SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi sebagian per syar atan memper oleh Gelar
Sar jana Sosial pada FISIP UPN “Veter an” J awa Timur
Disusun Oleh :
WAHYUDI CAHYO UTOMO
NPM 0743010155
YAYASAN KESEJ AHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL " VETERAN" J AWA TIMUR
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI
SURABAYA
Dengan mengucap syukur Alhamdulillahirabbil’alamiin, atas kehadirat
Allah SWT yang telah melimpahkan berkah, rahmat dan hidayah-Nya kepada
peneliti. Sehingga peneliti dapat menyelesaikan Skripsi ini dengan judul
“Pembingkaian Berita Pembek uan PSSI Oleh Pemer inta h Pada Sur at Kabar
Kompas dan J awa Pos”, guna melengkapi syarat wajib tugas akhir dalam
menempuh program Strata Satu jurusan Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
Dengan selesainya Skripsi ini peneliti sangat berterima kasih banyak
kepada bapak Dr s. Saiffuddin Zuhr i,M.Si selaku dosen pembimbing yang
sangat baik dan sabar dalam membimbing peneliti. Ucapan terima kasih ini
peneliti sampaikan khususnya kepada :
1. Prof.Dr. Ir. Teguh Soedarto, MP selaku Rektor UPN “Veteran” Jawa
Timur
2. Ibu Dra. Ec. Hj. Suparwati, M.Si selaku dekan FISIP UPN “Veteran” Jawa
Timur.
3. Bapak Juwito, S.Sos, M.Si selaku Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi
atas kesempatan yang diberikan kepada penulis untuk menyelesaikan
5. Bapak Drs. Saiffuddin Zuhri,M.Si selaku Dosen Pembimbing yang telah
meluangkan waktu dan mengarahkan peneliti dengan baik dan sabar
hingga terselesaikannya skripsi ini.
6. Bapak Dra. Dyva Claretta,M.Si selaku Dosen Wali yang selalu
mendukung dan memperhatikan mahasiswa didiknya dengan baik dan
sabar.
7. Teman-teman : Yoyo, Ogilvy, Yanuar, Reza Zakaria A, Rezha , David,
Nugraha, Icha, Pako, dan yang tidak bisa disebutkan satu – persatu.
8. Seluruh keluarga besar KINNE dan X-PHOSE ( eXpresi PHOtography
Seni ) yang memberi berbagai macam informasi serta memberi wadah
untuk berkreasi seputar dunia fotografi dan film.
Peneliti sadar bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih terdapat banyak
kekurangan. Oleh karena itu kritik dan saran membangun dari semua pihak sangat
peneliti harapkan demi perbaikan-perbaikan selanjutnya. Akhirnya peneliti
berharap semoga hasil skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Surabaya, 27 April 2011
DAFTAR ISI
Halaman
J UDUL ... i
PERSETUJ UAN UJ IAN SKRIPSI ………... ii
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... iv
DAFTAR TABEL ……… viii
DAFTAR LAMPIRAN ……… ix
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang Masalah ... 1
1.2 Perumusan Masalah ... 13
1.3 Tujuan Penelitian ... 13
14 Manfaat Penelitian ... 13.
1.4.1 Manfaat Teoritis ………...……….. 13
1.4.2 Manfaat Praktis ………. 14
BAB II KAJ IAN PUSTAKA ... 15
2.1 Landasan Teori ………... 15
2.1.1 Surat kabar dan Konstruksi Realitas …... 15
2.1.2 Surat Kabar Sebagai Kontrol Sosial ………... 17
2.1.3 Berita Sebagai Hasil Konstruksi Realitas …………... 19
2.1.4 Ideologi Media ... 23
2.1.5 Analisis Framing ………... 27
2.1.7 Konsep Analisis Framing
Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki ……….. 33
2.1.8 Pemberitaan tentang Pembekuan PSSI Oleh Pemerintah ………... 44
2.2 Kerangka Berfikir ... 45
BAB III METODE PENELITIAN ... 48
3.1 Metode Penelitian ... 48
3.1.1 Definisi Operasional ... 51
3.2 Subyek dan Obyek Penelitian ……... 51
3.3 Unit analisis ….. ... 52
3.4 Korpus ……... 52
3.5 Teknik Pengumpulan Data ………... 53
3.6 Teknik Analisis Data ……... 53
3.7 Langkah-Langkah Analisis Framing …... 54
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ………... 56
4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian ………... 56
4.1.1 Profil Perusahaan Kompas ….. ……….... 56
4.1.2 Kebijakan Redaksional Kompas ………... 59
4.1.3 Profil Perusahaan Jawa Pos ……… 63
4.1.4 Kebijakan Redaksional Jawa pos ……….. 68
4.2 Pembahasan ………... 73
4.2.1 Berita edisi 29 Maret 2011 ………. 75
4.2.1.1 Frame Kompas edisi 29 Maret 2011 ………... 75
4.2.2. Berita edisi 30 Maret 2011 ………...……... 81
4.2.3 Berita edisi 31 Maret 2011 …...………... 85
4.2.3.1 Frame Kompas edisi 31 Maret 2011 ….…….………...85
4.2.4 Berita edisi 29 Maret 2011 ………... 89
4.2.4.1 Frame Jawa Pos edisi 29 Maret 2011 ……….. 89
4.2.5. Berita edisi 30 Maret 2011 ……….………... 95
4.2.5.1 Frame Jawa Pos edisi 30 Maret 2011 ……..………….. 95
4.2.6 Berita edisi 31 Maret 2011 …… . ………...… 99
4.2.6.1 Frame Jawa Pos edisi 31 Maret 2011 ………. 99
4.2.7 Pembahasan Pemberitaan edisi 29 Maret 2011 ………101
4.2.8 Pembahasan Pemeberitaan edisi 30 Maret 2011 ………. 103
4.2.9 Pembahasan Pemberitaan edisi 31 Maret 2011 ……….. 105
4.2.10 Frame Keseluruhan Kompas ……….. 107
4.2.11 Frame Keseluruhan Jawa Pos ……… .108
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ……….………. 111
5.1 Kesimpulan ……….…...………. 111
5.2 Saran ……….………... 112
DAFTAR PUSTAKA
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pembingkaian berita pada surat kabar Kompas dan Jawa Pos dalam berita putusan Pembekuan PSSI Oleh Pemerintah
Landasan teori yang dipakai dalam penelitian ini adalah Surat kabar dan Konstruksi Realitas, Surat kabar sebagai kontrol sosial, Berita Sebagai Hasil Konstruksi Realitas, Ideologi Media dan Analisis Framing.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif, yang menggunakan analisis framing dari Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki. Korpus dari pemberitaan tersebut yaitu : berita-berita yang membahas tentang Pembekuan PSSI Oleh Pemerintah pada surat kabar Kompas dan Jawa Pos, 29 - 31 Maret 2011.
Hasil penelitian dari Kompas, yaitu pemberitaanya tidak memihak kepada salah satu tokoh hanya menyebutkan institusi tersebut. Sedangkan pada Jawa Pos diperoleh hasil penelitian yaitu lebih membicarakan kepada Tokoh dari pemerintahan, dan yang dipermasalahkan
Kata Kunci : Pembingkaian Berita Pembekuan PSSI Oleh Pemerintah, Kompas, Jawa Pos,
ABSTRACT
Wahyudi Cahyo Utomo. The Fr aming of PSSI Inflexible News by the Gover ment (The Study of Framing Analysis about PSSI Inflexible news by Government at Kompas and Jawa Pos newspaper on March 29 till 31, 2011 edition)
The purpose of this research is for knowing the framing news at Kompas and Jawa Pos newspaper in PSSI decisive news by the government.
The theory base that used in this research is newspaper and reality construction, the newspaper as a social control, the news as a result of reality construction, media of ideology and the framing analysis.
The method that used in this research is a qualitative of research method, that used in the framing analysis from Zhongdang Pan and Gerald M. Kosicki. The corpus from those news are: the news that studied about PSSI Inflexible by the Government at Kompas and Jawa Pos newspaper on March 29 – 31 2011.
The results from Kompas is the news is not side with one of the person, they only mentioned the institution it self, At Jawa Pos newspaper, the result of the research is more talk about the person and the problems from the Government
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah
PSSI di masa kepemimpinan Nurdin Halid memiliki beberapa hal yang
dianggap kontroversi, antara lain mudahnya Nurdin Halid memberikan ampunan atas
pelanggaran, kukuhnya Nurdin Halid sebagai Ketua Umum meski dia dipenjara, isu
tidak sedap yang beredar pada masa pemilihan Ketua Umum tahun 2010, reaksi
berlebihan atas diselenggarakannya Liga Primer Indonesia, reaksi penyelenggaraan
Kongres PSSI di Pekanbaru, Riau yang kacau . Dan akhirnya Nurdin Halid dan
pengurus PSSI di bekukan oleh Pemerintah dengan tidak mengakui Nurdin halid
sebagi ketua umum PSSI dan kepengurusannya, semua fasilitas negara dicabut,
APBN di hentikan sementara, dan mengkosongkan Kantor PSSI .
