. Tujuan Penelitian ... ... 4

1.5. Manfaat Penelitan ... ... 5

Bab 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Migrasi ... ... 6

2.2. Depresi ... ... 11

2.3. Migrasi dan depresi ... ... 15

2.4. Beck Depression Inventory II ... ... 16

(13)

Bab 3. METODE PENELITIAN

3.1. Desain Penelitian ... ... 20

3.2. Tempat dan Waktu Penelitian ... ... 20

3.3. Populasi dan Sampel Penelitian ... ... 20

3.4. Besar sampel ... ... 21

3.5. Kriteria Inklusi dan eksklusi ... ... 23

3.6. Pesetujuan setelah Penjelasan ... ... 24

3.7. Etika Penelitian ... ... 24

3.8. Cara Kerja Penelitian ... ... 25

3.9. Identitas Variabel... ... 29

3.10.Definisi Operasional ... ... 29

3.11. Rencana Pengolahan dan Analisis Data ... ... 31

Bab 4. HASIL PENELITIAN ... ... 32

Bab 5. PEMBAHASAN ... ... 39

Bab 6. KESIMPULAN DAN SARAN ... ... 45

Bab 7. RINGKASAN ... ... 48

Daftar Rujukan ... ... 50

Lampiran 1. Surat Persetujuan Komite Etik ... ... 55

2. Explanation Pages ... ... 56

3. Informed Consent ... ... 58

4. Research Data ... ... 59

(14)

6. Beck Depression Inventory II ... ... 61

7. Riwayat Hidup Peneliti ... ... 65

8. Tabel Induk Penelitian ... ... 66

(15)

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1. Karakteristik demografik irreguler migrants Afganistan

berdasarkan usia, pendidikan, status pernikahan ... 32

Tabel 4.2. Distribusi keikutsertaan keluarga pada irreguler migrants

Afganistan ... 33

Tabel 4.3. Sindrom depresif pada irreguler migrants Afganistan ... 33

Tabel 4.4. Rerata dan standar deviasi BDI II pada Irreguler migrants

Afganistan... ... 34

Tabel 4.5. Hubungan kelompok usia dengan sindrom depresif pada

irreguler migrants Afganistan ... .34

Tabel 4.6. Hubungan tingkat pendidikan dengan sindrom depresif pada

irreguler migrants Afganistan ... 35

Tabel 4.7. Hubungan status pernikahan dengan sindrom depresif pada

irreguler migrants Afganistan ... 36

Tabel 4.8. Hubungan keikutsertaan keluarga dengan sindrom depresif

pada irreguler migrants Afganistan ... 36

Tabel 4.9.Analisis hubungan pendidikan dengan sindrom depresif pada ...

Irreguler Migrants Afganistan ... 37

Tabel 4.10. Analisis hubungan keikutsertaan keluarga dengan sindrom ...

(16)

DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG

APA : American Psychiatric Association

BDI II : Beck Depression Inventory II

DSM IV TR : Diagnostic Statistical Manual of Mental Disorders IV Text Revision

IOM : International Organization for Migration

IK : Interval Kepercayaan

NCS-R : National Community Survey Replication

NICE : National Institute for Clinical Excellent

OR : Odds Ratio

ROC : Receiver Operating Characteristics

UNO : United Nation Organization

(17)

ABSTRAK

Latar Belakang: Sindrom depresif yang berhubungan dengan irreguler migrants Afganistan dapat menimbulkan hendaya atau ketidakmampuan. Proses migrasi dan trauma sebelumnya berkontribusi dalam memicu timbulnya sindrom depresif. Immigrants dan pengungsi sebagian besar memiliki pengalaman buruk baik pada saat sebelum, saat dan sesudah bermigrasi dan berdampak terhadap emosional dan merupakan kelompok yang rentan terhadap masalah yang berhubungan dengan kejiwaan. Dengan latar belakang tersebut maka di lakukan penelitian ini untuk mengetahui sindrom depresif pada irreguler migrants Afganistan dihubungkan dengan usia, pendidikan, status pernikahan, dan keikutsertaan keluarga yang diukur dengan menggunakan kuesioner Beck Depression Inventory II.

Metode: Penelitian ini adalah penelitian analitik dengan studi cross sectional. Penelitian dilakukan di lokasi pengungsi Jl. Bunga Lau Pasar III Nomor 4 Padang Bulan. Waktu Penelitian: 23 November 2011 sampai 30 November 2011. Sampel penelitian adalah irreguler migrants Afganistan. Pemilihan sampel dengan cara random sampling. Sampel yang memenuhi kriteria inklusi dan bersedia mengikuti penelitian menandatangani informed consent selanjutnya mengisi kuesioner yang dilaporkan sendiri untuk melihat adanya sindrom depresif. Hasil data di analisis dengan menggunakan analisis Chi Square dan regresi logistik

Hasil: Terdapat sindrom depresif berat terbanyak dijumpai pada irreguler

migrants Afganistan sebanyak 43 orang yaitu 43% diikuti oleh sindrom

depresif sedang 33 orang yaitu 33%, sindrom depresif ringan 15 orang yaitu 15%, minimal 9 orang yaitu 9%. Tidak terdapat hubungan bermakna sindrom depresif pada irreguler migrants Afganistan berdasarkan karakteristik demografik usia P=0.60.Terdapat hubungan bermakna sindrom depresif pada

irreguler migrants Afganistan berdasarkan karakteristik demografik pendidikan P=0.03. Tidak terdapat hubungan bermakna sindrom depresif pada irreguler migrants Afganistan berdasarkan karakteristik demografik status pernikahan P=0.89 Terdapat hubungan bermakna sindrom depresif pada irreguler migrants Afganistan berdasarkan keikutsertaan keluarga yang tidak

membawa keluarga P=0.01. Pendidikan memiliki kekuatan hubungan

OR=3.03,IK 95% 1.34-4.97, keikutsertaan keluarga OR=2.83 IK 95%

1.67-7.34.

Kesimpulan: Terdapat sindrom depresif pada irreguler migrants Afganistan. Tidak terdapat hubungan bermakna sindrom depresif irreguler migrants Afganistan berdasarkan karakteristik usia dan status pernikahan. Terdapat hubungan bermakna sindrom depresif irreguler migrants Afganistan berdasarkan karakteristik pendidikan dan keikutsertaan keluarga.

(18)

ABSTRAK

Latar Belakang: Sindrom depresif yang berhubungan dengan irreguler migrants Afganistan dapat menimbulkan hendaya atau ketidakmampuan. Proses migrasi dan trauma sebelumnya berkontribusi dalam memicu timbulnya sindrom depresif. Immigrants dan pengungsi sebagian besar memiliki pengalaman buruk baik pada saat sebelum, saat dan sesudah bermigrasi dan berdampak terhadap emosional dan merupakan kelompok yang rentan terhadap masalah yang berhubungan dengan kejiwaan. Dengan latar belakang tersebut maka di lakukan penelitian ini untuk mengetahui sindrom depresif pada irreguler migrants Afganistan dihubungkan dengan usia, pendidikan, status pernikahan, dan keikutsertaan keluarga yang diukur dengan menggunakan kuesioner Beck Depression Inventory II.

