• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN (SUSTAINABLE DEVELOPMENT) Pengertian Pembangunan Berkelanjutan

Dalam dokumen BUKU PANDUAN PRAKTIKUM LAPANGAN (Halaman 29-37)

 Pembangunan berkelanjutan adalah pembangunan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan pada saat ini tanpa mengurangi kemampuan generasi yang akan datang dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan mereka.

 Pembangunan berkelanjutan adalah proses pembangunan (lahan, kota, bisnis, masyarakat, dsb) yang berprinsip "memenuhi kebutuhan sekarang tanpa mengorbankan pemenuhan kebutuhan generasi masa depan".

Di dalam konsep tersebut terkandung dua gagasan penting, yaitu:

1. Gagasan kebutuhan, khususnya kebutuhan esensial, kaum miskin sedunia yang harus diberi prioritas utama.

2. Gagasan keterbatasan, yang bersumber pada kondisi teknologi dan organisasi sosial terhadap kemampuan lingkungan untuk memenuhi kebututuhan kini dan hari depan. Jadi, tujuan pembangunan ekonomi dan sosial harus dituangkan dalam gagasan keberlanjutan di semua negara, baik negara maju maupun negara berkembang.

Istilah pembangunan berkelanjutan diperkenalkan dalam World Conservation

Strategy (Strategi Konservasi Dunia) yang diterbitkan oleh United Nations Environment Programme (UNEP), International Union for Conservation of Nature and Natural Resources

(IUCN), dan World Wide Fund for Nature (WWF) pada 1980.

Syarat yang harus dipenuhi bagi suatu proses pembangunan berkelanjutan :

1. Menempatkan suatu kegiatan dan proyek pembangunan pada lokasi yang secara ekologis, benar.

2. Pemanfaatan sumberdaya terbarukan (renewable resources) tidak boleh melebihi potensi lestarinya serta upaya mencari pengganti bagi sumberdaya tak terbarukan (non-renewable resources).

3. Pembuangan limbah industri maupun rumah tangga tidak boleh melebihi kapasitas asimilasi pencemaran.

4. Perubahan fungsi ekologis tidak boleh melebihi kapasitas daya dukung lingkungan (carrying capacity).

Manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya memerlukan sumberdaya alam, yang berupa tanah, air dan udara dan sumberdaya alam yang lain yang termasuk ke dalam

sumberdaya alam yang terbarukan maupun yang tak terbarukan. Namun demikian harus disadari bahwa sumberdaya alam yang kita perlukan mempunyai keterbatasan di dalam banyak hal, yaitu keterbatasan tentang ketersedian menurut kuantitas dan kualitasnya. Sumberdaya alam tertentu juga mempunyai keterbatasan menurut ruang dan waktu. Oleh sebab itu diperlukan pengelolaan sumberdaya alam yang baik dan bijaksana. Antara lingkungan dan manusia saling mempunyai kaitan yang erat. Ada kalanya manusia sangat ditentukan oleh keadaan lingkungan di sekitarnya, sehingga aktivitasnya banyak ditentukan oleh keadaan lingkungan di sekitarnya.

Keberadaan sumberdaya alam, air, tanah dan sumberdaya yang lain menentukan aktivitas manusia sehari-hari. Kita tidak dapat hidup tanpa udara dan air. Sebaliknya ada pula aktivitas manusia yang sangat mempengaruhi keberadaan sumberdaya dan lingkungan di sekitarnya. Kerusakan sumberdaya alam banyak ditentukan oleh aktivitas manusia. Banyak contoh kasus-kasus pencemaran dan kerusakan lingkungan yang diakibatkan oleh aktivitas manusia seperti pencemaran udara, pencemaran air, pencemaran tanah serta kerusakan hutan yang kesemuanya tidak terlepas dari aktivitas manusia, yang pada akhirnya akan merugikan manusia itu sendiri.

