• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.1.3. Kajian Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

2.1.3.3. Pembelajaran IPA di Sekolah dasar

Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar harus disesuaikan dengan perkembangan kognitif anak SD. Piaget (dalam Slavin, 1994:34) telah menggolongkan tahapan perkembangan kognitif peserta didik. Tiap tahapan perkembangan menggambarkan isi struktur kognitif yang khas.

Berikut adalah tahap-tahap perkembangan kognitif peserta didik :

Tahap 1: Sensorimotor Inteligence (lahir sampai usia 2 tahun): perilaku terikat pada panca indera dan gerak motorik. Bayi belum mampu berfikir konspetual namun perkembangan kognitif telah dapat diamati.

Tahap 2: Preoperation thought (2-7 tahun): tampak kemampuan berbahasa, berkembang pesat penguasaan konsep. Dan kemampuan membentuk seerta menggunakan simbol-simbol.

Tahap 3: Concrete Operation (7 – 11 tahun): berkembang daya mampu anak berfikir logis untuk memecahkan masalah konkret. Konsep dasar benda, jumlah waktu, ruang, kausalitas.

Tahap 2: Formal Operation (11 – 15 tahun): kecakapan kognitif mencapai puncak perkembangan. Anak mampu memprediksi, berfikir tentang situasi hipotesis, tentang hakikat berfikir serta mengapresiasi struktur bahasa dan berdialog, bahasa gaul, mendebat, berdalih adalah sisi bahasa remaja merupakan cerminan kecakapan berfikir abstrak dalam atau melalui bahasa.

Dari teori Piaget tersebut dapat dipahami bahwa usia anak SD berada pada tahap 3 yaitu Concrete Operation atau sia 7-11 tahun, dimana karakter anak masih berpikir konkrit (dalam memecahkan masalah harus diarahkan dengan hal-hal yang nyata) agar anak mampu memahami persoalan yang dimaksud sehingga mampu memahami konsep melalui pengalaman sendiri dan lebih objektif.

Dalam mengembangkan kemampuan kognitifnya, terutama pembentukan pengertian dan konsep, pembelajaran dapat dilakukan dengan menggunakan benda-benda konkret atau menggunakan alat peraga. IPA merupakan mata pelajaran yang proses pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah, sehingga salah satu mata pelajaran di sekolah dasar yang sangat membutuhkan alat peraga adalah mata pelajaran IPA.

Fungsi alat peraga dalam pembelajaran IPA antara lain adalah sebagai alat bantu penyampaian informasi/materi pelajaran kepada siswa agar lebih jelas dan mempermudah siswa dalam menyerap dan memahami materi pelajaran yang disampaikan. Hamdani (2011:244) menjelaskan bahwa media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat menyalurkan pesan, merangsang pikiran, perasaan, dan kemauan siswa sehingga mendorong terciptanya proses belajar pada

diri siswa. Penggunaan alat peraga dapat mengurangi verbalistik dalam pembelajaran, mengatasi keterbatasan ruang dan waktu serta daya indera, dan dapat mengatasi sikap pasif dalam pembelajaran. Alat peraga yang digunakan harus sesuai dengan materi dan kebutuhan anak, sehingga pemahaman siswa terhadap konsep-konsep yang akan disampaikan akan lebih optimal.

Alat peraga tersebut, dapat mempermudah belajar siswa dan memperjelas konsep. Hal ini sesuai dengan teori belajar konstruktivisme yang dikemukakan oleh Piaget.

