• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMBINGKAIAN BERITA PEMBEKUAN PSSI OLEH PEMERINTAH (Studi Analisis Framing Tentang Berita Pembekuan PSSI Oleh Pemerintah pada Surat Kabar Kompas dan Jawa Pos Edisi 29 s.d 30 Maret 2011).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PEMBINGKAIAN BERITA PEMBEKUAN PSSI OLEH PEMERINTAH (Studi Analisis Framing Tentang Berita Pembekuan PSSI Oleh Pemerintah pada Surat Kabar Kompas dan Jawa Pos Edisi 29 s.d 30 Maret 2011)."

Copied!
121
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi sebagian per syar atan memper oleh Gelar

Sar jana Sosial pada FISIP UPN “Veter an” J awa Timur

Disusun Oleh :

WAHYUDI CAHYO UTOMO

NPM 0743010155

YAYASAN KESEJ AHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL " VETERAN" J AWA TIMUR

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI

SURABAYA

(2)

Dengan mengucap syukur Alhamdulillahirabbil’alamiin, atas kehadirat

Allah SWT yang telah melimpahkan berkah, rahmat dan hidayah-Nya kepada

peneliti. Sehingga peneliti dapat menyelesaikan Skripsi ini dengan judul

“Pembingkaian Berita Pembek uan PSSI Oleh Pemer inta h Pada Sur at Kabar

Kompas dan J awa Pos”, guna melengkapi syarat wajib tugas akhir dalam

menempuh program Strata Satu jurusan Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial

dan Ilmu Politik, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

Dengan selesainya Skripsi ini peneliti sangat berterima kasih banyak

kepada bapak Dr s. Saiffuddin Zuhr i,M.Si selaku dosen pembimbing yang

sangat baik dan sabar dalam membimbing peneliti. Ucapan terima kasih ini

peneliti sampaikan khususnya kepada :

1. Prof.Dr. Ir. Teguh Soedarto, MP selaku Rektor UPN “Veteran” Jawa

Timur

2. Ibu Dra. Ec. Hj. Suparwati, M.Si selaku dekan FISIP UPN “Veteran” Jawa

Timur.

3. Bapak Juwito, S.Sos, M.Si selaku Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi

atas kesempatan yang diberikan kepada penulis untuk menyelesaikan

(3)

5. Bapak Drs. Saiffuddin Zuhri,M.Si selaku Dosen Pembimbing yang telah

meluangkan waktu dan mengarahkan peneliti dengan baik dan sabar

hingga terselesaikannya skripsi ini.

6. Bapak Dra. Dyva Claretta,M.Si selaku Dosen Wali yang selalu

mendukung dan memperhatikan mahasiswa didiknya dengan baik dan

sabar.

7. Teman-teman : Yoyo, Ogilvy, Yanuar, Reza Zakaria A, Rezha , David,

Nugraha, Icha, Pako, dan yang tidak bisa disebutkan satu – persatu.

8. Seluruh keluarga besar KINNE dan X-PHOSE ( eXpresi PHOtography

Seni ) yang memberi berbagai macam informasi serta memberi wadah

untuk berkreasi seputar dunia fotografi dan film.

Peneliti sadar bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih terdapat banyak

kekurangan. Oleh karena itu kritik dan saran membangun dari semua pihak sangat

peneliti harapkan demi perbaikan-perbaikan selanjutnya. Akhirnya peneliti

berharap semoga hasil skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Surabaya, 27 April 2011

(4)

DAFTAR ISI

Halaman

J UDUL ... i

PERSETUJ UAN UJ IAN SKRIPSI ………... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ……… viii

DAFTAR LAMPIRAN ……… ix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 13

1.3 Tujuan Penelitian ... 13

14 Manfaat Penelitian ... 13.

1.4.1 Manfaat Teoritis ………...……….. 13

1.4.2 Manfaat Praktis ………. 14

BAB II KAJ IAN PUSTAKA ... 15

2.1 Landasan Teori ………... 15

2.1.1 Surat kabar dan Konstruksi Realitas …... 15

2.1.2 Surat Kabar Sebagai Kontrol Sosial ………... 17

2.1.3 Berita Sebagai Hasil Konstruksi Realitas …………... 19

2.1.4 Ideologi Media ... 23

2.1.5 Analisis Framing ………... 27

(5)

2.1.7 Konsep Analisis Framing

Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki ……….. 33

2.1.8 Pemberitaan tentang Pembekuan PSSI Oleh Pemerintah ………... 44

2.2 Kerangka Berfikir ... 45

BAB III METODE PENELITIAN ... 48

3.1 Metode Penelitian ... 48

3.1.1 Definisi Operasional ... 51

3.2 Subyek dan Obyek Penelitian ……... 51

3.3 Unit analisis ….. ... 52

3.4 Korpus ……... 52

3.5 Teknik Pengumpulan Data ………... 53

3.6 Teknik Analisis Data ……... 53

3.7 Langkah-Langkah Analisis Framing …... 54

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ………... 56

4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian ………... 56

4.1.1 Profil Perusahaan Kompas ….. ……….... 56

4.1.2 Kebijakan Redaksional Kompas ………... 59

4.1.3 Profil Perusahaan Jawa Pos ……… 63

4.1.4 Kebijakan Redaksional Jawa pos ……….. 68

4.2 Pembahasan ………... 73

4.2.1 Berita edisi 29 Maret 2011 ………. 75

4.2.1.1 Frame Kompas edisi 29 Maret 2011 ………... 75

4.2.2. Berita edisi 30 Maret 2011 ………...……... 81

(6)

4.2.3 Berita edisi 31 Maret 2011 …...………... 85

4.2.3.1 Frame Kompas edisi 31 Maret 2011 ….…….………...85

4.2.4 Berita edisi 29 Maret 2011 ………... 89

4.2.4.1 Frame Jawa Pos edisi 29 Maret 2011 ……….. 89

4.2.5. Berita edisi 30 Maret 2011 ……….………... 95

4.2.5.1 Frame Jawa Pos edisi 30 Maret 2011 ……..………….. 95

4.2.6 Berita edisi 31 Maret 2011 …… . ………...… 99

4.2.6.1 Frame Jawa Pos edisi 31 Maret 2011 ………. 99

4.2.7 Pembahasan Pemberitaan edisi 29 Maret 2011 ………101

4.2.8 Pembahasan Pemeberitaan edisi 30 Maret 2011 ………. 103

4.2.9 Pembahasan Pemberitaan edisi 31 Maret 2011 ……….. 105

4.2.10 Frame Keseluruhan Kompas ……….. 107

4.2.11 Frame Keseluruhan Jawa Pos ……… .108

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ……….………. 111

5.1 Kesimpulan ……….…...………. 111

5.2 Saran ……….………... 112

DAFTAR PUSTAKA

(7)

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pembingkaian berita pada surat kabar Kompas dan Jawa Pos dalam berita putusan Pembekuan PSSI Oleh Pemerintah

Landasan teori yang dipakai dalam penelitian ini adalah Surat kabar dan Konstruksi Realitas, Surat kabar sebagai kontrol sosial, Berita Sebagai Hasil Konstruksi Realitas, Ideologi Media dan Analisis Framing.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif, yang menggunakan analisis framing dari Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki. Korpus dari pemberitaan tersebut yaitu : berita-berita yang membahas tentang Pembekuan PSSI Oleh Pemerintah pada surat kabar Kompas dan Jawa Pos, 29 - 31 Maret 2011.

Hasil penelitian dari Kompas, yaitu pemberitaanya tidak memihak kepada salah satu tokoh hanya menyebutkan institusi tersebut. Sedangkan pada Jawa Pos diperoleh hasil penelitian yaitu lebih membicarakan kepada Tokoh dari pemerintahan, dan yang dipermasalahkan

Kata Kunci : Pembingkaian Berita Pembekuan PSSI Oleh Pemerintah, Kompas, Jawa Pos,

ABSTRACT

Wahyudi Cahyo Utomo. The Fr aming of PSSI Inflexible News by the Gover ment (The Study of Framing Analysis about PSSI Inflexible news by Government at Kompas and Jawa Pos newspaper on March 29 till 31, 2011 edition)

The purpose of this research is for knowing the framing news at Kompas and Jawa Pos newspaper in PSSI decisive news by the government.

The theory base that used in this research is newspaper and reality construction, the newspaper as a social control, the news as a result of reality construction, media of ideology and the framing analysis.

The method that used in this research is a qualitative of research method, that used in the framing analysis from Zhongdang Pan and Gerald M. Kosicki. The corpus from those news are: the news that studied about PSSI Inflexible by the Government at Kompas and Jawa Pos newspaper on March 29 – 31 2011.

The results from Kompas is the news is not side with one of the person, they only mentioned the institution it self, At Jawa Pos newspaper, the result of the research is more talk about the person and the problems from the Government

(8)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang Masalah

PSSI di masa kepemimpinan Nurdin Halid memiliki beberapa hal yang

dianggap kontroversi, antara lain mudahnya Nurdin Halid memberikan ampunan atas

pelanggaran, kukuhnya Nurdin Halid sebagai Ketua Umum meski dia dipenjara, isu

tidak sedap yang beredar pada masa pemilihan Ketua Umum tahun 2010, reaksi

berlebihan atas diselenggarakannya Liga Primer Indonesia, reaksi penyelenggaraan

Kongres PSSI di Pekanbaru, Riau yang kacau . Dan akhirnya Nurdin Halid dan

pengurus PSSI di bekukan oleh Pemerintah dengan tidak mengakui Nurdin halid

sebagi ketua umum PSSI dan kepengurusannya, semua fasilitas negara dicabut,

APBN di hentikan sementara, dan mengkosongkan Kantor PSSI .

