BAB III TEMUAN LAPANGAN DAN PEMBAHASAN
3.2. Pembahasan
3.2.1.Potensi Wisata Propinsi Bali
10 besar objek-objek wisata yang ada di Propinsi Bali ini dapat menarik minat wisatawan nusantara maupun wisatawan mancanegara, di antaranya adalah:
1. Tanah Lot 2. Penelokan Batur
3. Kebun Raya Eka Karya 4. Ulun Danau Beratan 5. Tirta Empul
6. Uluwatu
7. Bali Safari Marine Park 8. Bedugul
9. Alas Pale Sangeh 10. Goa Gajah
Dalam rangka memacu kontribusi sektor pariwisata terhadap peningkatan PAD dilakukan secara oftimal perbaikan infrastruktur pendukung dan peningkatan intensitas promosi. Conton, yakni potensi fisik yang dimiliki Propinsi Bali terkait dengan keadaan alam Desa yang masih alami yang sebagian besar terdiri dari lahan pertanian, dan hutan. Daya tarik yang paling menonjol adalah wisata agro di Kabupaten Buleleng yang memiliki daya tarik tersendiri. Memiliki luas yang sedemikian rupa membuat berbagai aktivitas dapat dilakukan di wisata agro tersebut.
Pengunjung dapat menikmati langsung aktivitas para petani yang sedang menanam atau panen padi, suasana pedesaan masih sangat terasa. Bangunan-bangunan pondok wisata yang masih bergaya lama disekitarnya masih bisa dilihat di area sawah petani. Masih jarang terlihat bangunan-bangunan besar bergaya modern terkecuali pondok wisata yang letaknya sudah diatur sedemikian rupa sehingga tidak mengganggu pemandangan suasana pedesaan. Kesedian fasilitas umum seperti jalan raya serta fasilitas komersil publik lainnya juga terbatas. Fasilitas-fasilitas umum yang ada masih minim dan sangat sederhana. Terlebih lagi terlihat aktivitas penduduk setempat yang masih melakukan tradisi seperti ritual persembahyangan serta aktivitas kerja seperti bertani (bercocok tanam) ataupun menangkap ikan. Bangunan-bangunan seperti bale banjar serta pasar tradisional juga menambah suasana pedesaan di daerah ini. Bale-bale banjar yang dibuat dengan gaya tradisional sesuai dengan filosofi Hindu digunakan sebagai tempat berkumpulnya masyarakat desa apabila ada kegiatan desa sedang berlangsung. Begitu pula dengan pasar yang masih berjalan dengan sistem tradisional. Barang-barang yang dijual diletakkan sedemikian rupa dalam wadah yang terbuat dari bahan-bahan alami. Sistem penjualannya pun masih tradisional dimana para pembeli berhak menawar harga dari barang yang ditawarkan oleh penjual.
Selain potensi fisik, Propinsi Bali juga memiliki potensi wisata non fisik. Potensi non fisik yang dimaksud adalah potensi yang tidak berupa bangunan fisik yang berfungsi untuk memenuhi kebutuhan wisatawan namun lebih menyagkut segala sesuatu yang berupa adat istiadat atau kebiasaan serta budaya penduduk setempat yang dapat menjadi suatu daya tarik bagi wisatawan yang berkunjung.
3.2.2.Keterlibatan Stakeholder dalam Pengelolaan Kawasan Daerah Tujuan Wisata Khusus Propinsi Bali
Dalam hal ini dijabarkan mengenai bagaimana keterlibatan masing-masing stakeholder; masyarakat setempat, pihak swasta dan pemerintah dalam
pengelolaan pariwisata budaya di Kabupaen Buleleng sebagai kawasan daya tarik wisata khusus. Masyarakat merupakan suatu sistem dimana bagian-bagian dari sistem tersebut dapat saling mempengaruhi. Seperti yang dijabarkan dalam teori fungsionalisme struktural yang menyatakan bahwa masyarakat haruslah dipandang sebagai suatu sistem daripada bagian-bagian yang saling berhubungan satu sama lain. Dimana hubungan pengaruh mempengaruhi diantara bagian-bagian tersebut adalah bersifat ganda dan timbal balik. Teori inilah yang dipandang perlu untuk diterapkan dalam permasalahan keterlibatan masyarakat dalam pengembangan serta pengelolaan pariwisata.
