• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORI

C. Pembelajaran Al- Qur’an Hadits di Madrasah Tsanawiyah

C. Pembelajaran Al-Qur’an Hadits di Madrasah Tsanawiyah 1. Pengertian Al-Qur’an Hadits

a. Al-Qur’an

“Al-Qur’an berasal dari bahasa Arab, dari kata qara’a yang berarti ”mengumpulkan” dan “menghimpun”, yaitu menghimpun huruf-huruf dan kata-kata satu dengan yang lain dalam suatu ucapan yang tersusun rapi”.26

Ada beberapa definisi tentang al-Qur’an yang disebutkan oleh para Ulama diantaranya adalah “Kalam Allah berbahasa Arab diturunkan kepada Rasulullah SAW yang dinilai ibadah membacanya, yang menantang untuk membuat tandingan surah terpendek darinya, diawali dengan surah al-Fatihah dan ditutup dengan surah an-Nas”.27

Allah SWT berfirman:





















Sesungguhnya atas tanggungan kamilah mengumpulkannya (di dadamu) dan (membuatmu pandai) membacanya. Apabila Kami telah selesai membacakannya Maka ikutilah bacaannya itu. (Q.S. al-Qiyamah: 17-18)



















26

Manna Khalil al Qattan, Studi Ilmu-Ilmu Qur’an, (Jakarta: PT Pustaka Litera Antar Nusa, 2004), cet 13, h. 16

27

Dan apabila dibacakan Al Quran, Maka dengarkanlah baik-baik, dan perhatikanlah dengan tenang agar kamu mendapat rahmat. (Q.S. al-A’raf: 204)

M. Quraish Shihab mengutip Dr. Shubhi Shalih dalam bukunya

Mabahits fi ‘Ulum Al-Qur’an sebagai berikut: Kalam Allah yang

mengandung mukjizat, diturunkan kepada Nabi SAW, tertulis pada mushhaf, diriwayatkan secara mutawatir dan yang dinilai ibadah dengan membacanya.28

Dari definisi di atas secara sederhana dapat dijelaskan bahwa: a. Al-Qur’an adalah firman Allah, bukan sabda Nabi, bukan perkataan

manusia dan bukan pula perkataan malaikat.

b. Al-Qur’an mengandung mukjizat seluruh kandungannya sekalipun sekecil huruf dan titiknyapun yang dapat mengalahkan lawan-lawannya.

c. Al-Qur’an diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW (tentunya melalui Malaikat Jibril) secara mutawatir (diriwayatkan banyak orang yang mustahil sepakat bohong).

d. Membaca al-Qur’an dinilai ibadah (membaca satu huruf dari al-Qur’an dibalas 10 kebaikan sebagaimana keterangan dalam hadits Nabi).

Selain nama al- Qur’an, kitab suci ini juga memperkenalkan dirinya dengan beberapa nama, antara lain sebagai berikut:

a. Al-Kitab, berarti buku atau tulisan.

b. Al-Furqan, berarti pembeda yang baik dan yang buruk. c. Al-Dzikr, berarti pengingat atau pemberi peringatan. d. At-Tanzil, berarti yang diturunkan.

Al-Qur’an sebagai wahyu tidak sama dengan hadits qudsi, yang terkadang dianggap sebagian ulama sebagai wahyu. Bedanya ialah bahwa al-Qur’an itu dari Allah, baik lafal maupun maknanya. Maka ia adalah wahyu, baik dalam lafal atau pun maknanya. Sedangkan

28

M. Quraish Shihab, Sejarah dan Ulumul Al-Qur’an (Jakarta: Pustaka Firdaus, 2000), h. 61

hadits qudsi maknanya saja yang dari Allah, sedang lafalnya dari Rasulullah s.a.w.29

Wahyu itu sendiri berasal dari kata waha yang berarti turunan dari Tuhan yang ditujukan kepada makhluknya, yang disampaikan melalui para Rasul. Di dalam al-Qur’an kata wahyu mempunyai arti antara lain:

1) Isyarat 2) Ilham 3) Bisikan 4) Pesan

Sebagian ulama membedakan antara wahyu dengan ilham. Wahyu ditujukan kepada Nabi, sedangkan ilham ditujukan kepada umat manusia secara umum. al-Qur’an sebagai wahyu Ilahi disampaikan kepada Muhammad Saw melalui proses yang disebut inzal, yaitu proses perwujudan al-Qur’an dengan cara Allah mengajarkan kepada malaikat jibril, kemudian Jibril menyampaikannya kepada Nabi Muhammad SAW.30

Wahyu diturunkan melalui beberapa proses, antara lain berupa ilham, inspirasi dalam bentuk mimpi, seperti kisah Nabi Ibrahim menerima perintah lewat mimpi untuk menyembelih putranya, Ismail.

