• Tidak ada hasil yang ditemukan

VII 131 b Pembangunan terminal gas terapung di kawasan Pantai Timur dan kawasan Panta

Barat yang potensial.

2. Pengembangan pembangkit tenaga listrik, meliputi:

a. peningkatan kapasitas pembangkit tenaga listrik yang telah ada antara lain PLTG/U Belawan, PLTG Paya Pasir, PLTG Glugur, PLTD Titi Kuning, PLTA Sipansihaporas, PLTA Renun, PLTA Meranti Utara, PLTA Nassau, PLTU Labuhan Angin, PLTA Inalum dan PLTA Inalum II, PLTA Sigura-gura, PLTP Sibayak, PLTM Kombih I dan II, PLTM Boho, PLTM Silang, PLTM Sibundong, PLTD G. Sitoli, PLTD T. Dalam; PLTMH Batang Gadis I dan II, PLTMH Aek Raisan I dan II;

b. pembangunanpembangkit listrik baru berbasiskan pertambangan batu bara, panas bumi, hidro meliputi : PLTU Labuhan Angin Tapanuli Tengah; PLTA Asahan III Asahan

– Tobasa, PLTA Silau I (2 x 1,5 MW), PLTA Silau II (2 x 3,5 MW), PLTA Silau III (2 x 5,0 MW); PLTU New Sumut Sumbagut; PLTU Pangkalan Susu Langkat; PLTU Gunungsitoli; PLTU New Sumut Pangkalan Brandan Langkat; PLTU Sumut Infrastructure; PLTP Sibayak Karo; PLTP Sorik Merapi Mandailing Natal; PLTP Sarulla; PLTP Pusu Buhit; PLTP Simbolon; PLTP Sipaholon Tapanuli Utara, PLTU Rancong, PLTU Kuala Tanjung, PLTA Asahan I, PLTM Parlilitan, PLTM Parluasan, PLTM Pakat, PLTM Aek Hutaraja, PLTM Lae Une, PLTU Sumut-I, PLTU Sumut-2, PLTA Asahan IV dan V, PLTMH Lae Une, PLTMH Lae Kombih III dan IV, PLTMH di Kecamatan Parlilitan dan Pakkat, PLTMH Bah Belutu, PLTMH Bah Bulan, PLTMH Bah Kulistik, PLTMH Bah Hapesong Simalungun, PLTMH Bah Partamburan, PLTMH Bah Kaliat, PLTMH Bah Parjalapang, PLTMH Bah Bolut, PLTM/PLTMH di Kabupaten Karo; dan pembangkit listrik lainnya.

c. Pengembangan sumber energi baru yang berbasiskan potensi panas bumi, hydro power, biomassa dan biogas.

d. pengembangansistem pembangkit mikrohidro, tenaga surya, tenaga angin dan tenaga diesel dengan sistem jaringan terisolasi pada Pulau Berhala, pulau-pulau kecil atau gugus pulau serta kawasan terpencil dan pedalaman.

3. Jaringan transmisi tenaga listrik

a. Sistem jaringan interkoneksi se-Sumatera dan sistem energi Asean; dan

b. Sistem jaringan transmisi SUTET dan SUTUT menyebar pada wilayah kabupaten/kota.

6. Arahan Pengembangan Rencana Sistem Jaringan Telekomunikasi

PengembanganRencana Sistem Jaringan Telekomunikasi bertujuan untuk mewujudkan sarana dan prasarana komunikasi dan informasi yang menjangkau seluruh wilayah dalam kapasitas dan pelayanannya guna untuk peningkatan kualitas hidup masyarakat, mendukung aspek politik dan pertahanan negara.

Jaringan telekomunikasi di Provinsi Sumatera Utara saat ini sudah menyebar ke 385 kecamatan, tetapi masih terdapat blankspot di 2.809 desa di Sumatera Utara. Saat ini tercatat 10 operator telekomunikasi dan 1.003 Menara Telekomunikasi yang menyebar di seluruh wilayah Sumatera Utara yang dibangun oleh para operator yang juga bertindak sebagai provider menara telekomunikasi.

