• Tidak ada hasil yang ditemukan

Efek Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Teh Hijau (Camellia Sinensis) Yang Diperoleh Dengan Metode Soxhletasi Terhadap Bakteri Staphylococcus Aureus Dan Escherichia Coli Secara In Vitro

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Efek Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Teh Hijau (Camellia Sinensis) Yang Diperoleh Dengan Metode Soxhletasi Terhadap Bakteri Staphylococcus Aureus Dan Escherichia Coli Secara In Vitro"

Copied!
59
0
0

Teks penuh

(1)

Efek Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Teh Hijau (Camellia

sinensis) yang Diperoleh dengan Metode Soxhletasi terhadap

Bakteri Staphylococcus Aureus dan Escherichia coli secara In

Vitro

Oleh:

MICHAEL

090100080

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

HALAMAN PERSETUJUAN

Penelitian dengan Judul :

Efek Antibakteri Ekstrak Ethanol Daun Teh Hijau (

Camellia sinensis

) yang

Diperoleh dengan Metode Soxhletasi terhadap Bakteri

Staphylococcus

aureus

dan

Escherichia coli

secara In Vitro

Yang dipersiapkan oleh:

MICHAEL

0901000080

Hasil Penelitian ini telah diperiksa dan disetujui untuk

disampaikan pada Seminar Hasil Penelitian

Medan, 7 Desember 2012

Disetujui,

Dosen Pembimbing

(3)

ABSTRAK

Pendahuluan. Teh hijau merupakan minuman yang banyak dikonsumsi masyarakat dan diketahui memiliki banyak efek biologis dimana salah satunya adalah sebagai antibakteri. Penyakit infeksi merupakan masalah utama pada negara-negara berkembang. Staphylococcus aureus dan Escherichia coli merupakan dua jenis bakteri yang paling sering menyebabkan infeksi baik dalam masyarakat maupun secara nosokomial.

Metode. Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat apakah terdapat daya antibakteri dari ekstrak etanol daun teh hijau terhadap Staphylococcus aureus dan Escherichia coli. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan Posttest Only Control Group Design.

Hasil. Sebanyak 32 sampel diidentifikasi di Laboratorium Mikrobiologi FK USU dengan deskripsi 16 sampel Staphylococcus aureus dan 16 sampel Escherichia coli kemudian diuji menggunakan ekstrak etanol daun teh hijau dengan metode difusi cakram pada agar Mueller-Hinton. Hasil penelitian menununjukkan terdapat zona hambat terhadap bakteri Staphylococcus aureus dan Escherichia coli. Rata-rata zona hambat untuk Staphylococcus aureus 29,875 mm dan untuk Escherichia coli 16,1875 mm. Data penelitian kemudian diproses dengan uji t independen dan didapatkan nilai signifikansi .000 (<.05) dimana terdapat perbedaan zona hambat ekstrak etanol daun teh hijau antara Staphylococcus aureus dan Escherichia coli.

Diskusi. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa terdapat zona hambat penggunaan ekstrak etanol daun teh hijau terhadap Staphylococcus aureus dan Escherichia coli. Terdapat juga perbedaan zona hambat ekstrak etanol daun teh hijau terhadap bakteri Staphylococcus aureus dan Escherichia coli.

(4)

ABSTRACT

Introduction. Green tea is a kind of drinks that is commonly consumed by community and known to have many biological activities; including antibacterial effect. In developed countries, infectious diseases are still as the main issue. Staphylococcus aureus and Escherichia coli are the two types of microorganisms that are commonly the cause of community or nosocomial infection.

Method. The aim of this research is to determine the existence of an antibacterial effect of green tea leaves ethanol extract to Staphylococcus aureus and Escherichia coli. This research is an experimental study with Posttest Only Control Group Design.

Result. As much as 32 samples were identified in North Sumatera University Microbiology Department Laboratory. 16 samples were identified as Staphylococcus aureus and 16 others as Escherichia coli. Sensitivity test of green tea leaves ethanol extract was then performed on the bacteria in Mueller-Hinton Broth using disc diffusion method. The result of the experiment shows that the mean of inhibitory zone of Staphylococcus aureus is 29,875 mm and is 16,1875 mm for Escherichia coli. The data then were processed with t-independent test and has significant value of .000 (<.05), meaning that there is a difference in the inhibitory zone of green tea leaves ethanol extract to Staphylococcus aureus and Escherichia coli.

Discussion. The conclusion of this experiment proves the existence of an antibacterial effect of green tea leaves ethanol extract and the difference in the mean of inhibitory zone of green tea leaves ethanol extract to Staphylococcus aureus and Escherichia coli.

(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya yang begitu besar sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan laporan hasil penelitian ini. Sebagai salah satu area kompetensi dasar yang harus dimiliki oleh seorang dokter umum, laporan hasil penelitian ini disusun sebagai rangkaian tugas akhir dalam menyelesaikan pendidikan di program studi Sarjana Kedokteran, Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada semua pihak yang telah turut serta membantu penulis dalam menyelesaikan laporan hasil penelitian ini, diantaranya:

1. Kepada Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp.PD-KGEH, selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

2. Kepada dosen pembimbing dalam penulisan penelitian ini, dr. Evita Mayasari, MKes, yang dengan sepenuh hati telah meluangkan segenap waktu untuk membimbing dan mengarahkan penulis, hingga selesainya proposal penelitian ini.

3. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada dr. Soegiarto Gani, Sp.PD yang telah menjadi dosen penasehat akademik penulis selama menjalani pendidikan di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

4. Kepada kedua orangtua penulis, Ayahanda Alex Darmawan dan Ibunda Winnie Darryl Pongo atas doa, perhatian, dan dukungan yang tidak pernah putus sebagai bentuk kasih sayang kepada saya.

5. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada teman kelompok bimbingan Karya Tulis Ilmiah yang selalu bersama - sama memberikan pengertian, dorongan, serta bantuan dalam penyusunan proposal ini.

(6)

Harley Septian, Hendra Raharja, Tommy Rizki Hutagalung, dan banyak lagi yang tidak dapat saya sebut dan paparkan satu persatu.

Cakupan belajar sepanjang hayat dan mengembangkan pengetahuan baru, dalam area kompetensi KIPDI-3, telah memotivasi penulis untuk melaksanakan penelitian yang berjudul ”Efek Antibakteri Ekstrak Ethanol Daun Teh Hijau (Camellia sinensis) yang Diperoleh dengan Metode Soxhletasi terhadap Bakteri Staphylococcus aureus dan Escherichia coli secara In Vitro” ini. Semoga penelitian ini dapat memberikan sumbangsih bagi perkembangan ilmu pengetahuan khusunya di bidang ilmu kedokteran.

Penulis menyadari bahwa penulisan proposal penelitian ini masih belum sempurna, baik dari segi materi maupun tata cara penulisannya. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi perbaikan proposal penelitian ini.

Medan,7 Desember 2012

(7)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN PERSETUJUAN ... i

ABSTRAK ... ii

ABSTRACT ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

2.1.5. Efek Antimikroba Teh Hijau ... 10

2.1.6. Metode Ekstraksi Soxhletasi ... 11

2.2. Bakteri ... 12

2.2.1. Staphylococcus aureus ...12

2.2.2. Escherichia coli……….16

2.2.3. Perbedaaan Bakteri Gram Negatif dan Gram Positif………...18

2.3. Antimikroba ... 19

2.3.1. Mekanisme Kerja Antimikroba ... 19

2.3.2. Cara Pengukuran Aktivitas Antimikroba ... 20

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL ... 21

3.1. Kerangka Konsep ... 21

3.2. Definisi Operasional ... 21

3.3. Hipotesis ... 23

BAB 4 METODE PENELITIAN ... 24

4.1. Jenis Penelitian ... 24

4.2. Waktu dan Tempat Penelitian ... 24

4.3. Sampel Penelitian ... 24

4.4. Metode Pengumpulan Data ... 25

(8)

4.6. Prosedur dan Teknik Penelitian ... 26

4.7. Metode Pengolahan dan Analisis Data ... 28

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 29

5.1. Hasil Penelitian ... 24

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 29

5.1.2. Deskripsi Karakteristik Sampel Penelitian ... 29

5.2. Hasil Analisis Data ... 29

5.2.1. Hasil Uji Daya Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Teh Hijau (Camellia sinensis) ... 29

5.2.2. Hasil Analisis Statistik ... 32

5.3. Pembahasan ... 34

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ... 36

6.1. Kesimpulan ... 36

6.2. Saran ... 36

DAFTAR PUSTAKA ... 37

(9)

