• Tidak ada hasil yang ditemukan

Indikator Keberhasilan

Dalam dokumen SKRIPSI OLEH : Abubakar Asfari Laba (Halaman 45-0)

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS

G. Indikator Keberhasilan

Untuk menentukan kategori skor keberhasilan murid dalam ilmu pengetahuan sosial (IPS) akan digunakan skala lima. Skala lima tersebut menurut Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (Mustafa, 2010:38) adalah sebagai berikut:

Skor Kategori

0-59 Sangat Rendah

60-69 Rendah

70-79 Sedang

80-89 Tinggi

90-100 Sangat Tinggi

G. Indikator Keberhasilan

Adapun indikator keberhasilan dari penelitian ini adalah(1) adanya peningkatan nilai rata-rata kelas sebelum tindakan, siklus I dansiklus II dalam pembelajaran IPS yang ditinjau dengan KKM yang telah ditetapkan oleh sekolah tempat diadakannya penelitianya itu 65% dari skor ideal 100. (2) adanya peningkatan keaktifan murid dalam proses pembelajaran IPS.

Berdasarkan kriteria ketuntasan minimal (KKM) pada mata pelajaran IPS yang telah ditetapkan oleh sekolah, maka tingkat ketuntasan belajar IPS muridditinjau sebagai berikut :

Skor hasil belajar murid 0 – 64 dikategorikan tidak tuntas Skor hasil belajar murid 65 – 100 dikategorikan tuntas

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Hasil penelitian melalui penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan di kelas VI SDN Leuwalang mengenai Penerapan strategi pembelajaaran berbasis masalah Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPS dilakukan terhadap 33 subjek penelitian.

Hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan analisis kualitatif untuk memperoleh data tentang hasil pengamatan, sedangkan untuk memperoleh data tentang hasil belajar murid digunakan analisis kuantitatif dan kualitatif.yang dilaksanakan atas dua bagian, yaitu deskripsi hasil siklus pertama dan siklus kedua.

1. Deskripsi Hasil Siklus Pertama

Deskripsi hasil siklus pertama tentang aplikasi Penerapan strategi pembelajaran berbasis masalah Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPS dilaksanakan atas beberapa bagian.

a. Tahap Perencanaan.

Sebelum melakukan penelitian terlalu jauh hal yang pertama yang dilakukan oleh guru adalah bagaimana merencanakan proses pembelajaran dengan penggunaan strategi pembelajaran berbasis masalah. peneliti melakukan telaah terhadap kurikulum, khususnya kurikulum sekolah dasar. Hal tersebut dilakukan untuk mencapai standar kompetensi yang ingin dicapai, membuat rencana

38

pelaksanaan pembelajaran, membuat lembar observasi untuk melihat bagaimana suasana belajar mengajar di kelas saat menggunakan model berbasis masalah dalam proses pembelajaran, membuat rancangan pembelajaran, menyediakan media yang digunakan saat proses pembelajaran, memeberikan soal-soal setiap pertemuan dan membuat soal-soal untuk evaluasi siklus I. Evaluasi siklus I dilaksanakan setelah penyajian materi sebanyak 3 kali.

Adapun tujuan yang akan dicapai pada tindakan pembelajaran ini adalah setelah proses pembelajar selesai diharapkan murid dapat dengan cepat memahami materi yang diajarkan. Dalam mencapai tujuan pembelajaran, perencanaan pembelajaran dibagi dalam tiga tahap kegiatan, yaitu : (1) tahap awal, (2) tahap inti, dan (3) tahap akhir. Meskipun perencanaan ini dibagi menjadi tiga tahap kegiatan, namun setiaptahap masih berkaitan antara kegiatan satu dengan kegiatan lainnya.

b. Tahap Pelaksanaan (tahap tindakan)

Adapun pelaksanaan tindakan pada tahap tindakan dalam siklus I dilaksanakan selama 4 kali pertemuan yaitu tanggal 15 dan 18, 22 dan 25 Januari 2014 diadakan evaluasi siklus I. Dalam pelaksanaan penelitian, peneliti bertindak sebagai pengajar dan guru kelas VI SDN. Leuwalang bertindak sebagai observer.

