• Tidak ada hasil yang ditemukan

1.6. H a s i l

a. Kekayaan Jenis dan Kerapatan Vegetasi Mangrove

Hasil analisis vegetasi mangrove yang meliputi komposisi jenis tumbuhan di hutan mangrove Suaka Margasatwa Karanggading Langkat Timur Laut I Kabupaten Deli Serdang dapat dilihat pada lampiran 1-35. Sedangkan keragaman dan kerapatan vegetasi mangrove berdasarkan tingkat pertumbuhannya yang ditemui di 14 (empat belas) lokasi plot penelitian seperti pada Tabel 2.

Tabel 2. Kekayaan jenis dan potensi vegetasi mangrove yang ditemui pada lokasi penelitian di Kawasan Konservasi Suaka Margasatwa Karanggading Langkat Timur Laut I Kabupaten Deli Serdang.

No Famili

Jenis Tingkat

Pertumbuhan (Ha) Nama

Lokal Nama Ilmiah S P Ph

1. Avicenniaceae Api –api Avicennia officinalis 979 400 407 2. Avicenniaceae Api Api Hitam Avicennia alba 21 7 36 3. Casuarinaceae Cemara Laut Casuarina equisetifolia - 43 - 4. Euphorbiaceae Buta Buta Excoecaria agallocha 836 150 - 5. Meliaceae Nyirih Xylocarpus granatum 564 243 - 6. Myrsinaceae Teruntun Aegiceras corniculatum 171 7 - 7. Myrtaceae Baru Baru Osbornia octodonta 7 86 50 8. Rhizophoraceae Lenggadai Bruguiera parviflora 2850 486 7 9. Rhizophoraceae Bakau Rhizophora apiculata 657 307 - 10. Rhizophoraceae Mata Buaya Bruguiera sexangula 857 93 - 11. Rubiaceae Cingam Scyphiphora hydrophyllacea 50 7 - 12. Sonneratiaceae Perpat Sonneratia ovata 21 - - 13. Sonneratiaceae Berembang Sonneratia alba 14 21 7

Jumlah 7029 1850 507

Dari data tabel 2 diketahui bahwa ada 5 jenis vegetasi mangrove yaitu B. parviflora, A. officinalis, A. alba, O. octodonta, dan S. alba, merupakan

vegetasi yang ada di setiap kelas pertumbuhan, dengan jumlah vegetasi setiap tingkat pertumbuhan/ha adalah semai 7.029 batang, pancang 1.850 batang dan tingkat pertumbuhan pohon 507 batang.

b. Dominansi

Penentuan jenis vegetasi dominan dilakukan dengan menggunakan indeks nilai penting (INP) beberapa jenis tumbuhan yang ditemui di setiap plot contoh penelitian di kawasan Suaka Margasatwa Karanggading Langkat Timur Laut I Kabupaten Deli Serdang untuk tingkat pertumbuhan semai, pancang, dan tingkat pohon dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Indeks Nilai Penting (INP) Vegetasi Hutan Mangrove untuk Tingkat Pertumbuhan Semai, Pancang dan Pohon di kawasan Suaka Margasatwa Karanggading Langkat Timur Laut I Kabupaten Deli Serdang.

No Jenis Tingkat Pertumbuhan

Semai Pancang Pohon

INP (%) INP (%) INP (%)

1. Aegiceras corniculatum 10,38 1,25 0,43 2. Avicennia alba 1,89 1,26 47,76 3. Avicennia officinalis 25,03 27,71 159,57 4. Bruguiera parviflora 56,42 85,3 16,50 5. Bruguiera sexangula 28,07 9,37 1,23 6. Casuarina equisetifolia 0,00 10,14 0,07 7. Excoecaria agallocha 27,76 12,45 1,77 8. Osbornia octodonta 1,68 5,50 45,32 9. Rhizophora apiculata 23,64 24,43 2,74 10. Sonneratia alba 1,79 2,03 20,13 11. Sonneratia ovata 1,89 0,00 0,52 12. Scyphiphora hydrophyllacea 2,30 1,26 1,29 13. Xylocarpus granatum 19,14 19,21 2,67 Jumlah 200,00 200,00 300,00

Berdasarkan data Tabel 3 menunjukkan pada tingkat pertumbuhan semai berdasarkan Indeks Nilai Penting didominasi oleh jenis B. parviflora dengan INP (56,42%) , tingkat pertumbuhan pancang dengan dominasi

vegetasi jenis B. parviflora dengan INP (85,30%) dan pada tingkat

pertumbuhan pohon dengan dominasi vegetasi adalah jenis A. officinalis (INP = 159,57%).