Permasalahan terkait dengan keterlibatan masyarakat yang ada di Propinsi Bali dalam pengelolaan Kawasan Daya Tarik Wisata Khusus juga dapat dikaitkan pengkajiannya dengan teori pengelolaan sumber daya berbasis komunitas. Teori tersebut menyatakan bahwa pengelolaan sumber daya berbasis komunitas merupakan pendekatan dengan ciri-ciri; bahwa prakarsa dan proses pengambilan keputusan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat secara bertahap harus diletakkan pada masyarakat itu sendiri.
Terkait dengan permasalahan yang ada di Propinsi Bali, keterlibatan pihak swasta dalam pengelolaan KDTWK juga masih minim. Ini terindikasi dari ketidak tahuan mereka mengenai kebijakan pemerintah yang menetapkan Kabupaten Buleleng sebagai Kawasan Daya Tarik Wisata Khusus.
Pemerintah sebagai penyelenggara pariwisata adalah terlibat penuh dalam pengambilan kebijakan. Pemerintah sebagai pembuat kebijakan penuh memiliki peranan penting dalam penyelenggaraan suatu kegiatan di suatu daerah. Untuk itu pemerintah dalam membuat suatu kebijakan sebaiknya mampu menjalankan kebijakan tersebut yang melibatkan masyarakat sebagai komponen utama dalam suatu pembangunan.
Sesuai dengan permasalahan yang terjadi di Kabupaten Buleleng, bahwa pemerintah Propinsi Bali telah menetapkan sebagai Kawasan Daya Tarik Wisata Khusus. Sebagai kelanjutannya adalah seharusnya pemerintah Kabupaten
Buleleng sebagai pemegang autorisasi untuk membuat rancangan tata ruang kembali berdasarkan dengan kebijakan yang telah ditetapkan oleh pemerintah Propinsi Bali. Tetapi pada kenyataannya pemerintah Kabupaten Buleleng belum merancang hal tersebut. Penetapan kawasan-kawasan strategis, seperti kawasan pariwisata, mengikuti kebijakan yang telah ditetapkan oleh pemerintah Propinsi Bali.
Berbeda dengan konsep pengembangan pariwisata yang berkelanjutan serta pengembangan pariwisata berbasis masyarakat yang menyatakan bahwa keterlibatan masyarakat dalam pengembangan ataupun pengelolaan suatu kawasan wisata sangat diperlukan bahkan sejak perencanaan, sosialisasi mengenai kebijakan yang telah dibuat tersebut kepada masyarakat belum ada. Masyarakat sebagai komponen penting dalam pengelolaan suatu kawasan wisata tentu sangat penting untuk dilibatkan. Pemerintah seyogyanya mendiskusikan dengan para tokoh masyarakat serta pihak swasta yang terlibat dalam kegiatan pariwisata sebelum mengambil kebijakan tersebut.
3.2.3. Strategi Pengelolaan KDTWK Di Propinsi Bali
Selanjutnya diuraikan setiap strategi yang akan digunakan dalam pengelolaan Kawasan Daya Tarik Wisata Khusus (KDTWK).
1. Strategi SO (Strength Oppurtunity) merumuskan strategi menggunakan kekuatan yang dimiliki untuk memanfaatkan peluang yang ada, menghasilkan: inventarisasi daya tarik wisata yang ada di Propinsi Bali kemudian melakukan pengelolaan yang berwawasan lingkungan, memaksimalkan kemudahan aksesibilitas dengan memanfaatkan kemajuan teknologi dan transportasi, mengoptimalkan ketersediaan fasilitas umum serta membuat kebijakan-kebijakan terkait dengan penyelenggaraan pariwisata, melibatkan masyarakat setempat dalam mewujudkan kepariwisataan.
