• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pembatasan Konten

Dalam dokumen BUKU SAKU KEBEBASAN BEREKSPRESI DI INTERNET (Halaman 70-93)

III. PERLINDUNGAN HAK KEBEBASAN BEREKSPRESI DI INTERNET

2. Pembatasan Konten

x 3DVDO  D\DW   .RYHQDQ +DNKDN 6LSLO GDQ 3ROLWLN PDVLK UHOHYDQ GDODP PHQHQWXNDQ MHQLV jenis pembatasan terhadap hak atas kebebasan berekspresi. Pembatasan apapun terhadap hak atas kebebasan berekspresi, harus melewati tiga bagian berikut, (yang bersifat kumulatif):16

(a) P embatasan tersebut harus berd asar hukum y ang jelas d an d apat d iakses oleh semua orang (prinsip- prinsip pred iktabilitas d an keterbukaan); d an

(b) P embatasan itu harus mengac u pad a salah satu tujuan y ang d ijelaskan d alam P asal 1 9 ay at (3 ) K ov enan, y aitu (i) untuk menjaga hak- hak atau

16 Kumulatif artinya semua syarat harus diuji. Lihat bagian pembatasan HAM.

BUKU SAKU KEBEBASAN BEREKSPRESI DI INTERNET

Dalam dunia internasional, perlindungan HAM dan internet telah menjadi salah satu pembahasan penting di PBB. Tahun 2012, PBB mengeluarkan Resolusi tentang Pemajuan, Perlindungan dan Penikmatan HAM atas internet, yang salah satunya mengakui bahwa HNVSUHVL\DQJGLVDPSDLNDQVHFDUD¶RQOLQH·PHQGDSDWNDQ perlindungan yang sama dalam aktivitas ekpresi yang GLODNXNDQ VHFDUD ¶RIÁLQH· %HUEDJDL NHORPSRN QHJDUD dalam kawasan regional juga telah mengembangkan berbagai prinsip untuk memastikan perlindungan HAM dan internet, termasuk perlindungan hak atas kebebasan berekspresi di internet. Berbagai kelompok masyarakat sipil juga demikian, menyusun berbagai deklarasi dan SULQVLSSULQVLS SHUOLQGXQJDQ +$0 GL LQWHUQHW VHEDJDL bagian penting dalam proses mendorong adanya tata kelola internet yang berbasiskan hak asasi manusia. Masalah pengaturan internet dan HAM di Indonesia juga menjadi salah satu tantangan HAM saat ini, karena internet telah menjadi salah satu aspek penting dalam kehidupan masyarakaW Indonesia. Pada tahun 2012, Indonesia menduduki posisi 8 di dunia dan posisi 4 di $VLD GDODP MXPODK SHQJJXQDDQ LQWHUQHW IDFHERRN 51.096.860 pengguna, twitter kurang lebih 20 juta pengguna, dan blog sekitar 5.270.658.). Namun, perlindungan HAM terkait internet di Indonesia belum memadai. Laporan Freedom on the Net 2012 dari Freedom House, menempatkan Indonesia dalam kategori ‘partially free’ dan berada pada peringkat 21 dari 47 negara yang disurvey. Indonesia masih menghadaSi masalah terkait dengan kesenjangan akses, penyaringan

reputasi pihak lain, atau (ii) untuk menjaga ŬĞĂŵĂŶĂŶŶĂƐŝŽŶĂůĂƚĂƵŬĞƚĞƌƟďĂŶŵĂƐLJĂƌĂŬĂƚ͕ atau kesehatan atau moral publik (prinsip ůĞŐŝƟŵĂƐŝͿ͖ĚĂŶ

;ĐͿ WĞŵďĂƚĂƐĂŶƚĞƌƐĞďƵƚƉĞŶƟŶŐĚŝůĂŬƵŬĂŶĚĂŶďŝƐĂ ĚŝďƵŬƟŬĂŶƚƵũƵĂŶŶLJĂĚĂŶŵĞŶŐŐƵŶĂŬĂŶĂůĂƚͲ alat pembatasan seminimal mungkin (prinsip ŬĞƉĞŶƟŶŐĂŶĚĂŶŬĞƐĞŝŵďĂŶŐĂŶͿ͘