Dengan lama waktu setiap pertemuan adalah 2 x 35 menit.Berdasarkan rencana pembelajaran yang telah disusun, maka pembelajaran dalam penelitian ini melalui tiga tahap kegiatan yaitu: (1) tahap awal, (2) tahap inti, dan (3) tahap akhir. Adapun kegiatan awal guru yaitu,Pertama-tama guru memberi salam kemudian mengabsen murid. Setelah mengabsen guru memotivasi murid berani

menjawab pertanyaan dengan memberikan pertanyaan terkait dengan materi yang akan dipelajari. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran, kemudian guru menjelaskan sedikit materi pelajaran. Pada kegiatan inti, guru menyampaikan motivasi sebagai Kekuatan dalam SPBM, Seorang guru harus berusaha sebaik mungkin agar murid dapat membentuk tingkah laku yang diinginkan dengan memberikan kesempatan kepada murid untuk berfikir dan memahami apa yang dipelajari, sehingga akan membentuk suatu perubahan pada diri murid sesuai dengan minat dan kemampuan masing-masing. Jika sudah terjadi feed back antara guru dan murid maka diharapkan tujuan pembelajaran tersebut dapat tercapai. Guru memberikan pekerjaan rumah, memberikan pesan-pesan moral, kemudian guru menutup pelajaran dengan mengucapkan salam.

Dari kegiatan pembelajaran pada siklus I dan evaluasi diperoleh nilai murid. Nilai yang diperoleh murid pada siklus I lebih baik dibandingkan skor awal. Namun murid belum mencapai nilai minimal yang telah ditetapkan yaitu 65.Hasil ini masih belum sesuai dengan harapan. Adapun data skor hasil belajar siklus I dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 4.1: Skor Statistik Pemahaman IPS Murid Kelas VI SDN.Leuwalang Kabupaten Lembata NTT setelah menerapkan Strategi pembelajaran berbasis masalah pada siklus I

Berdasarkan tabel 4.1 dapat dilihat bahwa skor rata – rata Pemahaman IPS murid sebanyak 69,7. Skor terendah yang diperoleh murid adalah 51 dan skor tertinggi yang diperoleh murid adalah 91 dari skor ideal yang mungkin dicapai 100. Dengan rentang skor 35, ini menunjukkan kemampuan murid cukup bervariasi.

Apabila skor hasil tes dikelompokkan kedalam lima kategori maka diperoleh distribusi frekuensi skor seperti yang disajikan pada tabel berikut : Tabel 4.2: Distribusi Frekuensi dan Persentase Skor Pemahaman IPS Murid

Kelas VI SDN.Leuwalang kabupaten Lembata NTT setelah menerapkan Strategi pembelajaran Berbasis Masalah pada siklus I

Dari tabel 4.2 menunjukkan bahwa persentase skor pemahaman murid setelah Statistik Nilai Statistik

1 0-59 Sangat Rendah 9 27,3

2 60-69 Rendah 6 18,1

3 70-79 Sedang 7 21,2

4 80-89 Tinggi 10 30,3

5 90-100 Sangat Tinggi 1 3.1

Jumlah 33 100

diterapkan siklus I adalah sebesar 27,3% berada pada kategori sangat rendah, 18,1% berada pada kategori rendah, 21,2% berada pada kategori sedang, 30,3%

berada pada kategori tinggi, dan 100% berada pada kategori sangat tinggi.

Tabel 4.3: Diagram Batang Hasil Evaluasi siklus I

Adapun presentase Ketuntasan Pemahaman IPS yang diperoleh dari hasil belajar IPS Murid Kelas VI SDN.Leuwalang Kabupaten Lembata setelah penerapan siklus I ditunjukkan pada tabel berikut ini:

Tabel 4.4: Persentase Ketuntasan Pemahaman IPS Murid Kelas VI setelah menerapkan strategi pembelajaran Berbasis Masalah pada siklus I

No Skor Kategori Frekuensi Persentase (%)

1 0 – 64 Tidak Tuntas 12 36,3

2 65- 100 Tuntas 21 63,7

Jumlah 33 100

Berdasarkan tabel 4.4 hasil belajar IPS yang diperoleh murid pada

0

diterapkan siklus I adalah sebesar 27,3% berada pada kategori sangat rendah, 18,1% berada pada kategori rendah, 21,2% berada pada kategori sedang, 30,3%

berada pada kategori tinggi, dan 100% berada pada kategori sangat tinggi.