Tabel 4. Indeks Keanekargaman (H') Vegetasi Hutan Mangrove di kawasan Suaka Margasatwa Karanggading Langkat Timur Laut I Kabupaten Deli Serdang.

No Jenis Indeks Keanekaragaman (H')

Semai Pancang Pohon

1. Aegiceras corniculatum 0,0044 0,0002 0,0000 2. Avicennia alba 0,0001 0,0002 0,0263 3. Avicennia officinalis 0,0764 0,1432 0,2831 4. Bruguiera parviflora 0,2968 0,1844 0,0017 5. Bruguiera sexangula 0,0626 0,0151 0, 0000 6. Casuarina equisetifolia 0,0000 0,0404 0,0000 7. Excoecaria agallocha 0,0602 0,0330 0,0000 8. Osbornia octodonta 0,0000 0,0132 0,0450 9. Rhizophora apiculata 0,0414 0,0989 0,0000 10. Sonneratia alba 0,0001 0,0012 0,0017 11. Sonneratia ovata 0,0001 0,0000 0,0000 12. Scyphiphora hydrophyllacea 0,0005 0,0002 0,0000 13. Xylocarpus granatum 0,0325 0,0670 0, 0000 Jumlah 0,5752 0,5636 0,3579

Pada Tabel 4 dari 13 jenis vegetasi mangrove yang ditemukan dalam plot penelitian diketahui bahwa indeks keanekaragaman vegetasi mangrove untuk tingkat pertumbuhan semai (H' = 0,58), pancang (H' = 0,56), dan pohon (H' = 0,36), maka berdasarkan Barbour, et al, (1987) apabila nilai H' 0-2 adalah termasuk kriteria keanekaragaman vegetasinya tergolong rendah.

c. Tingkat Kerusakan Mangrove

i. Penutupan

Kondisi penutupan mangrove di kawasan Suaka Margasatwa Karanggading Langkat Timur Laut I dihitung dengan menggunakan rumus yang mengacu kepada Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor

201 Tahun 2004 tanggal 13 Oktober 2004 tentang Kriteria Baku dan Pedoman Penentuan Kerusakan Mangrove , seperti pada Tabel 5.

Tabel 5. Kondisi Penutupan Vegetasi Hutan Mangrove di kawasan Suaka Margasatwa Karanggading Langkat Timur Laut I Kabupaten Deli Serdang.

No Jenis Basal Area (cm2) RC1= (Ci/ƩC) x 100

1. Aegiceras corniculatum 36,28 0,15 2. Avicennia alba 2.459,48 9,84 3. Avicennia officinalis 3.111,14 12,45 4. Bruguiera parviflora 231,67 0,93 5. Bruguiera sexangula 104,41 0,42 6. Casuarina equisetifolia 185,16 0,74 7. Excoecaria agallocha 150,72 0,60 8. Osbornia octodonta 1.486,90 5,95 9. Rhizophora apiculata 233,53 0,93 10. Sonneratia alba 322,73 1,30 11. Sonneratia ovata 44,35 0,18 12. Scyphiphora hydrophyllacea 109,78 0,44 13. Xylocarpus granatum 229,03 0,92 Jumlah 8.705,18 34,82 %

Dari tabel 5 tersebut diketahui besarnya penutupan vegetasi mangrove tingkat pohon adalah sebesar 34,82 % atau berdasarkan kriteria baku dan pedoman penentuan kerusakan mangrove berdasarkan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 201 Tahun 2004 tanggal 13 Oktober 2004 termasuk kriteria rusak.

Tabel 6. Kriteria baku dan pedoman penentuan kerusakan mangrove berdasarkan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 201 Tahun 2004 tanggal 13 Oktober 2004.

No Kriteria Penutupan Kerapatan Pohon /Ha

1 Baik (sangat padat) ≥ 75 % ≥ 1500

2 Sedang ≥ 50% - ˂75 % ≥ 1000-˂ 1500

ii. Kerapatan Tegakan Mangrove

Penilaian kerapatan tegakan mangrove di kawasan Suaka Margasatwa Karanggading Langkat Timur Laut I Kabupaten Deli Serdang dihitung berdasarkan

rumus

Rdi = (ni/Ʃn) x 100, yaitu perbandingan antara jumlah

tegakan jenis I (ni) dan jumlah total tegakan seluruh jenis (

Ʃn) yang

mengacu kepada

Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor

201 Tahun 2004 tanggal 13 Oktober 2004, dengan hasil pengamatan diketahui kerapatan tegakan/hektar termasuk kriteria rusak dengan jumlah vegetasi mangrove tingkat pertumbuhan pohon 507 pohon/ha (<1000).

d. Potensi Karbon Tersimpan

Hasil pengukuran biomasa vegetasi mangrove untuk tingkat pertumbuhan tanaman semai, pancang dan pohon pada 14 lokasi plot contoh di kawasan Suaka Margasatwa Karanggading Langkat Timur Laut I Kabupaten Deli Serdang dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Biomasa Vegetasi mangrove pada lokasi plot contoh di kawasan Suaka Margasatwa Karanggading Langkat Timur Laut I Kabupaten Deli Serdang.

