Permasalahan yang diteliti dalam penelitian ini, yaitu: (i) bagaimana melakukan penyembunyian pesan sehingga keberadaan pesan tidak terdeteksi, (ii) bagaimana mengurangi kemungkinan pesan terdeteksi, (iii) bagaimana penggunaan media video dalam melakukan penyembunyian data, (iv) bagaimana penggunaan metode Discrete Cosine Transform dalam implementasi steganografi pada video, serta (v) bagaimana kualitas dan keamanan setelah dilakukan penyembunyian pesan.
Adapun kebutuhan dalam penelitian ini, yaitu menyiapkan cover-video dengan format AVI dan pesan yang akan disembunyikan dengan format TXT. Video dengan format AVI pada dasarnya berukuran besar, tetapi untuk kebutuhan penelitian, dipilihlah berkas video AVI dengan ukuran yang tidak terlalu besar dengan alasan efisiensi waktu pada saat pengujian. Daftar berkas video yang digunakan pada penelitian ini terdiri dari beberapa berkas video avi yang diunduh oleh penulis dari internet (www.stockshots.com) dimana video-video yang disebarluaskan dari sumber tersebut ukurannya tidak terlalu besar dan tidak terkendala hak cipta. Deskripsi berkas video yang digunakan dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2 Daftar berkas video
Nama Berkas Ukuran Frame
'email.avi' 3.60 MB 120 'sunset.avi' 3.03 MB 131 ‘horserace.avi' 3.95 MB 123 'planelands.avi' 2.36 MB 121
Sedangkan berkas teks yang akan disisipkan dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3 Berkas teks
Nama Berkas
Isi Pesan Ukuran
pesan1. txt
Ini pesan rahasia 17 bytes
pesan2. txt
Steg@nografi vide0 dengan menggunakan m3tod3 Di$crete Cosine Transform (DCT) diharapkan sebagai alternatif dalam keamanan informasi.
132 bytes
• Analisis metode transformasi. Hal–hal yang dilakukan pada tahap ini adalah menganalisis metode Discrete Cosine Transform (DCT) dalam melakukan proses video steganografi.
• Analisis penyisipan dan pengekstraksian pesan. Hal–hal yang dilakukan pada tahap ini adalah analisis terhadap algoritme penyisipan dan pengekstrasian pesan dengan menghitung waktu yang diperlukan untuk penyisipan dan pengekstraksian pesan.
• Analisis kualitas. Proses analisis kualitas meliputi perbandingan kualitas
cover-video sebelum dan sesudah
disembunyikan pesan. Menggunakan dua kriteria, yaitu kriteria objektif dan kriteria subjektif. Kriteria objektif menggunakan parameter PSNR (Peak Signal to Noise Ratio) untuk mengetahui nilai yang menyatakan tingkat noise atas video yang telah disisipi pesan. Kriteria Subjektif menggunakan parameter Mean Opinion Score (MOS) dalam mengukur level distorsi atas video yang telah disusupi pesan.
• Analisis ketahanan. Proses analisis ketahanan dilakukan dengan dua skenario yaitu:
1. Stego video yang berformat avi diubah ke format lain lalu diubah ke format avi kembali.
2. Stego video dilakukan penyisipan pesan baru dengan metode DCT.
Dari kedua skenario tersebut akan dianalisis apakah metode DCT mampu menghadapi serangan (robustness).
• Analisis keamanan. Proses analisis keamanan dilakukan terhadap serangan pendeteksian secara visual. Steganalis akan berusaha membandingkan stego-video dengan cover-stego-video dengan menggunakan parameter Mean Opinion Score (MOS). Selain itu dilakukan percobaan untuk melakukan ekstraksi pesan tanpa mengetahui kuncinya.