Tabel 4.3: Diagram Batang Hasil Evaluasi siklus I

Adapun presentase Ketuntasan Pemahaman IPS yang diperoleh dari hasil belajar IPS Murid Kelas VI SDN.Leuwalang Kabupaten Lembata setelah penerapan siklus I ditunjukkan pada tabel berikut ini:

Tabel 4.4: Persentase Ketuntasan Pemahaman IPS Murid Kelas VI setelah menerapkan strategi pembelajaran Berbasis Masalah pada siklus I

No Skor Kategori Frekuensi Persentase (%)

1 0 – 64 Tidak Tuntas 12 36,3

2 65- 100 Tuntas 21 63,7

Jumlah 33 100

Berdasarkan tabel 4.4 hasil belajar IPS yang diperoleh murid pada

2 3 4 5

diterapkan siklus I adalah sebesar 27,3% berada pada kategori sangat rendah, 18,1% berada pada kategori rendah, 21,2% berada pada kategori sedang, 30,3%

berada pada kategori tinggi, dan 100% berada pada kategori sangat tinggi.

Tabel 4.3: Diagram Batang Hasil Evaluasi siklus I

Adapun presentase Ketuntasan Pemahaman IPS yang diperoleh dari hasil belajar IPS Murid Kelas VI SDN.Leuwalang Kabupaten Lembata setelah penerapan siklus I ditunjukkan pada tabel berikut ini:

Tabel 4.4: Persentase Ketuntasan Pemahaman IPS Murid Kelas VI setelah menerapkan strategi pembelajaran Berbasis Masalah pada siklus I

No Skor Kategori Frekuensi Persentase (%)

1 0 – 64 Tidak Tuntas 12 36,3

2 65- 100 Tuntas 21 63,7

Jumlah 33 100

Berdasarkan tabel 4.4 hasil belajar IPS yang diperoleh murid pada

frekuensi presentase

ketuntasan hasil belajar IPS diperoleh 36,3% dikategorikan tidak tuntas dan 63,7

% tuntas. Dari hasil yang diperoleh ini, dapat dinyatakan bahwa terjadi ketuntasan dalam proses belajar mengajar tetapi masih banyak murid yang belum tuntas.

Karena itulah, peneliti berusaha untuk mengadakan perbaikan dengan cara melanjutkan penelitian pada siklus II untuk melihat seberapa jauh pemahaman belajar IPS murid itu tercapai.

c. Observasi Siklus I

Observasi dilakukan dengan mengamati aktivitas murid dengan menggunakan lembar observasi untuk mencatat kejadian-kejadian yang terjadi selama proses belajar mengajar. Hasil observasi aktivitas belajar pada siklus I dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 4. 4. Hasil Observasi Aktifitas Guru pada Siklus I

Bagian Pengamatan Pelaksanaan

Penggunaan alat atau media Ya 3

Penerapan teknik bertanya Ya 4

Pembahasan hasil kerja melibatkan keaktifan siswa

Ya 3

Pemberian bimbingan siswa Ya 3

Penggunaan bahasa yang baik Ya 4

Tabel 4.5. Hasil Observasi Aktifitas Murid pada Siklus I

NO Komponen Yang Diamati Pertemuan Rata-rata nilai

Persen

%

I II III IV

1. Murid yang hadir pada saat

proses pembelajaran. 28 30 28 33 29,75 90,15%

2. Murid yang memperhatikan

penjelasan guru. 25 28 28 26 26,75 81,06%

3. Murid yang mengajukan

pertanyaan. 20 20 22 - 15,5 62%

4. Murid yang menjawab

Sumber : Analisis data hasil tes murid Siklus I

Berdasarkan tabel hasil observasi aktivitas murid diatas selama mengikuti pembelajaran pada siklus I terlihat bahwa :

1. Persentase kehadiran murid setiap pertemuan hampir maksimal yaitu sebesar 90,15%.

2. Persentase murid yang memperhatikan penjelasan guruyaitu sebesar 81,06%.

3. Persentase murid yang mengajukan pertanyaan 62%.

4. Persentase murid yang menjawab pertanyaan lisan guru 20%

5. Persentase murid yang aktif dalam diskusi 26%.

6. Persentase murid yang memberi tanggapan kepada kelompok lain pada saat mempresentasekan 12%.

7. Jumlah murid menjawab pertanyaan atau tugas guru yaitu sebesar 12%.

Berdasarkan hasil observasi dan analisis data pada hasil pelaksanaan tindakan siklus I yang terlihat pada tabel diatas, ditemukan masih kurangnya penyajian guru terhadap materi dalam proses pembelajaran sehingga perhatian murid pada pelajaran belum maksimal. Hal ini, memperlihatkan perlunya peneliti merefleksi ulang tindakan yang diberikan pada siklus I.