No. Plot

BK-biomasa kg/pohon dan Potensi Karbon/plot

Jumlah Diameter < 5 cm Potensi Karbon Diameter 5-10 cm Potensi Karbon Diameter >10 cm Potensi Karbon 1 Satu 101,15 46,53 149,99 69,00 284,67 130,95 246,47 2 Dua 73,67 33,89 104,49 48,07 0,00 0,00 81,95 3 Tiga 62,54 28,77 121,17 55,74 0,00 0,00 84,51 4 Empat 147,48 67,84 133,22 61,28 0,00 0,00 129,12 5 Lima 144,28 66,37 67,32 30,97 0,00 0,00 97,34 6 Enam 28,86 13,28 8,33 3,83 0,00 0,00 17,11 7 Tujuh 145,54 66,95 212,40 97,70 0,00 0,00 164,65 8 Delapan 167,99 77,28 169,20 77,83 0,00 0,00 155,11 9 Sembilan 72,82 33,50 139,81 64,31 3.092,60 1.422,60 1.520,41 10 Sepuluh 12,92 5,94 60,84 27,99 2,415,74 1.111,24 1.145,17 11 Sebelas 23,24 10,69 336,02 154,57 3.642,70 1.675,64 1.840,90 12 Dua Belas 42,10 19,37 159,91 73,56 34,62 15,93 108,85 13 Tiga Belas 92,28 42,45 186,40 85,74 0,00 0,00 128,19 14 Empat Belas 64,22 29,54 214,86 98,84 0,00 0,00 128,38 Jumlah 1.179,12 542,38 2.063,97 949,42 9.470,33 4.356,35 5.850,50 Jumlah/m2 0,08 0,04 0,15 0,07 0,68 0,31 0,42 Jumlah/Ha 8,42 3,87 14,74 6,78 67,65 31,12 41,79

Dari Tabel 7 di ketahui kandungan biomasa yang terbesar terdapat pada plot 9, 10 dan plot 11 (69,98 ton/ha), hal ini karena pada plot tersebut didominasi oleh vegetasi mangrove dengan tingkat pertumbuhan pohon (diameter > 10 cm) dengan jenis A. officinallis, sedangkan pada plot 2-8 dan plot 13-14 (kandungan biomasa = 20,83 ton/ha) tidak ditemukan vegetasi mangrove dengan diameter > 10 cm karena pada plot tersebut didominasi oleh jenis vegetasi tingkat semai dan pancang.

Besarnya potensi biomasa kg/pohon dipengaruhi oleh diameter, berat jenis dan tinggi vegetasi mangrove. Dari 14 plot lokasi sampel penelitian

diperoleh besarnya potensi biomasa atau setara dengan karbon tersimpan seperti pada Tabel 8 di bawah ini :

Tabel 8. Potensi Karbon Tersimpan Hutan Mangrove Pada Tingkat Pertumbuhan Semai, Pancang dan Pohon di Kawasan Suaka Margasatwa Karanggading Langkat Timur Laut I Kabupaten Deli Serdang.

No. Nama Ilmiah

Potensi Biomasa Berdasarkan

Tingkat Pertumbuhan Jumlah

Biomasa /Kg/Pohon Potensi Karbon (Biomasa x 0.46)/ Kg

Semai Pancang Pohon

1 2 3 4 5 6 7 1 A. alba 6,08 8,08 1.684,95 1.699,11 781,59 2 A. corniculatum 38,34 7,13 0,00 45,47 20,92 3 A. officinalis 103,02 429,4 7.134,83 7.667,25 3.526,94 4 B. parviflora 405,46 458,75 31,58 895,79 412,06 5 B. sexangula 178,16 84,33 0,00 262,33 120,67 6 C. equisetifolia 0,00 41,18 0,00 41,18 18,94 7 E. agallocha 91,46 100,13 0,00 191,59 88,13 8 O. octodonta 0,00 226,27 584,35 810,62 372,89 9 R. apiculata 189,18 353,19 0,00 542,37 249,49 10 S. alba 3,34 93,51 34,62 131,47 60,48 11 S. ovata 7,36 0,00 0,00 7,36 3,39 12 S. hydrophyllacea 25,16 6,57 0,00 31,73 14,60 13 X. granatum 131,72 255,43 0,00 387,15 178,09 Jumlah 1.179,12 2.063,97 9.470,33 12.718,47 5.850,50 Jumlah kg/m2 0,08 0,15 0,68 0,92 0,42 Jumlah/Ha 8,42 14,74 67,65 90,85 41,79

