• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemerintah

Berita Kompas dan Jawa Pos Pemerintah Tak Akui Nurdin

SBY – Menpora Tak Akui Nurdin Cs

Ketua Baru PSSI Dipilih 29 April di Surabaya

Nurdin Cs Keluar dari Kantor PSSI

PSSI Menolak Kosongkan Kantor

Sekjen PSSI Dilaporkan ke Bareskrim

3.1 Metode Penelitian

Dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, karena peneliti berlandaskan pada paradigma konstruktiv. Tujuan penelitian ini adalah untuk membuat dekriptif dan gambaran, tentang peristiwa yang terjadi. Selain itu mencoba untuk menangkap perspektif pemberitaan dalam kaitannya dengan bagaimana pemberitaan itu memperlihatkan orientasi sebuah media dengan cara tertentu dalam memperlakukan suatu realitas atau fakta. Peneliti menggunakan interpretasi subjektif dari peneliti sendiri tanpa mengabaikan data-data yang ada, yaitu berita yang dimuat dalam surat kabar harian Kompas dan Jawa Pos tentang putusan Pembekuan PSSI oleh Pemerintah.

Penggunaan pendekatan kualitatif salah satu sebabnya karena metode ini lebih peka dan dapat menyesuaikan terhadap pola-pola nilai yang dihadapi, data yang dikumpulkan berupa kata-kata dan gambar yang kemudian peneliti memilih data tersebut (Moleong, 1990:6). Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah tipe penelitian deskriptif kualitatif. Tipe penelitian deskriptif kualitatif adalah suatu penelitian yang memberikan gambaran atau uraian atas suatu keadaan sejernih mungkin tanpa ada perlakuan terhadap objek yang diteliti (Kountur, 2003:53).

Peneliti ini menggunakan metode analisis framing model Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki. Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki melihat framing sebagai cara untuk mengetahui bagaimana suatu media mengemas berita dan mengkonstruksi realitas melalui pemakaian strategis kata, kalimat, lead, hubungan antarkalimat, foto, grafik, dan perangkat lain untuk membantu dirinya mengungkapkan pemaknaan mereka sehingga dapat dipahami oleh pembaca. Bahwa setiap berita mempunyai frame yang berfungsi sebagai pusat organisasi ide. Frame ini adalah suatu ide yang dihubungkan dengan elemen yang berbeda dalam teks berita (kutipan sumber, latar informasi, pemakaian kata atau kalimat tertentu) ke dalam teks secara keseluruhan. Frame berhubungan dengan makna. Bagaimana seseorang memaknai suatu peristiwa dapat dilihat dari perangkat tanda yang dimunculkan dalam teks (Eriyanto, 2004:254-255).

Model ini mengoperasionalisasikan empat dimensi structural teks berita sebagai perangkat framing: sintaksis, skrip, tematik, retoris. Keempat dimensi struktural ini membentuk semacam tema yang mempertautkan elemen-elemen semantic narasi berita dalam suatu koherensi global. Dalam pendekatan ini framing dibagi kedalam empat struktur besar, yaitu :

a. Struktur Sintaksis

Berhubungan dengan bagaimana media menyusun berita mengenai putusan Pembekuan PSSI Oleh Pemerintah. Struktur ini bisa diamati dari bagan/skema berita, antara lain : headline, lead, latar informasi, pengutipan sumber berita, pernyataan, penutup.

b. Struktur Skrip

Berhubungan dengan bagaimana strategi media ketika mengisahkan atau menceritakan putusan Pembekuan PSSI Oleh Pemerintah.

c. Struktur Tematik

Berhubungan dengan bagaimana media mengungkapkan pandangannya atas putusan Pembekuan PSSI Oleh Pmerintah ke dalam proposisi, kalimat atau hubungan antar kalimat yang membentuk teks secara keseluruhan.

d. Struktur Retoris

Struktur ini berkaitan dengan pemilihan gaya atau kata yang oleh media untuk menekankan yang ingin ditonjolkan oleh media dari putusan Pembekuan PSSI Oleh Pemerintah hal ini dilakukan untuk membuat citra dan meningkatkan gambaran yang diinginkan dari peristiwa tersebut dengan melihat elemen-elemen dari struktur retoris seperti penggunaan leksikon, foto, metafora, pengandaian.