Daftar Tabel

Tabel. 2.1. Jenis-Jenis Flavonoid ... 7 Tabel. 2.2. Jenis-Jenis dan Karakteristik Staphylococcus spp. yang Sering

(10)

Daftar Gambar

Gambar. 2.1. Daun Camellia sinensis ... 6

Gambar. 2.2. Struktur Kimia Flavonoid ... 8

Gambar. 2.3. Struktur Kimia Catechin ... 10

Gambar. 2.4. Koloni Staphylococcus aureus ... 13

Gambar. 2.5. Staphylococcus aureus dilihat dengan Mikroskop Elektron ... 13

Gambar. 2.6. Struktur Staphylococcus aureus ... 16

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

(12)

ABSTRAK

Pendahuluan. Teh hijau merupakan minuman yang banyak dikonsumsi masyarakat dan diketahui memiliki banyak efek biologis dimana salah satunya adalah sebagai antibakteri. Penyakit infeksi merupakan masalah utama pada negara-negara berkembang. Staphylococcus aureus dan Escherichia coli merupakan dua jenis bakteri yang paling sering menyebabkan infeksi baik dalam masyarakat maupun secara nosokomial.

Metode. Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat apakah terdapat daya antibakteri dari ekstrak etanol daun teh hijau terhadap Staphylococcus aureus dan Escherichia coli. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan Posttest Only Control Group Design.

Hasil. Sebanyak 32 sampel diidentifikasi di Laboratorium Mikrobiologi FK USU dengan deskripsi 16 sampel Staphylococcus aureus dan 16 sampel Escherichia coli kemudian diuji menggunakan ekstrak etanol daun teh hijau dengan metode difusi cakram pada agar Mueller-Hinton. Hasil penelitian menununjukkan terdapat zona hambat terhadap bakteri Staphylococcus aureus dan Escherichia coli. Rata-rata zona hambat untuk Staphylococcus aureus 29,875 mm dan untuk Escherichia coli 16,1875 mm. Data penelitian kemudian diproses dengan uji t independen dan didapatkan nilai signifikansi .000 (<.05) dimana terdapat perbedaan zona hambat ekstrak etanol daun teh hijau antara Staphylococcus aureus dan Escherichia coli.

Diskusi. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa terdapat zona hambat penggunaan ekstrak etanol daun teh hijau terhadap Staphylococcus aureus dan Escherichia coli. Terdapat juga perbedaan zona hambat ekstrak etanol daun teh hijau terhadap bakteri Staphylococcus aureus dan Escherichia coli.

(13)

ABSTRACT

Introduction. Green tea is a kind of drinks that is commonly consumed by community and known to have many biological activities; including antibacterial effect. In developed countries, infectious diseases are still as the main issue. Staphylococcus aureus and Escherichia coli are the two types of microorganisms that are commonly the cause of community or nosocomial infection.

Method. The aim of this research is to determine the existence of an antibacterial effect of green tea leaves ethanol extract to Staphylococcus aureus and Escherichia coli. This research is an experimental study with Posttest Only Control Group Design.

Result. As much as 32 samples were identified in North Sumatera University Microbiology Department Laboratory. 16 samples were identified as Staphylococcus aureus and 16 others as Escherichia coli. Sensitivity test of green tea leaves ethanol extract was then performed on the bacteria in Mueller-Hinton Broth using disc diffusion method. The result of the experiment shows that the mean of inhibitory zone of Staphylococcus aureus is 29,875 mm and is 16,1875 mm for Escherichia coli. The data then were processed with t-independent test and has significant value of .000 (<.05), meaning that there is a difference in the inhibitory zone of green tea leaves ethanol extract to Staphylococcus aureus and Escherichia coli.

Discussion. The conclusion of this experiment proves the existence of an antibacterial effect of green tea leaves ethanol extract and the difference in the mean of inhibitory zone of green tea leaves ethanol extract to Staphylococcus aureus and Escherichia coli.

(14)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Negara Indonesia dikenal akan kekayaan sumber daya alamnya. Teh merupakan salah satu kekayaan alam di Indonesia dan menjadi minuman pilihan yang dikonsumsi oleh masyarakat sebagai pendamping makanan karena dipercayai dapat membantu proses pencernaan. Biarpun begitu, teh tidak mengandung nilai nutrisi yang banyak. Teh juga memiliki efek yang menyegarkan dan memberikan rasa nyaman. Efek tersebut disebabkan oleh karena adanya kandungan kafein yang ada di dalam teh, dimana kafein dikenal memiliki efek stimulant dan anti-soporific, yaitu untuk meningkatkan mood, menurunkan derajat kelelahan, dan meningkatkan kapasitas kerja seseorang (Rall, 1990).

Teh hijau merupakan teh yang tidak mengalami proses fermentasi dan telah dikonsumsi selama berabad-abad sebagai minuman dan dihargai oleh karena nilai medisnya. Pemeriksaan fitokimia pada teh menunjukkan adanya senyawa-senyawa seperti alkaloid, saponin, tannin, cathecin, dan polifenol (Sofowara, 1984; Opara, 1992). Komponen lain pada teh, yaitu polifenol, dapat memberikan efek farmakologis pada seseorang. Polifenol dalam teh juga memiliki banyak efek biologis pada manusia, mulai dari efeknya sebagai antioksidan, anti penuaan, anti kanker, anti karies gigi, dan antibakteri (Mahmood et al., 2010).

(15)

Masalah utama dalam bidang ilmu kedokteran sekarang terkait berat dengan kejadian-kejadian infeksi . Hal tersebut ditunjukkan oleh banyaknya data-data yang memperlihatkan angka kesakitan dan kematian oleh karena penyakit-penyakit infeksi. Salah satu bakteri yang paling sering menimbulkan infeksi dalam komunitas maupun secara nosokomial adalah Staphylococcus aureus (Wisplinghoff et al., 2004).

Staphylococcus aureus merupakan patogen oportunistik yang

berkolonisasi di permukaan kulit dan mukosa individu. Tiga puluh sampai lima puluh persen bakteri tersebut berkolonisasi pada individu yang sehat dan sepuluh sampai dua puluh persennya menetap secara persisten pada individu itu (Noble et al., 1967). Bakteri tersebut mampu menimbulkan penyakit-penyakit yang berspektrum luas pada manusia dimulai dari penyakit yang disebabkan oleh toxin, seperti toxic shock syndrome, sampai dengan penyakit-penyakit yang mematikan seperti septicemia, endocarditis, pneumonia, dan osteomyelitis (Hsu, 2005; Nickerson et al., 2009 ).

Kejadian infeksi oleh Staphylococcus baik secara nosokomial ataupun di komunitas telah meningkat 20 tahun terakhir ini. Hal itu disebabkan oleh karena meningkatnya pemakaian alat-alat kedokteran yang bersifat intravascular seperti jarum infus, jarum suntik dan sebagainya. Sejak tahun 1990 sampai 1992, Staphylococcus aureus merupakan penyebab tersering kasus pneumonia nosokomial, infeksi pada daerah luka pasca operasi, dan infeksi sistemik menurut The National Nosocomial Infections Surveillance System of The Centers for Disease Control and Prevention (CDC) (Emori, 1993).

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa kejadian infeksi oleh karena Staphylococcus aureus tinggi di negara yang berpendapatan rendah di Asia. Suatu penelitian di Thailand yang sampelnya berasal dari 1000 pasien rawat inap di rumah sakit menunjukkan bahwa Staphylococcus aureus merupakan penyebab bakteremia ketiga sesudah Escherichia coli dan Burkholderia pseudomallei, dan memiliki angka mortalitas sampai 48%.

(16)

penelitian di beberapa negara menemukan bahwa Staphylococcus aureus resisten terhadap obat golongan penisilin dan juga turunanannya seperti methicillin (Jalalpoor, 2011 dan Charlebois et al., 2004).

Bakteri lain yang sering menyebabkan infeksi adalah Eschericia coli. Bakteri ini ditemukan biasanya pada usus manusia dan infeksi karena bakteri ini biasanya ditransmisikan melalui makanan yang terkontaminasi. Gejala-gejala infeksi Escherichia coli berupa diare dan kram abdomen. Biasanya infeksi oleh karena Escherichia coli tidak berbahaya. Namun, pada beberapa kasus, infeksi tersebut bisa mengancam jiwa (Jawetz, 2007).