Dari Tabel 8 di atas menunjukan bahwa jenis vegetasi A. officinalis mempunyai potensi biomasa yang tertinggi dengan jumlah biomasa 3.526,94 kg atau atau setara dengan potensi karbon 25,19 ton/Ha kemudian diikuti oleh A. alba 5,58 ton/Ha dan B. Parviflora 2,94 ton/Ha.

e. Diagram Profil

Diagram profil vegetasi mangrove menggambarkan kondisi mangrove secara vertikal dan horizontal di lokasi penelitian pada kawasan Suaka Margasatwa Karanggading Langkat Timur Laut I berdasarkan prinsip-prinsip yang diperkenalkan Mueller-Dombois (1974). Hasil pengamatan pada petak contoh yang berukuran 10 x 100 m yang mewakili kondisi rata-rata di lokasi penelitian dibuat diagram profil untuk menggambarkan kondisi vegetasi secara vertikal dan horizontal, disajikan pada Gambar 3.

Tabel 9. Rekapitulasi Luas Penutupan Tajuk dan Celah Lokasi Sampel Plot Penelitian di Kawasan Suaka Margasatwa Karanggading Langkat Timur Laut I Kabupaten Deli Serdang .

No Jenis Luas Penutupan Tajuk Luas Celah

m2 % m2 % 1. B. parviflora 254,65 25,47 46.96 4.70 2. A. officinalis 215,21 21,52 39.68 3.97 3. R. apiculata 152,34 15,23 28.09 2.81 4. E. agallocha 95,33 9,53 17.58 1.76 5. B. sexangula 81,24 8,12 14.98 1.50 6. X. granatum 45,54 4,55 8.40 0.84 Jumlah 844,31 84,43 155.69 15.57

Dari Tabel 9 dan Gambar 3 diketahui ada 6 jenis vegetasi mangrove dengan luas penutupan tajuk tertinggi adalah jenis B. parviflora yaitu sebesar 25,47 %. Hal ini menunjukan tingkat kepadatan populasi tergolong rendah, kemudian diikuti oleh vegetasi A. officinalis 21,52 %, dan penutupan tajuk terendah adalah jenis X. granatum yaitu 4,55% dengan keterbukaan celahnya sebesar 0,84 %.

2. Pembahasan

2.1. Keragaman dan Kerapatan Vegetasi

Dari hasil analisis vegetasi 14 plot sampel penelitian yang telah dilakukan di kawasan Suaka Margsatwa Karanggading Langkat Timur Laut I Kabupaten Deli Serdang ditemukan 8 famili vegetasi mangrove yang terdiri dari : Rhizoporaceae, Rubiaceae, Sonneratiaceae, Meliaceae, Casuarinaceae, Myrsinaceae, Avicenniaceae, Myrtaceae, dengan 13 sepecies yang terdiri dari : B. parviflora, S. hydrophyllaceae, S. ovata, X. granatum, R. apiculata, C. equisetifolia, A. corniculatum, E. agallocha, B. sexangula, A. officinalis, A. alba, O. octodonta dan S. alba. Vegetasi mangrove yang ditemukan sebagian besar adalah pada tingkat pertumbuhan semai dan pancang, sedangkan vegetasi dengan tingkat pertumbuhan pohon sangat sedikit,

dengan indeks keanekaragaman pada tingkat semai (H'=0,58), pancang (H'=

0,56) dan pohon (H'=0,36), dan menurut kriteria oleh Barbour et al., (1987) bahwa nilai keanekaragaman vegetasi mangrovenya tergolong rendah.

Sedikitnya vegetasi mangrove pada tingkat pertumbuhan pohon disebabkan oleh tingginya aktifitas masyarakat masuk ke dalam kawasan untuk mengambil dan menebang vegetasi yang masih berumur muda terutama pada tingkat pertumbuhan pancang untuk dijadikan bahan baku rumah atau peralatan nelayan, dan banyaknya aktifitas-aktifitas pabrik kayu arang pada tahun-tahun sebelumnya, sehingga terjadi eksploitasi secara

besar-besar bahan baku yang diambil secara tidak sah (illegal) pada hutan mangrove Suaka Margasatwa Karanggading Langkat Timur Laut I dengan memanfaatkan lemahnya sistem penanganan dan penegakan hukum.