2. Strategi WO (Weaknesess Oppurtunity) merumuskan strategi dengan cara mengatasi segala kelemahan dalam rangka menggunakan peluang yang ada,
menghasilkan: mengoptimalkan pengelolaan kawasan tersebut yang berwawasan lingkungan dengan memaksimalkan potensi yang ada, perbaikan segala sarana dan prasarana terkait dengan memudahkan aksesibilitas menuju kawasan, mengoptimalkan koordinasi antara para stakeholder dalam menentukan kebijakan terkait peningkatan kegiatan pariwisata, memberikan pengarahan terhadap masyarakat untuk kesiapan mereka dalam berpariwisata. 3. Strategi ST (Strength Threats) merumuskan strategi dalam rangka
memanfaatkan segala kekuatan untuk menghadapi ancaman, menghasilkan: memaksimalkan pengelolaan kawasan dengan menonjolkan kekuatan yang ada serta mengelola segala fasilitas, sarana dan prasarana kepariwisataan untuk memenuhi pasar, penentuan kebijakan yang jelas terkait dengan pengelolaan pariwisata dengan segala komponennya, mengajak seluruh komponen masyarakat untuk bersama-sama menciptakan situasi yang aman dan kondusif demi berlangsungnya kegiatan pariwisata.
4. Strategi WT (Weaknesses Threats), merumuskan strategi dalam rangka mengatasi kelemahan untuk mengantisipasi ancaman, menghasilkan: mengoptimalkan daya tarik yang ada dan segala fasilitas pariwisata yang tersedia untuk dapat menarik para wisatawaan, memudahkan aksesibilitas, memaksimalkan keterlibatan pihak terkait dalam penyelenggaraan pariwisata, memberikan pelatihan serta pengertian terhadap masyarakat mengenai pentingnya kegiatan pariwisata tersebut untuk kesejahteraan mereka sendiri.
3.2.4.Potensi Wisata Kabupaten Musi Rawas
Pembangunan sektor pariwisata merupakan bagian integral dari Pembangunan Daerah Kabupaten Musi Rawas dan tidak terpisahkan dengan pembangunan di sektor-sektor lainnya. Sektor pariwisata mempunyai potensi yang cukup besar untuk menambah Pendapatan Asli Daerah (PAD). Objek-objek wisata yang ada di Kabupaten ini dapat menarik minat wisatawan nusantara maupun wisatawan mancanegara, di antaranya adalah:
1. Napalicin & Arung Jeram sungai Rawas Desa Napallicin Kec. Ulu Rawas 2. Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS) Kec. Ulu Rawas, BKL Ulu Terawas,
dan Kec. Karang Jaya
3. Cottage Forest Longe Melati III & Goa Alam Desa Napalicin Kec. Ulu Rawas 4. Air Terjun Sunga Kerali, Batu Kuning, Batu Bakul, Goa Bukit Kelun, Goa
Siro Gede dan Air Terjun Batu Ampar desa Kuto Tanjung Kec. Ulu Rawas 5. Danau Raya & Suku Kubu desa Sungai Jernih Kec. Rupit
6. Air Terjun Curup, Muara Tiku Kec. Karang Jaya
7. Perkampungan Suku Anak Dalam, Danau Eks Pertambangan BTM, Batu Asam & Goa Harimau desa Tanjung Agung Kec. Karang Jaya
8. Danau Sukahati desa Sukahati Kec. Karang Jaya
9. Wisata Alam Curuq Telon, Air Terjun Ulu Pike desa Sukaraya Kec. Karang Jaya
10.Air Terjun Tinggi, Air Terjun Sungai Talang, Air Terjun sungai Takuyung, Air Terjun Yuk Mimbung dan Air Terjun Ulu sungai Bal desa Pasenan Kec. BKL. Ulu Terawas.