Escherichia coli paling banyak menyebabkan infeksi saluran kemih secara nosokomial (Jawetz, 2007). Hal tersebut dapat dilihat pada penelitian oleh Obiogbolu et al. (2009) terhadap ibu hamil yang mendapat rawat inap di rumah sakit bahwa infeksi pada saluran kemih disebabkan paling banyak oleh Escherichia coli (37%), diikuti oleh Klebsiella spp. (20,7%) dan Proteus mirabilis (16,7%). Masalah lainnya berhubungan dengan resistensi obat dikemukakan pada penelitian di India bahwa selain Staphylococcus yang memiliki angka resistensi tertinggi (77%), Escherichia coli menempati tempat kedua pada kejadian resistensi antibiotik (12%).

Berdasarkan data dan uraian di atas, maka peneliti merasa perlu dilakukannya penelitian terhadap efek antibakteri ekstrak etanol daun teh hijau (Camellia sinensis) yang diperoleh dengan metode soxhletasi terhadap Staphylococcus aureus dan Escherichia coli.

1.2.Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, didapatkan rumusan masalah berupa: “Apakah ekstrak etanol daun teh hijau (Camellia sinensis) yang didapatkan dengan metode soxhletasi mempunyai efek antibakteri terhadap bakteri Staphylococcus aureus dan Escherichia coli?”

(17)

Mengetahui efek antibakteri yang terdapat pada ekstrak etanol daun teh hijau (Camellia sinensis) yang diperoleh dengan metode soxhletasi.

1.3.2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui efek antibakteri ekstrak etanol daun teh hijau (Camellia sinensis) yang diperoleh dengan metode soxhletasi terhadap bakteri Staphylococcus aureus dan Escherichia coli

b. Mengetahui perbedaan efek antibakteri ekstrak etanol daun teh hijau (Camellia sinensis) yang diperoleh dengan metode soxhletasi terhadap bakteri Staphylococcus aureus dan Escherichia coli

1.4.Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat :

a) Memberikan informasi kepada masyarakat luas akan manfaat antibakteri pada ekstrak etanol daun teh hijau (Camellia sinensis) yang diperoleh dengan metode soxhletasi terhadap bakteri Staphylococcus aureus.

(18)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Teh Hijau

Teh adalah bahan minuman yang secara universal dikonsumsi di banyak negara serta berbagai lapisan masyarakat (Tuminah, 2004). Teh juga mengandung banyak bahan-bahan aktif yang bisa berfungsi sebagai antioksidan maupun antimikroba (Gramza et al., 2005).

Teh hijau merupakan teh yang tidak mengalami proses fermentasi dan banyak dikonsumsi orang karena nilai medisnya. Teh hijau kerap digunakan untuk membantu proses pencernaan dan juga karena kemampuannya dalam membunuh bakteri. Kandungan polifenol yang tinggi dalam teh hijau dimanfaatkan untuk membunuh bakteri-bakteri perusak dan juga bakteri yang menyebabkan penyakit di rongga mulut (penyakit periodontal) (Kushiyama et al., 2009). Konsumsi teh hijau juga dipercayai memiliki efek untuk menurunkan angka mortalitas pasien-pasien dengan penyakit pneumonia (Watanabe et al., 2009).

2.1.1. Taksonomi

Pada zaman dahulu, genus Camellia dibedakan menjadi beberapa spesies teh yaitu sinensis, assamica, dan irrawadiensis. Namun, pada tahun 1958, semua jenis teh secara universal dikenal sebagai suatu spesies tunggal yaitu Camellia sinensis dengan nama varietas yang berbeda. Taksonomi teh adalah sebagai berikut (Tuminah, 2004 dan Mahmood et al., 2010) :

(19)

Spesies (jenis) : Camellia sinensis

2.1.2. Morfologi Tanaman

Camellia sinensis, suatu tanaman yang berasal dari famili theaceae, merupakan pohon berdaun hijau yang memiliki tinggi 10 - 15 meter di alam bebas dan tinggi 0,6 - 1,5 meter jika dibudayakan sendiri. Daun dari tanaman ini berwarna hijau muda dengan panjang 5 - 30 cm dan lebar sekitar 4 cm. Tanaman ini memiliki bunga yang berwarna putih dengan diameter 2,5 - 4 cm dan biasanya berdiri sendiri atau saling berpasangan dua-dua (Ross, 2005). Buahnya berbentuk pipih, bulat, dan terdapat satu biji dalam masing-masing buah dengan ukuran sebesar kacang (Biswas, 2006).

Gambar. 2.1. Daun Camellia sinensis (Kress, 2011)

2.1.3. Kandungan Teh Hijau

(20)

glukosa, fruktosa, sukrosa (5-7%); lemak dalam bentuk asam linoleat dan asam linolenat; sterol dalam bentuk stigmasterol; vitamin B,C,dan E; kafein dan teofilin; pigmen seperti karotenoid dan klorofil; senyawa volatile seperti aldehida, alkohol, lakton, ester, dan hidrokarbon; mineral dan elemen-elemen lain seperti Ca, Mg, Mn, Fe, Cu, Zn, Mo, Se, Na, P, Co, Sr, Ni, K, F, dan Al (5%) (Cabrera et al., 2006).

Teh telah dilaporkan memiliki lebih dari 4000 campuran bioaktif dimana sepertiganya merupakan senyawa-senyawa polifenol. Polifenol merupakan cincin benzene yang terikat pada gugus-gugus hidroksil. Polifenol dapat berupa senyawa flavonoid ataupun non-flavonoid. Namun, polifenol yang ditemukan dalam teh hampir semuanya merupakan senyawa flavonoid (Sumpio, 2006). Senyawa flavonoid tersebut merupakan hasil metabolisme sekunder dari tanaman yang berasal dari reaksi kondensasi cinnamic acid bersama tiga gugus malonyl-CoA. Banyak jenis-jenis flavonoid yang ada di dalam teh, tetapi yang memiliki nilai gizi biasanya dibagi menjadi enam kelompok besar (Mahmood et al., 2010).

(21)

Gambar 2.2. Struktur Kimia Flavonoid (Mahmood et al.,2010)

Dari senyawa-senyawa polifenol tersebut, flavanol atau yang dikenal dengan catechin, merupakan senyawa yang memyumbangkan berat 20-30% dari daun teh yang kering. Senyawa catechin tidak berwarna, larut dalam air, dan berfungsi untuk memberikan rasa pahit pada teh. Modifikasi pada catechin dapat mengubah warna, aroma, dan rasa pada teh. Sebagai contoh, pengurangan kadar catechin dalam teh dapat menambah kualitas aroma dari suatu teh (Mahmood et

al., 2010).

Selain flavanol, ada juga senyawa yang disebut dengan flavonol. Quercetin, myricetin, dan kaemferol merupakan contoh flavonol utama yang menjadi ekstrak cair dari suatu teh. Flavonol biasanya ditemukan dalam bentuk glycosidic karena bantuk yang non-glycosidic tidak dapat larut dalam air. Selain itu, di dalam teh juga terdapat zat kafein (Mahmood et al., 2010 dan Turkoglu et al., 2010).

2.1.4. Efek Biologis Teh Hijau

(22)

Radikal bebas merupakan senyawa oksigen yang tidak stabil ditandai dengan adanya elektron-elektron yang tidak berpasangan. Penelitian oleh Naghma Khan dan Hasan Mukhtar (2007) menunjukkan bahwa sediaan teh hijau dapat menangkap Reactive Oxygen Species (ROS) seperti oksigen yang tidak berpasangan, radikal superoksida, radikal hydroksil, oksida nitrat, peroksinitrit, dan nitrogen dioksida sehingga mengurangi kerusakan pada protein, membran lipid, dan asam nukleat pada sel.

Teori radikal bebas menunjukkan bahwa stress oksidatif dan paparan lama terhadap radikal bebas dapat mempercepat proses degenerasi seperti degenerasi neuronal. Parkinson dan penyakit-penyakit kardiovaskular merupakan keadaan dimana terdapat ketidakseimbangan antara oksidan dan antioksidan. Teh hijau memiliki kemampuan untuk melindungi lipid dalam serum dan protein dari stress oksidatif yang dapat mempercepat proses penuaan. Selain itu, teh hijau juga menurunkan penanda kerusakan oksidatif pada DNA yaitu 8-oxodeoxyguanosine (8-oxodG) di ginjal dan serebrum, sehingga dikatakan memiliki efek untuk mencegah proses penuaan secara dini (Mahmood et al., 2010).

