• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN

PEMBAHASAN UMUM

Pinus merkusii merupakan satu-satunya jenis tumbuhan daun jarum yang

penyebarannya mampu melewati lintang selatan khatulistiwa (Cooling 1968). Di Indonesia jenis ini menyebar secara alami di tiga lokasi yakni Takengon - Aceh,

Tapanuli – Sumatera Utara, dan Kerinci – Sumatera Barat. Diantara ketiga

populasi alam tersebut, hanya P. merkusii asal Aceh saja yang kini mengalami penyebaran cukup pesat hingga jauh melewati sebaran alaminya. Adapun penyebaran P. merkusii asal Tapanuli dan Kerinci, relatif masih stagnan di sekitar lokasi sebaran alaminya.

Berdasarkan hasil analisis perubahan tutupan lahan, secara garis besar dapat diketahui bahwa tutupan hutan di lima lokasi sebaran alam P. merkusii strain Tapanuli yang diteliti relatif dalam kondisi stabil. Ada tiga lokasi yang kondisi tutupan hutannya relatif baik yakni Dolok Tusam Timur, Dolok Tusam Barat, dan Tolang. Kondisi ini terjadi kemungkinan sebagai dampak dari tercapainya kondisi klimaks pada struktur tegakan yang ada di tiga lokasi tersebut.

Struktur tegakan alam P. merkusii strain Tapanuli yang mencapai klimaks

tersebut secara umum mempengaruhi terhadap karakter regenerasi, struktur genetik, dan kandungan biomassa karbonnya. Berdasarkan hasil analisis struktur tegakan, dapat diketahui bahwa karakter regenerasi alam pada lokasi dengan tutupan hutan lebat (Dolok Tusam Barat, Dolok Tusam Timur, dan Tolang) secara umum memang menunjukkan kurva J terbalik yang merupakan salah satu ciri bentuk struktur tegakan di hutan alam (Lamprecht 1989). Namun jika dirinci lebih lanjut berdasarkan tingkat perkembangan pohonnya maka dapat diketahui adanya

ketimpangan di dalam struktur tegakan populasi alam P. merkusii strain Tapanuli

tersebut, yaitu jumlah anakan P. merkusii strain Tapanuli sangat rendah pada

sebaran alaminya. Sebaliknya untuk jenis lain, jumlah anakannya relatif lebih

banyak dibanding P. merkusii strain Tapanuli. Kondisi ini tentu akan menjadi

salah satu faktor penghambat berkembangnya anakan alami yang tumbuh di

dalam hutan. Akibatnya anakan alam P. merkusii strain Tapanuli yang sempat

Hal ini sekaligus menjawab bentuk struktur tegakan P. merkusii strain Tapanuli yang sedikit atau bahkan tidak ada jumlah pancang dan tiangnya.

Berdasarkan hasil analisis pengelompokan secara genetik, dapat diketahui bahwa lokasi dengan tingkat kerapatan tutupan hutan yang relatif sama akan berada pada kelompok yang sama. Karenanya, lokasi Dolok Tusam Barat dan Dolok Tusam Timur yang relatif memiliki tingkat penutupan hutan paling rapat, berada pada kelompok yang sama. Sebaliknya untuk lokasi Lobugala dengan tingkat tutupan hutan terendah, berada pada kelompok tersendiri. Kemudian untuk lokasi Parinsoran dan Tolang yang memiliki tingkat tutupan hutan relatif sama, berada pada satu kelompok genetik yang sama.

Berdasarkan analisis pengelompokan genetik dapat diketahui juga ternyata lokasi dengan tingkat fragmentasi yang sama secara genetik akan mengelompok dalam kelompok yang sama. Kelompok pertama adalah untuk lokasi yang tidak terfragmentasi yakni Dolok Tusam Timur dan Dolok Tusam Barat. Kemudian kelompok kedua adalah untuk lokasi yang terfragmentasi yakni Tolang, Parinsoran, dan Lobugala. Untuk kelompok yang terfragmentasi ini, dibagi menjadi dua sub kelompok. Sub kelompok pertama adalah untuk lokasi yang tingkat fragmentasinya menengah yakni Parinsoran dan Tolang, dan sub kelompok kedua adalah lokasi yang paling terfragmentasi yakni Lobugala.

Berdasarkan data stok karbon pada Tabel 23, dapat diketahui bahwa secara garis besar berdasarkan jumlah stok karbonnya, kelima lokasi penelitian dapat dikelompokkan menjadi tiga. Kelompok pertama adalah Dolok Tusam Timur (stok karbon 187,8 ton C/ha) dan Dolok Tusam Barat (stok karbon 190.4 ton C/ha) yang memiliki kandungan stok karbon tinggi. Kelompok kedua adalah lokasi Lobugala dengan stok karbon 93.2 ton C/ha. Kelompok ketiga adalah lokasi Parinsoran ( stok karbon 48.9 ton C/ha) dan Tolang (stok karbon 45.7 ton C/ha). Pola pengelompokan stok karbon tersebut ternyata persis sama dengan pola pengelompokan berdasarkan kedekatan genetiknya. Hal ini secara tidak langsung

mengindikasikan bahwa kemampuan suatu tegakan alam P. merkusii strain

Tapanuli didalam menyerap karbon juga dipengaruhi oleh faktor genetik. Populasi alam yang berada pada kekerabatan genetik yang dekat akan memiliki stok karbon yang sama. Berdasarkan pengelompokan ini secara umum dapat dinyatakan

bahwa populasi alam P. merkusii strain Tapanuli yang tumbuh di Dolok Tusam Timur dan Dolok Tusam Barat memiliki struktur genetik yang mampu menjadikan populasi ini memiliki stok karbon yang tinggi.