11.Air Terjun Curup Embun dan Air Terjun Gunung Putih 12.Bukit Botak & Bukit Cogong desa Sukakarya
13.Air Terjun Satan , Danau Dam Satan, dan Air Terjun Kou Durian Remuk Kecamatan Muara Beliti
14.Dam Irigasi Gegas Kec. Jayaloka
15.Dam Irigasi Bendungan Tikip Kec. Purwodadi
16.Sumber Air Panas dan Air Mancur desa Karya Sakti Kec. Muara Kelingi. Seperti dijelaskan sebelumnya bahwa kontribusi sektor pariwisata terhadap PDRB masih relatif rendah. Kondisi ini juga mengindikasikan bahwa potensi sektor pariwisata belum begitu banyak mendukung PAD Kabupaten Musi Rawas. Dikatakan demikian, karena sektor ini merupakan sektor yang dikelola langsung oleh daerah. Ke depan, dalam rangka memacu kontribusi sektor
pariwisata terhadap peningkatan PAD diperlukan upaya-upaya perbaikan infrastruktur pendukung dan peningkatan intensitas promosi.
Contoh, di Kecamatan Ulu Rawas Kecamatan Ulu Rawas merupakan kecamatan yang berdiri sekitar tahun 2002 hasil pemekaran dari Kecamatan Rawas Ulu, Kecamatan Ulu Rawas terdiri dari Desa Kuto Tanjung, Desa Napallicin, Desa Sosokan, Desa Muara Kuis, Desa Pulau Kidak, Desa Jangkat dan Kelurahan Muara Kulam sendiri yang merupakan pusat Administrasi Kecamatan Ulu Rawas, Kecamatan Ulu Rawas termasuk kecamatan yang berpotensi, memilki banyak kekayaan alam yang belum terjamah oleh tangan manusia, seperti jenis pertambangan : Emas, Batu Bara, Batu Besi, Timah dll, cuma batu besi dan tambang Emas yang sekarang sudah mulai di gali oleh pemerintah yang berlokasi di Desa Pulau Kidak, meskipun dalam skala kecil namun kekayaan lainnya belum ada kabarnya. tapi baru-baru ini ada berita akan dibukanya tambang Batu Bara yang berlokasi di Desa Kuto Tanjung tepatnya di Sungai Keruh, namuan berita ini belum diketahui akan kepastiannya, di Kecamatan Ulu Rawas Juga banyak sekali terdapat Objek wisata yang masih asri yang akan membuat kita meras terhipnotis akan keindahan yang tersembunyi dibalik ketertinggalannya, alhamdulliah semenjak Kabupaten Musi Rawas dipimpin Oleh Bapak Ridwan Mukti, kini Kecamatan ulu Rawas telah terbuka lebar infrastruktur yang akan membawa penghidupan bagi masyarakat Ulu Rawas meskipun belum di aspal, namun telah memudahkan Masyarakat berkomusikasi keluar daerah, jalan, tower sebagai teknologi canggih yang sangat bermanfaat bagi masyarakat Ulu Rawas, dengan terbukany akses ke Kecamatan Ulu Rawas mampu membuat terbuka mata para orang-orang terhebat diaerah kita melihat betapa banyak sekali potensi yang tersimpan di Kecamatan Ulu Rawas, hal ini terbukti, dua orang tertinggi di Propinsi kita yakni pertama Bapak Syahrial Usman telah mengunjungi Kecamatan Ulu Rawas, dan tidak lama ini Yakni Bapak H. Alex Nurdin selaku Gubernur telah mengunjung Kecamatan Ulu Rawas bersama Bupati Musi Rawas, kedua petinggi tersebut terkagum-kagum
dan memuji betapa kayanya Sum-Sel khusus Kabupaten Musi Rawas, mempunyai kecamatan yang selama ini orang belum tahu bahwa kecamatan Ulu Rawas memiki berbagai potensi yang bisa menjadi Aset terbesar bagi Wilayah kita, salah satu yang sangat mengagumkan adalah wisata yang terdapat di desa Napallicin dikenal dengan wisata Goa Napllicin, Goa Napallicin sebenarnya saudah lama dikenal oleh orang bahkan keluar negeri/mancanegara, hal ini terbukti pada bangunan yang berdiri di Kecamatan Rawas Ulu dan Desa Napallicin