• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA

B. Pembelajaran Fisika

Matapelajaran fisika di SMA bertujuan agar siswa mampu menguasai konsep-konsep fisika dan saling keterkaitannya serta mampu menggunakan metode ilmiah yang dilandasi sikap ilmiah untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya sehingga lebih menyadari keagungan Tuhan Yang Maha Esa (Buku Kurikulum SMU, 1995: 2).

Fisika menganggap bahwa benda-benda maupun segala peristiwa di alam dunia ini terjadi dengan mengikuti pola-pola tertentu serta dapat dipelajari dan dipahami melalui studi yang cermat dan sistematis. Para ahli fisika percaya bahwa melalui penggunaan kecerdasan dan bantuan alat-alat yang dapat memperkuat kemampuan pancaindera, manusia dapat menemukan hukum alam. Fisika juga berasumsi bahwa alam semesta, sebagaimana namanya merupakan satu sistem tunggal yang luas dengan aturanaturan dasar yang berlaku sama di setiap tempat.

16

Pengajaran fisika yang hanya berusaha memberikan sekumpulan fakta danpengetahuan kepada para siswa mengakibatkan pemahaman yang sangat sedikit dan tentu saja tidak mengembangkan kebebasan intelektual. Tetapi mengajarkan cara-cara berpikir ilmiah sebagai suatu perangkat prosedur yang terpisah dari substansi metode ilmiah adalah juga akan sia-sia. Guru fisika harus membantu siswa untuk memperoleh pengetahuan ilmiah tentang dunia dan kebiasaan berpikir ilmiah pada saat yang bersamaan.

Matapelajaran fisika SMA sebagai bagian dari matapelajaran IPA di SMA merupakan kelanjutan pelajaran fisika di SMP yang mempelajari sifat materi, gerak, dan fenomena lain yang ada hubungannya dengan energi. Selain itu, juga mempelajari keterkaitan antara konsep-konsep fisika dengan kehidupan nyata, pengembangan sikap dan kesadaran terhadap perkembangan ilmu pengetahuan alam dan teknologi beserta dampaknya (Buku Kurikulum SMU, 1995: 1).

Di dalam buku kurikulum tersebut juga disebutkan bahwa matapelajaran fisika SMA berfungsi antara lain memberikan bekal pengetahuan dasar kepada siswa untuk dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari dan untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Masih dari Buku Kurikulum SMA, ruang lingkup bahan kajian fisika di SMA dikembangkan dari bahan kajian fisika di SMP yang diperluas sampai kepada bahan kajian yang mengandung konsep abstrak dan dibahas secara kuantitatif analitis.

17

Menurut Sanjaya (2008:125), tujuan pembelajaran atau tujuan instruksional merupakan kemampuan yang harus dimiliki siswa setelah mempelajari bahasan tertentu. Menurut Bloom (dalam Sanjaya, 2008:125-130), tujuan pembelajaran yang harus dirumuskan terbagi dalam tiga domain, yaitu domain kognitif (pengetahuan), afektif (sikap), dan psikomotorik (keterampilan). Domain kognitif adalah tujuan pembelajaran dalam bidang kemampuan intelektual atau kemampuan berpikir. Domain kognitif menurut Bloom terdiri dari 6 tingkatan, yaitu: pengetahuan, pemahaman, aplikasi/penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi.

Pengetahuan merupakan tingkatan paling rendah dalam tujuan kognitif. Pada tingkatan ini, siswa mampu mengingat informasi yang sudah dipelajarinya. Kemampuan ini kebanyakan dicapai dengan menghafalkan teks atau rumus yang telah diberikan. Misalnya, siswa mampu menyebutkan bunyi hukum Newton I, mampu menyebutkan rumus kecepatan, dan lain sebagainya. Tingkatan ini sangat penting untuk mencapai tujuan-tujuan pembelajaran yang lebih tinggi.

Pemahaman merupakan tingkatan yang bukan hanya mengingat fakta. Kemampuan yang dicapai pada tingkatan ini yaitu kemampuan menjelaskan, menafsirkan atau kemampuan menangkap makna atau arti suatu konsep. Misalnya, siswa mampu menjelaskan transfer panas secara konveksi. Pemahaman untuk menafsirkan sesuatu, contohnya yaitu menjelaskan grafik kecepatan terhadap perpindahan posisi.

18

Aplikasi/penerapan merupakan tujuan kognitif yang berhubungan dengan kemampuan menerapkan suatu bahan pelajaran yang sudah dipelajari. Pada tujuan ini siswa mampu menerapkan teori-teori, hukum-hukum, konsep-konsep yang telah dipelajari ke dalam situasi baru. Kemampuan yang dicapai siswa pada kemampuan penerapan ini, misalnya siswa mampu memecahkan persoalan dengan menggunakan hukum-hukum, konsep-konsep, teori-teori yang ada pada Fisika. Kemampuan tercapai jika didukung oleh kemampuan mengingat dan memahami konsep tertentu.

Analisis adalah kemampuan untuk menguraikan suatu bahan pelajaran ke dalam bagian-bagian atau unsur-unsur serta hubungan antar bahan tersebut (Sanjaya, 2008:127). Tujuan kognitif ini merupakan tujuan pembelajaran yang kompleks dan hanya mungkin dipahami dan dikuasai oleh siswa yang telah menguasai kemampuan memahami dan menerapkan. Tingkatan ini digunakan untuk pencapaian tujuan pembelajaran tingkat atas.

Sintesis adalah kemampuan untuk menghimpun bagian-bagian ke dalam suatu keseluruhan yang bermakna, seperti merumuskan tema, melihat hubungan abstrak dari berbagai informasi yang tersedia. Sintesis merupakan kebalikan dari analisis. Analisis mampu menguraikan menjadi bagian-bagian, sedangkan sistesis adalah kemampuan untuk menyatukan unsur atau bagian-bagian menjadi sesuatu yang utuh. Kemampuan menganalisis dan sintesis merupakan kemampuan dasar untuk mengembangkan atau menciptakan inovasi dan kreasi baru (Sanjaya, 2008:127).

19

Evaluasi merupakan tujuan kognitif yang paling tinggi. Tujuan ini merupakan kemampuan membuat penilaian terhadap sesuatu. Penilaian ini diambil berdasarkan maksud dan kriteria tertentu. Tujuan ini juga merupakan kemampuan untuk memberikan suatu keputusan dengan berbagai pertimbangan dan ukuran-ukuran tertentu. Misalnya, memberikan keputusan bahwa sesuatu yang diamati itu baik, buruk, menguntungkan, merugikan, dan lain sebagainya. Kemampuan ini diperoleh ketika kemampuan sebelumnya dipenuhi.

Tingkatan-tingkatan tujuan pembelajaran pada domain kognitif ini saling berkaitan satu sama lain. Artinya tingkatan paling rendah merupakan prasyarat bagi tingkatan selanjutnya. Tingkatan pengetahuan, pemahaman, dan merapkan merupakan tujuan kognitif tingkat rendah. Artinya, pada tingkatan ini siswa hanya mampu mengingat, mengungkapkan apa yang diingatnya dan menerapkannya sesuai dengan aturan-aturan tertentu yang sifatnya pasti. Tingkatan analisis, sintesis, dan evaluasi merupakan tujuan kognitif tingkat tinggi. Dikatakan tujuan kognitif tingkat tinggi karena kemampuan pada tingkatan ini siswa bukan hanya mampu mengingat atau mampu menerapkan. Tetapi siswa mempunyai kemampuan berkreasi dan kemampuan mencipta (Sanjaya, 2008:128).

Dokumen terkait