(9)

Ketika produk media massa sampai kepada masyarakat sesungguhnya

merupakan hasil “rekonstruksi realita”. bahwa peristiwa yang disaksikan ataupun

dialami oleh reporter dan juru kamera maupun editor dan redaktur atau pemimpin

redaksi. Suatu proses yang cukup unik meskipun berlangsung begitu cepat. Ini yang

disebut sebagai proses rekonstruksi atas realita (Pareno, 2005 : 4).

Media memiliki kemampuan dalam membeberkan suatu fakta bahkan

membentuk opini masyarakat. Salah satu media yang secara gamblang dan lebih rinci

dalam pemberitaannya adalah surat kabar. Assegaf mengatakan bahwa :

“Surat kabar adalah penerbitan yang berupa lembaran-lembaran yang berisi

berita-berita karangan-karangan dan iklah yang dicetak dan terbit secara tetap dan

periodik dan dijual untuk umum.” (Assegaf, 1991 : 140).

Dalam perkembangan selanjutnya, surat kabar yang bisa mencapai rakyat

secara massal itu dipergunakan untuk melakukan sosial kontrol, sehingga surat kabar

tidak hanya bersifat informatif tetapi juga bersifat persuasif. Bukan saja hanya

sekedar menyampaikan informasi, tetapi juga mendidik, menghibur, dan

mempengaruhi khalayak agar khalayak melakukan kegiatan tertentu (Effendy;

1993:93)

(10)

keputusan mengenai sisi mana yang ditonjolkan tentu melibatkan nilai dan ideologi

para wartawan yang terlibat dalam proses produksi sebuah berita (Sobur,2001:163).

Realitas yang disajikan secara menonjol atau mencolok mempunyai peluang

besar untuk diperhatikan dan mempunyai khalayak dalam memahami realitas karena

itu dalam praktiknya, framing dijalankan oleh media dengan menyeleksi isu tertentu

dan mengabaikan isu lain, serta menonjolkan aspek isu tersebut dengan menggunakan

pelbagai strategi wacana (Sobur,2001:164).

Untuk melihat perbedaan media dalam mengungkap suatu peristiwa (realitas)

peneliti memilih analisis framing sebagai metode penelitian kualitatif. Framing

adalah pendekatan untuk mengetahui bagaimana perspektif atau cara pandang yang

digunakan oleh wartawan ketika menyeleksi isu dan menulis berita. Cara pandang

atau perspektif itu pada akhirnya menentukan fakta apa yang diambil, bagian mana

yang ditonjolkan dan dihilangkan, dan hendak dibawa kemana berita tersebut

(Eriyanto,2004:224).

(11)

Analisis framing merupakan salah satu model analisis alternatif yang bisa

mengungkapkan rahasia dibalik perbedaan, bahkan pertentangan media dalam

mengungkapkan fakta. Analisis framing membongkar bagaimana realitas dibingkai

oleh media, akan dapat diketahui siapa mengendalikan siapa, mana kawan mana

lawan, mana patron mana klien, siapa diuntungkan dan siapa dirugikan, siapa

membentuk dan siapa dibentuk dan seterusnya (Eriyanto, 2004 : 15).

Dalam analisis framing tidak lepas tokoh-tokohnya, antara lain Murray

Edelman, Robert N. Entman, William Gamson, Zhongdang Pan dan Gerald M.

Kosicki (Eriyanto, 2004 : 16).

Dalam penelitian ini penulis menggunakan analisis framing milik Zhondang

pan dan Gerald M. Kosicki. Prinsip analisis framing menyatakan bahwa terjadi proses

seleksi isu dan fakta yang diberitakan oleh media. Fakta ini ditampilkan apa adanya,

namun di beri bingkai (frame) sehingga menghasilkan konstruksi makna yang

spesifik. Dalam hal ini biasanya media menyeleksi sumber berita, memanipulasi

pernyataan dan mengedepankan perspektif tertentu sehingga suatu interpretasi

menjadi lebih menyolok (noticeable) daripada interpretasi yang lain (Sobur, 2001 :

165).

(12)

yang lain. sehingga khalayak lebih tertuju pada pesan tersebut hal ini seperti yang

dinyatakan oleh Pan dan Kosicki (Eriyanto, 2004 : 252).

Pan dan Kosicki merupakan salah satu alternatif dalam menganalisis teks

media disamping analisis isi kualitatif, dengan cara apa wartawan menonjolkan

permaknaan mereka terhadap suatu peristiwa yaitu wartawan melihat dari strategi,

kata, kalimat, lead, foto, grafik, dan hubungan antara kalimat (Eriyanto, 2004 : 254).

Dalam pendekatan ini perangkat framing dibagi menjadi empat bagian sturuktur

besar. Pertama, struktur sintaksis, Kedua, struktur skrip, Ketiga, struktur tematik dan

Keempat, struktur retoris untuk mengetahui bagaimana Surat Kabar Kompas dan

Surat Kabar Jawa Pos mengkonstruksi berita mengenai pembekuan PSSI oleh

pemerintah.

(13)

Tetapi pada bulan April 2007 semua kepengurusan PSSI di bawah

kepemimpinan Nurdin Halid semakin menunjukkan sifat yang tidak baik. Nurdin

Halid terpilih sebagai Ketua Umum PSSI dalam Musyawarah Nasional Klub dan

Musyawah Nasional di Makasar. Dalam musyawah tersebut Nurdin Halid diakui

sebagai ketua PSSI 2007 – 2011. Pada bulan September 2007 selisih beberapa bulan

sesudah menjabat sebagai Ketua Umum PSSI. Nurdin Halid ditangkap dan divonis

bersalah dalam kasus Korupsi penyaluran Minyak Goreng Bulog.

Dengan kejadian tersebut nama Nurdin Halid sebagai Ketua Umum PSSI,

sudah tercoreng buruk di mata masyarakat pecinta sepak bola di Indonesia. Apalagi

kasus Korupsi. Karena sikap Nurdin Halid sebagai Ketua Umum tidak menunjukan

sikap baik malah sikap buruk. Presiden FIFA Sepp Blatter menegaskan individu

dengan catatan kriminal tidak boleh di calonkan sebagai ketua. Itu salah satu

pernyataan presiden FIFA Seep Blatter pada bulan Maret 2011 sebelum Kongres

PSSI di Pekanbaru belangsung. Presiden FIFA mengaskan pernyataan tersebut

dikarenakan Nurdin Halid yakin bisa menjabat kembali sebagai Ketua Umum PSSI.

(14)

Pernyataan itu di sampaikan setelah Menpora dan unsure pimpinan KONI /

KOI melakukan rapat kurang lebih 4 jam. Andi mengatakan, laporan pengamatan tim

peninjau KONI / KOI yang hadir dalam kongres PSSI di Pekanbaru, Riau (26/3)

menyebutkan kongres tidak jelas. Ketidak jelasan itu meliputi ditribusi undangan, hak

suara, peraturan organisasi, agenda, dan jalannya kongres yang tidak transparan. Andi

megtakan, bahwa pemerintah dan KONI / KOI beranggapan bahwa persiapan

penyelenggaraan kongres tidak mengikuti prosedur dan mekanisme sesuai peraturan

yang berlaku serta tidak dilakukan dengan professional.

Acara Konferensi pers di Kemenpora, Jakarta selatan. Menpora menyatakan

Nurdin Halid dan kepengurusannya sudah tidak diakui oleh Pemerintah. Hal ini lebih

ditanggapi dengan sangat antusias oleh masyarakat luas. Hampir semua media cetak

terutama surat kabar harian memuat berita tentang Pembekuan PSSI Oleh

Pemerintah, bahkan menjadi headline beberapa surat kabar, tak terkecuali harian

Kompas dan Jawa Pos. Semua media berlomba-lomba untuk menyajikan berita yang

terbaik dan menarik mengenai ketegasan pemerintah terhadap PSSI dibawah

kepemimpinan Nurdin Halid, karena ketegasan ini menjadi suguhan yang bernilai

berita tinggi dalam dunia pers. Dan berita ini yang dinanti oleh masyarakat Indonesia.

(15)

memberi judul “Pemerintah Tak Akui Nurdin”, sedangkan headline harian Jawa Pos

pada edisi yang sama memberi judul “SBY-Menpora Tak akui Nurdin Cs”.

Seperti halnya isi berita mengenai Pernyataan Menpora pertama pada harian

Kompas dan Jawa Pos, keduanya menulis pernyataan dari Menpora, Ketua Koni /

KOI, dan tim FIFA. Pada harian Kompas edisi 30 Maret 2011 memuat tentang Ketua

PSSI Dipilih pada 29 April di Surabaya, secara keseluruhan lebih ke arah lain tidak

membahas Nurdin Halid lebih dalam. Karena masyarakat sudah mengetahui di hari

pertama bahwa Nurdin Halid bersikap tidak baik pada saat kepemimpinannya.