Penarikan Kesimpulan
Pada tahap ini peneliti akan membuat kesimpulan-kesimpulan yang berkaitan dengan hasil penelitian dan memberikan saran-saran yang dapat menjadi sarana pengembangan di masa yang akan datang.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Permasalahan yang diteliti dalam penelitian ini, yaitu: (i) bagaimana melakukan penyembunyian pesan sehingga keberadaan pesan tidak terdeteksi, (ii) bagaimana mengurangi kemungkinan pesan terdeteksi, (iii) bagaimana penggunaan media video dalam melakukan penyembunyian data, (iv) bagaimana penggunaan metode Discrete Cosine Transform dalam implementasi steganografi pada video, serta (v) bagaimana kualitas dan keamanan setelah dilakukan penyembunyian pesan.
Adapun kebutuhan dalam penelitian ini, yaitu menyiapkan cover-video dengan format AVI dan pesan yang akan disembunyikan dengan format TXT. Video dengan format AVI pada dasarnya berukuran besar, tetapi untuk kebutuhan penelitian, dipilihlah berkas video AVI dengan ukuran yang tidak terlalu besar dengan alasan efisiensi waktu pada saat pengujian. Daftar berkas video yang digunakan pada penelitian ini terdiri dari beberapa berkas video avi yang diunduh oleh penulis dari internet (www.stockshots.com) dimana video-video yang disebarluaskan dari sumber tersebut ukurannya tidak terlalu besar dan tidak terkendala hak cipta. Deskripsi berkas video yang digunakan dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2 Daftar berkas video
Nama Berkas Ukuran Frame
'email.avi' 3.60 MB 120 'sunset.avi' 3.03 MB 131 ‘horserace.avi' 3.95 MB 123 'planelands.avi' 2.36 MB 121
Sedangkan berkas teks yang akan disisipkan dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3 Berkas teks
Nama Berkas
Isi Pesan Ukuran
pesan1. txt
Ini pesan rahasia 17 bytes
pesan2. txt
Steg@nografi vide0 dengan menggunakan m3tod3 Di$crete Cosine Transform (DCT) diharapkan sebagai alternatif dalam keamanan informasi.
132 bytes
Implementasi Metode DCT
Dalam implementasi metode DCT, penulis menggunakan perangkat lunak yang tersedia di internet yaitu MSU StegoVideo (http://compression.ru/video/stego_video/inde x_en.html). MSU StegoVideo merupakan perangkat lunak yang dibuat oleh grup riset The Computer Graphic and Multimedia Laboratory dari Moscow State University. Tujuan utama dari grup riset ini adalah melakukan penelitian mengenai kompresi data terutama dengan media video.
Antarmuka perangkat lunak MSU StegoVideo dapat dilihat pada Lampiran 1, Lampiran 2, dan Lampiran 3. Perangkat lunak ini memiliki fitur penyisipan dan pengekstraksian pesan dengan format TXT ke atau dari video dengan format AVI dan menggunakan metode DCT dalam melakukan proses penyisipan dan pengekstraksian pesan.
Penyisipan Pesan
Dengan bantuan perangkat lunak MSU StegoVideo dilakukan proses penyisipan pesan ke dalam video. Langkah-langkah penyisipan pesan dengan MSU StegoVideo adalah sebagai berikut:
• Memilih operasi yang akan dilakukan, yaitu menyembunyikan pesan.
• Kemudian melakukan pengaturan video yang akan disisipi pesan dan pesan yang akan disisipkan.
• Langkah berikutnya melakukan pengaturan apakah video akan dikompresi atau tidak.
• Setelah itu dilakukan pengaturan noise level dan data redudancy. Noise level
berguna untuk mengatur level derau pada
stego video sedangkan data redudancy
berguna untuk mengetahui banyaknya
frame yang akan disisipi pesan. Keduanya berpengaruh terhadap hasil stego video
terutama terhadap ukuran video dan pesan yang disisipi. Pangaturan noise level pada saat uji mengikuti default perangkat lunak yaitu 100 sedangkan data redudancy
mengikuti uji skenario penyisipan. Nilai
redudancy dibuat besar (nilai 16) saat menguji frame yang lebih banyak dari ukuran pesannya, sebaliknya nilai
redudancy dibuat kecil (nilai 9) saat menguji frame yang lebih kecil dari ukuran pesannya.