Potensi dan keuntungan besar dari internet berada SDGD NDUDNWHUQ\D \DQJ XQLN VHSHUWL NHFHSDWDQQ\D jangkauan ke seluruh dunia dan kerahasiaan identitasnya. Pada waktu yang sama, kehebatan LQWHUQHW XQWXN PHQ\HEDUNDQ LQIRUPDVL VHFDUD FHSDW GDQXQWXNPHPRELOLVDVLPDVVDMXJDWHODKPHQFLSWDNDQ ketakutan bagi pemerintah dan penguasa. Hal ini mendorong meningkatnya pembatasan penggunaan ,QWHUQHWPHODOXLSHQJJXQDDQWHNQRORJLFDQJJLKXQWXN PHPEORNLU NRQWHQ PHPRQLWRU GDQ PHQJLGHQWLÀNDVL SDUDDNWLÀVGDQNULWLNXVSHPLGDQDDQWHUKDGDSHNVSUHVL yang sah, serta pengadopsian peraturan tertentu yang PHPEHQDUNDQWLQGDNDQWLQGDNDQSHPEDWDVDQ'DODP hal ini, Pelapor Khusus juga menekankan bahwa adanya standar hak asasi manusia internasional, NKXVXVQ\D3DVDOD\DW  .RYHQDQ,QWHUQDVLRQDO+DN hak Sipil dan Politik masih relevan dalam menentukan MHQLVMHQLVSHPEDWDVDQ\DQJPHUXSDNDQSHODQJJDUDQ negara terhadap hak atas kebebasan berekspresi.

Laporan Pelapor Khusus PBB untuk Pemajuan dan Perlindungan Kebebasan Berpendapat dan

BUKU SAKU

KEBEBASAN BEREKSPRESI DI INTERNET

x -HQLVMHQLV LQIRUPDVL \DQJ GLODUDQJ PHOLSXWL SRUQRJUDÀ DQDN XQWXN PHQMDJD KDNKDN DQDN  SHQ\HEDUDQ NHEHQFLDQ XQWXN PHOLQGXQJL KDNKDN komunitas yang terpengaruh oleh hal itu), hasutan publik untuk melakukan genosida (untuk melindungi KDNKDN RUDQJ ODLQ  GDQ DGYRNDVL QDVLRQDO UDV DWDXDJDPD\DQJELVDPHPLFXKDVXWDQGLVNULPLQDVL NHNHUDVDQDWDXSHUPXVXKDQ XQWXNPHQMDJDKDNKDN orang lain, seperti hak untuk hidup).

Protokol Opsional Konvensi Hak Anak Mengenai 3HQMXDODQ$QDN3URVWLWXVL$QDNGDQ3RUQRJUDÀ$QDN Pasal 2 ayat huruf c :

3RUQRJUDÀ DQDN DGDODK VHWLDS SHUZXMXGDQ PHODOXL VDUDQD apapun, seorang anak yang terlibat dalam situasi nyata DWDX GLVLPXODVL \DQJ VHFDUD HNVSOLVLW PHODNXNDQ DNWLÀWDV seksual, atau perwujudan lain dari organ seks anak yang utamanya untuk tujuan seksual.

Pasal 3 ayat (1) c :

Setiap Negara Pihak harus menjamin bahwa, setidaknya, DNVLGDQDNWLÀWDVEHULNXWLQLEDLN\DQJGLODNXNDQGLGDODP QHJHULPDXSXQOLQWDVQHJDUDDWDXVHFDUDSHUVHRUDQJDQDWDX terorganisir, sepenuhnya diatur dalam hukum pidananya:  F PHPSURGXNVLPHQGLVWULEXVLNDQPHQ\HEDUOXDVNDQ mengimpor, mengekspor, menawarkan, menjual, atau PHPLOLNLKDOKDOXQWXNWXMXDQSRUQRJUDÀDQDNVHEDJDLPDQD dimaksud dalam Pasal 2.