Sedangkan di Jawa Pos di edisi yang sama memuat tentang Nurdin Cs keluar dari

kantor PSSI, secara keseluruhan bahwa lebih banyak membahas Nurdin Halid yang

sudah keluar dari kantor PSSI. Dan tanggapan 78 pemilik suara ( pada saat Kongres

di Riau ) memilih kongres di Surabaya.

(16)

Hal ini membuat media berlomba-lomba untuk menyajikan berita yang aktual

dan menarik pembaca, sehingga wacana yang ditimbulkan penuh sensasi dan

kontradiksi. Karena hal tersebut peneliti tertarik untuk meneliti lebih lanjut mengenai

bagaimana surat kabar Jawa Pos dan Kompas dalam membingkai berita terutama

dalam menyusun, mengisahkan, menulis dan menekankan fakta-fakta mengenai

Pembekuan PSSI oleh Pemerintah.

Alasan peneliti memilih surat kabar Kompas dan Jawa Pos dikarenakan media

tersebut memiliki versi pemberitaan yang berbeda. Pada surat kabar Jawa Pos Dalam

pemberitaannya selama tiga hari membahas berita pembekuan PSSI Oleh Pemerintah

lebih mengarah ke salah satu tokoh Yaitu SBY - Andi Mallarangeng. Sehingga isu

yang ditampilkan juga mengalami perbedaan. Selain itu, surat kabar Jawa Pos

memberitakan berita tersebut masuk pada halaman Utama. Surat kabar ini mampu

mengadakan kebebasan pers dan tidak hanya mengungkapkan berita-berita umum,

melainkan juga berita yang bersifat olahraga. Oleh karena itu dalam penyampaian

berita menghendaki dan mengarahkan pada sesuatu yang lain daripada yang lain,

dengan menampilkan rubrik tertentu sebagai nominasi unggulan, berita-berita,

reportase, gambar kartun, hiburan yang bersifat kreatif, juga tidak ketinggalan berita

yang bersifat kesenangan.

(17)

realitas yang terjadi di masyarakat, dan Kompas juga memiliki reputasi kedalam

analitis dan gaya penulisan yang rapi. Harian Kompas sangat diakui keberadaanya di

Indonesia dan tegas dalam menulis realitas. Kompas termasuk media yang

menyajikan berita dari dua sisi yang berbeda. media tersebut memiliki versi

pemberitaan yang berbeda. Pada surat kabar Kompas dalam Headline pemberitaannya

selama tiga hari membahas berita pembekuan PSSI Oleh Pemerintah lebih

menjelaskan ke Pemerintah Atau Lembaga Sepak Bola Indonesia yaitu PSSI tidak

menjelaskan tokoh Yaitu SBY atau Nurdin Halid. Sehingga isu yang ditampilkan

juga mengalami perbedaan. Selain itu, surat kabar Kompas memberitakan berita

tersebut masuk pada halaman Utama dan halaman Olahraga.

(18)

Tema-tema , penulisan judul serta pemakaian kata atau kalimat yang

dipakai oleh Kompas dan Jawa Pos memiliki perbedaan yang bisa menimbulkan

makna konotasi dan denotasi. Harian Kompas dalam menyajikan berita Pembekuan

PSSI Oleh Pemerintah menggunakan kata-kata atau kalimat yang lebih bersahaja dan

tidak mempunyai makna konotasi yang buruk. Sedangkan Jawa Pos terkadang

menggunakan kata-kata atau kalimat yang mempunyai makna konotasi seperti pada

Jawa Pos edisi 29 Maret 2011, contohnya : “ Pemerintah benar – benar kehabisan

kesabaran melihat sepak terjang Nurdin Halid dan antek – anteknya di PSSI…”.

Dan ada pula “ Nurdin Halid dan kroninya kini tidak bisa lagi berkutit “

(19)

ini memiliki misi idiil dan misi bisnis sebagai pilar utama untuk kelangsungan hidup

perusahaan. Oleh karena itu dalam penyampaian berita menghendaki dan diarahkan

pada sesuatu yang lain daripada yang lain dengan menampilkan rubrik-rubrik tertentu

sebagai nominasi unggulan, berita-berita yang paling actual, reportase, gambar

kartun, hiburan-hiburan yang bersifat kreatif, juga tidak ketinggalan berita yang

bersifat kesenangan (Human Interest) (Totok, 2001 : 33).

(20)

1.2`Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka

perumusan masalah yang akan diteliti adalah :

" Bagaimana pembingkaian berita Pembekuan PSSI Oleh Pemerintah pada

surat kabar Kompas dan Jawa Pos edisi 29 Maret, 30 Maret, 31 Maret 2011 “

1.3. Tujuan Penelitian

Mengacu pada latar belakang masalah serta perumusan masalah yang telah

diajukan, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimanakah surat

kabar Jawa Pos dan Kompas membingkai berita tentang putusan Pembekuan PSSI

oleh Pemerintah berdasarkan perangkat framing Zhongdang Pan dan Gerald M.

Kosicki.

1.4. Manfaat Penelitian

1.4.1. Manfaat Teoritis

(21)

1.4.2. Manfaat Praktis

1.

Sebagai bahan evaluasi bagi pihak media dalam menyajikan berita dan

sebagai referensi, bahan kajian dan sumber informasi bagi pihak-pihak yang

tertarik dalam kajian untuk melakukan penelitian.

(22)

BAB II

KAJ IAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1. Sur at Kabar dan Konstruksi Realitas

Surat kabar adalah penerbitan yang berupa lembaran-lembaran yang

berisi berita-berita karangan-karangan dan iklah yang dicetak dan terbit secara

tetap dan periodik dan dijual untuk umum. (Assegaf, 1991 : 140).

Dalam perkembangan selanjutnya, surat kabar yang bisa mencapai rakyat

secara massal itu dipergunakan untuk melakukan sosial kontrol, sehingga surat

kabar tidak hanya bersifat informatif tetapi juga bersifat persuasif. Bukan saja

hanya sekedar menyampaikan informasi, tetapi juga mendidik, menghibur, dan

mempengaruhi khalayak agar khalayak melakukan kegiatan tertentu (Effendy;

1993:93)

(23)

Isi media pada hakekatnya adalah hasil konstruksi realitas dengan

menggunakan bahasa sebagai parangkatnya. Sedangkan bahasa bukan hanya

sebagai alat realitas, namun juga menentukan relief seperti apa yang diciptakan

oleh bahasa asing tentang realitas. Akibatnya media massa memiliki peluang

yang sangat besar untuk mempengaruhi gambar yang dihasilkan dari realitas

yang dikonstruksinya (Sobur, 2001 : 88).

Setiap upaya menceritakan sebuah peristiwa, keadaan, benda atau apapun,

pada hakikatnya adalah usaha mengkonstruksikan realitas, begitu pula dengan

profesi wartawan. Pekerjaan utama wartawan adalah mengisahkan hasil

reportasenya kepada khalayak. Dengan demikian mereka selalu terlibat dengan

usaha-usaha

mengkonstruksi

realitas,

yakni

menyusun

fakta

yang

dikumpulkannya ke dalam suatu bentuk laporan jurnalistik berupa berita (News),

karangan khas (Feature), atau gabungan keduanya (News Feature). Dengan

demikian berita pada dasarnya adalah realitas yang telah dikonstruksikan.

(24)

Peneliti mengemukakan tentang Surat Kabar dan Konstruksi Realitas

adalah semua surat kabar yang akan memberitakan sebuah berita tentunya

harus menyeleksi terlebih dahulu tentang berita tersebut. Karena dalam

pemberitaan yang akan di beritakan nanti harus benar-benar fakta tidak ada

pembohongan publik. Dalam dunia jurnalistik mengkonstruksi realitas berita

sangat diperlukan. Dan dengan sebuah fakta publik akan mempercayai

pemberitaan tersebut. Media Massa selalu ada pada setiap peristiwa, dengan

mengamati, merekam, mencatat, dan kemudian melaporkan kepada publik.

2.1.2. Sur at Kabar Sebagai Kontrol Sosial

Idealisme yang melekat pada pers dijabarkan dalam pelaksanaan

fungsinya, selain menyiarkan informasi yang objektif dan edukasi, menghibur,

melakukan kontrol sosial yang konstruktif dengan menyalurkan segala

aspirasi masyarakat, serta mempengaruhi masyarakat dengan melakukan

komunikasi dan peran positif dari masyarakat itu sendiri (Effendy, 2003 :

149).

Sementara dalam jurnalistik Indonesia (Sumadiria, 2005 : 32-35)

menunjukkan empat fungsi dari pers, yaitu :

(25)

2.

Fungsi Edukasi, informasi yang disebarluaskan pers hendaknya dalam

kerangka mendidik. Dalam istilah sekarang pers harus mampu dan mau

memerankan dirinya sebagai guru pers.

3.

Fungsi hiburan, pers harus mampu memerankan dirinya sebagai wahana

hiburan yang menyenangkan sekaligus menyehatkan bagi semua lapisan

masyarakat.

4.

Fungsi kontrol sosial atau koreksi, pers mengemban fungsi sebagai pengawas

pemerintah dan masyarakat. Pers akan senantiasa merugikan pihak lain,

menempatkan sumber berita yang satu lebih menonjol dari pada sumber yang

lain, ataupun secara nyata atau tidak melakukan pemihakkan kepada golongan

tertentu. Artinya ideologi wartawan dan media yang bersangkutan yang secara

strategis menghasilkan berita-berita seperti itu. Disini dapat dikatakan bahwa

media merupakan inti instrumen ideologi yang tidak dipandang sebagai zona

netral dimana berbagai kelompok dan kepentingan ditampung, tetapi media

lebih sebagai subyek yang mengkonstruksi realitas atas penafsiran wartawan

atau media sendiri untuk disebarkan kepada khalayak (Eriyanto, 2005 : 92).