Bertitik tolak dari uraian di atas, maka ada beberapa hal yang perlu

diperhatikan untuk pengelolaan populasi alam P. merkusii strain Tapanuli pada

sebaran alaminya di Tapanuli – Sumatera Utara sebagai berikut:

a. Untuk keperluan pelestarian materi genetik P. merkusii strain Tapanuli, maka lokasi Dolok Tusam Barat merupakan lokasi yang direkomendasikan untuk dijadikan sebagai sumber benih.

b. Untuk keperluan pelestarian biomassa karbon, maka lokasi hutan lindung

Dolok Tusam Barat dan Dolok Tusam Timur merupakan lokasi yang direkomendasikan untuk dijaga kelestariannya sehingga stok karbon yang ada saat ini tidak berkurang.

c. Untuk keperluan kesinambungan regenerasi alam P. merkusii strain Tapanuli,

maka Lobugala, Parinsoran, dan Tolang direkomendasikan sebagai lokasi untuk perbanyakan anakan alam P. merkusii strain Tapanuli.

SIMPULAN

Berdasarkan hasil dan pembahasan pada bab sebelumnya, maka simpulan dari penelitian ini sebagai berikut:

a. Berdasarkan hasil analisis perubahan tutupan lahan dapat diketahui kondisi

tutupan hutan di lima lokasi penelitian relatif stabil. Bahkan di lokasi Lobugala, tutupan hutannya meningkat. Selanjutnya berdasarkan analisis sifat kimia tanah dapat diketahui kandungan karbon tanah di lima lokasi penelitian berkisar antara 46,1- 89 ton C/ha. Kandungan karbon tanah tertinggi ditemukan di Lobugala, sedangkan yang terendah di Parinsoran. Adapun berdasarkan analisis struktur tegakan dapat diketahui bahwa

kelima lokasi penelitian mengalami defisit permudaan alam P. merkusii

strain Tapanuli.

b. Berdasarkan hasil analisis genetik dapat diketahui nilai heterosigositas

harapan (He) pada lima populasi alam P. merkusii strain Tapanuli berkisar antara 0,3779 hingga 0,4693. Nilai He tertinggi dimiliki oleh populasi

alam P. merkusii strain Tapanuli yang tumbuh di Lobugala, sedangkan

yang terendah dimiliki oleh populasi alam Dolok Tusam Barat. Namun demikian, berdasarkan nilai heterosigositas aktualnya, hanya populasi alam P. merkusii strain Tapanuli yang tumbuh di Dolok Tusam Barat yang mengalami surplus heterosigositas. Selanjutnya berdasarkan kedekatan

jarak genetiknya, kelima populasi alam P. merkusii strain Tapanuli

mengelompok menjadi dua kelompok besar. Kelompok pertama terdiri atas populasi Dolok Tusam Timur dan Dolok Tusam Barat. Adapun kelompok kedua terdiri atas dua sub kelompok. Sub kelompok pertama terdiri atas populasi Parinsoran dan Tolang, sedangkan sub kelompok kedua hanya terdiri populasi Lobugala.

c. Persamaan allometrik terbaik untuk pendugaan biomasa karbon P.

merkusii strain Tapanuli menggunakan peubah bebas diameter setinggi dada (DBH) dengan model persamaan sebagai berikut: untuk pendugaan biomassa di bagian atas tanah adalah Y = 0,1900(DBH)2,2730 R² =

0,97980, R2adj=0,979317, RMSE=0,177670; untuk pendugaan biomassa

RMSE=0,436644; dan untuk pendugaan biomassa total adalah Y=

0,2451(DBH)2,2757 R² = 0,97840 R2adj= 0,977900 RMSE=0,183996.

Stok karbon P. merkusii strain Tapanuli di 5 lokasi penelitian sbb: Dolok

Tusam Timur 187,8 ton C/ha, Parinsoran 48,9 ton C/ha, Dolok Tusam Barat 190,4 ton C/ha, Lobugala 93,2 ton C/ha, dan Tolang 45,7 ton C/ha.

SARAN

Beberapa saran diajukan untuk menindaklanjuti hasil penelitian ini, sebagai berikut:

a. Agar proses regenerasi populasi alam P. merkusii strain Tapanuli dapat

terjadi secara lestari dan optimal maka di setiap lokasi sebaran alam P. merkusii strain Tapanuli perlu dibuat tempat khusus untuk pemeliharaan semai alam sehingga pertumbuhannya optimal.

b. Agar potensi genetik P. merkusii strain Tapanuli tetap terjaga dengan baik

maka populasi alam P. merkusii strain Tapanuli pada sebaran alaminya di

Tapanuli – Sumatera Utara perlu dikelola lebih baik oleh pemerintah.

c. Agar potensi kandungan karbon yang ada di dalam kawasan hutan lindung

Dolok Tusam – Tapanuli Utara tetap terjaga dan terevaluasi secara

kontinyu dengan tingkat keakuratan yang tinggi maka pemerintah perlu kembali menata dan memantapkan tata batas kawasan hutan lindung

Dokumen terkait