• Tidak ada hasil yang ditemukan

Metode analisis bilangan peroksida yang dilakukan mengacu pada metode dalam standar International Dairy Federation nomor 74A:1991 untuk menentukan bilangan peroksida pada anhydrous milk fat (IDF 1991). Hal yang perlu diperhatikan dalam analisis bilangan peroksida menggunakan metode spektrofotometri menurut Shanta dan Decker (1994) adalah waktu inkubasi harus tepat selama 5 menit sebelum dilakukan pengukuran absorbansi larutan sampel yang telah ditambahkan seluruh reagen, karena intensitas warna larutan berubah seiring waktu. Sedangkan waktu optimum yang disarankan untuk menyelesaikan keseluruhan proses analisis adalah 10 menit (Hornero-Méndez et al. 2001). Perubahan warna terjadi karena ketidakstabilan FeCl2 ataupun karena oksidasi lanjutan dari sampel (Jiang et al. 1992). Menurut Hornero-Méndez et al. (2001), metode IDF nomor 74A:1991 tidak memadai untuk dapat digunakan dalam menganalisis sampel yang memiliki kandungan karotenoid tinggi pada matriks lemak karena tumpang tindihnya spektrum cahaya fraksi karotenoid dan besi (III) tiosianat.

Secara umum, semakin rendah nilai bilangan peroksida, maka kualitas minyak semakin baik, akan tetapi nilai bilangan peroksida akan menurun seiring munculnya produk oksidasi sekunder dari minyak (Miller 2010). Peroksida merupakan produk utama autooksidasi yang dapat diukur dengan teknik berdasarkan pada kemampuannya mengoksidasi ion fero menjadi feri. Kandungannya diistilahkan dengan miliekuivalen oksigen per kg lemak, yaitu sejumlah oksigen yang diserap atau peroksida yang dibentuk untuk menghasilkan ketengikan dari berbagi macam komposisi minyak (Fennema 1985). Ringkasan hasil analisis selama dilakukannya validasi metode spektrofotometri dalam penentuan bilangan peroksida di PT Frisian Flag Indonesia disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2 Parameter uji, keterterimaan, serta hasil validasi Parameter Uji Parameter

Keterterimaan Hasil Kriteria Keterterimaan Linieritas Koefisien determinasi 0.9999 R2≥ 999 Akurasi Recovery 106.35% 80%-110% Presisi RSDA memenuhi RSDA<0.67xRSDH

Batas Deteksi Instrumen IDL 0.0192 mg/L -

Batas Kuantitasi LOQ 0.0583 mg/L -

Stabilitas %Diff memenuhi (-15)% - 15%

Uji Linieritas

Uji linieritas dilakukan untuk mengetahui kemampuan metode dalam memberikan hasil yang proposional antara respon analitik (absorbansi) terhadap kepekatan atau konsentrasi analit. Linieritas yang baik ditunjukkan dengan hasil koefisien korelasi mendekati satu (Harmita 2004). Uji linieritas pada penelitian ini

11 dilakukan dengan membuat larutan standar menggunakan larutan FeCl3 pada konsentrasi berbeda, yaitu 1 mg/L, 2 mg/L, 3 mg/L, dan 4 mg/L, dilakukan sebanyak enam kali ulangan. Linieritas pada analisis yang dilakukan diukur dengan nilai R2 dari kurva hubungan antara konsentrasi Fe3+ (sumbu x) dan absorbansi larutan yang terbaca oleh spektrofotometer (sumbu y). Hasil pengukuran dapat dilihat pada Lampiran 1, yang kemudian rerata hasil persamaannya diplotkan ke dalam sebuah kurva linieritas metode analisis pada Gambar 2.

Gambar 2 Kurva rerata linieritas standar FeCl3 menggunakan spektrofotometer

Berdasarkan kurva, diketahui rerata persamaan y= 0.591x+0.004, serta dihasilkan linieritas dengan R2 sebesar 0.9999. Nilai R2 yang dihasilkan telah memenuhi kriteria keterterimaan linieritas menurut SNI No. 19-17025-2008 tahun 2008 dan AOAC tahun 1993. Nilai R2 tersebut menunjukkan bahwa metode analisisis ini memiliki perbandingan yang proporsional karena telah memenuhi y y T F F I y ≥ 999

