• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMBEBASAN DAMSYIK DAN PEMBERSIHAN YORDANIA

7. PEMBEBASAN DAMSYIK DAN YORDANIA

Khalid dipecat dari pimpinan militer

Sementara Mahmiyat bin Zanim dan Syaddad bin Aus sedang dalam perjalanan ke Syam membawa surat Umar mengenai pemecatan Khalid, Khalid sendiri sedang mengatur strategi untuk menghadapi dan menghancurkan pasukan Rumawi. Dia sudah tahu bahwa pihak Ru- mawi sedang bersiap-siap hendak menghadapinya. Maka disusunnya pasukannya ke dalam beberapa "batalion"1 seperti yang biasa dilakukan orang Arab sebelum itu, sebab yang terlihat tak ada yang lebih besar dari itu. Keesokan harinya ia bergerak dan bertemu dengan pasukan Rumawi. Pasukan Rumawi dapat dihancurkan dan segala impiannya ingin bertahan terus di Syam berakhir sudah.2

Ada pula sumber yang menyebutkan bahwa kedua utusan Umar yang membawa surat tentang pemecatan Khalid itu sampai di Syam pagi hari ketika sedang terjadi pertempuran yang menentukan itu, dan mereka menyampaikan surat Amirulmukminin itu kepada Abu Ubaidah tanpa mengumumkan isinya sebelum pertempuran selesai. Sesudah jelas kemenangan ada di pihak pasukan Muslimin Khalid diberi tahu dan di- siarkan kepada semua pasukan. Barulah ia memegang pimpinan meng- gantikan posisi Khalid. Sumber-sumber lain menyebutkan bahwa selepas pertempuran pun Abu Ubaidah tidak mengumumkan isi itu. Ia berang- kat ke Damsyik di bawah pimpinan Khalid. Baru setelah selesai semua dan diadakan perdamaian dengan yang bersangkutan, surat Amirul- mukminin tersebut diumumkan. Ada juga beberapa sumber yang tidak sama dalam melangsir peristiwa-peristiwa ini, dengan menyebutkan bahwa Umar memerintahkan pemecatan Khalid dari segala jabatan dalam militer serta diadilinya ia mengenai hal-hal yang dialamatkan kepadanya dan dimintai pertanggungjawabannya.

pendapat kami dalam Abu Bakr as-Siddiq bab ke-14, yakni mengenai pembebasan Syam pada masa Khalifah pertama itu. Sumber-sumber yang saling bertentangan itu mem- bantah urutan peristiwa-peristiwa itu sehingga ada sebagian yang menyebutkan bahwa Yarmuk merupakan perang terakhir di Syam. Begitu juga halnya dengan pemecatan Khalid, adakah ia dipecat dari pimpinan angkatan bersenjata dengan tetap sebagai panglima pasukannya dan pasukan Abu Ubaidah, ataukah dari seluruh jabatannya dalam angkatan bersenjata? Seperti dalam Abu Bakr as-Siddiq di sini kami akan mengacu pada sumber at-Tabari dan mereka yang sependapat dengan dia. Menurut hemat kami ini lebih mendekati kenyataan. Kalau perlu kami akan mengambil juga sumber al-Balazuri dan yang Iain, yang bertentangan dengan at-Tabari yang kami sebutkan di atas.

1 Karadis jamak kurdus dalam istilah sekarang kira-kira sama dengan "batalion" mengingat jumlahnya tiap kurdus kurang lebih sama dengan satu batalion. — Pnj. 2 Pertempuran ini dengan terinci sekali sudah kami uraikan dalam Abu Bakr as-Siddiq.