• Setelah pengaturan noise level dan data redudancy kemudian muncul kunci (key)
yang nantinya digunakan untuk ekstraksi pesan, kunci ini sebaiknya disimpan agar tidak hilang karena jika hilang proses eksraksi tidak bisa dilakukan.
• Setelah itu dipilih jenis kompresi terhadap
stego video. Pada saat pengujian, kompresi yang digunakan adalah Cinepak Codec by Radius karena hasil kompresinya yang paling baik (ukuran stego video tidak berbeda jauh dengan video asli).
• Tahap selanjutnya adalah proses penyisipan pesan oleh perangkat lunak MSU StegoVideo.
Proses penyisipan dapat dilihat pada Lampiran 4. Uraian proses penyisipan pesan dengan metode DCT pada perangkat lunak ini seperti ditunjukkan pada Gambar 4, yaitu: 1. Host video diubah menjadi sejumlah frame
lalu semua frame tersebut diubah menjadi makroblok 8x8.
2. Kemudian dilakukan penghitungan DCT dengan Persamaan 1 terhadap semua makroblok 8x8 tadi lalu setiap makroblok dikuantisasi dengan matriks kuantisasi seperti pada Gambar 5.
Gambar 5 Matriks kuantisasi.
3. Dari hasil penghitungan DCT diperoleh koefisien DC dan AC. Setiap bit biner terakhir (LSB) koefisien DC lalu disubtitusi dengan bit pesan yang sudah dikonversi menjadi biner.
4. Setelah semua proses penyisipan selesai, dilakukan pengembalian nilai kuantisasi dengan matriks kuantisasi lalu dilakukan invers DCT.
5. Setelah itu setiap makroblok 8x8 hasil invers DCT digabung menjadi stego video.
Untuk menguji proses penyisipan dilakukan dua skenario, yaitu:
1. Banyaknya frame pada berkas video lebih besar dari ukuran pesan teks, dalam hal ini berkas video yang digunakan adalah
‘email.avi‘ (120 frame) dan ‘sunset.avi‘ (`131 frame) serta berkas teks adalah ‘pesan1.txt‘ (17 bytes).
2. Banyaknya frame berkas video lebih kecil dari ukuran pesan teks, berkas video yang digunakan adalah ‘horserace.avi‘ (123
frame) dan ‘planelands.avi‘ (121 frame) serta berkas teks ‘pesan2.txt‘ (132 byte). Tujuan dari kedua skenario ini adalah untuk mengetahui apakah nantinya semua pesan dapat disisipkan ke dalam cover video jika ukuran pesan lebih kecil atau lebih besar dari banyaknya frame video. Hal ini dapat diketahui saat proses pengekstraksian pesan dilakukan.
Pengekstraksian Pesan
Proses ekstraksi pesan juga dilakuakn dengan bantuan perangkat lunak MSU StegoVideo. Langkah-langkah ekstraksi pesan dengan MSU StegoVideo adalah sebagai berikut:
• Memilih operasi yang akan dilakukan, yaitu ekstraksi pesan.
• Kemudian memilih stego video yang akan diekstraksi berikut tempat menaruh hasil ekstraksinya (dalam format TXT).
• Masukkan kunci yang dihasilkan saat penyisispan pesan kemudian proses ekstraksi akan berjalan.
Proses ekstraksi dengan MSU StegoVideo dapat dilihat pada Lampiran 5. Proses pengekstraksian pesan dilakukan berkebalikan dengan tahap-tahap penyisipan pesan, yaitu: 1. Stego video diubah menjadi sejumlah
frame lalu semua frame tersebut diubah menjadi makroblok 8x8.
2. Kemudian dilakukan penghitungan DCT terhadap semua makroblok 8x8 lalu hasilnya dikuantisasi dengan matriks kuantisasi.
