• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

C. Pendidikan Inklusi

7. Pembelajaran Anak Berkebutuhan Khusus

Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 1990 tentang pendidikan dasar disebutkan bahwa pendidikan dasar merupakan pendidikan sembilan tahun, terdiri atas program pendidikan enam tahun di sekolah dasar dan tiga tahun di sekolah lanjutan tingkat pertama. Pendidikan sekolah dasar adalah salah satu bentuk satuan pendidikan pada jenjang pendidikan dasar enam tahun yang terdiri dari kelas satu, dua, tiga, empat, lima, dan enam.

b. Jenis Sekolah Dasar

Di Indonesia ada beberapa jenis sekolah dasar (SD). Menurut Ibrahim Bafadal (2006: 3-5) jenis-jenis sekolah dasar sebagai berikut:

1) Sekolah Konvensional

Sekolah Dasar jenis konvensional adalah sekolah dasar biasa seperti pada umumnya, yang menyelenggarakan pendidikan selama enam tahun, terdiri dari enam kelas, dengan menggunakan sistem guru kelas dan terdapat enam guru kelas

yang berada di masing-masing kelas. Selain guru kelas ada guru khusus yaitu guru pendidikan agama, pendidikan jasmani dan kesehatan, satu orang kepala sekolah, dan satu orang pesuruh atau juru kebun. Perbandingan guru dan siswa tiap kelas biasannya 40:1.

2) SD Percobaan

Sekolah Dasar percobaan adalah sekolah jenis konvensional yang sistem penyelenggaraannya selama enam tahun sama dengan sekolah konvensional dari segi jumlah guru dan perbandingan guru dan muridnya. Hanya saja yang membedakan dengan sekolah konvensional adalah sekolah percobaan diberikan wewenang untuk melakukan percobaan- percobaan tertentu sesuai dengan namanya dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan di sekolah dasar tersebut. Pada akhir tahun 1997 di Indonesia terdapat 20 SD negeri percobaan (SDNP).

3) SD Inti

Sekolah Dasar inti sama dengan Sekolah Dasar konvensional yang membedakan sekolah inti ini dengan sekolah jenis lainnya adalah sekolah ini ditunjuk sebagai pusat atau centerbagi pengembangan sekolah dasar lain di sekitarnya pada tingkat gugus. Dalam rangka memainkan perannya sebagai pusat pengembangan sekolah dasar di sekitarnya. Sekolah jenis

ini dilengkapi dengan satu ruang Kelompok Kerja Guru (KKG), dan satu ruang perpustakaan sekolah, dan satu ruang serba guna. Dengan harapan dapat dimanfaatkan dan meningkatkan prestasi sekolah.

4) SD Kecil

Sekolah kecil biasanya berada di daerah terpencil dengan sistem pembelajaran yang berbeda dengan sekolah dasar konvensional. Jumlah siswanya paling banyak 60 orang, kelas satu sampai kelas empat dengan dua orang guru kelas dan satu kepala sekolah. Proses belajar mengajar menggunakan modul, penggabungan kelas dan tutor sebaya. Semua ini di kondisikan dengan keadaan daerahnya.

5) SD Satu Guru

Sekolah satu guru seperti sekolah kecil yaitu berada di daerah terpencil dengan sistem pembelajaran yang berbeda. Hanya saja pendidikan di sekolah dasar ini maksimal siswa 30 orang, kelas satu sampai kelas empat dengan satu orang guru kelas yang sekaligus merangkap sebagai kepala sekolah. Proses belajar mengajarnya sama dengan sekolah dasar kecil.

6) SD Pamong

Sekolah dasar pamong adalah lembaga pendidikan yang diselenggarakan atau diadakan oleh masyarakat, orangtua, dan guru untuk memberikan pelayanan pendidikan bagi anak putus

sekolah dasar atau anak lain dengan berbagai alasan putus sekolah seperti faktor ekonomi, sosial dan lain sebagainya. 7) SD Terpadu

Sekolah Dasar terpadu adalah sekolah dasar yang dalam penyelenggaraannya bagi anak normal dan anak berkebutuhan khusus atau anak berkelainan secara bersama-sama dalam proses pembelajaran menggunakan kurkulum sekolah dasar konvensional yang sudah disesuaikan. Sekarang sekolah dasar terpadu sudah tergantikan dan berkembang menjadi sekolah inklusi.

c. Komponen di Sekolah Dasar

Komponen yang dimiliki sekolah dasar sangat bervariasi, beragam dan berbeda dengan sekolah dasar yang satu dengan yang lainnya. Komponen dalam sekolah dasar adalah input atau masukan yang secara garis besar menurut Ibrahim Bafadal (2006: 6) diklarifikasikan menjaadi lima jenis masukan yaitu:

1) Masukan Sumber Daya Manusia (SDM)

Masukan SDM di sekolah dasar meliputi personel sekolah, misalnya kepala sekolah, guru, dan pesuruh atau juru kebun. Personel sekolah tersebut memiliki peran yang penting dalam proses kemjuan dan prestasi sekolah.