(26)

laporkan. Respon tersebut bisa berbuah positif dan negatif sesuai berita yang

dilaporkan. Tugas wartawan yang menyeleksi pemberitaan tersebut dan

sampai dibaca oleh publik. Terutama Media Cetak, karena media cetak lebih

jelas penulisannya dan visualnya, karena surat kabar merupakan alat media

massa yang mudah diterima oleh publik dikarenakan bisa dibaca dimanapun

dan diingat oleh publik.

Lain halnya dengan media elektronik. Publik hanya bisa melihat dari

laporan yang berupa audio visual dan hanya bisa didengar. Dengan kondisi

seperti tersebut publik kadang kala tidak tahu bahkan lupa dengan berita yang

dilaporkan. Dengan keadaan seperti itu lah surat kabar sebagai kontrol sosial.

2.1.3 Berita Sebagai Hasil Konstruksi Realitas

(27)

yang terkandung didalamnya sudah mengalami penyaringan dari media itu

sendiri.

Peristiwa-peristiwa yang dijadikan berita oleh media massa tertentu

melalui proses penyeleksian terlebih dahulu, hanya peristiwa yang memenuhi

kriteria kelayakan informasi yang akan diangkut oleh media massa kemudian

ditampilkan kepada khalayak (Eriyanto, 2004 : 26).

Setelah proses penyeleksian tersebut, maka peristiwa itu akan

dibingkai sedemikian rupa oleh wartawan. Pembingkaian yang dilakukan oleh

wartawan tentunya melalui proses konstruksi. Proses konstruksi atau suatu

realitas ini dapat berupa penonjolan dan penekanan pada aspek tertentu atau

dapat juga berita tersebut ada bagian yang dihilangkan, luput, atau bahkan

disembunyikan dalam pemberitaan (Eriyanto, 2004 : 3).

(28)

ini merupakan bagian integral dan tidak terpisahkan dalam membentuk dan

mengkonstruksi suatu realitas. Media menjadi tempat pertarungan ideologi

antara kelompok-kelompok yang ada dimasyarakat.

Wartawan adalah profesi yang dituntut untuk mengungkapkan

kebenaran dan menginformasikan kepada publik seluas mungkin tentang

temuan dari fakta-fakta yang berhasil diketahuinya tanpa rekayasa dan tanpa

tujuan subyektif tertentu, semata-mata demi pembangunan kehidupan dan

peradaban kemanusiaan yang lebih baik. Wartawan dari masing-masing media

bisa jadi mempunyai pandangan dan konsepsi yang berbeda ketika melihat

suatu realitas, dan hal itu dapat dilihat dari bagaimana para pekerja media ini

mengkonstruksikan peristiwa tersebut, yang diwujudkan dalam bentuk teks

media. Dari anggapan itulah, maka sangat potensial terjadi peristiwa yang

sama dikonstruksi berbeda antara media yang satu dengan media yang

lainnya.

Meski demikian media massa tetap memiliki karakteristik, yaitu :

a.

Bersifat melembaga

(29)

b.

Bersifat satu arah

Komunikasi yang dilakukan kurang memungkinkan terjadinya dialog antara

pengirim dan penerima. Jika terjadi feedback, biasanya memerlukan waktu dan

tertunda.

c.

Meluas dan serempak

Dapat mengatasi rintangan waktu dan jarak, karena ia memiliki kecepatan.

Bergerak secara simultan, dimana informasi yang disampaikan diterima oleh

banyak orang pada saat yang sama.

d.

Memakai peralatan teknis atau mekanis

Media yang digunakan untuk menyampaikan informasi seperti radio, televisi,

surat kabar dan semacamnya.

e.

Bersifat terbuka

Pesannya dapat diterima oleh siapa saja dan dimana saja tanpa mengenal usia,

jenis, dan suku bangsa (Cangara, 2000:134).

(30)

mendefinisikan realitas. Lewat berbagai rangkaian pemilihan berita yang

dimilikinya, media ikut membentuk realitas yang tersaji dalam pemberitaan.

Karena itulah, fakta yang terkandung didalamnya sudah mengalami penyaringan

dari media itu sendiri.

2.1.4 Ideologi Media

Ideologi diartikan sebagai kerangka berpikir yang dipakai oleh

individu untuk melihat realitas dan bagaimana mereka menghadapinya. Ia

berhubungan dengan konsepsi atau posisi seseorang dalam menafsirkan

realitas (Sudibyo, 2001:12).

Konsep ideologi dalam sebuah institusi media massa ikut berpengaruh

dalam menentukan arah pemberitaan yang akan disampaikan kepada

pembaca. Hal ini disebabkan karena teks, percakapan dan lainnya adalah

bentuk dari praktek ideologi atau pencerminan dari ideologi tertentu

(Eriyanto, 2004 : 13).

(31)

dalam menampilkan kekuatan dan kelompok dalam masyarakat secara apa

adanya, tetapi kelompok dan ideologi yang dominan dalam media itulah yang

akan ditampilkan dalam berita-beritanya (Eriyanto, 2004 : 90).

Konsep ideologi bisa membantu menjelaskan mengapa wartawan

memilih fakta tertentu untuk ditonjolkan daripada fakta yang lain, walaupun

hal itu merugikan pihak lain, menempatkan sumber berita yang satu lebih

menonjol daripada sumber yang lain, ataupun secara nyata atau tidak

melakukan pemihakan kepada pihak tertentu. Artinya ideologi wartawan dan

media yang bersangkutanlah yang secara strategis menghasilkan berita-berita

seperti itu. Dalam hal ini dapat dikatakan media merupakan inti instrument

ideologi yang tidak dipandang sebagai zona netral yaitu sebagai kelompok dan

kepentingan ditampung, tetapi media lebih sebagai subyek yang

mengkonsumsi realitas atas penafsiran wartawan atau media sendiri untuk

disebarkan kepada khalayak (Eriyanto, 2004 : 92).

(32)

Kecenderungan atau perbedaan setiap media dalam memproduksi

informasi kepada khalayak dapat diketahui dari pelapisan-pelapisan yang

melingkupi institusi media. Pamela Shoemaker dan Stephen D. Reese,

membuat model “Hierarchy of Influence” yang menjelaskan hal ini :

1.

Pengaruh

individu-individu

pekerja

media.

Diantaranya

adalah

karakteristik pekerja komunikasi, latar belakang personal dan professional

2.

Pengaruh rutinitas media. Apa yang dihasilkan oleh media massa

dipengaruhi oleh kegiatan seleksi-seleksi yang dilakukan oleh komunikator,

termasuk tenggat (deadline) dan rintangan waktu yang lain, keterbatasan

tempat (space), struktur piramida terbalik dalam penulisan berita dan

kepercayaan reporter pada sumber-sumber resmi dalam berita yang

dihasilkan.

3.

Pengaruh organisasional. Salah satu tujuan yang penting dari media adalah

mencari keuntungan materiil. Tujuan-tujuan dari media akan berpengaruh

pada sisi yang dihasilkan.

4.

Pengaruh dari luar organisasi media. Pengaruh ini meliputi lobi dari

kelompok kepentingan terhadap isi media, pseudoevent dari praktisi public

relations dan pemerintahan yang membuat peraturan-peraturan di bidang pers.

(33)

mekanisme simbolik yang menyediakan kekuatan koherensif yang

mempersatukan di dalam masyarakat (Shoemaker, Rees, 1991).

Media selalu mempunyai kecenderungan untuk menampilkan tokoh

dua sisi, untuk dipertentangkan diantara kedua teks berita, kalau dibedah dari

sudut narasinya terdapat dua sisi yang saling bertolak belakang (oposisi).

Dalam peliputan selalu ditekankan bahwa liputan yang baik adalah liputan dua

sisi. Ketika ada peristiwa dicari komentar dari dua orang yang kontras, yang

saling bertolak belakang. Ini bukan untuk menunjukkan bahwa dua pendapat

tersebut sama-sama benarnya, tetapi untuk menekankan liputan yang bersifat

dua sisi tersebut (Eriyanto, 2002 : 131).

Setiap Media massa mempunyai ideologi yang tercermin dari visi dan

misi yang ada . Visi dan Misi tersebut pada akhirnya akan terlihat dari produk

jurnalistik yang dihasilkan. Kompas dan Jawa Pos sebagai media massa juga

mempunyai ideologinya masing-masing. Kompas sebagai media massa yang

memiliki ideologi Nasionalis, sedangkan Jawa Pos sebagai media massa yang

memiliki ideologi menyajikan surat kabar yang menginformasikan berita

kepada khalayak paling baru.

(34)

Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa Ideologi yang berbeda akan

mengarahkan masing-masing media massa pada bingkai berita yang berbeda

pula, karena berita yang dihasilkan merupakan hasil dari subjektivitas –

subjektivitas masing – masing redaksi. Ideologi mengkonstruksi subjektivitas

redaksi di dalam melakukan framing sebuah berita.