3. Penghitungan DCT menghasilkan koefisien AC dan DC. Setiap bit biner terakhir (LSB) koefisien DC lalu diambil berdasarkan kunci untuk dikonversi menjadi teks pesan rahasia.
Proses ekstraksi dilakukan terhadap kedua skenario pada proses penyisipan, hal ini tentunya dimaksudkan untuk mengetahui apakah semua pesan yang disisipkan dapat terambil kembali atau tidak.
Hasil Analisis
Pada tahap ini dilakukan analisis dari hasil implementasi steganografi video dengan metode DCT.
Hasil Analisis Metode DCT
Hasil yang diperoleh dari proses penyisipan pesan seperti yang dilakukan pada tahap-tahap di atas adalah stego-video dan kunci (Key) seperti terlihat pada Gambar 6.
Gambar 6 Kunci yang dihasilkan saat proses penyisipan pesan.
Kunci tersebut diperlukan pada saat melakukan ekstraksi dan sebagai bagian dari keamanan. Hasil dari pengekstraksian stego-video adalah berkas pesan yang telah disisipkan. Hasil ekstraksi dengan dua skenario pada tahap implementasi dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4 Hasil ekstraksi
No Nama Berkas
Pesan Asal Hasil Ekstraksi 1 'email.avi' (skenario 1) Ini pesan rahasia Ini pesan rahasia 2 'sunset.avi' (skenario 1) Ini pesan rahasia Ini pesan rahasia 3 ‘horserace. avi' (skenario 2) Steg@nogra fi vide0 dengan menggunaka n m3tod3 Di$crete Cosine Transform (DCT) diharapkan sebagai alternatif dalam keamanan informasi. Steg@nogr afi vide0 dengan menggunak an m3tod3 Di$crete Cosine Transform (DCT) diharapkan sebagai alternatif dalam keama 10
4 'planelands .avi' (skenario 2) Steg@nogra fi vide0 dengan menggunaka n m3tod3 Di$crete Cosine Transform (DCT) diharapkan sebagai alternatif dalam keamanan informasi. Steg@nogr afi vide0 dengan menggunak an m3tod3 Di$crete Cosine Transform (DCT) diharapkan sebagai alternatif dalam kea
Dari Tabel 4 terlihat bahwa untuk skenario 1 pada nomor 1 dan nomor 2, pesan yang ukurannya lebih kecil dari banyaknya frame
dari berkas video, pesan tersebut dapat terambil kembali keseluruhannya. Untuk skenario 2 pada nomor 3 dan nomor 4 dimana pesan yang ukurannya lebih besar dari banyaknya frame ada sebagian pesan yang hilang.
Hasil ujicoba kedua skenario menunjukkan bahwa metode DCT dapat digunakan pada steganografi video dengan memenuhi kriteria recovery, yaitu pesan dapat diungkap kembali. Tetapi ada syarat yang harus dipenuhi agar setiap pesan yang disisipkan dapat diambil kembali secara lengkap yaitu ukuran berkas pesan teks harus lebih kecil dari banyaknya frame pada berkas video host-nya. Dari metode DCT, akan dihasilkan koefisien DC dan AC yang didapat dari setiap makroblok 8x8 setiap frame. Koefisen DC ini nantinya akan disubstitusi dengan setiap bit pesan. Oleh karena itu agar pesan yang disisipkan tidak mengalami kehilangan informasi, jumlah bit pesan tidak boleh melebihi jumlah koefisien DC pada seluruh frame. Screenshot hasil ujicoba ekstraksi dapat dilihat pada Lampiran 6.
Hasil Analisis Penyisipan dan Pengekstraksian Pesan
Untuk analisis algoritme penyisipan dan pengekstraksian pesan dilakukan dengan menghitung waktu yang diperlukan dalam melakukan kedua proses tersebut. Penghitungan waktu pada proses penyisipan dimulai saat semua parameter sudah diatur dan tombol Next ditekan. Di sisi lain, penghitungan waktu pengekstraksian dimulai saat kuncisudah dimasukkan dan tombol Next
ditekan. Ketika tombol Next ditekan artinya proses penyisipan atau pengekstraksian dengan metode DCT mulai beroperasi seperti pada Gambar 7 dan Gambar 8.