Yang lebih dapat diterima menurut hemat saya, begitu Abu Ubaidah menerima berita ia tidak segera mengumumkan pemecatan Khalid, baik waktu pagi sedang dalam pertempuran di Yarmuk atau sesudah Khalid mendapat kemenangan. Ia merahasiakan berita itu selama beberapa hari sementara ia sedang mencari jalan apa yang harus dilakukannya dan bagaimana cara mengumumkan. Dalam pada itu orang sudah tahu bahwa Abu Bakr sudah wafat dan Umar yang kini menggantikan kedudukannya. Mereka saling berbeda pendapat, ada yang tidak senang dengan kepemimpinan Umar, ada juga yang dari kalangan Medinah sendiri. Setelah itu mereka tenang kembali dan menerima kenyataan, setelah diketahui bahwa hal itu sesuai dengan pesan Abu Bakr. Khalid memang sudah memperkirakan bahwa Umar tidak senang ia menjadi panglima pasukan di Syam, dan dia pasti dipecat. Hal ini dikatakannya kepada stafnya yang terdekat, atau barangkali juga kepada Abu Ubaidah sendiri. Saat itulah ia diberi tahu oleh Abu Ubaidah. Tetapi dia tidak marah. Bahwa pimpinan angkatan perang itu akan dipegang oleh Abu Ubaidah diterimanya dengan patuh. Begitu juga dulu, Abu Ubaidah dengan patuh menerima penunjukan Abu Bakr agar ia berada di bawah pimpinan Khalid ketika Abu Bakr memerintahkan Khalid berangkat dari Irak ke Syam.1 Orang pun tidak marah kepada Umar serta tindakannya memecat Khalid, karena mereka sudah tahu tentang

1 Beberapa sumber menyebutkan bahwa ketika surat pemecatan Khalid diterima oleh Abu Ubaidah mereka sedang mengepung Damsyik, dan merahasiakannya dari Khalid sampai sekitar dua hari setelah Damsyik direbutnya. Dalam al-Bidayah wan-Nihayah

Ibn Kasir menyebutkan, bahwa ketika berita pemecatan oleh Umar disampaikan kepada Khalid, ia berkata kepada Abu Ubaidah: "Semoga Allah memberi rahmat kepada Anda. Mengapa Anda tidak menyampaikannya kepada saya waktu berita itu Anda terima?" Abu Ubaidah menjawab: "Saya tidak ingin mengganggu Anda yang sedang berperang. Saya tidak mengharapkan kekuasaan, dan saya bekerja bukan untuk dunia. Saya tidak melihat akan hilang atau akan terputus, tetapi kita bersaudara. Apa salahnya orang digantikan oleh saudaranya sendiri, dalam agama dan dalam dunianya." Jawaban Abu Ubaidah ini mengingatkan kita kepada surat Khalid kepadanya tatkala Abu Bakr memerintahkannya memimpin pasukan Muslimin ke Syam menggantikan Abu Ubaidah. Dalam suratnya itu Khalid menulis: "Saya menerima surat dari Khalifah Rasulullah memerintahkan saya berangkat ke Syam, mengawasi dan memimpin pasukan di sana. Itu

bukan atas permintaan saya, bukan keinginan saya, juga saya tidak menulis surat kepadanya untuk itu. Semoga Allah memberi rahmat kepada Anda dalam keadaan Anda sekarang ini. Orang tidak akan melanggar perintah Anda, tidak akan menentang pendapat Anda dan tidak akan memutuskan sesuatu tanpa Anda. Anda salah seorang pemimpin Muslimin. Tak ada orang yang akan mengingkari jasa Anda dan kita masih selalu memerlukan pendapat Anda. Semoga Allah merampungkan tugas kebaikan kita

posisi kedua orang itu sejak terjadinya peristiwa Malik bin Nuwairah dulu. Demikianlah perombakan dalam pimpinan militer itu selesai sesudah pertempuran yang dimenangkan oleh Khalid secara gemilang. Tidak ada pengaruh apa pun dalam kesatuan umat Islam dan pasukannya yang mungkin akan membawa akibat yang patut dikhawatirkan.

Inilah yang lebih dapat saya terima, yang saya simpulkan dari pel- bagai sumber. Abu Ubaidah sudah menulis surat kepada Umar mem- beritahukan kemenangan di Yarmuk dalam menghadapi pasjukan Rumawi, dengan mengirimkan seperlima hasil rampasan perang, dan menyebut- kan bahwa dia telah mengangkat Basyir bin Sa'd bin Ubai al-Himyari untuk Yarmuk, dan dia sendiri berangkat ke Marj as-Suffar hendak mengejar sisa-sisa tentara musuh yang kalah yang masih berserakan dan berkumpul di Fihl (Pella). Dia mendapat berita bahwa Heraklius dari Hims tempat kediamannya mengirimkan bala bantuan angkatan perangnya ke Damsyik. Tidak tahu dia, akan memulai dengan Dam- syik atau dengan Fihl di Yordania.

