MASALAH (SPBM) MURID KELAS VI SDN LEUWALANG KECAMATAN OMESURI KABUPATEN LEMBATA NTT
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi Salah Satu Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar
OLEH :
Abubakar Asfari Laba 10540 458410
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
2015
viii
Segala pujian hanyalah bagi Allah SWT yang telah memberikan curahan kasih sayang, rahmat dan karunia, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Peningkatan Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Melalui Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah (SPBM)Murid Kelas VI SDN Leuwalang Kecamatan Omesuri Kabupaten Lembata NTT” ini dengan cukup baik walaupun dengan keterbatasan pengetahuan, waktu, tenaga dan sebagainya yang dimiliki penulis.
Tak lupa pula penulis panjatkan salawat dan salam atas junjungan nabi Muhammad SAW, Rasul Allah Swt yang telah membawa kita dari alam kegelapan ke alam terang benderang dengan segala da’wahnya yang sarat dengan petunjuk dan nasehat agama.
Penyusunan skripsi ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana pendidikan pada program studi S1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar di universitas Muhammadiyah Makassar.
Dalam penyusunan, banyak hambatan dan rintangan yang dihadapi penulis. Namun berkat rahmat-Nya dan bantuan dari berbagai pihak, baik yang bersifat material maupun nonmaterial, sehingga skripsi ini dapat terwujud seperti yang ada ditangan pembaca saat ini.
ix
Ayahanda Ir.H.Rasyd Roby SE, dan Ibunda Dra. Hj.Syaira Maiq yang telah membimbing dan memberikan dukungan baik moril maupun materi sejak kecil sampai sekarang sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini
Begitu pula penghargaan yang setinggi-tingginya dan ucapan terima kasih disampaikan dengan hormat kepada ; (1) Dr. H. Irwan Akib, M.Pd., Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar, (2) Dr. Andi Sukri Syamsuri, M. Hum., Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar , (3) Sulfasyah, MA., Ph. D., Ketua Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar. (4) Dra.Hj Rosleny B M.Si pembimbing I (5). Drs. H. Nurdin, M.Pd pembimbing II yang telah membimbing penulis dengan penuh kesabaran dan keikhlasan untuk memberi waktu serta ilmu pengetahuan dengan penuh bijaksana sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini serta Bapak dan Ibu dosen jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar yang memberikan ilmu pengetahuan yang tidak ternilai dengan materi selama penulis menempuh studi di jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya juga penulis ucapkan kepada Maria k kia beni. K, S.Pd , Kepala Sekolah SDN Leuwalang yang telah memberikan izin penelitian kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini serta Abdullah Arshad,S.Pd yang selalu membimbing pada saat penelitian di kelas Dan semua teman Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar kelas K Nasir, Aprie, mail,
x
terkhusus buat Zakiyah Abidin, terima kasih banyak sayang, ternyata asmara tidak secengeng yang kita kira
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini, masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati, penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi sempurnanya skripsi ini.
WassalamualaikumWr.Wb.
Makassar, 2015
Penulis
xi
Halaman Judul ... i
Lembar Pengesahan ... ii
Persetujuan Pembimbing... iii
Surat pernyataan ... iv
Surat Perjanjian ... v
Motto ... vi
Kata Pengantar ... vii
Abstrak ... x
Daftar Isi ... xi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... ... 1
B. Masalah Penelitian ... 5
C. Tujuan Penelitian... 6
D. Manfaat Penelitian... 6
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka... 8
1. PengertianBelajar...……… ... 8
2. Teori-TeoriBelajar………... 8
3. Pembelajaran IPS di SekolahDasar ... 11
4. PengertianHasilBelajar IPS ... 12
5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar ... 22
6. Hakikat Strategi berbasis Masalah ... 24
7. Langkah-langkah Pendekatan Strategi Berbasis Masdalah Dalam Proses Pembelajaran IPS disekoalah Dasar..………...26
8. Keunggulandan KelemahanProblem Based Learning…...28
B. Kerangka Pikir ...………..………….……..31
C. Hipotesis Tindakan………...31
xii
B. Tempat dan Subjek Penelitian ………...32
C. FokusPenelitian ……….…..32
D. Prosedur Penelitian………...33
E. Sumber Data...………...………...……….36
F. Teknik Analisis Data………36
G. Indikator Keberhasilan……….37
BAB IV HASIL PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN PENELITIAN A. Hasil Penelitian... 38
B. Pembahasan Hasil Penelitian... 54
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 56
B. Saran ... 57
DAFTAR PUSTAKA ... 58 LAMPIRAN-LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP
vii
Abubakar Asfari Laba. Skripsi.Peningkatan Hasil Belajar Ilmpu Pengetahuan Sosial (IPS) Melalui Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah (SPBM) Murid Kelas VI SDN Leuwalang Kecamatan Omesuri Kabupaten Lembata NTT. Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar. Pembimbing I Rosleny B dan Pembimbing II Nurdin
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) melalui model strategi pembelajaran berbasis masalah pada murid kelas VI SDN Leuwalang. jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (Class Action Research) yang terdiri dari dua siklus dan setiap siklus dilaksanakan sebanyak empat pertemuan. Prosedur penelitian meliputi perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi. Subjek dalam penelitian ini adalah murid kelas VI SDN Leuwalang sebanyak 33 orang. Teknik pengumpulan data melalui teknik observasi dan tes. Teknik analisis data dilakukan melalui teknik deskriptif kualitatif dan kuatitatif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada siklus I hasil belajar murid memperoleh nilai rata-rata 69,7 dan ketuntasan secara klasikal hanya 63,7%, dan mengalami peningkatan pada siklus II dengan nilai rata-rata murid 82,4 dan ketuntasan secara klasikal mencapai 81,8%Berdasarkan hasilpenelitiantersebut di atas, disimpulkan bahwa hasil belajar ilmu pengetahuan sosial murid kelas VI SDN Leuwalang melalui penerapan model pembelajaran berbasis masalah mengalami peningkatan. Dengan demikian, disarankan kepada setiap guru untuk menggunakan strategi pembelajaran yang sesuai dengan materi dan karakteristik murid agar tercapai tujuan pembelajaran secara efektif.
Kata kunci: hasil belajar, strategi pembelajaran berbasis masalah (SPBM)
1 A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan manusia.
Pendidikan adalah suatu proses yang dilakukan secara sadar atau disengaja guna menambah pengetahuan, wawasan serta pengalaman yang lebih baik dan dengan pendidikan itu sendiri dapat menciptakan orang-orang berkualitas. Pendidikan juga merupakan suatu usaha untuk mengembangkan intelektualitas supaya cepat dan tepa tdalam mencerna semua gejala yang ada.
Untuk mencapai tujuan pendidikan nasional, pemerintah telah menyelenggarakan perbaikan-perbaikan guna peningkatan mutu pendidikan pada berbagai jenis dan jenjang. Berbagai upaya terus dikembangkan seperti penyempurnaan kurikulum, peningkatan kemampuan guru, penyediaan buku ajar, namun kondisi pendidikan kita saat ini begitu menyedihkan. Namun tujuan yang diharapkan ini sulit dicapai apabila murid dianggaps ebagai obyek pembelajaran dengan kegiatan yang mengutamakan pembentukan intelektual dan tidak melatih mereka menjadi insan yang kreatif, mandiri, demokratis serta bertanggung jawab.
Dalam penyelenggaraan pendidikan di Indonesia, istilah pendidikan IPS bisa dikatakan masih baru apabila dibandingkan dengan disiplin-disiplin ilmu yang lain. Pendidikan IPS dalam kepustakaan asing disebut dengan istilah sosial education yang berarti pendidikan sosial atau ilmu sosial.
Pengadaan dan penerapan matapelajaran IPS dalam suatu jenjang pendidikan nasional di Indonesia, bukanlah pengadaan yang dilakukan tanpa
maksud dan tujuan. Tujuan pendidikan IPS adalah untuk mempersiapkan murid menjadi warga Negara yang baik dalam kehidupan di masyarakat. Selain itu, pendidikan IPS juga bertujuan untuk mengembangkan kemampuan murid menggunakan penalaran dalam mengambil keputusan terhadap persoalan- persoalan yang dihadapinya.
Guru merupakan komponen yang sangat penting dalam proses pembelajaran di kelas. Pandangan dan pemahaman guru terhadap pengertian belajar akan mempengaruhi cara guru melaksanakan proses pembelajaran dan proses evaluasi hasil belajar murid. Pada guru yang kurang menekankan belajar pada aspek “proses” tetapi lebih kepada “produk”, pembelajaran akan lebih berpusat kepada guru melalui pengulangan kegiatan rutin seperti penjelasan singkat materi, pemberian pekerjaan rumah. Namun guru yang memandang belajar sebagai proses mengkonstruksi informasi dan pengalaman baru, akan melibatkan murid secara aktif dalam proses pembelajaran.