Untuk menjamin keberlangsungan pertumbuhan vegetasi mangrove pada tingkat semai dan pancang yang mendominasi sebagian besar kawasan konservasi Suaka Margasatwa Karanggading Langkat Timur Laut I perlu dilakukan penertiban terhadap setiap pelanggaran hukum yang terjadi sehingga kelestarian habitat mangrove dapat terjamin.

Berdasarkan data pada Tabel 1 maka secara floristik, jenis vegetasi mangrove di kawasan Suaka Margasatwa Karanggading Langkat Timur Laut I Kabupaten Deli Serdang terdiri dari 3 (tiga) kelompok, yaitu :

a. Kelompok mangrove utama teridiri dari 9 (Sembilan) jenis yaitu : B. parviflora, S. ovata, X. granatum, R. apiculata, A. corniculatum, B. sexangula, A. officinalis, A. alba, S. alba.

b. Kelompok mangrove penunjang teridiri dari 4 (empat) jenis, yaitu : E. agallocha), X. granatum), O. octodonta, S. hydrophyllacea.

c. Kelompok tumbuhan assosiasi mangrove terdiri dari 1 (satu) jenis, yaitu : C. equisetifolia.

Keragaman vegetasi mangrove tidak hanya bergantung pada iklim, ataupun pengaruh musiman (Tomlinson, 1986: Percival et al., 1975), tetapi keberadaan mangrove yang baik, bergantung pada 7 (tujuh) faktor dasar (Chapman, 1975) antara lain :

a. Suhu Udara

Hutan mangrove yang luas umumnya terdapat pada wilayah yang suhu rata-rata di bulan terdinginnya lebih dari 20 °C dengan kisaran

musimannya atau fluktuasinya tidak melebihi 5 °C, kecuali di Afrika

Timur bisa mencapai 10 °C, dan pada Kawasan Suaka Margasatwa Karanggading Langkat Timur Laut I suhu udara rata-rata minimum bulanan dan tahunan adalah 23,7 °C – 25 °C, sehingga dari segi suhu

udara sangat mendukung untuk pertumbuhan alamiah mangrove secara baik.

b. Arus Laut

Arus laut adalah salah satu unsur yang berpengaruh terhadap penyebaran dan pertumbuhan benih mangrove secara alami. Pertumbuhan dan penyebaran vegetasi mangrove Suaka Margasatwa Karanggading Langkat Timur Laut I Kabupaten Deli Serdang tidak terlepas oleh kondisi arus laut di pantai timur yang relative lebih stabil bila dibandingkan daerah pantai barat, sehingga sangat mendukung perkembangan dan pertumbuhan mangrove.

c. Perlindungan

Mangrove berkembang baik dipantai-pantai yang terlindung dari ombak yang kuat atau pengaruh pasang surut yang terlalu kuat yang dapat menyapu anakan mangrove sebelum tumbuh mapan. Perlindungan seperti itu diberikan oleh teluk, laguna, estuaria dibelakang semenanjung dan

gosong lepas pantai, dan di selat yang sempit. Kawasan Suaka Margasatwa Karanggading Langkat Timur Laut I Kabupaten Deli

Serdang mempunyai perlindungan seperti hal tersebut yang

memungkinkan vegetasi mangrove dapat tumbuh dan berkembang secara klimaks.

d. Pantai yang dangkal.

Pantai yang dangkal di sekitar kawasan Suaka Margasatwa Karanggading Langkat Timur Laut I Kabupaten Deli Serdang secara alamiah dapat memberikan kesempatan berkembangnya vegetasi mangrove dengan optimal, jika pengelolaan dan pengawasannya dilakukan secara maksimal. e. Air asin.

Kawasan Suaka Margasatwa Karanggading Langkat Timur Laut I Kabupaten Deli Serdang sebagian besar dikelilingi oleh sungai dan anak sungai yang bermuara ke laut, sehingga secara alami perkembangan dan pertumbuhan vegetasi mangrove di kawasan ini dipengaruhi oleh kondisi salinitas air laut, terutama pada saat pasang surutnya air laut.

f. Kisaran Pasang Surut.

Pasang surut dan fenomena yang terkait dengannya, mampu mengendalikan zonasi vertikal dari beberapa jenis mangrove. Suatu kisaran pasang surut yang besar, yang diikuti dengan pantai dan dasar laut yang landai, akan mendorong berkembangnya mangrove yang ekstensif, pernyataan tersebut sesuai dengan kondisi dan bentang alam yang

terdapat di kawasan Suaka Margasatwa Karanggading Langkat Timur Laut I Kabupaten Deli Serdang.

g. Substrat Lumpur

Meskipun vegetasi mangrove dapat tumbuh pada pasir, lumpur, gambut, dan batuan koral, tetapi mangrove yang luas biasanya ditemukan pada tanah-tanah lumpur, dan sebagian besar kawasan suaka margasatwa Karanggading Langkat Timur Laut I merupakan hamparan tanah yang berlumpur yang artinya secara ekologi vegetasi mangrove dapat tumbuh dengan baik, apabila tidak adanya gangguan alam ataupun manusia.