Ketika produk media massa sampai kepada masyarakat sesungguhnya
merupakan hasil “rekonstruksi realita”. bahwa peristiwa yang disaksikan ataupun
dialami oleh reporter dan juru kamera maupun editor dan redaktur atau pemimpin
redaksi. Suatu proses yang cukup unik meskipun berlangsung begitu cepat. Ini yang
disebut sebagai proses rekonstruksi atas realita (Pareno, 2005 : 4).
Media memiliki kemampuan dalam membeberkan suatu fakta bahkan
membentuk opini masyarakat. Salah satu media yang secara gamblang dan lebih rinci
dalam pemberitaannya adalah surat kabar. Assegaf mengatakan bahwa :
“Surat kabar adalah penerbitan yang berupa lembaran-lembaran yang berisi
berita-berita karangan-karangan dan iklah yang dicetak dan terbit secara tetap dan
periodik dan dijual untuk umum.” (Assegaf, 1991 : 140).
Dalam perkembangan selanjutnya, surat kabar yang bisa mencapai rakyat
secara massal itu dipergunakan untuk melakukan sosial kontrol, sehingga surat kabar
tidak hanya bersifat informatif tetapi juga bersifat persuasif. Bukan saja hanya
sekedar menyampaikan informasi, tetapi juga mendidik, menghibur, dan
mempengaruhi khalayak agar khalayak melakukan kegiatan tertentu (Effendy;
1993:93)
keputusan mengenai sisi mana yang ditonjolkan tentu melibatkan nilai dan ideologi
para wartawan yang terlibat dalam proses produksi sebuah berita (Sobur,2001:163).
Realitas yang disajikan secara menonjol atau mencolok mempunyai peluang
besar untuk diperhatikan dan mempunyai khalayak dalam memahami realitas karena
itu dalam praktiknya, framing dijalankan oleh media dengan menyeleksi isu tertentu
dan mengabaikan isu lain, serta menonjolkan aspek isu tersebut dengan menggunakan
pelbagai strategi wacana (Sobur,2001:164).
Untuk melihat perbedaan media dalam mengungkap suatu peristiwa (realitas)
peneliti memilih analisis framing sebagai metode penelitian kualitatif. Framing
adalah pendekatan untuk mengetahui bagaimana perspektif atau cara pandang yang
digunakan oleh wartawan ketika menyeleksi isu dan menulis berita. Cara pandang
atau perspektif itu pada akhirnya menentukan fakta apa yang diambil, bagian mana
yang ditonjolkan dan dihilangkan, dan hendak dibawa kemana berita tersebut
(Eriyanto,2004:224).
Analisis framing merupakan salah satu model analisis alternatif yang bisa
mengungkapkan rahasia dibalik perbedaan, bahkan pertentangan media dalam
mengungkapkan fakta. Analisis framing membongkar bagaimana realitas dibingkai
oleh media, akan dapat diketahui siapa mengendalikan siapa, mana kawan mana
lawan, mana patron mana klien, siapa diuntungkan dan siapa dirugikan, siapa
membentuk dan siapa dibentuk dan seterusnya (Eriyanto, 2004 : 15).
Dalam analisis framing tidak lepas tokoh-tokohnya, antara lain Murray
Edelman, Robert N. Entman, William Gamson, Zhongdang Pan dan Gerald M.
Kosicki (Eriyanto, 2004 : 16).
Dalam penelitian ini penulis menggunakan analisis framing milik Zhondang
pan dan Gerald M. Kosicki. Prinsip analisis framing menyatakan bahwa terjadi proses
seleksi isu dan fakta yang diberitakan oleh media. Fakta ini ditampilkan apa adanya,
namun di beri bingkai (frame) sehingga menghasilkan konstruksi makna yang
spesifik. Dalam hal ini biasanya media menyeleksi sumber berita, memanipulasi
pernyataan dan mengedepankan perspektif tertentu sehingga suatu interpretasi
menjadi lebih menyolok (noticeable) daripada interpretasi yang lain (Sobur, 2001 :
165).
yang lain. sehingga khalayak lebih tertuju pada pesan tersebut hal ini seperti yang
dinyatakan oleh Pan dan Kosicki (Eriyanto, 2004 : 252).
Pan dan Kosicki merupakan salah satu alternatif dalam menganalisis teks
media disamping analisis isi kualitatif, dengan cara apa wartawan menonjolkan
permaknaan mereka terhadap suatu peristiwa yaitu wartawan melihat dari strategi,
kata, kalimat, lead, foto, grafik, dan hubungan antara kalimat (Eriyanto, 2004 : 254).
Dalam pendekatan ini perangkat framing dibagi menjadi empat bagian sturuktur
besar. Pertama, struktur sintaksis, Kedua, struktur skrip, Ketiga, struktur tematik dan
Keempat, struktur retoris untuk mengetahui bagaimana Surat Kabar Kompas dan
Surat Kabar Jawa Pos mengkonstruksi berita mengenai pembekuan PSSI oleh
pemerintah.
Tetapi pada bulan April 2007 semua kepengurusan PSSI di bawah
kepemimpinan Nurdin Halid semakin menunjukkan sifat yang tidak baik. Nurdin
Halid terpilih sebagai Ketua Umum PSSI dalam Musyawarah Nasional Klub dan
Musyawah Nasional di Makasar. Dalam musyawah tersebut Nurdin Halid diakui
sebagai ketua PSSI 2007 – 2011. Pada bulan September 2007 selisih beberapa bulan
sesudah menjabat sebagai Ketua Umum PSSI. Nurdin Halid ditangkap dan divonis
bersalah dalam kasus Korupsi penyaluran Minyak Goreng Bulog.
Dengan kejadian tersebut nama Nurdin Halid sebagai Ketua Umum PSSI,
sudah tercoreng buruk di mata masyarakat pecinta sepak bola di Indonesia. Apalagi
kasus Korupsi. Karena sikap Nurdin Halid sebagai Ketua Umum tidak menunjukan
sikap baik malah sikap buruk. Presiden FIFA Sepp Blatter menegaskan individu
dengan catatan kriminal tidak boleh di calonkan sebagai ketua. Itu salah satu
pernyataan presiden FIFA Seep Blatter pada bulan Maret 2011 sebelum Kongres
PSSI di Pekanbaru belangsung. Presiden FIFA mengaskan pernyataan tersebut
dikarenakan Nurdin Halid yakin bisa menjabat kembali sebagai Ketua Umum PSSI.
Pernyataan itu di sampaikan setelah Menpora dan unsure pimpinan KONI /
KOI melakukan rapat kurang lebih 4 jam. Andi mengatakan, laporan pengamatan tim
peninjau KONI / KOI yang hadir dalam kongres PSSI di Pekanbaru, Riau (26/3)
menyebutkan kongres tidak jelas. Ketidak jelasan itu meliputi ditribusi undangan, hak
suara, peraturan organisasi, agenda, dan jalannya kongres yang tidak transparan. Andi
megtakan, bahwa pemerintah dan KONI / KOI beranggapan bahwa persiapan
penyelenggaraan kongres tidak mengikuti prosedur dan mekanisme sesuai peraturan
yang berlaku serta tidak dilakukan dengan professional.
Acara Konferensi pers di Kemenpora, Jakarta selatan. Menpora menyatakan
Nurdin Halid dan kepengurusannya sudah tidak diakui oleh Pemerintah. Hal ini lebih
ditanggapi dengan sangat antusias oleh masyarakat luas. Hampir semua media cetak
terutama surat kabar harian memuat berita tentang Pembekuan PSSI Oleh
Pemerintah, bahkan menjadi headline beberapa surat kabar, tak terkecuali harian
Kompas dan Jawa Pos. Semua media berlomba-lomba untuk menyajikan berita yang
terbaik dan menarik mengenai ketegasan pemerintah terhadap PSSI dibawah
kepemimpinan Nurdin Halid, karena ketegasan ini menjadi suguhan yang bernilai
berita tinggi dalam dunia pers. Dan berita ini yang dinanti oleh masyarakat Indonesia.
memberi judul “Pemerintah Tak Akui Nurdin”, sedangkan headline harian Jawa Pos
pada edisi yang sama memberi judul “SBY-Menpora Tak akui Nurdin Cs”.
Seperti halnya isi berita mengenai Pernyataan Menpora pertama pada harian
Kompas dan Jawa Pos, keduanya menulis pernyataan dari Menpora, Ketua Koni /
KOI, dan tim FIFA. Pada harian Kompas edisi 30 Maret 2011 memuat tentang Ketua
PSSI Dipilih pada 29 April di Surabaya, secara keseluruhan lebih ke arah lain tidak
membahas Nurdin Halid lebih dalam. Karena masyarakat sudah mengetahui di hari
pertama bahwa Nurdin Halid bersikap tidak baik pada saat kepemimpinannya.