Pembangunan yang mempunyai tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat tidak dapat terhindarkan dari penggunaan sumberdaya alam, namun eksploitasi sumberdaya alam yang tidak mengindahkan kemampuan dan daya dukung lingkungan mengakibatkan merosotnya kualitas lingkungan. Banyak faktor yang menyebabkan kemerosotan kualitas lingkungan serta kerusakan lingkungan yang dapat diidentifikasi dari pengamatan di lapangan Pada laporan PBB, yang terakhir adalah laporan dari KTT Dunia 2005, yang menjabarkan pembangunan berkelanjutan sebagai terdiri dari tiga tiang utama (ekonomi, sosial, dan lingkungan) yang saling bergantung dan memperkuat.

Untuk sebagian orang, pembangunan berkelanjutan berkaitan erat dengan pertumbuhan ekonomi dan bagaimana mencari jalan untuk memajukan ekonomi dalam jangka panjang, tanpa menghabiskan modal alam. Namun untuk sebagian orang lain, konsep "pertumbuhan ekonomi" itu sendiri bermasalah, karena sumberdaya bumi itu sendiri terbatas.

Lingkup Pembangunan Berkelanjutan

Pembangunan berkelanjutan tidak saja berkonsentrasi pada isu-isu lingkungan. Lebih luas daripada itu, pembangunan berkelanjutan mencakup tiga lingkup kebijakan: pembangunan ekonomi, pembangunan sosial dan perlindungan lingkungan. Dokumen-dokumen PBB, terutama Dokumen-dokumen hasil World Summit 2005 menyebut ketiga hal dimensi tersebut saling terkait dan merupakan pilar pendorong bagi pembangunan berkelanjutan.

Skema pembangunan berkelanjutanpada titik temu tiga pilar tersebut, Deklarasi Universal Keberagaman Budaya (UNESCO, 2001) lebih jauh menggali konsep pembangunan berkelanjutan dengan menyebutkan bahwa "keragaman budaya penting bagi manusia sebagaimana pentingnya keragaman hayati bagi alam". Dengan demikian "pembangunan tidak hanya dipahami sebagai pembangunan ekonomi, namun juga sebagai alat untuk mencapai kepuasan intelektual, emosional, moral, dan spiritual". dalam pandangan ini, keragaman budaya merupakan kebijakan keempat dari lingkup kebijakan pembangunan berkelanjutan.

Divisi PBB untuk Pembangunan Berkelanjutan mendaftar beberapa lingkup berikut ini sebagai bagian dari Pembangunan Berkelanjutan :

Pertanian, Atmosfir, Keanekaragaman Hayati, Biotekhnologi, Pengembangan Kapasitas, Perubahan Iklim, Pola Konsumsi dan Produksi, Demografi, Penggurunan dan Kekeringan, Pengurangan dan Manajemen Bencana, Pendidikan dan Kesadaran Energi, Keuangan, Hutan, Air Segar, Kesehatan, Tempat tinggal, Indikator Industri, Informasi bagi Pembuatan keputusan dan Partisipasi, Pembuatan Keputusan yang terintegrasi, Hukum Internasional, Kerjasama Internasional memberdayakan lingkungan, Pengaturan Institusional, Manajemen lahan, Kelompok Besar Gunung, Strategi Pembangunan Berkelanjutan Nasional, samudera dan laut, Kemiskinan, Sanitasi, Pengeta-huan Alam, Pulau kecil, Wisata Berkelanjutan, Tekhnologi, Bahan Kimia Beracun, Perdagangan dan Lingkungan, Transport, Limbah (Beracun), Limbah (Radio-aktif), Limbah (Padat)

Aspek-aspek Pembangunan Berkelanjutan

Konsep pembangunan berkelanjutan (sustainable development) berawal dari keprihatinan kaum environmentalist terhadap konsekuensi jangka panjang dari tekanan-tekanan terhadap daya dukung alami. Pandangan tersebut diperkuat oleh Club of Rome (1972) yang mengestimasi performa pembangunan ekonomi tetap berada pada titik puncak akan berimplikasi pada penurunan penyediaan sumber daya alam (SDA) pada masa yang akan datang. Secara substantive pandangan ini tegolong sebagai pandangan yang pesimistis dan ecosentris (Court, 1990) karena lebih menekankan pada efek pembangunan bumi sebagai

world system dan memperhatikan keberlanjutan dan kelangsungan world system dalam

interaksi antara manusia dan lingkungan pada proses pembangunan.

