• Tidak ada hasil yang ditemukan

Percobaan I. Pengaruh pupuk organik dan pupuk hayati terhadap pertumbuhan dan produksi buncis min

5 PEMBAHASAN UMUM

Pengaruh Pupuk Organik dan Pupuk Hayati terhadap Pertumbuhan dan Produksi Buncis Mini

Hasil penelitian menunjukkan bahwa masing-masing perlakuan pupuk organik dengan pupuk hayati memiliki kemampuan yang berbeda dalam meningkatkan pertumbuhan dan produksi. Pertumbuhan dan produksi tanaman dipengaruhi oleh iklim dan tanah sebagai media tumbuh tanaman dan penyedia hara dan air untuk tanaman yang dibudidayakan. Pertumbuhan (tinggi), jumlah polong dan produksi buncis mini yang dipupuk dengan pupuk kandang ayam lebih tinggi dari pupuk kandang kambing dan sapi. Pada percobaan I bobot polong per bedeng yang dihasilkan dari perlakuan pupuk kandang ayam nyata 14.9% lebih tinggi dibandingkan dengan pupuk kandang kambing dan 23.7% lebih tinggi dari pupuk kandang sapi.

Penelitian yang dilakukan Purwanti (2009) menunjukkan perlakuan pupuk kandang ayam menghasilkan hasil tertinggi pada bobot per tanaman, bobot per bedeng, bobot layak pasar per bedeng pada selada, pakcoi, kangkung, caisin dibandingkan dengan pupuk organik yang lain.

Kandungan unsur hara dalam pupuk kandang ayam relatif sama dengan jenis pupuk kandang lainnya, namun pupuk kandang ayam relatif lebih cepat terdekomposisi serta mempunyai kadar hara yang cukup jika dibandingkan dengan jumlah unit yang sama dengan pupuk kandang lainnya. Pupuk kandang sapi mempunyai kadar serat yang tinggi seperti selulosa, sedangkan pupuk kandang kambing sulit dipecah karena bentuknya berupa butiran. Hal ini menyebabkan proses dekomposisi jenis pupuk kandang tersebut menjadi lebih lambat demikian pula penyediaan hara bagi tanaman (Hartatik dan Widowati 2011).

Kemampuan setiap jenis pupuk kandang tidak sama dalam menyediakan unsur hara bagi tanaman buncis mini. Kadar air juga berperan dalam menentukan berat kering pupuk kandang yang diaplikasikan. Semakin rendah kadar air pada pupuk kandang, semakin tinggi berat kering yang dihasilkan, sehingga penyediaan hara semakin meningkat. Hasil analisis pupuk organik pada penelitian ini menunjukkan kadar air pupuk kandang ayam terendah (45.26%) bila dibandingkan dengan pupuk kandang kambing (164.40%) dan pupuk kandang sapi (153.46%) sehingga dari berat basah 20 ton ha-1 yang diaplikasikan pada masing-masing pupuk kandang diperoleh berat kering pupuk kandang ayam (13.8 ton ha-1), pupuk kandang kambing (7.6 ton ha-1) dan pupuk kandang sapi (7.9 ton ha-1). Hal ini menunjukkan pupuk kandang ayam memiliki berat kering tertinggi dibandingkan dengan pupuk kandang kambing dan pupuk kandang sapi, sehingga dapat meningkatkan ketersediaan hara untuk pertumbuhan dan produksi buncis mini.

Tanaman buncis mini membutuhkan N dalam jumlah yang cukup untuk pertumbuhan vegetatif, sehingga kandungan N yang tinggi pada pupuk kandang ayam dapat meningkatkan pertumbuhan vegetatif tanaman buncis mini. Selain N, buncis mini juga membutuhkan P yang mempengaruhi jumlah polong buncis mini dan K yang berperan sebagai pembawa translokasi sejumlah hara terutama N.