Bentuk lahir al-Qur’an berbahasa Arab, karena itu kedudukan bahasa Arab menjadi penting. Bahasa Arab dimuliakan bukan karena ia sebagai bahasa kultural atau bahasa ilmiah, sebab dalam hal ini bahasa Persia juga memegang peranan penting, tetapi tidak sama posisinya dengan bahasa Arab.

Diturunkannya al-Qur’an secara berangsur-angsur mempunyai beberapa hikmah. Diantaranya sebagai berikut:

1. Untuk meneguhkan hati Nabi Muhammad SAW. Mengingat keras watak masyarakat yang dihadapi Nabi, dengan diturunkannya al-Qur’an secara berangsur-angsur memperkuat hati Nabi.

29

Manna Khalil al-Qattan, Op. cit, h..27

30

M. Quraish Shihab, Sejarah dan Ulum Al-Qur’an, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 2000), Cet 2, h. 18

2. Sebagai mu’jizat. Mengingat banyaknya tantangan yang dihadapi Nabi dari kaum kafir, termasuk pertanyaan-pertanyaan yang bernada memojokan, seperti tentang hal-hal gaib, Nabi merasa terbantu dengan diturunkanya ayat yang menjelaskan pertanyaan-pertanyaan tersebut.

3. Untuk memudahkan hafalan dan pemahaman al-Qur’an. Sekiranya al-Qur’an diturunkan sekaligus, sulit untuk dihafal dan dipahami isinya.

4. Untuk menerapkan hukum secara bertahap. Penghapusan beberapa tradisi masyarakat Arab secara serentak amat sulit dilakukan. Dengan proses pentahapan, lambat laun masyarakat tersebut lebih bisa menerima hukum-hukum baru dari al-Qur’an.

5. Sebagai bukti bahwa al-Qur’an adalah bukan rekayasa Nabi Muhmmad atau manusia biasa.

b. Hadits

Istilah Arab “Hadits” = baru, tidak lama, ucapan, pembicaraan, cerita. Menurut ahli Hadits “segala ucapan, perbuatan, dan keadaan Nabi Muhammad SAW atau segala berita yang bersumber dari Nabi Muhammad SAW berupa ucapan, perbuatan, takrir (peneguhan kebenaran dengan alasan), maupun deskripsi sifat-sifat Nabi Muhammad SAW. Menurut ahli Ushul Fiqh “segala perkataan, perbuatan, dan takrir Nabi Muhammad SAW yang bersangkut paut dengan hukum.31

Istilah lain untuk sebutan hadits ialah sunnah, khabar, dan atsar. Menurut sebagian ulama, cakupan sunnah lebih luas karena ia diberi pengertian segala yang dinukilkan dari Nabi Muhammad SAW, baik berupa perkataan, perbuatan, takrir, maupun pengajaran, sifat, kelakuan, perjalanan hidup, dan baik itu terjadi sebelum masa kerasulan maupun sesudahnya. Selain itu titik berat penekanan sunah adalah kebiasaan normatif Nabi Muhammad SAW.

31

2. Perbedaan Hadits Qudsi dan Hadits Nabawi

Secara umum perbedaan antara hadits qudsi dan hadits nabawi adalah sebagai berikut:

a. Pada hadits nabawi Rasul SAW menjadi sandaran sumber pemberitaan, sedang pada hadits qudsi beliau menyandarkannya kepada Allah SWT. Pada hadits qudsi, Nabi memberitakan apa yang disandarkan kepada Allah SWT dengan menggunakan redaksinya sendiri.

b. Pada hadits qudsi Nabi hanya memberitakan perkataan atau qawli sedang pada hadits nabawi pemberitaannya meliputi perkataan (qawli), perbuatan (fi’li), dan persetujuan (taqriri).

c. Hadits nabawi merupakan penjelasan dari kandungan wahyu, baik secara langsung ataupun tidak langsung. Maksud wahyu yang tidak secara langsung, Nabi berijtihad terlebih dahulu dalam menjawab suatu masalah. Jawaban itu terkadang sesuai dengan wahyu dan adakalanya tidak sesuai dengan wahyu. Jika tidak sesuai dengan wahyu, maka datanglah wahyu untuk meluruskannya. Hadits qudsi wahyu langsung dari Allah SWT.

d. Hadits nabawi lafal dan maknanya dari Nabi menurut sebagian pendapat, sedang hadits qudsi maknanya dari Allah redaksinya disusun oleh Nabi.

e. Hadits qudsi selalu menggunakan ungkapan orang pertama (dhamir mutakallim) : Aku (Allah) … Hai hamba-Ku … sedang hadits nabawi tidak menggunakan ungkapan tersebut.