Peneliti mengemukakan bahwa setiap media massa memliki ideologi

media. Setiap media berbeda visi dan misi, karakter pemberitaan meliputi teks

dan foto. Dan wartawan memilih fakta tertentu untuk ditonjolkan daripada

fakta yang lain, walaupun hal itu merugikan pihak lain, menempatkan sumber

berita yang satu lebih menonjol daripada sumber yang lain, ataupun secara

nyata atau tidak melakukan pemihakan kepada pihak tertentu.

2.1.5 Analisis Framing

(35)

Framing adalah metode untuk melihat bagaimana media membingkai

realitas dan berita yang sama diberitakan secara berbeda oleh media massa.

Hal itu tergantung pada wartawan dalam melihat atau menafsirkan sebuah

peristiwa. Pada analisis framing yang kita lihat adalah bagaimana cara media

memakai, memahami dan membingkai sebuah kasus atau peristiwa yang ada

dalam berita. Maka jelas adanya framing secara sederhana dapat digambarkan

sebagai suatu analisis untuk mengetahui bagaimana realitas (peristiwa, aktor,

kelompok atau apa sajalah) dibingkai oleh media (Eriyanto, 2004 : 3).

Dalam ranah studi komunikasi analisis framing mewakili tradisi yang

mengedepankan pendekatan multidisipliner untuk menganalisa fenomena agar

dapat membeda-bedakan cara atau ideologi media saat mengkonstruksikan

fakta. Karena konsep framing selalu berkaitan erat dengan proses seleksi isu

dan bagaimana menonjolkan aspek dari isu atau realitas tersebut dalam berita.

Disini framing dipandang sebagai penempatan informasi dalam konteks yang

khas sehingga isu tertentu tersebut mendapatkan alokasi yang besar daripada

isu-isu yang lain.

(36)

Secara umum ada dua frame, yaitu frame media dan frame individual.

Perbedaan antara frame media dan individual ini dapat dilihat dari esensi

framing itu sendiri. Frame tersebut secara umum memang terdiri dari struktur

internal (bagaimana seseorang mempunyai skema tertentu atas realitas dan

dapat kita kategorikan sebagai frame individual) dan perangkat yang melekat

dalam wacana yang dapat kita kategorisasikan sebagai frame media (Eriyanto,

2004 : 290).

Menurut Tuchman yaitu "berita adalah jendela dunia" yang

menjelaskan bahwa dengan berita kita dapat mengetahui keadaan, kondisi,

kehidupan bahkan kegiatan di belahan dunia lain yang jauh berbeda dari

tempat tinggal kita. Namun apa yang kita lihat, kita ketahui, dan kita rasakan

mengenai dunia tergantung pada jendela (frame/bingkai) yang kita pakai.

Apakah jendela tersebut besar atau kecil, berjeruji atau tidak, memungkinkan

kita melihat secara bebas keluar atau terhalang dan sebagainya. Dalam berita,

jendela itu yang kita sebut sebagai frame (Eriyanto, 2004:4).

(37)

isu tertentu tersebut mendapatkan alokasi yang besar daripada isu-isu yang

lain.

2.1.6 Proses Framing

(38)

Perangkat

dalam

framing

yang

peneliti

gunakan

dalam

memframingkan berita tentang Pembekuan PSSI Oleh Pemerintah, peneliti

memilih memakai perangkat framing Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki,

karena terdapat empat perangkat framing. Pertama, struktur sintaksis yaitu

bagaimana wartawan menyusun peristiwa, opini kedalam bentuk susunan

berita. Kedua, struktur skrip yaitu berhubungan dengan bagaimana wartawan

menceritakan peristiwa ke dalam bentuk berita. Ketiga, struktur tematik yaitu

bagaimana wartawan mengungkapkan pandangan atas peristiwa ke dalam

proposisi dan kalimat. Keempat, struktur retoris yaitu bagaimana wartawan

menekankan arti tertentu ke dalam berita (Eriyanto, 2001 : 254-256). Alasan

peneliti menggunakan perangkat framing model Zhongdang Pan dan Gerald

M. Kosicki, mengutip dari Jisuk Woo, ada tiga kategori besar elemen framing,

yaitu :

1.

Level Makrostruktural, dimana pada level ini dapat kita lihat sebagai

pembingkaian dalam tingkat wacana.

2.

Level Mikrostruktural, dimana pada level ini elemennya memusatkan

perhatian pada bagian atau sisi mana dari peristiwa tersebut yang ditonjolkan

dan bagian atau sisi mana yang dilupakan atau dikecilkan.

(39)
[image:39.612.115.534.213.528.2]

Berdasarkan ketiga kategori tersebut maka model-model framing yang ada

dapat digambarkan dalam tabel berikut :

Tabel 2.1 Kategori Model Framing

Model

Makrostuktural

Mikrostruktural

Retoris

Murray

Edelman

V

V

Robert N.

Entman

V

V

William

Gamson

V

V

V

Zhongdang

Pan dan

Gerald M.

Kosicki

V

V

V

Sumber : Eriyanto, 2002, “Analisis Framing, LKIS, Yogyakarta hal : 228

(40)

dan Gerald M. Kosicki lebih tepat digunakan dengan berita-berita obyek

peneliti, sebab tidak semua berita memiliki pembanding.

Peneliti mengemukakan bahwa Proses Framing merupakan bagian dari

integral dari proses redaksional media massa dan menempatkan wartawan

pada posisi strategis, proses produksi berita dimana terlibat unsur-unsur

redaksional, reporter, redaktur dan lainnya. Dan Porses Framing juga dapat

membantu masyarakat untuk menjelaskan makna dibalik suatu isu atau

peristiwa yang dibingkai oleh sebuah berita.

2.1.7 Konsep Analisis Framing Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki

(41)

sebagai suatu penempatan elemen tertentu dari suatu isu dengan penempatan

lebih menonjol dalam kognisis seseorang. Elemen-elemen yang diseleksi dari

suatu isu atau peristiwa tersebut menjadi lebih penting dalam mempengaruhi

pertimbangan dalam membuat keputusan tentang suatu realitas. Kedua,

konsepsi sosiologis, pandangan sosiologis lebih lanjut melihat pada

bagaimana konstruksi sosial atas realitas. Frame disini dipahami sebagai

proses bagaimana seseorang mengklarifikasikan, mengorganisasikan, dan

menafsirkan pengalaman sosialnya untuk mengerti dirinya dan realitas diluar

dirinya. Dalam hal ini berfungsi membuat suatu realitas menjadi

teridentifikasi, dipahami dan dapat dimengerti karena sudah dilabeli dengan

label tertentu (Eriyanto, 2002:252).

Model

Zhongdang

Pan

dan

Gerald

M.

Kosicki

(42)

dari perangkat tanda yang dimunculkan dalam teks. Dalam pendekatan ini

framing dapat dibagi kedalam empat struktur besar, yaitu :

a.

Struktur Sintaksis

Adalah susunan kata atau frase dalam kalimat, hal ini berhubungan

dengan bagaimana wartawan menyusun peristiwa, pernyataan, opini, kutipan,

pengamatan atas peristiwa ke dalam bentuk susunan kisah berita (Sobur,

2001:175). Bentuk sintaksis yang paling popular adalah struktur piramida

terbalik, dimana bagian yang diatas lebih penting dibandingkan bagian yang

dibawahnya. Dengan demikian, struktur sintaksis ini dapat diamati dari

bagan/skema berita, antara lain :

-

Headline/Judul Berita

Merupakan aspek sintaksis dari wacana berita dengan tingkat

kemenonjolan yang tinggi menunjukkan kecenderungan berita dan digunakan

untuk menunjukkan bagaimana wartawan mengkonstruksi suatu isu dan

peristiwa (Eriyanto, 2004 : 257-258).

(43)

halaman. Dalam judul berita tiak diizinkan mencantumkan sesuatu yang

bersifat pendapat atau opini (Sobur, 2002:76)

-

Lead/Teras Berita

Umumnya sebagai pengantar ringkasan apa yang ingin dikatakan

sebelum masuk ke dalam isi berita secara lengkap (Eriyanto, 2001 : 232).

Lead adalah intisari berita yang memiliki tiga fungsi, yakni : menjawab rumus

5W+H (who, what, when, where, why, how), menekankan news feature of the

story dengan menempatkan pada posisi awal, dan memberikan identifikasi

cepat tentang orang, tempat dan kejadian yang dibutuhkan cepat bagi

pemahaman berita tersebut (Sobur, 2002 : 77).

-

Informasi

(44)

-

Kutipan Sumber Berita

(45)

b.

Struktur Skr ip

Berhubungan dengan bagaimana wartawan mengisahkan atau

menceritakan peristiwa ke dalam bentuk berita. Struktur ini melihat

bagaimana strategi bercerita atau bertutur yang dipakai wartawan dalam

mengemas peristiwa. Hal ini dikarenakan pertama, banyak laporan berita yang

berusaha menunjukkan hubungan, peristiwa yang ditulis merupakan

kelanjutan dari peristiwa sebelumnya. Kedua, berita umumnya mempunyai

orientasi menghubungkan teks yang ditulis dengan lingkungan komunal

pembacanya (Eriyanto, 2006 : 260).

Bentuk umum dari skrip ini adalah pola 5W+1H, antara lain :

-

Who

: Siapa yang terlibat dalam peristiwa?

-

What : Apa yang terjadi?