BUKU SAKU KEBEBASAN BEREKSPRESI DI INTERNET

Dalam dunia internasional, perlindungan HAM dan internet telah menjadi salah satu pembahasan penting di PBB. Tahun 2012, PBB mengeluarkan Resolusi tentang Pemajuan, Perlindungan dan Penikmatan HAM atas internet, yang salah satunya mengakui bahwa HNVSUHVL\DQJGLVDPSDLNDQVHFDUD¶RQOLQH·PHQGDSDWNDQ perlindungan yang sama dalam aktivitas ekpresi yang GLODNXNDQ VHFDUD ¶RIÁLQH· %HUEDJDL NHORPSRN QHJDUD dalam kawasan regional juga telah mengembangkan berbagai prinsip untuk memastikan perlindungan HAM dan internet, termasuk perlindungan hak atas kebebasan berekspresi di internet. Berbagai kelompok masyarakat sipil juga demikian, menyusun berbagai deklarasi dan SULQVLSSULQVLS SHUOLQGXQJDQ +$0 GL LQWHUQHW VHEDJDL bagian penting dalam proses mendorong adanya tata kelola internet yang berbasiskan hak asasi manusia. Masalah pengaturan internet dan HAM di Indonesia juga menjadi salah satu tantangan HAM saat ini, karena internet telah menjadi salah satu aspek penting dalam kehidupan masyarakaW Indonesia. Pada tahun 2012, Indonesia menduduki posisi 8 di dunia dan posisi 4 di $VLD GDODP MXPODK SHQJJXQDDQ LQWHUQHW IDFHERRN 51.096.860 pengguna, twitter kurang lebih 20 juta pengguna, dan blog sekitar 5.270.658.). Namun, perlindungan HAM terkait internet di Indonesia belum memadai. Laporan Freedom on the Net 2012 dari Freedom House, menempatkan Indonesia dalam kategori ‘partially free’ dan berada pada peringkat 21 dari 47 negara yang disurvey. Indonesia masih menghadaSi masalah terkait dengan kesenjangan akses, penyaringan

Larangan untuk melakukan advokasi nasional, ras atau DJDPD\DQJELVDPHPLFXKDVXWDQGLVNULPLQDVLNHNHUDVDQ

atau permusuhan Pasal 20 Kovenan Hak-Hak Sipil dan Politik :

1. Segala propaganda untuk perang harus dilarang oleh hukum.

2. 6HJDOD WLQGDNDQ \DQJ PHQJDQMXUNDQ NHEHQFLDQ DWDV dasar kebangsaan, ras atau agama yang merupakan hasutan untuk melakukan diskriminasi, permusuhan atau kekerasan harus dilarang oleh hukum.

x Peraturan atau pembatasan yang mungkin dianggap sah dan seimbang bagi media tradisional sering tidak dapat diterapkan terhadap akses internet. 6HEDJDL FRQWRK GDODP NDVXV SHQFHPDUDQ QDPD baik individu. Dalam era internet, individu yang PHUDVD QDPD EDLNQ\D WHUFHPDU ELVD PHQJJXQDNDQ hak jawabnya saat itu juga, sehingga sanksi untuk SHQFHPDUDQQDPDEDLNOHZDWLQWHUQHWPXQJNLQWLGDN perlu dijatuhkan.

x 3HQJJXQDDQ KXNXP SLGDQD VHFDUD VHPHQDPHQD untuk memberikan sanksi pada ekspresi yang sah merupakan salah satu bentuk pembatasan yang paling keras pada hak, karena hal itu tidak hanya PHQFLSWDNDQ HIHN PHQDNXWQDNXWL FKLOOLQJ HIIHFW  tapi juga menjurus pada pelanggaran hak asasi manusia yang lain, seperti penahanan dan penyiksaan \DQJ VHPHQDPHQD VHUWD EHQWXNEHQWXN NHMDKDWDQ yang lain, tindakan atau hukuman yang merendahkan martabat manusia, dan tidak manusiawi.

BUKU SAKU KEBEBASAN BEREKSPRESI DI INTERNET x Legislasi/peraturan apapun yang membatasi hak atas kebebasan berekspresi harus dilaksanakan oleh badan yang independen dari pengaruh politik, komersial atau pihak yang tidak berwenang, tidak VHFDUD VHPHQDPHQD DWDXSXQ GLVNULPLQDWLI +DUXV ada perlindungan untuk menghadapi penyalahgunaan termasuk kemungkinan terhadap tantangan dan pemulihan atas penerapan pembatasan yang disalahgunakan.

a. Pemblokiran dan penyaringan konten

x Penggunaan teknologi penyaringan dan pemblokiran oleh negara merupakan pelanggaran atas kewajiban negara untuk menjamin hak akan kebebasan EHUHNVSUHVL MLND WLGDN PHPHQXKL SULQVLSSULQVLS umum terkait dengan hak atas kebebasan berpendapat dan berekspresi.