Batas Deteksi Instrumen dan Batas Kuantitasi

Batas deteksi instrumen (IDL) dan batas kuantitasi (LOQ) ditentukan dari persamaan regresi linier kurva standar rerata hasil penentuan linieritas. Menurut Harmita (2004), batas deteksi instrumen adalah nilai yang menunjukkan konsentrasi terendah analit yang diakibatkan oleh sinyal pengganggu dari instrumen yang digunakan. Hal ini dilakukan untuk membedakan antara respon alat terhadap analit (noise instrument). Pada umumnya pengukuran dengan instrumen tidak terlepas dari sinyal pengganggu, yaitu sinyal yang terjadi bukan sebagai respon analitik terhadap analit, tetapi sebagai akibat ketidakstabilan bahan kimia atau instrumen yang digunakan. Batas kuantitasi ditentukan untuk mengetahui konsentrasi terendah yang dapat ditentukan oleh suatu metode pada tingkat ketelitian dan ketepatan yang baik. Kedua parameter ini mempunyai nilai yang berbeda bergantung pada metode yang digunakan, walaupun menggunakan instrumen yang sama.

y = 0.591x + 0.004 R² = 0.9999 0.000 0.500 1.000 1.500 2.000 2.500 0.00 1.00 2.00 3.00 4.00 Abs o rba ns i konsentrasi Fe(mg/L)

12

Berdasarkan hasil penghitungan, nilai batas deteksi instrumen yang diperoleh sebesar 0.0192 mg/L. Di bawah nilai tersebut instrumen tidak dapat membedakan sinyal antara blanko dan Fe3+. Nilai batas kuantitasi berdasarkan hasil penelitian adalah 0.0583 mg/L. Konsentrasi analit yang terukur di bawah nilai batas kuantitasi tidak dapat memberikan ketelitian dan ketepatan yang baik (ICH 2005). Hasil perhitungan batas deteksi dan batas kuantitasi selengkapnya tertera pada Lampiran 3 dan Lampiran 4.

Uji Kecermatan

Uji kecermatan yang dilakukan pada penelitian ini dinyatakan dengan menyatakan persen perolehan kembali (recovery) menggunakan sampel anhydrous milk fat (AMF) yang telah diketahui nilai benarnya. Uji ini dilakukan dengan cara mengukur nilai bilangan peroksida pada sampel AMF yang sama sebanyak enam kali. Data hasil pengukuran akurasi selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 5, sedangkan rangkuman hasil dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3 Hasil % recovery

Analisis

Ulangan PoV (mek O2/kg)

1 0.3163 2 0.3185 3 0.3205 4 0.3184 5 0.3194 6 0.3212 Perhitungan Rata-rata (mek O2/kg) 0.3187

True Value (mek O2/kg) 0.3000

Recovery (%) 106.35

Kecermatan dapat menunjukkan adanya galat sistematik yang dapat memengaruhi metode analisis. Galat sistematik dapat menyebabkan hasil analisis menjadi lebih besar atau lebih kecil. Beberapa contoh penyebab galat sistematik diantaranya adalah galat pada saat pengambilan contoh, kurva kalibrasi yang tidak linier, serta galat yang disebabkan oleh instrumen dan peralatan kaca yang digunakan (Harvey 2000). Rata-rata nilai bilangan peroksida (PoV) sampel yang terbaca pada enam kali ulangan analisis adalah sebesar 0.3187 mek O2/kg, sedangkan nilai bilangan peroksida AMF yang sebenarnya tertera pada certificate of analysis adalah 0.3000 mek O2/kg, sehingga dihasilkan persen perolehan kembali atau recovery sebesar 106.35%. Syarat diterimanya hasil akurasi pada sampel yang memiliki konsentrasi terbaca sebesar 1 ppm menurut Wood (1994) yang juga disebutkan dalam Harmita (2004) yaitu memiliki persen perolehan kembali (recovery) sebesar 80-110%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa persen perolehan kembali yang didapatkan memenuhi syarat keterterimaan yang telah ditentukan, sehingga metode ini dapat menghasilkan data yang cermat.

13 Uji Keseksamaan

Keseksamaan adalah ukuran yang menunjukkan derajat kesesuaian antara hasil uji individual, diukur melalui penyebaran hasil individual dari rata-rata jika prosedur diterapkan secara berulang pada sampel yang diambil dari campuran yang homogen (Harmita 2004). Uji keseksamaan atau presisi pada penelitian dilakukan dengan parameter keterulangan (repeatability) dan ketertiruan (reproducibility) yang dinyatakan dalam bentuk nilai persen relatif standar deviasi (RSD). Uji ini dilakukan dengan cara mengukur nilai bilangan peroksida sampel sebanyak tujuh kali ulangan. Hasil uji dengan parameter keterulangan (repeatability) dapat dilihat pada Tabel 4 dan 5. Data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 6 dan 7.