d. Tahap Refleksi

Berdasarkan hasil tes pada siklus I diperoleh rata-rata 69,7 yang berada pada kategori rendah. Dari segi ketuntasan belajar, terdapat 12 murid yang tidak tuntas dalam mengerjakan ujian dan dengan kesalahan yang cukup fatal murid masih kurang teliti dalam menyelesaikan soal yang diberikan oleh guru. Setelah diterapkan siklus I sebesar 27,3% berada pada kategori sangat rendah, 18,1%

berada pada kategori rendah, 21,2% berada pada kategori sedang, 30,3% berada pada kategori tinggi, dan 3,1% berada pada kategori sangat tinggi. Hal ini terjadi karena murid masih canggung dengan keberadaan peneliti dan dengan Strategi pembelajaran Berbasis Masalah yang diterapkan peneliti sehingga kondisi murid masih terlihat bingung dengan model tersebut sehingga masih kurang berminat dalam mengikuti proses pembelajaran. Selain itu murid masih ragu dan malu menjawab pertanyaan lisan ketika diberikan pertanyaan oleh guru,terlebih lagi jika diberikan kesempatan untuk berkomentar atau bertanya dan berpendapat, biasanya hanya didominasi oleh dua sampai tiga orang saja. Hal ini masih terjadi pada pertemuan dua dan tiga.

Berdasarkan hasil yang diperoleh murid pada siklus I mengindikasikan bahwa nilai yang diperoleh oleh murid masih ada dibawah standar nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM ) yaitu 65, sehingga peneliti merasa perlu mengadakan siklus II sebagai perbaikan pada siklus I.

2. Deskripsi hasil siklus ke II

a. Tahap Perencanaan

Berdasarkan hasil refleksi dari kegiatan pembelajaran pada siklus I, pelaksanaan pembelajaran pada siklus II diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar murid.

Pada perencanaan pembelajaran siklus II, peneliti akan melakukan hal-hal berikut ini:

1. Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran untuk tindakan siklus 2. Menyiapkan media pembelajaran yang konkrit.

3. Membuat soal-soal untuk dikerjakan secara individu.

4. Menyiapkan lembar observasi kegiatan guru dan lembar observasi kegiatan murid.

b. Tahap Pelaksanaan

Seperti halnya pada siklus I, belajar pada siklus II dilaksanakan selama 4 kali pertemuan yaitu 3 kali materi, satu kali evaluasi. Evaluasi siklus II dengan bentuk ulangan harian.

Hasil evaluasi yang diperoleh murid pada siklus II lebih baik dibandingkan hasil evaluasi pada siklus I. Nilai yang diperoleh murid sesuai dengan KKM yang telah ditetapkan yaitu 65, telah mencapai 82,4%.Adapun data skor hasil belajar siklus II dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 4.6: Skor Statistik Pemahaman IPS Murid Kelas VI SDN.Leuwalang Kabupaten Lembata setelah menerapakan Strategi pembelajaran Berbasis Masalah pada siklus II

Statistik Nilai Statistik

Subjek 33

Skor ideal 100

Skor tertinggi 100

Skor terendah 60

Rentang skor 40

Skor rata-rata 82,4

Berdasarkan tabel 4.6 dapat dilihat bahwa skor rata – rata Pemahaman IPS murid sebanyak 82,4. Skor yang terendah yang diperoleh murid adalah 60 dan skor tertinggi yang diperoleh murid adalah 100 dari skor ideal yaitu 100.Dengan rentang skor 40, ini menunjukkan bahwa kemampuan murid cukup bervariasi.

Jika skor pemahaman dikelompokkan ke dalam lima kategori, maka

diperoleh distribusi frekuensi dan persentase sebagaimana berikut ini:

Tabel 4.7: Distribusi Frekuensi dan Persentase Skor Pemahaman IPS Murid Kelas VI SDN.Leuwalang Kabupaten Lembata NTT Setelah penerapan Strategi Pembelajaran Berbasis masalah pada siklus II

Dari tabel 4.7 menunjukkan bahwa persentase skor pemahaman murid setelah diterapkan siklus II sebesar 0% berada pada kategori sangat rendah, 24,2%

berada pada kategori rendah, 6,1% berada pada kategori sedang, 36,4% berada pada kategori tinggi dan 33,3% berada pada kategori sangat tinggi.