-

Where : Dimana peristiwa itu terjadi?

-

When : Kapan peristiwa itu terjadi?

-

Why

: Mengapa (apa yang menyebabkan) peristiwa itu terjadi?

-

How : Bagaimana peristiwa itu terjadi?

(46)

untuk dilaporkan. Unsur kelengkapan berita ini dapat menjadi penanda

framing yang penting (Eriyanto, 2006 : 260-261)

c.

Struktur Tematik

Berhubungan

dengan

bagaimana

wartawan

mengungkapkan

pandangannya atas peristiwa ke dalam proposisi keseluruhan (Eriyanto,

2004:255). Struktur tematik berhubungan dengan bagaimana fakta itu ditulis,

bagaimana menempatkan dan menulis sumber ke dalam teks berita secara

keseluruhan. Ada beberapa elemen dapat diamati dari perangkat tematik ini,

antara lain adalah :

-

Detail

(47)

-

Koherensi

Pertalian atau jalinan antar kata, proposisi atau kalimat yang

menggambarkan fakta yang berbeda dapat dihubungkan dengan menggunakan

koherensi. Ada beberapa macam koherensi yaitu pertama, koherensi

sebab-akibat adalah proposisi atau kalimat satu dipandang sebab-akibat atau sebab dari

proposisi lain. Kedua, koherensi penjelas adalah proposisi atau kalimat satu

dilihat sebagai penjelas proposisi atau kalimat lain. Ketiga, koherensi

pembeda adalah proposisi atau kalimat satu dipandang kebalikan atau lawan

dari proposisi atau kalimat lain (Eriyanto, 2001 : 263).

-

Bentuk Kalimat

Bentuk kalimat ini berhubungan dengan cara berpikir yang logis, yaitu

kausalitas. Logika kausalitas ini jika diterjemahkan ke dalam bahasa menjadi

susunan subyek (yang menerangkan) dan predikat (yang diterangkan). Bentuk

kalimat bukan hanya persoalan teknis kebenaran tata bahasa, tetapi

menentukan makna yang dibentuk oleh susunan kalimat (Sobur, 2001 : 81).

-

Kata Ganti

(48)

Kata ganti merupakan alat yang dipakai oleh komunikator untuk menunjukan

dimana posisi seseorang dalam suatu wacana (Sobur, 2001 : 81-82).

d.

Struktur Retoris

Struktur retoris dari wacana berita menggambarkan pilihan gaya atau

kata yang dipilih oleh wartawan untuk menekankan arti yang ingin

ditonjolkan oleh wartawan. Struktur ini mempunyai fungsi persuasif, dan

berhubungan erat dengan bagaimana pesan itu ingin disampaikan kepada

khalayak (Sobur, 2001 : 84). Struktur ini berhubungan erat dengan bagaimana

wartawan menekankan arti tertentu kedalam bentuk berita. Wartawan

menggunakan perangkat retoris untuk membuat citra, meningkatkan

gambaran yang diinginkan dari suatu berita. Struktur retoris juga

menunjukkan kecenderungan bahwa apa yang disampaikan oleh wartawan

merupakan suatu kebenaran (Eriyanto, 2004 : 264). Struktur retoris terdiri dari

beberapa elemen, diantaranya yaitu :

-

Leksikon

(49)

-

Grafis

Biasanya muncul lewat bagian tulisan yang dibuat lain dibandingkan

tulisan lain. Pemakaian huruf tebal, huruf miring, pemakaian garis bawah,

huruf yang dibuat dengan ukuran yang lebih besar. Termasuk di dalamnya

adalah pemakaian caption, raster, grafik gambar, dan tabel untuk mendukung

arti penting suatu pesan. Bagian-bagian yang ditonjolkan ini menekankan

kepada khalayak pentingnya bagian tersebut, ia menginginkan khalayak

menaruh perhatian lebih pada bagian tersebut. Elemen grafis itu juga muncul

dalam bentuk foto, gambar, dan tabel untuk mendukung gagasan atau untuk

bagian lain yang tidak ingin ditonjolkan (Eriyanto, 2001 : 258).

-

Metafora

Merupakan suatu kiasan, ungkapan yang dimaksudkan sebagai

ornament atau bumbu dari suatu teks. Pemakaian metafora tertentu dapat

menjadi petunjuk utama untuk mengerti makna suatu teks. Metafora tertentu

dipakai oleh komunikator secara strategis sebagai landasan berfikir, alasan

pembenaran atas suatu pendapat atau gagasan tertentu kepada publik

(Eriyanto, 2001 : 259).

-

Pengandaian (Presupposition)

(50)

digunakan untuk mendukung makna suatu teks. Pengandaian hadir dengan

memberi pernyataan yang dipandang dapat dipercaya dan tidak perlu untuk

dipertanyakan masalahnya (Sobur, 2001:79)

Tabel 2.2

KERANGKA FRAMING ZHONGDANG PAN DAN GERALD M.KOSICKI

STRUKTUR UNIT YANG DIAM ATI

SINTAKSIS

Cara w art aw an

menyusun fakt a

Headline, lead, lat ar

informasi, kut ipan

sumber, pernyat aan,

penut up

SKRIP

Cara w art aw an

mengisahkan fakt a

5W+1H

TEM ATIK

Cara w art aw an

menulis fakt a

Paragraph, proposisi,

kalimat , hubungan

ant ar kalimat

RETORIS

Cara w art aw an

menekankan fakt a

Kat a, idiom,

gambar/ fot o, graf ik

(Sumber : Eriyanto, 2004 : 256)

PERANGKAT FRAM ING

1. Skema berit a

2. Kelengkapan berit a

3. Det ail

4. Koherensi

5. Bent uk kalimat

6. Kat a gant i

7. Leksikon

8. Grafis

[image:50.612.157.494.257.680.2]
(51)

2.1.8 Pemberitaan tentang Pembekuan PSSI Oleh Pemerintah

Menteri Pemuda dan Olahraga Andi Mallarangeng didampingi Ketua

Umum Komite Olah Raga Nasional / Komite Olimpiade Indonesia Rita

Subowo manyampaikan kepada wartawan di Kemenpora, Jakarta Selatan,

Senin (28/3). Bahwa Pemerintah tidak mengakui kepemimpinan Nurdin Halid

dan sekretaris Jendral Nugraha Besoes. Semua fasilitas Negara yang

digunakan para pejabat struktural PSSI dibawah kepemimpinan Nurdin Halid

di cabut. Pengurus PSSI di bawah kepemimpinan Nurdin Halid

mengkosongkan kantor PSSI yang berada di kompleks Stadion Gelora Bung

Karno, Senayan.

(52)

Acara Konferensi pers di Kemenpora, Jakarta selatan. Menpora

menyatakan Nurdin Halid dan kepengurusannya sudah tidak diakui oleh

Pemerintah. Hal ini lebih ditanggapi dengan sangat antusias oleh masyarakat

luas. Hampir semua media cetak terutama surat kabar harian memuat berita

Pembekuan PSSI Oleh Pemerintah, bahkan menjadi headline beberapa surat

kabar, tak terkecuali harian Kompas dan Jawa Pos. Semua media

berlomba-lomba untuk menyajikan berita yang terbaik dan menarik mengenai

Pembekuan PSSI Oleh Pemerintah, karena ketegasan dari pemerintah ini

menjadi suguhan yang bernilai berita tinggi dalam dunia pers. Dan berita ini

yang dinanti oleh masyarakat Indonesia.

2.2

Kerangka Ber fikir

(53)

Pekerjaan sebuah media pada dasarnya adalah sebuah pekerjaan yang

berhubungan dengan pembentukan realitas. Pada dasarnya realitas bukan

sesuatu yang telah tersedia, yang tinggal ambil oleh seorang wartawan.

Sebaliknya semua pekerja jurnalis pada dasarnya adalah agen, bagaimana

peristiwa yang acak, kompleks disusun sedemikian rupa sehingga membentuk

suatu berita. Wartawanlah yang mengurutkan, membuat teratur, menjadi

mudah dipahami, dengan memilih aktor-aktor yang diwawancarai, sehingga

membentuk suatu cerita yang dibaca oleh khalayak. Dalam hal ini surat kabar

harian Kompas dan Jawa Pos edisi 29, 30, dan 31 Maret 2011 mengemas

pemberitaan

tentang Pembekuan PSSI oleh Pemerintah.

Berita tidak mencerminkan realitas sosial yang direkamnya, bahkan

bisa memberikan realitas yang berbeda dengan realitas sosialnya. Seperti pada

kedua surat kabar tersebut, masing-masing memiliki sudut pandang

pemberitaan yang berbeda dalam pemberitaan kasus tersebut. Demikian

halnya dengan pemberitaan tentang Pembekuan PSSI Oleh Pemerintah di

surat kabar Kompas dan Jawa Pos akan memiliki sudut pandang yang berbeda

dalam pemberitaanya masing-masing mengenai realitas yang sama.

(54)

Analisis Framing Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki

Hasil

Pembingkaian Kompas dan Jawa Pos

yang dihubungkan dengan elemen yang berbeda dalam teks berita (seperti

kutipan sumber, latar informasi, pemakaian kata atau kalimat tertentu)

kadalam teks secara keseluruhan.