Percobaan I bertujuan untuk membandingkan tiga jenis pupuk organik dan dua jenis pupuk hayati terhadap pertumbuhan dan produksi buncis mini. Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa aplikasi pupuk kandang ayam lebih tinggi dalam meningkatkan produksi polong buncis mini dibandingkan dengan aplikasi pupuk kandang kambing dan pupuk kandang sapi. Hasil analisis sifat kimia pupuk organik yang digunakan dalam penelitian (Tabel 1) menunjukkan kandungan N (2.12%) dan P (2.37%) lebih tinggi dari pupuk kandang kambing dan pupuk kandang sapi. Kadar air pupuk kandang ayam lebih rendah (45.26%) dibandingkan dengan kadar air pupuk kandang kambing (164.40%) dan pupuk kandang sapi (153.46%) sehingga berat kering pupuk kandang ayam yang diaplikasikan adalah sebesar 13.8 ton/ha dari berat basah 20 ton/ha, berat kering pupuk kandang kambing adalah sebesar 7.6 ton ha-1 dari berat basah 20 ton ha-1 dan berat kering pupuk kandang sapi adalah sebesar 7.9 ton ha-1 dari berat basah 20 ton ha-1.

Budidaya tanaman secara organik menggunakan pupuk kandang kotoran ayam terbukti menghasilkan produksi tertinggi dibandingkan penggunaan pupuk hijau, budidaya konvensional maupun budidaya organik tanpa pupuk (Kurniasih 2006). Pupuk kandang ayam mengandung kadar air yang lebih rendah dibandingkan dengan pupuk kotoran kambing dan sapi sehingga kemampuan menahan air lebih tinggi. Pupuk kotoran ayam lebih cepat dalam menyediakan unsur hara dan memiliki nisbah C/N lebih rendah dibandingkan dengan pupuk kotoran sapi, kuda dan domba. Pemberian pupuk kandang ayam akan meningkatkan pertumbuhan tanaman yaitu daya tumbuh, vigor bibit serta komponen hasil (Erianto 1995).

Hasil analisis statistik pada percobaan I juga menunjukkan bahwa jenis pupuk hayati dan interaksi antara keduanya tidak berbeda nyata terhadap peubah amatan tinggi tanaman 14, 28 HST, panjang polong, diameter polong, jumlah polong dan bobot polong. Penggunaan pupuk hayati Azozo pada percobaan II didasarkan pada hasil analisis biologi tanah pupuk hayati yang digunakan dalam penelitian (Tabel 2). Hasil analisis biologi tanah pupuk hayati Azozo menunjukkan adanya populasi mikrob pada pengamatan 7 dan 28 hari pengamatan pada populasi mikrob Azotobacter, Azospirillum dan Pelarut fosfat.

Penggunaan pupuk kandang ayam selama dua tahun mampu meningkatkan produksi jagung lebih tinggi dibandingkan dengan aplikasi pupuk kimia dan penggunaan pupuk kandang sampai dengan 3 tahun mampu meningkatkan pH

tanah dibandingkan dengan budidaya jagung yang menggunakan pupuk kimia (Sistani et al. 2007).

Aktivitas dan komunitas mikrob tanah pada sistem pertanian organik jauh berbeda dengan aktivitas dan komunitas mikrob tanah pada sistem pertanian konvensional. Aktivitas dan komunitas mikrob tanah pada tanah yang digunakan untuk sistem pertanian organik, baik jangka panjang maupun jangka pendek lebih tinggi dibandingkan dengan tanah yang digunakan untuk pertanian konvensional, demikian pula dengan pH tanah pada tanah sistem pertanian organik lebih tinggi dibandingkan dengan tanah pertanian konvensional (Moeskops et al. 2010).

Efektifitas Pupuk Organik dan Pupuk Hayati dalam Meningkatkan Efisiensi Pupuk Anorganik

Pada percobaan II, pemberian kombinasi pupuk kandang ayam dan Azozo menunjukkan pengaruh yang sangat nyata terhadap panjang polong, jumlah polong, bobot polong segar per tanaman, bobot polong per satuan percobaan dan bobot polong per hektar. Penelitian yang dilakukan Pujiastuti (2005) menghasilkan perlakuan pupuk NPK dan pupuk kandang pada pertanaman buncis mempercepat waktu tanaman berbunga dan mempengaruhi jumlah polong per tanaman.

Pada Gambar 3 terlihat bahwa perlakuan aplikasi pupuk kandang ayam dan Azozo + 50% dosis pupuk anorganik menunjukkan penampilan fenotif yang lebih baik dari perlakuan tanpa pupuk kandang ayam dan Azozo + 150% dosis pupuk anorganik. Hal ini menunjukkan pemberian dosis pupuk yang berlebihan dari dosis anjuran akan menurunkan pertumbuhan dan produksi. Dari gambar 3 terlihat bahwa tanaman buncis mini pada perlakuan tanpa pupuk kandang ayam dan Azozo + 150% dosis pupuk anorganik mengalami gangguan pada pertumbuhan sehingga banyak tanaman yang mati.