Berdasarkan hasil observasi yang telahdi lakukan, pada pembelajaran IPS kelas VI SDN Leuwalang, dalam proses pembelajaran guru IPS masih menerapkan metode pembelajaran yang bersifat kurang efektif, karena metode ini dianggap paling tepat untuk mengejar target pencapaian kurikulum. Dalam proses pembelajaran, guru mungkin kurang melibatkan murid sehingga mengakibatkan munculnya perilaku murid yang acuh tak acuh, tidak antusias dan tidak bersemangat dalam proses pembelajaran.
Hal inimengakibatkan rendahnya nilai rata-rata kelas pada mata pelajaran IPS di SDN Leuwalang khususnya kelas VI. Dari hasil observasi, didapatkan
bahwa sebanyak nilai rata-rata kelas adalah 62,43pada mata pelajaran IPS. Hal ini menandakan bahwa KKM belum tercapai karena nilai KKM adalah 65 dan jumlah murid yang belum tuntas yaitu20 orang dari 35 orang murid berarti yang belum tuntas adalah 57%, sedangkan yang tuntas hanya 15 orang dari 35 orang murid, berarti yang tuntas hanya 43%.
Oleh karena hal-hal di atas, dipandang perlu adanya suatu inovasi berupa penerapan pembelajaran yang berbeda, salah satunya strategi pembelajaran berbasis masalah.
Strategi pembelajaran berbasis msalah adalah suatu pendekatan pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi murid untuk belajar melalui berpiki rkritis dan keterampilan pemecahan masalah dalam rangka memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensial dari materi pelajaran.
Melalui penerapan strategi pembelajaran berbasis masalah pebelajar dapat lebih memahami konsep yang diajarkan sebab mereka sendiri dapat menemukan konsep tersebut sehingga pembelajaran terasa lebih bermakna, terlibat secara aktif dalam proses pemecahan masalah, serta pengkondisian pebelajar dalam kelompok belajar yang saling berinteraksi satu sama lain sehingga dapat diharap kantercapainya ketuntasan belajar yang diinginkan.
Strategi pembelajaran berbasis maslah dikembangkan untuk membantu
murid mengembangkan kemampuan berpikir, memecahkan masalah, dan keterampilan intelektual. Murid dapat belajar berbagai peran orang dewasa melalui pelibatan mereka dalam pengalaman nyata atau simulasi dan menjadi
pebelajar yang mandiri. Proses pembelajaran lebih terpusat pada murid sehingga guru hanya berperan sebagai fasilitator yang membimbing dan mengarahkan murid yang mengalamikesulitan.
Menurut Tan (2003) Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) merupakan inovasi dalam pembelajaran karena dalam PBM kemampuan berpikir siswa betul-betul dioptimalisasikan melalui proses kerja kelompok atau tim yang sistematis, sehingga siswa dapat memberdayakan, mengasah, menguji, dan mengembangkan kemampuan berpikirnya secara berkesinambungan.(Rusman, 2012 :229)
Pemilihan pendekatan ini, juga didasarkan pada beberapa penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, diantaranya penelitian yang dilakukan Rika Widyastuti dengan judul “Peningkatan Kemampuan Mendeskripsikan Proses Pembentukan Tanah Melalui Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah Pada Siswa Kelas VI SDN Leuwalang yang menyimpulkan bahwa penggunaan pendekata berbasis masalah dapat meningkatkan kemampuan mendeskripsikan proses pembentukan tanah dan hasil belajar murid pada pokok bahasan kenampakan alam, terlihat dari adanya peningkatan rata-rata kelas selama di adakannya penelitian.
B. Masalah Penelitian 1. Identifikasi Masalah
a) Rendahnya minat belajar murid.
b) Tidak tercapai KKM.
c) Rendahnya kemampuan berpikir kritis.
2. Pemecahan Masalah
Masalah rendahnya minat belajar murid, tidak tercapai KKM, dan rendahnya kemampuan berpikir kritis akan dipecahkan melalui penerapan model pembelajaran Problem Based Learning.
3. RumusanMasalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :Apakah penerapan strategi pembelajaran berbasis masalah dapat meningkatkan hasil belajar IPS pada murid kelas VI SDN Leuwalang.
C. Tujuanpenelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar IPS pada murid kelas VI SDN Leuwalang dengan menggunakan Strategi pembelajaran berbasis masalah.
D. Manfaatpenelitian
Hasil penelitian tindakan kelas ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada semua pihak yang terkait, secara khusus manfaat penelitian iniyaitu:
1. ManfaatTeoretis
a. Sebagai landasan untuk mengembangkan pembelajaran yang mempengaruhi aktivitas, minat, partisipasi dan hasil belajar murid dalam bidang studi IPS.
b. Memberi gambaran yang jelas tentang efektifitas pembelajaran IPS dengan menggunakan strategi pembelajaran berbasis masalah.
2. ManfaatPraktis a. Bagi Murid
1) Adanya kebebasan bagi murid untuk menemukan hal-hal baru bagi dirinya didalam pembelajaran IPS.
2) Dapat menghilangkan rasa jenuh pada saat pembelajaran berlangsung.
3) Dapat mempermudah penguasaan konsep, memberikan pengalaman nyata, memberikan dasar-dasar berpikir konkret sehingga mengurangi verbalisme, meningkatkan minat belajar dan meningkat kanhasil belajar.
b. Bagi guru
1) Untuk meningkatkan profesionalisme guru
2) Meningkatkan tingkat kepercayaan diri bagi seorang guru.
3) Memberikan pengalaman, menambah wawasan, pengetahuan dan keterampilan dalam merancang metode yang tepat dan menarik serta mempermudah proses pembelajaran melalui strategi pembelajaran berbasis masalah.
c. Bagi sekolah
1) Memberikan sumbangan yang positif terhadap kemajuan sekolah serta kondusifnya iklim pendidikan di sekolah, khususnya pembelajaran IPS dan umumnya seluruh mata pelajaran yang ada di sekolah.
2) Dapat memberikan masukan dalam mengefektifkan pembinaan dan pengelolaan proses belajar mengajar dalam pelaksanaan pendidikan.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS TINDAKAN
A. Kajian Pustaka
1. Pengertian Belajar
Istilah belajar adalah istilah lumrah kita dengar dalam kehidupan sehari- hari.. Hilgard (1962) mengartikan belajar ialah suatu proses d mana suatu perilaku muncul atau berubah karena adanya respon terhadap suatu situasi. (Suyono &
Hariyanto,2011:12). Selanjutnya bersama-sama dengan Marquis, Hilgard memperbaharui definisinya dengan menyatakan bahwa belajar merupakan proses mencari ilmu yang terjadi dalam diri seseorang melalui latihan pembelajaran cdan lain-lain sehingga terjadi perubahan dalam diri.
Belajar pada manusia merupakan suatu proses psikologis yang berlansung dalam inuytghteraksi aktif subjek dengan lingkungan, dan menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang bersifat konstan/menetap. W.s.winkel (Hariyanto, 2011: 14).
Menurut Morgan (Suprijono, 2009: 3) “Learning is any relatively permanent change in behavior that is a result of past experience”. Yang artinya
belajar adalah perubahan yang bersifat permanen sebagai hasil dari pengalaman Bila dianalisis pengertian belajar tersebut di atas, mengandung unsur- unsur yang sama, yaitu:
a. Belajar itu merupakan suatu kegiatan yang disadari dan mempunyai tujuan
7
b. Proses belajar itu disebabkan oleh pengalaman atau latihan-latihan, dan buka disebabkan oleh pengalaman-pengalaman atau latihan, dan bukan disebabkan oleh pengalaman pertumbuhan atau kematangan
c. Perubahan tingkah laku dalam belajar sifatnya menetap.
Belajar dapat pula diartikan secara luas dan secara sempit. Secara luas, belajar diartikan sebagai kegiatan psikofisik menuju perkembangan pribadi seutuhnya. Secara sempit, belajar diartikan sebagai uasaha penguasaan materi pelajaran.
Dilihat dari ciri-ciri belajar, yaitu:
a. Perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar bukan perubahan tingkah laku karena proses kematangan
b. Perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar bukan perubahan tingkah laku karena perubahan kondisi fisik
c. Hasil belajar bersifat relatif menetap.
Berdasarkan pengertian diatas dapat kita simpulkan bahwa belajar merupakan suatu perubahan tingkah laku yang diperoleh dari hasil latihan atau pengalaman dalam interaksinya dengan lingkungan. Perubahan tersebut tidak hanya bertambahnya ilmu pengetahuan, namun juga berwujud keterampilan, kecakapan, sikap, tingkah laku, pola pikir, dan kepribadian.