Sehingga peneliti akan menjelaskan bagaimana cara media membingkai atau mengkonstruksi berita-berita mengenai putusan Pembekuan PSSI Oleh Pemerintah pada surat kabar harian Kompas dan Jawa Pos, yang meliputi penyeleksian isu dan penulisan berita.

3.1.1 Definisi Oper asional

1. Pembekuan PSSI Oleh Pemerintah

Yang dimaksud dengan Pembekuan PSSI Oleh Pemerintah adalah Pemerintah tidak mengakui Kepemimpinan PSSI di bawah Ketua Umum Nurdin Halid dan Sekretaris Jendral Nugraha Besoes. Semua fasilitas milik Negara yang digunakan para pejabat struktural di bawah kepemimpinan Nurdin Halid di cabut, Alokasi Anggaran untuk PSSI juga di cabut dan meninggalkan Kantor PSSI yang berada di Gelora Bung Karno. Penelitian ini akan dianalisis dengan menggunakan perangkat framing milik Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki.

2. Berita-berita di surat kabar harian Kompas dan Jawa Pos

Suatu peristiwa yang ditulis oleh wartawan dari kedua surat kabar harian tersebut untuk disajikan dan disebarkan kepada khalayak banyak dengan ideologi masing-masing. Dalam penelitian ini adalah putusan Pembekuan PSSI Oleh Pemerintah.

3.2 Subyek dan Obyek Penelitian

Subyek dalam penelitian ini adalah surat kabar harian Kompas dan Jawa Pos edisi 29 s.d 31 Maret 2011. Sedangkan yang menjadi obyek dari penelitian ini adalah pemberitaan tentang putusan Pembekuan PSSI Oleh Pemerintah.

3.3 Unit Analisis

Unit analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah unit reference, yaitu unit yang digunakan untuk menganalisis kalimat dan kata yang dimuat dalam teks berita Pembekuan PSSI Oleh Pemerintah pada surat kabar harian Kompas dan Jawa Pos edisi 29 s.d 31 Maret 2011.

Analisis teks media dengan melihat hubungan antar kalimat, foto, grafik dan pendapat dari narasumber, untuk mengungkapkan pemaknaan terhadap bingkai dan perspektif yang digunakan oleh media, Kompas dan Jawa Pos dalam melihat suatu peristiwa, yaitu mengenai berita Pembekuan PSSI Oleh Pemerintah.

3.4 Kor pus

Korpus atau sampel dalam penelitian kualitatif adalah sekumpulan bahan yang terbatas, yang ditentukan pada perkembangan oleh analisis dengan semacam kesemenaan dan bersifat se-homogen mungkin. Sifat yang homogen ini diperlukan untuk memberikan harapan yang beralasan bahwa unsur-unsurnya dapat dianalisis sebagai keseluruhan (Kurniawan, 2001:70).

Korpus dalam penelitian ini adalah berita-berita tentang putusan Pembekuan PSSI. Korpus yang akan diteliti adalah sebagai berikut :

Korpus di Kompas :

- 29 Maret 2011, " Pemerintah Tak Akui Nurdin "

- 31 Maret 2011, " PSSI Menolak Kosongkankan Kantor "

Korpus di J awa Pos:

- 29 Maret 2011, " SBY-Menpora Tak Akui Nurdin Cs "

- 30 Maret 2011, " Nurdin Cs Keluar dari Kantor PSSI "

- 31 Maret 2011, " Sekjen PSSI Dilaporkan ke Bareskrim "

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Data penelitian tentang putusan Pemebekuan PSSI Oleh Pemerintah yang dimuat pada surat kabar Kompas dan Jawa Pos pada tanggal 29 Maret s.d 31 Maret 2011 didapat dari pengumpulan secara langsung dari medianya dengan mengidentifikasi isi berita, yang berpedoman pada analisis framing dari Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki. Dari data yang diperoleh sebagai hasil dari identifikasi tersebut untuk selanjutnya dianalisis untuk mengetahui bagaimana kedua media tersebut dalam mengemas berita putusan Pembekuan PSSI Oleh Pemerintah.