Metode: Penelitian ini adalah penelitian analitik dengan studi cross sectional. Penelitian dilakukan di lokasi pengungsi Jl. Bunga Lau Pasar III Nomor 4 Padang Bulan. Waktu Penelitian: 23 November 2011 sampai 30 November 2011. Sampel penelitian adalah irreguler migrants Afganistan. Pemilihan sampel dengan cara random sampling. Sampel yang memenuhi kriteria inklusi dan bersedia mengikuti penelitian menandatangani informed consent selanjutnya mengisi kuesioner yang dilaporkan sendiri untuk melihat adanya sindrom depresif. Hasil data di analisis dengan menggunakan analisis Chi Square dan regresi logistik

Hasil: Terdapat sindrom depresif berat terbanyak dijumpai pada irreguler

migrants Afganistan sebanyak 43 orang yaitu 43% diikuti oleh sindrom

depresif sedang 33 orang yaitu 33%, sindrom depresif ringan 15 orang yaitu 15%, minimal 9 orang yaitu 9%. Tidak terdapat hubungan bermakna sindrom depresif pada irreguler migrants Afganistan berdasarkan karakteristik demografik usia P=0.60.Terdapat hubungan bermakna sindrom depresif pada

irreguler migrants Afganistan berdasarkan karakteristik demografik pendidikan P=0.03. Tidak terdapat hubungan bermakna sindrom depresif pada irreguler migrants Afganistan berdasarkan karakteristik demografik status pernikahan P=0.89 Terdapat hubungan bermakna sindrom depresif pada irreguler migrants Afganistan berdasarkan keikutsertaan keluarga yang tidak

membawa keluarga P=0.01. Pendidikan memiliki kekuatan hubungan

OR=3.03,IK 95% 1.34-4.97, keikutsertaan keluarga OR=2.83 IK 95%

1.67-7.34.

Kesimpulan: Terdapat sindrom depresif pada irreguler migrants Afganistan. Tidak terdapat hubungan bermakna sindrom depresif irreguler migrants Afganistan berdasarkan karakteristik usia dan status pernikahan. Terdapat hubungan bermakna sindrom depresif irreguler migrants Afganistan berdasarkan karakteristik pendidikan dan keikutsertaan keluarga.

(19)

BAB 1. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

Gangguan mental pada immigrants telah ada sebelum terjadinya migrasi dan berkembang selama proses imigrasi, seperti saat mereka tinggal di lokasi pengungsi pada bulan dan tahun pertama atau saat mereka pertama kali di negara tempat mereka bermigrasi. Proses migrasi dan trauma sebelumnya dapat memicu timbulnya sindrom depresif atau mengalami

eksaserbasi dari gangguan yang sudah ada sebelumnya.1

Jumlah migrasi terus berlanjut hingga awal dekade abad 21 populasinya diperkirakan meningkat lebih dari 50 juta hingga tahun 2050. Pada abad 20 hampir sebagian besar populasi immigrants berkonsentrasi di kota industri hal ini berbeda dengan beberapa dekade sebelumnya, saat ini

immigrants telah tersebar di seluruh negara.1

Tahun 1990 sampai 2005 total jumlah immigrants di dunia termasuk para “ temporary immigrants”, refugee, asyluum seekers meningkat 30% dari 155 juta ke 191 juta orang sekitar 3% dari populasi di dunia. Tahun 2005 hampir seluruh immigrants di seluruh dunia tinggal di negara Asia, dan Afrika

sekitar 15%, Eropa dan Amerika Utara kurang dari 5%.1

Data statistik yang diperoleh dari International Organization for

Migration (IOM) yang berada di Indonesia per 30 Juni 2011 menyebutkan

jumlah migrants yang berada di Indonesia adalah sebanyak 1639 orang dan terbanyak berasal dari Afganistan sebanyak 856 orang atau sekitar 52,2%. Penyebaran migrants terbanyak sekitar 23,79% berada di Medan, 19,40% Tanjung Pinang, 16,47% Bogor, Surabaya 7,99%, Makasar 8,24%, Jakarta

6,22%, Kupang 5,43%.2 Data per 1 November 2011 Di Medan jumlah

immigrants Afganistan sebanyak 257 orang dengan usia terbanyak 18 hingga

50 tahun sebanyak 216 immigrants, dan kelompok laki-laki dijumpai sebanyak 244 orang dan wanita sebanyak 13 orang.2

Immigrants dan pengungsi sebagian besar yang berasal dari negara

(20)

sesudah bermigrasi dan berdampak terhadap emosional dan merupakan kelompok yang rentan terhadap masalah yang berhubungan dengan kejiwaan. Prevalensinya di negara berkembang 76,3% sampai 85,4% dan di

negara kurang berkembang 35,5% sampai 50,3%.1,3

Kehidupan immigrants dari negara konflik atau mengalami peperangan ke negara berkembang menyebabkan mereka mengalami kesulitan sehubungan dengan rendahnya keahlian mereka, tidak dapat membaca tulis, kendala bahasa, kondisi kesehatan, menimbulkan masalah kejiwaan sebelum mereka bermigrasi, sosioekonomi, konflik perang berkepanjangan di negara asal yang terkait dengan aspek sukuisme, politik keamanan dan lain sebagainya juga menjadi alasan immigrants melakukan migrasi, telah menempatkan mereka kedalam kelompok yang memiliki risiko menjadi gangguan jiwa yang kronis.1-4

Menurut pandangan Bhugra pada tahun 1996 sindrom depresif seperti perasaan bersalah malu dan kehilangan minat dijumpai bervariasi pada setiap budaya. Murphy dan kawan-kawan pada tahun 1967 melaporkan para psikiater di 30 negara menjumpai prevalensi yang bervariasi dari sindrom depresif seperti rasa lelah, kehilangan selera, kehilangan ketertarikan

seksual, kehilangan berat badan. Bhugra pada tahun 2003 menyebutkan

adanya rasa bersalah, keluhan somatik dan malu pada migrants tergantung dari budaya asal mereka, sehingga kadang mereka mengabaikan sindrom depresif tersebut.3

Suatu metaanalisis dari 37 studi epidemiologi di dunia pada survey kesehatan jiwa dunia menemukan angka depresi sebesar 56,3%. Data

National Comorbidity Survey Replication (NCS – R) sekitar 41,2% pada orang

Meksiko sebanyak 78,2%, dan pada negara berkembang hampir 100%, dan suatu studi yang dilakukan pada immigrants yang berada di Amerika sekitar 89%. Prevalensi seumur hidup 19,8%.1,5

Ismail R, Siste K, 2010 yang menyebutkan depresi terjadi sekitar usia

40 tahun dengan onset usia 20 hingga 50 tahun.6 Usia rata-rata onset

(21)

antara usia 20 hingga 50 tahun.7 Data epidemiologi terbaru menyebutkan insiden gangguan depresi dapat meningkat pada usia lebih muda dari 20 tahun.7

Penelitian yang dilakukan oleh Finch pada tahun 2000, Sodowsky dan Lai pada tahun 1997 immigrants yang memiliki pendidikan rendah sangat mudah mengalami pengalaman dalam kesehatan jiwa salah satunya adalah depresi. Penelitian yang dilakukan Min dan Song tahun 1998 terhadap

immigrants Korea yang bermigrasi ke Amerika Serikat dijumpai memiliki

status pendidikan rendah yang banyak mengalami sindrom depresif.8

Diaz MJ, Perez MA, Farley T, Cabanis CM tahun 2004 yang menyatakan sindrom depresif banyak dijumpai pada immigrants Meksiko yang menikah sebanyak 72,4%. Kondisi ini disebabkan beberapa faktor antara lain proses akulturasi, culture shock, culture conflict. 3,5,9-10

Dukungan sosial yang lemah atau tidak ada dukungan termasuk didalamnya jaringan sosial, interaksi sosial dan keikutsertaan keluarga dapat menjadi pertimbangan sebagai faktor risiko utama terjadinya sindrom depresif

hingga terjadinya gangguan mental lain.11 Penelitian epidemiologi pada

kelompok immigrants tentang sindrom depresif masih belum jelas dan dapat dikatakan sangat sedikit.2

Hasil pengamatan pada kunjungan ke klinik IOM di lokasi pengungsi Padang Bulan terhadap irreguler migrants Afganistan dijumpai yang tidak mengikutsertakan keluarga inti sebagian besar mengalami sindrom depresif.

Berdasarkan latar belakang diatas peneliti tertarik untuk melihat faktor-faktor yang berkaitan dengan sindrom depresif pada irreguler migrants

Afghanistan yang berada di Medan dihubungkan dengan usia, tingkat

(22)

sedini mungkin sindrom depresif yang mungkin dapat berkembang menjadi masalah jiwa yang kronis.