2. Teori-teori Belajar
Untuk menjelaskan bagaimana proses belajar itu berlangsung, timbul berbagai teori. Kekeliruan yang banyak dilakukan, menganggap bahwa segala macam belajar dapat diterangkan dengan satu teori tertentu. Tiap teori mempunyai
dasar tertentu. Ada teori belajar yang didasarkan atas asosiasi, ada pula atas insight misalnya, dan ada prinsip yang satu tidak dapat dipadukan dengan yang lain. Teori belajar member penjelasan tentang aspek belajar tertentu dan tidaklah sesuai dengan segala macam bentuk belajar. Berikut ini adalah beberapa teori belajar yang banyak dikemukakan oleh para ahli (Hariyanto, 2011:55):
1. Teori belajar behavioristik
Teori belajar behavioristik adalah teori belajar yang lebih menekankan pada tingkah laku manusia. Memandang individu sebagai makhluk reaktif yang member respon terhadap lingkungan. Pengalaman dan pemeliharaan akan membentuk prilaku mereka. Teori belajar ini menjelaskan belajar itu adalah perubahan prilaku yang dapat diamati, diukur, dan dinilai secara kongkret.
Perubahan itu terjadi melalui rangsangan yang menimbulkan hubungan prilaku reaktif berdasarkan hukum-hukum mekanistik.
Beberapa tokoh penting yang terlibat dalam teori belajar behaviristik adalah:
a. Edward Lee Thorndike (1874-1949) b. Ivan Petrovich Pavlov (1849-1936) c. Burrhus Frederic Skinner (1904-1990) d. Robert Gagne (1916-2002)
e. Albert Bandura (1925-masih hidup) f. Teori belajar konstruktivisme
Konstruktivisme dalam konteks filsafat pendidikan adalah suatu upaya membangun tata susunan hidup yang berbudaya modern. Konstruktivisme merupakan landasan berpikir (filosofi) pembelajaran konstektual yaitu bahwa
pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit yag hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas. Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep, atau kaidah-kaidah yang siap diambil dan diingat. Manusia harus mengkonstruksi pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata.
2. Teori belajar humanistik
Belajar sifatnya individual dan pribadi. Teori belajar ini merupakan antitesa pandangan behavioristik. Pandangan ini belajar dapat dilakukan sendiri oleh pebelajar. Dalam belajar demikian, pebelajar senantiasa menemukan sendiri mengenai sesuatu tanpa banyak campur tangan dari pembelajar.peranan pebelajar lebih tinggi dibanding pembelajar.
3. Teori belajar kognitif
Belajar merupakan aktivitas penalaran. Teori belajar ini merupakan konvergensi dari pandangan behavioristik dan humanistic. Pandangan ini perpaduan usaha pribadi dan control instrumental yang berasal dari lingkungan.
Ahli-ahli teori kognitif berpendapat bahwa belajar adalah hasil dari usaha kita untuk dapat mengerti dunia. Untuk melakukan ini, kita menggunakan semua alat mental kita. Caranya, kita berpikir tentang situasi, sama baiknya kita berpikir tentang kepercayaan, harapan, dan perasaan kita yang akan mempengaruhi bagaimana dan apa yang akan kita pelajari. Dua murid mungkin akan ada dalam kelas yang sama, tetapi belajar dua pelajaran yang berbeda.
Apa yang dipelajari setiap murid tergantung pada apa yang diketahui dari masing-masing murid dan bagaimana informasi baru diproses. Tetapi, walaupun banyak perspektif belajar kognitif, hanya ada dua kategori penting, yaitu pertama
information processing approach (pendekatan proses informasi) yang mempercayakan terutama komputer sebagai model untuk belajar dan untuk ingatan manusia.
3. Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar a. Pengertian IPS di SD
Rumusan tentang pengertian IPS telah banyak dikemukakan oleh para ahli IPS atau social studies. Di sekolah-sekolah Amerika pengajaran IPS dikenal dengan social studies. Jadi, istilah IPS merupakan terjemahan social studies.
Dengan demikian IPS dapat diartikan dengan “penelaahan atau kajian tentang masyarakat”. Dalam mengkaji masyarakat, guru dapat melakukan kajian dari\berbagai perspektif sosial, seperti kajian melalui pengajaran sejarah, geografi,ekonomi, sosiologi, antropologi, politik-pemerintahan, dan aspek psikologi sosial yang disederhanakan untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Pengembangan IPS di Indonesia banyakmengambil ide-ide dasar dari pendapat-pendapat yang dikembangkan diAmerika Serikat tersebut. Tujuan, materi, dan penanganannya dikembangkansendiri sesuai dengan tujuan nasional dan aspirasi masyarakat Indonesia. Hal ini didasarkan pada realitas, gejala, dan problem sosial yang menjadi kajianIPS yang tidak sama dengan negara-negara lain. Setiap negara memilikiperkembangan dan model pengembangan social studies yang berbeda.
Berikut pengertian IPS yang dikemukakan oleh beberapa ahli pendidikan dan IPS di Indonesia adalah:
1. Dalam dokumen kurikulum 1975 menyatakan bahwa IPS merupakan salah satu nama mata pelajaran yang diberikan pada jenjang pendidikan
dasar dan menengah. IPS merupakan sebuah mata pelajaran integrasi dari mata pelajaran Sejarah, Geografi, dan Ekonomi serta mata pelajaran ilmu sosial lainnya.
2. Nu’man Soemantri menyatakan bahwa IPS merupakan pelajaran ilmu- ilmu sosial yang disederhanakan untuk pendidikan tingkat SD, SLTP, dan SLTA. Penyederhanaan mengandung arti: a) menurunkan tingkat kesukaran ilmu-ilmu sosial yang biasanya dipelajari di universitas menjadi pelajaran yang sesuai dengan kematangan berfikir murid siswi sekolah dasar dan lanjutan, b) mempertautkan dan memadukan bahan aneka cabang ilmu-ilmu sosial dan kehidupan masyarakat sehingga menjadi pelajaran yang mudah dicerna.
3. S. Nasution mendefinisikan IPS sebagai pelajaran yang merupakan fusi atau paduan sejumlah mata pelajaran sosial. Dinyatakan bahwa IPS merupakan bagian kurikulum sekolah yang berhubungan dengan peran manusia dalam masyarakat yang terdiri atas berbagai subjek sejarah, ekonomi, geografi, sosiologi, antropologi, dan psikologi sosial.
IPS yang juga dikenal dengan nama social studies adalah kajian mengenai manusia dengan segala aspeknya dalam sistem kehidupan bermasyarakat. IPS mengkaji bagaimana hubungan manusia dengan sesamanya di lingkungan sendiri, dengan tetangga yang dekat sampai jauh. IPS juga mengkaji bagaimana manusia bergerak dan memenuhi kebutuhan hidupnya. Dengan demikian, IPS mengkaji tentang keseluruhan kegiatan manusia. Kompleksitas kehidupan yang akan dihadapi murid nantinya bukan hanya akibat tuntutan perkembangan ilmu dan teknologi saja, melainkan juga kompleksitas kemajemukan masyarakat Indonesia.
Oleh karena itu, IPS mengembangkan pengetahuan dan keterampilan yang berhubungan dengan manusia dan juga tindakan-tindakan empatik yang melahirkan pengetahuan tersebut.
b. Hakikat Pembelajaran IPS di SD
Hakikat dari IPS terutama jika disorot dari anak didik adalah: Sebagai pengetahuan yang akan membina para generasi muda belajar ke arah posistif yakni mengadakan perubahan-perubahan sesuai kondisi yang diinginkan oleh dunia modern atau sesuai daya kreasi pembangunan serta prinsip-prinsip dasar dan sistem nilai yang dianut masyarakat serta membina kehidupan masa depan masyarakat secara lebih cemerlang dan lebih baik untuk kelak diwariskan kepada keturunannya secara lebih baik. IPS sebagai panduan dari sejumlah subjek (ilmu) yang isinya menekankan pembentukan warga negara yang baik daripada menekankan isi dan disiplin subjek tersebut.
Dalam kurikulum IPS 1975, dikatakan sebagai bnerikut: IPS adalah bidang studi yang merupakan paduan dan sejumlah mata pelajaran sosial. Bidang pengajaran IPS terutama akan berperang dalam pembinaan kecerdasan keterampilan, pengetahuan, rasa tanggung jawab, dan demokrasi.
Pokok-pokok yang dijadikan bahan pembahasan difokuskan pada masalah kemasyarakatan yang aktual. IPS mengembangkan dua fungsi utama yaitu, membina pengetahuan, kecerdasan dan keterampilan yang bermanfaat bagi pengembangan dan kelanjutan pendidikan murid dan membina sikap yang selaras dengan nilai-nilai pamcasila dan UUD dasar 1945.
IPS sebagai mata pelajaran di tingkat sekolah dasar pada hakikatnya merupakan suatu integrasi utuh dari disiplin ilmu-ilmu sosial dan disiplin ilmu lain yang relevan untuk merealisasikan tujuan pendidikan di tingkat persekolahan.
