• Tidak ada hasil yang ditemukan

VII 111 pembangunan gender di suatu wilayah yaitu GenderDevelopment Index (Indeks Pembangunan

Gender/IPG) dan Gender Empowerment Measure/GEM (Indeks Pemberdayaan Gender/IDG). IPG adalahsuatu indeks yang mengukur pencapaian pembangunan manusia di suatu wilayah dengan mempertimbangkan kesetaraan antara capaian laki-laki dan perempuan. Sedangkan IDG melihat bagaimana partisipasi perempuan dalam pengambilan keputusan.

Selain itu, salah satu tujuan yang ingin dicapai dalam Pembangunan Millennium (Millennium Development Goals) atau MDG’s pada tahun 2015 adalah mendorong kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan. Deklarasi yang telah disepakati oleh 189 negara anggota PBB pada tahun 2000 tersebut menjadi bukti keprihatinan negara-negara di dunia terhadap permasalahan ketidakadilan gender yang terutama kerap menimpa perempuan. Ketidakadilan gender atau diskriminasi gender terjadi akibat adanya perbedaan gender yang dikonstruksikan secara social, sehingga timbul perbedaan maupun pembatasan pada salah satu jenis kelamin. Adanya keyakinan dan pembenaran yang ditanamkan sepanjang peradaban manusia dalam berbagai bentuk pada kedua belah pihak menyebabkan pandangan yang mendiskreditkan salah satu kaum yang umumnya adalah kaum perempuan.

Pentingnya aspek gender dalam pembangunan mendorong pemerintah untuk menyusun suatu strategi yang disebut dengan pengarusutamaan gender. Pada tahun 2000 pemerintah mengeluarkan INPRES Nomor 9 tentang Pengarusutamaan Gender yang bertujuan untuk menurunkan kesenjangan antara perempuan dan laki-laki Indonesia dalam mengakses dan memperoleh manfaat pembangunan serta meningkatkan partisipasi dan mengontrol proses pembangunan. Penerapan pengarusutamaan gender akan menghasilkan kebijakan publik yang lebih efektif untuk mewujudkan pembangunan yang adil dan merata bagi seluruh penduduk Indonesia.

8. Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Sei Mangkei

Salah satu Produk industri Agro andalan Indonesia yang menjadi salah satu lokomotif dalam pengembangan ekonomi negara adalah CPO yang saat ini merupakan terbesar di dunia (Dengan produksi mencapai sekitar 20 juta ton pada tahun 2009. Pemerintah menargetkan produksi CPO dapat mencapai 40 juta ton pada tahun 2020).

Hingga saat ini, sebagian besar CPO kita masih diekspor, padahal apabila CPO ini diolah menjadi produk hilir, akan diperoleh nilai penjualan yang jauh lebih tinggi. Untuk memperoleh nilai tambah dari sekedar mengekspor bahan mentah, Pemerintah berupaya untuk mempercepat pengembangan industri turunan CPO, melalui pembentukan beberapa kawasan industri.

Pemerintah telah mencanangkan pembentukan 3 (tiga) kawasan industri berbasis komoditas kelapa sawit atau CPO, yaitu Kawasan Industri Sei Mangkei di Sumatera Utara, Kawasan Industri Dumai di Riau, dan Kawasan Industri Maloy di Kalimantan Timur. Keberadaan tiga kawasan industri ini diharapkan dapat mempercepat pengembangan ekonomi karena dapat menjadi pemicu pertumbuhan industri penyokong, seperti transportasi dan logistik.

Kawasan Industri Sei Mangkei dirancang menjadi suatu kawasan industri yang tertata rapi, nyaman, aman, asri dan berwawasan lingkungan sehingga sanggup menarik minat Mitra Patungan Usaha PTPN III untuk berkerja sama. Selain itu juga bertujuan untuk mengintegrasikan pembangunan pabrik-pabrik hulu dan hilir baik milik PTPN III maupun pabrik hilir usaha patungan hingga terjadi efisiensi yang berdampak naiknya nilai korporasi secara keseluruhan. Kawasan ini juga nantinya di dipersiapkan untuk menjadi Kawasan Ekonomi Khusus.

Faktor yang menyebabkan dipilihnya Sei Mangkei menjadi Klaster Industri antara lain :

1) Letak lokasi Kawasan Industri Sei Mangkei (KISM) berada di areal perkebunan kelapa sawit (Raw Material Oriented).

2) Dekat ke pelabuhan Kuala Tanjung milik PT. Inalum maupun PT. Pelindo I.