Implikasi dalam pembelajaran dari teori Piaget ini antara lain adalah (Slavin, 1994:45-46) :

a) Menekankan pada proses berfikir (mental) siswa

Pembelajaran jangan hanya dilihat dari hasil belajarnya saja, namun harus diamati dan difokuskan pada proses belajar siswa.

b) Peran aktif siswa

Siswa dikondisikan agar berperan aktif dalam pembelajaran

c) Tidak ditekankan pada percepatan praktik yang membuat siswa berfikir seperti orang dewasa

Pembelajaran yang memaksakan sebelum waktunya akan menyebabkan hal yang buruk pada perkembangan kognitif siswa

d) Memahami adanya perbedaan perkembangan individual siswa

Sebuah kelas antara siswa satu dengan siswa yang lain memiliki keampuan yang berbeda dalam belajar. Guru harus dapat memahami adanya perbedaan perkembangan siswa. Untuk menyiasati hal tersebut kegiatan belajar

mengajar disetting menjadi kelompok-kelompok kecil dan pendekatan pembelajaran yang diterapkan adalah pembelajaran penemuan sehingga siswa dapat belajar dengan optimal.

Dari kajian teori di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran yang berorientasikan konstruktivisme diarahkan pada proses membangun pengetahuan yang bermakna melalui pencarian hubungan antara pengetahuan awal siswa dengan pengetahuan yang sedang dipelajari, siswa berinteraksi multi arah dengan memanipulasi alat dan bahan di lingkungan sekitar sebagai wahana proses belajarnya yang dalam pelaksanaannya difasilitasi oleh guru.

Pembelajaran IPA di SD harus menggunakan keterampilan proses. Menurut Nasution (2007:1.3) keterampilan proses adalah salah satu pendekatan yang menekankan pada fakta dan pendekatan konsep, yang digunakan pada pembelajaran IPA yang didasarkan pada langkah kegiatan dalam menguji suatu hal yang biasa dilakukan oleh para ilmuan pada waktu membangun atau membuktikan suatu teori. Menurut Semiawan (dalam Nasution, 2007:1.9) mengemukakan bahwa keterampilan proses adalah keterampilan fisik dan mental terkait dengan kemampuan yang mendasar yang dimiliki, dikuasai dan diaplikasikan dalam suatu kegiatan ilmiah sehingga para ilmuan berhasil menemukan sesuatu yang baru.

Esler (dalam Nasution, 2007:1.10) membagi keterampilan proses IPA menjadi dua yaitu keterampilan proses dasar dan terpadu. Keterampilan proses dasar meliputi keterampilan mengobservasi, mengklasifikasikan, mengukur, mengkomunikasikan, menginferensi, memprediksi, mengenal hubungan ruang

dan waktu serta mengenal hubungan-hubungan angka, sedangkan keterampilan proses terpadu menjadi dasar yang benar dalam membuat inferensi (kesimpulan berdasarkan hasil observasi) atau membuat hipotesis yang akan diuji dengan observasi yang lebih lanjut.

Keterampilan yang digunakan pada pembelajaran di SD masih digolongkan pada keterampilan tingkat dasar seperti observasi, mengklasifikasi, komunikasi, memprediksi dan menginferensi. Tujuan pembelajaran yang dikehendaki dalam KTSP hanya akan dapat dicapai dengan pembelajaran IPA yang disesuaikan dengan perkembangan kognitif siswa, hakikat IPA dan menggunakan ketrampilan proses yang mencakup semua komponen IPA. Pada penelitian ini, materi yang dipilih mengenai “perubahan lingkungan fisik dan pengaruhnya terhadap daratan”. Pada siklus I membahas tentang penyebab perubahan lingkungan (faktor angin, hujan, gelombang laut dan matahari). Kegiatan yang dilakukan antara lain membuktikan angin dapat mempengaruhi perubahan lingkungan dengan percobaan sederhana. Pada siklus II membahas tentang dampak perubahan lingkungan yaitu erosi dan abrasi. Kegiatan yang dilakukan antara lain membuktikan terjadinya erosi dengan percobaan dan pada siklus III juga membahas tentang dampak perubahan lingkungan yaitu banjir dan longsor. Pada siklus III ini, siswa menyelidiki masalah mengenai banjir dan longsor yang terjdi di daerah sekitar dan membuat poster sebagai bentuk kepedulian terhadap lingkungan Materi penelitian ini sesuai dengan hakikat IPA, yang mencakup keterampilan proses, sikap ilmiah, menghasilkan produk dan penerapan teknologi sederhana.

Dokumen terkait