3.6 Tek nik Analisis Data

Model analisis framing yang digunakan oleh peneliti adalah model yang dikembangkan oleh Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki. Konsep framing ini digunakan untuk menggambarkan proses seleksi dan menonjolkan aspek tertentu dari realitas oleh media massa. Framing memberikan tekanan lebih pada

bagaimana teks komunikasi ditampilkan dan bagian mana yang ditonjolkan atau dianggap penting oleh pembuat teks (Eriyanto, 2004:186).

Dengan menggunakan model framing Zhondang Pan dan Gerald M. Kosicki bisa melihat berita dikonstruksi lebih rinci dengan menggunakan empat struktur, yaitu struktur sintaksis, struktur skrip, struktur tematik, struktur retoris.

3.7 Langkah-Langkah Analisis Fr aming

Peneliti akan menguraikan semua berita yang memuat tentang putusan Pemebekuan PSSI Oleh Pemerintah pada surat kabar harian Kompas dan Jawa Pos sebagai berikut :

1. Pertama, peneliti mengumpulkan semua berita yang memuat tentang putusan

Pembekuan PSSI Oleh Pemerintah pada surat kabar harian Kompas dan Jawa Pos. Kompas tanggal 29, 30, 31, Maret, 01 April 2011 dan Jawa Pos tanggal 29, 30, 31 Maret, 01 April 2011. Kemudian peneliti menentukan korpus yang akan diteliti yaitu pada surat kabar harian Kompas tanggal 29, 30 dan 31 Maret 2011 dan Jawa Pos tanggal 29, 30, dan 31 Maret 2011, lalu peneliti membuat kerangka framing model Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki.

2. Kedua, peneliti menganalisis semua pemberitaan tersebut dan membuat interpretasi terhadap berita tersebut berdasarkan empat struktur besar milik Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki, yaitu :

- Struktur Sintaksis

- Struktur Skrip

- Struktur Tematik

4. 1. Gamba ran Umum Obyek Penelitian

4. 1. 1. Pr ofil Perusahaan Kompas

Suatu hari awal tahun 1965, Letjen Ahmad Yani (1922-1965) selaku Menteri/Panglima TNI-AD menelepon rekannya sekabinet, Drs. Frans Seda. Yani melemparkan ide menerbitkan Koran melawan pers komunis. Frans Seda menanggapi ide itu, membicarakannya dengan Ignatius Josef Kasimo (1900-1986) – sesama rekan di Partai Katolik – dan dengan rekannya yang memimpin majalah intisari, Petrus Kanisius Ojong (1920-1980) dan Jakob Oetama. Kedua nama terakhir itulah yang kemudian mempersiapkannya. Nama Koran itu Bentara Rakyat, sebuah penegasan diri sebagai pembela rakyat yang sebenarnya; berbeda dengan Koran-koran dibawah nama Partai Komunis Indonesia (PKI) yang memanipulasi makna rakyat.

Menjelang terbitnya Bentara Rakyat, Frans Seda sebagai menteri Perkebunan datang ke Istana Merdeka menemui Presiden Soekarno. Presiden bertanya nama Koran yang akan terbit. Dijawab oleh Seda bernama Bentara Rakyat. Bung Karno menimpali, “sebaiknya Koran itu diberi nama Kompas supaya jelas diterima sebagai penunjuk arah”. Akhirnya dinamai Kompas. Bentara Rakyat dijadikan nama yayasan yang menerbitkan. (Buket Kompas : Juni ; 2000)

halaman, dicetak 4.800 eksemplar, berdasarkan keputusan Menteri Penerangan No. 003N/SK/DPHMJSIT/1965 tertanggal 9 Juni 1965. Pelopor utama berdirinya lembaga

media ini adalah orang-orang muda yang beberapa diantaranya adalah P.K. Ojong,

Jakob Oetama, August Parengkuan, serta Indra Gunawan seperti diungkapkan diatas.