Begitu menerima dan membaca surat Abu Ubaidah, Umar segera membalasnya: "Mulailah dengan Damsyik dan perjuangkanlah, karena kota ini benteng Syam dan jantung kerajaannya. Alihkanlah perhatian Fihl dari Anda dengan pasukan berkuda di hadapan mereka. Jika Allah memberi kemenangan sebelum Damsyik, itulah yang kita harapkan, kalau kemenangan di sana tertunda sampai Allah memberi kemenangan di Damsyik, biarlah yang merebut Damsyik turun ke sana. Anda sendiri serta para perwira meneruskan perjalanan hingga dapat menyerang Fihl. Jika Allah memberi kemenangan kepada kalian, berangkatlah bersama Khalid ke Hims (Emessa atau Horns) dan tempatkanlah Syurahbil dan Amr di Yordan dan Palestina."

Begitu surat Umar diterima, Abu Ubaidah mengirim sepuluh per- wira ke Fihl dipimpin oleh Abu al-A'war as-Sulami. Dia sendiri dan Khalid bin Walid dengan kekuatan pasukan yang besar berangkat me- nuju Damsyik. Pihak Rumawi yang berlindung di Fihl — sementara pe- ngaruh Yarmuk serta bekas ketakutan yang masih membayang di wajah mereka, terasa sekali mencekam — melihat pasukan Muslimin sedang menuju ke daerah mereka, cepat-cepat mereka melepaskan air danau Tabariah (Tiberias) dan Sungai Yordania ke tanah sekitarnya. Dengan

semua sebagai suatu nikmat, dan Allah melimpahkan kasih-Nya kepada kita dan kita dijauhi dari azab neraka." Sudah tentu kerja sama dan saling pengentian antara para panglima Muslimin ini merupakan faktor yang paling penting dalam memberikan kemenangan.

tanah yang menjadi lumpur tak akan mungkin dapat dilalui pihak la- wan. Pasukan Muslimin marah atas perbuatan musuhnya itu, terkepung berhenti di hadapan mereka, tak dapat maju di daratan berlumpur. Sementara mereka masih dalam keadaan demikian, saudara-saudara mereka sudah berhasil membebaskan Damsyik. Dengan demikian mereka dapat memberikan bala bantuan kepada mereka dengan kekuatan pasuk- an. Pasukan Muslimin sekarang bertambah kuat dan tambah berani.

Perjalanan Abu Ubaidah dan Khalid ke Damsyik

Tidak heran pasukan Muslimin dapat membebaskan Damsyik dengan benteng-bentengnya yang begitu kukuh, ditambah pula dengan pasukan Rumawi yang begitu besar dikirimkan oleh Heraklius. Dulu ketika Allah memberikan kemenangan kepada pasukan Muslimin di Yarmuk, mereka berjalan di tanah dengan air yang sedang mengalir. Tetapi kesuburan dan lahan perkebunan yang ada tidak melebihi tempat-tempat subur yang ada di Medinah dan sekitarnya. Godaannya pun tidak sebesar Delta di Irak. Tatkala mereka dalam perjalanan dari Waqusah di Yarmuk ke Damsyik mereka melihat keindahan yang begitu memukau. Mereka melihat tanah-tanah Balqa' di selatan dengan la- pangan rumput hijau yang membentang luas sejauh mata memandang, di sebelah utara terlihat tanah rumput gembala di dataran Golan, suatu pemandangan yang sungguh indah dan subur. Mereka juga melihat lahan-lahan pertanian gandum dan jawawut sela-menyela di antara padang rumput gembala itu, diselang-seling oleh pelbagai macam pe- pohonan, ada yang berbuah ada pula yang tidak, ada yang semerbak menyebarkan harumnya ke lingkungan sekitar. Sungai-sungai kecil dan kolam-kolam tempat penampungan air mengalir jernih, kadang berkilauan di permukaannya, kadang meluap serentak, mengairi perkebunan, pe- pohonan dan taman-taman yang indah, turun perlahan-lahan dari bukit- bukit yang lereng-lerengnya ditutupi hamparan hijau, atau ditumbuhi pohon-pohon yang menjulang tinggi. Dataran-dataran tinggi itu tampak jelas seperti bukit barisan di tengah-tengah wadi yang kadang mem- bentang panjang dan kadang bergelombang naik turun. Keadaan yang memanjang atau bergelombang itu diselimuti oleh hamparan bunga- bunga yang semerbak dan sedap dipandang mata. Ditambah lagi dengan gadis-gadis "kuning,"1 seperti dalam ungkapan bahasa Arab — ling-

1 Dari banu al-asfar, sebutan bagi orang-orang Rumawi di Asia Kecil, Konstantinopel dan sekitarnya (beberapa referensi). — Pnj.