(23)

Gambar 2.3. Struktur Kimia Catechin (Carbrera et al., 2006)

Teh hijau juga dapat menjadi anti Parkinson, dimana pada proses Parkinson terjadi suatu reaksi dimana L-dopa akan dikonversi menjadi dopamine dan serotonin oleh enzim dopa dekarboksilase. Enzim tersebut ditemukan banyak terdapat pada orang yang khususnya sedang dalam pengobatan hipertensi dan juga pada penyakit Parkinson ,sehingga mengembangkan obat yang dapat secara selektif menghambat enzim tersebut menjadi suatu tantangan yang menarik. Dalam Mahmood et al. (2010), dikemukakan bahwa polifenol dalam teh hijau memiliki efek untuk berikatan dengan enzim tersebut dan bersifat suatu inaktivator yang irreversible sehingga enzim dopa dekarboksilase tidak dapat berikatan dam memecah L-dopa menjadi dopamine dan serotonin.

2.1.5. Efek Antimikroba Teh Hijau

(24)

Penggunaan antioksidan alami seperti polifenol dalam teh hijau merupakan suatu aspek penting dalam mengurangi kemungkinan infeksi yang ditularkan melalui makanan. Bakteri-bakteri seperti staphylococcus aureus, vibrio cholera, campylobacter jejuni, staphylococcus epidermidis, dan vibrio mimicus sensitif terhadap polifenol. Namun, pada penelitian didapatkan bahwa bakteri gram positif lebih sensitif daripada bakteri gram negatif (Mahmood et al., 2010).

2.1.6. Metode Ekstraksi Soxhletasi

Metode ekstraksi daun teh dilakukan dengan metode soxhletasi, yaitu suatu metode ekstraksi secara berkesinambungan dengan menggunakan pelarut yang murni. Metode ini memberikan keuntungan bahwa cairan ekstraksi yang dibutuhkan lebih sedikit dan memberikan hasil ekstrak yang lebih pekat. Namun, kerugian dari metode ini adalah membutuhkan waktu yang cukup lama yaitu sampai beberapa jam dan tidak cocok untuk mengekstraksi zat yang tidak tahan terhadap pemanasan (Voight, 1994 dan Anonim, 1986).

Pada soxhletasi, daun teh yang akan diekstraksi diletakkan dalam kertas saring Whatman No.1 di bagian dalam alat ekstraksi dan gelas yang bekerja berkesinambungan. Wadah gelas yang mengandung kertas saring tersebut diletakkan di antara labu penyulingan dengan pendingin aliran balik dan dihubungkan dengan labu melalui pipa. Labu tersebut berisi ethanol, yang menguap dan mencapai ke dalam pendingin aliran balik melalui pipet, berkondensasi di dalamnya, menetes ke atas bahan yang diekstraksi dan menarik keluar zat yang akan diekstraksi. Larutan kemudian akan berkumpul di dalam wadah gelas, setelah mencapau tinggi maksimalnya secara otomatis dipindahkan ke dalam labu (Putri, 2008).

(25)

2.2. Bakteri

Bakteri berasal dari bahasa Latin bacterium (jamak, bacteria) adalah mikroorganisme yang kebanyakan uniseluler (bersel satu), dengan struktur yang lebih sederhana (Tamher, 2008).

Bakteri dapat dibagi menjadi dua berdasarkan pewarnaan gram yaitu bakteri gram positif dan bakteri gram negatif. Bakteri gram positif merupakan bakteri yang dapat mempertahankan zat warna primer yaitu kristal karbon ungu, sedangkan bakteri gram negatif adalah bakteri yang mampu melepas zat warna primer dan mengikat zat warna sekunder (safranin) (Kumala, 2006). Contoh bakteri gram positif adalah Staphylococcus, Streptococcus, Bacillus, Corynebacterium, Listeria, dan lain-lain. Bakteri gram negatif contohnya seperti Neisseriaceae, Escherichia, Shigella, Klabsiella, Salmonella, Vibrio, Pseudomonadaceae, Haemoplilus, Bordetella, Brucella (Lucky et al., 1994).

2.2.1. Staphylococcus aureus

Taksonomi dari bakteri Staphylococcus aureus adalah sebagai berikut : (Soemarno, 2000) :

Ordo: Eubacteriales Famili: Micrococcacea Genus: Staphylococcus

Spesies: Staphylococcus aureus

Stapylococcus merupakan bakteri gram positif berbentuk kokus bulat, berdiameter sekitar 1 mikron tersusun dalam kelompok yang tidak teratur seperti kelompok buah anggur. Bakteri ini dapat dibiakkan baik pada keadaan aerob maupun anaerob dan bersifat tidak bergerak, tidak berkapsul, dan tidak berspora. (Kayser et al., 2005).

(26)

mengkilat dan konsistensinya lunak. Warnanya yang khas adalah kuning atau coklat keemasan. (Jawetz, 2007)

Gambar. 2.4. Koloni Staphylococcus aureus (Kayser et al., 2005)

Gambar. 2.5. Staphylococcus aureus dilihat dengan mikroskop elektron (Food Doctors, 2008)

(27)

yang berspektrum luas pada manusia dimulai dari penyakit yang disebabkan oleh toxin, seperti toxic shock syndrome, sampai dengan penyakit-penyakit yang mematikan seperti septicemia, endocarditis, pneumonia, dan osteomyelitis. (Nickerson et al., 2009)

Tabel 2.2. Jenis-Jenis dan Karakteristik Staphylococcus spp. yang Sering Menyerang Manusia (Kayser et al., 2005)

Stapylococcus dapat menyebabkan penyakit baik melalui kemampuannya untuk berkembang biak dan menyebar luas di jaringan serta dengan cara menghasilkan berbagai substansi ekstraseluler. Beberapa substansi tersebut adalah: (Jawetz, 1997 dan Sherris et al., 2004)

a. Katalase

Stapylococcus menghasilkan katalase, yang mengubah hidrogen peroksida menjadi air dan oksigen

b. Koagulase dan Faktor Pengumpal

Stapylococcus menghasilkan koagulase, suatu protein mirip enzim yang dapat menggumpalkan plasma yang mengandung oksalat atau sitrat. Memproduksi koagulase dianggap sama dengan memiliki potensi menjadi patogen invasif.

(28)

c. Enzim lain

Enzim-enzim lain yang dihasilkan oleh staphylococcus antara lain adalah hialuronidase, atau faktor penyebar.

d. Eksotoksin

Alfa toksin merupakan protein heterogen yang bekerja dengan spektrum luas pada membrane sel eukariot. Alfa toksin merupakan hemolisin yang kuat. Beta toksin dapat menguraikan sfingomielin sehingga toksin untuk berbagai sel, termasuk sel darah merah manusia. Delta toksin melisiskan sel darah merah manusia dan hewan. Lamda toksin bersifat heterogen dan terurai menjadi beberapa subunit pada deterjen non ionik. Toksin tersebut mengganggu membrane biologik dan dapat berperan pada penyakit diare akibat Staphylococcus aureus. e. Leukosid

Toksin Staphylococcus aureus ini memiliki dua komponen. Leukosid dapat membunuh sel darah putih manusia dan kelinci. Kedua komponen tersebut bekerja secara sinergi pada membran sel darah putih membentuk pori-pori dan meningkatkan permeabilitas kation.

f. Toksin Eksfoliatif

Toksin ini menyebabkan pemisahan interseluler lapisan epidermis antara stratum spinosum dan stratum granulosum, mungkin melalui disrupsi tautan interseluler. Terdapat dua varian toksin eksoliatif, yaitu varian yang bersifat antigenik pada manusia dan varian yang bertindak sebagai antibodi yang memberi efek anti toksik terhadap toksin itu sendiri.

g. Enterotoksin

(29)

Gambar 2.6. Struktur Staphylococcus aureus (Lowy, 1998)

2.2.2. Escherichia coli Ordo : Eubacteriales

Famili : Enterobacteriaceace Genus : Eschericia

Spesies : Eschericia coli

Escherichia coli merupakan bakteri Gram negatif yang berbentuk batang pendek (kokobasil) dengan ukuran 0,4-0,7 μm, tidak berspora dan beberapa strain mempunyai kapsul. Eschericia coli tumbuh baik pada hampir semua media yang biasa di pakai di laboratorium Mikrobiologi; pada media yang digunakan untuk isolasi kuman enterik, sebagian besar strain E.coli tumbuh sebagai koloni yang meragi laktosa. E.coli bersifat fakultatif anaerob (Jawetz, 2007). Beberapa strain bila ditanam pada agar darah menunjukkan hemolisis tipe beta (Lucky et al, 1994).