Tabel 4 Hasil uji keseksamaan dengan parameter keterulangan pada sampel minyak sawit

Ulangan PoV (mek O2/kg)

1 0.4792 2 0.4819 3 0.4781 4 0.4796 5 0.4754 6 0.4775 7 0.4850 Rata-rata 0.4795 SD 0.0031 RSD 0.6510 RSD Horwitz 2.2339 0.67xRSD Horwitz 1.4967

14

Tabel 5 Hasil uji keseksamaan dengan parameter keterulangan pada sampel minyak kelapa

Ulangan PoV (mek O2/kg)

1 0.0621 2 0.0604 3 0.0618 4 0.0613 5 0.0593 6 0.0599 7 0.0617 Rata-rata 0.0609 SD 0.0011 RSD 1.8349 RSD Horwitz 3.0475 0.67xRSD Horwitz 2.0418

Berdasarkan data yang didapat, metode spektrofotometri yang digunakan dikatakan memenuhi syarat keseksamaan dengan parameter keterulangan karena RSD analisis metode tersebut lebih kecil daripada 0.67 kali RSD Horwitz. Pada uji keseksamaan dengan parameter keterulangan dengan sampel minyak sawit didapatkan nilai RSD analisis sebesar 0.6510, nilai RSD Horwitz sebesar 2.2339 dan nilai 0.67 kali RSD Horwitz sebesar 1.4967. Hasil uji pada sampel minyak sawit tersebut memenuhi kriteria keseksamaan dengan parameter keterulangan yakni nilai RSD analisis yang didapat (0.6510) lebih kecil daripada nilai 0.67 kali RSD Horwitz (1.4967). Pada uji keseksamaan dengan parameter keterulangan dengan sampel minyak kelapa didapatkan nilai RSD analisis sebesar 1.8349, nilai RSD Horwitz sebesar 3.6035 dan nilai 0.67 kali RSD Horwitz sebesar 2.0418. Hasil uji sampel minyak kelapa tersebut memenuhi kriteria keseksamaan dengan parameter keterulangan yakni nilai RSD analisis yang didapat (1.8349) lebih kecil daripada nilai 0.67 kali RSD Horwitz (2.0418).

Uji Keseksamaan dengan parameter reproducibility (ketertiruan) dilakukan oleh analis yang sama dan waktu interval yang tertentu pada laboratorium yang sama. Percobaan keseksamaan dengn parameter ketertiruan dilakukan dengan cara mengambil tujuh replika sampel dari campuran sampel yang homogen. Hasil uji dapat dilihat pada Tabel 6 hingga Tabel 11. Data lengkap hasil pengukuran minyak sawit dapat dilihat pada Lampiran 9 hingga 11, sedangkan data lengkap hasil pengukuran minyak kelapa dapat dilihat pada Lampiran 12 hingga 14.

15 Tabel 6 Hasil uji keseksamaan dengan parameter ketertiruan kadar bilangan

peroksida yang dilakukan hari pertama pada sampel minyak sawit.

Hari ke- Ulangan PoV (mek O2/kg)

1 1 0.4666 2 0.4622 3 0.4706 4 0.4601 5 0.4632 6 0.4584 7 0.4662 Rata-rata 0.4639 SD 0.0044 RSD 0.9588 RSD Horwitz 2.2451

Tabel 7 Hasil uji keseksamaan dengan parameter ketertiruan kadar bilangan peroksida yang dilakukan pada hari ketiga sampel minyak sawit.

Hari ke- Ulangan PoV (mek O2/kg)

3 1 0.5357 2 0.5482 3 0.5572 4 0.5390 5 0.5528 6 0.5447 7 0.5421 Rata-rata 0.5457 SD 0.0076 RSD 1.3920 RSD Horwitz 2.1909

Tabel 8 Hasil uji keseksamaan dengan parameter ketertiruan kadar bilangan peroksida yang dilakukan hari keenam sampel minyak sawit.