7. PEMBEBASAN DAMSYIK DAN YORDANIA

kungan alam ini yang begitu indah, meliuk-liuk di atas dataran tinggi dan di antara lembah-lembah itu, pandangan terpadu dengan bentuk- bentuk tubuh yang langsing dan pipi mereka yang halus kemerah- merahan, menandakan sehat dan segar berisi. Mereka diciptakan oleh Maha Pencipta dalam bentuknya yang paling indah. Mereka itu para malaikat penghuni surga ini, yang sekarang sedang ditapaki orang- orang Arab di jalan menuju ibu kota yang kukuh itu. Di sana sini berdiri kota-kota yang dibangun oleh pihak Rumawi dan dibangun pula pentas-pentas dan arena-arena tempat pertunjukan serta bangunan- bangunan gereja. Semua itu merupakan bangunan yang kebesaran dan keindahannya sangat memukau. Di sebelah sana, di perbatasan agak ke utara tampak gunung-gunung yang menjulang tinggi, yang puncaknya bermahkotakan salju, memperlihatkan keagungan, berwibawa seperti orang tua yang sudah tampak putih rambutnya. Pesona apa ini yang sampai begitu memukau, begitu gemilang! Adakah dorongan lain yang lebih kuat selain iman sehingga untuk itu mereka mau terjun mem- pertaruhkan segalanya! Dan bagi pasukan Muslimin kekuatan iman kepada Allah dan Rasul-Nya itulah yang lebih besar! Semua pesona itu telah menambah kekuatan iman dalam hati mereka, mendorong mereka cepat-cepat menuju ibu kota Syam, yang memang sangat mereka dambakan hendak menerobos benteng-bentengnya masuk ke pusat kota.

Bahkan nama Damsyik itu sendiri memperbesar keinginan mereka hendak cepat-cepat membuat penyelesaian. Betapa memesonakan yang pernah mereka dengar dari saudara-saudara dan nenek moyang mereka dulu, yang dalam musim panas mengadakan perjalanan ke Syam! Betapa pula pembicaraan mereka tentang sejarahnya, orang-orang se- tanah air yang beragama Nasrahi, yang datang berziarah ke Baitul- mukadas (Yerusalem). Kemudian mereka pergi ke tempat bersemayam- nya raja di Syam, merasakan nikmatnya peradaban di sana, membeli barang-barang hadiah yang tak ada taranya di kota suci di Palestina itu. Orang-orang Nasrani menceritakan sejarah negeri itu kepada mereka. Hasrat mereka ingin tahu makin besar, ingin menyaksikan dan me- nikmati taman-tamannya yang harum, air yang mengalir di sela-sela keteduhan yang rimbun serta buah-buahannya yang lezat, dengan segala keindahannya sekarang, lebih-lebih di masa silam. Damsyik termasuk salah satu kota tua di dunia kalaupun tidak akan dikatakan yang tertua.1

1 Dalam Lisanul 'Arab disebutkan bahwa nama kota Damsyik diambil dari nama pendirinya, Dimsyaq bin Kan'an atau Damascus. Para sejarawan mengatakan — dengan

Beberapa abad silam tempat ini menjadi pusat penyembahan yang besar kaum pagan. Setelah datang agama Kristen, tempat ibadah pagan itu dijadikan gereja untuk pengikut-pengikut Almasih. Keagungan dan ke- indahannya tak ada yang dapat menandingi selain gereja Antakiah (Antioch), tempat ibadah Kristen terbesar di Syam, di samping bangun- an-bangunan yang didirikan oleh kerajaan Rumawi, yang keagungan dan kemegahannya melebihi semua yang dapat ditangkap mata orang- orang Arab dalam perjalanan mereka ke sana itu. Bagaimana pasukan Muslimin tidak ingin secepatnya sampai ke sana! Apa lagi yang masih menyangsikannya bahwa mereka harus menguasainya setelah mereka dapat mengalahkan pasukan Rumawi di Yarmuk, dan puluhan ribu prajurit habis terbantai di medan perang atau tersungkur hancur di jurang Waqusah!