3) Ada jalur Kereta Api dari Gunung Bayu – Stasiun Perlanaan yang jaraknya dekat dengan KISM (± 2 Km). Sehingga bisa dikoneksikan dengan jalur existing ke Pelabuhan Kuala Tanjung

VII-112

4) Telah ada pabrik kelapa sawit (PKS) milik PTPN III yang telah dibangun pada tahun 1997, yang letaknya jauh dari permukiman masyarakat umum sehingga masyarakat tidak terganggu oleh polusi suara atau polusi bau.

5) Sumber air melimpah dari sungai Bah Bolon

6) Berada dan dekat dengan beberapa PKS (berjarak kurang dari 70 km)

Sebagai Kawasan Ekonomi Khusus, Sei Mangkei merupakan kawasan industri, trading and processor yang berdiri sendiri di mana nantinya saham kepemilikannya dapat dimiliki oleh seluruh BUMN, baik BUMN perkebunan maupun pemerintah daerah dan investor lainnya. Dengan terbitnya Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 2012 tentang Kawasan Ekonomi Khusus Sei Mangkei, maka secara resmi berdirilah KEK Sei Mangkei yang secara letak batas sebagai berikut :

 Sebelah Utara : Desa Keramat Kuba, Kecamatan Bandar Perdagangan,  Sebelah Selatan : PTPN IV Kebun Mayang,

 Sebelah Timur : PTPN IV Kebun Gunung Bayu,  Sebelah Barat : Sungai Bah Bolon

Undang Undang Nomor 39 Tahun 2009 tentang Kawasan Ekonomi Khusus pada pasal 12 ayat (1) menjelaskan bahwa KEK harus siap beroperasi dalam waktu paling lama 3 (tiga) tahun sejak ditetapkan. Mengingat hal ini, Kawasan Ekonomi Khusus siap beroperasi bila terpenuhi seluruh kelengkapannya baik infrastruktur, sumber daya manusia maupun perangkat pengendalian administrasi.

Dan dalam rangka percepatan operasional KEK Sei Mangkei maka disusun rencana aksi penyelenggaraan KEK Sei Mangkei yang mencakup :

1) Pembentukan Kelembagaan dan Pelimpahan Kewenangan yang akan dilaksanakan oleh Administrator KEK;

2) Pembangunan Infrastruktur, yang terdiri dari infrastruktur di dalam kawasan dan infrastruktur di luar kawasan;

3) Pelaporan

9. Pengembangan Regional Manajemen Kawasan Danau Toba

Sumatera Utara bersama seluruh pihak yang berkepentingan, membangun Provinsi Sumatera Utara dengan tujuan utama untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat, peningkatan pelayanan umum, dan daya saing daerah secara keseluruhan, dengan memanfaatkan posisi geografi yang sangat strategis dan potensi demografi (sumber daya manusia) serta mengoptimalkan potensi sumber daya alam, dan faktor-faktor lingkungan strategis lainnya.

Pembangunan yang telah dilaksanakan Pemerintah Provinsi Sumatera Utara selama ini telah menunjukkan pencapaian yang menggembirakan yang ditandai dengan meningkatnya berbagai indikator kesejahteraan masyarakat. Namun, perbedaan kondisi geografis, sumber daya alam, infrastruktur, sosial budaya dan kapasitas sumber daya manusia menyebabkan masih adanya kesenjangan antarwilayah. Akibatnya, kesejahteraan masyarakat tidak selalu sama dan merata di seluruh wilayah.

Pemecahan berbagai masalah didaerah tersebut tentunya memerlukan adanya suatu kebijakan, program dan kegiatan yang konsisten dan terpadu serta dengan mempertimbangkan kesesuaian tata ruang wilayah, sistem hukum serta koordinasi dan kerjasama yang solid dari semua satuan kerja perangkat daerah dalam hal perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi berbagai kebijakan, program dan kegiatan pembangunan.

Penyusunan Rencana Strategis dan Rencana Aksi ini dimaksudkan untuk menyusun suatu rangkaian program/kegiatan yang saling bersinergi dan meyeluruh dalam rangka mewujudkan kawasan Danau Toba sebagai kawasan wisata berskala dunia.

Tujuan penyusunan Rencana Strategis dan Rencana Aksi ini adalah untuk menyiapkan dokumen perencanaan dan kelembagaan dalam rangka meningkatkan pertumbuhan ekonomi regional kawasan Danau Toba, khususnya upaya pengentasan daerah atau kabupaten tertinggal di kawasan Danau Toba.

VII - 113