Sedangkan di Jawa Pos di edisi yang sama memuat tentang Nurdin Cs keluar dari
kantor PSSI, secara keseluruhan bahwa lebih banyak membahas Nurdin Halid yang
sudah keluar dari kantor PSSI. Dan tanggapan 78 pemilik suara ( pada saat Kongres
di Riau ) memilih kongres di Surabaya.
Hal ini membuat media berlomba-lomba untuk menyajikan berita yang aktual
dan menarik pembaca, sehingga wacana yang ditimbulkan penuh sensasi dan
kontradiksi. Karena hal tersebut peneliti tertarik untuk meneliti lebih lanjut mengenai
bagaimana surat kabar Jawa Pos dan Kompas dalam membingkai berita terutama
dalam menyusun, mengisahkan, menulis dan menekankan fakta-fakta mengenai
Pembekuan PSSI oleh Pemerintah.
Alasan peneliti memilih surat kabar Kompas dan Jawa Pos dikarenakan media
tersebut memiliki versi pemberitaan yang berbeda. Pada surat kabar Jawa Pos Dalam
pemberitaannya selama tiga hari membahas berita pembekuan PSSI Oleh Pemerintah
lebih mengarah ke salah satu tokoh Yaitu SBY - Andi Mallarangeng. Sehingga isu
yang ditampilkan juga mengalami perbedaan. Selain itu, surat kabar Jawa Pos
memberitakan berita tersebut masuk pada halaman Utama. Surat kabar ini mampu
mengadakan kebebasan pers dan tidak hanya mengungkapkan berita-berita umum,
melainkan juga berita yang bersifat olahraga. Oleh karena itu dalam penyampaian
berita menghendaki dan mengarahkan pada sesuatu yang lain daripada yang lain,
dengan menampilkan rubrik tertentu sebagai nominasi unggulan, berita-berita,
reportase, gambar kartun, hiburan yang bersifat kreatif, juga tidak ketinggalan berita
yang bersifat kesenangan.
realitas yang terjadi di masyarakat, dan Kompas juga memiliki reputasi kedalam
analitis dan gaya penulisan yang rapi. Harian Kompas sangat diakui keberadaanya di
Indonesia dan tegas dalam menulis realitas. Kompas termasuk media yang
menyajikan berita dari dua sisi yang berbeda. media tersebut memiliki versi
pemberitaan yang berbeda. Pada surat kabar Kompas dalam Headline pemberitaannya
selama tiga hari membahas berita pembekuan PSSI Oleh Pemerintah lebih
menjelaskan ke Pemerintah Atau Lembaga Sepak Bola Indonesia yaitu PSSI tidak
menjelaskan tokoh Yaitu SBY atau Nurdin Halid. Sehingga isu yang ditampilkan
juga mengalami perbedaan. Selain itu, surat kabar Kompas memberitakan berita
tersebut masuk pada halaman Utama dan halaman Olahraga.
Tema-tema , penulisan judul serta pemakaian kata atau kalimat yang
dipakai oleh Kompas dan Jawa Pos memiliki perbedaan yang bisa menimbulkan
makna konotasi dan denotasi. Harian Kompas dalam menyajikan berita Pembekuan
PSSI Oleh Pemerintah menggunakan kata-kata atau kalimat yang lebih bersahaja dan
tidak mempunyai makna konotasi yang buruk. Sedangkan Jawa Pos terkadang
menggunakan kata-kata atau kalimat yang mempunyai makna konotasi seperti pada
Jawa Pos edisi 29 Maret 2011, contohnya : “ Pemerintah benar – benar kehabisan
kesabaran melihat sepak terjang Nurdin Halid dan antek – anteknya di PSSI…”.
Dan ada pula “ Nurdin Halid dan kroninya kini tidak bisa lagi berkutit “
ini memiliki misi idiil dan misi bisnis sebagai pilar utama untuk kelangsungan hidup
perusahaan. Oleh karena itu dalam penyampaian berita menghendaki dan diarahkan
pada sesuatu yang lain daripada yang lain dengan menampilkan rubrik-rubrik tertentu
sebagai nominasi unggulan, berita-berita yang paling actual, reportase, gambar
kartun, hiburan-hiburan yang bersifat kreatif, juga tidak ketinggalan berita yang
bersifat kesenangan (Human Interest) (Totok, 2001 : 33).
1.2`Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka
perumusan masalah yang akan diteliti adalah :
" Bagaimana pembingkaian berita Pembekuan PSSI Oleh Pemerintah pada
surat kabar Kompas dan Jawa Pos edisi 29 Maret, 30 Maret, 31 Maret 2011 “
1.3. Tujuan Penelitian
Mengacu pada latar belakang masalah serta perumusan masalah yang telah
diajukan, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimanakah surat
kabar Jawa Pos dan Kompas membingkai berita tentang putusan Pembekuan PSSI
oleh Pemerintah berdasarkan perangkat framing Zhongdang Pan dan Gerald M.
Kosicki.
1.4. Manfaat Penelitian
1.4.1. Manfaat Teoritis
1.4.2. Manfaat Praktis
1.
Sebagai bahan evaluasi bagi pihak media dalam menyajikan berita dan
sebagai referensi, bahan kajian dan sumber informasi bagi pihak-pihak yang
tertarik dalam kajian untuk melakukan penelitian.
BAB II
KAJ IAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
2.1.1. Sur at Kabar dan Konstruksi Realitas
Surat kabar adalah penerbitan yang berupa lembaran-lembaran yang
berisi berita-berita karangan-karangan dan iklah yang dicetak dan terbit secara
tetap dan periodik dan dijual untuk umum. (Assegaf, 1991 : 140).
Dalam perkembangan selanjutnya, surat kabar yang bisa mencapai rakyat
secara massal itu dipergunakan untuk melakukan sosial kontrol, sehingga surat
kabar tidak hanya bersifat informatif tetapi juga bersifat persuasif. Bukan saja
hanya sekedar menyampaikan informasi, tetapi juga mendidik, menghibur, dan
mempengaruhi khalayak agar khalayak melakukan kegiatan tertentu (Effendy;
1993:93)
Isi media pada hakekatnya adalah hasil konstruksi realitas dengan
menggunakan bahasa sebagai parangkatnya. Sedangkan bahasa bukan hanya
sebagai alat realitas, namun juga menentukan relief seperti apa yang diciptakan
oleh bahasa asing tentang realitas. Akibatnya media massa memiliki peluang
yang sangat besar untuk mempengaruhi gambar yang dihasilkan dari realitas
yang dikonstruksinya (Sobur, 2001 : 88).
Setiap upaya menceritakan sebuah peristiwa, keadaan, benda atau apapun,
pada hakikatnya adalah usaha mengkonstruksikan realitas, begitu pula dengan
profesi wartawan. Pekerjaan utama wartawan adalah mengisahkan hasil
reportasenya kepada khalayak. Dengan demikian mereka selalu terlibat dengan
usaha-usaha
mengkonstruksi
realitas,
yakni
menyusun
fakta
yang
dikumpulkannya ke dalam suatu bentuk laporan jurnalistik berupa berita (News),
karangan khas (Feature), atau gabungan keduanya (News Feature). Dengan
demikian berita pada dasarnya adalah realitas yang telah dikonstruksikan.
Peneliti mengemukakan tentang Surat Kabar dan Konstruksi Realitas
adalah semua surat kabar yang akan memberitakan sebuah berita tentunya
harus menyeleksi terlebih dahulu tentang berita tersebut. Karena dalam
pemberitaan yang akan di beritakan nanti harus benar-benar fakta tidak ada
pembohongan publik. Dalam dunia jurnalistik mengkonstruksi realitas berita
sangat diperlukan. Dan dengan sebuah fakta publik akan mempercayai
pemberitaan tersebut. Media Massa selalu ada pada setiap peristiwa, dengan
mengamati, merekam, mencatat, dan kemudian melaporkan kepada publik.
2.1.2. Sur at Kabar Sebagai Kontrol Sosial
Idealisme yang melekat pada pers dijabarkan dalam pelaksanaan
fungsinya, selain menyiarkan informasi yang objektif dan edukasi, menghibur,
melakukan kontrol sosial yang konstruktif dengan menyalurkan segala
aspirasi masyarakat, serta mempengaruhi masyarakat dengan melakukan
komunikasi dan peran positif dari masyarakat itu sendiri (Effendy, 2003 :
149).
Sementara dalam jurnalistik Indonesia (Sumadiria, 2005 : 32-35)
menunjukkan empat fungsi dari pers, yaitu :
2.
Fungsi Edukasi, informasi yang disebarluaskan pers hendaknya dalam
kerangka mendidik. Dalam istilah sekarang pers harus mampu dan mau
memerankan dirinya sebagai guru pers.
3.
Fungsi hiburan, pers harus mampu memerankan dirinya sebagai wahana
hiburan yang menyenangkan sekaligus menyehatkan bagi semua lapisan
masyarakat.
4.