1.2. Rumusan Masalah

Dengan memperhatikan latar belakang masalah diatas, dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut:

1.2.1. Apakah terdapat sindrom depresif pada irreguler migrants Afganistan? 1.2.2. Apakah terdapat hubungan sindrom depresif pada irregular migrants

Afganistan berdasarkan usia, pendidikan, status pernikahan?

1.2.3. Apakah terdapat hubungan sindrom depresif pada irreguler migrants Afganistan berdasarkan status keikutsertaan keluarga pada irreguler

migrants membawa keluarga dan tidak membawa keluarga?

1.3. Hipotesis

1.3.1.Terdapat sindrom depresif pada irreguler migrants Afganistan.

1.3.2.Terdapat hubungan sindrom depresif berdasarkan usia, pendidikan, status pernikahan.

1.3.2.Terdapat hubungan sindrom depresif dengan status keikutsertaan keluarga pada irreguler migrants yang membawa keluarga dan tidak membawa keluarga?

1.4. Tujuan Penelitian

Tujuan Umum

Untuk mengetahui berapa banyak proporsi irreguler migrants Afganistan yang mengalami sindrom depresif dengan menggunakan kuesioner Beck

Depression Inventory II (BDI II).

Tujuan Khusus

Mengetahui hubungan sindrom depresif pada irreguler migrants

(23)

Mengetahui hubungan sindrom depresif pada irreguler migrants Afganistan berdasarkan keikutsertaan keluarga dengan membawa keluarga dan tidak membawa keluarga

1.5. Manfaat Penelitian

(24)

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Migrasi

Migrasi dipertimbangkan sebagai masalah global di awal abad 21 dijumpai sekitar 192 juta orang tinggal diluar tempat kelahirannya yaitu sekitar 3% dari populasi dunia, yang berarti setiap 30 orang dijumpai 5 orang di dunia

adalah immigrants. Rerata pertumbuhan immigrants adalah 2,9%.4

Proses migrasi bukanlah suatu fenomena baru, selama berabad-abad manusia telah melakukan perjalanan yang berpindah-pindah untuk mencari kehidupan yang lebih baik ditempat lain. Beberapa dekade terakhir proses globalisasi telah meningkatkan faktor yang mendorong para immigrants untuk mencari peruntungan di luar negeri hal ini menyebabkan tingginya tingkat aktivitas migrasi dari negara-negara berkembang di Asia, Afrika, Amerika selatan, Eropa timur ke Eropa barat, Australia dan Amerika Utara. Latar belakang orang yang melakukan migrasi disebabkan oleh banyak faktor antara lain faktor eksternal, maupun internal diantaranya yang utama adalah konsekuensi ekonomi sebuah negara yang tidak mampu menyediakan lapangan pekerjaan menyebabkan banyaknya pengangguran sehingga mereka lebih memilih pindah dari negara asalnya untuk mencari tempat dengan harapan mendapat pekerjaan. Konflik atau perang yang berkepanjangan menimbulkan kemiskinan sehingga pengangguran meningkat hal ini menjadi pendorong bagi immigrants meninggalkan negara

asalnya demi mencari tempat yang aman.10-12 Peperangan atau

(25)

pemahamannya mereka akan mendapatkan pekerjaan dengan upah yang layak.10-12

Irreguler migrants yang terorganisir dengan para penyelundup manusia

umumnya berasal dari Asia selatan seperti India, Cina atau Asia timur tengah seperti Iran, Irak, Afganistan juga Afrika mereka menjadikan negara di Asia Tenggara sebagai negara transit umumnya Malaysia dan Indonesia yang merupakan lalu lintas perdagangan dunia dan berharap akan mendapat bantuan dengan dikirimkannya mereka ke negara ketiga seperti Australia, negara Eropa Barat, Amerika dan Kanada.10,12

Sebagian besar para pengungsi dari Asia pertama kali masuk ke Malaysia lalu dibawa ke Selatan sebelum menyeberang dengan kapal Feri menuju Batam, Jakarta, melanjutkan ke kepulauan lain Indonesia bagian selatan seperti Bali, Flores, Lombok dari pulau-pulau ini selanjutnya akan menuju Australia.Jalur lain melalui lautan Hindia menuju Medan tanpa melalui Malaysia, selatan Sumatera dari arah utara yaitu melalui laut Cina selatan menuju Jambi, Sumatera Selatan, Jawa, Sulawesi Selatan, sunda kecil dan terus menuju Australia. Sebagian besar irreguler migrants mendarat di pantai barat terutama pulau Christmas yang relatif dekat dengan kepulauan Indonesia. Pulau Christmas adalah suatu pulau pusat kasino di Australia, akan tetapi sisi lain dari pulau tersebut merupakan suatu tempat para irreguler

migrants ditahan disuatu rumah detensi imigrasi yang benar-benar layak huni

dan nyaman sebelum mereka mendapatkan kewarganegaraan secara selektif dalam satu konvensi internasional, Australia merupakan suatu negara yang memiliki komitmen untuk membantu para immigrants (pengungsi korban perang dan pencari suaka) yang memasuki negaranya.10-12

(26)

perubahan aturan keimigrasian, kondisi perjalanan dan tidak dilengkapi dengan dokumen yang lengkap.13

Aguilar Galioxa dan Galluta pada tahun 2008 dan Nicklett-Bulgard pada tahun 2009 dalam beberapa penelitiannya menunjukkan rendahnya pendapatan, pendidikan, dan sosial ekonomi menjadi penyebab meningkatnya risiko immigrants yang mengalami sindrom depresif dan

episode depresi. 13 Razekh 1999, Lopez Cordozo 2004, dan Scholte

tahun 2004, Brown, Falcon dan kawan-kawan pada tahun 2009 dengan dukungan beberapa penelitian menunjukkan immigrants latin dengan tingkat sosial tinggi memiliki stres yang lebih rendah dan sedikit mengalami sindrom depresif. Rendahnya dukungan sosial dan keikutsertaan keluarga bagi

immigrants yang telah menikah juga berhubungan dengan peningkatan

sindrom depresif.13

Perreira dan Pottocnick pada tahun 2010 menyebutkan beberapa studi telah mendokumentasikan bagaimana proses migrasi itu sendiri bagi

immigrants berkontribusi terhadap sindrom depresif.10

Survei dunia menunjukkan ditemukan pada tahun pertama setelah invasi Amerika Serikat menunjukkan sindrom depresif menunjukkan tingkat tertinggi pada laki-laki sebesar 59,1 % dan pada wanita 73,4%. Secara umum prevalensi depresi dan ansietas pada laki-laki 21,7% dan pada wanita 45,5% total sekitar 67,2%.8

Jumlah kasus irreguler migrants yang masuk ke Indonesia selama periode Januari hingga Mei 2010 mencapai 61 kasus angka ini merupakan peningkatan yang signifikan karena mencapai hampir 100% dari jumlah kasus ditahun sebelumnya sebanyak 31 kasus. Jumlah irreguler migrants yang masuk ke Indonesia pada tahun 2010 mengalami peningkatan sebesar 5,7% atau meningkat 67 orang sehingga jumlah immigrants pada tahun 2010

(27)
(28)