3HPEORNLUDQDGDODKWLQGDNDQWLQGDNDQ\DQJGLODNXNDQXQWXN PHQFHJDK NRQWHQ WHUWHQWX PHQFDSDL SHQJJXQD DNKLU +DO WHUVHEXW PHOLSXWL SHQFHJDKDQ SHQJJXQD GDODP PHQJDNVHV ODPDQ NKXVXV ,QWHUQHW 3URWRFRO ,3  DODPDW HNVWHQVL nama domain, penutupan laman dari laman server di mana PHUHNDPHQHPSDWLQ\DDWDXPHQJJXQDNDQWHNQRORJLÀOWHU XQWXNPHPEXDQJKDODPDQKDODPDQ\DQJPHQJDQGXQJNDWD NXQFL WHUWHQWX DWDX PHPEORN NRQWHQ WHUWHQWX DJDU WLGDN ELVD PXQFXO &RQWRKQ\D EHEHUDSD QHJDUD WHUXV PHPEORN akses ke YouTube, sebuah laman YLGHR VKDULQJ WHPSDW para pengguna bisa mengunggah, melihat dan mengomentari berbagai video. China, salah satu negara yang mempunyai sistem penyaringan paling luas dan sangat bagus dalam mengontrol informasi di internet. China telah mengadopsi VLVWHP ILOWHU \DQJ OXDV GDODP

PHQJHEORNDNVHVNHODPDQODPDQ\DQJPHPSXQ\DLNDWD PHQJHEORNDNVHVNHODPDQODPDQ\DQJPHPSXQ\DLNDWD PHQJHEORNDNVHVNHODPDQODPDQ\DQJPHPSXQ\DLNDWD NXQFLWHUWHQWXPLVDOQ\D NXQFLWHUWHQWXPLVDOQ\D BUKU SAKU KEBEBASAN BEREKSPRESI DI INTERNET

Dalam dunia internasional, perlindungan HAM dan internet telah menjadi salah satu pembahasan penting di PBB. Tahun 2012, PBB mengeluarkan Resolusi tentang Pemajuan, Perlindungan dan Penikmatan HAM atas internet, yang salah satunya mengakui bahwa HNVSUHVL\DQJGLVDPSDLNDQVHFDUD¶RQOLQH·PHQGDSDWNDQ perlindungan yang sama dalam aktivitas ekpresi yang GLODNXNDQ VHFDUD ¶RIÁLQH· %HUEDJDL NHORPSRN QHJDUD dalam kawasan regional juga telah mengembangkan berbagai prinsip untuk memastikan perlindungan HAM dan internet, termasuk perlindungan hak atas kebebasan berekspresi di internet. Berbagai kelompok masyarakat sipil juga demikian, menyusun berbagai deklarasi dan SULQVLSSULQVLS SHUOLQGXQJDQ +$0 GL LQWHUQHW VHEDJDL bagian penting dalam proses mendorong adanya tata kelola internet yang berbasiskan hak asasi manusia. Masalah pengaturan internet dan HAM di Indonesia juga menjadi salah satu tantangan HAM saat ini, karena internet telah menjadi salah satu aspek penting dalam kehidupan masyarakaW Indonesia. Pada tahun 2012, Indonesia menduduki posisi 8 di dunia dan posisi 4 di $VLD GDODP MXPODK SHQJJXQDDQ LQWHUQHW IDFHERRN 51.096.860 pengguna, twitter kurang lebih 20 juta pengguna, dan blog sekitar 5.270.658.). Namun, perlindungan HAM terkait internet di Indonesia belum memadai. Laporan Freedom on the Net 2012 dari Freedom House, menempatkan Indonesia dalam kategori ‘partially free’ dan berada pada peringkat 21 dari 47 negara yang disurvey. Indonesia masih menghadaSi masalah terkait dengan kesenjangan akses, penyaringan

´GHPRFUDF\µ GDQ ´KXPDQ ULJKWVµ 3HODSRU .KXVXV VDQJDW memperhatikan adanya mekanisme yang digunakan untuk mengatur dan menyaring informasi di internet yang sangat EDLN GHQJDQ NRQWURO \DQJ EHUODSLVODSLV \DQJ VHULQJ tersembunyi dari publik.