Konsep pembangunan berkelanjutan secara remi di publiksikan th 1987 oleh World

Commission on Environment and Development (WCED) dalam dokumen yang berjudul Our Common Future atau Brundtland Report. Pada laporan tersebut dijelaskan bahwa

pembangunan berkelanjutan adalan pembangunan yang dapat memenuhi kebutuhan saat ini tanpa mengorbankan kemampuan generasi yang akan datang untuk memenuhi kebutuhan mereka. Court (1990) berpendapat bahwa pandangan ini cukup kotroversial karena berbeda dengan studi sebelumnya. Kemiskinan yang banyak terjadi di negara dunia ketiga adalah penyebab dari kerusa-kanlingkungan dan pengentasan kemiskinan merupakan jalan untuk menuju keberlanjutan. Pendapat ini lebih optimistik dan antroposentris menuju keberlanjutan. Konsep pembangunan berkelanjutan selanjutnya menjadi dasar bagi mun-culnya pradigma dan teori pembangunan. Implementasi konsep pembangunan berkelanjutan diwujudkan dalam 3 aspek, yaitu (1) social security, (2) ecology dan economy yang saling berinteraksi. (Sharp (2001) mengemukakan ada 3 dimensi kunci dalam pembangunan berkelanjutan yaitu (1) aspek ekonomi (pertumbuhan dalam arti kualitas dan kuantitas), (2) sosial (institusi yang berungsi baik, stabilitas sosial, keadilan) dan (3) lingkungan (stabilits lingkungan bio-fisik,lingkungan yang sehat yang saling berinteraksi satu sama lain yang biasa disebut segitiga keberlanjutan (triangle of sustainable).

1. Resiko kesehatan, dampak pada kehidupan dan kondisi pekerjaan 2. Tekanan terhadap lingkungan,

kesadaran lingkungan, partisipasi 3. Kualits dan kuantitas angkatan

kerja, konsumsi 4. Distribusi pendapatan,

kesempatan kerja

5. Fungsi produktif dari lingkungan 6. Tekanan terhadap sumberdaya,

investasi dalam perlindungan lingkungan.

Gambar 1. Interaksi sosial, ekonomi dan lingkungan (Sharp, 2001).

Pembangunan dikatakan tidak berkelanjutan bila rekonsiliasi dari ke 3 aspek (sosial, ekonomi dan lingkungan) tidak diimbangi dengan proses penyelamatan jangka panjang, misalnya: ekonomi dan kondisi kehidupan sosial harua didukung dengan proses penyelamatan lingkungan jangka panjang sebagai dasar kehidupan. Keberlanjutan kehidupan sosial ekonomi seharusnya memperhatikan 3 kriteria apek dasar yang bisa disebut model pengelolaan berkelanjutan (management rules of sustainable), yaitu: (1) Eksploitasi sumberdaya alam yang dapat diperbaruhi (misal hutan, cadangan ikan) seharusnya tidak dilakukan dalam jangka panjang dan terus menerus, sehingga melampaui kemampuannya untuk beregenerasi, dan mengakibatkan SDA tersebut musnah bagi generasi mendatang (2) Eksploitasi sumberdaya alam yang tidak dapat diperbaruhi (misal BBM, lahan pertanian dll) seharusnya tidak dilakukan dalam jangka panjang dan terus menerus, sehingga melampaui kemampuan penggantian funsinya (misal kemungkinan penggantian BBM dengan energi matahari) (3) Penggunaan sumber energi tidak dilakukan dalam jangka panjang sehingga melampaui daya dukung lingkungan untuk menerimanya (misal akumulasi dari greenhouse

Prinsip-prinsip Pembangunan Berkelajutan

Houghton dan Hunter (1994) mengemukakan tiga prinsip dasar pembangunan berkelanjutan, yaitu: (1) Prinsip kesamaan lintas generasi, (2) Prinsip keadilan sosial dan (3) Prinsip kebertanggungjawaban pengambil kebijakan.