(30)

berwarna merah atau merah jambu, bulat, dan tidak berlendir. Namun, pada Eosin methylene blue agar, E.coli menghasilkan koloni yang berwarna metallic green .

Gambar. 2.7. Koloni Bakteri Escherichia coli (Kayser et al., 2005) Escherichia coli merupakan penyebab infeksi saluran kemih yang paling sering pada sekitar 90% infeksi saluran kemih pertama pada wanita muda. Gejala dan tanda-tandanya antara lain sering berkemih, disuria hematuria, dan piuria. Nyeri pinggang ditimbulkan oleh infeksi saluran kemih bagian atas. (Jawetz, 2007) Adapun faktor-faktor patogenitas dari Eschericia coli sebagai berikut: (Lucky et al, 1994)

a. Antigen permukaan

Pada E.coli paling tidak terdapat 2 tipe fimbria, yaitu tipe sensitif manosa (pili) dan tipe resisten manosa (CFAS I & II). Kedua tipe fimbriae ini penting sebagai colonization factor, yaitu untuk perlekatan sel bakteri pada sel/jaringan inang.

b. Enterotoksin

(31)

Toksin LT bekerja merangsang enzim adenil siklase yang terdapat di dalam sel epitel mukosa usus halus, menyebabkan peningkatan aktivitas enzim tersebut dan terjadinya peningkatan permeabilitas sel epitel usus yang akan mengakibatkan akumulasi cairan di dalam usus dan berakhir dengan diare.

Toksin ST adalah asam amino dengan berat molekul 1970 dalton, mempunyai satu atau lebih ikatan disulfide, yang penting untuk mengatur stabilitas pH dan suhu. Toksin ini bekerja dengan cara mengaktivasi enzim guanilat siklase menghasilkan siklik guanosin monofosfat, menyebabkan gangguan absorpsi klorida dan natrium, selain itu ST juga menurunkan motilitas usus halus.

c. Hemolisin

Peranan hemolisin pada infeksi oleh E.coli tidak jelas tetapi strain hemolitik E.coli ternyata lebih pathogen daripada strain yang nonhemolitik.

2.2.3. Perbedaan Bakteri Gram Positif dan Gram Negatif

Bakteri gram positif dan bakteri gram negatif memiliki perbedaan yang jelas pada dinding selnya.

(32)

2.3. Antimikroba

Antimikroba merupakan substansi yang dihasilkan oleh suatu mikroorganisme, yang mempunyai kemampuan untuk menghambat pertumbuhan ataupun membunuh mikroorganisme lain.

Aktivitas antimikroba diukur in vitro untuk menentukan potensi agen antibakteri dalam larutan, konsentrasinya dalam cairan tubuh atau jaringan, dan kerentanan mikroorganisme tertentu terhadap obat dengan konsentrasi tertentu. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi aktivitas antimikroba in vitro yaitu pH lingkungan, komponen medium, stabilitas obat, ukuran inokulum, lama inkubasi, dan aktivitas metabolik mikroorganisme (Warsa, 1994).

2.3.1. Mekanisme Kerja Antimikroba

Ada beberapa mekanisme kerja antimikroba, yaitu: (Jawetz, 1997) a. Menghambat sintesis dinding sel

Bakteri mempunyai dinding sel yang mempertahankan bentuk dan ukuran mikroorganisme, yang mempunyai tekanan osmotik internal yang tinggi. Cedera pada dinding sel atau inhibisi pada pembentukannya dapat menyebabknan sel menjadi lisis. Contoh antimikroba golongan ini adalah penisilin, fosfomisin, sikloserin.

b. Menghambat fungsi membran sel

Sitoplasma semua sel yang hidup diikat oleh membran sitoplasma, yang bekerja sebagai transpor aktif, sehingga mengontrol komposisi internal sel. Jika fungsi itu terganggu akan menyebabkan kerusakan dan kematian sel. Contoh antimikroba golongan ini adalah amfoterisin B, kolisistin, imidazole.

c. Menghambat sintesis protein

Sintesis protein merupakan hasil akhir dari dua proses utama, yaitu transkripsi atau sintesis asam ribonukleat yang DNA-dependent dan translasi atau sintesis protein yang RNA-dependent. Contoh antimikroba golongan ini adalah eritromisin, linkomisin, tetrasiklin.

(33)

Struktur molekul DNA erat kaitannya dengan dua peran utama yaitu duplikasi dan transkripsi. Contoh antimikroba golongan ini adalah kuinolon, pirimetamin, rifampisin, sulfonamide.

2.3.2. Cara Pengukuran Aktivitas Antimikroba

Penentuan kepekaan bakteri patogen terhadap antimikroba dapat dilakukan dengan salah satu metode utama yaitu metode dilusi ataupun metode difusi. Dalam Jawetz (2007), metode-metode utama yang dapat digunakan adalah:

a. Metode Dilusi

Sejumlah zat antimikroba dimasukkan ke dalam medium bakteriologi padat atau cair. Biasanya digunakan pengenceran dua kali lipat zat antimikroba. Medium akhirnya diinokulasi dengan bakteri yang diuji dan diinokulasi.

Tujuan akhirnya adalah mengetahui seberapa banyak jumlah zat antimikroba yang diperlukan untuk menghambat pertumbuhan atau membunuh bakteri yang diuji. Kelemahan uji kepekaan dilusi agar membutuhkan waktu yang banyak, prosedur yang rumit dan tidak praktis.

b. Metode Difusi

(34)

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1. Kerangka Konsep

Gambar 3.1. Kerangka Konsep penelitian

3.2. Definisi Operasional a. Daun teh hijau

Daun teh hijau adalah daun teh yang tidak mengalami proses fermentasi dan dikonsumsi masyarakat sebagai minuman pendamping makanan.

b. Staphylococcus aureus

Staphylococcus aureus adalah bakteri batang gram positif dengan diameter 0.7-1.2 mm yang berasal dari famili Micrococcaceae yang tumbuh dengan bentuk buah anggur pada media padat. Staphylococcus juga ditandai dengan hasil positif dari tes katalase dan adanya enzim-enzim koagulase.

Ekstrak ethanol daun teh hijau (Camellia

sinensis)

Daya antibakteri

Staphylococcus aureus

Zona hambat

Ada Tidak ada

Daya antibakteri

Escherichia coli

Zona hambat

(35)

c. Escherichia coli

Escherichia coli merupakan bakteri gram negatif yang berbentuk batang pendek (kokobasil) dengan ukuran 0,4 - 0,7 µm, tidak berspora, dan beberapa strain memiliki kapsul. Eschericia coli juga tumbuh dengan baik di berbagai media.

d. Daya antibakteri

Daya antibakteri merupakan kemampuan untuk menghambat atau membunuh suatu bakteri.

e. Zona hambat

Zona hambat merupakan daerah di sekitar/di sekeliling cakram antimikroba yang bersih dan tidak ditumbuhi oleh koloni bakteri yang diukur untuk menentukan ada tidaknya daya antibakteri suatu zat yang diuji terhadap organism uji

- Cara ukur : cara difusi cakram - Alat ukur : jangka sorong - Hasil ukur :

Untuk kuman Staphylococcus aureus :

• Ada, jika terdapat zona hambat diukur dengan jangka sorong

• Tidak ada, jka tidak terdapat zona hambat

Untuk kuman Escherechia coli :

(36)

• Tidak ada, jka tidak terdapat zona hambat

- Skala ukur : numerik (dalam mm)

3.3. Hipotesis

Dengan mempertimbangkan landasan teori yang telah dikemukakan sebelumnya, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah:

1. Ada daya antibakteri ekstrak ethanol daun teh hijau (Camellia sinensis) yang diperoleh dengan metode soxhletasi terhadap bakteri Staphylococcus aureus dan Escherichia coli

(37)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan Posttest Only Control Group Design, dengan tujuan untuk melihat efek antibakteri ekstrak ethanol daun teh hijau (Camellia sinensis) yang diperoleh dengan metode soxhletasi terhadap bakteri Staphylococcus aureus dan Escherichia coli.