Fungsi kontrol sosial atau koreksi, pers mengemban fungsi sebagai pengawas
pemerintah dan masyarakat. Pers akan senantiasa merugikan pihak lain,
menempatkan sumber berita yang satu lebih menonjol dari pada sumber yang
lain, ataupun secara nyata atau tidak melakukan pemihakkan kepada golongan
tertentu. Artinya ideologi wartawan dan media yang bersangkutan yang secara
strategis menghasilkan berita-berita seperti itu. Disini dapat dikatakan bahwa
media merupakan inti instrumen ideologi yang tidak dipandang sebagai zona
netral dimana berbagai kelompok dan kepentingan ditampung, tetapi media
lebih sebagai subyek yang mengkonstruksi realitas atas penafsiran wartawan
atau media sendiri untuk disebarkan kepada khalayak (Eriyanto, 2005 : 92).
laporkan. Respon tersebut bisa berbuah positif dan negatif sesuai berita yang
dilaporkan. Tugas wartawan yang menyeleksi pemberitaan tersebut dan
sampai dibaca oleh publik. Terutama Media Cetak, karena media cetak lebih
jelas penulisannya dan visualnya, karena surat kabar merupakan alat media
massa yang mudah diterima oleh publik dikarenakan bisa dibaca dimanapun
dan diingat oleh publik.
Lain halnya dengan media elektronik. Publik hanya bisa melihat dari
laporan yang berupa audio visual dan hanya bisa didengar. Dengan kondisi
seperti tersebut publik kadang kala tidak tahu bahkan lupa dengan berita yang
dilaporkan. Dengan keadaan seperti itu lah surat kabar sebagai kontrol sosial.
2.1.3 Berita Sebagai Hasil Konstruksi Realitas
yang terkandung didalamnya sudah mengalami penyaringan dari media itu
sendiri.
Peristiwa-peristiwa yang dijadikan berita oleh media massa tertentu
melalui proses penyeleksian terlebih dahulu, hanya peristiwa yang memenuhi
kriteria kelayakan informasi yang akan diangkut oleh media massa kemudian
ditampilkan kepada khalayak (Eriyanto, 2004 : 26).
Setelah proses penyeleksian tersebut, maka peristiwa itu akan
dibingkai sedemikian rupa oleh wartawan. Pembingkaian yang dilakukan oleh
wartawan tentunya melalui proses konstruksi. Proses konstruksi atau suatu
realitas ini dapat berupa penonjolan dan penekanan pada aspek tertentu atau
dapat juga berita tersebut ada bagian yang dihilangkan, luput, atau bahkan
disembunyikan dalam pemberitaan (Eriyanto, 2004 : 3).
ini merupakan bagian integral dan tidak terpisahkan dalam membentuk dan
mengkonstruksi suatu realitas. Media menjadi tempat pertarungan ideologi
antara kelompok-kelompok yang ada dimasyarakat.
Wartawan adalah profesi yang dituntut untuk mengungkapkan
kebenaran dan menginformasikan kepada publik seluas mungkin tentang
temuan dari fakta-fakta yang berhasil diketahuinya tanpa rekayasa dan tanpa
tujuan subyektif tertentu, semata-mata demi pembangunan kehidupan dan
peradaban kemanusiaan yang lebih baik. Wartawan dari masing-masing media
bisa jadi mempunyai pandangan dan konsepsi yang berbeda ketika melihat
suatu realitas, dan hal itu dapat dilihat dari bagaimana para pekerja media ini
mengkonstruksikan peristiwa tersebut, yang diwujudkan dalam bentuk teks
media. Dari anggapan itulah, maka sangat potensial terjadi peristiwa yang
sama dikonstruksi berbeda antara media yang satu dengan media yang
lainnya.
Meski demikian media massa tetap memiliki karakteristik, yaitu :
a.
Bersifat melembaga
b.
Bersifat satu arah
Komunikasi yang dilakukan kurang memungkinkan terjadinya dialog antara
pengirim dan penerima. Jika terjadi feedback, biasanya memerlukan waktu dan
tertunda.
c.
Meluas dan serempak
Dapat mengatasi rintangan waktu dan jarak, karena ia memiliki kecepatan.
Bergerak secara simultan, dimana informasi yang disampaikan diterima oleh
banyak orang pada saat yang sama.
d.
Memakai peralatan teknis atau mekanis
Media yang digunakan untuk menyampaikan informasi seperti radio, televisi,
surat kabar dan semacamnya.
e.
Bersifat terbuka
Pesannya dapat diterima oleh siapa saja dan dimana saja tanpa mengenal usia,
jenis, dan suku bangsa (Cangara, 2000:134).
mendefinisikan realitas. Lewat berbagai rangkaian pemilihan berita yang
dimilikinya, media ikut membentuk realitas yang tersaji dalam pemberitaan.
Karena itulah, fakta yang terkandung didalamnya sudah mengalami penyaringan
dari media itu sendiri.
2.1.4 Ideologi Media
Ideologi diartikan sebagai kerangka berpikir yang dipakai oleh
individu untuk melihat realitas dan bagaimana mereka menghadapinya. Ia
berhubungan dengan konsepsi atau posisi seseorang dalam menafsirkan
realitas (Sudibyo, 2001:12).
Konsep ideologi dalam sebuah institusi media massa ikut berpengaruh
dalam menentukan arah pemberitaan yang akan disampaikan kepada
pembaca. Hal ini disebabkan karena teks, percakapan dan lainnya adalah
bentuk dari praktek ideologi atau pencerminan dari ideologi tertentu
(Eriyanto, 2004 : 13).
dalam menampilkan kekuatan dan kelompok dalam masyarakat secara apa
adanya, tetapi kelompok dan ideologi yang dominan dalam media itulah yang
akan ditampilkan dalam berita-beritanya (Eriyanto, 2004 : 90).
Konsep ideologi bisa membantu menjelaskan mengapa wartawan
memilih fakta tertentu untuk ditonjolkan daripada fakta yang lain, walaupun
hal itu merugikan pihak lain, menempatkan sumber berita yang satu lebih
menonjol daripada sumber yang lain, ataupun secara nyata atau tidak
melakukan pemihakan kepada pihak tertentu. Artinya ideologi wartawan dan
media yang bersangkutanlah yang secara strategis menghasilkan berita-berita
seperti itu. Dalam hal ini dapat dikatakan media merupakan inti instrument
ideologi yang tidak dipandang sebagai zona netral yaitu sebagai kelompok dan
kepentingan ditampung, tetapi media lebih sebagai subyek yang
mengkonsumsi realitas atas penafsiran wartawan atau media sendiri untuk
disebarkan kepada khalayak (Eriyanto, 2004 : 92).
Kecenderungan atau perbedaan setiap media dalam memproduksi
informasi kepada khalayak dapat diketahui dari pelapisan-pelapisan yang
melingkupi institusi media. Pamela Shoemaker dan Stephen D. Reese,
membuat model “Hierarchy of Influence” yang menjelaskan hal ini :
1.
Pengaruh
individu-individu
pekerja
media.
Diantaranya
adalah
karakteristik pekerja komunikasi, latar belakang personal dan professional
2.
Pengaruh rutinitas media. Apa yang dihasilkan oleh media massa
dipengaruhi oleh kegiatan seleksi-seleksi yang dilakukan oleh komunikator,
termasuk tenggat (deadline) dan rintangan waktu yang lain, keterbatasan
tempat (space), struktur piramida terbalik dalam penulisan berita dan
kepercayaan reporter pada sumber-sumber resmi dalam berita yang
dihasilkan.
3.
Pengaruh organisasional. Salah satu tujuan yang penting dari media adalah
mencari keuntungan materiil. Tujuan-tujuan dari media akan berpengaruh
pada sisi yang dihasilkan.
4.
Pengaruh dari luar organisasi media. Pengaruh ini meliputi lobi dari
kelompok kepentingan terhadap isi media, pseudoevent dari praktisi public
relations dan pemerintahan yang membuat peraturan-peraturan di bidang pers.
mekanisme simbolik yang menyediakan kekuatan koherensif yang
mempersatukan di dalam masyarakat (Shoemaker, Rees, 1991).
Media selalu mempunyai kecenderungan untuk menampilkan tokoh
dua sisi, untuk dipertentangkan diantara kedua teks berita, kalau dibedah dari
sudut narasinya terdapat dua sisi yang saling bertolak belakang (oposisi).
Dalam peliputan selalu ditekankan bahwa liputan yang baik adalah liputan dua
sisi. Ketika ada peristiwa dicari komentar dari dua orang yang kontras, yang
saling bertolak belakang. Ini bukan untuk menunjukkan bahwa dua pendapat
tersebut sama-sama benarnya, tetapi untuk menekankan liputan yang bersifat
dua sisi tersebut (Eriyanto, 2002 : 131).
Setiap Media massa mempunyai ideologi yang tercermin dari visi dan
misi yang ada . Visi dan Misi tersebut pada akhirnya akan terlihat dari produk
jurnalistik yang dihasilkan. Kompas dan Jawa Pos sebagai media massa juga
mempunyai ideologinya masing-masing. Kompas sebagai media massa yang
memiliki ideologi Nasionalis, sedangkan Jawa Pos sebagai media massa yang
memiliki ideologi menyajikan surat kabar yang menginformasikan berita
kepada khalayak paling baru.
Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa Ideologi yang berbeda akan
mengarahkan masing-masing media massa pada bingkai berita yang berbeda
pula, karena berita yang dihasilkan merupakan hasil dari subjektivitas –
subjektivitas masing – masing redaksi. Ideologi mengkonstruksi subjektivitas
redaksi di dalam melakukan framing sebuah berita.
Peneliti mengemukakan bahwa setiap media massa memliki ideologi
media. Setiap media berbeda visi dan misi, karakter pemberitaan meliputi teks
dan foto. Dan wartawan memilih fakta tertentu untuk ditonjolkan daripada
fakta yang lain, walaupun hal itu merugikan pihak lain, menempatkan sumber
berita yang satu lebih menonjol daripada sumber yang lain, ataupun secara
nyata atau tidak melakukan pemihakan kepada pihak tertentu.
2.1.5 Analisis Framing
Framing adalah metode untuk melihat bagaimana media membingkai
realitas dan berita yang sama diberitakan secara berbeda oleh media massa.
Hal itu tergantung pada wartawan dalam melihat atau menafsirkan sebuah
peristiwa. Pada analisis framing yang kita lihat adalah bagaimana cara media
memakai, memahami dan membingkai sebuah kasus atau peristiwa yang ada
dalam berita. Maka jelas adanya framing secara sederhana dapat digambarkan
sebagai suatu analisis untuk mengetahui bagaimana realitas (peristiwa, aktor,
kelompok atau apa sajalah) dibingkai oleh media (Eriyanto, 2004 : 3).
Dalam ranah studi komunikasi analisis framing mewakili tradisi yang
mengedepankan pendekatan multidisipliner untuk menganalisa fenomena agar
dapat membeda-bedakan cara atau ideologi media saat mengkonstruksikan
fakta. Karena konsep framing selalu berkaitan erat dengan proses seleksi isu
dan bagaimana menonjolkan aspek dari isu atau realitas tersebut dalam berita.
Disini framing dipandang sebagai penempatan informasi dalam konteks yang
khas sehingga isu tertentu tersebut mendapatkan alokasi yang besar daripada
isu-isu yang lain.
Secara umum ada dua frame, yaitu frame media dan frame individual.
Perbedaan antara frame media dan individual ini dapat dilihat dari esensi
framing itu sendiri. Frame tersebut secara umum memang terdiri dari struktur
internal (bagaimana seseorang mempunyai skema tertentu atas realitas dan
dapat kita kategorikan sebagai frame individual) dan perangkat yang melekat
dalam wacana yang dapat kita kategorisasikan sebagai frame media (Eriyanto,
2004 : 290).
Menurut Tuchman yaitu "berita adalah jendela dunia" yang
menjelaskan bahwa dengan berita kita dapat mengetahui keadaan, kondisi,
kehidupan bahkan kegiatan di belahan dunia lain yang jauh berbeda dari
tempat tinggal kita. Namun apa yang kita lihat, kita ketahui, dan kita rasakan
mengenai dunia tergantung pada jendela (frame/bingkai) yang kita pakai.
Apakah jendela tersebut besar atau kecil, berjeruji atau tidak, memungkinkan
kita melihat secara bebas keluar atau terhalang dan sebagainya. Dalam berita,
jendela itu yang kita sebut sebagai frame (Eriyanto, 2004:4).
isu tertentu tersebut mendapatkan alokasi yang besar daripada isu-isu yang
lain.
2.1.6 Proses Framing
Perangkat
dalam
framing
yang
peneliti
gunakan
dalam
memframingkan berita tentang Pembekuan PSSI Oleh Pemerintah, peneliti
memilih memakai perangkat framing Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki,
karena terdapat empat perangkat framing. Pertama, struktur sintaksis yaitu
bagaimana wartawan menyusun peristiwa, opini kedalam bentuk susunan
berita. Kedua, struktur skrip yaitu berhubungan dengan bagaimana wartawan
menceritakan peristiwa ke dalam bentuk berita. Ketiga, struktur tematik yaitu
bagaimana wartawan mengungkapkan pandangan atas peristiwa ke dalam
proposisi dan kalimat. Keempat, struktur retoris yaitu bagaimana wartawan
menekankan arti tertentu ke dalam berita (Eriyanto, 2001 : 254-256). Alasan
peneliti menggunakan perangkat framing model Zhongdang Pan dan Gerald
M. Kosicki, mengutip dari Jisuk Woo, ada tiga kategori besar elemen framing,
yaitu :
1.
Level Makrostruktural, dimana pada level ini dapat kita lihat sebagai
pembingkaian dalam tingkat wacana.
2.
Level Mikrostruktural, dimana pada level ini elemennya memusatkan
perhatian pada bagian atau sisi mana dari peristiwa tersebut yang ditonjolkan
dan bagian atau sisi mana yang dilupakan atau dikecilkan.
Berdasarkan ketiga kategori tersebut maka model-model framing yang ada
dapat digambarkan dalam tabel berikut :
Tabel 2.1 Kategori Model Framing
Model
Makrostuktural
Mikrostruktural
Retoris
Murray
Edelman
V
V
Robert N.
Entman
V
V
William
Gamson
V
V
V
Zhongdang
Pan dan
Gerald M.
Kosicki
V
V
V
Sumber : Eriyanto, 2002, “Analisis Framing, LKIS, Yogyakarta hal : 228
dan Gerald M. Kosicki lebih tepat digunakan dengan berita-berita obyek
peneliti, sebab tidak semua berita memiliki pembanding.
Peneliti mengemukakan bahwa Proses Framing merupakan bagian dari
integral dari proses redaksional media massa dan menempatkan wartawan
pada posisi strategis, proses produksi berita dimana terlibat unsur-unsur
redaksional, reporter, redaktur dan lainnya. Dan Porses Framing juga dapat
membantu masyarakat untuk menjelaskan makna dibalik suatu isu atau
peristiwa yang dibingkai oleh sebuah berita.
2.1.7 Konsep Analisis Framing Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki
sebagai suatu penempatan elemen tertentu dari suatu isu dengan penempatan
lebih menonjol dalam kognisis seseorang. Elemen-elemen yang diseleksi dari
suatu isu atau peristiwa tersebut menjadi lebih penting dalam mempengaruhi
pertimbangan dalam membuat keputusan tentang suatu realitas. Kedua,
konsepsi sosiologis, pandangan sosiologis lebih lanjut melihat pada
bagaimana konstruksi sosial atas realitas. Frame disini dipahami sebagai
proses bagaimana seseorang mengklarifikasikan, mengorganisasikan, dan
menafsirkan pengalaman sosialnya untuk mengerti dirinya dan realitas diluar
dirinya. Dalam hal ini berfungsi membuat suatu realitas menjadi
teridentifikasi, dipahami dan dapat dimengerti karena sudah dilabeli dengan
label tertentu (Eriyanto, 2002:252).
Model
Zhongdang
Pan
dan
Gerald
M.
Kosicki
dari perangkat tanda yang dimunculkan dalam teks. Dalam pendekatan ini
framing dapat dibagi kedalam empat struktur besar, yaitu :
a.
Struktur Sintaksis
Adalah susunan kata atau frase dalam kalimat, hal ini berhubungan
dengan bagaimana wartawan menyusun peristiwa, pernyataan, opini, kutipan,
pengamatan atas peristiwa ke dalam bentuk susunan kisah berita (Sobur,
2001:175). Bentuk sintaksis yang paling popular adalah struktur piramida
terbalik, dimana bagian yang diatas lebih penting dibandingkan bagian yang
dibawahnya. Dengan demikian, struktur sintaksis ini dapat diamati dari
bagan/skema berita, antara lain :
-
Headline/Judul Berita
Merupakan aspek sintaksis dari wacana berita dengan tingkat
kemenonjolan yang tinggi menunjukkan kecenderungan berita dan digunakan
untuk menunjukkan bagaimana wartawan mengkonstruksi suatu isu dan
peristiwa (Eriyanto, 2004 : 257-258).
halaman. Dalam judul berita tiak diizinkan mencantumkan sesuatu yang
bersifat pendapat atau opini (Sobur, 2002:76)
-
Lead/Teras Berita
Umumnya sebagai pengantar ringkasan apa yang ingin dikatakan
sebelum masuk ke dalam isi berita secara lengkap (Eriyanto, 2001 : 232).
Lead adalah intisari berita yang memiliki tiga fungsi, yakni : menjawab rumus
5W+H (who, what, when, where, why, how), menekankan news feature of the
story dengan menempatkan pada posisi awal, dan memberikan identifikasi
cepat tentang orang, tempat dan kejadian yang dibutuhkan cepat bagi
pemahaman berita tersebut (Sobur, 2002 : 77).
-
Informasi
-
Kutipan Sumber Berita
b.