Pada bulan-bulan pertama Kompas diplesetkan sebagai Komt Pas Morgen atau “Kompas yang datang pada keesokan harinya”, karena sering telat terbit. Oleh PKI namanya diplesetkan sebagai “komando pastor”, sebab tokoh-tokoh pendiri dan perintisnya berasal dari golongan Katolik. Diawaki tidak lebih dari 10 orang di bagian redaksi dan bisnis sampai tahun 1972, kantor redaksi ada di Jl. Pintu Besar Selatan, kemudian pindah ke Jl. Palmerah Selatan 22-26.

UU Pokok Pers Tahun 1982 dan ketentuan Surat Izin Usaha Penerbitan Pers mewajibkan penerbit pers berbadan hukum. Oleh karena itu, sejak tahun 1982 penerbit Kompas bukan lagi Yayasan Bentara Rakyat, tetapi PT. Kompas Media Nusantara.

Awal mula penerbitan harian yang terbit di ibukota Negara ini, berada pada kondisi yang cukup memprihatinkan. Kantor yang ditempati berbagi dua dengan kantor majalah Intisari yang bertempat di Jalan Pintu Besar Selatan No. 86-88 Jakarta Kota. Sedangkan percetakannya masih menggunakan percetakan milik PN. Eka Grafika.

Satu bulan setelah mencetak penerbitannya pada PN. Eka Grafika, Kompas beralih pada percetakan Masa Merdeka milik BM. Diah. Tampaknya Kompas mendapat keuntungan lebih dengan mencetak penerbitannya di percetakan Masa Merdeka ini karena ternyata hasil cetakannya jauh lebih bagus dan karena sudah

oplah Kompas meningkat hampir seratus persen.

Situasi dan kondisi yang tidak menentu pada masa orde lama mempengaruhi perkembangan Kompas selanjutnya. Penghentian penerbitan beberapa surat kabar sehubungan dengan adanya pemberontakan G30S/PKI juga menimpa Kompas. Tepatnya tanggal 2 Oktober 1965, Kompas mendapat perintah untuk menghentikan kegiatannya. Namun manakala kondisi sudah mulai memulih, pada akhirnya Kompas kembali diijinkan terbit kembali pada tanggal 6 Oktober 1965.

Setelah berbagai kekacauan yang disebabkan oleh meletusnya G30S/PKI. Kompas kemudian tidak lagi mencetak pada percetakan PN.Eka Grafika, PT. Kinta yang merupakan percetakan terbaik saat itu menjadi pilihan Kompas untuk mencetak harian ini. Selain pertimbangan peningkatan kualitas juga karena salah satu harian yang mencetak di percetakan tersebut berhenti terbit karena adanya pelarangan. Beberapa alasan pelarangan penerbitan terhadap beberapa media massa waktu itu karena afikasi lembaga media dengan partai terlarang. Pada perkembangan selanjutnya Kompas terbit 4 halaman tiap harinya dengan oplah yang terus saja menanjak yaitu mencapai 15.000 eksemplar. Semenjak itu Kompas terus saja meningkatkan oplahnya hingga pada tahun 1972, harian ini telah memiliki percetakan sendiri yang dinamakan PT. Gramedia.

Selama pemerintahan orde baru, Kompas tercatat sekali terkena larangan terbit pada tahun 1978 bersamaan dengan terjadinya peristiwa Malari. Namun hal ini tidak hanya menimpa harian Kompas karena 6 terbitan lainnya juga menerima nasib yang sama (dicabut SIUPP-nya) keenam surat kabar itu adalah surat kabar Sinar Harapan, Merdeka, The Indonesian Times, Pelita, Sinar Pagi, dan Pos Sore.

terbit. Harian ini semakin menampakkan perkembangan yang pesat hingga oplahnya mencapai 300.000 eksemplar pada tahun 1982. Dan dalam perkembangan selanjutnya, tepatnya tahun 1977, Kompas menerbitkan Tabloid Bola yang terbit setiap minggu.