Laporan Pelapor Khusus PBB untuk Pemajuan dan Perlindungan Kebebasan Berpendapat dan Berekspresi

Tahun 2011, Angka 29.

x Tindakan pemblokiran atau penyaringan harus GLODNXNDQ VHFDUD WUDQVSDUDQ GDQ GLSHUOXNDQ XQWXN PHQFDSDL WXMXDQ XWDPD \DQJ GLSULRULWDVNDQ ROHK negara. Dalam setiap tindakan pemblokiran atau penyaringan perlu adanya daftar laman yang diblokir dan informasi detail mengenai keperluan dan pembenaran dilakukannya pemblokiran pada setiap laman. Penjelasan harus diberikan pada laman yang terkena dampak pemblokiran mengenai kenapa mereka diblokir.

x Penentuan tentang konten apa yang harus diblokir musti dilakukan oleh otoritas pengadilan yang kompeten atau sebuah badan yang independen dari pengaruh politik, komersial, atau pihak yang tidak berwenang lainnya.

BUKU SAKU KEBEBASAN BEREKSPRESI DI INTERNET Penggunaan teknologi penyaringan dan pemblokiran oleh negara merupakan pelanggaran atas kewajiban negara untuk menjamin hak akan kebebasan berekspresi, jika tidak memenuhi ketentuan tentang pembatasan yang sah. Pertama, kondisi khusus yang membenarkan pemblokiran tidak terdapat dalam hukum, atau diatur oleh hukum tapi GLDWXU VHFDUD VDQJDW OXDV GDQ WLGDN ODQJVXQJ VHKLQJJD PHQ\HEDENDQ SHPEORNLUDQ NRQWHQ VHFDUD OXDV GDQ VHPHQDPHQD .HGXD SHPEORNLUDQ WLGDN GLODNXNDQ XQWXN memenuhi tujuan seperti yang dijelaskan Pasal 19 (3) .RYHQDQ,QWHUQDVLRQDO+DNKDN6LSLOGDQ3ROLWLNGDQGDIWDU SHPEORNLUDQVHFDUDXPXPGLUDKDVLDNDQVHKLQJJDVXOLWXQWXN ditentukan apakah akses ke konten yang dibatasi tersebut dilakukan demi tujuan yang benar. Ketiga, bahkan ketika pembenaran terhadap pemblokiran dilakukan, tindakan SHPEORNLUDQWHODKPHQFLSWDNDQDODWDODW\DQJWLGDNSHUOX GDQ WLGDN VHVXDL XQWXN PHQFDSDL WXMXDQ NDUHQD WLQGDNDQ WHUVHEXWVHULQJWLGDNPHPSXQ\DLWXMXDQ\DQJFXNXSXQWXN dilakukan dan menyebabkan konten tidak bisa diakses karena sudah dianggap ilegal. Terakhir, konten sering diblok tanpa adanya intervensi atau kemungkian pengujian kembali oleh sebuah pengadilan atau badan independen. Laporan Pelapor Khusus PBB untuk Pemajuan dan Perlindungan Kebebasan Berpendapat dan Berekspresi

Tahun 2011, Angka 31

x 3HUPEORNLUDQ WHUKDGDS SRUQRJUDÀ DQDN DGDODK SHQJHFXDOLDQ \DQJ MHODV GDQ GLEHQDUNDQ  1HJDUD juga perlu untuk berfokus pada usaha mereka dalam PHQJKXNXP RUDQJRUDQJ \DQJ EHUWDQJJXQJMDZDE GDODP PHPSURGXNVL GDQ PHQ\HEDUNDQ SRUQRJUDÀ anak, daripada hanya sekedar melakukan tindakan

pemblokiran. 67

BUKU SAKU KEBEBASAN BEREKSPRESI DI INTERNET

3HUPEORNLUDQ WHUKDGDS SRUQRJUDÀ DQDN DGDODK 3HUPEORNLUDQ WHUKDGDS SRUQRJUDÀ DQDN DGDODK pemblokiran.