tetap dekat Goa Napallicin Kecamatan Ulu Rawas dengan diberi Nama KUBU LODGE yang dibangun oleh Wisatawan mancanegara, seingat penulis pada masa kecil dahulu setiap seminggu sekali pasti para wisatawan mancanegara mengunjungi Goa Napallicin (KUBU LODGE) selama seminggu kemudian ganti lagi dengan para pengunjung mancanegara lainnya. namun nasip naas menimpa wisata tersebut, suatu musibah yang melanda perumahan mancanegara tersebut sehingga mebuat terbakar habis semua. semejak itu wisatawan mencanegara tidak ada lagi yang datang ke wisata tersebut. Legenda dan Keindahan Goa Napallicin, konon menurut legenda yang dipercaya warga setempat, dulunya bukit tersebut adalah sebuah kapal yang terdampar. Kemudian lewatlah seorang pengembara sakti bernama Serunting Sakti atau Si Pahit Lidah. Melihat ada kapal yang terdampar, Si Pahit Lidah berusaha untuk naik ke atasnya namun tidak berhasil. Si Pahit Lidah pun menggumam, dan kemudian gumaman (sumpah) itu membuat kapal berubah menjadi batu. Goa Batu Napalicin yang berada pada ketinggian sekitar 20 meter dari jalan, di dalamnya terdapat lorong sepanjang lebih kurang 1,5 kilometer. Lorong itu menghubungkan empat bukit, Bukit Batu, Bukit Semambang, Bukit Payung, dan Bukit Karang Nato orang setempat menyebutnya, Bukit Keratau. Lorongnya tidak luas, hanya bisa dilalui dengan cara merunduk bahkan tiarap. Jarak bukit itu dari ibu kota kecamatan sekitar 12 km, melalui jalan darat maupun sungai. Hingga kini, di dalam gua batu masih tersimpan sejuta misteri. Di bagian depan, pengunjung langsung disuguhi pemandangan yang artisik. Saat ini, para pengunjung yang umumnya wisatawan 22
lokal, akan disuguhi budaya setempat berupa tarian dan lagu daerah. Diiringi. biola, seorang tetua menghibur pengunjung disertai anak-anak yang membawakan tarian menyambut tamu.
Memasuki lorong-lorong gua, kelelawar beterbangan. Titik-titik air dari atas gua memberikan kesan mistis. Apalagi, sesekali kelelawar beterbangan. Pada beberapa bagian memang gelap sehingga warga setempat memasang beberapa obor bambu. Di bawah cahaya temaram, keindangan berbagai sisi gua makin berbinar. Berbagai bentuk terlihat. Setidaknya kita butuh lebih dari empat jam untuk menikmati berbagai sudut gua. Pada beberapa bagian, cahaya menembus gua, terutama antara bukti yang satu dengan bukit yang lain. Celah-celah batu membiaskan bentuk artistik. Setelah menikmati Gua Batu Napalicin, kita masih objek wisata Air Terjun Sungai Kerali (Desa Napalicin) dan Air Terjun Batu Ampar, Desa Kota Tanjung. Lalu di Sungai Rawas, yang berada di sisi Gua Napalicin, dapat digunakan untuk berarung jeram karena arusnya yang deras dan beberapa rintangan alami juga terdapat di sepanjang sungai. Air terjun Batu Ampar adalah bebatuan dari napal yang terhampar secara bertingkat. Dulu, saat daerah itu masih alami, tempat tersebut sangat indah karena air terjunnya mengalir secara bertingkat-tingkat. Di hamparan batu napal, terdapat lobang-lobang kecil. Ketika sungai pasang, napal bertingkat tadi tenggelam oleh air. Tapi ketika sungai surut, banyak sekali ikan yang terjebak di dalam lubang. Masyarakat sekitar tinggal menangkap ikan yang terjebak di dalam lubang itu. Objek wisata ini mungkin bisa dijadikan alternatif, terutama bagi yang hobi berpetualang di alam yang masih asri dan perawan.