Proses migrasi itu sendiri digambarkan menjadi tiga tahap, tahap pertama adalah pre-migrasi, yang terlibat dalam membuat keputusan dan persiapan untuk pindah, tahap kedua adalah migrasi yang merupakan relokasi individu dari suatu tempat ke tempat lain, tahap ketiga adalah post migrasi yaitu suatu masuknya imigran dalam kerangka sosial dan budaya pada masyarakat baru disini aturan baru mengenai sosial dan budaya mulai dipelajari dimana pada tahap pre-migrasi memiliki perbandingan rata-rata rendah terhadap timbulnya masalah gangguan mental, masalah timbul sehubungan dengan akulturasi dan ketidaksesuaian antara tujuan akhir yang ingin dicapai dan langkah prestasi yang ingin dicapai, akan tetapi struktur kepribadian individu, migrasi karena paksaan dan adanya penganiayaan juga

dapat berperan dalam timbulnya gangguan mental.4,12 Pada tahap migrasi

ada banyak faktor yang menyebabkan individu dapat mengalami gangguan mental antara lain kehilangan (bereavement), shock budaya, ketidaksesuaian antara harapan dan hasil yang dicapai, sedangkan faktor yang berpengaruh pada tahap post - migrasi adalah penerimaan yang dilakukan oleh suatu bangsa, faktor-faktor tersebut merupakan faktor yang rentan secara biologi, sosial dan psikologis, contohnya faktor kepribadian dipengaruhi oleh faktor budaya.4,14

Afganistan adalah suatu negara dengan luas geografi 652.000 km2 dan

populasi penduduknya menurut data World Health Organization (WHO) pada

tahun 2006 sekitar 24.926 juta.15 Tahun 2009 CIA World Factbook

memperkirakan populasinya menjadi 28,3 juta, populasi sebelumnya 33,6

juta.16 Bahasa utama yang digunakan adalah pustho, kelompok etnik yang

dijumpai adalah Pusthon, Tadjik, Hazara, dan Uzbeks. Keyakinan kelompok etnik tersebut adalah Muslim Sunni dan Syiah dan sebagian kecil adalah

Sikhs.15-17

Afganistan sekitar 87,9% adalah muslim Suni dan 10,4% adalah

muslim Shiia.15 Berdasarkan data dari World Bank negara ini merupakan

(29)

UNO tahun 2004 proporsi penduduk dibawah 15 tahun sekitar 43%, data dari WHO tahun 2004 usia diatas 60 tahun sekitar 5%, dan 75% populasi adalah

rural.15 Data dari CIA World Factbook pada tahun 2009 sekitar 53% berusia antara 15 hingga 64 tahun dan hanya sekitar 2,4% berusia diatas 65 tahun.17

Afganistan merupakan suatu negara dengan pengalaman krisis pengungsi terbesar. Dekade perang menyebabkan banyak penduduk Afganistan yang meninggalkan rumah dan menjadi pengungsi di negara tetangga mereka seperti Pakistan dan Iran dan mencari negara-negara lain. Jumlahnya meningkat pada tahun 1990 sebesar 6,2 juta dan menurun pada tahun 1992 setelah pemerintah yang berkuasa jatuh tapi meningkat kembali pada tahun 1996 setelah berkembangnya Taliban. Pada tahun 2002 dengan jatuhnya Taliban akibat invasi dari Amerika tercatat sejumlah pengungsi yang kembali ke Afganistan.18

Telah lebih dari 25 tahun perang dan konflik terjadi di Afganistan yang mengakibatkan konsekuensi kehancuran psikologis.3,17

Perang mengakibatkan penduduk Afganistan mengalami demoralisasi dan menderita secara sosial dan ekonomi, pemaparan langsung secara agresi, kekerasan dan ketakutan yang terus menerus mempengaruhi situasi kesehatan mental.3,17

2.2. Depresi

Manusia didalam perjalanan kehidupannya pada suatu saat akan mengalami suatu krisis yang dapat mempengaruhi kondisi kesehatan jiwa,

peristiwa didalam kehidupan dapat berkembang menjadi depresi.13

Depresi merupakan suatu kondisi yang umum, sekitar 1 dari 7 orang akan mengalami episode depresif sepanjang hidupnya dan dapat

menyebabkan hendaya atau ketidakmampuan yang serius.16 Depresi sering

(30)

inadekuatnya dukungan sosial adalah hal yang umum dijumpai pada orang dengan depresif.19

Pengalaman klinik terdahulu memperlihatkan bahwa peristiwa kehidupan (live event) yang menyebabkan stres lebih sering mendahului episode pertama daripada episode selanjutnya pada episode gangguan

mood.20

Bencana yang terjadi di berbagai komunitas akan berpengaruh terhadap kehidupan psikologis manusia secara umum setiap tahunnya. Kehancuran yang terjadi dapat berupa: disebabkan oleh alam seperti gempa bumi atau tsunami juga dapat disebabkan oleh karena kelalaian manusia atau karena tindakan yang disengaja, hal-hal tersebut menyebabkan atmosfir yang tidak menyenangkan sehingga memaksa individu harus berhadapan dengan konsekuensi kehilangan, trauma, cedera, hingga kematian.1,3-4,18,21

Menurut pandangan Bhugra pada tahun 1996 sindrom depresif seperti perasaan bersalah malu dan kehilangan minat dijumpai bervariasi pada setiap budaya. Murphy dan kawan-kawan pada tahun 1967 melaporkan para psikiater di 30 negara menjumpai prevalensi yang bervariasi dari sindrom depresif seperti rasa lelah, kehilangan selera, kehilangan ketertarikan

seksual, kehilangan berat badan. Bhugra pada tahun 2003 menyebutkan

adanya rasa bersalah, keluhan somatik dan malu pada migrants tergantung dari budaya asal mereka, sehingga kadang mereka mengabaikan sindrom depresif tersebut.3,12,18

Jablensky dan kawan-kawan pada tahun 1981 menemukan sindrom depresif yang utama adalah kesedihan, kemuraman, kecemasan, ketegangan, kekurangan energi, kehilangan ketertarikan, buruknya

konsentrasi, berkurangnya gagasan.20 Bhugra tahun 2003 menyatakan

adanya rasa tidak berguna, rasa bersalah, dan simtom somatik, dan malu pada migrants dapat berpengaruh terhadap asal budaya mereka yang

(31)

Tanda utama dari episode depresif adalah mood depresi atau hilang minat atau kesenangan yang menonjol selama sedikitnya 2 minggu dan menyebabkan distress atau hambatan yang bermakna dalam fungsi sosial, pekerjaan, fungsi area penting lainnya pada seorang individu. Selama masa ini seseorang juga menampilkan sedikitnya 4 gejala tambahan dari mood depresi adalah gejala yang paling khas terjadi pada > 90% pasien. Pasien melaporkan sendiri sebagai perasaan sedih, murung, hampa, putus asa, muram atau tenggelam dalam kesedihan. Kualitas mood sebaiknya dilukiskan berbeda dari perasaan kesedihan yang normal atau duka cita.23

Menurut American Psychiatric Association (APA) pada tahun 1994, depresif mayor biasanya didiagnosa ketika dijumpai berkurangnya mood dan kehilangan minat yang menetap akan sesuatu yang menyenangkan yang disertai oleh rangkaian simtom seperti kehilangan selera, insomnia, kelelahan, kehilangan energi, buruknya konsentrasi, sindrom psikomotor, perasaan bersalah yang tidak sewajarnya dan pikiran berulang tentang kematian.19,24-26

National Institute for Clinical Excellence (NICE) pada tahun 2004

menyebutkan kondisi ini berhubungan dengan individu, pertumbuhan sosial ekonomi, kehilangan fungsi dan produktivitas, dan menciptakan

ketergantungan terhadap sarana pelayanan.7

Anhedonia yaitu tidak mampu menikmati aktifitas yang biasa dilakukan adalah yang paling umum dialami pasien depresi. Pasien atau keluarganya melaporkan dengan jelas adanya penurunan minat pada semua, atau hampir semua aktifitas yang sebelumnya dinikmati seperti seks, hobi, rutinitas sehari-hari 7,25,27

(32)