4.2. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Organik Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam dan Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Waktu dilakukan penelitian adalah pada tanggal 30 Oktober 2012 – 25 November 2012.

4.3. Sampel Penelitian

Sampel penelitian yang digunakan berasal dari hasil identifikasi koloni Staphylococcus aureus dan Escherichia coli pada Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Adapun jumlah sampel yang diperlukan dihitung dengan menggunakan rumus :

(t-1) (n-1) ≥ 15 dimana:

n = jumlah sampel minimum

t = jumlah perlakuan yang akan dilakukan pada penelitian

(38)

pada Staphylococcus aureus, dan yang kedua menggunakan ekstrak daun teh untuk menilai daya antibakteri pada Escherichia coli.

(2-1) (n-1) ≥ 15 (n-1) ≥ 15 n-1 ≥ 15 n ≥ 16

Dengan demikian besar sampel minimal yang diperlukan adalah 16 sampel dengan rincian :

P1 = Daya antibakteri ekstrak etanol daun teh hijau terhadap bakteri Stapylococcus aureus (16 sampel)

P2 = Daya antibakteri ekstrak etanol daun teh hijau terhadap bakteri Escherichia coli (16 sampel)

4.4. Metode Pengumpulan Data

Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer, yaitu data yang didapat langsung dari identifikasi koloni bakteri Staphylococcus aureus dan Escherichia coli di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang akan diteliti dengan ekstrak etanol daun teh hijau (Camellia sinensis) yang diperoleh dengan metode soxhletasi.

4.5. Alat dan Bahan Penelitian

Alat-alat yang dibutuhkan dalam penelitian ini meliputi:

(39)

- Botol bertutup yang steril

Bahan-bahan yang diperlukan dalam penelitian ini adalah: - Agar Mueller Hinton

- Cairan ethanol

- Ekstrak ethanol daun teh hijau

- Biakan bakteri Staphylococcus aureus dan Escherichia coli

4.6. Prosedur dan Teknik Penelitian

1) Persiapan bakteri yang akan diuji

Bakteri yang akan diuji berasal dari hasil identifikasi koloni Staphylococcus aureus dan Eschericia coli dari Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara dengan menggunakan metode standar.

2) Persiapan ekstrak daun teh hijau

- 15 gram daun teh hijau yang sudah dikeringkan dibungkus dengan kertas saring dan dimasukkan ke dalam alat soxhlet.

- Kemudian alat soxhlet disambungkan ke gelas labu yang berisi ethanol dan dipanaskan dengan suhu 78-80o

- Ekstraksi dengan metode soxhletasi dilakukan sampai 32 siklus atau sampai hasil ekstraksi bening

C.

- Filtrat kemudian dimasukkan ke dalam alat Rotaric evaporator untuk menguapkan pelarut dan mendapatkan ekstrak yang lebih pekat.

- Simpan ekstrak dalam botol steril dalam suhu 25o (Putri, 2008)

(40)

3) Persiapan cakram berisi ekstrak etanol daun teh hijau

- Larutkan ekstrak yang telah didapat dilarutkan dengan aquadest 5-10 cc

- Aduk sehingga larutan ekstrak menjadi homogen

- Rendam cakram yang dibuat dengan melubangi kertas saring ke dalam ekstrak

- Kemudian sterilisasi dengan suhu 121o

4) Uji sensitivitas bakteri dengan metode difusi cakram

C dalam hot air oven

- Siapkan lempeng agar dalam cawan petri yang mengandung koloni bakteri yang telah diidentifikasi sebagai Staphylococcus aureus dan Escherichia coli.

- Ambil koloni bakteri yang akan diuji kepekaannya dan dimasukkan ke medium cair dalam tabung reaksi, inkubasi selama 2 - 5 jam pada suhu 36 - 37o

- Kekeruhan bakteri dalam tabung reaksi tadi disesuaikan dengan kekeruhan 0,5 Mcfarland.

C.

- Kapas lidi steril dicelupkan ke dalam medium cair yang berisi bakteri tersebut.

- Dengan gerakan menekan dan memutar, kapas lidi tersebut diusapkan pada dinding tabung.

- Kapas lidi steril tersebut kemudian diusapkan pada permukaan lempeng agar Mueller Hinton dan disebarkan secara merata pada permukaan agar tersebut.

- Diamkan selama kurang lebih 3 - 5 menit.

- Letakkan cakram berisi ekstrak ethanol daun teh hijau pada permukaan agar dengan bantuan pinset steril dan ditekan sedikit supaya melekat dengan baik.

- Inkubasi pada suhu 37o

- Kemudian periksa zona hambat di sekitar kertas cakram ekstrak ethanol daun teh hijau tersebut dan diukur diameternya dengan jangka sorong (caliper).

(41)

(Nurkalimah, 2012)

4.7. Metode Pengolahan dan Analisis Data

Data yang telah terkumpul dari hasil eksperimen akan ditabulasi untuk kemudian diolah lebih lanjut dengan menggunakan program Statistic Package for Social Science (SPSS).

(42)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1.Hasil Penelitian

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Organik MIPA USU dan Laboratorium Mikrobiologi FK USU yang berlokasi di Jalan Universitas No.1 Kecamatan Padang Bulan, Medan Baru, Sumatera Utara dengan deskripsi bahwa di Laboratorium Kimia Organik MIPA USU dilakukan pembuatan ekstrak etanol daun teh hijau (Camellia sinensis) dengan metode soxhletasi dan uji sensitivitas antibakteri dilakukan pada Laboratorium Mikrobiologi FK USU.

5.1.2. Deskripsi Karakteristik Sampel Penelitian

Sampel dalam penelitian ini merupakan biakan-biakan mikroorganisme yang telah diidentifikasi di Laboratorium Mikrobiologi FK USU sebagai Staphylococcus aureus dan Escherichia coli dengan total biakan 32 sampel dan dibagi menjadi 16 sampel untuk Staphylococcus aureus dan 16 sampel untuk Escherichia coli.

5.2.Hasil Analisa Data

5.2.1. Hasil Uji Daya Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Teh Hijau (Camellia sinensis)

(43)

Tabel 5.1. Zona hambat ekstrak etanol daun teh hijau yang diperoleh dengan metode soxhletasi terhadap Staphylococcus aureus dan Escherichia coli

Zona Hambat (mm)

No. Sampel Staphylococcus aureus

(44)

Tabel 5.3. Rata-Rata Zona Hambat Ekstrak Etanol Daun Teh Hijau

Dari tabel 5.1. didapatkan bahwa diameter zona hambat terkecil ekstrak etanol daun teh hijau terhadap Staphylococcus aureus adalah 25 mm dan diameter zona hambat terbesar adalah 33,5 mm dimana rata-rata zona hambatnya adalah 29,875 mm (SD 2,36291) (tabel 5.2.).

Dari tabel 5.1. terlihat bahwa diameter zona hambat terkecil ekstrak etanol daun teh hijau terhadap Escherichia coli adalah 10 mm dan diameter zona hambat terbesar adalah 20 mm dimana didapatkan rata-rata diameter zona hambatnya adalah 16,1875 mm (SD 2.3796) (tabel 5.3.).

(45)

Tabel 5.4. Zona hambat ciprofloxacin terhadap Staphylococcus aureus dan Escherichia coli

Zona Hambat (mm)

No. Sampel Staphylococcus aureus

5.2.2. Hasil Analisis Statistik

Untuk mengetahui daya antibakteri dari ekstrak etanol daun teh hijau (Camellia sinensis) maka data-data yang telah didapatkan di penelitian diproses dan diolah menggunakan spss versi 17.

(46)

tersebut berdistribusi normal atau tidak. Hasil pengolahan data dapat dilihat pada tabel 5.5.

Tabel 5.5. Tes normalitas terhadap zona hambat ekstrak etanol daun teh hijau dengan Shapiro Wilk test

Bakteri Sig.