Tabel 4.8: Diagram Batang Hasil Evaluasi siklus II

Adapun presentase Ketuntasan Pemahaman IPS yang diperoleh dari hasil belajar Murid Kelas VI SDN.Leuwalang Kabupaten Lembata NTT setelah penerapan

0

1 0-59 Sangat Rendah 0 0

2 60-69 Rendah 8 24,2

3 70-79 Sedang 2 6,1

4 80-89 Tinggi 12 36,4

5 90-100 Sangat Tinggi 11 33,3

Jumlah 33 100

diperoleh distribusi frekuensi dan persentase sebagaimana berikut ini:

Tabel 4.7: Distribusi Frekuensi dan Persentase Skor Pemahaman IPS Murid Kelas VI SDN.Leuwalang Kabupaten Lembata NTT Setelah penerapan Strategi Pembelajaran Berbasis masalah pada siklus II

Dari tabel 4.7 menunjukkan bahwa persentase skor pemahaman murid setelah diterapkan siklus II sebesar 0% berada pada kategori sangat rendah, 24,2%

berada pada kategori rendah, 6,1% berada pada kategori sedang, 36,4% berada pada kategori tinggi dan 33,3% berada pada kategori sangat tinggi.

Tabel 4.8: Diagram Batang Hasil Evaluasi siklus II

Adapun presentase Ketuntasan Pemahaman IPS yang diperoleh dari hasil belajar Murid Kelas VI SDN.Leuwalang Kabupaten Lembata NTT setelah penerapan

2 3 4 5

No Skor Kategori Frekuensi Persentase

1 0-59 Sangat Rendah 0 0

2 60-69 Rendah 8 24,2

3 70-79 Sedang 2 6,1

4 80-89 Tinggi 12 36,4

5 90-100 Sangat Tinggi 11 33,3

Jumlah 33 100

diperoleh distribusi frekuensi dan persentase sebagaimana berikut ini:

Tabel 4.7: Distribusi Frekuensi dan Persentase Skor Pemahaman IPS Murid Kelas VI SDN.Leuwalang Kabupaten Lembata NTT Setelah penerapan Strategi Pembelajaran Berbasis masalah pada siklus II

Dari tabel 4.7 menunjukkan bahwa persentase skor pemahaman murid setelah diterapkan siklus II sebesar 0% berada pada kategori sangat rendah, 24,2%

berada pada kategori rendah, 6,1% berada pada kategori sedang, 36,4% berada pada kategori tinggi dan 33,3% berada pada kategori sangat tinggi.

Tabel 4.8: Diagram Batang Hasil Evaluasi siklus II

Adapun presentase Ketuntasan Pemahaman IPS yang diperoleh dari hasil belajar Murid Kelas VI SDN.Leuwalang Kabupaten Lembata NTT setelah penerapan

frekuensi presentase

No Skor Kategori Frekuensi Persentase

1 0-59 Sangat Rendah 0 0

2 60-69 Rendah 8 24,2

3 70-79 Sedang 2 6,1

4 80-89 Tinggi 12 36,4

5 90-100 Sangat Tinggi 11 33,3

Jumlah 33 100

siklus II ditunjukkan pada tabel berikut ini:

Tabel 4.9: Persentase Ketuntasan Pemahaman IPS Murid Kelas VI SDN.Leuwalang Kabupaten Lembata NTT pada siklus II

No Skor Kategori Frekuensi Persentase (%)

1 0 – 64 Tidak tuntas 3 9,9

2 65 – 100 Tuntas 30 90,1

Jumlah 33 100

Berdasarkan tabel 4.9 hasil belajar IPS yang diperoleh murid nilai rata-rata dan pada ketuntasan hasil belajar IPS diperoleh 9,9% dikategorikan tidak tuntas dan 90,1% tuntas. Dari hasil yang diperoleh ini, dapat dinyatakan bahwa terjadi ketuntasan dan peningkatan dari siklus sebelumnya dalam proses belajar mengajarkarena murid yang mencapai ketuntasan 30 murid dari 33 murid. Berarti tinggal 3 murid yang perlu dibimbing dan diadakan perbaikan karena mereka belum mencapai kriteria ketuntasan belajar. Dari hasil yang diperoleh, ini dapat dinyatakan bahwa terjadi ketuntasan dalam proses belajar mengajar. Karena itulah, peneliti beranggapan pemahaman belajar IPS itu telah tercapai, maka peneliti menghentikan siklusnya.