Fowke dan Prasad (1996) menginterpretasikan pembangunan berkelanjutan yang tidak jauh berbeda, dimana mereka menyepakati beberapa butir prinsip pembangunan berkelanjutan yaitu :

1. Intergenerational and intragenerational equity, prinsip dimana generasi sekarang

seharusnya tidak meninggalkan degradasi lingkungan bagi generasi berikutnya dan menghendaki adanya keadilan tanpa mengurangi kesempatan generasi sekaang mencapai tujuan.

2. Integration of economy and enviroment adalah prinsip yang menghargai hubungan

yang harmonis antara ekonomi dan lingkungan alam.

3. Dealing cautiously with risk uncertainity and irreversiblity adalah prisip untuk

mengadopsi pendekatan pencegahan dan antisipsi terhadap dampak potensial pembangunan. Dengan kata lain prinsip untuk sepakat tidak menggunakan ”asas praduga tidak bersalah” dalam merespon dampak pembangunan.

4. Conservation of biologycal diversity adalah prinsip yang sepakat untuk memelihara

berbagai bentuk kehidupan dan kesatuan ekologis.

5. Recognation of the global dimension adalah prinsip untuk memerima bahwa dampak

dari kebijakan nasional maupun lokal tidak dapat dibatasi secara spasial mapun temporal.

Berdasarkan pada prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan terdapat 3 pilar keseimbangan yang dijadikan indikator keberlanjutan, yaitu: sosial budaya, ekologi dan ekonomi. Relevansi ketiga ini dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Dimensi sosial budaya disamping merupakan representasi dari human and social

capital juga merupakan representasi daari well being (pencapaian dari ultimate ends)

yang harus bisa dicapai oleh semua masyarakat.

2. Dimensi ekologi merupakan representasi dari natural capital dan human made capital yang harus terus dipertahankan eksistensinya tanpa menurun kualitasnya dan diefisienkan penggunaannya.

3. Dimensi ekonomi merupakan representasi dari human capital dan social capital yang harus dapat dirasakan oleh semua mayarakat.

Pendapat lain berkaitan dengan indikator pembangunan berkelanjutan di- kemukakan oleh Warren (1997) yang merumuskan kriteria ideal bagi indikator pembangunan berkelanjutan, yaitu:

1. Indikator harus merefleksikan suatu dasar atau fundamental ekonomi dalam jangka panjang dan sosial-lingkungan bagi generasi yang akan datang.

2. Mudah dipahami dan jelas: sederhana, dapat dimengerti dan diterima oleh masyarakat.

3. Dapat dikuantitatifkan.

4. Sensitif terhadap perubahan lokasi atau grup masyarakat. 5. Prediktif dan antisipatif.

FORMAT LAPORAN PRAKTIKUM

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI... v

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

BAB I. PENDAHULUAN ...

Latar Belakang ...

Tujuan dan Manfaat ...

BAB II. GAMBARAN UMUM PEMBANGUNAN PETANIAN ...

BAB III. GAMBARAN PEMBANGUNAN PETERNAKAN ...

BAB IV. PERMASALAHAN DAN PEMECAHAN ...

Permasalahan ...

Pemecahan ...

BAB V. PENUTUP...

Kesimpulan ...

Saran ...

BAB VI. DAFTAR PUSTAKA ...

LAMPIRAN...

Laporan dibuat oleh tiap group dengan masing-masing beranggotakan 5 mahasiswa. Laporan diketik pada kertas HVS ukuran 70 gram ukuran kuarto, dengan aturan: batas kiri dan atas 4 cm, dan batas kanan dan bawah 4 cm menggunakan font Arial 12, jarak spasi 1,5.

ASISTEN PRAKTIKUM PEMBANGUNAN MASYARAKAT 2016

Dalam dokumen BUKU PANDUAN PRAKTIKUM LAPANGAN (Halaman 29-37)

Dokumen terkait