Hari ke- Ulangan PoV (mek O2/kg)

6 1 0.7131 2 0.7063 3 0.7130 4 0.6980 5 0.7077 6 0.7015 7 0.7017 Rata-rata 0.7059 SD 0.0059 RSD 0.8288 RSD Horwitz 2.1076

16

Tabel 9 Hasil uji keseksamaan dengan parameter ketertiruan kadar bilangan peroksida yang dilakukan pada hari pertama sampel minyak kelapa.

Hari ke- Ulangan PoV (mek O2/kg)

1 1 0.2061 2 0.2088 3 0.2047 4 0.2057 5 0.2114 6 0.2096 7 0.2005 Rata-rata 0.2067 SD 0.0026 RSD 1.2658 RSD Horwitz 2.5356

Tabel 10 Hasil uji keseksamaan dengan parameter ketertiruan kadar bilangan peroksida yang dilakukan pada hari ketiga sampel minyak kelapa.

Hari ke- Ulangan PoV (mek O2/kg)

3 1 0.3735 2 0.3697 3 0.3727 4 0.3684 5 0.3632 6 0.3726 7 0.3678 Rata-rata 0.3697 SD 0.0039 RSD 1.0461 RSD Horwitz 2.3231

Tabel 11 Hasil uji keseksamaan dengan parameter ketertiruan kadar bilangan peroksida yang dilakukan pada hari keenam sampel minyak kelapa.

Hari ke- Ulangan PoV (mek O2/kg)

6 1 0.4460 2 0.4553 3 0.4652 4 0.4473 5 0.4552 6 0.4463 7 0.4557 Rata-rata 0.4530 SD 0.0075 RSD 1.6633 RSD Horwitz 2.2532

17 Pengolahan data yang dilakukan pada uji ketertiruan (repeatability) harus memenuhi syarat bahwa nilai RSD analisis metode lebih kecil daripada RSD Horwitz (Harmita 2004). Pada uji keseksamaan dengan parameter ketertiruan pengujian pada hari pertama dengan sampel minyak sawit didapatkan nilai RSD analisis sebesar 0.9588, sedangkan nilai RSD Horwitz sebesar 2.2451. Hasil uji pada sampel minyak sawit tersebut memenuhi kriteria keseksamaan dengan parameter keterulangan yakni nilai RSD analisis yang didapat (0.9588) lebih kecil daripada nilai RSD Horwitz (2.2451). Pengujian pada hari ketiga dengan sampel minyak sawit didapatkan nilai RSD analisis sebesar 1.3920, dan nilai RSD Horwitz sebesar 2.1909. Hasil uji pada sampel minyak sawit tersebut memenuhi kriteria keseksamaan dengan parameter keterulangan yakni nilai RSD analisis yang didapat (1.3920) lebih kecil daripada nilai RSD Horwitz (2.1909). Hasil uji keseksamaan minyak sawit dengan parameter ketertiruan pengujian pada hari keenam dengan sampel minyak sawit didapatkan nilai RSD analisis sebesar 0.8288, sedangkan nilai RSD Horwitz sebesar 2.1076. Hasil uji pada sampel minyak sawit tersebut memenuhi kriteria keseksamaan dengan parameter keterulangan yakni nilai RSD analisis yang didapat (0.8288) lebih kecil daripada nilai RSD Horwitz (2.1076).

Pada uji keseksamaan dengan parameter ketertiruan pengujian pada hari pertama dengan sampel minyak kelapa didapatkan nilai RSD analisis sebesar 1.2658, sedangkan nilai RSD Horwitz sebesar 2.5356. Hasil uji pada sampel minyak sawit tersebut memenuhi kriteria keseksamaan dengan parameter keterulangan yakni nilai RSD analisis yang didapat (1.2658) lebih kecil daripada nilai RSD Horwitz (2.5356). Pengujian pada hari ketiga dengan sampel minyak sawit didapatkan nilai RSD analisis sebesar 1.0461, dan nilai RSD Horwitz sebesar 2.3231. Hasil uji pada sampel minyak sawit tersebut memenuhi kriteria keseksamaan dengan parameter keterulangan yakni nilai RSD analisis yang didapat (1.0461) lebih kecil daripada nilai RSD Horwitz (2.3231). Hasil uji keseksamaan dengan parameter ketertiruan pengujian pada hari keenam dengan sampel minyak sawit didapatkan nilai RSD analisis sebesar 1.6633, sedangkan nilai RSD Horwitz sebesar 2.2532. Hasil uji pada sampel minyak sawit tersebut memenuhi kriteria keseksamaan dengan parameter keterulangan yakni nilai RSD analisis yang didapat (1.6633) lebih kecil daripada nilai RSD Horwitz (2.2532). Dari data di atas dapat dilihat bahwa nilai bilangan peroksida (peroxide value/PoV) meningkat seiring pertambahan waktu. Menurut Ankrah (1998), agar minyak kelapa memiliki umur simpan yang panjang, minyak harus disimpan dalam wadah tertutup rapat dan pada temperatur di bawah suhu kamar (kisaran 24-28oC). Hasil uji keseksamaan (presicion) menunjukkan hasil yang dapat diterima sesuai dengan standar penerimaan baik dari parameter keterulangan maupun ketertiruan, sehingga metode analisis ini dikatakan menghasilkan data yang seksama.