Struktur Skr ip
Berhubungan dengan bagaimana wartawan mengisahkan atau
menceritakan peristiwa ke dalam bentuk berita. Struktur ini melihat
bagaimana strategi bercerita atau bertutur yang dipakai wartawan dalam
mengemas peristiwa. Hal ini dikarenakan pertama, banyak laporan berita yang
berusaha menunjukkan hubungan, peristiwa yang ditulis merupakan
kelanjutan dari peristiwa sebelumnya. Kedua, berita umumnya mempunyai
orientasi menghubungkan teks yang ditulis dengan lingkungan komunal
pembacanya (Eriyanto, 2006 : 260).
Bentuk umum dari skrip ini adalah pola 5W+1H, antara lain :
-
Who
: Siapa yang terlibat dalam peristiwa?
-
What : Apa yang terjadi?
-
Where : Dimana peristiwa itu terjadi?
-
When : Kapan peristiwa itu terjadi?
-
Why
: Mengapa (apa yang menyebabkan) peristiwa itu terjadi?
-
How : Bagaimana peristiwa itu terjadi?
untuk dilaporkan. Unsur kelengkapan berita ini dapat menjadi penanda
framing yang penting (Eriyanto, 2006 : 260-261)
c.
Struktur Tematik
Berhubungan
dengan
bagaimana
wartawan
mengungkapkan
pandangannya atas peristiwa ke dalam proposisi keseluruhan (Eriyanto,
2004:255). Struktur tematik berhubungan dengan bagaimana fakta itu ditulis,
bagaimana menempatkan dan menulis sumber ke dalam teks berita secara
keseluruhan. Ada beberapa elemen dapat diamati dari perangkat tematik ini,
antara lain adalah :
-
Detail
-
Koherensi
Pertalian atau jalinan antar kata, proposisi atau kalimat yang
menggambarkan fakta yang berbeda dapat dihubungkan dengan menggunakan
koherensi. Ada beberapa macam koherensi yaitu pertama, koherensi
sebab-akibat adalah proposisi atau kalimat satu dipandang sebab-akibat atau sebab dari
proposisi lain. Kedua, koherensi penjelas adalah proposisi atau kalimat satu
dilihat sebagai penjelas proposisi atau kalimat lain. Ketiga, koherensi
pembeda adalah proposisi atau kalimat satu dipandang kebalikan atau lawan
dari proposisi atau kalimat lain (Eriyanto, 2001 : 263).
-
Bentuk Kalimat
Bentuk kalimat ini berhubungan dengan cara berpikir yang logis, yaitu
kausalitas. Logika kausalitas ini jika diterjemahkan ke dalam bahasa menjadi
susunan subyek (yang menerangkan) dan predikat (yang diterangkan). Bentuk
kalimat bukan hanya persoalan teknis kebenaran tata bahasa, tetapi
menentukan makna yang dibentuk oleh susunan kalimat (Sobur, 2001 : 81).
-
Kata Ganti
Kata ganti merupakan alat yang dipakai oleh komunikator untuk menunjukan
dimana posisi seseorang dalam suatu wacana (Sobur, 2001 : 81-82).
d.
Struktur Retoris
Struktur retoris dari wacana berita menggambarkan pilihan gaya atau
kata yang dipilih oleh wartawan untuk menekankan arti yang ingin
ditonjolkan oleh wartawan. Struktur ini mempunyai fungsi persuasif, dan
berhubungan erat dengan bagaimana pesan itu ingin disampaikan kepada
khalayak (Sobur, 2001 : 84). Struktur ini berhubungan erat dengan bagaimana
wartawan menekankan arti tertentu kedalam bentuk berita. Wartawan
menggunakan perangkat retoris untuk membuat citra, meningkatkan
gambaran yang diinginkan dari suatu berita. Struktur retoris juga
menunjukkan kecenderungan bahwa apa yang disampaikan oleh wartawan
merupakan suatu kebenaran (Eriyanto, 2004 : 264). Struktur retoris terdiri dari
beberapa elemen, diantaranya yaitu :
-
Leksikon
-
Grafis
Biasanya muncul lewat bagian tulisan yang dibuat lain dibandingkan
tulisan lain. Pemakaian huruf tebal, huruf miring, pemakaian garis bawah,
huruf yang dibuat dengan ukuran yang lebih besar. Termasuk di dalamnya
adalah pemakaian caption, raster, grafik gambar, dan tabel untuk mendukung
arti penting suatu pesan. Bagian-bagian yang ditonjolkan ini menekankan
kepada khalayak pentingnya bagian tersebut, ia menginginkan khalayak
menaruh perhatian lebih pada bagian tersebut. Elemen grafis itu juga muncul
dalam bentuk foto, gambar, dan tabel untuk mendukung gagasan atau untuk
bagian lain yang tidak ingin ditonjolkan (Eriyanto, 2001 : 258).
-
Metafora
Merupakan suatu kiasan, ungkapan yang dimaksudkan sebagai
ornament atau bumbu dari suatu teks. Pemakaian metafora tertentu dapat
menjadi petunjuk utama untuk mengerti makna suatu teks. Metafora tertentu
dipakai oleh komunikator secara strategis sebagai landasan berfikir, alasan
pembenaran atas suatu pendapat atau gagasan tertentu kepada publik
(Eriyanto, 2001 : 259).
-
Pengandaian (Presupposition)
digunakan untuk mendukung makna suatu teks. Pengandaian hadir dengan
memberi pernyataan yang dipandang dapat dipercaya dan tidak perlu untuk
dipertanyakan masalahnya (Sobur, 2001:79)
Tabel 2.2
KERANGKA FRAMING ZHONGDANG PAN DAN GERALD M.KOSICKI
STRUKTUR UNIT YANG DIAM ATI
SINTAKSIS
Cara w art aw an
menyusun fakt a
Headline, lead, lat ar
informasi, kut ipan
sumber, pernyat aan,
penut up
SKRIP
Cara w art aw an
mengisahkan fakt a
5W+1H
TEM ATIK
Cara w art aw an
menulis fakt a
Paragraph, proposisi,
kalimat , hubungan
ant ar kalimat
RETORIS
Cara w art aw an
menekankan fakt a
Kat a, idiom,
gambar/ fot o, graf ik
(Sumber : Eriyanto, 2004 : 256)
PERANGKAT FRAM ING
1. Skema berit a
2. Kelengkapan berit a
3. Det ail
4. Koherensi
5. Bent uk kalimat
6. Kat a gant i
7. Leksikon
8. Grafis
[image:50.612.157.494.257.680.2]2.1.8 Pemberitaan tentang Pembekuan PSSI Oleh Pemerintah
Menteri Pemuda dan Olahraga Andi Mallarangeng didampingi Ketua
Umum Komite Olah Raga Nasional / Komite Olimpiade Indonesia Rita
Subowo manyampaikan kepada wartawan di Kemenpora, Jakarta Selatan,
Senin (28/3). Bahwa Pemerintah tidak mengakui kepemimpinan Nurdin Halid
dan sekretaris Jendral Nugraha Besoes. Semua fasilitas Negara yang
digunakan para pejabat struktural PSSI dibawah kepemimpinan Nurdin Halid
di cabut. Pengurus PSSI di bawah kepemimpinan Nurdin Halid
mengkosongkan kantor PSSI yang berada di kompleks Stadion Gelora Bung
Karno, Senayan.
Acara Konferensi pers di Kemenpora, Jakarta selatan. Menpora
menyatakan Nurdin Halid dan kepengurusannya sudah tidak diakui oleh
Pemerintah. Hal ini lebih ditanggapi dengan sangat antusias oleh masyarakat
luas. Hampir semua media cetak terutama surat kabar harian memuat berita
Pembekuan PSSI Oleh Pemerintah, bahkan menjadi headline beberapa surat
kabar, tak terkecuali harian Kompas dan Jawa Pos. Semua media
berlomba-lomba untuk menyajikan berita yang terbaik dan menarik mengenai
Pembekuan PSSI Oleh Pemerintah, karena ketegasan dari pemerintah ini
menjadi suguhan yang bernilai berita tinggi dalam dunia pers. Dan berita ini
yang dinanti oleh masyarakat Indonesia.
2.2
Kerangka Ber fikir
Pekerjaan sebuah media pada dasarnya adalah sebuah pekerjaan yang
berhubungan dengan pembentukan realitas. Pada dasarnya realitas bukan
sesuatu yang telah tersedia, yang tinggal ambil oleh seorang wartawan.
Sebaliknya semua pekerja jurnalis pada dasarnya adalah agen, bagaimana
peristiwa yang acak, kompleks disusun sedemikian rupa sehingga membentuk
suatu berita. Wartawanlah yang mengurutkan, membuat teratur, menjadi
mudah dipahami, dengan memilih aktor-aktor yang diwawancarai, sehingga
membentuk suatu cerita yang dibaca oleh khalayak. Dalam hal ini surat kabar
harian Kompas dan Jawa Pos edisi 29, 30, dan 31 Maret 2011 mengemas
pemberitaan
tentang Pembekuan PSSI oleh Pemerintah.