Sampai pada saat ini, permodalan surat kabar Kompas dimiliki secara bersamaan oleh Yayasan Bentara Rakyat, Yayasan Kompas Gramedia, Sejahtera, PT. Gramedia, PT. Transito Asri Media, serta atas nama perorangan yaitu Jacob Oetama, Frans Seda dan P. Iswantoro. Ijin terbit harian ini adalah surat keputusan Menpen No. 001/Menpen/SIUPP/A.7/1985, tertanggal 10 November 1985.

Kompas telah menjadi surat kabar terbesar di Indonesia saat ini dengan oplah lebih dari 1 juta eksemplar (data tahun 1998). Dan saat ini dengan berkembangnya teknologi cetak jarak jauh, harian ini dapat diterima pagi oleh pembacanya di daerah. Berkembangnya media baru yaitu internet, Kompas juga tidak ketinggalan ikut

menyajikan media online yang dikenal dengan www.kompas.com. Kompas cyber

media, rata-rata dikunjungi 100.000 orang. Akuransi dan aktualisasi berita yang disajikan oleh harian ini telah berhasil menarik perhatian kalangan menengah keatas dengan pembaca terbanyak adalah Mahasiswa, ibu rumah tangga, para politisi, ilmuwan, dan pengusaha.

4.1.2. Kebijaka n Redaksional Kompas

Kompas lebih suka menanamkan dirinya sebagai surat kabar yang berorientasi independen. Sementara yang dimaksud dengan surat kabar independen dalam kaitan ini adalah tidak lain surat kabar yang dalam cara pemberitaannya tidak memposisikan dirinya ada satu pihak, dengan kata lain tidak menempatkan dirinya pada salah satu

motto “ Amanat Hati-Nurani Rakyat”. Dengan cara Kompas selalu mencoba bersikap objektif dalam mengupas suatu peristiwa dan senantiasa membela keinginan dan cita-cita rakyat banyak.

Pada masa orde lama, Kompas pernah berorientasi politik atau agama tertentu, hal ini lebih disebabkan karena pada masa Demokrasi Liberar itu Deppen mengharuskan semua surat kabar mengaitkan eksistensinya salah satu kekuatan politik yang ada saat itu. Kompas yang berdirinya dirintis oleh PK Ojong dan Jacob Oetama ini pada awal terbitnya hanya dibaca oleh orang-orang Khatolik Jakarta, maka akhrinya berafiliasi dengan Partai Khaltolik. Pada saat masa pemerintahan orde baru menghapus peraturan tersebut maka Kompas melepaskan diri dari Partai Khatolik dan diputuskan sejak saat itu bahasa sasaran Kompas adalah kelas menengah dan atas sehingga tipografi dan penampilan Kompas disesuaikan dengan selera masrayakat kelas tersebut.

Konotasi bahwa Kompas masih berafiliasi dengan Partai Khatolik tampaknya masih berbekas, terutama untuk mereka yang masih awam dengan Kompas. Hal ini bisa diperkuat dengan siapa yang mengasuh dan memiliki surat kabar ini, demikian juga dengan orientasi politiknya kadang-kadang muncul secara terselubung walaupun barangkali tidak disadarinya. Hal ini tentu berkaitan erat dengan sejarah berdirinya harian Kompas yang pada awalnya memang dekat dengan Partai Khatolik. Ketika Partai Khatolik difusikan ke dalam PDI tahun 1973, Kompas mulai berusaha menjadi Koran yang independen. Saat ini Kompas menghadirkan dirinya sebagai Koran yang Independen, dan lebih berorientasi bisnis. Meskipun demikian, latar belakangnya sebagai Koran yang dekat dengan berbagai perdebatan politik, terutama bila perdebatan itu menyangkut atau menyinggung kekuatan politik Islam.