Gambar 3. Perlakuan kombinasi pupuk kandang ayam dan Azozo + 50% dosis pupuk anorganik (A) dengan perlakuan tanpa pupuk kandang ayam dan Azozo + 150% dosis pupuk anorganik (B)

Peningkatan serapan hara dapat dipengaruhi oleh aktivitas bakteri yang digunakan sebagai pupuk hayati. Hal ini berkaitan dengan kemampuan bakteri- bakteri tersebut dalam meningkatkan pertumbuhan rambut-rambut akar sehingga proses penyerapan air dan hara mineral menjadi lebih efisien dan dapat meningkatkan produksi polong tanaman buncis mini.

Pada percobaan II bobot polong per hektar yang diperoleh pada perlakuan pupuk kandang ayam dan Azozo adalah sebesar 920 kg ha-1. Hasil yang diperoleh pada percobaan II lebih rendah dibandingkan dengan percobaan I. Pada percobaan I bobot polong per hektar yang diperoleh pada perlakuan pupuk kandang ayam adalah sebesar 2200 kg ha-1. Percobaan II menggunakan lahan yang berbeda dari percobaan I, dimana lahan tersebut memiliki kandungan hara yang berbeda juga jumlah ulangan pada percobaan I sebanayk 36 ulangan dan percobaan II sebanyak 32 ulangan.

Hasil penelitian pada peubah amatan untuk total mikrob tidak berpengaruh nyata. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan kombinasi pupuk organik dan pupuk hayati diperlukan waktu secara kontiniu untuk mendapatkan kondisi dimana populasi mikrob, khususnya mikrob yang menguntungkan untuk produktivitas tanah dan tanaman mengalami peningkatan. Penggunaan kombinasi pupuk organik dan pupuk hayati pada percobaan untuk sekali tanam belum dapat secara langsung memperbaiki kualitas tanah.

Pengelolaan yang intensif pada tanah pertanian, penggunaan input sintetik yang berlebihan seperti pupuk anorganik dan pestisida akan menyebabkan penurunan produksi. Penurunan produksi disebabkan karena pertanian yang intensif menyebabkan terjadinya degradasi sifat fisik, kimia dan biologi tanah yang mengakibatkan kesuburan tanah menurun sehingga produktivitas tanaman tidak dapat dipertahankan.

Teknik budidaya sayuran ke depan diharapkan adalah suatu teknik yang tidak hanya mengutamakan produksi tinggi tetapi dapat mempertahankan sumber daya pertanian berkelanjutan. Teknik budidaya sayuran berkelanjutan yang mendukung lingkungan sehingga ekosistem pertanian berada pada keadaan keseimbangan alami. Salah satu alternatif yang dapat dimanfaatkan untuk mendukung pertanian berkelanjutan adalah pemanfaatan pupuk organik dan pupuk hayati serta reduksi pupuk anorganik untuk menekan penggunaan input sintetik yang berlebihan.

Penggunaan pupuk organik saja tidak dapat meningkatkan produktivitas tanaman dan ketahanan pangan. Oleh karena itu sistem pengelolaan hara terpadu yang memadukan pemberian pupuk organik/pupuk hayati dan pupuk anorganik dalam rangka meningkatkan produktivitas lahan dan kelestarian lingkungan perlu digalakkan. Hanya dengan cara ini keberlanjutan produksi tanaman dan kelestarian lingkungan dapat dipertahankan. Sistem pertanian yang disebut sebagai LEISA (low external input and sustainable agriculture) menggunakan kombinasi pupuk organik dan anorganik yang berlandaskan konsep good agricultural practices perlu dilakukan agar degradasi lahan dapat dikurangi dalam rangka memelihara kelestarian lingkungan (Badan Litbang Pertanian 2006).

Pemanfaatan pupuk organik dan pupuk hayati akan meningkatan produktivitas tanaman. Penelitian ini telah melakukan percobaan untuk mendapatkan informasi tentang efektifitas penggunaan dosis pupuk anorganik. Dosis optimum pupuk anorganik untuk tanaman buncis mini di tanah Andisol adalah 150 kg Urea ha-1, 200 kg SP-36 ha-1 dan 120 kg KCl ha-1.

6 SIMPULAN DAN SARAN

Dokumen terkait