Gambar 7 Mulai penghitungan waktu penyisipan.
Gambar 8 Mulai penghitungan waktu pengekstraksian.
Waktu yang dihasilkan untuk setiap proses penyisipan dan pengekstraksian pesan dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5 Waktu dalam proses penyisipan dan pengekstraksian Nama Berkas Berkas Pesan Waktu Penyisipan Waktu Ekstraksi
'email.avi' ‘pesan1.txt’ 38 detik 2 detik 'sunset.avi' ‘pesan1.txt’ 23 detik 2 detik ‘horserace.
avi'
‘pesan2.txt. 46 detik 2 detik
'planelands. avi'
‘pesan2.txt’ 42 detik 1 detik
Dari Tabel 5 terlihat adanya perbedaan waktu yang sangat signifikan antara proses penyisipan dengan pengekstraksian pesan. Hal ini dimungkinkan terjadi, karena pada proses penyisipan dilakukan operasi untuk membaca semua frame pada video. Untuk proses ekstraksi waktunya lebih singkat dikarenakan kunci yang dihasilkan setelah proses penyisipan memberikan penanda banyaknya
frame yang diproses sesuai dengan panjang pesan yang disisipkan sehingga tidak semua
frame dilakukan operasi pengekstraksian. Terlihat juga untuk video yang disisipi pesan yang ukurannya pendek ’pesan1.txt’ waktu penyisipannya 38 detik dan 23 detik yang artinya lebih cepat dibandingkan yang disisipi pesan yang panjang ’pesan2.txt’ dengan waktu 46 detik dan 42 detik. Keseluruhan hasil perhitungan waktu dapat dilihat pada Lampiran 7.
Hasil Analisis Kualitas
Pengukuran kualitas video dilakukan secara objektif dan subjektif. Cara objektif dilakukan dengan memakai perhitungan PSNR untuk mengetahui adanya distorsi pada
stego video yang disebabkan oleh proses penyisipan pesan. Kualitas video yang baik memiliki nilai PSNR minimal 30 dB dimana semakin besar nilainya menunjukkan kualitas semakin baik.
Pada proses penghitungan PSNR penulis menggunakan bantuan perangkat lunak MSU
Video Quality Measurement Tool seperti yang terlihat pada Lampiran 8. Perangkat lunak ini berbeda dengan perangkat lunak MSU StegoVideo. Perangkat lunak ini memiliki fitur untuk melakukan penghitungan kualitas video dan salah satu diantaranya adalah dengan menghitung nilai PSNR. Perangkat lunak MSU Video Quality Measurement Tool
akan membandingkan video asli dengan stego video. Hasil perhitungan PSNR dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6 Hasil Perhitungan PSNR (satuan dB)
Nama Berkas Nilai PSNR
'email.avi' 47,4433 dB 'sunset.avi' 50,9601 dB ‘horserace.avi' 43,5375 dB 'planelands.avi' 48,8893 dB
Pengukuran secara subjektif dilakukan dengan Mean Opinion Score (MOS) yang dilakukan dengan membagi kuesioner kepada 20 responden yang berusia 20 – 30 tahun terdiri dari tujuh (7) laki-laki dan tiga belas (13) perempuan dengan latar belakang pendidikan semuanya adalah ICT. Responden diminta untuk melihat video asli kemudian melihat video yang telah disisipi pesan, setelah itu responden memberi nilai antara 1 – 5. Hasil MOS dapat dilihat pada Tabel 7. Untuk form survei dan hasil penghitungannya dapat dilihat pada Lampiran 9, Lampiran 10 dan Lampiran 11.