Damsyik dikepung

Pasukan yang berjaya hampir tidak mendapat perlawanan yang berarti. Dalam perang ini pihak Rumawi tak dapat berlindung seperti pasukan Persia yang berlindung di sungai-sungai dan mengalirnya air yang saling bersambung di Furat dan Tigris, sebab di Syam tak ada sungai semacam itu. Juga di pihak Rumawi tak ada yang mau terjun bertempur mati-matian seperti pasukan Persia, karena^bagi Persia Irak besar sekali artinya, sedang Mada'in yang menjadi ibu kota para Kisra terletak di pantai Sungai Furat, sungai yang terbesar. Kebalikannya Syam yang merupakan wilayah kekuasaan Rumawi, ibu kotanya Konstantinopel jauh dari Baitulmukadas dan dari Damsyik. Pihak yang mempertahankan pun tak mempunyai semangat keagamaan yang bersedia mati demi Baitulmukadas. Sebelum itu Persia sudah pernah mengalahkan Rumawi dan menguasai Gereja Hari Kiamat1 dan Gereja Buaian.2 Dalam menghadapi perubahan yang menimpa para penguasa itu tidak ada yang menggerakkan hati penduduk negeri yang akan mengorbankan nyawa membela rumah-rumah ibadah itu. Kalau Herak- lius sudah memukul mundur Persia dan merebut kembali Palestina, kekuasaan para pejabatnya di sana rata-rata tidak lebih baik dan tidak

mengacu kepada Kitab Torat — bahwa Damsyik adalah sebuah kota besar pada masa Nabi Ibrahim 'alaihis-salam, dan berada di bawah kekuasaan Mesir pada masa keluarga yang kedelapan belas, dan namanya terukir di bukit "al-'Ammariyah" dengan nama Dimasyqah.

1 Gereja Anastasis (Kanisat al-Qiyamah). — Pnj. 2 Church of the Nativity (Kanisat al-Mahd). — Pnj.

lebih lunak daripada kekuasaan Persia. Oleh karena itu sandaran He- raklius di negeri-negeri ini hanya kota-kota yang sudah diperkuat de- ngan benteng-benteng, seperti Damsyik, Hims dan Antakiah (Antioch), dengan mengandalkan pada benteng-benteng dan kuatnya pertahanan.

Pasukan Muslimin sudah sampai di al-Gutah,1 daerah subur selatan Damsyik, dan mereka maju dengan semangat yang makin tinggi. Mata mereka beradu pada dataran luas tempat berdirinya kota-kota penting dan yang tertua, yang seolah sebidang tanah surga yang dibawa turun oleh malaikat dari langit ke bumi: sungai-sungai yang mengalir, mata air yang memancar deras, pohon-pohon yang rindang, kebun-kebun anggur, tin, zaitun dan taman yang penuh bahagia. Di celah-celah daerah yang rindang dan teduh itu menyelir hembusan yang membawa keharuman yang segar, dengan rumah-rumah yang menjadi milik orang- orang kaya. Oleh Allah mereka telah diberi segala yang menyenangkan di dunia ini, menggambarkan apa dan siapa mereka yang dulu ada di tempat itu — tuan-tuan yang sudah menikmati segala kesenangan dan dayang-dayang yang seperti bidadari. Mana pula keindahan yang begitu memesona itu, kenikmatan yang begitu melimpah yang dulu dilihat oleh orang-orang yang pernah menemani Khalid bin Walid ke Irak. Ketika itu mereka sudah melihat pesona dan segala godaan yang luar biasa! Kalau benar kata-kata Khalid di Irak dulu: "Tidakkah kalian lihat makanan ini yang setinggi gunung? Demi Allah, kalau hanya untuk mencari makan, dan bukan karena kewajiban kita berjuang demi Allah dan mengajak orang kepada ajaran Allah, pasti kita gempur desa ini sehingga hanya tinggal kita yang berkuasa di sini; dan orang-orang yang enggan berjuang seperti yang kalian lakukan ini, akan kita biarkan dalam kelaparan dan kekurangan." Kalau kata-kata ini layak untuk Irak satu kali, maka apa yang ada di Damsyik dan daerah subur sekitarnya itu lebih layak seribu kali. Apa yang mereka lihat di sini bukan ma- kanan yang setinggi gunung, tetapi yang di luar dugaan kebanyakan mereka, makanan yang tak pernah terbayangkan dalam khayal, tak pernah terlihat mata, tak terdengar telinga dan tak pernah terlintas dalam pikiran.