sebuah media massa cetak profesional yang berusaha untuk bersikap netral dan tidak melakukan pengkotak-kotakan berdasarkan kondisi demografis khalayaknya. Hal ini tercermin dalam motto “ Amanat Hati Nurani Rakyat” di bawah logo Kompas, menggambarkan visi dan misi bagi disuarakannya hati nurani rakyat. Kompas ingin berkembang sebagai intitusi pers yang mengedepankan keterbukaan, meninggalkan pengkotakan latar belakang suku, agama, ras dan golongan. Ingin berkembang sebagai “Indonesia mini”, karena dia sendiri adalah sebagai lembaga yang terbuka dan kolektif. Ingin ikut serta dalam upaya mencerdaskan bangsa. Kompas ingin menempatkan nilai kemanusiaan sebagai nilai tertinggi. Mengarahkan focus perhatian dan tujuan pada nilai-nilai yang trasenden atau mengatasi kepentingan kelompok. Rumusan bakunya adalah “Human Transedental”. Pada ulang tahun Kompas yang ke 35 ditemukan pepatah “Kata Hati Mata Hati” menegaskan semangat empaty dan compassion Kompas.

Lembaga media massa, seperti harian pagi Kompas tidak terlepas dari gejolak masyarakatnya. Dalam setiap pergolakan itu, Kompas terus berusaha membangun kepercayaan masyarakat lewat berita dan tulisan yang komperhensif. Coverboth sides, tidak menyakiti hati secara pribadi, mendudukan soal, membuka cakrawala, tidak memihak, kecuali pada kebenaran dan demi penghargaan tinggi pada harkat kemanusiaan.

Halaman 1 Memuat berita utama nasional dan internasional

Halaman 2-3 Memuat berita-berita internasional/mancanegara

Halaman 4 Memuat tajuk rencana, opini, dan surat pembaca

Halaman 5 Memuat iklan

Halaman 6-8 Memuat berita-berita nasional, politik dan

hukum dalam negeri

Halaman 9-10 Memuat berita-berita nasional

Halaman 11 Memuat halaman sambungan

Halaman 12 Memuat halaman tokoh

Halaman 13-15 Memuat berita-berita bisnis & ekonomi

(perekonomian)

Halaman 16&21 Memuat iklan

Halaman 17-18 Memuat halaman metropolis, berita-berita

seputar Jabotabek

Halaman 19-20 Memuat berita-berita sepuar wilayah nusantara

Halaman 22-24 Memuat berita-berita olahraga

Halaman 25-27 Memuat iklan

Halaman 28-31 Memuat opini

Halaman A,B,C,D Metro Surabaya dan daerah seputar Surabaya,

4. 1. 3. Pr ofil Perusahaan J awa Pos

Surat kabar Jawa Pos pertama kali diterbitkan pada tanggal 1 Juli 1949 oleh perusahaan bersama PT. Jawa Pos Concern Ltd. Berlokasi di Jalan Kembang Jepun 166-169. Pendirinya adalah seorang WNI keturunan dengan kelahiran bangsa yang bernama The Chung Shen alias Soeseno Tedjo. Sebagai perintis berdirinya Jawa Pos, Soeseno Tedjo mulanya bekerja di kantor film Surabaya. Soeseno Tedjo bertugas untuk menghubungi surat kabar agar pemuatan iklan filmnya lancar dan dari situ, ia mengetahui bahwa memiliki surat kabar ternyata menguntungkan maka pada tanggal 1 Juli 1949 surat kabar dengan nama Jawa Pos didirikan. Surat kabar saat itu dikenal sebagai harian melayu Tionghoa dengan pimpinan redaksi pertama yang bernama Goh Tjing Hok. Selanjutnya sejak tahun 1951 pemimpin redaksiya adalah Thio Oen Sik. Keduanya dikenal sebagai orang-orang republiken yang tak pernah goyah. Pada saat itu The Chung Sen dikenal sebagai raja Koran karena memiliki tiga buah surat kabar yang diterbitkan dengan tiga bahasa yang berbeda. Surat kabar yang berbahasa Indonesia bernama Java Post, yang berbahasa Tionghoa bernama Huo Chiau Shin Wan, sedangkan De Vrije Pers adalah terbitan bahasa Belanda. Pada tahun 1962 harian De