Tabel 7 Jumlah Responden yang Memilih Nilai MOS dan Rataan Nilai MOS yang Diperoleh Nilai Mos Nama Berkas 1 2 3 4 5 Rataan Nilai MOS ‘email.avi’ 0 1 8 9 2 3,60 ‘sunset.avi’ 0 0 10 8 2 3,60 ‘horserace.avi’ 0 1 8 8 3 3,65 ‘planelands.avi’ 0 0 8 9 3 3,75
Hasil rataan nilai MOS pada Tabel 7 menunjukkan angka tiga lebih, menunjukkan mayoritas responden menilai bahwa kualitas
stego video cukup baik. Hal ini kemungkinan disebabkan karena kualitas video original yang resolusinya standar (terdapat noise) sehingga berpengaruh terhadap penilaian responden.
Hasil penilaian objektif dan subjektif rata-rata menunjukkan nilai yang baik, hal ini menunjukkan steganografi video dengan metode DCT memenuhi kriteria
imperceptible dan fidelity.
Hasil Analisis Ketahanan
Untuk skenario 1, stego video diubah ke format mpeg lalu diubah ke format avi kembali dengan menggunakan bantuan perangkat lunak Total Video Converter seperti terlihat pada Lampiran 12. Perangkat lunak ini berbeda dengan perangkat lunak MSU StegoVideo dan memiliki fitur untuk mengkonversi video dari suatu format ke format lain. Sebagai bahan uji, stego video
’hasilemail.avi’ dengan isi pesan ”Ini pesan rahasia” yang diubah formatnya. Setelah dilakukan ujicoba, pesan yang terdapat pada
stego video ’hasilemail.avi’ yang diubah formatnya tidak dapat diekstraksi kembali walau menggunakan kunci yang sama seperti terlihat pada Gambar 8. Hal ini kemungkinan besar disebabkan pada saat dikonversi format videonya, ada informasi yang hilang dalam hal ini informasi pesan rahasia yang disisipkan.
Skenario 2, stego video dilakukan penyisipan kembali dengan pesan barudengan metode DCT dan bahan uji adalah stego video
’hasilsunset.avi’ dengan pesan rahasia awal ”Ini pesan rahasia” lalu disisipi kembali dengan pesan ”Pesan baru” dan hasil stego video adalah ’hasilsunsetbaru.avi’.
Gambar 9 Uji ketahanan dengan mengubah format video.
Hasil pengujian menunjukkan pesan yang disisipkan ke dalam stego video
’hasilsunset.avi’ yaitu ”Pesan baru” dapat diekstraksi kembali dengan kunci yang baru sesuai dengan isi pesan baru yang disisipkan. Ketika stego video ”hasilsunsetbaru” dilakukan ekstraksi pesan lama ”Ini pesan rahasia” dengan kunci lama, hasilnya berupa karakter acak seperti pada Tabel 8. Dari hasil uji ketahanan skenario 2, Metode DCT mampu mengembalikan pesan baru yang disisipkan tetapi tidak dapat mengembalikan pesan yang lama. Hal ini disebabkan oleh informasi yang mengandung pesan lama pada
stego video tertimpa oleh informasi baru sehingga tidak dapat diambil kembali.
Tabel 8 Uji ketahanan penyisipan kembali
stego video Nama Berkas
Kunci Hasil Ekstraksi
'hasilsunset .avi'
6477120 Ini pesan rahasia
'hasilsunset baru.avi' 6377923 Pesan baru 'hasilsunset baru.avi' 6477120 .Z-ÌlŒ¶qëXF„™¯j¢‘à
Hasil kedua skenario uji ketahanan menunjukkan metode DCT belum mampu menghadapi serangan ubah format video dan penyisipan pesan kembali dengan metode DCT sehingga tidak memenuhi kriteria
robustness.
Hasil Analisis Keamanan
Dalam analisis keamanan, dilakukan percobaan dengan pendeteksian visual melalui parameter Mean Operator Score (MOS). Berdasarkan nilai-nilai pada Tabel 7 terlihat bahwa responden menilai kualitas stego video
cukup (rata-rata nilainya tiga lebih). Nilai ini masih menunjukkan bahwa kualitas video original dan stego video tidak jauh berbeda.