3.2.5.Keterlibatan Stakeholder dalam Pengelolaan Kawasan Daerah Tujuan Wisata Khusus Kabupaten Musi Rawas
Kelurahan Muara Kulam adalah yang dahulu termasuk wilayah/desa terpencil di kabupaten musi rawas dan termasuk kedalam wilayah kecamatan rawas ulu, namun pada tahun 2002 kecamatan ulu rawas mengalami pemekaran
sehingga tinggal kecamatan baru yaitu kecamatan Ulu Rawas, Muara Kulam Penduduknya terbanyak dari desa-desa lainnya sehingga Muara Kulam ditunjuk sebagai Ibukota Kecamatan Ulu Rawa, mulai sejak itu Muara Kulam yang awalnya sebuah Desa menjadi Kelurahan Muara Kulam Ibukota Kecamatan Ulu Rawas, semenjak Muara Kulam menjadi Keluarahan terlihat banyak sekali perubahan/kemajuan yang dibangun pemerintah serta fasilitas-fasilitas Kecamatan, mulai dari Kantor Camat, KUA, SATPOL dan Kantor dinas lainnya. Kantor Eks Desa dulu, direhab dengan bagus sehingga menjadi kantor Kelurahan yang menjadi pusat administrasi Lurah.
Masyarakat Ulu Rawas sendiri yang menjadi tradisi yang setiap hari-hari besar mengunjungi/memenuhi wisata kebangga masyarakat kecamatan Ulu Rawas. namun semenjak terbuka lebarnya infrastruktur jalan ke Kecamatan Ulu Rawas kembali di kunjungi oleh wisatan lokal baik dari daerah Ulu Rawas bakan dari luar daerah. pada kunjungan Gubernur Alex Nurdin, yang memberikan janji untuk membangun kembali Wisata Goa Napallicin. bahkan beliau meyakinkan bahwa wisata Goa Napalicin mampu membawa dampak yang lebih baik untuk Sumatera Selatan, beliau berjanji untuk membangun fasilitas di kecamatan Ulu Rawas dan Wisata Goa Napallicin dalam waktu dekat ini. dan juga Bupati Musi Rawas meluncurkan program baru untuk membangun Anggropolitan Distrik Di Kelurahan Muara Kulam Kecamatan Ulu Rawas.
3.2.6.Strategi Pengelolaan KDTWK Di Kabupaten Musi Rawas
Selanjutnya diuraikan setiap strategi yang akan digunakan dalam pengelolaan Kawasan Daya Tarik Wisata Khusus (KDTWK).
1. Strategi SO (Strength Oppurtunity) merumuskan strategi menggunakan kekuatan yang dimiliki untuk memanfaatkan peluang yang ada, menghasilkan: merumuskan daya tarik wisata yang ada di Kabupaten Musi Rawas, kemudian membuka infrastruktur yang akan membawa penghidupan bagi masyarakat Ulu Rawas meskipun belum di aspal, namun telah
memudahkan Masyarakat berkomusikasi keluar daerah, jalan, tower sebagai teknologi canggih yang sangat bermanfaat bagi masyarakat Ulu Rawas.
2. Strategi WO (Weaknesess Oppurtunity) merumuskan strategi dengan cara mengatasi segala kelemahan dalam rangka menggunakan peluang yang ada, menghasilkan: merencanakan pengelolaan kawasan wisata dengan meluncurkan program baru, dan membangun fasilitas pariwisata.