Perubahan tidur sekitar 80% pasien depresi mengeluhkan beberapa tipe gangguan tidur. Yang paling umum dan tidak menyenangkan adalah terjaga pada dini hari (biasanya sekitar jam 4 – 5 pagi) dan kadang lebih berat gejala depresifnya pada awal hari. Sementara insomnia initial khususnya sering bersamaan dengan kecemasan (komorbid). Beberapa pasien mengeluhkan hipersomnia dari pada insomnia, terdapat pada depresi atipikal dan seasonal affective disorder dan sering berkaitan dengan hiperfagia.7,18,27

Perubahan aktifitas fisik sekitar setengah dari pasien depresi menjadi lambat atau perlambatan dalam aktifitas normal mereka. Mereka menunjukkan lambat berfikir, berbicara, pergerakan tubuh atau menurunnya volume isi pembicaraan dengan jeda yang panjang sebelum menjawab. Pada sekitar 70% pasien wanita yang depresi dan 50% laki-laki yang depresi, kecemasan ditampilkan dalam bentuk agitasi psikomotor dengan melangkah

mondar-mandir, tidak mampu duduk tenang dan meremas-remas tangan.26

Hilang energi hampir semua pasien depresi melaporkan hilang energi secara bermakna (anergia), khususnya kelelahan dan umumnya kurang efisien bahkan dalam tugas yang ringan. 7,23,25

Perasaan tak berharga dan rasa bersalah yang berlebihan dan tak wajar pasien depresi dapat mengalami penurunan harga diri yang nyata (dan sering tidak realistik). Pada kebudayaan Eropa, lebih dari setengah pasien depresi menunjukkan rasa bersalah, rentang dari perasaan yang tidak jelas/samar-samar, menjadikan kondisi mereka saat ini hasil dari sesuatu yang telah mereka lakukan dimasa lalu, sampai kepada waham dan kemiskinan atau memiliki dosa yang tidak dapat diampuni. Kultur lain mengalami rasa malu atau penghinaan.7,21,23,26 -27

Konsentrasi yang menurun sekitar separuh pasien depresi

(33)

berkonsentrasi atau mereka mudah terganggu. Mereka sering meragukan kemampuan mereka untuk membuat pertimbangan yang baik dan mereka menemukan bahwa diri mereka tidak sanggup untuk membuat keputusan bahkan yang kecil sekalipun.7,23

Ide bunuh diri beberapa pasien mengalami pikiran kematian yang

berulang. Dalam rentang dari perasaan yang sementara, yang lainnya melaporkan lebih baik mati, sampai rencana nyata dan melaksanakan bunuh diri. Risiko bunuh diri dijumpai sepanjang episode depresif tapi kemungkinan yang paling tinggi adalah segera setelah awal pengobatan dan selama 6-9 bulan setelah pemulihan.23-27

2.3. Migrasi dan depresi

Menurut World Health Organization (WHO) pada tahun 2001 menyebutkan diperkirakan lebih dari lima juta laki-laki dan perempuan Afganistan mengalami berbagai distress jiwa termasuk didalamnya depresi, ansietas. Kendati studi epidemiologi terbatas jumlahnya terhadap kejadian gangguan mental yang terjadi. Depresi memainkan peranan yang sangat penting untuk sebuah negara Afganistan dengan populasi penduduk 28 juta hal ini merupakan sinyal khusus.27

Depresif merupakan gangguan psikiatri yang paling sering dijumpai terutama pada wanita yang frekuensinya lebih sering tiga kali pada wanita daripada pria. Sekitar 20% wanita dan 12% pria pada suatu waktu kehidupannya pernah mengalami depresi.19,21Diperkirakan prevalensi depresif bervariasi ditiap negara rentangnya antara 3% di Jepang dan 17% di Amerika Serikat.13

(34)

memasuki ke lingkungan yang bersifat individual dan egosentris akan memiliki perasaan terasing dan mengalami mental distress dengan konsekuensi mereka mengalami kesukaran masuk dalam kelompok baru. Perubahan sosial, asimilasi dan identitas budaya merupakan faktor yang

signifikan dalam hubungannya antara migrasi dan gangguan mental.4

Nazroo pada tahun 1997 dan Shaw dan kawan-kawan pada tahun 1999 menyebutkan keterbatasan jumlah data yang tersedia menunjukkan bahwa kejadian kehidupan seperti peristiwa kehidupan secara umum secara signifikan berhubungan dengan depresi. Beberapa penelitian menunjukkan rerata yang tinggi untuk terjadinya depresi pada kelompok etnik minoritas di komunitasnya dengan beberapa penjelasan termasuk paparan terhadap kehilangan, tidak bekerja, kemiskinan dan rasis.4

Hubungan antara peristiwa kehidupan dan gangguan jiwa tersering telah dilaporkan oleh Vadher dan Ndetel tahun 1981, Guereje tahun 1986, Bebbington tahun 1998. Brown dan Haris pada tahun 1978 mengobservasi sekitar 38% pasien depresi memiliki pengalaman dengan peristiwa kehidupan yang berat. Kesulitan terbesar dihubungkan dengan depresi antara lain sosial ekonomi, kurangnya dukungan sosial, keluarga, merasa tidak berguna, kekalahan, penghinaan, jebakan, rasa rendah diri.4 Perreira dan Pottocnick pada tahun 2010 menyebutkan saat ini beberapa studi telah mendokumentasikan bagaimana pengalaman para imigran berkontribusi terhadap sindrom depresif.13,28

2.4. Beck Depression Inventory II

Beck Depression Inventory II pada lampiran 5 adalah suatu alat ukur

yang digunakan untuk mengukur keparahan dari sindrom depresi yang dapat digunakan pada remaja dan dewasa yang sesuai dengan kriteria dari

(35)

and Statistical Manual of Mental Disorders-IV (DSM-IV) dan American Psychiatric Association tahun 1994.29

Beck Depression Inventory II merupakan revisi dari Beck Depression Inventory (BDI) dan Beck Depression Inventory IA. Tahun 1996 Beck dan

kawan-kawan, tahun 1997 Dozois, Dobson, dan Ahnberg, tahun 1998 Steer, Gheeta, Ranieri, dan Beck telah melakukan validasi BDI II terhadap pasien rawat jalan remaja dan dewasa. BDI II telah menunjukkan reliabilitas tes –

retest terbaik, konsistensi internal tinggi yang dapat merespons dengan

sangat baik dengan koefisien alpa 0,94, dan untuk validitas konvergen tingkat sedang hingga tinggi. Konsistensi internal menunjukkan baik dengan rentang nilai 0,54 hingga 0,74 lebih tinggi daripada yang disampaikan oleh Osman dan kawan-kawan pada tahun 1997 rentang nilainya 0,44 hingga 0,65 dan Dozois beserta kawan-kawan pada tahun 1998 rentang nilainya 0,41 hingga 0,62. Receiver Operating Characteristics (ROC) Analysis mengindikasikan BDI II sangat sensitif dan moderate spesifik dalam menskrining depresi pada tingkat pelayanan dasar, oleh karena pengisian BDI II hanya memerlukan waktu beberapa menit sekitar 5 – 10 menit. dan mudah untuk di nilai.29-31

Pengukuran BDI II merupakan alat ukur yang sederhana, singkat, dan jelas terdiri dari 21 butir pertanyaan penilaian sindrom depresif berdasarkan skala likert 0 hingga 3, dengan perkecualian pada butir nomor 16 dan 18. Pertanyaan butir 16 mengenai perubahan pola tidur dan butir 18 mengenai perubahan selera makan. Pengukuran pada kedua butir ini terdiri dari 0, 1a, 1b, 2a, 2b, 3a, 3c. Peserta ditanya bagaimana yang dirasakan dalam periode 1 hingga 2 minggu terakhir.29,30

(36)

berat.29,30

Total skor BDI II berhubungan dengan total skor tes psikologis lainnya. BDI II positif berhubungan dengan skala pengukuran untuk ide bunuh diri juga skala Beck Hopelessness. BDI II juga berkorelasi positif dengan Hamilton

Psychiatry Rating Scale for Depression dan Hamilton Psychiatry Rating Scale for Anxiety. BDI II adalah suatu alat ukur yang fleksibel yang dapat digunakan

dalam setting klinis maupun non klinis.29,30

(37)

2.5. Kerangka Konsep

Irreguler Migrants Afganistan

Kriteria Inklusi Kriteria Eksklusi

Karakteristik demografik:

- Usia - Pendidikan - Status

pernikahan Kuesioner BDI II

Sindrom depresif sedang

Sindrom depresif ringan Sindrom depresif berat

Dijumpai sindrom depresif Tidak dijumpai sindrom

depresif

Minimal

(38)

BAB 3. METODE PENELITIAN

3. Metodologi

3.1. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan studi cross

sectional.