Implikasinya, berbagai tradisi dalam ilmu sosial termasuk konsep, struktur, cara kerja ilmuwan sosial, aspek metode, maupun aspek nilai yang dikembangkan
dalam ilmu-ilmu sosial, dikemas secara psikologis, pedagogis, dan sosial budaya untuk kepentingan pendidikan.
Berdasarkan perspektif di atas, secara umum IPS dapat dimaknai sebagai seleksi dari struktur disiplin akademik ilmu-ilmu sosial yang diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah dan psikologis untuk mewujudkan tujuan pendidikan dalam kerangka pencapaian tujuan pendidikan nasional yang berdasarkan Pancasila.
Pengertian umum ini mengimplikasikan adanya penyederhanaan, adaptasi, seleksi, dan modifikasi dari berbagai disiplin akademis ilmu-ilmu sosial. Kaidah- kaidah akademis, pedagogis, dan psikologis tidak bisa ditinggalkan dalam upaya pengorganisasian dan penyajian upaya tersebut. Dengan cara demikian, pendidikan IPS diharapkan tidak kehilangan berbagai fungsi yang diembannya, apalagi jika dikaitkan secara langsung dengan pencapaian tujuan institusional pendidikan dasar dan menengah dalam kerangka mewujudkan tujuan pendidikan nasional.
c. Tujuan Pembelajaran IPS di SD
Sama halnya tujuan dalam bidang-bidang yang lain, tujuan pembelajaran IPS bertumpu pada tujuan yang lebih tinggi. Secara hirarki, tujuan pendidikan nasional pada tataran operasional dijabarkan dalam tujuan institusional tiap jenis dan jenjang pendidikan. Selanjutnya pencapaian tujuan institusional ini secara praktis dijabarkan dalam tujuan kurikuler atau tujuan mata pelajaran pada setiap bidang studi dalam kurikulum, termasuk bidang studi IPS. Akhirnya tujuan kurikuler secara praktis operasional dijabarkan dalam tujuan instruksional atau
tujuan pembelajaran.Sub bahasan ini dibatasi pada uraian tujuan kurikuler bidang studi IPS. Tujuan kurikuler IPS yang harus dicapai sekurang-kurangnya meliputi hal-hal berikut:
1. Membekali peserta didik dengan pengetahuan sosial yang berguna dalam kehidupan masyarakat;
2. Membekali peserta didik dengan kemapuan mengidentifikasi, menganalisa dan menyusun alternatif pemecahan masalah sosial yang terjadi dalam kehidupan di masyarakat;
3. Membekali peserta didik dengan kemampuan berkomunikasi dengan sesama warga masyarakat dan dengan berbagai bidang keilmuan serta berbagai keahlian;
4. Membekali peserta didik dengan kesadaran, sikap mental yang positif, dan keterampilan terhadap lingkungan hidup yang menjadi bagian kehidupannya yang tidak terpisahkan; dan
5. Membekali peserta didik dengan kemampuan mengembangkan pengetahuan dan keilmuan IPS sesuai dengan perkembagan kehidupan, perkembangan masyarakat, dan perkembangan ilmu dan teknologi.
Kelima tujuan di atas harus dicapai dalam pelaksanaan kurikulum IPS di berbagai lembaga pendidikan dengan keluasan, kedalaman dan bobot yang sesuai dengan jenis dan jenjang pendidikan yang dilaksanakan.
Sebagai bidang ajar di sekolah, IPS memiliki tujuan untuk mengembangkan pengetahuan, sikap, dan keterampilan sosial dalam bentuk konsep dan pengalaman belajar yang dipilih atau diorganisasikan dalam rangka
kajian ilmu sosial. Dalam Permendiknas (2006) dikemukakan bahwa IPS mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial. (Sapriya, 2009: 194)
Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan informasi terpilih dan cara-cara investigasi dari ilmu-ilmu sosial, informasi dipilih dari berbagai tempat yang berhubungan langsung terhadap pemahaman individu, kelompok dan masyarakat dan penerapan dari informasi yang dipilih untuk maksud mendidik warga negara yang baik. Dari pengertian tersebut dapat dipahami bahwa mata pelajaran IPS di SD bertujuan untuk membentuk warga negara yang baik, yaitu warga negara yang memiliki kemampuan dan keterampilan yang berguna bagi diri dalam hidup sehari-hari dan warga negara yang bangga sebagai bangsa Indonesia dan cinta tanah air. IPS di tingkat sekolah pada dasarnya bertujuan untuk mempersiapkan para peserta didik sebagai warga negara yang menguasai pengetahuan (knowledge), keterampilan (skills), sikap dan nilai (attitudes and values) yang dapat digunakan sebagai kemampuan mengambil keputusan dan berpartisipasi dalam berbagai kegiatan kemasyarakatan agar menjadi warga negara yang baik.(Sapriya, 2009:157)
d. Fungsi Pembelajaran IPS di SD
Fungsi pengajaran IPS di SD adalah untuk mengembangkan pengetahuan, nilai, sikap, dan keterampilan sosial dan kewarganegaraan peserta didik agardapat direfleksikan dalam kehidupan masyarakat, bangsa, dan negara Indonesia.Fungsi IPS sebagai pendidikan, yaitu membekali anak didik dengan pengetahuan sosial yang berguna, keterampilan sosial dan intelektual dalam membina perhatian serta
kepedulian sosialnya sebagai SDM indonesia yang bertanggung jawab merealisasikan tujuan nasional.
Pada jenjang sekolah dasar, murid harus diperkenalkan proses pengembangan pemahaman tentang alasan kenapa nilai-nilai tersebut diperkenalkan. Untuk kelas rendah, unsur-unsur permainan dan penanaman nilai tidak boleh ditinggalkan karena pada tahap ini murid harus dikondisikan merasa senang dalam hidup bersama, bersosialisasi, dan mulai mengenal ilmu pengetahuan. Kegiatan yang dapat diperkenalkan antara lain mengunjungi museum, kebun binatang, tempat-tempat bersejarah, lingkungan alam, dsb. Ilmu pengetahuan haruslah dicintai, bukan ditakuti dan menjadi ancaman bagi murid.
Selain itu, nilai-nilai kejujuran, keadilan, dan kepahlawanan juga harus mulai diperkenalkan dan mendapat tekanan serta perhatian di kelas rendah. Cerita dan dongeng dapat menjadi sarana yang baik untuk menanamkannya.
Untuk kelas tinggi, porsi pemahamannya harus ditambah. Kegiatan- kegiatan yang dapat membangun sikap tanggung jawab, keteraturan, dan kebersamaan dalam kelompok sudah mulai diterapkan. Pemberian tugas, baik yang bersifat individu maupun kelompok, diskusi, dan tanya jawab merupakan metode yang cocok untuk menanamkan nilai dan sikap dalam pembelajaran IPS.
Penanaman nilai melalui drilling atau hafalan semata tidaklah tepat, karena dengan cara seperti itu murid menerima suatu nilai hanya sebagai pengetahuan atau mengubah sikap secara terpaksa, semu, atau pura-pura tanpa keyakinan. Pengajaran nilai dan sikap hendaknya benar-benar mampu menyentuh kesadaran nilai murid dan tertanam melalui logika pembenaran yang dapat
diterima murid. Dengan cara demikian, nilai-nilai tersebut menjadi milik dan keyakinan murid yang tidak mudah berubah.
4. Pengertian Hasil Belajar IPS
Setelah melakukan kegiatan pembelajaran dengan memanfaatkan berbagai sumber dan media, yang harus dilakukan guru selanjutnya adalah menilai atau mengevaluasi hasil belajar murid. Evaluasi dilakukan untuk mengetahui keberhasilan yang dicapai murid dari proses pembelajaran yang telah ditempuh.
Evaluasi dalam konteks ini dimaknai sebagai penilaian program, proses, dan hasil pembelajaran IPS. Jika evaluasi ditinjau dari proses pembelajaran yang merupakan kegiatan bertahap dan berkesinambungan, maka evaluasi merupakan titik puncak dari proses kegiatan keseluruhan. Akan tetapi, bukan berarti pelaksanaan evaluasi hanya dilakukan pada akhir proses tersebut.
Evaluasi bisa dilakukan terus-menerus untuk mengecek keberlangsungan proses pembelajaran, khususnya terkait dengan pemahaman peserta didik. Sementara itu, sebagai titik puncak, evaluasi dilakukan untuk menilai keberhasilan seluruh rangkaian proses kegiatan pembelajaran.
Dalam proses pembelajaran IPS, evaluasi memiliki beberapa fungsi yang bermakna, baik bagi guru maupun peserta didik yang sedang menjalani proses pembelajaran. Bagi guru, evaluasi berfungsi untuk mengungkapkan dan memperbaiki kelemahan proses pembelajaran, yang meliputi bobot materi yang disajikan, metode yang diterapkan, dan media yang digunakan.