[image:54.612.117.565.431.734.2]

Model analisis framing ini terbagi menjadi empat struktur yaitu

sintaksis, skrip, tematik dan retoris. Sehingga dengan menggunakan perangkat

framing milik Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki, berita tentang

Pembekuan PSSI Oleh Pemerintah dapat terlihat adanya konstruksi realitas.

Adapun diagram kerangka berpikir yang digunakan dalam penelitian ini

sebagai berikut :

Gambar 2.3

Kerangka Berfikir Penelitian

Pembekuan

PSSI Oleh

Pemerintah

Berita Kompas

dan Jawa Pos

Pemerintah Tak Akui Nurdin

SBY – Menpora Tak Akui Nurdin Cs

Ketua Baru PSSI Dipilih 29 April di Surabaya

Nurdin Cs Keluar dari Kantor PSSI

PSSI Menolak Kosongkan Kantor

(55)

3.1 Metode Penelitian

Dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, karena peneliti

berlandaskan pada paradigma konstruktiv. Tujuan penelitian ini adalah untuk

membuat dekriptif dan gambaran, tentang peristiwa yang terjadi. Selain itu

mencoba untuk menangkap perspektif pemberitaan dalam kaitannya dengan

bagaimana pemberitaan itu memperlihatkan orientasi sebuah media dengan cara

tertentu dalam memperlakukan suatu realitas atau fakta. Peneliti menggunakan

interpretasi subjektif dari peneliti sendiri tanpa mengabaikan data-data yang ada,

yaitu berita yang dimuat dalam surat kabar harian Kompas dan Jawa Pos tentang

putusan Pembekuan PSSI oleh Pemerintah.

Penggunaan pendekatan kualitatif salah satu sebabnya karena metode ini

lebih peka dan dapat menyesuaikan terhadap pola-pola nilai yang dihadapi, data

yang dikumpulkan berupa kata-kata dan gambar yang kemudian peneliti memilih

data tersebut (Moleong, 1990:6). Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian

ini adalah tipe penelitian deskriptif kualitatif. Tipe penelitian deskriptif kualitatif

adalah suatu penelitian yang memberikan gambaran atau uraian atas suatu

keadaan sejernih mungkin tanpa ada perlakuan terhadap objek yang diteliti

(56)

Peneliti ini menggunakan metode analisis framing model Zhongdang Pan

dan Gerald M. Kosicki. Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki melihat framing

sebagai cara untuk mengetahui bagaimana suatu media mengemas berita dan

mengkonstruksi realitas melalui pemakaian strategis kata, kalimat, lead, hubungan

antarkalimat, foto, grafik, dan perangkat lain untuk membantu dirinya

mengungkapkan pemaknaan mereka sehingga dapat dipahami oleh pembaca.

Bahwa setiap berita mempunyai frame yang berfungsi sebagai pusat organisasi

ide. Frame ini adalah suatu ide yang dihubungkan dengan elemen yang berbeda

dalam teks berita (kutipan sumber, latar informasi, pemakaian kata atau kalimat

tertentu) ke dalam teks secara keseluruhan. Frame berhubungan dengan makna.

Bagaimana seseorang memaknai suatu peristiwa dapat dilihat dari perangkat tanda

yang dimunculkan dalam teks (Eriyanto, 2004:254-255).

Model ini mengoperasionalisasikan empat dimensi structural teks berita

sebagai perangkat framing: sintaksis, skrip, tematik, retoris. Keempat dimensi

struktural ini membentuk semacam tema yang mempertautkan elemen-elemen

semantic narasi berita dalam suatu koherensi global. Dalam pendekatan ini

framing dibagi kedalam empat struktur besar, yaitu :

a. Struktur Sintaksis

Berhubungan dengan bagaimana media menyusun berita mengenai putusan

Pembekuan PSSI Oleh Pemerintah. Struktur ini bisa diamati dari bagan/skema

berita, antara lain : headline, lead, latar informasi, pengutipan sumber berita,

(57)

b. Struktur Skrip

Berhubungan dengan bagaimana strategi media ketika mengisahkan atau

menceritakan putusan Pembekuan PSSI Oleh Pemerintah.

c. Struktur Tematik

Berhubungan dengan bagaimana media mengungkapkan pandangannya atas

putusan Pembekuan PSSI Oleh Pmerintah ke dalam proposisi, kalimat atau

hubungan antar kalimat yang membentuk teks secara keseluruhan.

d. Struktur Retoris

Struktur ini berkaitan dengan pemilihan gaya atau kata yang oleh media untuk

menekankan yang ingin ditonjolkan oleh media dari putusan Pembekuan PSSI

Oleh Pemerintah hal ini dilakukan untuk membuat citra dan meningkatkan

gambaran yang diinginkan dari peristiwa tersebut dengan melihat

elemen-elemen dari struktur retoris seperti penggunaan leksikon, foto, metafora,

pengandaian.

Sehingga peneliti akan menjelaskan bagaimana cara media membingkai

atau mengkonstruksi berita-berita mengenai putusan Pembekuan PSSI Oleh

Pemerintah pada surat kabar harian Kompas dan Jawa Pos, yang meliputi

(58)

3.1.1 Definisi Oper asional

1. Pembekuan PSSI Oleh Pemerintah

Yang dimaksud dengan Pembekuan PSSI Oleh Pemerintah adalah

Pemerintah tidak mengakui Kepemimpinan PSSI di bawah Ketua Umum

Nurdin Halid dan Sekretaris Jendral Nugraha Besoes. Semua fasilitas milik

Negara yang digunakan para pejabat struktural di bawah kepemimpinan

Nurdin Halid di cabut, Alokasi Anggaran untuk PSSI juga di cabut dan

meninggalkan Kantor PSSI yang berada di Gelora Bung Karno. Penelitian ini

akan dianalisis dengan menggunakan perangkat framing milik Zhongdang Pan

dan Gerald M. Kosicki.

2. Berita-berita di surat kabar harian Kompas dan Jawa Pos

Suatu peristiwa yang ditulis oleh wartawan dari kedua surat kabar

harian tersebut untuk disajikan dan disebarkan kepada khalayak banyak

dengan ideologi masing-masing. Dalam penelitian ini adalah putusan

Pembekuan PSSI Oleh Pemerintah.

3.2 Subyek dan Obyek Penelitian

Subyek dalam penelitian ini adalah surat kabar harian Kompas dan Jawa

Pos edisi 29 s.d 31 Maret 2011. Sedangkan yang menjadi obyek dari penelitian ini

(59)

3.3 Unit Analisis

Unit analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah unit reference,

yaitu unit yang digunakan untuk menganalisis kalimat dan kata yang dimuat

dalam teks berita Pembekuan PSSI Oleh Pemerintah pada surat kabar harian

Kompas dan Jawa Pos edisi 29 s.d 31 Maret 2011.

Analisis teks media dengan melihat hubungan antar kalimat, foto, grafik

dan pendapat dari narasumber, untuk mengungkapkan pemaknaan terhadap

bingkai dan perspektif yang digunakan oleh media, Kompas dan Jawa Pos dalam

melihat suatu peristiwa, yaitu mengenai berita Pembekuan PSSI Oleh Pemerintah.

3.4 Kor pus

Korpus atau sampel dalam penelitian kualitatif adalah sekumpulan bahan

yang terbatas, yang ditentukan pada perkembangan oleh analisis dengan semacam

kesemenaan dan bersifat se-homogen mungkin. Sifat yang homogen ini

diperlukan untuk memberikan harapan yang beralasan bahwa unsur-unsurnya

dapat dianalisis sebagai keseluruhan (Kurniawan, 2001:70).

Korpus dalam penelitian ini adalah berita-berita tentang putusan

Pembekuan PSSI. Korpus yang akan diteliti adalah sebagai berikut :

Korpus di Kompas :

- 29 Maret 2011, " Pemerintah Tak Akui Nurdin "

(60)

- 31 Maret 2011, " PSSI Menolak Kosongkankan Kantor "

Korpus di J awa Pos:

- 29 Maret 2011, " SBY-Menpora Tak Akui Nurdin Cs "

- 30 Maret 2011, " Nurdin Cs Keluar dari Kantor PSSI "

- 31 Maret 2011, " Sekjen PSSI Dilaporkan ke Bareskrim "

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Data penelitian tentang putusan Pemebekuan PSSI Oleh Pemerintah yang

dimuat pada surat kabar Kompas dan Jawa Pos pada tanggal 29 Maret s.d 31

Maret 2011 didapat dari pengumpulan secara langsung dari medianya dengan

mengidentifikasi isi berita, yang berpedoman pada analisis framing dari

Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki. Dari data yang diperoleh sebagai hasil

dari identifikasi tersebut untuk selanjutnya dianalisis untuk mengetahui

bagaimana kedua media tersebut dalam mengemas berita putusan Pembekuan

PSSI Oleh Pemerintah.

3.6 Tek nik Analisis Data

Model analisis framing yang digunakan oleh peneliti adalah model yang

dikembangkan oleh Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki. Konsep framing ini

digunakan untuk menggambarkan proses seleksi dan menonjolkan aspek tertentu

(61)

bagaimana teks komunikasi ditampilkan dan bagian mana yang ditonjolkan atau

dianggap penting oleh pembuat teks (Eriyanto, 2004:186).

Dengan menggunakan model framing Zhondang Pan dan Gerald M.

Kosicki bisa melihat berita dikonstruksi lebih rinci dengan menggunakan empat

struktur, yaitu struktur sintaksis, struktur skrip, struktur tematik, struktur retoris.