Pasukan Muslimin melihat rumah-rumah dan istana-istana di daerah subur itu sudah-kosong dan sunyi. Yang terdengar hanya nyanyian

1 Al-Giitah atau Gittat Dimasyq, nama tempat yang subur.dengan taman-taman dan mata air di selatan kota Damsyik. Dalam terjemahan selanjutnya disebut daerah subur sekitar Damsyik. — Pnj.

burung-burung di taman-taman yang beraneka warna. Para penghuni rumah dan istana itu sudah meninggalkan tempat-tempat mereka untuk berlindung di pagar-pagar tembok kota yang kekar. Tentang kekukuhan dan kekekaran pagar-pagar tembok Damsyik itu memang sudah menjadi peribahasa. Dibangun dari batu-batu besar yang kuat, dengan ketinggian lebih dari enam meter dan tebal lebih dari tiga meter. Benteng-benteng- nya pun dengan puncak-puncak yang tinggi dan kotak-kotak pengintai yang tak sedikit jumlahnya, tempat berlindung para pemanah dan para pemakai manjaniq1. Heraklius memang sudah makin memperkukuh tempat itu sesudah ada serangan pihak Persia ke sana, dengan harapan dapat menangkis setiap serangan kepada kerajaannya. Tembok-tembok itu dilengkapi dengan pintu-pintu yang kuat dan tangguh dan dapat ditutup rapat sehingga tak mungkin orang dapat masuk atau keluar. Di sekeliling tembok dipasang pula parit-parit dengan lebar lebih dari tiga meter, dialirkan ke dalamnya air Sungai Barada. Dengan demikian se- luruh Damsyik itu sudah merupakan sebuah benteng dengan menara- menara di setiap penjuru. Tak mungkin ada penyerang yang dapat menerobos kecuali sesudah diadakan pengepungan lama yang akan membuat penghuninya menjadi lemah, kehilangan semangat dan me- maksa mereka menyerah.

Abu Ubaidah sudah memperkirakan untuk menyerbu kota yang kukuh ini memerlukan pengepungan yang cukup lama. Maka di- perintahkannya pasukannya membuka dan menempati gereja-gereja dan rumah-rumah daerah subur sekitar Damsyik itu. Diperkirakannya juga bahwa Heraklius sudah mengirim pasukan dari Hims atau Palestina untuk mengepung kekuatannya yang di sekitar Damsyik di antara benteng-benteng kota dengan kekuatan pasukan Rumawi. Abu Ubaidah memerintahkan Zul-Kula' al-Himyari menempatkan markasnya di suatu tempat antara Damsyik dengan Hims, sedang Alqamah bin Hakim dan Masruq al-Akki diperintahkan bermarkas di antara Damsyik dengan Palestina. Setelah merasa puas dengan strateginya itu para perwira dan pasukannya diperintahkan maju untuk mengepung ibu kota, sebagai persiapan untuk melancarkan serangan. la juga menunjukkan pintu mana yang harus menjadi bagian mereka masing-masing. Dia sendiri turun di Gerbang al-Jabiah, Amr bin As di Gerbang Tauma', Syurahbil bin Hasanah di Gerbang al-Faradis dan Yazid bin Abi Sufyan di

1 Alat mesin perang digunakan untuk melempar batu-batu besar dan semacamnya ke arah lawan, biasa disamakan dengan ballista. —Pnj.

Gerbang Kisan sedang Khalid bin Walid di Gerbang asy-Syarqi. Tak jauh dari Gerbang itu ada sebuah biara bernama Biara Saliba, yang

Dokumen terkait