Pengembangan sistem jaringan telekomunikasi dilaksanakan secara kombinasi baik sistem jaringan telekomunikasi teresterial (sistem kabel dan nirkabel) maupun sistem jaringan telekomunikasi satelit. Sementara itu pengembangan sistem jaringan telekomunikasi teresterial terkonsentrasi di wilayah Pantai Timur dan Pantai Barat Sumatera Utara dimana terdapat pusat-pusat pelayanan. Pengembangan sistem jaringan telekomunikasi satelit diarahkan di lokasi yang sulit terjangkau yaitu kawasan tertinggal dan kawasan perbatasan. Arahan bagi pengembangan sistem jaringan telekomunikasi dan penyelenggaraan pelayanan di Provinsi Sumatera Utara adalah :

VII-132

1. Pengembangan sistem jaringan terrestrial meliputi sistem kabel dan nirkabel, yaitu: a. Pengembangan secara berkesinambungan untuk menyediakan pelayanan

telekomunikasi di seluruh wilayah kabupaten/kota.

b. menata lokasi menara telekomunikasi dan Base Transceiver Station (BTS) untuk pemanfaatan secara bersama-sama antar operator.

c. pemanfaatan jaringan terestrial sistem nirkabel dengan penutupan wilayah blankspot pada wilayah berbukit, pegunungan atau wilayah terpencil.

2. Pengembangan sistem jaringan satelit, untuk melengkapi sistem jaringan telekomunikasi melalui satelit komunikasi dan stasiun bumi untuk melayani terutama wilayah kepulauan dan terpencil.

a. Pengembangan sistem jaringan terestrial kabel serat optik di perkotaan PKN Mebidangro.

b. Pengembangan sistem jaringan telekomunikasi teresterial kabel dan nirkabel di jaringan pusat pelayanan wilayah pantai timur dan pantai barat.

c. Pengembangan jaringan telekomunikasi satelit pada kota-kota PKW, kawasan tertinggal dan kawasan perbatasan yaitu Pulau Berhala serta pembangunan Stasiun Bumi di Kabupaten Karo.

d. Pengembangan Menara Bersama Telekomunikasi untuk menghindari terjadinya hutan menara di kawasan perkotaan dan daerah komersil dan blankspot jaringan di wilayah perdesaan.

e. Peningkatan sinergi dan integrasi prasarana jaringan telekomunikasi, menuju next generation network yang efektif dan efisien.

7. Arahan Pengembangan Kawasan Lindung a. Kawasan Hutan Lindung

Kawasan hutan lindung adalah hutan yang memiliki sifat-sifat khas yang mampu memberikan perlindungan kepada kawasan sekitarnya maupun bawahnya sebagai pengatur tata air, pencegahan banjir dan erosi serta pemeliharaan kesuburan tanah Kawasan hutan lindung adalah kawasan yang memenuhi salah satu dan atau lebih kriteria di bawah ini :

a. Kawasan yang mempunyai skor lebih dari 175 menurut SK Menteri Pertanian No. 837/Kpts/Um/11/1980

b. Kawasan yang mempunyai kemiringan lereng lapangan rata-rata lebih besar dari 45 % c. Kawasan yang mempunyai ketinggian 2000 m atau lebih di atas permukaan laut d. Kawasan yang mempunyai jenis tanah sangat peka terhadap erosi, yaitu jenis tanah

dengan nilai 5 (regosol, litosol, organosol dan rezina) dan kelas lereng lebih besar dari 15 %.

e. Guna keperluan khusus ditetapkan oleh menteri kehutanan sebagai hutan lindung. Kawasan hutan lindung menyebar di wilayah kabupaten/kota, berdasarkan SK Menteri Kehutanan Nomor : 44/Menhut-II/2005 luas hutan lindung + 1.325.596 hektar.

b. Kawasan yang Memberikan Perlindungan di Bawahnya

Kawasan ini yang memberikan perlindungan kawasan bawahannya terutama berkaitan dengan fungsi hidrorologis untuk pencegahan banjir, menahan erosi dan sedimentasi, serta mempertahankan fungsi peresapan bagi air tanah serta perlindungan ekosistim subtropis. Pada Provinsi Sumatera utara yang termasuk dalam kawasan ini adalah kawasan berada pada ketinggian 2.000 meter d.p.l. dengan kelerengan lebih besar dari sekitar 45 %, mempunyai skor lebih dari 175 menurut SK Menteri Pertanian No. 837/Kpts/Um/11/1980, mempunyai jenis tanah sangat peka terhadap erosi, yaitu jenis tanah dengan nilai 5 (regosol, litosol, organosol dan rezina) dan kelas lereng lebih besar dari 15 %, memiiki bercurah hujan tinggi dan mampu meresapkan air ke dalam tanah, termasuk di dalamnya kawasan tanah gambut dengan ketebalan 3m yang terdapat dibagian hulu sungai/rawa dan yang ditetapkan sebagai hutan lindung. Kawasan ini meliputi juga lahan gambut di Kabupaten Langkat, Humbang Hasundutan, Asahan,

VII - 133