Bagi peserta didik, evaluasi berfungsi untuk mengungkapkan penguasaan materi pembelajaran dan kemajuannya secara individual maupun kelompok
Hasil belajar adalah merupakan istilah suatu keberhasilan murid selama dan setelah proses belajar yang diukur melalui suatu alat tertentu. Dalam hal ini alat tersebut adalah berupa tes, baik tes tertulis maupun tes lisan.
Pelaksanaan evaluasi mempunyai manfaat yang sangat besar. Manfaat ini dapat ditinjau dari pelaksanaannya. Adapun jenis evaluasi yaitu:
1. Evaluasi Formatif. Yakni evaluasi yang dilaksanakan setiap kali selesai dipelajari suatu unit pelajaran tertentu.
2. Evaluasi Sumatif. Yakni evaluasi yang dilaksanakan setiap akhir pengajaran suatu program atau sejumlah unit pelajaran tertentu.
3. Evaluasi Diagnostik. Yakni evaluasi yang dilaksanakan sebagai sarana diagnose.
4. Evaluasi Penempatan. Yakni evaluasi yang dilaksanakan untuk menempatkan siswa pada suatu program pendidikan atau jurusan yang sesuai dengan kemampuan.
Dalam pembelajaran IPS terdapat tiga macam keterampilan yang harus dimiliki murid yaitu:
a. Keterampilan Intelektual
Keterampilan intelektual adalah keterampilan berpikir, kecekatan, dan kecepatan memanfaatkan pikiran, cepat tanggap dalam menghadapi permasalahan sosial di masyarakat. Keterampilan ini memungkinkan individu untuk berinteraksi dengan lingkungan dalam bentuk simbol atau konsep. Individu belajar mulai dari tingkat yang paling rendah, misalnya menulis huruf “a”.
Keterampilan intelektual yang dikembangkan dalam pembelajaran IPS bertujuan
untuk melatih murid berpikir logis dan sistematis dalam memecahkan persoalan yang nyata dalam kehidupan bermasyarakat. Aktivitas yang Nampak dalam proses belajar adalah mengumpulkan, menunjukkan, menerapkan, menganalisis, dan menilai.
Untuk meningkatkan dan memantapkan keterampilan ini, metode yang dapat digunakan guru antara lain adalah metode tanya jawab dan diskusi. Melalui metode ini, murid diberikan stimulus sehingga dapat mengajukan persoalan sendiri tentang permasalahan yang terjadi di masyarakat. Dengan demikian, murid menjadi cepat tanggap, kritis, dan kreatif terhadap hal-hal yang dirasa tidak wajar yang mereka lihat dan alami dalam kehidupan sehari-hari. Murid juga akan memiliki penalaran yang lebih peka terhadap masalah social yang terjadi di masyarakat.
b. Keterampilan Personal
Kepribadian (personality) seseorang terbentuk sejak lahir dan berkembang karena pengaruh lingkungan tempat tinggal. Kepribadian merupakan organisasi dinamis dari proses proses kejiwaan yang diwariskan secara biologis berkenaan dengan sikap, keinginan, pikiran, dan tingkah laku sesuai dengan kondisi dan situasi lingkungannya. Tiap orang memiliki kepribadian yang berbeda. Akan tetapi, sebagai kelompok/masyarakat, bahkan sebagai bangsa memiliki kepribadian tertentu dengan ciri-ciri yang dapat dibedakan dengan kelompok/masyarakat atau bangsa lain. Kepribadian seseorang dibina dan dikembangkan oleh lingkungan tertentu, baik luas maupun sempit. Kepribadian seseorang juga dapat mempengaruhi lingkungan, bahkan dapat mengendalikan
lingkungan kea rah tertentu. Contohnya kepala Negara, tokoh-tokoh dalam berbagai bidang yang memiliki kepribadian kuat.
Bekal pengetahuan IPS akan memberikan ciri atau karakter tertentu dalam pembentukan kepribadian. Dalam lingkungan masyarakat, seseorang yang memiliki keterampilan personal yang baik dapat memberikan contoh sebagai teladan yang dapat dijadikan panutan anggota masyarakat lainnya. Selain itu, dengan keterampilan ini pula seseorang dapat mempengaruhi dan mengendalikan hal-hal yang dianggap kurang baik ke arah yang lebih baik. Misalnya saja beberapa sistem nilai yang dapat menghambat pembangunan seperti banyak anak banyak rejeki, makan tidak makan yang penting kumpul, dsb.
c. Keterampilan Sosial
Keterampilan sosial adalah keterampilan melakukan sesuatu yang berhubungan dengan kepentingan hidup bermasyarakat, seperti bekerja sama, bergotong royong, menolong orang lain yang memerlukan dan melakukan tindakan secara cepat dalam memecahkan persoalan sosial di masyarakat.
Keterampilan ini menuntut guru IPS sebagai anggota masyarakat untuk berperan dan peka terhadap berbagai kejadian dan masalah yang terjadi di masyarakat.
Guru IPS tidak boleh bersifat masa bodoh, tetapi harus aktif dan melibatkan diri serta bersatu dengan naggota masyarakat lainnya untuk meningkatkan taraf hidup.
Selain itu, juga membantu masyarakat mencari alternatif solusi permasalahan yang dihadapi.
Sehingga dalam tulisan ini, hasil belajar IPS dapat diartikan sebagai tingkat keberhasilan murid setelah melalui proses belajar mengajar dalam ilmu
pengetahuan sosial yang diukur dengan menggunakan alat ukur keberhasilan belajar yang disebut dengan tes hasil belajar.
5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar IPS
Belajar sebagai suatu proses atau suatu aktivitas sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor yang secara umum terdiri dari faktor internal (faktor berasal dari dalam diri subjek belajar) dan faktor eksternal (faktor yang berasal dari luar diri subjek belajar).
Menurut Sardiman A.M (Haling, 2006: 10) belajar sebagai suatu proses interaksi lebih menitikberatkan pada soal motivasi dan pembicaraan mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi kegiatan belajar lebih ditekankan pada faktor internal. Faktor internal tersebut adalah faktor-faktor psikologis dan faktor fisiologi. Kehadiran kedua faktor tersebut memberikan pengaruh yang cukup besar dalam proses belajar.
Thomas F. Statom (Haling, 2006: 29) menguraikan enam faktor psikologis tersebut yang terdiri atas:
1. Motivasi, seseorang akan berhasil dalam belajar, kalau pada dirinya ada keinginan untuk belajar. Keinginan atau dorongan inilah yang disebut motivasi. Motivasi dalam hal ini meliputi dua hal: 1) mengetahui apa yang akan dipelajari, 2) memahami mengapa hal tersebut patut dipelajari. Dengan berpijak pada kedua unsur motivasi inilah sebagai dasar permulaan yang baik untuk belajar. Sebab tanpa motivasi kegiatan belajar untuk berhasil.
2. Konsentrasi, dimaksudkan memusatkan perhatian pada situasi belajar. Untuk motivasi dalam hal ini sangat membantu tumbuhnya proses pemusatan
perhatian. Di dalam konsentrasi ini keterlibatan mental secara detail sangat diperlukan, sehingga di dalam kegiatan belajar diperlukan keterlibatan fisik maupun mental, sebagai suatu wujud reaksi. Pikiran dan otot harus dapat bekerja secara harmonis, sehingga pebelajar itu bertindak atau melakukannya.
Belajar harus aktif, sekadarnya apa adanya, menyerah pada lingkungan, tetapi semua itu harus dipandang sebagai tantangan yang memerlukan reaksi. Jadi belajar harus aktif, bertindak dan melakukannya dengan segala panca inderanya secara optimal.Belajar dapat juga dikatakan sebagai kegiatan mengorganisasikan, menata atau menempatkan bagian-bagian bahan pelajaran ke dalam suatu kesatuan pengertian.
Tujuan mempelajari IPS di Indonesia untuk memberikan pengetahuan yang merupakan kemampuan untuk mengingat kembali atau mengenal ide-ide atau penemuan yang telah dialami dalam bentuk yang sama atau dialami sebelumnya. Kemampuan dan keterampilan, yaitu kemampuan untuk menemukan informasi yang tepat dan teknik dalam pengalaman seorang murid untuk menolong memecahkan masalah-masalah baru atau pengalaman baru.
Tujuan yang bersifat afektif, berupa pengembangan sikap-sikap, pengertian-pengertian dan nilai-nilai yang akan meningkatkan pola hidup demokratis dan menolong murid mengembangkan filsafat hidupnya.