3.2. Tempat dan Waktu Penelitian

3.2.1. Tempat penelitian: Lokasi pengungsi Jl. Bunga Lau Pasar III Nomor 4 Padang Bulan.

3.2.2. Waktu Penelitian: 23 November 2011 sampai 30 November 2011.

3.3. Populasi dan Sampel Penelitian

3.3.1.Populasi target : Irreguler migrants Afganistan berusia 18 – 50 tahun. 3.3.2.Populasi terjangkau : irreguler migrants Afganistan berusia 18 – 50 tahun yang berada di lokasi pengungsi Padang Bulan periode November 2011.

3.3.3. Sampel Penelitian : Irreguler migrants Afganistan yang berada di lokasi pengungsi Padang Bulan.

3.3.4. Cara Pemilihan Sampel: probability sampling dengan cara systematic

sampling yaitu setiap subyek yang memenuhi kriteria untuk dipilih

(39)
[image:39.595.102.541.150.677.2]

3.4. Besar Sampel

Tabel 3.4.1. Perhitungan besar sampel 34-36

Jenis Pertanyaan Rumus besar sampel Besar sampel Sindrom depresif pada irreguler migrants Afganistan Deskriptif kategorik

N = Zα2PQ

d2 96

Hubungan sindrom

depresif dengan usia

Analitik komparatif kategorik tidak berpasangan n1=n2=Zα(√2PQ+Zβ√P1Q1+P2Q2)2 P1-P2

n1= 40,5 

41 n1=n2=total 82 Hubungan sindrom depresif dengan pendidikan Analitik komparatif kategorik tidak berpasangan n1=n2=Zα(√2PQ+Zβ√P1Q1+P2Q2)2 P1-P2

n1= 40,5 

41 n1=n2=total 82 Hubungan sindrom depresif dengan status pernikahan Analitik komparatif kategorik tidak berpasangan n1=n2=Zα(√2PQ+Zβ√P1Q1+P2Q2)2 P1-P2

n1= 40,5 

41 n1=n2=total 82 Hubungan sindrom depresif dengan keikutsertaan keluarga Analitik komparatif kategorik tidak berpasangan n1=n2=Zα(√2PQ+Zβ√P1Q1+P2Q2)2 P1-P2

n1= 40,5 

41 n1=n2=total 82 Hubungan usia, pendidikan, status pernikahan dan keikutsertaan keluarga

Regresi logistik: Rule of

(40)

3.4.2.Untuk melihat apakah terdapat sindrom depresif pada irreguler migrants Afganistan digunakan rumus :32-3,42

Sampel tunggal untuk estimasi proporsi suatu populasi 32 N = Zα2PQ

d2

= (1,96)2 x 0,5 x 0,5 (0,1)2

= 96 jumlah sampel minimal

Keterangan:

Zα = Nilai batas bawah dari nilai Z yang besarnya tergantung pada nilai α

yang ditentukan ; untuk nilai α = 0,05 →Zα = 1,96.

P = Proporsi simtom depresi pada irreguler migrants Afganistan 0,5.

Q = 1- P; 1 – 0,5

d = Tingkat ketepatan absolut yang dikehendaki ( ditetapkan ) = 0,1

3.4.3. Untuk melihat apakah terdapat hubungan sindrom depresif pada

irreguler migrants Afganistan berdasarkan usia, pendidikan, status

pernikahan dan keikutsertaan keluarga digunakan rumus:32-3

n1 =n2 = Zα(√2PQ + Zβ√P1Q1+P2Q2)2

P1-P2

Zα = Nilai batas bawah dari nilai Z yang besarnya tergantung pada nilai α

yang ditentukan ; untuk nilai α = 0,05 →Zα = 1,96.

Zβ = Nilai batas bawah dari nilai Z yang besarnya tergantung pada nilai

yang ditentukan ; untuk nilai β untuk nilai β = 0,20 →Zβ = 0,84.

P = Proporsi sindrom depresi pada irreguler migrants Afganistan 0,5.

(41)

P1 = Proporsi pada kelompok yang nilainya merupakan judgement peneliti

= 0,8 Q1 = 1 - P1

= 0,2

P2 = Proporsi pada kelompok yang nilainya sudah diketahui = 0,5

Q2 = 1 – P2

= 0,5

Kesimpulan

Perhitungan besar sampel yang memberikan jumlah terbanyak adalah minimal sebanyak 96, dengan demikian besar sampel untuk penelitian ini adalah 100 subyek.

3.5. Kriteria Inklusi dan Eksklusi 3.5.1. Kriteria Inklusi

Irreguler migrants Afganistan.

• Berusia 18 – 50 tahun.

• Berjenis kelamin laki-laki.

• Mampu baca tulis.

• Minimal tamat ibtidaiyah.

• Mampu berbahasa Inggris didampingi penerjemah yang adekuat.

• Kooperatif dan mengisi kuesioner.

3.5.2. Kriteria Eksklusi

• Memiliki gangguan psikiatri sebelum ikut penelitian.

• Memiliki kondisi penyakit medis umum lain melalui anamnesis

(penyakit jantung, diabetes melitus, ginjal, stroke, hiperkolesterolemia).

(42)

Semua subyek penelitian akan diminta mengisi persetujuan secara tertulis untuk ikut dalam penelitian setelah mendapatkan penjelasan yang terperinci dan jelas. Selanjutnya subyek penelitian mengisi kuesioner yang dilaporkan sendiri (self-report) untuk melihat respons subyek terhadap sindrom depresif berdasarkan usia, pendidikan, status pernikahan.

3.7. Etika Penelitian

(43)

3.8. Cara Kerja

3.8.1. Alur pelaksanaan penelitian 36-37

(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

Persiapan penelitian

Identifikasi subjek yang berpotensi masuk kedalam penelitian

Informed consent

Penjelasan dan pengarahan kepada subjek penelitian

Tidak bersedia Bersedia

Random

Penilaian lebih lanjut

Tidak memenuhi kriteria

Memenuhi kriteria

(44)

3.8.2. Cara kerja penelitian

1. Persiapan penelitian 36-37 a. Pelatihan tim peneliti.

Pelatihan dilakukan pada semua tim peneliti yang terdiri dari dokter ,perawat, dan penerjemah. Kelayakan tim peneliti untuk ikut serta ditentukan dengan melakukan latihan apakah penerjemah melakukan penjelaskan secara jelas dan dipahami tentang bagaimana mengisi kuesioner.

b. Sertifikasi dokter.

Dokter yang ikut serta dalam penelitian adalah mereka yang telah diakui oleh konsil Kedokteran Indonesia dan memiliki Surat Tanda Registrasi dan surat izin praktek.

c. Sertifikasi penerjemah.

Penerjemah yang ikut serta dalam penelitian adalah mereka yang telah diakui dan telah lulus sertifikasi oleh instansi atau organisasi yang menaunginya.

d. Sertifikasi perawat.

Perawat yang ikut serta dalam penelitian ini adalah mereka yang merupakan anggota Persatuan Perawat Nasional Indonesia telah memiliki ijazah perawat dan surat izin praktek.

e. Alat Ukur.