Vrije pers dilarang terbit berkenaan dengan peristiwa Trikora untuk merebut Irian Jaya

dari tangan Belanda. Sebagai gantinya diterbitkan surat kabar yang berbahasa Inggris dengan nama Indonesia Daily News pada tahun 1981 terpaksa berhenti karena minimnya iklan. Sedangkan meletusnya G 30 S/PKI pada tahun 1965 menyebabkan pelarangan terbit pada harian Huo Chau Shin Wan. Maka sejak tahun 1981 Jawa Pos yang tetap bertahan untuk terbit dengan oplah yang sangat minim dan memprihatinkan hanya 10.000 eksemplar.

menampilkan berita-berita umum. Terbitan Jawa Pos pertama kali dicetak di percetakan Aqil di jalan Kiai Haji Mas Mansyur Surabaya dengan oplah 100 eksemplar. Semenjak 1 April 1954 Jawa Pos dicetak di percetakan Vrije pers di jalan Kaliasin 52 Surabaya, dan selanjutnya dari tahun ke tahun oplahnya mengalami peningkatan.

Tercatat pada tahun 1954-1957 dengan oplah sebesar 4000 eksemplar dan mulai tahun 1958-1964 oplahnya mencapai 10.000 eksemplar. Karena perubahan ejaan pada tahun 1958 Java Post berganti menjadi Djawa Pos dan mulai tahun 1961 berubah menjadi Jawa Pos. Pada periode 1971-1981 oplah tercatat pada 10.000 eksemplar, namun pada tahun 1982 terjadi penurunan oplah ke 6.700 eksemplar dengan jumlah pendistribusian 2.000 eksemplar pada kota Surabaya dan sisanya pada kota lain. Penurunan terjadi karena sistem manajemen yang semakin kacau, tiadanya penerus yang mengelola usaha tersebut serta kemajuan teknologi percetakan yang tidak terkejar. The Chung Sen alias Soeseno Tedjo sebagai pemilik perusahaan menerima tawaran untuk menjual mayoritas dari sahamnya pada PT. Grafoto Pers (penerbit TEMPO) pada tanggal 1 April 1982. Pada tanggal itu juga Dahlan Iskan ditunjuk sebagai Pimpinan Utama dan Pimred oleh Dirut PT. Grafiti Pers Bapak Eric Samola, SH untuk membenahi kondisi PT. Java Post Concern Ltd. Hanya dengan waktu dua tahun oplah

Jawa Pos mencapai 250.000 eksemplar, dan semenjak itulah perkembangan Jawa Pos

semakin menakjubkan dan menjadi surat kabar terbesar yang terbit di Surabaya. Pada tahun 1999 oplahnya meningkat lagi menjadi 320.000 eksemplar.

Pada tanggal 2 Mei 1985 sesuai dengan kata Notaris Liem Shen Hwa, SH No. 8 pasal 4 menyatakan nama PT. Java Post Concern LTD diganti dengan nama PT. Jawa Pos dan sesuai dengan surat MENPEN No. 1/Per1/Menpen/84 mengenai SIUPP,

menciptakan rasa saling memiliki.

Meskipun telah terjadi perubahan kepemilikan Jawa Pos tidak merubah secara esensial isi pemberitaannya yang menyajikan berita-berita umum. Berita-berita umum ini meliputi peristiwa nasional yang menyangkut peristiwa ekonomi, politik, hukum, sosial dan budaya, pemeritah, olahraga, disamping pemberitaan peristiwa yang terjadi di daerah Jawa Timur dan Indonesia Timur.

Melejitnya oplah Jawa Pos ini, tidak lepas dari perjuangan dan kepopuleran

Dokumen terkait