Zona Hambat Staphylococcus aureus .133

Escherichia coli .319

Dari hasil tes Shapiro-wilk (sampel <30) didapatkan nilai sig .133 untuk Staphylococcus aureus dan .319 untuk Escherichia coli dimana nilai tersebut >p value (>.05) sehingga dinyatakan zona hambat ekstrak etanol daun teh hijau (Camellia sinensis) terhadap Staphylococcus aureus dan Escherichia coli berdistribusi normal. Kemudian dilakukan uji t test independent untuk melihat nilai signifikansi atau adanya perbedaan antara zona hambat ekstrak etanol daun teh hijau terhadap Staphylococcus aureus dan Escherichia coli. Hasil tersebut dirangkum dalam tabel 5.6.

Tabel 5.6. Hasil uji t independen ekstrak etanol daun teh hijau (Camellia sinensis) terhadap bakteri Staphylococcus aureus dan Escherichia coli

Levene’s test for equality of variances

t-test for equality of means

(47)

zona hambat antara ekstrak etanol daun teh hijau (Camellia sinensis) yang diperoleh dengan metode soxhletasinterhadap Staphylococcus aureus dan Escherichia coli secara in vitro.

5.3.Pembahasan

Hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa ekstrak etanol daun teh hijau (Camellia sinensis) yang diperoleh dengan metode soxhletasi memiliki aktivitas antibakteri baik terhadap bakteri Staphylococcus aureus maupun bakteri Escherichia coli yang didapatkan dengan mengukur besar diameter zona hambat di agar Mueller Hinton secara in vitro. Hasil tersebut didukung dengan penelitian oleh Gramza et al.(2005), yang menyatakan bahwa di dalam teh terdapat senyawa-senyawa cathecin dan flavonoid yang berfungsi sebagai komponen antimikroba.

Komponen catechin dalam teh hijau merupakan komponen utama yang memiliki aktivitas antibakteri sedangkan ECG, EGCG,dan EGC merupakan senyawa-senyawa utama yang berperan sebagai antibakteri (Taylor et al., 2005). Catechin memiliki efek untuk menginhibisi pembentukan enzim-enzim yang penting bagi mikroorganisme seperti protein tyrosine phosphatase pada bakteri Proveta intermedia (Okamoto et al., 2003). Sejalan dengan peningkatan derajat polimerasi dari cathecin, efektivitas dalam menghambat enzim GTase pada bakteri juga semakin meningkat. Catechin sendiri berfungsi sebagai bakterisidal dengan efek langsung dalam merusak membran sel bakteri (Gramza et al., 2005).

ECG dapat digunakan sebagai senyawa yang berguna untuk melawan resistensi bakteri Staphylococcus aureus terhadap antibiotik golongan beta-laktam (Stapleton et al., 2004). Di sisi lain, EGCG memiliki aktivitas lain sebagai senyawa antibakteri yaitu bereaksi dengan melarutkan oksigen dalam air dan membentuk senyawa hidrogen peroksida yang bersifat radikal dan bakterisidal (Gramza et al., 2005).

(48)
(49)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisa yang dilakukan, dapat ditarik kesimpulan-kesimpulan sebagai berikut :

1) Terdapat efek antibakteri ekstrak etanol daun teh hijau (Camellia sinensis) yang diperoleh dengan metode soxhletasi terhadap bakteri Staphylococcus aureus dan Escherichia coli yang diuji secara in vitro. 2) Terdapat perbedaan efek antibakteri ekstrak etanol daun teh hijau

(Camellia sinensis) yang diperoleh dengan metode soxhletasi terhadap bakteri Staphylococcus aureus dan Escherichia coli yang diuji secara in vitro.

6.2. Saran

Berdasarkan hasil penelitian dapat dibuat saran-saran sebagai berikut : 1) Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai kandungan dalam

daun teh hijau (Camellia sinensis) yang paling efektif sebagai antibakteri

2) Perlu dilakukan penelitian untuk menilai kadar inhibisi minimum (minimum inhibitory concentration) ekstrak etanol daun teh hijau (Camellia sinensis) terhadap bakteri Staphylococcus aureus dan Escherichia coli

(50)

Anonim, 1986. Sediaan Galenik. Jakarta : Departemen kesehatan Republik Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA

Biswas, K.P., 2006. Description of Tea Plant. In: Encyclopaedia of Medicinal Plants. New Delhi: Dominant Publishers and Distributors.

Cabrera, C., Artacho, R. & Gimenez, R., 2006. Beneficial Effects of Green Tea—

A Review. J Am Coll Nutr, 25(2):

79-99.

May 2012].

Charlebois, E.D., Remington, F.P., Kreiswirth, B., Bangsberg, D.R., Ciccarone, D., et al., 2004. Origins of Community Strains of Methicillin-Resistant Staphylococcus aureus. Available at [Accessed on 20 April 2012].

Emori, T.G. & Gaynes, R.P. 1993. An Overview of Nosocomial Infections, Including the Role of the Microbiology Laboratory. Available at [Accessed on 29 May 2012].

Food Doctors, 2008. The Food Safety File: Staphylococcus Aureus. Available from 2012].

Gramza, A., Korczak, J. & Amarowicz, R., 2005. Tea Polyphenols – Their Antioxidant Properties and Biological Activity – A Review. Pol. J. Food

Nutr. Sci., 14/55(3): 219-235. Available

(51)

Hsu, L.Y., Wijaya, L. & Tan, B.H., 2005. Management of Healthcare Associated Methicillin-Resistant Staphylococcus Aureus. Expert Rev. Anti Infect.

Ther., 3(6): 893–905. Available

from

2012].

Jalalpoor, S., 2011. Study of the Antibiotic Resistance Pattern Among the Bacterial Isolated from the Hospital Environment of Azzahra Hospital, Isfahan, Iran. Afr. J. Microbiol. Res., 5(20): 3317-3320. Available at

Jawetz, E., 1997. Prinsip Kerja Obat Antimikroba. Dalam: Katzung, B.G., Farmakologi Dasar Dan Klinik Edisi VI. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Jawetz, E., 2007. Mikrobiologi Kedokteran Edisi 23.Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Kayser, F.H., Bienz, K.A., Eckert, J. & Zinkernagel, R.M., 2005. General Aspects of Medical Microbiology. Medical Microbiology. Germany: Georg Thieme Verlag.

Khan, N. & Mukhtar, H., 2007. Tea Polyphenols for Health Promotion. Life Sci.,

81(7): 519–533. Available

at

Kress, H., 2011. Practical Herbs. Available

from

(52)

Kushiyama, M., Shimazaki, Y., Murakami, M., & Yamashita, Y.,2009. Relationship Between Intake of Green Tea and Periodontal Disease. J

Periodontol, 80:372-377. Available

from

2012].

Lowy, F.D., 1998. Streptococcus Infection. Available at [Accessed 20 April 2012].

Lucky et al., 1994. Batang Negatif Gram. Dalam: Syahrurachman et al. Buku Ajar Mikrobiologi kedokteran Edisi Revisi. Jakarta: Binarupa Aksara.

Mahmood, T., Akhtar, N. & Khan, B.A., 2010. The Morphology, Characteristics, and Medicinal Properties of Camellia Sinensis’ Tea. Journal of Medicinal Plants Research, 4(19): 2028-2033. Available

at

Marquez, A.J., 2005. Lotus Japonicas Handbook (Editorial Director).

Mbata, T.I., Debiao, L.U. & Saikia, A., 2008. Antibacterial activity of the crude extract of Chinese green tea (Camellia sinensis) on Listeria monocytogenes. Afr. J. Biotechnol., 7(10): 1571-1573. Available at

Nickerson, E.K., Hongsuwan, M., Limmathurotsakul, D., Wuthiekanun, V., Shah, K.R., Srisomang P., et al., 2009. Staphylococcus Aureus Bacteraemia in a Tropical Setting: Patient Outcome and Impact of Antibiotic Resistance.

(53)

at

Nickerson, E.K., West, T.E., Day N.P. & Peacock, S.J., 2009. Staphylococcus Aureus Disease and Drug Resistance in Resource-Limited Countries in South and East Asia. Lancet Infect Dis, 9: 130-135. Available

at

Noble, W.C., Valkenburg, H.A. & Wolters, C.H.L. 1967. Carriage of Staphylococcus aureus in random samples of a normal population. In : New England Journal of Medicine – Review Article. Available at

Nurkalimah, C., 2012. Daya Antibakteri Air Jeruk Nipis (Citrus aurantifolia) Terhadap Pertumbuhan Stapylococcus Aureus dan Escherichia Coli yang Diuji Secara In Vitro. Penerbit Universitas Sumatera Utara

Obiogbolu, C.H., Okonko, I.O., Anyamere, C.O., Adedeji, A.O. & Akanbi, A.O., 2009. Incidence of Urinary Tract Infections (UTIs) Among Pregnant Women in Akwa Metropolis, Southeastern Nigeria.Sci. Res. Essays, 4(8): 820-824 Available a 30 May 2012].