x Pembekuan seluruh situs, alamat Protokol Internet (IP), portal, protokol jaringan atau tipe penggunaan lainnya (seperti jejaring sosial) adalah langkah HNVWULP VHUXSD GHQJDQ SHPEUHGHODQ NRUDQ DWDX VWDVLXQ SHQ\LDUDQ \DQJ KDQ\D GDSDW GLEHQDUNDQ ELOD VHVXDL GHQJDQ VWDQGDUVWDQGDU LQWHUQDVLRQDO misalnya ketika perlu dilakukan guna melindungi DQDNDQDNGDULSHQJDQLD\DDQVHNVXDO

x Sistem penyaringan konten yang dilakukan oleh pemerintah atau penyedia pelayanan komersial dan tidak berada di bawah kendali pengguna adalah bagian dari penyensoran dan bukan bentuk pembatasan kebebasan berekspresi yang dapat dibenarkan.

x 3URGXN \DQJ GLUDQFDQJ JXQD PHPEDQWX SHQJJXQD akhir untuk menyaring konten harus disertai dengan informasi yang jelas agar pengguna akhir memahami WHQWDQJ FDUD NHUMD SURGXN WHUVHEXW GDQ NHUXJLDQ potensial yang mungkin terjadi dalam hal penyaringan \DQJEHUOHELKDQ RYHULQFOXVLYHILOWHULQJ 

b. Larangan atas kriminalisasi terhadap ekspresi yang sah

x Pemberian hukuman penjara bagi orang yang PHQFDUL PHQHULPD GDQ PHQ\HEDUNDQ LQIRUPDVL dan gagasan sulit dibenarkan sebagai tindakan yang VHVXDL XQWXN PHQFDSDL VDODK VDWX WXMXDQ \DQJ VDK menurut Pasal 19 ayat (3) Kovenan Internasional +DNKDN6LSLOGDQ3ROLWLN

BUKU SAKU KEBEBASAN BEREKSPRESI DI INTERNET x Penghinaan di internet seharusnya tidak dipidanakan,

dan semua negara untuk tidak mempidanakan tindakaQ penghinaan.Perlindungan terhadap keamanan nasional atau perlawanan terhadap terorisme tidak dapat digunakan untuk membenarkan WLQGDNDQ SHPEDWDVDQ NHFXDOL SHPHULQWDK GDSDW PHQMHODVNDQ KDOKDO EHULNXW D  HNVSUHVL \DQJ GLXQJNDSNDQ GLWXMXNDQ XQWXN PHQFLSWDNDQ NHNHUDVDQ WHUHQFDQD E  QDPSDN PHQ\HEDENDQ WHUMDGLQ\D NHNHUDVDQ F  DGD VHEXDK KXEXQJDQ ODQJVXQJ GDQ segera antara ekspresi dan kemungkinan terjadinya suatu kekerasan.

Prinsip 6:

Ekspresi yang dapat mengancam keamanan nasional 6XDWX HNVSUHVL GDSDW GLKXNXP VHEDJDL DQFDPDQ WHUKDGDS keamanan nasional hanya ketika suatu pemerintahan dapat menunjukkan bahwa:

a. ekspresi tersebut ditujukan untuk memotivasi kekerasan yang akan terjadi;

b. ekspresi tersebut dapat memotivasi terjadinya NHNHUDVDQVHPDFDPLWXGDQ

F DGD KXEXQJDQ ODQJVXQJ GDQ GHNDW DQWDUD HNVSUHVL tersebut dengan kemungkinan terjadinya atau NHMDGLDQNHNHUDVDQVHPDFDPLWX

Prinsip-prinsip Johannesburg tentang Keamanan Nasional, Kebebasan Berekspresi dan Akses Informasi, Prinsip 6. x Kebebasan berekspresi dapat termasuk pandangan

dan pendapat yang dianggap ‘menyerang’, membuat terkejut atau mengganggu. Pembatasan seharusnya tidak pernah diterapkan, antara lain pada pembahasan kebijakan pemerintah dan debat politik; laporan tentang hak asasi manusia, kegiatan pemerintah dan korupsi di pemerintahan; penyelenggaraan kampanye SHPLOLKDQ XPXP GHPRQVWUDVL GDPDL GDQ DNWLÀWDV

politik, termasuk untuk perdamaian atau demokrasi; dan pengungkapan pendapat dan pernyataan tidak setuju, agama atau keyakinan, yang melibatkan RUDQJRUDQJ\DQJPHQMDGLEDJLDQGDULPLQRULWDVGDQ kelompok rentan.

x Kriminalisasi ekspresi yang sah di internet bertentangan dengan kewajiban negara tentang hak asasi manusia internasional, apakah melalui penerapan hukum pidana yang ada atas ekspresi GDODP MDULQJDQ DWDX PHODOXL SHQFLSWDDQ KXNXP KXNXP \DQJ EDUX \DQJ VHFDUD NKXVXV GLGHVDLQ untuk mempidanakan kebebasan di internet. +XNXPKXNXP VHSHUWLLWXVHULQJGLEHQDUNDQ NDUHQD dianggap penting untuk melindungi reputasi individu, keamanan nasional, atau untuk melawan terorisme. Akan tetapi, dalam praktiknya, mereka sering digunakan untuk menyensor konten yang tidak disukai oleh pemerintah atau otoritas kekuasaan.