Berita tidak mencerminkan realitas sosial yang direkamnya, bahkan
bisa memberikan realitas yang berbeda dengan realitas sosialnya. Seperti pada
kedua surat kabar tersebut, masing-masing memiliki sudut pandang
pemberitaan yang berbeda dalam pemberitaan kasus tersebut. Demikian
halnya dengan pemberitaan tentang Pembekuan PSSI Oleh Pemerintah di
surat kabar Kompas dan Jawa Pos akan memiliki sudut pandang yang berbeda
dalam pemberitaanya masing-masing mengenai realitas yang sama.
Analisis Framing Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki
Hasil
Pembingkaian Kompas dan Jawa Pos
yang dihubungkan dengan elemen yang berbeda dalam teks berita (seperti
kutipan sumber, latar informasi, pemakaian kata atau kalimat tertentu)
kadalam teks secara keseluruhan.
[image:54.612.117.565.431.734.2]Model analisis framing ini terbagi menjadi empat struktur yaitu
sintaksis, skrip, tematik dan retoris. Sehingga dengan menggunakan perangkat
framing milik Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki, berita tentang
Pembekuan PSSI Oleh Pemerintah dapat terlihat adanya konstruksi realitas.
Adapun diagram kerangka berpikir yang digunakan dalam penelitian ini
sebagai berikut :
Gambar 2.3
Kerangka Berfikir Penelitian
Pembekuan
PSSI Oleh
Pemerintah
Berita Kompas
dan Jawa Pos
Pemerintah Tak Akui Nurdin
SBY – Menpora Tak Akui Nurdin Cs
Ketua Baru PSSI Dipilih 29 April di Surabaya
Nurdin Cs Keluar dari Kantor PSSI
PSSI Menolak Kosongkan Kantor
3.1 Metode Penelitian
Dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, karena peneliti
berlandaskan pada paradigma konstruktiv. Tujuan penelitian ini adalah untuk
membuat dekriptif dan gambaran, tentang peristiwa yang terjadi. Selain itu
mencoba untuk menangkap perspektif pemberitaan dalam kaitannya dengan
bagaimana pemberitaan itu memperlihatkan orientasi sebuah media dengan cara
tertentu dalam memperlakukan suatu realitas atau fakta. Peneliti menggunakan
interpretasi subjektif dari peneliti sendiri tanpa mengabaikan data-data yang ada,
yaitu berita yang dimuat dalam surat kabar harian Kompas dan Jawa Pos tentang
putusan Pembekuan PSSI oleh Pemerintah.
Penggunaan pendekatan kualitatif salah satu sebabnya karena metode ini
lebih peka dan dapat menyesuaikan terhadap pola-pola nilai yang dihadapi, data
yang dikumpulkan berupa kata-kata dan gambar yang kemudian peneliti memilih
data tersebut (Moleong, 1990:6). Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian
ini adalah tipe penelitian deskriptif kualitatif. Tipe penelitian deskriptif kualitatif
adalah suatu penelitian yang memberikan gambaran atau uraian atas suatu
keadaan sejernih mungkin tanpa ada perlakuan terhadap objek yang diteliti
Peneliti ini menggunakan metode analisis framing model Zhongdang Pan
dan Gerald M. Kosicki. Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki melihat framing
sebagai cara untuk mengetahui bagaimana suatu media mengemas berita dan
mengkonstruksi realitas melalui pemakaian strategis kata, kalimat, lead, hubungan
antarkalimat, foto, grafik, dan perangkat lain untuk membantu dirinya
mengungkapkan pemaknaan mereka sehingga dapat dipahami oleh pembaca.
Bahwa setiap berita mempunyai frame yang berfungsi sebagai pusat organisasi
ide. Frame ini adalah suatu ide yang dihubungkan dengan elemen yang berbeda
dalam teks berita (kutipan sumber, latar informasi, pemakaian kata atau kalimat
tertentu) ke dalam teks secara keseluruhan. Frame berhubungan dengan makna.
Bagaimana seseorang memaknai suatu peristiwa dapat dilihat dari perangkat tanda
yang dimunculkan dalam teks (Eriyanto, 2004:254-255).
Model ini mengoperasionalisasikan empat dimensi structural teks berita
sebagai perangkat framing: sintaksis, skrip, tematik, retoris. Keempat dimensi
struktural ini membentuk semacam tema yang mempertautkan elemen-elemen
semantic narasi berita dalam suatu koherensi global. Dalam pendekatan ini
framing dibagi kedalam empat struktur besar, yaitu :
a. Struktur Sintaksis
Berhubungan dengan bagaimana media menyusun berita mengenai putusan
Pembekuan PSSI Oleh Pemerintah. Struktur ini bisa diamati dari bagan/skema
berita, antara lain : headline, lead, latar informasi, pengutipan sumber berita,
b. Struktur Skrip
Berhubungan dengan bagaimana strategi media ketika mengisahkan atau
menceritakan putusan Pembekuan PSSI Oleh Pemerintah.
c. Struktur Tematik
Berhubungan dengan bagaimana media mengungkapkan pandangannya atas
putusan Pembekuan PSSI Oleh Pmerintah ke dalam proposisi, kalimat atau
hubungan antar kalimat yang membentuk teks secara keseluruhan.
d. Struktur Retoris
Struktur ini berkaitan dengan pemilihan gaya atau kata yang oleh media untuk
menekankan yang ingin ditonjolkan oleh media dari putusan Pembekuan PSSI
Oleh Pemerintah hal ini dilakukan untuk membuat citra dan meningkatkan
gambaran yang diinginkan dari peristiwa tersebut dengan melihat
elemen-elemen dari struktur retoris seperti penggunaan leksikon, foto, metafora,
pengandaian.
Sehingga peneliti akan menjelaskan bagaimana cara media membingkai
atau mengkonstruksi berita-berita mengenai putusan Pembekuan PSSI Oleh
Pemerintah pada surat kabar harian Kompas dan Jawa Pos, yang meliputi
3.1.1 Definisi Oper asional
1. Pembekuan PSSI Oleh Pemerintah
Yang dimaksud dengan Pembekuan PSSI Oleh Pemerintah adalah
Pemerintah tidak mengakui Kepemimpinan PSSI di bawah Ketua Umum
Nurdin Halid dan Sekretaris Jendral Nugraha Besoes. Semua fasilitas milik
Negara yang digunakan para pejabat struktural di bawah kepemimpinan
Nurdin Halid di cabut, Alokasi Anggaran untuk PSSI juga di cabut dan
meninggalkan Kantor PSSI yang berada di Gelora Bung Karno. Penelitian ini
akan dianalisis dengan menggunakan perangkat framing milik Zhongdang Pan
dan Gerald M. Kosicki.
2. Berita-berita di surat kabar harian Kompas dan Jawa Pos
Suatu peristiwa yang ditulis oleh wartawan dari kedua surat kabar
harian tersebut untuk disajikan dan disebarkan kepada khalayak banyak
dengan ideologi masing-masing. Dalam penelitian ini adalah putusan
Pembekuan PSSI Oleh Pemerintah.
3.2 Subyek dan Obyek Penelitian
Subyek dalam penelitian ini adalah surat kabar harian Kompas dan Jawa
Pos edisi 29 s.d 31 Maret 2011. Sedangkan yang menjadi obyek dari penelitian ini
3.3 Unit Analisis
Unit analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah unit reference,
yaitu unit yang digunakan untuk menganalisis kalimat dan kata yang dimuat
dalam teks berita Pembekuan PSSI Oleh Pemerintah pada surat kabar harian
Kompas dan Jawa Pos edisi 29 s.d 31 Maret 2011.
Analisis teks media dengan melihat hubungan antar kalimat, foto, grafik
dan pendapat dari narasumber, untuk mengungkapkan pemaknaan terhadap
bingkai dan perspektif yang digunakan oleh media, Kompas dan Jawa Pos dalam
melihat suatu peristiwa, yaitu mengenai berita Pembekuan PSSI Oleh Pemerintah.
3.4 Kor pus
Korpus atau sampel dalam penelitian kualitatif adalah sekumpulan bahan
yang terbatas, yang ditentukan pada perkembangan oleh analisis dengan semacam
kesemenaan dan bersifat se-homogen mungkin. Sifat yang homogen ini
diperlukan untuk memberikan harapan yang beralasan bahwa unsur-unsurnya
dapat dianalisis sebagai keseluruhan (Kurniawan, 2001:70).