6. Hakikat Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah
Pencarian formula dan pendekatan dalam proses pembelajaran yang sesuai dan tepat dalam rangka untuk mengembangkan potensi peserta didik sudah sejak lama dilakukan. Terjadinya perubahan dan pergantian kurikulum pendidikan yang
dilakukan pemerintah adalah salah satu usaha mencari formula tersebut. Di sisi lain, banyaknya kritik yang ditujukan pada cara guru mengajar merupakan indikasi kea rah pencarian pendekatan yang sesuai dan tepat bagi pertumbuhan dan perkembangan kecerdasan murid. Suatu pendekatan yang tidak hanya menekankan pada penghapalan dan penguasaan informasi belaka, namun yang lebih ditekankan adalah pemahaman murid terhadap pengetahuan yang berupa konsep sehingga pemahamannya tersebut dapat dijadikan sebagai alat untuk merumuskan dan memecahkan masalah yang dihadapi dalam kehidupan nyata mereka. Dan inilah salah satu inti dalam strategi pembelajaran berbasis masalah.
Strategi pembelajaran berbasis masalah adalah suatu pendekatan
pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai konteks bagi murid untuk belajar melalui berpikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah dalam rangka memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensial dari materi pelajaran.
Margetson (1994) mengemukakan bahwa kurikulum PBM membantu untuk meningkatkan perkembangan keterampilan belajar sepanjang hayat dalam pola pikir yang terbuka, reflektif, kritis, dan belajar aktif. (Rusman, 2012:230).
Pada sterategi pembelajaran berbasis masalah, kelompok-kelompok kecil murid bekerjasama memecahkan suatu masalah yang disepakati oleh murid dan guru.
Ketika guru sedang menerapkan pendekatan tersebut, seringkali murid menggunakan bermacam-macam keterampilan, prosedur pemecahan masalah dan berpikir kritis. Strategi pembelajaran Berbasis masalah merupakan pendekatan pembelajaran yang berorientasi pada kerangka kerja teoritik konstruktivisme.
Pada pendekatan ini pembelajaran dimulai menyajikan permasalahan nyata yang penyelesaiannya membutuhkan kerjasama di antara murid-murid. Dalam pendekatan strategi pembelajaran berbasis masalah ini guru memandu murid menguraikan rencana pemecahan masalah menjadi tahap-tahap kegiatan dan guru mengarahkan murid untuk menggunakan keterampilan dan strategi yang dibutuhkan supaya masalah-masalah yang dihadapi dapat diselesaikan.
Adapun karakteristik pendekatan berbasis masalah yaitu sebagai berikut:
1. Pengajuan pertanyaan atau masalah
2. Keterkaitan dengan disiplin ilmu lain (interdisciplinary focus) 3. Menyelidiki masalah autenti
4. Memamerkan hasil kerja 5. Kolaborasi
Berbagai terobosan dalam ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan hasil dari adanya ketertarikan terhadap masalah. Pada umumnya pendidikan dimulai dengan adanya ketertarikan dengan masalah, dilanjutkan dengan menentukan masalah, dan penggunaan berbagai dimensi berpikir.
7. Langkah-Langkah Pendekatan strategi pembelajaran berbasis masalah Dalam Proses Pembelajaran
Seperti yang telah diuraikan sebelumnya, dikembangkan untuk membantu murid mengembangkan kemampuan berpikir, memecahkan masalah, keterampilan intelektual, dan menjadikan murid mampu belajar secara mandiri. Untuk mencapai hal tersebut ada beberapa cara menerapkan pendekatan strategi pembelajaran berbasis masalah dalam proses pembelajaran. Secara umum
penerapan model ini dengan adanya masalah yang harus dipecahakan atau dicari pemecahannya oleh murid. Masalah tersebut dapat berasal dari murid atau mungkin juga diberikan oleh pengajar. Murid/mahasiswa akan memusatkan pembelajaran di sekitar masalah tersebut, dengan arti lain, murid belajar teori dan metode ilmiah agar dapat memecahkan masalah yang menjadi pusat perhatiannya.
Pemecahan masalah dalam PBL harus sesuai dengan langkah-langkah metode ilmiah. Dengan demikian murid belajar memecahkan masalah secara sistematis dan terencana. Oleh sebab itu, penggunaan PBL dapat memberikan pengalaman belajar melakukan kerja ilmiah yang sangat baik kepada murid.
Langkah-langkah pemecahan masalah dalam pembelajaran PBL paling sedikit ada delapan tahapan Pannen (Suryosubroto, 2009:23), yaitu: (1) mengidentifikasi masalah (2) mengumpulkan data. (3) menganalisis data, (4) memecahkan masalah, (5) memilih cara untuk memecahkan masalah, (6) merencanakan penerapan masalah, (7) melakukan uji coba terhadap rencana yang ditetapkan, (8) melakukan tindakan (action) untuk memecahkan masalah.
Lebih lanjut Arends (Suryosubroto, 2009:25), merinci langkah-langkah pelaksanaan PBL dalam pengajaran. Arends mengemukakan ada 5 fase (tahap) yang perlu dilakukan untuk mengimpletasikan PBL. Fase-fase tersebut merujuk pada tahap-tahapan praktis yang dilakukan dalam kegiatan pembelajaran dengan PBL sebagaimana disajikan berikut ini:
1. Mengorientasikan pebelajar pada masalah
Pada awal pemebalajaran PBL, pebelajar terlebih dahulu menyampaikan secara jelas tujuan pembelajaran, menetapkan sikap positif terhadap pembelajaran, dan menjelaskan pada pebelajar bagaimana cara pelaksanaannya. Selanjutnya pebelajar melaukan orientasi masalah hingga masalah muncul atau ditemukan sendiri oleh pebelajar
2. Mengorganisasikan pebelajar untuk belajar
Ada beberapa hal penting yang perlu diperhatikan dalam mengorganisasikan pebelajar ke dalam kelompok berdasar masalah yakni pebelajaran dibentuk bervariasi dengan memperhatikan kemampuan, ras, etnis, dan jenis kelamin sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Jika perbedaan kelompok diperlukan, pembelajar dapat membuat tanda kelompok.
3. Memandu menyelidiki secara mandiri atau kelompok
Pada tahap ini pembelajar mendorong pebelajar mengumpulkan data dan melaksanakan kegiatan actual sampai mereka benar-benar mengerti dimensi situasi permasalahan.
4. Menganalisis dan mengevaluasi hasil pemecahan masalah
Tahap akhir pemebalajaran berdasar masalah meliputi bantuan pada pebelajar menganalisa dan mengevaluasi proses berpikir mereka sendiri sebagaimana kegiatan dan keterampilan intektual yang mereka gunakan di dalam pencapaiabn hasil pemecahan masalah.
8. Keunggulan dan Kelemahan pembelajaran berbasis masalah 1. Keunggulan
a) Pebelajar lebih memahami konsep yang diajarkan sebab mereka sendiri yang menemukan konsep tersebut
b) Melibatkan secara aktif memecahkan masalah dan menuntut keterampilan berpikir pebelajar yang lebih tinggi
c) Pengetahuan tertanam berdasarkan skemata yang dimiliki pebelajar sehingga pembelajaran lebih bermakna
d) Pebelajar dapat merasakan menfaat pembelajaran sebab masalah- masalah yang diselesaikan langsung dikaitkan dengan kehidupan nyata, hal ini dapat meningkatkan motivasi dan keterkaitan pebelajar terhadap bahan yang dipelajari
e) Menjadikan pebelajar lebih mandiri dan lebih dewasa, mampu member aspirasi dan menerima pendapat orang lain, menanamkan sikap sosial yang positif diantara pebelajar
f) Pengkondisian pebelajar dalam belajar kelompok yang saling berinteraksi terhadap pebelajar dan temannya sehingga pencapaian ketuntasan belajar dapat diharapkan
2. Kelemahan
a) Menuntut sumber-sumber dan sarana belajar yang cukup termasuk waktu untuk kegiatan belajar murid
b) Jika kegiatan belajar tidak dikontrol dan dikendalikan oleh guru pembelajaran dapat membawa resiko yang merugikan. Misalnya
keselamatan kerja dilaboratorium, keselamatan pada waktu pengumpulan data di lapangan, atau kegiatan belajar murid tidak optimal disebabkan oleh sikap ketidakpedulian para murid
c) Apabila masalah tidak berbobot, maka usaha para murid asal-asalan saja sehingga cenderung untuk menerima hipotesis.
Dari penjelasan diatas kita dapat simpulkan bahwa setiap metode pembelajaran terdapat kelebihan dan kekurangan masing-masing. Inti dari setiap proses pembelajaran guru harus menggunakan proses pembelajaran yang akan menggerakkan siswa menuju kemandirian, kehidupan yang lebih luas, dan belajar sepanjang hayat.
B. Kerangka Pikir
Tantangan dunia global mengharuskan kita untuk mampu beradaptasi dan berkompetisi dengan dinamika perkembangannya. Dampak dari kemajuan tersebut sangat mempengaruhi segala aspek kehidupan manusia tak terkecuali pada aspek pendidikan. Dan untuk menghasilkan sumber daya manusia tersebut dapat ditempuh dengan melalui belajar.Kualitas dan keberhasilan dalam belajar khususnya dalam lembaga pendidikan formal sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor.