6DODKVDWXFRQWRK\DQJMHODVGDULNULPLQDOLVDVLHNVSUHVL\DQJ sah adalah pemenjaraan para blogger di seluruh dunia. Merujuk pada laporan Reporters without Borders, di tahun 2010, terdapat 109 blogger yang berada di dalam penjara dengan tuduhan yang berhubungan dengan konten tulisan dalam jaringan mereka. Di China sendiri terdapat 72 orang yang dipenjara, diikuti Vietnam sebanyak 17 orang, dan Iran dengan 13 orang yang dipenjara di sana.

Laporan Pelapor Khusus PBB untuk Pemajuan dan Perlindungan Kebebasan Berpendapat dan Berekspresi

BUKU SAKU KEBEBASAN BEREKSPRESI DI INTERNET x :LOD\DK KXNXP\XULVGLNVL NDVXVNDVXV KXNXP berkenaan dengan konten internet harus dibatasi pada Negara tempat kasus tersebut memiliki hubungan yang nyata dan penting, yang umumnya karena pembuatnya berada di sana, konten tersebut diunggah di sana, dan/atau konten tersebut ditujukan khusus kepada Negara tersebut. Pihak swasta hanya diperbolehkan untuk membawa suatu kasus di yurisdiksi/wilayah hukum tempat mereka dapat membuktikan telah terjadi kerugian di yurisdiksi/ wilayah hukum tersebut.

x Standar pertanggungjawaban, termasuk pembelaan dalam hal kasus perdata, harus mempertimbangkan kepentingan publik dalam melindungi, baik itu pengungkapan pendapat maupun forum dalam hal tersebut dilakukan (yakni kebutuhan untuk menjaga aspek “area publik” dari internet).

x Dalam hal konten yang diunggah dengan bentuk yang VHFDUD VXEVWDQWLI VDPD GDQ GL WHPSDW \DQJ VDPD pembatasan jangka waktu dalam penyampaian gugatan harus dihitung mulai dari saat pertama kali konten tersebut diunggah dan hanya satu tindakan untuk ganti rugi dapat digugatkan berkenaan dengan konten tersebut. Bila memungkinkan dengan mengizinkan untuk ganti rugi yang diderita di semua yurisdiksi dapat digugatkan pada waktu yang sama.

c. Pengenaan tanggung jawab hukum kepada perantara

x Tindakan sensor seharusnya tidak didelegasikan kepada lembaga swasta, dan bahwa tidak ada pihak yang harus dikenakan sanksi hukum karena konten internet yang tidak ditulis oleh mereka. Seharusnya tidak ada negara yang menggunakan atau memaksa perantara untuk melakukan sensor atas nama negara. x Perantara seharusnya tidak dinyatakan EHUWDQJJXQJMDZDE VHFDUD KXNXP NDUHQD PHQRODN mengambil tindakan yang menyalahi hak asasi manusia para individu. Permintaan apapun yang GLNLULPNDQ NH SHUDQWDUD XQWXN PHQFHJDK DNVHV NH konten tertentu, atau untuk membuka informasi SULEDGL XQWXN WXMXDQWXMXDQ SHPEDWDVDQ \DQJ ketat seperti administrasi peradilan pidana harus dilakukan melalui sebuah perintah yang dikeluarkan oleh pengadilan atau sebuah badan yang kompeten yang independen dari pengaruh politik, komersil, dan pihak lain yang tidak berwenang.