Korpus dalam penelitian ini adalah berita-berita tentang putusan
Pembekuan PSSI. Korpus yang akan diteliti adalah sebagai berikut :
Korpus di Kompas :
- 29 Maret 2011, " Pemerintah Tak Akui Nurdin "
- 31 Maret 2011, " PSSI Menolak Kosongkankan Kantor "
Korpus di J awa Pos:
- 29 Maret 2011, " SBY-Menpora Tak Akui Nurdin Cs "
- 30 Maret 2011, " Nurdin Cs Keluar dari Kantor PSSI "
- 31 Maret 2011, " Sekjen PSSI Dilaporkan ke Bareskrim "
3.5 Teknik Pengumpulan Data
Data penelitian tentang putusan Pemebekuan PSSI Oleh Pemerintah yang
dimuat pada surat kabar Kompas dan Jawa Pos pada tanggal 29 Maret s.d 31
Maret 2011 didapat dari pengumpulan secara langsung dari medianya dengan
mengidentifikasi isi berita, yang berpedoman pada analisis framing dari
Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki. Dari data yang diperoleh sebagai hasil
dari identifikasi tersebut untuk selanjutnya dianalisis untuk mengetahui
bagaimana kedua media tersebut dalam mengemas berita putusan Pembekuan
PSSI Oleh Pemerintah.
3.6 Tek nik Analisis Data
Model analisis framing yang digunakan oleh peneliti adalah model yang
dikembangkan oleh Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki. Konsep framing ini
digunakan untuk menggambarkan proses seleksi dan menonjolkan aspek tertentu
bagaimana teks komunikasi ditampilkan dan bagian mana yang ditonjolkan atau
dianggap penting oleh pembuat teks (Eriyanto, 2004:186).
Dengan menggunakan model framing Zhondang Pan dan Gerald M.
Kosicki bisa melihat berita dikonstruksi lebih rinci dengan menggunakan empat
struktur, yaitu struktur sintaksis, struktur skrip, struktur tematik, struktur retoris.
3.7 Langkah-Langkah Analisis Fr aming
Peneliti akan menguraikan semua berita yang memuat tentang putusan
Pemebekuan PSSI Oleh Pemerintah pada surat kabar harian Kompas dan Jawa
Pos sebagai berikut :
1. Pertama, peneliti mengumpulkan semua berita yang memuat tentang putusan
Pembekuan PSSI Oleh Pemerintah pada surat kabar harian Kompas dan Jawa Pos.
Kompas tanggal 29, 30, 31, Maret, 01 April 2011 dan Jawa Pos tanggal 29, 30,
31 Maret, 01 April 2011. Kemudian peneliti menentukan korpus yang akan diteliti
yaitu pada surat kabar harian Kompas tanggal 29, 30 dan 31 Maret 2011 dan Jawa
Pos tanggal 29, 30, dan 31 Maret 2011, lalu peneliti membuat kerangka framing
2. Kedua, peneliti menganalisis semua pemberitaan tersebut dan membuat
interpretasi terhadap berita tersebut berdasarkan empat struktur besar milik
Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki, yaitu :
- Struktur Sintaksis
- Struktur Skrip
- Struktur Tematik
4. 1. Gamba ran Umum Obyek Penelitian
4. 1. 1. Pr ofil Perusahaan Kompas
Suatu hari awal tahun 1965, Letjen Ahmad Yani (1922-1965) selaku
Menteri/Panglima TNI-AD menelepon rekannya sekabinet, Drs. Frans Seda. Yani
melemparkan ide menerbitkan Koran melawan pers komunis. Frans Seda menanggapi
ide itu, membicarakannya dengan Ignatius Josef Kasimo (1900-1986) – sesama rekan
di Partai Katolik – dan dengan rekannya yang memimpin majalah intisari, Petrus
Kanisius Ojong (1920-1980) dan Jakob Oetama. Kedua nama terakhir itulah yang
kemudian mempersiapkannya. Nama Koran itu Bentara Rakyat, sebuah penegasan diri
sebagai pembela rakyat yang sebenarnya; berbeda dengan Koran-koran dibawah nama
Partai Komunis Indonesia (PKI) yang memanipulasi makna rakyat.
Menjelang terbitnya Bentara Rakyat, Frans Seda sebagai menteri Perkebunan
datang ke Istana Merdeka menemui Presiden Soekarno. Presiden bertanya nama Koran
yang akan terbit. Dijawab oleh Seda bernama Bentara Rakyat. Bung Karno menimpali,
“sebaiknya Koran itu diberi nama Kompas supaya jelas diterima sebagai penunjuk
arah”. Akhirnya dinamai Kompas. Bentara Rakyat dijadikan nama yayasan yang
halaman, dicetak 4.800 eksemplar, berdasarkan keputusan Menteri Penerangan No.
003N/SK/DPHMJSIT/1965 tertanggal 9 Juni 1965. Pelopor utama berdirinya lembaga
media ini adalah orang-orang muda yang beberapa diantaranya adalah P.K. Ojong,
Jakob Oetama, August Parengkuan, serta Indra Gunawan seperti diungkapkan diatas.
Pada bulan-bulan pertama Kompas diplesetkan sebagai Komt Pas Morgen atau
“Kompas yang datang pada keesokan harinya”, karena sering telat terbit. Oleh PKI
namanya diplesetkan sebagai “komando pastor”, sebab tokoh-tokoh pendiri dan
perintisnya berasal dari golongan Katolik. Diawaki tidak lebih dari 10 orang di bagian
redaksi dan bisnis sampai tahun 1972, kantor redaksi ada di Jl. Pintu Besar Selatan,
kemudian pindah ke Jl. Palmerah Selatan 22-26.
UU Pokok Pers Tahun 1982 dan ketentuan Surat Izin Usaha Penerbitan Pers
mewajibkan penerbit pers berbadan hukum. Oleh karena itu, sejak tahun 1982 penerbit
Kompas bukan lagi Yayasan Bentara Rakyat, tetapi PT. Kompas Media Nusantara.
Awal mula penerbitan harian yang terbit di ibukota Negara ini, berada pada
kondisi yang cukup memprihatinkan. Kantor yang ditempati berbagi dua dengan kantor
majalah Intisari yang bertempat di Jalan Pintu Besar Selatan No. 86-88 Jakarta Kota.
Sedangkan percetakannya masih menggunakan percetakan milik PN. Eka Grafika.
Satu bulan setelah mencetak penerbitannya pada PN. Eka Grafika, Kompas
beralih pada percetakan Masa Merdeka milik BM. Diah. Tampaknya Kompas
mendapat keuntungan lebih dengan mencetak penerbitannya di percetakan Masa
oplah Kompas meningkat hampir seratus persen.
Situasi dan kondisi yang tidak menentu pada masa orde lama mempengaruhi
perkembangan Kompas selanjutnya. Penghentian penerbitan beberapa surat kabar
sehubungan dengan adanya pemberontakan G30S/PKI juga menimpa Kompas.
Tepatnya tanggal 2 Oktober 1965, Kompas mendapat perintah untuk menghentikan
kegiatannya. Namun manakala kondisi sudah mulai memulih, pada akhirnya Kompas
kembali diijinkan terbit kembali pada tanggal 6 Oktober 1965.
Setelah berbagai kekacauan yang disebabkan oleh meletusnya G30S/PKI.
Kompas kemudian tidak lagi mencetak pada percetakan PN.Eka Grafika, PT. Kinta
yang merupakan percetakan terbaik saat itu menjadi pilihan Kompas untuk mencetak
harian ini. Selain pertimbangan peningkatan kualitas juga karena salah satu harian yang
mencetak di percetakan tersebut berhenti terbit karena adanya pelarangan. Beberapa
alasan pelarangan penerbitan terhadap beberapa media massa waktu itu karena afikasi
lembaga media dengan partai terlarang. Pada perkembangan selanjutnya Kompas terbit
4 halaman tiap harinya dengan oplah yang terus saja menanjak yaitu mencapai 15.000
eksemplar. Semenjak itu Kompas terus saja meningkatkan oplahnya hingga pada tahun
1972, harian ini telah memiliki percetakan sendiri yang dinamakan PT. Gramedia.
Selama pemerintahan orde baru, Kompas tercatat sekali terkena larangan terbit
pada tahun 1978 bersamaan dengan terjadinya peristiwa Malari. Namun hal ini tidak
hanya menimpa harian Kompas karena 6 terbitan lainnya juga menerima nasib yang
sama (dicabut SIUPP-nya) keenam surat kabar itu adalah surat kabar Sinar Harapan,
terbit. Harian ini semakin menampakkan perkembangan yang pesat hingga oplahnya
mencapai 300.000 eksemplar pada tahun 1982. Dan dalam perkembangan selanjutnya,
tepatnya tahun 1977, Kompas menerbitkan Tabloid Bola yang terbit setiap minggu.
Sampai pada saat ini, permodalan surat kabar Kompas dimiliki secara
bersamaan oleh Yayasan Bentara Rakyat, Yayasan Kompas Gramedia, Sejahtera, PT.
Gramedia, PT. Transito Asri Media, serta atas nama perorangan yaitu Jacob Oetama,
Frans Seda dan P. Iswantoro. Ijin terbit harian ini adalah surat keputusan Menpen No.
001/Menpen/SIUPP/A.7/1985, tertanggal 10 November 1985.
Kompas telah menjadi surat kabar terbesar di Indonesia saat