c. Observasi Siklus II

Observasi aktivitas murid digunakan pada lembar observasi untuk mencatat kejadian-kejadian yang terjadi selama proses belajar mengajar. Deskripsi tentang sikap murid selama mengikuti proses pembelajaran pada siklus II ditunjukkan pada tabel berikut:

Tabel 4.10. Hasil Observasi Aktifitas Guru pada Siklus II

Penggunaan alat atau media Ya 3

Penerapan teknik bertanya Ya 4

Pembahasan hasil kerja melibatkan keaktifan siswa

Ya 3

Pemberian bimbingan siswa Ya 4

Penggunaan bahasa yang baik Ya 4 Lancar

Penutup

Tabel 4.11. Hasil Observasi Aktifitas Murid pada Siklus II

NO Komponen Yang Diamati Pertemuan Rata-rata nilai

Persen I II III IV %

1. Murid yang hadir pada saat

proses pembelajaran. 33 31 33 33 32,5 98,48

% 2. Murid yang memperhatikan

penjelasan guru. 30 29 31 33 30,75 93,18

% 3. Murid yang mengajukan

pertanyaan. 29 28 29 - 21,5 65,15

% 4. Murid yang menjawab

pertanyaan lisan guru. 5 4 7 - 4 12,12

% 5. Murid yang aktif dalam

diskusi. 15 18 20 - 13,25 40,15

%

Sumber : Analisis data hasil tes murid Siklus II

Berdasarkan tabel hasil observasi aktivitas murid diatas selama mengikuti pembelajaran pada siklus II terlihat bahwa

1. Persentase kehadiran murid setiap pertemuan hampir maksimal yaitu sebesar 98,48%.

2. Persentase murid yang memperhatikan penjelasan guruyaitu sebesar 93,18%.

3. Persentase murid yang mengajukan pertanyaan 65,15%.

4. Persentase murid yang menjawab pertanyaan lisan guru12,12%

5. Persentase murid yang aktif dalam diskusi 40,15%.

6. Persentase murid yang memberi tanggapan kepada kelompok lain pada saat mempresentasekan7,57%.

7. Jumlah murid menjawab pertanyaan atau tugas guru yaitu sebesar 12,12%.

Sesuai petunjuk guru sudah sudah terlaksana dengan baik dan dapat dikategorikan baik dan murid yang mengerjakan tugas juga dikategorikan sangat baik.

d. Tahap Refleksi

Dilihat dari hasil observasi dan nilai yang diperoleh murid pada siklus II, terjadi peningkatan meskipun belum maksimal tapi jauh lebih baik dari siklus I.

Peningkatan baik dari segi kehadiran keaktifan dalam proses belajar mengajar maupun nilai yang diperoleh murid. Pada siklus II, murid yang memperoleh nilai yang memenuhi KKM telah mencapai 82,4%, sehingga dapat disimpulkan bahwa hasil pembelajaran pada siklus II telah berhasil. Dalam pelaksanaan tindakan pada siklus II meskipun telah berhasil, tapi masih ada yang perlu ditingkatkan yaitu pemanfaatan waktu mengajar.

B. Pembahasan Hasil Penelitian

Pada bagian ini akan dibahas mengenai hasil-hasil penelitian secara umum berupa hasil analisis kualitatif dan hasil analisis secara kuantitatif. Hasil ini akan memberikan gambaran tentang hasil belajar IPS murid setelah diterapkan Strategi Pembelajaran Bebasis Masalah pada kelas VI SDN. Leuwalang Kabupaten Lembata.

Menurut Thomas Gordon, 1986 (Sahabuddin, 2007:55) bahwa banyak faktor yang mempengaruhi hasil usaha guru dalam mengajar. Namun yang menjadi faktor penting adalah terbinanya hubungan khusus antara guru dengan murid. Bila proses belajar mengajar itu efektif berarti telah terbina suatu hubungan yang unik antara guru dengan murid. Lebih lanjut Sahabuddin (2007:192) menyatakan bahwa guru sebagai pelaksana tugas otonom harus dapat menentukan pilihan dengan mempertimbangkan semua aspek yang relevan atau

yang menunjang tercapainya tujuan.