3. Tujuan dan Fungsi Pembelajaran Bidang Studi Al-Qur’an Hadits di Madrasah Tsanawiyah

Mata pelajaran al-Qur’an dan Hadits merupakan unsur mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) pada Madrasah yang memberikan pendidikan kepada peserta didik untuk memahami dan mencintai al-Qur’an dan Hadits sebagai sumber ajaran Islam dan mengamalkan isi kandungannya dalam kehidupan sehari-hari.

a. Tujuan

Mata pelajaran al-Qur’an hadits bertujuan untuk:

1) Meningkatkan kecintaan peserta didik terhadap al-Qur’an dan hadits

2) Membekali peserta didik dengan dalil-dalil yang terdapat dalam al-Qur’an dan hadis sebagai pedoman dalam menyikapi dan menghadapi kehidupan

3) Meningkatkan pemahaman dan pengamalan isi kandungan al-Qur’an dan hadis yang dilandasi oleh dasar-dasar keilmuan tentang al-Qur’an dan hadis.

b. Ruang Lingkup Al-Qur’an Hadits

1) Masalah dasar-dasar ilmu al-Qur’an dan al-Hadits, meliputi: a) Pengertian al-Qur’an menurut para ahli, pengertian Hadits,

sunnah, khabar, atsar dan hadits qudsi.

b) Bukti keotentikan al-Qur’an ditinjau dari segi keunikan redaksinya, kemukjizatannya, dan sejarahnya.

c) Isi pokok ajaran al-Qur’an dan pemahaman kandungan ayat -ayat yang terkait dengan isi pokok ajaran al-Qur’an.

d) Fungsi al-Qur’an dalam kehidupan e) Fungsi hadits terhadap al-Qur’an

f) Pengenalan kitab-kitab yang berhubungan dengan cara-cara mencari surat dan ayat dalam al-Qur’an

g) Pembagian hadis dari segi kuantitas dan kualitasnya

2) Tema-tema yang ditinjau dari perspektif al-Qur’an dan al-Hadits, yaitu:

a) Manusia dan tugasnya sebagai khalifah di bumi b) Demokrasi

c) Keikhlasan dalam beribadah

d) Nikmat Allah dan cara mensyukurinya

e) Perintah menjaga kelestarian lingkungan hidup

g) Berkopentensi dalam kebaikan h) Amar ma’ruf nahi munkar i) Ujian dan cobaan manusia

j) Tanggung jawab manusia terhadap keluarga dan masyarakat k) Berlaku adil dan jujur

l) Toleransi dan etika pergaulan m)Etos kerja

n) Makanan yang halal dan baik

o) Ilmu pengetahuan dan teknologi (disalin dari lampiran peraturan Menteri Agama RI Nomor 2 tahun 2008 tentang Standar Kompetensi Lulusan dan Standar Isi Pendidikan Agama Islam dan Bahasa Arab di Madrasah)

c. Indikator Prestasi Belajar Al-Qur’an Hadits di MTs

1) Menjelaskan pengertian al-Qur’an menurut para ahli, pengertian Hadits, sunnah, khabar, atsar dan hadits qudsi. 2) Menunjukkan contoh bukti-bukti keautentikan al-Qur’an

ditinjau dari segi keunikan redaksinya, kemukjizatannya, dan sejarahnya.

3) Memahami isi pokok ajaran al-Qur’an.

4) Memahami kandungan ayat-ayat yang terkait dengan isi pokok ajaran al-Qur’an.

5) Memahami fungsi al-Qur’an dalam kehidupan 6) Memahami fungsi hadits terhadap al-Qur’an

7) Mendeskripsikan pembagian hadis dari segi kuantitas dan kualitasnya

d. Fungsi

Mata pelajaran Al-Qur’an dan Hadits pada Madrasah memiliki fungsi sebagai berikut:

1) Pemahaman, yaitu menyampaikan ilmu pengetahuan cara membaca dan menulis al-Qur’an serta kandungan al-Qur’an dan Hadits.

2) Sumber Nilai, yaitu memberikan pedoman hidup untuk mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat

3) Sumber Motivasi, yaitu memberikan dorongan untuk meningkatkan kualitas hidup beragama, bermasyarakat, dan bernegara.

4) Pengembangan, yaitu meningkatkan keimanan dan ketaqwaan peserta didik dalam meyakini kebenaran ajaran Agama Islam, melanjutkan upaya yang telah dilaksanakan dalam lingkungan keluarga maupun jenjang pendidikan sebelumnya.

5) Perbaikan, yaitu memperbaiki kesalahan-kesalahan dalam keyakinan, pemahaman dan pengamalan ajaran Islam peserta didik dalam kehidupan sehari-hari.

6) Pencegahan, yaitu untuk menangkal hal-hal negatif dari lingkungan atau budaya lain yang dapat membahayakan diri peserta didik dan menghambat perkembangannya menuju manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT.

Pembiasaan, yaitu menyampaikan pengetahuan, pendidikan dan penanaman nilai-nilai al-Qur’an dan Hadits pada peserta didik sebagai petunjuk dan pedoman dalam seluruh kehidupannya.

Dokumen terkait