Salah satu faktor tersebut adalah pemilihan dan penggunaan pendekatan dalam proses belajar mengajar. Sebagaimana pada obsevasi awal terlihat sebagian besar minat belajar siswa rendah dan cenderung pasif sehingga tidak tercapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) oleh karena itu masalah-masalah tersebut akan dipecahkan melalui pendekatan pembelajaran berbasis masalah dapat
diterapkan dimaksudkan agar hasil belajar murid dapat lebih maksimal dibanding sebelumnya. sebagai salah satu alternatif dalam upaya meningkatkan kualitas dan keberhasilan murid dalam belajar khususnya pada mata pelajaran pendidikan IPS yang terdiri dari beberapa siklus yang terdiri dari empat tahap yaitu 1).pelaksanaan, 2). Pelaksanaan, 3) Pengamatan, dan 4). Refleksi. Berikut gambar bagan kerangka pikir adalah sebagai berikut:
KONDISI AWAL
Guru masihcenderung aktif di bandingkan siswa
1. Rendahnya minat belajar murid.
2. Tidak tercapai KKM.
3. Rendahnya kemampuan berpikir kritis
TINDAKAN
Memanfaatkan model
pembelajaran berbasis masalah dalam prosepembelajar an
SIKLUS I
Guru menyajikan materikurang
mengaktifkan siswa
SIKLUS II
Guru menyajikan materi dengan mengikut sertakan keaktifan siswa Diduga melalui model
pembelajaran berbasis masalahdapat
meningkatkan hasil belajar siswa
KONDISI AKHIR
C. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan dari penjelasan dan uraian pada tinjauan pustaka di atas, maka yang menjadi hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah “Jika pendekatan strategi pembelajaran berbasis masalah diterapkan dalam pembelajaran, maka akan meningkatkan hasil belajar IPS murid kelas VI SDN Leuwalang.
32 BAB III
METODEPENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas atau classroom action research yang artinya suatu penelitian yang akar permasalahannya muncul dikelas
dan dirasakan langsung oleh guru yang bersangkutan untuk meningkatkan pendidikan dengan melakukan perubahan ke arah perbaikan terhadap hasil pendidikan dan pembelajaran
B. Tempat dan Subjek Penelitian
Penelitan ini dilakukan di SDN Leuwalang, dan yang menjadi subjek dalam penelitian ini adalah murid kelas VI SDN Leuwalang dengan jumlah murid 35 orang yang terdiri atas19 orang murid perempuan dan 16 murid laki-laki.
C. Fokus Penelitian
Adapunfaktor yang diselidiki dalam penelitian ini adalah faktor-faktor yang meliputi:
1. Faktor proses pembelajaran, yaitu dengan melihat bagaimana interaksi yang terjadi di kelas, serta aktivitas yang terjadi di dalam proses pembelajaran.
2. Faktor hasil belajar, dengan mengukur hasil belajar IPS murid yang diperoleh dari tes akhir pada setiap siklus.
D. Prosedur Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini berlangsung dengan dua siklus. Setiap siklus terdiri dari 3 kali pertemuan yang terdiri dari 2 kali pertemuan pelaksanaan tindakan dan 1 kali pertemuan untuk tes siklus. Secara rinci pelaksanaan penelitian untuk dua siklus ini sebagai berikut:
Gambar 3.1 SkemaPelaksanaanTindakanKelas
Siklus I
Sesuai dengan kriteria Penelitian Tindakan Kelas (PTK) siklus ini dibagi atas empat tahap yaitu perencanan, tahaptindakan, tahapobservasi, dan tahap refleksi.
Perencanaan
Refleksi
Observasi
Pelaksanaan
Observasi Siklus II
Siklus I
Pelaksanaan Refleksi
Perencanaan
1. TahapPerencanaan (planning)
Secara umum langkah-langkah yang dilakukan pada tahap perencanaan adalah:
a. Mengkaji silabus IPS SDN Leuwalang kelas VI untuk menyesuaikan waktu yang tersedia dalam silabus dengan waktu penelitian.
b. Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran dengan pendekatan strategi pembelajaran berbasis masalah
c. Menyediakan buku dan media yang relevan dengan masalah.
d. Membuat lembar observasi e. Mendesain alat evaluasi 2. Tahappelaksanaan (action)
Kegiatan yang dilaksanakan pada tahap ini adalah sebagai berikut : a. Menyampaikan tujuan pembelajaran dan memotivasi murid.
b. Guru memberikan pemahaman kepada murid tentang materi kenampakan alam.
c. Guru menjelaskan cara-cara melakukan pemecahan masalah tentang materi kenampakan alam
d. Guru memberikan contoh pemecahan masalah.
e. Guru membagimurid menjadi beberapa kelompok kecil f. Guru mengajukan masalah kepada setiap kelompok
g. Guru membimbing dan mengarahkan murid yang mengalami kesulitan dalam pemecahan masalah
h. Guru meminta perwakilan dari setiap kelompok untuk menyajikan hasil kerjanya.
i. Guru membimbing murid menyimpulkan materi yang telah dipelajari 3. TahapObservasidanEvaluasi
a) TahapObservasi
Pada tahap ini dilaksanakan proses observasi terhadap pelaksanaan tindakan dengan menggunakan lembar observasi yang telah dibuat dengan melakukan pengamatan kepada murid selama proses pembelajaran berlangsung.
b) TahapEvaluasi
Hasil dari tindakan yang telah dilakukan dievaluasi dengan tes akhir siklus yang dilakukan pada akhir siklus I dan akhir siklus II
4. TahapRefleksi
Dari hasil observasi yang telah dilakukan dihasilkan kesimpulan sementar atentang pelaksanaan proses pembelajaran. Pada tahap refleksi ini dirumuskan kelebihan dan kekurangan-kekurangan dari proses pembelajaran yang telah dilakukan. Hasil kesimpulan tersebut kemudian didiskusikan untuk menghasilkan tindakan perbaikan dan sebagai pertimbangan pada proses pelaksanaan siklus selanjutnya.
Siklus II
Langkah-langkah yang dilakukan dalam siklus II ini pada umumnya sama dengan tahap dalam siklus I, namun pada siklus II akan dilakukan beberapa
perbaikan atau penambahan sesuai dengan hasil refleksi yang telah dilakukan pada siklus I.
E. Sumber Data
1. Hasil observasi yang dilakukan dengan menggunakan format observasi sebagai data kualitatif.
2. Hasil belajar murid yang diperoleh melalui tess iklus sebagai data kuantitatif.
F. Teknik Analisis Data
Dalam penelitian ini data yang dikumpulkan akan dianalisis secara kuantitatif dan kualitatif. Data yang dihasilkan melalui observasi akan dianalisis secara kualitatif, sedangkan data yang dihasilkan melalui evaluasi dan tes akan dianalisis secara kuantitatif.
1. Data yang diperoleh melalui lembar observasi dianalisis secara kuantitatif untuk menghitung presentase keterlibatan murid dalam setiap aspek yang diamati dengan menggunakan rumus:
= ℎ × 100 %
2. Data hasil tes dianalisis secara statistik deskriptif untukmenghitung:
a. Menghitung nilai murid dengan menggunakan rumus:
= ℎ
× 100 %
=
b. Rata-rata kelas dengan menggunakan rumus:
̅ = ∑ ℎ
̅ = −
=
Untuk menentukan kategori skor keberhasilan murid dalam ilmu pengetahuan sosial (IPS) akan digunakan skala lima. Skala lima tersebut menurut Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (Mustafa, 2010:38) adalah sebagai berikut:
Skor Kategori
0-59 Sangat Rendah
60-69 Rendah
70-79 Sedang
80-89 Tinggi
90-100 Sangat Tinggi
G. Indikator Keberhasilan
Adapun indikator keberhasilan dari penelitian ini adalah(1) adanya peningkatan nilai rata-rata kelas sebelum tindakan, siklus I dansiklus II dalam pembelajaran IPS yang ditinjau dengan KKM yang telah ditetapkan oleh sekolah tempat diadakannya penelitianya itu 65% dari skor ideal 100. (2) adanya peningkatan keaktifan murid dalam proses pembelajaran IPS.
Berdasarkan kriteria ketuntasan minimal (KKM) pada mata pelajaran IPS yang telah ditetapkan oleh sekolah, maka tingkat ketuntasan belajar IPS muridditinjau sebagai berikut :
Skor hasil belajar murid 0 – 64 dikategorikan tidak tuntas Skor hasil belajar murid 65 – 100 dikategorikan tuntas
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Hasil penelitian melalui penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan di kelas VI SDN Leuwalang mengenai Penerapan strategi pembelajaaran berbasis masalah Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPS dilakukan terhadap 33 subjek penelitian.
Hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan analisis kualitatif untuk memperoleh data tentang hasil pengamatan, sedangkan untuk memperoleh data tentang hasil belajar murid digunakan analisis kuantitatif dan kualitatif.yang dilaksanakan atas dua bagian, yaitu deskripsi hasil siklus pertama dan siklus kedua.
1. Deskripsi Hasil Siklus Pertama
Deskripsi hasil siklus pertama tentang aplikasi Penerapan strategi pembelajaran berbasis masalah Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPS dilaksanakan atas beberapa bagian.
a. Tahap Perencanaan.
Sebelum melakukan penelitian terlalu jauh hal yang pertama yang dilakukan oleh guru adalah bagaimana merencanakan proses pembelajaran dengan penggunaan strategi pembelajaran berbasis masalah. peneliti melakukan telaah terhadap kurikulum, khususnya kurikulum sekolah dasar. Hal tersebut dilakukan untuk mencapai standar kompetensi yang ingin dicapai, membuat rencana
38
pelaksanaan pembelajaran, membuat lembar observasi untuk melihat bagaimana suasana belajar mengajar di kelas saat menggunakan model berbasis masalah dalam proses pembelajaran, membuat rancangan pembelajaran, menyediakan media yang digunakan saat proses pembelajaran, memeberikan soal-soal setiap pertemuan dan membuat soal-soal untuk evaluasi siklus I. Evaluasi siklus I dilaksanakan setelah penyajian materi sebanyak 3 kali.
Adapun tujuan yang akan dicapai pada tindakan pembelajaran ini adalah setelah proses pembelajar selesai diharapkan murid dapat dengan cepat memahami materi yang diajarkan. Dalam mencapai tujuan pembelajaran, perencanaan pembelajaran dibagi dalam tiga tahap kegiatan, yaitu : (1) tahap awal, (2) tahap inti, dan (3) tahap akhir. Meskipun perencanaan ini dibagi menjadi tiga tahap kegiatan, namun setiaptahap masih berkaitan antara kegiatan satu dengan kegiatan lainnya.
b. Tahap Pelaksanaan (tahap tindakan)
Adapun pelaksanaan tindakan pada tahap tindakan dalam siklus I dilaksanakan selama 4 kali pertemuan yaitu tanggal 15 dan 18, 22 dan 25 Januari 2014 diadakan evaluasi siklus I. Dalam pelaksanaan penelitian, peneliti bertindak sebagai pengajar dan guru kelas VI SDN. Leuwalang bertindak sebagai observer.
Dengan lama waktu setiap pertemuan adalah 2 x 35 menit.Berdasarkan rencana pembelajaran yang telah disusun, maka pembelajaran dalam penelitian ini melalui tiga tahap kegiatan yaitu: (1) tahap awal, (2) tahap inti, dan (3) tahap akhir. Adapun kegiatan awal guru yaitu,Pertama-tama guru memberi salam kemudian mengabsen murid. Setelah mengabsen guru memotivasi murid berani
menjawab pertanyaan dengan memberikan pertanyaan terkait dengan materi yang akan dipelajari. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran, kemudian guru menjelaskan sedikit materi pelajaran. Pada kegiatan inti, guru menyampaikan motivasi sebagai Kekuatan dalam SPBM, Seorang guru harus berusaha sebaik mungkin agar murid dapat membentuk tingkah laku yang diinginkan dengan memberikan kesempatan kepada murid untuk berfikir dan memahami apa yang dipelajari, sehingga akan membentuk suatu perubahan pada diri murid sesuai dengan minat dan kemampuan masing-masing. Jika sudah terjadi feed back antara guru dan murid maka diharapkan tujuan pembelajaran tersebut dapat tercapai. Guru memberikan pekerjaan rumah, memberikan pesan-pesan moral, kemudian guru menutup pelajaran dengan mengucapkan salam.
Dari kegiatan pembelajaran pada siklus I dan evaluasi diperoleh nilai murid. Nilai yang diperoleh murid pada siklus I lebih baik dibandingkan skor awal. Namun murid belum mencapai nilai minimal yang telah ditetapkan yaitu 65.Hasil ini masih belum sesuai dengan harapan. Adapun data skor hasil belajar siklus I dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 4.1: Skor Statistik Pemahaman IPS Murid Kelas VI SDN.Leuwalang Kabupaten Lembata NTT setelah menerapkan Strategi pembelajaran berbasis masalah pada siklus I
Berdasarkan tabel 4.1 dapat dilihat bahwa skor rata – rata Pemahaman IPS murid sebanyak 69,7. Skor terendah yang diperoleh murid adalah 51 dan skor tertinggi yang diperoleh murid adalah 91 dari skor ideal yang mungkin dicapai 100. Dengan rentang skor 35, ini menunjukkan kemampuan murid cukup bervariasi.
Apabila skor hasil tes dikelompokkan kedalam lima kategori maka diperoleh distribusi frekuensi skor seperti yang disajikan pada tabel berikut : Tabel 4.2: Distribusi Frekuensi dan Persentase Skor Pemahaman IPS Murid
Kelas VI SDN.Leuwalang kabupaten Lembata NTT setelah menerapkan Strategi pembelajaran Berbasis Masalah pada siklus I
Dari tabel 4.2 menunjukkan bahwa persentase skor pemahaman murid setelah Statistik Nilai Statistik
Subjek 33
Skor ideal 100
Skor tertinggi 91
Skor terendah 51
Rentang skor 40
Skor rata-rata 69,7
No Skor Kategori Frekuensi Persentase
1 0-59 Sangat Rendah 9 27,3
2 60-69 Rendah 6 18,1
3 70-79 Sedang 7 21,2
4 80-89 Tinggi 10 30,3
5 90-100 Sangat Tinggi 1 3.1
Jumlah 33 100
diterapkan siklus I adalah sebesar 27,3% berada pada kategori sangat rendah, 18,1% berada pada kategori rendah, 21,2% berada pada kategori sedang, 30,3%
berada pada kategori tinggi, dan 100% berada pada kategori sangat tinggi.
Tabel 4.3: Diagram Batang Hasil Evaluasi siklus I
Adapun presentase Ketuntasan Pemahaman IPS yang diperoleh dari hasil belajar IPS Murid Kelas VI SDN.Leuwalang Kabupaten Lembata setelah penerapan siklus I ditunjukkan pada tabel berikut ini:
Tabel 4.4: Persentase Ketuntasan Pemahaman IPS Murid Kelas VI setelah menerapkan strategi pembelajaran Berbasis Masalah pada siklus I
No Skor Kategori Frekuensi Persentase (%)
1 0 – 64 Tidak Tuntas 12 36,3
2 65- 100 Tuntas 21 63,7
Jumlah 33 100
Berdasarkan tabel 4.4 hasil belajar IPS yang diperoleh murid pada
0 5 10 15 20 25 30 35
1
diterapkan siklus I adalah sebesar 27,3% berada pada kategori sangat rendah, 18,1% berada pada kategori rendah, 21,2% berada pada kategori sedang, 30,3%
berada pada kategori tinggi, dan 100% berada pada kategori sangat tinggi.
Tabel 4.3: Diagram Batang Hasil Evaluasi siklus I
Adapun presentase Ketuntasan Pemahaman IPS yang diperoleh dari hasil belajar IPS Murid Kelas VI SDN.Leuwalang Kabupaten Lembata setelah penerapan siklus I ditunjukkan pada tabel berikut ini:
Tabel 4.4: Persentase Ketuntasan Pemahaman IPS Murid Kelas VI setelah menerapkan strategi pembelajaran Berbasis Masalah pada siklus I
No Skor Kategori Frekuensi Persentase (%)
1 0 – 64 Tidak Tuntas 12 36,3
2 65- 100 Tuntas 21 63,7
Jumlah 33 100
Berdasarkan tabel 4.4 hasil belajar IPS yang diperoleh murid pada
2 3 4 5
diterapkan siklus I adalah sebesar 27,3% berada pada kategori sangat rendah, 18,1% berada pada kategori rendah, 21,2% berada pada kategori sedang, 30,3%
berada pada kategori tinggi, dan 100% berada pada kategori sangat tinggi.
Tabel 4.3: Diagram Batang Hasil Evaluasi siklus I
Adapun presentase Ketuntasan Pemahaman IPS yang diperoleh dari hasil belajar IPS Murid Kelas VI SDN.Leuwalang Kabupaten Lembata setelah penerapan siklus I ditunjukkan pada tabel berikut ini:
Tabel 4.4: Persentase Ketuntasan Pemahaman IPS Murid Kelas VI setelah menerapkan strategi pembelajaran Berbasis Masalah pada siklus I
No Skor Kategori Frekuensi Persentase (%)
1 0 – 64 Tidak Tuntas 12 36,3
2 65- 100 Tuntas 21 63,7
Jumlah 33 100
Berdasarkan tabel 4.4 hasil belajar IPS yang diperoleh murid pada
frekuensi presentase