Pada dasarnya penerapan pembelajaran ini dapat meningkatkan hasil belajar murid. Peningkatan yang dimaksud adalah adanya kemauan murid untuk belajar, dimana murid tidak tinggal diam ketika diberikan kesempatan untuk menjawab pertanyaan yang diajukan.Selain itu, adanya perubahan pada kebiasaan murid dimana merekamalu pada saat menjawab pertanyaan yang diberikan oleh peneliti.

Hasil analisis data menunjukkan nilai rata-rata hasil belajar IPS murid kelas VI SD.Leuwalang Kabupaten Lembata NTT yang diajar melalui penerapan strategi pembelajaran Berbasis Masalah. Pada siklus I sebesar 69,7 dan siklus II sebesar 82,4. Nilai rata-rata tersebut menunjukkan bahwa hasil belajar IPS murid yang diajar melalui penerapan strategi pembelajaran Berbasis Masalah mengalami peningkatan nilai dari siklus I ke siklus II.

Pada siklus I peneliti lebih mendorong murid untuk mencintai pelajarannya terlebih dahulu, selama kegiatan pembelajaran berlangsung murid yang sebelumnya menanggapi pelajaran dengan cuek, mulai ada kemauan untuk mengikuti pelajaran.Hal ini disebabkan adanya tugas yang diberikan pada setiap akhir pertemuan sampai pada akhir siklus I telah dapat terlihat kesenangan pada murid untuk mengikuti pembelajaran tersebut. Akibatnya hasil belajar murid mencapai skor rata-rata 69,7 dan jika dimasukkan ke dalam kategori skala lima berada pada kategori sedang.

Setelah diadakan refleksi kegiatan pada siklus I, maka dilakukan beberapa perbaikan kegiatan yang dianggap perlu, salah satunya memperbanyak

kesempatan kepada murid untuk menjawab pertanyaan dan berpendapat. Hal ini dilakukan untuk membangkitkan semangat belajar murid sehingga dapat meningkatkan hasil belajar murid pada siklus II.

Pada siklus II, terlihat bahwa kemauan murid untuk belajar mengalami peningkatan, dimana murid yang dulunya belum mampu menjawab pertanyaan yang ditanyakan peneliti, kini sudah mulai berlomba-lomba untuk menjawab pertanyaan.Murid juga sudah percaya diri untuk mengeluarkan pendapatnya dan menjelaskan serta memaparkan jawaban atas pertanyaan yang diberikan. Setelah diberikan tes akhir siklus II, skor rata-rata yang dicapai adalah82,4 dan jika dimasukkan ke dalam kategori skala lima berada pada kategori tinggi dibandingkan dengan akhir siklus I.

Sebagaimana yang telah dikemukakan sebelumnya bahwa dengan menerapkan strategi Berbasis masalah pada kelas VI SDN.Leuwalang Kabupaten Lembata mengalami peningkatan dan Setelah melihat hasil penelitian yang telah dianalisis dapat diketahui bahwa hasil belajar IPS murid kelas VI SDN.Leuwalang Kabupaten Lembata NTT setelah diterapkan Strategi Berbasis Masalah dalam pembelajaran IPS ternyata mengalami peningkatan. Hal ini dapat kita lihat pada skor rata-rata murid setelah penerapan strategi Berbasis Masalah siklus I dan siklus II mengalami peningkatan dari 69,7 menjadi 82,4. Jika dimasukkan ke kategori skala lima peningkatan hasil belajar IPS meningkat dari sedang ke tinggi.

Selain itu terjadi pula perubahan pada pola belajar murid di mana semakin banyak murid mampu menjawab pertanyaan yang diberikan oleh peneliti, dan semakin banyak murid yang mengerjakan tugas yang diberikan. Berdasarkan hal

tersebut maka dapat disimpulkan bahwa dalam pembelajaran dengan menerapkan strategi Berbasis Masalah semula kaku dengan langkah-langkahnya akhirnya murid dapat tertarik dan senang dengan model tersebut. Ketertarikan dan

tersebut maka dapat disimpulkan bahwa dalam pembelajaran dengan menerapkan strategi Berbasis Masalah semula kaku dengan langkah-langkahnya akhirnya murid dapat tertarik dan senang dengan model tersebut. Ketertarikan dan

Dalam dokumen SKRIPSI OLEH : Abubakar Asfari Laba (Halaman 45-0)

Dokumen terkait