Selain itu dilakukan percobaan dengan melakukan ektraksi pesan tanpa kunci dan hasilnya pesan tidak dapat diekstraksi seperti terlihat pada Gambar 9. Hasil uji ini menunjukkan metode DCT cukup tangguh dari sisi keamanan, pihak lain yang tidak mengetahui kunci tidak dapat mengambil pesan yang tersembunyi.
Gambar 10 Percobaan memasukkan kunci yang salah.
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan pada penelitian ini, kesimpulan yang diperoleh sebagai berikut:
1. Teknik steganografi video dengan metode DCT dapat diimplementasikan pada berkas video berformat .avi dengan berkas pesan berformat teks.
2. Teks yang disisipi pesan dapat diekstraksi kembali sesuai dengan pesan aslinya, dengan dapat diekstraksinya pesan menunjukkan metode DCT memenuhi kriteria recovery. Agar pesan dapat diekstraksi keseluruhannya diperlukan syarat yaitu ukuran berkas pesan tidak melebihi jumlah frame dari berkas video. 3. Kualitas video yang disisipi pesan dengan
metode DCT tidak mengalami perubahan yang signifikan sehingga memenuhi kriteria imperceptible dan fidelity.
4. Metode DCT tidak tahan terhadap serangan ubah format video dan penyisipan kembali dengan metode yang sama sehingga belum memenuhi kriteria
robustness.
5. Metode DCT cukup tangguh dalam sisi keamanan, dimana pihak yang tidak mengetahui kunci tidak dapat mengambil pesan yang terdapat pada stego video.
Gambar 9 Uji ketahanan dengan mengubah format video.
Hasil pengujian menunjukkan pesan yang disisipkan ke dalam stego video
’hasilsunset.avi’ yaitu ”Pesan baru” dapat diekstraksi kembali dengan kunci yang baru sesuai dengan isi pesan baru yang disisipkan. Ketika stego video ”hasilsunsetbaru” dilakukan ekstraksi pesan lama ”Ini pesan rahasia” dengan kunci lama, hasilnya berupa karakter acak seperti pada Tabel 8. Dari hasil uji ketahanan skenario 2, Metode DCT mampu mengembalikan pesan baru yang disisipkan tetapi tidak dapat mengembalikan pesan yang lama. Hal ini disebabkan oleh informasi yang mengandung pesan lama pada
stego video tertimpa oleh informasi baru sehingga tidak dapat diambil kembali.
Tabel 8 Uji ketahanan penyisipan kembali
stego video Nama Berkas
Kunci Hasil Ekstraksi
'hasilsunset .avi'
6477120 Ini pesan rahasia
'hasilsunset baru.avi' 6377923 Pesan baru 'hasilsunset baru.avi' 6477120 .Z-ÌlŒ¶qëXF„™¯j¢‘à
Hasil kedua skenario uji ketahanan menunjukkan metode DCT belum mampu menghadapi serangan ubah format video dan penyisipan pesan kembali dengan metode DCT sehingga tidak memenuhi kriteria
robustness.
Hasil Analisis Keamanan
Dalam analisis keamanan, dilakukan percobaan dengan pendeteksian visual melalui parameter Mean Operator Score (MOS). Berdasarkan nilai-nilai pada Tabel 7 terlihat bahwa responden menilai kualitas stego video
cukup (rata-rata nilainya tiga lebih). Nilai ini masih menunjukkan bahwa kualitas video original dan stego video tidak jauh berbeda.
Selain itu dilakukan percobaan dengan melakukan ektraksi pesan tanpa kunci dan hasilnya pesan tidak dapat diekstraksi seperti terlihat pada Gambar 9. Hasil uji ini menunjukkan metode DCT cukup tangguh dari sisi keamanan, pihak lain yang tidak mengetahui kunci tidak dapat mengambil pesan yang tersembunyi.
Gambar 10 Percobaan memasukkan kunci yang salah.
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan