• Tidak ada hasil yang ditemukan

METODOLOGI PENELITIAN sosial pokok bahasan (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "METODOLOGI PENELITIAN sosial pokok bahasan (1)"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

METODOLOGI PENELITIAN

Oleh:

1. Sherly Septi Rezi

(1310531051)

2. Silvia Rahmi

(1310531072)

3. Zulifalida

(1310531078)

4. Rahayu

(1310532040)

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS ANDALAS

(2)

1. Observasi

( Paragraf 1 pada latar belakang, hal.2 )

Penelitian ini ditujukan untuk menguji apakah kompensasi eksekutif karakteristik kekakuan (stickiness) seperti yang telah ditemukan pada biaya-biaya PUA (Anderson et al. 2003).Anderson et al. (2003) menemukan bukti perilaku biaya yang kaku pada biaya-biaya PUA. Menurut mereka, biaya bersifat kaku jika biaya mengalami peningkatan ketika aktivitas meningkat, namun, sebaliknya, biaya justru tidak menurun dalam proporsi yang sama ketika aktivitas yang sama mengalami penurunan. Dengan kata lain, mereka menduga bahwa perubahan biaya karena kenaikan aktivitas adalah lebih besar dibandingkan dengan perubahan biaya karena penurunan aktivitas. Mereka menyarankan agar peneliti lain di masa datang menguji komponen-komponen biaya PUA, selain biaya-biaya yang lain selain daripada PUA. Hingga hari ini, kami belum menemukan penelitian yang menguji kekakuan kompensasi eksekutif, walaupun kompensasi itu sendiri adalah bagian dari biaya PUA.

( Paragraf 2 pada latar belakang, hal.3 )

Kami menduga bahwa kompensasi eksekutif memiliki perilaku yang kaku berdasarkan pada fakta bahwa kompensasi biasanya terkait pada kinerja. Eksekutif dikontrak untuk meningkatkan kinerja perusahaan sehingga kompensasi mereka, setidaknya sebagian darinya, berhubungan dengan kinerja perusahaan. Namun, seperti yang ditunjukkan oleh perilaku biaya PUA, pertanyaannya adalah apakah kompensasi akan menurun, dalam proporsi yang sama dengan kenaikan kompensasi ketika kinerja menaik, ketika kinerja perusahaan menurun.

2. Pengumpulan Data Awal

( Paragraf 3 pada latar belakang, hal.3 )

(3)

positif antara kinerja perusahaan dengan kepemilikan Namun, Jensen & Murphy (1990) justru gagal mendapatkan bukti hubungan antara perubahan nilai perusahaan dengan kompensasi eksekutif.

( Paragraf 4 pada latar belakang, hal.4 )

Ada beberapa penelitian lain yang menginvestigasi hubungan antara kompensasi eksekutif dengan kinerja berbasis akuntansi, misalnya Lambert & Larcker (1987); Defeo et al. (1989); Natarajan (1996); dan Leone et al. (2006). Studi-studi yang lebih awal meneliti hubungan antara kompensasi dan ukuran agregat kinerja berbasis akuntansi, seperti laba bersih (Defeo et al. 1989) atau ROE (Lambert & Larcker, 1987).Banker &Datar (1989) dan Natarajan (1996) yang meneliti nilai penting dari penentuan kinerja managerial berbasis nilai agregat atau berbasis komponen laporan laba rugi justru menemukan hasil yang berlawanan. Banker & Datar (1989) berpendapat bahwa kompensasi yang berbasis nilai agregat digunakan karena tidaklah praktis dan mahal jika kompensasi didasarkan pada komponen-komponen detail dari laporan laba rugi. Sebaliknya, Natarajan (1996) meyakini bahwa pemegang saham menggunakan komponen laba sebagai dasar untuk pengontrakan. Lebih jauh lagi, ia juga yakin bahwa komponen-komponen tersebut dapat memberikan informasi tentang tindakantindakan managerial yang tidak tercermin pada angka laba bersih sendiri saja.

( Paragraf 5 pada latar belakang, hal.4 )

(4)

3. Defenisi Masalah

( Paragraf 10 pada latar belakang, hal.6 )

Hingga saat ini belum ada penelitian yang meneliti kekakuan biaya kompensasi pada industri manapun, termasuk di industri perbankan. Perbankan adalah sebuah industri yang sangat teregulasi dalam banyak aspek, dibandingkan dengan industri non-keuangan yang lain. Sebagai contoh, bank sentral di banyak negara mewajibkan bank di dalam jurisdiksi mereka untuk memiliki komite kompensasi atau kompensasi dan untuk mengungkapkan kompensasi yang dibayar bank kepada eksekutif senior, baik secara individual maupun agregat. Ini artinya bahwa isu kompensasi adalah salah satu perhatian utama untuk penciptaan tata kelola perusahaan yang baik di dalam industri perbankan. Rekomendasi no. 7 dari OECD (2011:28) mengatur agar kesepakatan secara individual (atau setidaknya secara agregat) tentang kompensasi yang dibayarkan kepada komisaris (director) dan eksekutif senior harus diungkapkan secara penuh dan akurat. Penyampaian informasi kompensasi eksekutif mesti mencerminkan dampak ekonomis darikompensasi tersebut. Hampir semua negara yang disurvey oleh OECD mengharuskan perusahaan untuk mengungkapkan jumlah dan proses penentuan kompensasi secara regular.

( Paragraf 11 pada latar belakang, hal.7 )

Kami memfokuskan perhatian pada perbankan karena beberapa alasan. Pertama, bank diatur jauh lebih ketat dibandingkan dengan perusahaan di industry yang lain. Kedua, lingkungan kontraktual untuk manajer bank berbeda dengan manajer di dalam industri yang lain. Pada industri perbankan, kekuatan nasabah kecil dan tidak memiliki insentif maupun pengetahuan untuk memonitor manajer bank. Sebuah studi yang dilakukan oleh KPMG (2011) mengungkap banyak bank yang mengurangi secara signifikan komponen kompensasi yang variabel dan meningkatkan komponen yang tetap. Namun, bonus masih merupakan yang komponen dominan dari pembayaran total yang dilakukan oleh bank di AS dan Inggris kepada pegawai yang berpenghasilan tinggi. Hal ini bertolak belakang dengan Asia yang mana bonus merupakan 30%-60% dari pembayaran total kepada eksekutif senior.

(5)

Referensi

Dokumen terkait

VO dan copy yang digunakan dalam keiga iklan sampel untuk mengejawantah nasionalisme adalah VO dan copy yang: menunjukkan rasa kepemilikan terhadap bangsa Indonesia,

Yang tetap mengharap bahagiamu meski luka tak akan kembali semula Yang tetap melukis senyum meski ketulusan tak pernah berharga. *Untuk N, yang

Dan pengertian pengamanan rokok berdasarkan Pasal 1 butir 4 PP Pengamanan Rokok adalah setiap kegiatan atau serangkaian kegiatan dalam rangka mencegah dan/atau

pengambilan keputusan yang terdiri dari tahap masukan, proses

Dalam hasil obser vasi yang dilakukan oleh peneliti, maka nampak pengurus OSIS sedang menyimak materi pembahasan dalam r apat atau for um or ganisasi , memberi kan gagasan

 Perlu banyak membaca, mencintai kalimat, serta memahami kaidah-kaidah berbahasa yang baik dan benar.. APA PERAN “ BAHASA

Orientasi Politik yang Mempengaruhi Pemilih Pemula dalam Menggunakan Hak Pilihnya Pada Pemilihan Walikota Semarang tahun 2010: Studi Kasus Pemilih Pemula di Kota

Saling pengokohan tersebut setidaknya dapat kita pandang sebagai akibat adanya kesamaan misi sosial yang sama-sama mereka emban: untuk membebaskan kaum perempuan dari