Pada lokasi yang dijadikan sampel penelitian diketahui bahwa kerapatan vegetasi yang terbanyak pada tingkat pertumbuhan semai dan pancang adalah jenis B. parviflora, sedangkan pada tingkat pertumbuhan pohon A. officinalis.

Indeks Nilai Penting (INP) pada tingkat pertumbuhan semai (diameter < 5 cm) di dominasi oleh B. parviflora (56,42%), B. sexangula (28,07) dan E. agallocha (27,76%) A.officinalis (25,03 %), dengan Indeks keanekaragaman H‘ = 0,58, tingkat pertumbuhan pancang (diameter 5-10 cm) di dominasi oleh B. parviflora (85,36 %), A.officinalis (27,71 %), R. apiculata (24,43%), dan X. granatum (19,21%) dengan Indeks Keanekaragaman H‘= 0,56, sedangkan pada tingkat pertumbuhan pohon (diameter > 10 cm) didominasi

oleh A. officinalis (159,57%), A. alba (47,76 %), O. octodonta (45,32%) dan B. parviflora (16,50%) dengan Indeks Keanekaragaman H‘ = 0,36.

Vegetasi ditingkat pertumbuhan semai dan pancang pada masing-masing plot untuk jenis B. parviflora dan A. officinalis menunjukan kepadatan yang tinggi jika dibandingkan dengan jenis yang lain, sedangkan pada tingkat pertumbuhan pohon adalah jenis A. officinalis dan A. alba.

Kerapatan vegetasi mangrove ditingkat pertumbuhan pohon dan pancang untuk selain jenis A. officinalis dan A. alba terjadi penurunan hampir diseluruh lokasi sampel penelitian. Adanya penurunan kerapatan dan keragaman vegetasi disebabkan oleh berbagai faktor antara lain terjadi penebangan secara liar oleh masyarakat yang dilakukan oleh pengusaha-pengusaha tambak dan perkebunan (BBKSDASU, 2009).

Hasil penelitian yang dilakukan Adil, (2008) di wilayah pengelolaan Suaka Margasatwa Karanggading Langkat Timur Laut diketahui Indeks Nilai Penting (INP) pada tingkat pertumbuhan semai didominasi oleh jenis R. apiculata (125,17%), X. granatum (19,54 %), B. parviflora (8,45%),

dengan indeks keanekaragaman H‘ = 1,11, tingkat pertumbuhan pancang di

dominasi oleh jenis X. granatum (108,12%), R. apiculata (79,06%), B. parviflora (14,27%), A. marina (5,95%) dengan indeks keanekaragaman H = 1,76, sedangkan pada tingkat pertumbuhan pohon di dominasi oleh jenis R. apiculata (128.66%), X. granatum (56,96 %), E. agallocha (18,29%), B.

sexangula (15,99%), dan B. parviflora (10,54%) dengan indeks keanekaragaman H‘ = 1,74.

Menurut Arief (2003) tipe tanah juga merupakan salah satu faktor pendukung terjadinya proses regenerasi, dimana partikel debu dan partikel liat yang berupa lumpur mampu menangkap buah dari tumbuhan mangrove yang jatuh setelah masak, yang menyebabkan rapat atau tidaknya suatu zona mangrove. Tetapi bila terjadi air pasang yang tinggi menyebabkan banyak buah yang jatuh terbawa oleh arus laut sehingga kerapatan pohon rendah.

Timbulnya perbedaan jenis yang mendominasi dari tingkat semai,

pancang dan pohon kemungkinan terjadi karena A. officinalis mampu

beradaptasi dengan lingkungannya sehingga dapat tumbuh dengan baik dari tingkat semai sampai pada tingkat pohon dan kurangnya tekanan dan kebutuhan masyarakat terhadap jenis vegetasi ini.

Jika dilihat karekteristik vegetasi A. officinalis diduga memiliki daya tahan dan toleransinya terhadap lingkungannya, misalnya lebih toleran terhadap naungan sehingga pada intensitas cahaya matahari yang rendah tetap mampu tumbuh dengan baik, disamping itu juga toleran terhadap salinitas tanah.