Untuk mengukur variabel keluaran penelitian digunakan BDI II suatu alat ukur yang valid dan reliabel dapat digunakan oleh karena Reliabilitas BDI II memiliki koefisien alpa sebesar 0,92. Receiver

Operating Characteristics (ROC) Analysis mengindikasikan BDI II

sangat sensitif dan moderate spesifik.

2. Identifikasi subyek yang berpotensi masuk kedalam penelitian.

(45)

berpotensi, perawat tersebut akan menghubungi tim peneliti untuk prosedur penjelasan dan pengarahan kepada subyek penelitian. 3. Penjelasan dan pengarahan kepada subjek penelitian.

Subyek penelitian yang sudah di identifikasi dikumpulkan didalam satu aula yang terdapat di tempat lokasi pengungsian selanjutnya diberi pengarahan dan penjelasan oleh dokter didampingi penerjemah dan perawat tentang tujuan dan alasan peneliti melakukan penelitian. Serta memberikan kesempatan untuk melakukan tanya jawab yang berhubungan dengan penelitian. Bila subyek penelitian sudah memahami dan bersedia mengikuti penelitian maka mereka akan mengikuti prosedur informed consent.

4. Informed consent.

Dilakukan oleh tim yang terlatih, dilakukan diruang khusus yang tersedia. Kesediaan ikut serta dalam penelitian didokumentasikan dengan menandatangani formulir persetujuan. Subyek akan mendapatkan salinan lembar persetujuan. Bagi yang tidak bersedia maka subyek penelitian tidak dikenakan sanksi apapun.

5. Penilaian lanjut.

a. Subyek penelitian yang sudah menandatangani informed consent selanjutnya diberikan lembar kuesioner dan diberikan waktu 5 hingga 10 menit untuk mengisi kuesioner tersebut, pengisian kuesioner dengan menggunakan pensil atau pulpen dengan cara melingkari jawaban yang sesuai dengan apa yang dialami oleh subyek penelitian. Apabila selama mengisi ada yang masih kurang jelas dapat ditanyakan langsung kepada tim peneliti.

b. Selama mengisi kuesioner tim peneliti meyakinkan kembali kepada subyek penelitian untuk mengisi kuesioner tersebut secara lengkap. c. Memeriksa kuesioner tersebut terisi lengkap selanjutnya

(46)

Akan dipilih 100 dari 216 subyek penelitian dengan cara systematic

sampling, berarti diperlukan 100/216 = 1/2 bagian dari populasi yang

akan diikutsertakan sebagai sampel , karena itu setiap subyek ke-2 akan dipilih. Mula-mula tiap subyek diberi nomor dari 1 sampai dengan 216. Tiap subyek yang kedua diambil sebagai sampel bila memenuhi kriteria inklusi, begitu seterusnya hingga terpenuhi jumlah sampel yang dibutuhkan. Selanjutnya subyek penelitian yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi dan telah menandatangani informed consent diikutkan dalam penelitian hingga tercukupi jumlah sampel yang dibutuhkan untuk mengisi kuesioner

7. Analisis.

(47)

3.9. Identitas Variabel

Variabel Bebas:

Irreguler migrants Afganistan, usia, pendidikan, status pernikahan serta keikutsertaan keluarga yang membawa keluarga dan tidak membawa keluarga.

Variabel Tergantung

• Sindrom depresif yang dinilai dengan menggunakan kuesioner BDI II.

3.10. Definisi Operasional

Migrasi: Proses dimana individu berpindah dari suatu tempat tinggal ke tempat lain, yang biasanya bersifat menetap atau sementara.

Immigrants: Orang yang melakukan migrasi.

Irreguler migrants: Orang yang tidak memiliki kelengkapan dokumen

sesuai dengan hukum dan peraturan keimigrasian, sering merujuk pada illegal migrants atau undocumented migrants.

• Depresi adalah suatu gangguan proses kognitif, yang mempengaruhi

atensi, konsentrasi, memori, dan pembuatan keputusan yang dikarakteristikkan oleh pikiran-pikiran untuk menyalahkan diri sendiri, merasa bersalah, tidak berguna, rendahnya harga diri, dan pikiran tentang kematian.

• Sindrom depresif: Kumpulan tanda dan gejala yang menggambarkan

depresi yang dinilai berdasarkan kuesioner BDI. Derajat sindrom depresif terbagi menjadi ringan, sedang dan berat.

Beck Depression Inventory II: Adalah suatu alat ukur yang merupakan

analisis self-report untuk sindrom depresif yang bersifat ringkas dan jelas, terdiri dari kumpulan 21 pernyataan, merupakan suatu skala

likert masing-masing pernyataan berisi empat pilihan, dengan rentang

(48)

Beck Depression Inventory II: Merupakan interpretasi dari nilai-nilai keparahan:

Nilai 0 - 13 : minimal. Nilai 14 - 19 : ringan. Nilai 20 - 28 : sedang. Nilai 29 - 63 : berat.

• Usia : Lamanya hidup sejak lahir yang dinyatakan dalam satuan.

Dikelompokkan dalam 4 kategori:

- 18 –

- 21 –

- 31 –

- 41 – 50 tahun

• Jenis Kelamin: Laki-laki.

• Pendidikan: Jenjang pendidikan sekolah terakhir yang diselesaikan

dan berdasarkan jenjang pendidikan formal yaitu:

- Tamat primary (ibtidaiyah) dikelompokkan menjadi tingkat

pendidikan rendah.

- Tamat High School (lece) dikelompokkan menjadi tingkat

pendidikan sedang.

- Tamat Diploma atau Perguruan Tinggi dikelompokkan menjadi

tingkat pendidikan tinggi.

• Status pernikahan: Ditentukan apakah subyek masih dalam ikatan

pernikahan (menikah), atau tidak dalam ikatan pernikahan (cerai / tidak menikah ).

Keikutsertaan keluarga: irreguler migrants yang sudah menikah

dengan membawa keluarga inti yang terdiri dari ayah, ibu dan anak, dan sudah menikah tetapi tidak membawa keluarga inti.

3.11. Rencana Pengolahan dan Analisis Data

(49)

dianalisis dengan menggunakan program Statistical Package for Social

Sciences (SPSS) 18.0. Untuk mengetahui sindrom depresif pada irreguler migrants Afganistan dihubungkan dengan usia, pendidikan, status

(50)

BAB 4. HASIL PENELITIAN

[image:50.595.106.545.302.732.2]

Responden sejumlah 100 subyek penelitian yang berada di lokasi pengungsi Jl. Bunga Lau Pasar III Nomor 4 Padang Bulan. Subyek penelitian diikutsertakan pada penelitian ini adalah subyek penelitian yang berada di lokasi pengungsi periode 23 November 2011 sampai 30 November 2011.

Tabel 4.1. Karakteristik demografik irreguler migrants Afganistan berdasarkan usia, pendidikan, status pernikahan

Karakteristik Responden Jumlah %

Umur 18 - 14 14

21 - 30 30

31 - 38 38

41 - 50 tahun 18 18

Total 100 100

Pendidikan Tamat Ibtidaiyah (rendah) 75 75

Tamat Lece(sedang) 19 19

Tamat Diploma / Perguruan

Tinggi (tinggi) 6 6

Total 100 100

Status Pernikahan Menikah 65 65

Tidak Menikah 35 35

Total 100 100

Tabel 4.1. memperlihatkan karakteristik demografik dari irreguler

(51)

orang yaitu 38%, pendidikan tamat ibtidaiyah sebanyak 75 orang yaitu 75%, menikah 65 orang yaitu 65%.

Tabel 4.2. Distribusi keikutsertaan keluarga pada irreguler migrants Afganistan yang telah menikah

Keikutsertaan keluarga

Jumla

h %

Keikutsertaan keluarga

Tidak membawa keluarga 55 84.6

Membawa keluarga 10 15.4

Total 65 100

Tabel 4.2. memperlihatkan keikutsertaan keluarga pada irreguler

migrants Afganistan yang telah menikah 55 orang yaitu 84.6% tidak

[image:51.595.110.534.446.633.2]

membawa keluarga.