3.7 Langkah-Langkah Analisis Fr aming

Peneliti akan menguraikan semua berita yang memuat tentang putusan

Pemebekuan PSSI Oleh Pemerintah pada surat kabar harian Kompas dan Jawa

Pos sebagai berikut :

1. Pertama, peneliti mengumpulkan semua berita yang memuat tentang putusan

Pembekuan PSSI Oleh Pemerintah pada surat kabar harian Kompas dan Jawa Pos.

Kompas tanggal 29, 30, 31, Maret, 01 April 2011 dan Jawa Pos tanggal 29, 30,

31 Maret, 01 April 2011. Kemudian peneliti menentukan korpus yang akan diteliti

yaitu pada surat kabar harian Kompas tanggal 29, 30 dan 31 Maret 2011 dan Jawa

Pos tanggal 29, 30, dan 31 Maret 2011, lalu peneliti membuat kerangka framing

(62)

2. Kedua, peneliti menganalisis semua pemberitaan tersebut dan membuat

interpretasi terhadap berita tersebut berdasarkan empat struktur besar milik

Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki, yaitu :

- Struktur Sintaksis

- Struktur Skrip

- Struktur Tematik

(63)

4. 1. Gamba ran Umum Obyek Penelitian

4. 1. 1. Pr ofil Perusahaan Kompas

Suatu hari awal tahun 1965, Letjen Ahmad Yani (1922-1965) selaku

Menteri/Panglima TNI-AD menelepon rekannya sekabinet, Drs. Frans Seda. Yani

melemparkan ide menerbitkan Koran melawan pers komunis. Frans Seda menanggapi

ide itu, membicarakannya dengan Ignatius Josef Kasimo (1900-1986) – sesama rekan

di Partai Katolik – dan dengan rekannya yang memimpin majalah intisari, Petrus

Kanisius Ojong (1920-1980) dan Jakob Oetama. Kedua nama terakhir itulah yang

kemudian mempersiapkannya. Nama Koran itu Bentara Rakyat, sebuah penegasan diri

sebagai pembela rakyat yang sebenarnya; berbeda dengan Koran-koran dibawah nama

Partai Komunis Indonesia (PKI) yang memanipulasi makna rakyat.

Menjelang terbitnya Bentara Rakyat, Frans Seda sebagai menteri Perkebunan

datang ke Istana Merdeka menemui Presiden Soekarno. Presiden bertanya nama Koran

yang akan terbit. Dijawab oleh Seda bernama Bentara Rakyat. Bung Karno menimpali,

“sebaiknya Koran itu diberi nama Kompas supaya jelas diterima sebagai penunjuk

arah”. Akhirnya dinamai Kompas. Bentara Rakyat dijadikan nama yayasan yang

(64)

halaman, dicetak 4.800 eksemplar, berdasarkan keputusan Menteri Penerangan No.

003N/SK/DPHMJSIT/1965 tertanggal 9 Juni 1965. Pelopor utama berdirinya lembaga

media ini adalah orang-orang muda yang beberapa diantaranya adalah P.K. Ojong,

Jakob Oetama, August Parengkuan, serta Indra Gunawan seperti diungkapkan diatas.

Pada bulan-bulan pertama Kompas diplesetkan sebagai Komt Pas Morgen atau

“Kompas yang datang pada keesokan harinya”, karena sering telat terbit. Oleh PKI

namanya diplesetkan sebagai “komando pastor”, sebab tokoh-tokoh pendiri dan

perintisnya berasal dari golongan Katolik. Diawaki tidak lebih dari 10 orang di bagian

redaksi dan bisnis sampai tahun 1972, kantor redaksi ada di Jl. Pintu Besar Selatan,

kemudian pindah ke Jl. Palmerah Selatan 22-26.

UU Pokok Pers Tahun 1982 dan ketentuan Surat Izin Usaha Penerbitan Pers

mewajibkan penerbit pers berbadan hukum. Oleh karena itu, sejak tahun 1982 penerbit

Kompas bukan lagi Yayasan Bentara Rakyat, tetapi PT. Kompas Media Nusantara.

Awal mula penerbitan harian yang terbit di ibukota Negara ini, berada pada

kondisi yang cukup memprihatinkan. Kantor yang ditempati berbagi dua dengan kantor

majalah Intisari yang bertempat di Jalan Pintu Besar Selatan No. 86-88 Jakarta Kota.

Sedangkan percetakannya masih menggunakan percetakan milik PN. Eka Grafika.

Satu bulan setelah mencetak penerbitannya pada PN. Eka Grafika, Kompas

beralih pada percetakan Masa Merdeka milik BM. Diah. Tampaknya Kompas

mendapat keuntungan lebih dengan mencetak penerbitannya di percetakan Masa

(65)

oplah Kompas meningkat hampir seratus persen.

Situasi dan kondisi yang tidak menentu pada masa orde lama mempengaruhi

perkembangan Kompas selanjutnya. Penghentian penerbitan beberapa surat kabar

sehubungan dengan adanya pemberontakan G30S/PKI juga menimpa Kompas.

Tepatnya tanggal 2 Oktober 1965, Kompas mendapat perintah untuk menghentikan

kegiatannya. Namun manakala kondisi sudah mulai memulih, pada akhirnya Kompas

kembali diijinkan terbit kembali pada tanggal 6 Oktober 1965.

Setelah berbagai kekacauan yang disebabkan oleh meletusnya G30S/PKI.

Kompas kemudian tidak lagi mencetak pada percetakan PN.Eka Grafika, PT. Kinta

yang merupakan percetakan terbaik saat itu menjadi pilihan Kompas untuk mencetak

harian ini. Selain pertimbangan peningkatan kualitas juga karena salah satu harian yang

mencetak di percetakan tersebut berhenti terbit karena adanya pelarangan. Beberapa

alasan pelarangan penerbitan terhadap beberapa media massa waktu itu karena afikasi

lembaga media dengan partai terlarang. Pada perkembangan selanjutnya Kompas terbit

4 halaman tiap harinya dengan oplah yang terus saja menanjak yaitu mencapai 15.000

eksemplar. Semenjak itu Kompas terus saja meningkatkan oplahnya hingga pada tahun

1972, harian ini telah memiliki percetakan sendiri yang dinamakan PT. Gramedia.

Selama pemerintahan orde baru, Kompas tercatat sekali terkena larangan terbit

pada tahun 1978 bersamaan dengan terjadinya peristiwa Malari. Namun hal ini tidak

hanya menimpa harian Kompas karena 6 terbitan lainnya juga menerima nasib yang

sama (dicabut SIUPP-nya) keenam surat kabar itu adalah surat kabar Sinar Harapan,

(66)

terbit. Harian ini semakin menampakkan perkembangan yang pesat hingga oplahnya

mencapai 300.000 eksemplar pada tahun 1982. Dan dalam perkembangan selanjutnya,

tepatnya tahun 1977, Kompas menerbitkan Tabloid Bola yang terbit setiap minggu.

Sampai pada saat ini, permodalan surat kabar Kompas dimiliki secara

bersamaan oleh Yayasan Bentara Rakyat, Yayasan Kompas Gramedia, Sejahtera, PT.

Gramedia, PT. Transito Asri Media, serta atas nama perorangan yaitu Jacob Oetama,

Frans Seda dan P. Iswantoro. Ijin terbit harian ini adalah surat keputusan Menpen No.

001/Menpen/SIUPP/A.7/1985, tertanggal 10 November 1985.

Kompas telah menjadi surat kabar terbesar di Indonesia saat

Gambar

Tabel 2.1 Kategori Model Framing
gambar/ foto, grafik
Gambar 2.3
Tabel 4. 1 : Deskripsi Halaman Surat Kabar Kompas
+7

Referensi

Dokumen terkait

Untuk menjawab permasalahan yang muncul tersebut mengenai bagaimana sebuah alat penampil informasi selain dapat menampilkan informasi dapat memiliki kesan artistik

produksi batik Kudus di Alfa Shoofa Batik Kudus ini cukup lambat, karena batik yang dihasilkan hanya diminati oleh konsumen eksklusif atau dari kalangan tertentu

Dari judul skripsi ini yang menjadi sorotan adalah aktivitas di MTs NU Miftahul Maarif Kaliwungu Kudus, yaitu mengenai pengembangan silabus pada mata

Namun sekalipun perbuatan penyalahguna narkotika bagi diri sendiri memenuhi unsur kualifikasi tindak tindak pidana yang diatur dalam pasal yang lain, sepanjang niat

Analisis Optimum Bitumen Content dan Suhu Pemadatan Pada Campuran Split Mastic Asphalt (SMA) dengan Limbah Plastik High Denstity Poly Ethylene (HDPE) Sebagai Pengganti

MODEL PEMBELAJARAN KLARIFIKASI NILAI MASYARAKAT PROGRAM PENDIDIKAN KELUARGA BAGI ORANG TUA DENGAN ANAK USIA 3-6

sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan akhir ini dengan judul “ Perencanaan Sistem Saluran Drainase Sungai Bendung Kota Palembang Provinsi Sumatera Selatan ” tepat

baik pada aspek kuantitas dan kualitasnya. Sumber daya manusia yang kuat dan berdaya saing tinggi dalam berbagai aspek akan mendukung peningkatan pembangunan di