Okamoto M., Leung K.P., Ansai T., Sugimoto A., & Maeda N., 2003. Inhibitory Effects of Green Tea Catechins on Protein Tyrosine Phosphatase in Prevotella intermedia. Oral Microbiol. Immunol., 18: 192–195.

(54)

Prakash, S., 2006. Carbapenem Sensitivity Profile amongst Bacterial Isolated from Clinical Specimens in Kanpur City. Available at

Putri, N.A., 2008. Optimasi Pembuatan Ekstrak Daun Dewandaru (Eugenia Uniflora L.) Menggunakan Metode Soxhletasi dengan Parameter Kadar Total Senyawa Fenolik dan Flavonoid. Available at May 2012].

Rahayu M.P., Wiryosoendjoyo, K. & Prasetyo, A., 2009. Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Soxhletasi dan Maserasi Buah Makasar (Brucea Javanica (L) Merr.) terhadap Bakteri Shigella Dysentriae ATCC 9361 secara In Vitro. Available at [Accessed on 28 May 2012].

Rall, T.W., 1990. In Gilman, A.G., Rall, T.W., Nies, A.S. &Taylor, P. (eds), Goodman and Gilman’s the Pharmacological Basis of Therapeutics, 8th ed.

Ross, I.A., 2005. Tea Common Names and Its Uses. In: Medicinal Plants of the World 3rd vol. New Jersey: Humana Press.

Sherris, J.C., Ryan, K.J. & Ray, C.G., 2004. Sherris Medical Microbiology: An Introduction to Infectious Disease 4th ed. USA: Mc-Graw Hill.

Soemarno., 2000. Isolasi Dan Identifikasi Bacteri Klinik. Yogyakarta: Penerbit Akademi Analis Kesehatan Yogyakarta Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

(55)

Stagg, G.V. & Millin, D.J. 1975. The Nutritional and Therapeutic Value of Tea— a Review.

Stapleton P.D., Shah S., Anderson J.C., Hara Y.,Hamilton-Miller J.M., & Taylor P.W., 2004. Modulation of Beta-Lactam Resistance in Staphylococcus aureus by Catechins and Gallates. Int. J. Antimicrob. Agents, 23: 462–467.

Available

at

[Accessed 4 December 2012].

Sumpio, B.E., Cordova, A.C., Berke-Schlessel, D.W., Qin, F. & Chen, Q.H., 2006. Green tea, the “Asian Paradox”, and Cardiovascular Disease.

Tamher, S., 2008. Mikrobiologi Untuk Mahasiswa Keperawatan. Jakarta: Trans Info Media.

Taylor, P.W., Hamiltom-Miller, J.M.T., & Stapleton P.D., 2005. Antimicrobial Properties of Green Tea Cathecins. Food Sci Technol Bull, 2: 71-81. Available

at

Tuminah, S., 2004. Teh [Camellia sinensis O.K. var. Assamica (Mast)] sebagai Salah Satu Sumber Antioksidan. Dalam: Cermin Dunia Kedokteran. Available

at

Turkoglu, M., Ugurlu T., Gedik G., Yilmaz A.M., Yalcin A.S., 2010. In Vivo Evaluation of Black and Green Tea Dermal Products Against UV

(56)

at [Accessed 29 May 2012].

Voight, R. 1994. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. Edisi 5. GM University

Wang, Y.F., Shao, S.H., Xu, P., Yang, X.Q. & Qian, L.S., 2011. Catechin-Enriched Green Tea Extract as a Safe and Effective Agent for Antimicrobial and Anti-inflammatory Treatment. African Journal of Pharmacy and Pharmacology, 5(12): 1452-1461. Available

from

Warsa, C. U., 1994. Kokus Positif Gram. Dalam: Syahrurachman, Agus et al. Buku Ajar Mikrobiologi kedokteran Edisi Revisi. Jakarta: Binarupa Aksara.

Watanabe, I. et al., 2009. Green Tea and Death from Pneumonia in Japan: The Ohsaki Cohort Study. Am J Clin Nutr, 90:672–679. Available

from

2012].

Wisplinghoff, H., Bischoff, T., Tallent, S.M., Seifert, H., Wenzel, R.P., et al., 2004. Nosocomial Bloodstream Infections in US Hospitals: Analysis of 24.179 Cases From a Prospective Nationwide Surveillance Study. Clin

Infect Dis, 39: 309-17. Available

from

(57)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Michael

Tempat / Tanggal Lahir : Binjai / 25 Maret 1992

Agama : Buddha

Alamat : Jalan Husni Thamrin No. 15 Binjai Telepon : 061-8821126 / 085761204389 Orang Tua : Ayah : Alex Darmawan

Ibu : Winnie Darryl Pongo

Riwayat Pendidikan : 1. SD Methodist Binjai (1997-2003) 2. SMP Methodist Binjai (2003-2006) 3. SMA Sutomo 1 Medan (2006-2009)

Riwayat Pelatihan :

1. Anggota Divisi Pendidikan dan Pelatihan Tim Bantuan Medis Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara tahun 2010

2. Peserta Pelatihan Advanced Cardiopulmonary Resuscitation TBM FK USU tahun 2010

(58)

Lampiran 4 Hasil Output SPSS

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Zona Hambat

Staphylococcus aureus

16 25.00 33.50 29.8750 2.36291

Valid N (listwise) 16

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Zona Hambat Escherichia

coli

16 10.00 20.00 16.1875 2.37960

Valid N (listwise) 16

Tests of Normality

Perlakuan X

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

Zona Hambat

Ekstrak

Staphylococcus aureus .209 16 .061 .914 16 .133

Escherichia coli .134 16 .200* .937 16 .319

a. Lilliefors Significance Correction

(59)

Independent Samples Test

Levene's Test

for Equality of

Variances t-test for Equality of Means

95% Confidence Interval

of the Difference

F Sig. t df

Sig.

(2-tailed)

Mean

Difference

Std. Error

Difference Lower Upper

Zona

Hambat

Equal variances

assumed

.045 .833 16.326 30 .000 13.68750 .83837 11.97532 15.39968

Equal variances

not assumed

Gambar

Gambar. 2.1. Daun Camellia sinensis (Kress, 2011)
Gambar 2.2. Struktur Kimia Flavonoid (Mahmood et al.,2010)
Gambar 2.3. Struktur Kimia Catechin (Carbrera et al., 2006)
Gambar. 2.4. Koloni Staphylococcus aureus (Kayser et al., 2005)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas antibakteri fraksi metanol daun teh hijau terhadap Streptococcus mutans dan Lactobacillus acidophilus serta untuk

Hasil penelitian Tahir dan Moeen (2011) menunjukkan ekstrak air dan ekstrak etanol teh hijau mempunyai aktivitas antibakteri terhadap Streptococcus mutans dan

Skripsi berjudul Efek Ekstrak Teh Hijau (Camellia sinensis) Terhadap Memori Spasial Tikus Wistar (Rattus novergicus) Remaja yang diinduksi Etanol telah diuji oleh

Skripsi berjudul Efek Ekstrak Teh Hijau (Camellia sinensis) Terhadap Memori Spasial Tikus Wistar (Rattus novergicus) Remaja yang diinduksi Etanol telah diuji oleh

Tidak terdapat hubungan yang linear antara peningkatan dosis fraksi air ekstrak etanol daun teh hijau [Camellia sinensis (L.) O.K.] dengan peningkatan efek penurunan

IV.. Hasil uji aktivitas gel ekstrak daun teh hijau Camellia sinensis , L.) terhadap pertumbuhan rambut tikus setelah 14 hari

Telah dilakukan penelitian tentang sintesis nanopartikel perak menggunakan bioreduktor ekstrak daun teh hijau (Camellia Sinensis) dengan iradiasi microwave.. yang untuk

iv ABSTRAK Nama : Lulu Ah Janah 1102017129 Program Studi : Kedokteran Umum Judul : Pengaruh Daun Teh Hijau Camellia Sinensis Terhadap Organ Hepar Pada Tikus Putih Jantan Galur Wistar