Tabel 4.3. Sindrom depresif pada irreguler migrants Afganistan Sindrom

Depresif Jumlah %

Minimal 9 9

Ringan 15 15

Sedang 33 33

Berat 43 43

Total 100 100

Tabel 4.3. memperlihatkan sindrom depresif berat paling banyak pada

irreguler migrants Afganistan sebanyak 43 orang yaitu 43%, diikuti oleh

(52)

Tabel 4.4. Rerata dan standar deviasi BDI II pada Irreguler migrants Afganistan

BDI II Rerata Standar Deviasi (SD)

24.4 7.3

Tabel 4.4 memperlihatkan bahwa sindrom depresif pada irreguler

migrants Afganistan berdasarkan nilai rerata dan standar deviasi BDI II

diperoleh 24.4 SD 7,3.

Tabel 4.5. Hubungan kelompok usia dengan sindrom depresif pada irreguler migrants Afganistan

Usia

Depresi

P Minimal Ringan Sedang Berat

n % n % n % n %

18 - 1 11.1 1 6.7 6 18.2 6 14.0

21 - 4 44.4 4 26.7 6 18.2 16 37.2

0.60*

31 - 3 33.3 5 33.3 15 45.5 15 34.9

41 - 50 tahun 1 11.1 5 33.3 6 18.2 6 14.0

Total 9 100 15 100 33 100 43 100 *Chi Square P < 0,05, degree of freedom (df)=9

Tabel 4.5. memperlihatkan bahwa sindrom depresif pada kelompok usia 21 – tahun sebanyak 16 orang yaitu 37.2% berupa sindrom depresif berat, dan kelompok usia 31 – tahun 15 orang yaitu 45.5% berupa sindrom depresif sedang dan 15 orang yaitu 34.9% berupa sindrom depresif berat dan kelompok usia 21 – tahun 4 orang yaitu 44.4% minimal. Tidak terdapat hubungan bermakna antara kelompok usia dengan sindrom depresif pada

(53)

Tabel 4.6. Hubungan tingkat pendidikan dengan sindrom depresif pada irreguler migrants Afganistan

Tingkat pendidikan

Depresi

P Minimal Ringan Sedang Berat

n % n % n % n %

Rendah 4 44.4 9 60 28 84.8 34 79.1

Sedang 4 44.4 5 33.3 3 9.09 7 16.3 0,03*

Tinggi 1 11.1 1 6.67 2 6.06 2 4.7

Total 9 100 15 100 33 100 43 100

[image:53.595.108.513.160.410.2]

*Chi Square P < 0,05 df=6

Tabel 4.6. memperlihatkan bahwa sindrom depresif terbanyak pada tingkat pendidikan rendah 34 orang yaitu 79.1% berupa sindrom depresif berat, 28 orang yaitu 84.8% sindrom depresif sedang, 9 orang yaitu 60% sindrom depresif ringan dan 4 orang yaitu 44.4% minimal. Terdapat hubungan bermakna antara tingkat pendidikan dengan sindrom depresif pada irreguler

[image:53.595.107.520.594.748.2]

migrants Afganistan P = 0.03.

Tabel 4.7. Hubungan status pernikahan dengan sindrom depresif pada irreguler migrants Afganistan

Status pernikahan

Depresi

P Minimal Ringan Sedang Berat

n % n % n % n %

Menikah 8 88.9 11 73.3 21 63.6 25 58.1

0,89* Tidak

menikah 1 11.1 4 26.7 12 36.4 18 41.9

(54)

*Chi Square P < 0.05, df=3

Tabel 4.7. memperlihatkan bahwa sindrom depresif terbanyak pada kelompok yang menikah, 25 orang yaitu 58,1% berupa sindrom depresif berat, 21 orang yaitu 63.6% merupakan sindrom depresif sedang, 11 orang yaitu 73.3% merupakan sindrom depresif ringan dan 8 orang yaitu 88.9% minimal. Tidak terdapat hubungan bermakna antara status pernikahan dengan sindrom depresif pada irreguler migrants Afganistan P = 0.89.

Tabel 4.8. Hubungan keikutsertaan keluarga dengan sindrom depresif pada irreguler migrants Afganistan

Keikutsertaa n keluarga

Depresi

P Minimal Ringan Sedang Berat

n % n % n % n %

tidak membawa

keluarga

4

44.

4 7 70 12 92.3 32 97

0,01*

Membawa

keluarga 5

55.

6 3 30 1 7.7 1 3

Total 9 100 10 100 13 100 33 100

*Chi Square P < 0.05 df=3

(55)
[image:55.595.107.530.156.333.2]

Tabel 4.9. Analisis hubungan pendidikan dengan sindrom depresif pada irreguler migrants Afganistan

Tidak di

jumpai sindrom depresif

Di jumpai sindrom depresif

P OR IK 95%

n % n %

Pendidikan Rendah 8 88.9 66 72.5

0.03 3.03* 1.34 4.97

Tinggi 1 11.1 25 27.5

Total 9 100 91 100

*Regresi Logistik

Tabel 4.9 dapat dianalisis pada kelompok pendidikan rendah sebanyak 8 orang yaitu 88.9% tidak dijumpai sindrom depresif dan 66 orang yaitu 72.5% dijumpai sindrom depresif. Dengan regresi logistik maka nilai OR (Odd

Ratio), yaitu sebesar 3.03 dengan IK (Interval Kepercayaan) 95% antara 1.34

sampai dengan 4.97 yang berarti kelompok pendidikan rendah pada irreguler

migrants Afganistan mempunyai kemungkinan 3.03 kali untuk mengalami

(56)
[image:56.595.106.545.156.373.2]

Tabel 4.10. Analisis hubungan keikutsertaan keluarga dengan sindrom depresif pada irreguler migrants Afganistan

Tidak di

jumpai sindrom depresif

Di jumpai sindrom depresif

P OR IK 95%

n % n %

Keikutsertaan

Tidak

membawa 4 44.4 51 95.3

keluarga keluarga

0.01 2.83* 1.67 7.34

Membawa 5 55.6 5 4.7

keluarga

Total 9 100 56 100

*Regresi logistik

(57)

BAB 5. PEMBAHASAN

Penelitian “Sindrom Depresif Pada Irreguler Migrant Afganistan di Lokasi Pengungsi Padang Bulan dihubungkan dengan Usia, Pendidikan, Status Pernikahan dan Keikutsertaan K

Gambar

Tabel 3.4.1. Perhitungan besar sampel 34-36
Tabel 4.1. Karakteristik demografik irreguler migrants Afganistan
Tabel 4.3. Sindrom depresif pada irreguler migrants Afganistan
Tabel 4.7. Hubungan status pernikahan dengan sindrom depresif pada
+4

Referensi

Dokumen terkait

Perubahan desain dan pengembangan harus ditunjukkan dan rekamannya dipelihara. Perubahan harus ditinjau, diverifikasi dan dibenarkan,secara sesuai, dan disetujui

Khusus untuk wilayah laut kedaulatan suatu negara tidak bersifat mutlak artinya kedaulatan atas kekuasan negara atas wilayah laut dalam pengelolaan dan pemanfaatannya

[r]

Setiap instruksi (seperti.. tambah atau simpan) memiliki sandi atau kode yang berbeda atau dengan kata lain setiap mikroprosesor memilki Op-Code yang berbeda

[r]

1) Perencanaan, yaitu persiapan yang bertolak dari ide awal, hasil pra survey, dan hasil diagnosis yang terkait dengan pemecahan masalah atau fokus tindakan

[r]

1 Perilaku karyawan terhadap kepercayaan pelanggan 5.5 2 Keamanan dalam bertransaksi 6.0 3 Karyawan memiliki kejujuran dalam melayani konsumen 4.5 4 Karyawan memiliki pengetahuan