Masukan material merupakan masukan instrumental yang meliputi kurikulum, dana, dan segala komponen sekolah selain manusia atau dapat juga disebut dengan sarana prasarana sekolah. Guna menunjang proses belajar mengajar.

3) Masukan Lingkungan

Masukan lingkungan memiliki peranan penting dalam sekolah dasar. Karena semakin baik lingkungan dalam mendukung proses pembelajaran, maka hasilnya pun akan baik sesuai dengan tujuan sekolah.

4) Proses Pendidikan

Komponen ini tidak dapat dilihat dalam wujud fisik seperti komponen-komponen lainnya. Prosses pembelajaran ini menyangkut seluruh kegiatan belajar mengajar dari awal pembelajaran di sekolah sampai selesai.

5) Siswa

Siswa adalah komponen mentah. Maksudnya adalah siswa dengan bermacam-macam karakteristiknya merupakan subjek yang akan di ajarai atau dididik melalu berbagai macam pembelajaran di sekolah sehingga dapat belajar dan memahami ilmu sesuai yang diharapkan. Siswa harus dikelola dengan sebaik-baiknya.

Istilah anak berkebutuhan khusus memiliki arti yang luas. Menurut Mohammad Takdir (2013: 138) anak berkebutuhan khusus adalah mereka yang memiliki kebutuhan khusus sementara atau permanen sehingga membutuhkan pelayanan pendidikan yang lebih intens. Kebutuhan khusus dalam arti kelainan yang berasal dari bawaan maupun karena faktor kecelakaan yang membuat mereka berbeda dengan yang lain berupa fisik maupun mental. Setiap anak memiliki latar belakang yang berbeda-beda, begitu juga anak berkebutuhan khusus. Dalam pandangan pendidikan berkebutuhan khusus, keberagaman amat sangat dihargai.

e. Klarifikasi anak berkebutuhan khusus

Dalam pendidikan inklusi setiap anak memiliki karakter dan kebutuhan khusus yang berbeda-beda. Konsep anak dalam pendidikan berkebutuhan khusus menurut Mohammad Takdir (2013: 139) ada dua yaitu:

1) Anak yang memiliki kelainan atau kebutuhan khusus yang bersifat sementara atau temporer. Biasanya anak mengalami hambatan belajar dan perkembangan yang disebabkan oleh faktor-faktor eksternal. Hambatan belajar pada anak jenis ini dapat disembuhkan jika orang tua atau pendidik mampu memberikan terapi penyembuhan secara berkala.

2) Anak yang memiliki kelainan atau kebutuhan khusus yang bersifat permanen atau tetap. Biasanya anak mengalami

hambatan belajar dan perkembangan karena bawaan dari lahir atau kecelakaan yang berdampak permanen atau tidak dapat disembuhkan lagi. Contohnya seperti anak tunanetra, tunadaksa, tunagrahita, dan sebagainya. Jenis anak berkebutuhan khusus ini perlu dilakukan pendampingan dan perhatian penuh agar bisa mengatasi hambatan belajar dan perkembangan jiwanya.

f. Karakter Akademik ABK di Sekolah Dasar Inklusi

Dalam karakter akademik anak berkebutuhan khusus di sekolah dasar inklusi dengan anak gangguan emosi dan perilaku, akan ditemukan masalah pada IQ yang sangat lamban untuk anak yang lemah dalam belajar. Tes IQ tidak sepenuhnya cocok untuk mereka, karena karakteristik emosi dan perilaku mereka akan mengganggu konsentrasi dalam pengerjaan tes IQ.

Mengajar di sekolah inklusi berbeda dengan mengajar di sekolah reguler yang semua siswanya berasal dari kalangan anak normal. Perlu adanya penyesuaian kurikulum bagi anak berkebutuhan khusus yang sekolah di sekolah reluger berbasis inklusi guna menunjang prestasi akademiknya.

Berdasarkan Prosedur Operasi Standar Pendidikan Inklusi Direktorat Pembinaan Sekolah Luar Biasa Direktoral Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menegah Departemen Pendidikan Nasional (2007: 17). Ruang lingkup manajemen sekolah dalam rangka pendidikan inklusi sekurang-kurangnya mencangkup:

1. Pengelolaan peserta didik 2. Pengelolaan kurikulum 3. Pengelolaan pembelajaran 4. Pengelolaan penilaian

5. Pengelolaan pendidik dan tenaga kependidikan 6. Pengelolaan sarana dan prasarana

7. Pengelolaan pembiayaan

8. Pengelolaan sumberdaya masyarakat

Didalam pelaksanaan pendidikan inklusi perlu adanya delapan ruang lingkup manajemen sekolah agar pendidikan inklusi bisa terlaksana sesuai dengan tujuan.

Dokumen terkait