Berdasarkan ketahanannya terhadap lingkungan, jenis vegetasi dapat dibagi 2 yaitu (1) vegetasi yang batas toleransinya lebar (eury) terhadap lingkungan dan vegetasi yang batas toleransinya sempit (steno) terhadap

lingkungannya (Surianegara, et al., 1998 dalam Sri, 2008). Timbulnya perbedaan jenis yang dominan dari tiap tingkat pertumbuhan dipengaruhi oleh :

1. Berdasarkan data pada Balai Besar KSDA Sumatera Utara kawasan

konservasi Suaka Margasatwa Karanggading Langkat Timur I Kabupaten Deli Serdang sejak tahun 1988 s/d sekarang telah dirambah oleh masyarakat (Pengusah) dengan kegiatan berupa pengambilan kayu, sehingga kondisi alamiah vegetasi mangrove secara alamiah tidak pernah mencapai pertumbuhan secara klimaks.

2. Biji vegetasi mangrove secara umum bersifat rekalsitran sehingga saat biji jatuh ke tanah, bila tidak segera berkecambah akan membusuk dan mati, karena tingginya kandungan air.

Berdasarkan perhitungan terhadap keanekaragaman jenis (H') pada lokasi penelitian baik pada tingkat pertumbuhan semai, pancang dan pohon menunjukkan keanekaragaman yang rendah. Hal ini menggambarkan telah terjadi tekanan oleh faktor luar yang mengakibatkan hilangnya jenis-jenis mangrove tertentu, apakah akibat penebangan, rendahnya persentase perkecambahan biji akibat tingginya genanagan air atau naiknya suhu tanah akibat tingginya intensitas yang masuk ke lantai hutan atau adanya upaya alih fungsi lahan oleh masyarakat perambah terhadap kawasan Suaka Margasatwa Karanggading Langkat Timur Laut I.

Keanekaragaman yang makin tinggi merupakan cerminan dari stabilnya komunitas, artinya setiap jenis atau bahkan individu telah memiliki tempat tersendiri dalam habitatnya (niche), sehingga jika terdapat gangguan sekecil apapun akan terganggu keseimbangan ekosistem ataupun habitat.

2.2. Tingkat Kerusakan

Menurut Hamilton dan Snedaker (1984), sumberdaya mangrove dapat diperbaharui apabila proses-proses ekologis yang mengatur sistimnya dipertahankan. Proses ekologis yang menyebabkan bisa dipertahankannya dan bisa diperbaharuinya ekosistim mangrove adalah bergantung pada proses eksternal sebagai berikut : (1) percampuran antara air asin (pasang surut) dengan air tawar (air sungai) yang seimbang, (2) pasokan hara yang memadai, dan (3) substrat yang stabil, menghilangkan satu atau lebih dari faktor-faktor tersebut akan merusak atau menghilangkan sifat terbarukan dari sumberdaya dimaksud.

Berdasarkan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 201 Tahun 2004 tanggal 13 Oktober 2004 tentang Kriteria Baku dan Pedoman Penentuan Kerusakan Mangrove, telah ditetapkan langkah-langkah dan kebijakan dalam pengendalian dan penyelamatan hutan mangrove di Indonesia. Hasil penelitian di kawasan konservasi Suaka Margasatwa Karanggading Langkat Timur Laut I Kabupaten Deli Serdang (Tabel 6 dan

Tabel 7) tingkat kerusakan hutan mangrove termasuk kriteria rusak dengan nilai penutupan (RC1= 34,82 %) dan kerapatan (Rdi) 507 pohon/ha (Penutupan < 50% dan Kerapatan Pohon/Ha < 1000).

Kerapatan vegetasi pada Tabel 8 dapat menggambarkan kerapatan tajuk suatu kawasan hutan dan luas celah yang terbentuk. Semakin meningkat kerapatan pohon semakin tinggi tingkat penutupan tajuk di suatu kawasan hutan dan semakin sedikit celah yang terbentuk sehingga lantai hutan semakin tertutup oleh tajuk pohon. Semakin baik kondisi hutan berarti penutupan tajuk hutannya semakin rapat dan lantai hutan semakin tertutup. Hal ini akan mengakibatkan terbentuknya iklim mikro di dalam hutan yang relative baik, sehingga memperkecil berkembangnya introduksi jenis vegetasi luar yang berkembang di habitat mangrove, sehingga kelestarian vegetasi mangrove bisa tumbuh dengan stabil.