6DODKVDWXEDJLDQXQLNGDULLQWHUQHWDGDODKFDUDSHQ\DPSDLDQ informasi yang bergantung pada perantara atau perusahaan swasta yang menyediakan layanan dan platform yang memfasilitasi komunikasi dalam jaringan atau transaksi antara para pihak ketiga, meliputi pemberian akses, hosting, penyebarluasan dan penyusunan konten. Perantara meliputi SDUD 3HQ\HGLD -DVD ,QWHUQHW ,63V  XQWXN PHVLQ SHQFDUL dan layanan blogging sampai platform komunitas dalam jaringan. Dengan hadirnya layanan Laman 2.0, orang bisa mempublikasikan informasi tanpa harus memeriksa kembali tajuk seperti yang ada di format publikasi tradisional. Jenis layanan yang ditawarkan oleh perantara telah berkembang VHODPDVDWXGHNDGHWHUDNKLUVHFDUDXPXPGLSLFXROHK

BUKU SAKU KEBEBASAN BEREKSPRESI DI INTERNET perlindungan hukum bagi perantara saat pihak ketiga menggunakan layanan mereka. Akan tetapi, Pelapor Khusus PHQFDWDWEDKZDSDGDWDKXQWDKXQWHUDNKLULQLSHUOLQGXQJDQ hukum bagi perantara telah berkurang.

Laporan Pelapor Khusus PBB untuk Pemajuan dan Perlindungan Kebebasan Berpendapat dan Berekspresi

Tahun 2011, Angka 38

3HODSRU.KXVXVSHUFD\DEDKZDWLQGDNDQVHQVRUVHKDUXVQ\D tidak didelegasikan kepada lembaga swasta, dan bahwa tidak ada pihak yang harus dikenakan sanksi hukum karena konten internet yang tidak ditulis oleh mereka. Tentu saja, seharusnya tidak ada negara yang menggunakan atau memaksa perantara untuk melakukan sensor atas nama negara, seperti kasus yang terjadi di Republik Korea yang PHQFLSWDNDQ.RPLVL6WDQGDU.RPXQLNDVL.RUHDEDGDQVHPL swasta dan pemerintah yang ditugasi untuk mengelola konten dalam jaringan (lihat A/HRC/17/27/Add.2). Pelapor .KXVXVPHQ\DPEXWLQLVLDWLI\DQJGLDPELOQHJDUDQHJDUDODLQ XQWXN PHOLQGXQJL SHUDQWDUD VHSHUWL XQGDQJXQGDQJ \DQJ diadopsi di Chile yang menyatakan bahwa perantara tidak GLKDUXVNDQXQWXNPHQJKDSXVDWDXPHQFHJDKDNVHVNRQWHQ \DQJGLEXDWROHKSHQJJXQD\DQJPHODQJJDUKXNXPKDNFLSWD VDPSDLPHUHNDGLEHULQRWLÀNDVLROHKOHPEDJDKXNXP\DQJ sah. Sebuah aturan yang serupa juga diupayakan untuk diterapkan di Brazil.

Laporan Pelapor Khusus PBB untuk Pemajuan dan Perlindungan Kebebasan Berpendapat dan Berekspresi

x Tidak ada satu pihak pun, yang hanya memberikan pelayanan internet seperti menyediakan akses, DWDX PHQFDULNDQ DWDX PHQWUDQVPLVL PDXSXQ menjaring informasi, bertanggung jawab terhadap isi yang dibuat orang lain, selama mereka tidak VHFDUDVSHVLÀNPHQJLQWHUYHQVLNRQWHQWHUVHEXWDWDX menolak surat perintah pengadilan untuk menghapus konten tersebut, jika memang mereka memiliki kapasitas untuk melakukannya (‘prinsip hanya VHEDJDLSHUDQWDUD··PHUHFRQGXLWSULQFLSOH· 17 x 3HUOX GLSHUWLPEDQJNDQ XQWXN VHFDUD VHSHQXKQ\D

melindungi pihak perantara lainnya, dari pertanggungjawaban terhadap konten yang dibuat pihak lain di bawah prasyarat yang sama. Setidaknya, para pihak perantara tidak diharuskan untuk memonitor konten yang dibuat pengguna dan tidak dikenakan peraturan penghapusan isi di luar perintah SHQJDGLODQ H[WUDMXGLFLDO  \DQJ WLGDN PHPEHULNDQ perlindungan yang memadai bagi perlindungan kebebasan berekspresi (sebagaimana dengan banyak peraturan “pemberitahuan dan penghapusan” yang

Dalam dokumen BUKU SAKU KEBEBASAN BEREKSPRESI DI INTERNET (Halaman 70-93)