3. Strategi ST (Strength Threats) merumuskan strategi dalam rangka memanfaatkan segala kekuatan untuk menghadapi ancaman, menghasilkan: memaksimalkan pengelolaan kawasan dengan menonjolkan kekuatan yang ada serta mengelola segala fasilitas kepariwisataan, penentuan kebijakan yang jelas terkait dengan pengelolaan pariwisata dengan segala komponennya, mengajak seluruh komponen masyarakat untuk bersama-sama menciptakan situasi yang aman dan kondusif demi berlangsungnya kegiatan pariwisata. 4. Strategi WT (Weaknesses Threats), merumuskan strategi dalam rangka
mengatasi kelemahan untuk mengantisipasi ancaman, menghasilkan: mengoptimalkan daya tarik yang ada dan segala fasilitas pariwisata yang tersedia untuk dapat menarik para wisatawaan, memudahkan aksesibilitas, memaksimalkan keterlibatan pihak terkait dalam penyelenggaraan pariwisata, memberikan pengertian terhadap masyarakat mengenai pentingnya kegiatan pariwisata tersebut untuk kesejahteraan mereka sendiri.
BAB IV PENUTUP 4.1. Kesimpulan
Kawasan wisata di Propinsi Bali dan juga Kabupaten Musi Rawas memiliki berbagai potensi alam yang sangat bagus yang menjadikan kawasan tersebut memang cocok menjadi Kawasan Daya Tarik Wisata Khusus (KDTWK). Potensi-potensi yang dimiliki seperti hutanya yang sangat luas dengan berbagai ragam tanaman di dalamnya, danaunya yang sangat indah, keadaan alam yang masih alami serta suasana pedesaan yang masih sangat kental terasa, menjadikan kawasan ini memiliki daya tarik tersendiri. Terlebih lagi kegiatan sosial budaya masyarakat setempat yang masih sarat akan budaya menjadikan kawasan ini lebih menarik lagi untuk dikunjungi. Berbagai aktivitas aktivitas wisata pun dapat dilakukan di kawasan ini. Terutama kegiatan wisata yang terkait dengan alam. Seperti sesuai dengan konsep pengelolan KDTWK.
Keterlibatan stakeholder dalam hal ini pemerintah, pihak swasta dan masyarakat terkait dengan penyelenggaraan pariwisata di kawasan ini masih ada kekurangan-kekurangan yang perlu ditutupi demi terselenggaranya kegiatan pariwisata ini dengan baik. Pemerintah, pihak swasta dan masyarakat selaku stakeholder harus saling berkoordinasi dan bekerja sama sesuai dengan perannya masing-masing untuk menentukan kebijakan-kebijakan pariwisata. Kerja sama serta koordinasi yang baik antara para stakeholder ini juga dibutuhkan untuk menghindari terjadinya konfilk dalam penyelenggaraan kegiatan pariwisata.
4.2. Saran
1. Perlu ditingkatkannya upaya perbaikan infrastruktur pendukung dan peningkatan intensitas promosi guna menarik minat wisatawan nusantara maupun wisatawan mancanegara.
2. Hasil-hasil kegiatan kepariwisataan yang telah diraih hendaknya dapat dijadikan contoh dan terus dikembangkan sesuai dengan kemampuan daerah untuk mengelolanya.
DAFTAR PUSTAKA
Pitana, I Gede, 2003. Kebijakan dan Strategi Pemerintah Daerah Bali dalam Pembangunan Pariwisata. Denpasar: Program Studi Magister (S2) Kajian Pariwisata. Universitas Udayana.Tidak dipublisasikan.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.
Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang.
Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 50 Th 2011 tentang RIPPARNAS.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 52 Th 2012 tentang Sertifikasi Kompetensi dan Sertifikasi Usaha di Bidang Pariwisata.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota.
Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 5 Tahun 2005 tentang Persyaratan Arsitektur Bangunan Gedung.
Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 7 Tahun 2007 tentang Usaha Penyediaan Sarana Wisata Tirta.
Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 5 Tahun 2008 tentang Pramuwisata.
Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 16 Tahun 2009 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Bali Tahun 2009-2029.
Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 1 Tahun 2010 tentang UJPW (Usaha Jasa Perjalanan Wisata).
Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 2 Tahun 2012 tentang Kepariwisataan Budaya Bali.
LAMPIRAN:
1. Studi Banding, Bali 27- 31 Oktober 2013
LAMPIRAN: 3. Wisata Agro
LAMPIRAN : 5. Tanah Lot