Bardasarkan Gambar 3 (diagram profile) vegetasi mangrove secara vertikal dan horizontal, merupakan gambaran keseluruhan lokasi plot penelitian dengan petak ukur 10 x 100 m. Pada kawasan Suaka Margasatwa ditemukan 6 (enam) jenis vegetasi mangrove yang dominan membentuk penutupan tajuk seluas 844,31 m2 dan luas celah 155,69 m2, dengan jenis antara lain : B. parviflora seluas 254,65 m2 atau 25, 47 % dan luas celah 46, 96 m2, X. granatum luas penutupan tajuk 45,54 m2 dan luas celah 8,40 m2 atau 0,84 %, akan tetapi jika dalam satu luasan 1000 m2 tersebut hanya terdiri dari 1 jenis vegetasi saja maka luas celah yang terbentuk oleh B. parviflora

adalah 745,35 m2 atau 74,53 % dan X. granatum luas celahnya adalah 954,46 atau 95,45 %, yang artinya jenis X. granatum adalah memiliki keterbukaan celah yang paling tinggi dibandingkan dengan jenis vegetasi mangrove lainnya.Hal tersebut menunjukkan bahwa dalam satuan perhektar luas celah yang terbentuk adalah 1.556,9 m2 atau 0,16 Ha. Luas celah ini akan dapat ditumbuhi vegetasi mangrove secara alamiah apabila didukung oleh habitat yang baik dan kurangnya tekanan ataupun gangguan masyarakat terhadap ekosistem mangrove. Kondisi vegetasi hutan mangrove di kawasan Suaka Margasatwa Karanggading Langkat Timur I dapat di lihat pada gambar 4, sedangkan hutan mangrove yang sudah mengalami kerusakan akibat perambahan dapat dilihat pada gambar 5.

Provinsi Sumatera Utara adalah salah satu daerah kepulauan yang sebagian kabupatennya memiliki potensi hutan mangrove, namun demikian kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa penyebaran mangrove di Propivinsi Sumatera Utara baik secara kualitatif dan kuantitatif terus

Gambar 4. Kondisi Tegakan Mangrove di Kawasan SM. Karanggading Langkat Timur Laut I Kabupaten Deli Serdang

menurun setiap tahun, hal ini disebabkan karena semakin tingginya kebutuhan masyarakat terhadap lahan pemukiman, pertanian, dan perkebunan, sehingga cenderung hanya mementingkan kebutuhan ekonomi tanpa adanya keseimbangan pembangunan yang memperhatikan pelestarian lingkungan hidup.

Secara fisik hutan mangrove dapat berfungsi sebagai peredam hempasan gelombang. Sistem perakarannya dapat berperan sebagai perangkap sedimen dan pemecah gelombang. Hal ini dapat terjadi apabila didukung oleh formasi hutan mangrove yang belum terganggu atau kondisinya masih alami. Kerapatan hutan mangrove yang cenderung menurun maka fungsinya sebagai peredam gelombang juga akan cenderung menurun. Sistem perakaran mangrove dapat mengikat dan menstabilkan substrat di garis pantai sehingga garis pantai tetap stabil, akibatnya badan pantai akan terus meninggi. Penanaman dan perlindungan mangrove merupakan salah satu sistem pelindung kestabilan garis pantai secara alami

Gambar 5. Areal SM. Karanggading Langkat Timur Laut I yang di rambah oleh masyarakat

Gambar 6. Pembukaan Jalan di dalam kawasan Suaka Margasatwa Karanggading Langkat Timur Laut I

agar tidak mengalami abrasi sehingga akan mendukung proses ekologi di kawasan pesisir.

Hutan mangrove di pulau Sumatera ± 657.000 Ha, dan 30% (±

200.000 Ha) berada di propinsi Sumatera Utara. Berdasarkan penafsiran citra landscape, diketahui luasan mangrove di propinsi Sumatera Utara mengalami penurunan yang sangat cepat dari waktu ke waktu. Dari luas ± 200.000 Ha

pada tahun 1987, tinggal 15% atau ± 31.885 Ha yang berfungsi baik pada

tahun 2001 (Laporan Status Lingkungan, 2002). Hal ini memberikan gambaran bahwa kondisi hutan mangrove di propinsi Sumatera Utara sedang mengalami tekanan yang sangat hebat oleh berbagai bentuk kegiatan

sehingga mengakibatkan hilangnya kawasan hutan mangrove sekitar 85% (±

168.145 Ha) dalam kurun waktu 14 tahun. Sebagian besar hutan mangrove di Sumatera Utara telah berubah fungsi menjadi lahan-lahan yang dikelola tanpa memperhatikan aspek dan konsep pelestarian lingkungan. Salah satu contoh yang paling ironis terjadi di kawasan Suaka Margasatwa

Karanggading Langkat Timur Laut I Kabupaten Deli Serdang.

Dokumen terkait