Berdasarkan hasil ketertiruan dari Tabel 6 hingga 11, dapat dihitung uji keseksamaan dengan parameter ketertiruan intra-lab (intra-laboratory reproducibility). Pada penelitian ini, parameter ketertiruan intra-lab digunakan untuk mengaji perilaku proses analisis ketika dilakukan pada waktu yang berbeda. Hasil perhitungan parameter ketertiruan intra-lab dapat dilihat pada Tabel 12. Menurut EEC (2002), syarat keterterimaan parameter ketertiruan intra-lab dengan konsentrasi terukur sebanyak 1 mg/kg yaitu nilai RSD tidak lebih besar daripada

18

16. Berdasarkan hasil penelitian, nilai RSD analisis bilangan peroksida pada sampel minyak sawit yang didapat dari tiga kali pengukuran selama interval waktu enam hari yaitu sebesar 17.6319, sedangkan pada sampel minyak kelapa yaitu sebesar 30.5796, nilai tersebut tidak memenuhi syarat keterterimaan. Hal tersebut berarti hasil yang didapatkan tidak memenuhi keterterimaan presisi analitis jika dilakukan pada hari yang berbeda, dan tidak memenuhi kriteria kekuatan atau robustness.

Tabel 12 Hasil rerata, SD, dan RSD dari parameter ketertiruan intra-lab kadar bilangan peroksida selama enam hari pada minyak sawit dan minyak kelapa

Parameter Minyak sawit Minyak kelapa

Rerata PoV (mek O2/kg) pada

hari 1, 3, dan 6 0.5718 0.3431

SD 0.1008 0.1049

RSD 17.6319 30.5796

Stabilitas

Uji stabilitas larutan stok FeCl3 dilakukan untuk mengetahui lama suatu larutan standar dapat disimpan. Uji stabilitas larutan stok dilakukan dengan cara mengukur konsentrasi Fe3+ di dalam larutan stok FeCl3 yang disimpan dalam lemari es (suhu 2-8 celcius) selama tiga hari berturut-turut. Mula-mula diukur konsentrasi Fe3+ pada jam ke-0, kemudian diukur lagi pada jam ke-24, 48, dan 72. Dari perbedaan konsentrasi kemudian didapatkan hasil %diff. Data hasil pengukuran kestabilan larutan standar dapat dilihat pada Tabel 13, sedangkan data perhitungan hasil pengukuran dapat dilihat selengkapnya pada Lampiran 15.

Tabel 13 Hasil pengukuran stabilitas larutan stok

Rata-rata Konsentrasi Fe Awal (mg/L) Jam Rata-rata Konsentrasi Fe Terukur (mg/L) %diff 1.0000 24 1.0062 1.38 48 0.9266 -7.21 72 0.8875 -11.92 2.0000 24 1.9376 -2.60 48 1.9055 -4.33 72 1.7565 -13.17 3.0000 24 2.8120 -0.07 48 2.9214 -0.03 72 2.6410 -0.14 4.0000 24 3.6903 -7.77 48 3.8290 -3.87 72 3.4638 -14.82

19 Hasil pengujian stabilitas larutan stok menunjukkan bahwa selama tiga hari larutan stok masih stabil dan dapat digunakan karena nilai %diff memenuhi kisaran kriteria kestabilan yakni sebesar -15% hingga 15%. International Dairy Federation dalam IDF 74A:1991 menyatakan bahwa larutan stok dapat disimpan selama 1 bulan (IDF 1991). Untuk menjaga kestabilan konsentrasi Fe, larutan stok harus selalu disimpan dalam lemari es (suhu 2-8 celcius) selama waktu penyimpanan.

20

Dokumen terkait